Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT sebab dengan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam semoga tetap terculah
limpahkan kepada nabi Muhammad SAW kepada keluarganya,sahabatnya serta kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Apresiasi Sastra Anak
yang berjudul “Pengertian dan genre Sastra anak-ciri astra anak”.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis berharap umumnya kepada pembaca semuanya supaya
bisa memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun terhadap kesempurnaan tugas
makalah ini terutama untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat khususnya untuk penulis, umumnya untuk para pembaca.

Bukittinggi, 29 Januari 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 3


B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3

BAB II : PEMBAHASAN

A.pengertian genre sastra anak....................................................................4

B.fungsi sastra anak.....................................................................................4

C.ciri sastra anak..........................................................................................4

D.macam-macam genre sastra anak.............................................................5

E.pembagian genre yang diusulkan.............................................................10

F.sastra dan dunia anak................................................................................11


......................................................................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan 12
B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Sastra anak merupakan salah satu wujud dari karya sastra, wujud pertama dari sastra anak
dapat dilihat dari bahannya, yaitu bahasa. Dalam pemakaian bahasa, sastra anak tidak selalu
mengandalkan suatu bentuk keindahan sebagaimana layaknya karya sastra pada umumnya. Yang
paling penting untuk ditonjolkan dalam sastra anak adalah fungsi yang hadir bersamanya. Baik
itu fungsi estetis maupun bentuk gaya bahasanya.
Hal yang sangat menarik dan kurang mendapatkan perhatian bahwa dalam karya satra
anak sebuah karya sastra adalah wujud pengungkapan dan representasi dari dunia, pikiran,
perasaan, gagasan, ide serta ekspresi dari seorang anak. Dalam hal ini penelitian tentang wujud
sarana retorika yang dilakukan pada puisi–puisi anak diharapkan bukan saja untuk dapat
mengetahui jenis, pemanfaatan, serta fungsi sarana retorika
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sastra anak, maka makalah ini akan menjelaskan mulai
dari pengertian, sifat, jakikat sastra anak sampai fungsinya.

