Anda di halaman 1dari 8

BAB I

LAPORAN KASUS
MRS : 6 sept 2010
1.1 Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 43 tahun
Alamat : RW 15, kenali besar, kota baru.
Pekerjaan : Buruh

1.2 Anamnesa

Keluhan Utama : sesak napas sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Penyakit sekarang :


Os mengeluh sesak napas sudah sejak lama, namun sesak dirasakan
bertambah parah sejak 3 hari SMRS, hidung tersumbat. Os mengaku hal seperti
ini sudah pernah dialami sebelumnya. Os juga mengeluh sulit menelan dan
berbicara, tenggorokan sakit dan air ludah banayak. Os juga merasa sulit untuk
membuka mulut. Semakin lama mulut semakin terasa penuh, benjolan dilidah
semakin membesar. Os juga mengeluh batuk (+). Os tidak memiliki kebiasaan
merokok ataupun minum alcohol.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Status present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
PR : 120/90 mmHg
RR : 32 x/menit

1
Status lokalis
A. Leher
Pembesaran (+), daerah kelenjar limfe II, kelenjar yang terletak di 1/3
kanan atas dan termasuk kelenjar limfa jugular superior, kelenjar digastrik
dan kelenjar servikal posterior superior. Besarnya ± 3 cm, mobil dan
konsistensinya kenyal.

B. Telinga
Daun telinga dan liang telinga tidak tampak kelainan.

Membran timpani Kanan Kiri


Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -

B. Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi N N
Kavum nasi sempit Sempit
Selaput lendir Hiperemis - Hiperemis -
Septum nasi Deviasi - Deviasi -
Lantai+dasar hidung Hiperemis - Hiperemis -
Konka inferior Hipertropi Hipertropi
Meatus nasi inferior N N
Konka media N N
Meatus nasi media N N
Polip - -
Korpus alienum - -
Massa tumor - -

C. Tenggorokan
Bibir : Mukosa bibir basah
Mulut : Mukosa mulut basah, bau mulut (+)

2
Gigi : ada karies
Lidah : ada ulcus, warna merah. Benjolan (+) sebesar
bola pimpong di 1/3 belakang pinggir sebelah
kanan dengan permukaan yang tidak rata.
Uvula : Bentuk normal, hiperemis (+), edema (-)
Palatum mole : Ulkus (+), hiperemis (+). Detritus (+).
Palatum durum : Ulkus (+), hiperemis (+)

Arcus anterior Kanan Kiri


Hiperemi (+) (-)
Edema (+) (-)
Arcus posterior
Hiperemi (+) (-)
Edema (+) (-)
Tonsila palatine
Besar Tdk dpt dinilai T1
1.4 Warna merah Merah
Edema (+) (-)
Detritus (+) (-)
Membran (-) (-)
Faring
Hiperemi (+) (+)
Edema (-) (-)
Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin
WBC : 9500/mm3 Ht : 45,7 %

3
RBC : 5,31 juta/mm3 Plt : 158.000
Hb : 15,1 gr/dl GDS : 97 mg/dl

Kimia Darah
Faal hati SGOT : 50 u/l Faal ginjal ureum : 26,9 mg/dl
SGPT : 37 u/l kreatinin : 0,8 mg/dl
As.urat: 3,8 mg/dl
Faal lemak cholesterol : 95 mg/dl
Trigliserida : 71 mg/dl
HDL : 26 mg/dl
LDL : 55 mg/dl

1.5 Diagnosis Kerja


Tumor ganas rongga mulut..

1.6 Rencana Pemeriksaan


Biopsi

1.7 Penatalaksanaan
- pasien posisi ½ duduk, semi fowler.
- O2, 3 liter/menit.
- IVFD Ringer lactat, 20 gtt/menit.
- Inj Cefotaxim 2x1 gr
- Inj novalgin 3x1 amp
- Ketorolac 1 amp.
- Ambroxol 3x1 cth
- Ranitidine 2x1 amp
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
Tumor ganas rongga mulut ialah tumor ganas yang terdapat didaerah yang
terletak mulai dari perbatasan kulit-selaput lendir bibir atas dan bawah sampai
keperbatasan palatum durum-palatum molle di bagian atas dan garis sirkumvallatae di
bagian bawah. Organ tubuh yang dimaksud diatas meliputi bibir atas dan bawah,
selaput lendir mulut, mandibula dan bagian atas trigonum retromolar, lidah bagian
dua pertiga depan, dasar mulut dan palatum durum.
.
ETIOLOGI
Umumnya penyebab yang pasti tidak dapat diketahui. Factor merokok dan
alcohol sebagai penyebab utama. Memamah sirih dan tembakau juga dapat sebagai
factor penyebab. Alcohol sebagai suatu zat yang memberikan iritasi, menyebabkan
terjadinya pembakaran pada tempat tersebut secara terus menerus dan meningkatkan
permeabilitas selaput lendir. Hal ini menyebabkan penyerapan zat karsinogen yang
terdapat didalam alcohol atau tembakau tersebut oleh selaput lendir mulut. Hygiene
mulut serta kebiasaan makanan juga menentukan terjadinya tumor ganas rongga
mulut.

