Anda di halaman 1dari 3

SEMANGAT GUYSS

SCRIPT
Bismillahirrahmanirrahim, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Kepada yang saya
hormati dewan juri, panitia, dan teman-teman finalis LKTIN Lentera 2020. Assalamualaikum Wr. Wb.

Kami Tim Universitas Islam Indonesia dengan saya Sani Nur Zakiyah dan dua rekan saya Ari Adrianto
dan Annisa Fitri dengan bangga mempresentasikan hasil gagasan kami berjudul :

OPTIMALISASI CONSTRUCTEDS WETLANDS-MICROBIAL FUEL CELLS (CWS-MFCS) SEBAGAI PEREDUKSI


LOGAM DAN APLIKASI BIOSENSOR MENGGUNAKAN PENGGABUNGAN SUBSTRAT ORGANIK-
TANAMAN TYPHA ANGUSTIFOLIA PADA LIMBAH INDUSTRI BATIK

Data WHO (World Health Organisation) menunjukkan Indonesia menempati peringkat ketiga negara
dengan sanitasi terburuk pada tahun 2017. Salah satu penyebab tingkat pencemaran air (sanitasi
buruk) yang semakin meningkat di Indonesia tertuang dalam target SDGs No 6, yakni Clean
Water and Sanitation. Dimana poin tersebut berfokus pada upaya menjamin ketersediaan dan
pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk Indonesia.
Namun faktanya, Pengolahan limbah air sederhana dinilai kurang efektif dalam mengolah sumber
air menjadi air bersih. Salah satu jenis limbah industri yang berbahaya bagi lingkungan adalah
limbah batik.
Menurut data Kementerian Perindustrian menyatakan terjadi kenaikan sektor industri batik sejak
tahun 2011 hingga 2015 mencapai 14,7%.
Akan tetapi, sebagian besar limbah batik mengalir tanpa pengolahan melalui sistem drainase
menuju sungai yang menimbulkan beberapa dampak diantaranya makhluk hidup di sungai mati,
dan menimbulkan sumber penyakit seperti kolera, disentri, dan penyakit lain.
Beberapa peneliti, telah mengembangkan beragam teknologi pengolahan limbah air berkualitas
tinggi sebagai upaya dalam perwujudan pelestarian hijau. Salah satu teknologi pengolahan, yang
saat ini sedang dikembangkan adalah sistem Constructed Wetlands-Microbial Fuel Cells.
Teknologi ini merupakan penggabungan dari sistem Constructed Wetlands dan sistem sensor
Microbial Fuel Cells(MFCs). MFC smerupakan sel bahan bakar yang memanfaatkan materi
organik untuk digunakan mikroba sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas
metabolismenya.
MFCs tersusun atas anoda, katoda dan elektrolit. Pada mekanisme kerja MFCs, komponen anoda
digunakan sebagai kultur mikroorganisme.
Sedangkan, Constructed wetlands adalah lahan basah buatan dengan memanfaatkan proses
filtrasi, adsorpsi, sedimentasi, pertukaran ion, dan penguraian mikroba. Dalam CWs,sistem
rekayasa telah didesain dengan memanfaatkan proses alamiah yang melibatkan lapisan
tumbuhan, tanah, dan kumpulan mikroba dari karbon aktif.
Secara umum Cws dibedakan menjadi dua yaitu Free Water Surfase (SWF)yang tampak sebagai
kolam atau danau, dan Subsurfase Flow (SSF)yang dapat dikemas sebagai taman.
CWs jenis SFS (Sub Surface Flow) aliran horizontal memiliki keuntungan diantaranya biaya
yang lebih murah, pemanfaatan proses secara alami, tidak menimbulkan bau, konstruksinya
sederhana, sistem pengoperasian dan pemeliharaan yang mudah, serta prosesnya yang stabil.
Namun faktanya, lapisan karbon aktif yang dihasilkan dari substrat organik dalam sistem CWs
kurang bisa menunjang proses denitrifikasi. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan media
tanaman yang sesuai untuk membantu meningkatkan proses penyerapan polutan secara efektif dan
efisien.

Metode yang kami gunakan adalah studi literature naratif. Kami melakukan analisis dan sintesis dari
berbagai referensi yang mayoritas berasal dari jurnal dan diambil dari website publikasi jurnal Global,
seperti research gate, portal garuda, google scholar sciencedirect, maupun nature. Hasil pencarian
kemudian diekstraksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.