B. Rumusan Masalah

1. apa pengertian genre sastra anak

2. apa fungsi sastra anak

3. apa saja ciri sastra anak

4. apa saja macam-macam genre sastra anak

5. apa saja pembagian genre yang diusulkan

6. apa saja sastra dan dunia anak

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian genre sastra anak

2. Untuk mengetahui fungsi sastra anak

3. Untuk mengetahui ciri sastra anak

4. Untuk mengetahui macam-macam genre sastra anak

5. Untuk mengetahui pembagian genre yang diusulkan

6. Untuk mengetahui sastra dan dunia anak

A.    Pengertian Genre sastra anak


3
Sebagaimana halnya sastra dewasa, sastra anaka juga mengenal apa yang disebut genre. Genre
dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat
karakteristik umum. Atau menurut Mitchell, genre menunjuk pada pengertian tipa atau kategori
pengelompokkan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk atau isi. Hal ini
memberikan pemahaman bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen yang
memiliki kesamaan sifat, dan elemen-elemen itu yang menunjukkan perbedaan dengan elemen
pada genre yang lain. Misalnya, dalam genre yang disebut fiksi didalamnya terdapat elemen
structural, seperti alur cerita, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain, sedangkan dalam
genre puisiterdapat elemen, seperti rima, irama, diksi, imaji, dan lain-lain, yang pada prinsipnya
elemen-elemen structural diantara keduanya menunjukkan perbedaan dan eksistensi masing-
masing.
Lukens mengemukakan beberapa alasan perlunya pembicaraan genre, yaitu:
1.    Memberikan kesadaran kepada kita bahwa pada kenyataan terdapat berbagai genre sastra
anak selain cerita atau lagu-lagu bocah yang telah familiar, telah dikenal,dan diakrabi.
2.    Elemen struktural sastra dalam setiap genre berbeda
3.    Memperkaya wawasan terhadapa adanya kenyataan sastra yang bervariasi yang kemudian
dapat dimanfaatkan untuk memilihnya bagi anak.
B.     Fungsi Sastra Anak
Ditinjau dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan. Fungsi
pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu hal, memberi banyak
pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga memberi pendidikan moral
pada anak.
Menurut Suwardi Endraswara, Sastra Anak berfungsi sebagai: untuk membentuk kepribadian
dan untuk menuntut kecerdasan emosi anak.
C.    Ciri Sastra Anak
Menurut Puryanto secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah:
1.    Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit,
menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan
mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam
jangkauan anak.
2.    Puisi anak mengandung  tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu
panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran
anak.
Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang dibaca oleh
anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop, cenderung pada
masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah situasi masa kini.
Menurut Sarumpaet, ada 3 ciri yang membedakan antara sastra anak dengan sastra orang dewasa.
3 Ciri itu yaitu:
1.    Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan amanat.
Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut tentang seks,
cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang bersifat negatif.
2.    Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam putih.
Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama, yaitu baik
atau jahat.
3.    Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang bermanfaat.
4
D.    Macam-Macam Genre Sastra Anak
Lukens mengelompokkan genre sastra ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula,
fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai beberapa jenis.
Berikut ini macam genre sastra menurut Lukens:           
1.    Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa suatu cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada
dan terjadi walaupun tidak harus memang benar-benar ada atau terjadi. Peristiwa dan jalinan
peristiwa yang dikisahkan masuk akal dan logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa,
aksi dan interaksi, yang seolah-olah memeng benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal dan
dapat dipercaya (plausible). Jadi karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang
menampilkan tokoh dengan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar waktu dan tempat
yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam realismee yaitu
cerita realistime, realisme binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.