DIAGNOSIS
Umumnya pasien tumor ganas ini mempunyai keluhan-keluhan seperti rasa
nyeri di telinga, rasa nyeri waktu menelan (disfagia). Kadang-kadang pasien tidak
bias membuka mulut (trismus). Terdapat bercak keputihan (leukoplakia) dan bercak
kemerahan (eritroplakia) yang tidak bbisa hilang dengan pengobatan biasa, harus
dicurigai kemungkinan adanya keganasan.
Terdapatnya suatu massa dengan permukaan yang tidak rata (ulkus) dan
memberikan rasa nyeri, karena adanya rangsangan pada organ-organ rongga mulut
yang dipersarafi oleh cabang N.Trigeminus dan N.Fasialis, dapat menjadi petanda
adanya suatu keganasan.
Diagnosis pasti dari keganasan ini adalah dari pemeriksaan patologi anatomi
dari jaringan yang diambil pada massa tumor yang dicurigai. Dari seluruh tumor
ganas rongga mulut, 95% hasil PAnya adalah karsinoma sel skuamosa. Tumor ini
berasal dari epitel yang terdapat dirongga mulut.

5
STADIUM TUMOR
Menurut American Joint Committee On Cancer tahun 1992 tumor primer
dibagi dalam TX (karsinoma in situ), T1 jika diameter 2 cm atau kurang dari 2 cm,
T2 jika diameter antara 2-4 cm, T3 jika diameter lebih dari 4 cm. pada T4 tumor
sudah menyerang organ-organ lain seperti bagian korteks dari tulang, otot-otot lidah
yang lebih dalam, sinus maksila dan kulit.
Kelenjar limfa regional dibagi dalam Nx kalau tidak terdeteksi sel tumor pada
kelenjar, N0 jika tidak teraba pembesaran kelenjar, N1 jika diameter 3 cm atau
kurang dari 3 cm pada sisi yang sama, N2 jika diameter antara 3 s/d 6 cm pada sisi
yang sama, atau kurang dari 6 cm tetapi terdapat pada beberapa kelenjar pada sisi
yang sama, pada kedua sisi tau sisi lain. N2 dibagi lagi atas N2a : 3-6 cm hanya satu
pada satu sisi, N2b : kurang dari 6 cm terdiri dari beberapa kelenjar dan hanya pada
satu sisi, N2c : kurang dari 6 cm bias pada dua sisi atau sisi kontra lateral. N3 jika
ukurannya lebih dari 6 cm.
Tentang metastasis, Mx disebut jika tidak diketahui dimana adanya
metastasis, M0 tidak ada metastasis jauh, M1 terdapat metastasis jauh.
Secara patologi-anatomi, tumor ganas rongga mulut yang terbanyak adalah
karsinoma sel skuamosa. Walaupun tumor ini bersifat radiosensitive, terapi terbaik
adalah pengangkatan massa tumor tersebut. Selanjutnya ditambah penyinaran dengan
cobalt, cesium atau megavolt sebanyak 6000-6600 cG.

PENATALAKSANAAN
Pemberian radiasi (radioterapi) saja hanya dilakukan pada tumor dengan T1
yang kecil. Selanjutnya pada tumor yang lebih besar harus dioperasi. Pada tumor
pangkal lidah yang lebih besar, dilakukan diseksi leher radikal pada satu sisi, dan
diseksi leher radikal leher fungsional pada sisi lain. Sesudah tindakan operasi
umumnya dilanjutkan dengan radioterapi. Kemoterapi (sitostatika) tidak diberikan
pasca operasi karena sitostatika memberikan efek samping yang jelek.
Massa tumor yang diangkat, dapat memberikan cacat operasi yang kecil,
sedang atau besar pada daerah operasi tergantung pada besar tumor. Cacat operasi

6
yang kecil dapat ditutup dengan menjahitkan jaringan sehat luar tumor. Cacat operasi
sedang memerlukan rekonstruksi dengan memakai jaringan sehat di luar daerah
tumor dengan cara rotasi, dipindahkan atau tandur kulit untuk menutup cacat itu.
Cacat operasi yang terlalu besar, harus ditutup dengan menggunakan jabir berupa
pulau (island flap) yang diambil dari dada yaitu jabir yang terdiri dari kulit, otot,
pembuluh darah dan saraf, yang disebut jabir miokutaneus dari pektoralismayor.

PROGNOSIS
Makin besar tumor atau makin lanjut stadiumnya, prognosisnya bertambah
jelek. Dengan terdapatnya metastasis, prognosis lebih jelek, terutama pada tumor
pangkal lidah, oleh karena pada tempat ini terdapat banyak jaringan limfa yang
bersifat bercampur dan bermuara ke kelenjar limfa leher.

DAFTAR PUSTAKA

7
Soepardi AE, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. “Tumor Ganas Rongga Mulut”. Edisi

keenam. Fakultas Kedokteran Indonesia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2008. Hal

191-193.

Anda mungkin juga menyukai