NIM : 18150035
Kelas : A
RESUME
“Model-model Sistematika Kamus-kamus Bahasa Arab”
Sistematika adalah sistem atau cara bagaimana proses penyusunan kamus yang di
dalamnya terdapat berbagai macam proses diantaranya adalah proses penyusunan, pencarian kata,
menerjemah, memaknai, dan sebagainya. Proses tersebut merupakan hal terpenting dalam kajian
leksikologi yang menjadi dasar dari kajian leksikografi (penyusunan kamus) sehingga dalam hal
ini sistem menjadi dasar dalam penyusunan kamus. Meskipun dalam aspek sejarah telah kita
ketahui bahwa kamus Bahasa Arab tertinggal dengan kamus-kamus yang lain seperti kamus
bahasa Cina, India, Jepang, dan sebagainya. Namun, jika di lihat dari sejarah perkembangan
leksikologi kamus Bahasa Arab lebih kaya dengan khazanah sistematika daripada kamus-kamus
yang lain. Secara garis besar sistematika penyusunan kamus dibagi menjadi dua aspek : kamus-
kamus yang berpijak pada makna dan kamus-kamus yang berpijak pada lafadz.
Dalam hal ini kamus-kamus makna serupa dengan tafsir atau kamus tematik yang fokus
dengan pencarian makna tema tertentu, begitu juga dalam pemilihan kata dan penyusunannya
dengan berdasarkan medan makna, kamus ini sudah banyak digunakan oleh orang-orang yang
sudah paham maknanya hanya saja ingin memastikan bahwa makna tersebut termasuk bagian dari
tema yang ada. Bagi orang Arab kamus ma’ani sangat penting daripada kamus lafadz. Sedangkan
yang kedua yakni kamus lafadz yang proses pencarian maknanya murni dari lafadz tersebut dalam
artian hakikat bahasa adalah bunyi-bunyian yang dituliskan dalam bentuk khat (huruf hijaiyah),
sehingga dalam hal ini bunyi menjadi objek kajian dalam mencari makna. Dalam khazanah ilmu
perkamusan Bahasa Arab terdapat lima sistem yakni sistem fonetik/bunyi, sistem hijai/ejaan,
sistem sastra, sistem alfabetis, dan sistem artikulasi. Dalam kitab klasik menyebutkan bahwa
sistem hijai merupakan sistem alfabet yang sifatnyan khusus.
Sistem Fonetik dapat dikaji dari 5 poin utama yakni :
- Penyusun Sistem :
Kholil bin Ahmad al-Farahidy (Bapak Kamus Bahasa Arab), beliau adalah guru dari
Imam Sibaweh. Pada tahun 110-170 H beliau adalah seorang yang linguis dan sangat
kreatif serta memiliki obsesi besar dalam mengkodifikasi bahasa agar tidak punah .
- Latar Belakang :
Beliau mempunyai beberapa aturan dalam membuat kamus diantaranya adalah sebagai
berikut: Menghindari adanya pengulangan kata, mencakup semua materi/entri kata,
karena kamus yang bagus adalah kamus yang lengkap dimana semua kata ada di dalam
kamus tersebut. Memudahkan orang yang sedang belajar bahasa dan mencari makna
kata, mengingat pada era beliau yakni pada tahun 110-170 H (Abad ke-2 H) islam
berkembang dengan pesat begitu juga dengan Bahasa Arab yang semakin berkembang
seiring dengan berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, seperti ilmu tafsir,
ilmu Al-Qur’an, ilmu hadits, ilmu lughah, dan sebagainya. Prinsip beliau dalam
menyusun kamus adalah tidak ingin meniru sistem hijai/alfabet karena sebelum Kholil
bin Ahmad al-Farahidy sudah ada yang namanya urutan huruf hijaiyah yang disusun
oleh Nashrin bin Ashil beliau adalah orang yang menyusun urutan huruf hijaiyah
dengan melihat aspek fisik huruf, oleh karenanya huruf hijaiyah dahulu disebut dengan
huruf tarodhif/huruf yang memiliki kesamaan bentuk.
- Asas/Dasar :
Dalam hal ini beliau ingin menyusun sebuah kamus dengan berdasarkan yang pertama
Tartib al-Huruf yakni Makhraj huruf/kaidah tajwidnya yang meliputi : ، اللهوية،احللقية
اهلوائية، الذلقية، اللثوية، النطعية، األسلية،الشجرية yang kedua, Taqsim al-Bina’ yakni
pembagian susunan dari beberapa huruf/bunyi menjadi sebuah kata/bangunan
diantaranya adalah sebagai berikut : Tsunai shahih, Tsulasi shahih, Tsulasi mu’tal, lafif,
ruba’i, dan khumasi, yang saat ini menjadi dasar dari ilmu Morfologi (Sharf), yang
ketiga yakni Taqlib al-kalimah (membolak-balikkan bunyi dalam suatu kata) dengan
menganalisis kata yang sudah ada untuk menemukan varian kata yang baru, sehingga
dapat kita temukan antara kata yang memiliki makna dan tidak memiliki makna.
- Teknik pencarian :
Dalam teknik pencarian kamus Al-‘ain karangan Kholil bin Ahmad al-Farahidy
berbeda dengan kamus-kamus yang lain, yang pertama kita harus menentukan huruf
asli atau akar kata terlebih dahulu, yang kedua menentukan huruf berdasarkan makhraj
paling bawah yakni احللقية, yang ketiga menentukan bentuk atau struktur kata.
Berikut ini adalah beberapa contoh dari kata yang diperoleh dari kamus Al-‘ain dengan
menggunakan sistem ini :
Pada kalimat حي على الفالحyang dapat kita temukan dalam kamus Al-‘ain pada bab
باب العني مع احلاء واهلاء واخلاء والغني
Pada kalimat عجيجا وإن عجت مبكتهاyang dapat kita temukan dalam kamus Al-‘ain pada
bab )مستعمالن ، ج ع،باب العني واجليم (ع ج