a.        Cerita
Realisme
Cerita realistic (realistic stories) biasanya bercerita tentang masala-masalah social dengan
menampilkan tokoh utama protagonist sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah yang dihadapi
tokoh itulah yang menjadi sumber pngembangan konflik dan alur cerita. Konflik yang
dikisahkan dapat berkaitan dengan masalah diri sendiri, orang lain atau social, dan bersifat
realistic sebagaimana dikemukakakan dalam kehidupana sehari-hari. Kaitan antara tokoh ,
konflik, alur, dan tema harus terjalin dengan baik dan saling berhubungan. Penyelesaian cerita
tidak harus simplisistik dan sentimental dan kurang realistik dan adil.
Dalam kehidupan yang sesungguhnya masalah tidak mudah diselesaikan dan bahkan mungkin
tidak terselesaikan. Untuk cerita anaka, cerita lebih banyak diselesaikan, tetapi harus tetap
mempertahankan logika cerita. Pembaca anak yang mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh
protagonist akan menemukan penyelesaian yang belum tentu sesuai dengan harapannya. Cerita
realistic dapat membawa pembaca anak untuk lebih memahami dirinya sendiri dan orang lain
lewat pengembangan cerita, tokoh, dan konflik yang dapat dipercaya.
a.    Realisme Binatang
Cerita realisme binatang (animal realistim) adalah cerita binatang yang bersifat nonfiksi. Cerita
realisme binatang adalah cerita tentang binatang, berbicara tentang binatang, misalnya yang
berkaitan dengan bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup, dan lain-lain. Maksudnya, cerita ini
adalah cerita deskripsi tentang binatang yang tidak mengandung unsur personifikasi, binatang
sebagaimana binatang yang tidak dapat berpikir seperti manusia. Dalam cerita fiksi binatang,
biasanya ditambahkan dimensi lain yang memunculkan konflik atau petualangan dalam cerita.
Cerita fiksi binatang ini menampilkan cerita binatang yang dapat berbicara, berpikir, dan
berkonflik sebagaimana halnya manusia karena cerita itu memang hadir sebagai personifikasi
karakter manusia. Dengan demikian, cerita fiksi binatang menjadi tidak realistik, dan sulit
diterima secara akal. Oleh karena itu, cerita fiksi binatang tidak dikategorikan sebagai realisme
binatang.
Cerita realisme binatang dapat juga ditulis dengan lebih menarik, dan karenanya menawarkan
efek keindahan juga. Misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara
5
bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang realistik tentang kehidupan
binatang, baik binatang yang jinak dan familiar maupun binatang yang buas dan langka.
b.    Realisme Historis
Cerita realisme sejarah (historical realism) mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Hal itu menentukan latar yang juga harus bersetting pada masa lampau lengkap dengan
konsekuensi faktual-logis-nya. Misalnya, deskripsi keadaan tempat, seperti rumah, jalan, dan
kondisi, lingkungan alam secara keseluruhan, cara pemakaian tokoh, peralatan hidup, seperti alat
untuk memasak, bekerja, transportasi, persenjataan, dan lain-lain harus sesuai dengan latar waktu
dan tempat. Cerita biasanyamengambil satu atau beberapa tokoh utama yang dipergunakan
sebagai acuan pengembangan alur. Contoh cerita sejarah, misalnya Perang diponegoro, Perang
Paderi, dan lain-lain yang memang memiliki fakta kesejarahan.
Cerita sejarah dapat dikembangkan menjadi fiksi sejarah (historical fiction) yang didalamnya
terdapat unsur imajinasi. Namun, aspek imajinasi tersebut haruslah dipadukan dengan fakta.
Dalam batas-batas tertentu, misalnya tidak terlalu menyimpang dengan memasukkan unsur
legenda, tokoh-tokoh fiktif dan peristiwa-peristiwa fiktif, fiksi sejarah masih dapat dikategorikan
dalam kelompok realisme. Cerita sejarah pada hakikatnya memang sejarah, sejarah yang ditulis
dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-cara penuturan. Untuk menjadi sastra, cerita
sejarah haruslah dikemas dengan cara penuturan dan bahasa yang sederhana.
c.    Cerita  Realisme Olah Raga
Cerita realisme olah raga (sports stories) adalah cerita tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan dunia olah raga. Cerita ini dapat berkaitan dengan bermacam-macam jenis dan tim olah
raga seperti sepakbola, basket, voli, badminton, dan para olahragawan yang terkenal. Cerita
tentang olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untuk menanamkan karakter fair play,
kejujuran, kedisiplinan, kesederajatan, dan lain sebagainya yang penting untuk pengembangan
diri. Jika dikemas dengan cara-cara menarik, cerita tentang olah raga tidak kalah menarik