Typha angustifolia disebut juga tumbuhan Lembang atau Ambet memiliki karakteristik
diantaranya berakar serabut, batang berwarna hijau, lear daun 0,6 – 1,2 cm. Tanaman jenis ini
memiliki efektifitas positif dalam menurunkan kadar total nitrogen dalam air limbah, menyerap
hara dengan baik, dan banyak ditemukan di rawa-rawa.,
Berdasarkan literatur yang didapatkan, tanaman Typha angustifolia merupakan salah satu
kelompok tanaman yang memiliki kinerja serapan yang sangat baik untuk proses fitromediasi.
Mikroorganisme yang berada pada akar Typha Angustifolia akan membantu MFCs dalam
mengelektrolisis limbah sehingga menghasilkan listrik. Kegiatan ini lebih efisien dan lebih
murah dilakukan karena mikroorganisme dapat berkembangbiak secara alami ketika CWs
ditanami oleh Typha Angustifolia sehingga dapat meningkatkan proses degradasi limbah
organik yang dapat berpotensi dalam menyumbang sumber energi
Hal ini didasarkan pada penelitian Nurul dan Aditya, 2010 yang menyatakan tanaman Typha
angustifolia dapat menurunkan kadar pencemar limbah dengan waktu tinggal 3 sampai 15 hari,
dengan efisiensi penurunan sebagai berikut
COD 77.6% -91.8 %, BOD 47.4% -91.6% dan TSS 33.3% -83.3%.
Sedangkan, pada penelitian Hamdani et al, 2014 Tanaman Typha Angustifolia mampu
mereduksi zat pencemar TSS, SS (Suspended Solid), BOD, COD dengan efisiensi tertinggi
masing-masing adalah 84,71%, 84,71%, 94,17%, 94,87% .
Kajian pustaka Ling et al, 2011 mengenai penurunan kadar logam Pb dan Cr menggunakan
Typha angustifolia menunjukkan adanya potensi penjerap polutan Pb (II) 86,04% dalam waktu 8
jam dari kadar 100 ml larutan 25 mg L-1 Pb (II).
Chen et al, 2014 juga melakukan uji 9 tanaman rawa untuk menguji adsorpsi logam Cr.
Diperoleh bahwa, Faktor konsentrasi tanaman T.Angustifolia mencapai nilai maksimum sebesar
25,01. Ini menunjukkan bahwa T. Angustifolia memiliki kapasitas serapan Cr (VI) terbaik.
Sebagai kesimpulan, Typa angustifolia terbukti mampu menunjang kinerja substrat organic dalam
penyerapan polutan dengan baik, merombak nitrogen dengan cepat, menurunkan kadar BOD, COD,
TSS, dan kadar logam. Sehingga, Typha Angustifolia-substrat organik memiliki potensi dalam
rancangan teknologi Constructed Wetland-Microbial Fuel Cell (CW-MFC) dalam pereduksi logam dan
aplikasi biosensor limbah batik. Meskipun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
mengenai hasil efektifitas Typha Angustifolia-Substrat Organik pada rancangan teknologi
Constructed Wetland-Microbial Fuel Cell (CW-MFC) dalam pereduksi logam dan aplikasi biosensor
pada limbah batik.

NOTED
Merah : Ari

Biru : Sani

Hijau : Annisa

SESI Q AND A
1. Saya kurang paham ide ini, coba dijelaskan secara rinci mekanisme bagaimana si
Typha Angustifolia bisa menurunkan kadar BOD, COD, TOD, SS dan Logam. Apakah
akarnya mempunyai struktur khusus dibanding akar lainnya atau bagaimana? Dan
seberapa efektifkah dalam menyerap polutan?
2. Menanyakan terkait mekanisme biosensor pada ide dan landasan ini. Tapi kenapa
dipresentasi tidak terlalu dijelaskan apa peran si Typha Angustifolia sebagai biosensor?
3. Coba detailkan rancangan atau isi biosensor itu apa saja ya?
4. Kira-Kira substrat organic yang dapat dimanfaatkan itu apa saja ya?
5. Jenis logam yang bisa diserap oleh Typa Angustifolia apa saja ya? Apakah hanya
logam2 tertentu atau bagaimana?
6. Limbah batik kan berwarna ya, apakah si tanaman Typa angustifolia ini mampu
menyerap zat warna tekstil? Soalnya kan zat warna termasuk pencemar air?
7. Mekanisme constructed wetland ini rancangan nya seperti apa ya? Apakah
membutuhkan lahan yang luas atau bagaimana?

Anda mungkin juga menyukai