dibanding dengan cerita yang lain.
2.    Fiksi Formula
Genre ini disebut sebagai fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya
dengan jenis yang lain. Walaupun hal itu tidak mengurangi orisinalitas cerita yang dikreasikan
oleh penulis, keadaan itu mau-tidak mau meruapak sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra
anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita misteri dan Detektif, Cerita
Romantis, Dan Novel Serial.
a.    Cerita Misteri Dan Detektif
Jenis fiksi formula yang banyak dikenal orang adalah cerita misteri (misteries)  dan cerita
detectif (detectives, thrillers). Cerita misterius dan detektif biasanya dikemas dalam satu waktu,
lampau, kini, atau mendatang, dan menyajikan teror pada setiap bagian. Cerita misteri
menampilkan daya ketegangan, rasa ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang tidak
terjelaskan atau masih misterius, namun pada akhir kisah hal-hal tersebut dapat dijelaskan dan
diselesaikan secara masuk akal. Demikian pula halnya dengan cerita detektif dan novel kriminal
juga menampilkan sesuatu yang misterius, yang biasanya dimulai dengan mayat atau kasus
pembunuhan. Kasus tersebut tetap misterius, tidak terjelaskan, namun pada akhir kisah
ditemukan tersangka yang tidak terduga, dengan bukti-bukti yang kuat. Cerita misteri dan
detektif biasanya menampilkan seorang hero (pahlawan) atau detektif yang luar biasa dan
mungkin berkarakter aneh atau nyentrik.
Pengembangan alur untuk fiksi formula dilakukan dengan hati-hati dan sekaligus untuk
menunjukkan kuatnya sang hero/detektif. Daya ketegangan dikembangkan lewat banyangan atau
6
pertanda, penunjukan sedikit demi sedikit, pemecahan masalah (misteri) selangkah demi
selangkah, dengan cara yang menyakinkan. Cerita diakhiri dengan terkuaknya misteri atau kasus,
terhukumnya pihak yang bersalah, dan kebahagiaan pihak yang benar. Pola-pola tersebut pasti
ditemuai dalam cerita misteri atau detektif, dan itu merupakan konvensi yang dapat dipahami
orang. Dilihat dari keadaan itu, novel serial Harry Potter (J.K. Rowling) dapat dikelompokkan
dalam fiksi formula jenis ini.
b.   Cerita Romantis
Cerita romantis (romantic stories) bukan hal baru dalam realisme, dan kini banyak ditulis untuk
pembaca muda. Cerita romantis biasanya menampilkan kisah yang simplisistis (sederhana) dan
sentimentalis (haru/penuh perasaan) hubungan laki-laki dengan perempuan, dan itu seolah-olah
merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja. Pola-pola hubungan kedua sejoli itu
dibuat seolah-olah menjadi begitu sederhana dan romantis, seolah-olah tidak ada urusan lain
untuk hidup. Banyak cerita jenis ini memiliki derajat kesamaan pola yang tinggi, baik dalam hal
pengembangan alur maupun karakteristik tokoh, sehingga boleh dikatakan bahwa cerita-cerita
romantis hanya berbeda dalam penanaman dan bukan dalam hal alur dan karakter tokoh/ oleh
namun, cerita romantis perlu dibedakan dengan romance, romansa, yang tidak masuk kategori
fiksi formula. Cerita romansa justru memperlihatkan adanya kebebasan imajinasi dan kreativitas
penulis dalam mengembangkan cerita.
c.    Novel Serial
Novel serial dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun novel-novel itu
merupakan satu kesatuan unit. Novel-novel tersebut memiliki beberapa cara fokus
pengorganisasian walaupun juga dapat bersifat tumpang tindih. Pertama, novel-novel yang
diidentifikasikan sebagai “dokumentasi perkembangan tokoh” dengan alur terpisah, tetapi
memiliki tema yang mirip. Kedua, novel-novel yang memiliki satu tokoh utama dengan sedikit
perubahan karakter sehingga urutan novel menjadi tidak penting. Ketiga, novel-novel dengan
tokoh yang konstan dan tanpa perubahan. Novel-novel jenis ini memberikan kemudahan kepada
anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati cerita.
3.    Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantasi
sering juga disebut sebagai cerita fantasi (literasy fantasy) dan cerita ini mencoba menghadirkan
sebuah dunia lain di samping dunia nyata. Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang
lazim dan dapat diterima sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis
sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi adalah cerita fantasi, fantasi tingkat
tinggi, dan fiksi sains.
a.    Cerita Fantasi
Cerita fantasi (fantastic stories) dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan tokoh, alur,
atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut seluruh maupun hanya
sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang
realistik sebagaimana halnya dalam cerita realistik, tetapi didalamnya juga terdapat sesuatu yang
sulit diterima. Misalnya, cerita tentang kehidupan manusia mini di dalam kelompoknya yang
memiliki kebiasaan kehidupa sebagaimana halnya kita manusia biasa, baik yang menyangkut
kebutuhan fisik, batin, maupun spiritual, tetapi kebenaran cerita itu sendiri tetap diragukan.
Cerita fantasi dapat menampilkan tokoh dan alur yang hampir sepenuhnya fantastik, artinya
derajat kebenarannya dipertanyakan, atau gabungan antara unsur realistik dengan fantastik.
Cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia dapat dikategorikan dalam
cerita fantasi.
7
b.    Fantasi Tingkat Tinggi
Cerita fantasi tinggi (high fantasy) dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai oleh
adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dan kejahatan. Konflik
semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi, dan kebanyakan cerita
memenangkan yang baik. Cerita jenis ini dapat menyakinkan pembaca lewat tokoh yang
menyakinkan dan konsistensi dunia baru yang dikisahkan. Contoh cerita yang terkenal, misalnya
Lord of the Rings (JRR. Tolkien). Cara atau pemilihan sudut pandang pengisahan akan
mempengaruhi penerimaan terhadap tokoh  dan berbagai pengalamannya. Latar dapat bervariasi,
biasanya masa lampau, namun sering berbeda dengan latar kehidupan kita.
Cerita fantasi tinggi biasanya ditampilkan dengan nada dan suasana yang terlihat sungguh-
sungguh atau terlihat nyata.
c.    Fiksi Sains
Menurut Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sains (science fiction) mengemukakan bahwa
fiksi sains adalah fiksi spekulatif dimana pengarang mengambil postulat (perumpamaan/dalil)
dari dunia nyata dan mengaitkan fakta dengan hukum alam. Kingsley amis mengatakan bahwa
fiksi sains adalah hipotesis yang berdasarkan sejumlah inovasi dalam sains dan teknologi.
Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi sains kadang-kadang tidak mudah dibedakan apakah
murni fantasi atau sains.
Cerita fiksi sains sering berkaitan dengan  kehidupan di masa depan, atau sebagai variasi
ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa datang. Fiksi sains dapat juga berkaitan dan
menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.
4.    Sastra tradisional
Sastra tradisional dalam kesastraan (traditional literature atau folk literature) menunjukkan
bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan dimulainya dan
siapa penciptanya, dan dikisahkan turun-temurun secara lisan. Berbagai cerita tradisional
tersebut banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis. Hal ini
dimaksudkan agar cerita tersebut tidak hilang dari masyarakat, mengingat kondisi masyarakat
saat ini yang telah berubah. Di dunia ini ditemukan banyak sekali cerita rakyat, tidak terhitung
jumlahnya, dan menjadi bagian kebudayaan masyarakat pemiliknya. Jenis cerita kelompok genre
sastra tradisional ini adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
a.    Fabel
Fabel (fable) adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia.
Binatang-binatang yang dijadikan tokoh cerita dapat berbicara, bersikap, dan berperilaku
sebagaimana halnya manusia. Pada umumnya cerita fabel tidak panjang, dan secara jelas
mengandung ajaran moral, dan pesan moral itu secara nyata biasanya ditempatkan pada bagian
akhir cerita. Tujuan penyampaian  ajaran moral inilah yang menjadi fokus penceritaan sekaligus
yang menyebabkan hadirnya fabel di masyarakat.
Pemilihan tokoh binatang dimaksudkan untuk mengkonkretkan ajaran dalam bentuk tingkah
laku, jadi bukan hanya disampaikan secara verbal dan abstrak. Selain itu, hal ini juga
dimaksudkan untuk menyamarkan ajaran lewat personifikasi binatang agar moral yang
disampaikan tidak terlihat langsung dan karenanya pembaca tidak merasa digurui.
Fabel merupakan cerita yang bersifat universal, ditemukan di berbagai masyarakat di dunia.
Setting yang digunakan hanya dijadikan latar belakang penceritaan dan tidak jelas waktu
kejadian, tetapi biasanya menunjuk ke masa lampau.
b.    Dongeng Rakyat

8
Dongeng rakyat (folklore) merupakan salah satu bentuk dari cerita tradisional. Pada masa lampau
dongeng diceritakan oleh orang tua kepada anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga
selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama. Dongeng hadir dimaksudkan
untuk menyampaikan ajaran moral, konflik antara baik dan buruk, dan yang baik pada akhirnya
pasti menang. Tokoh yang dihadirkan, bisa sesame manusia atau ditambah makhluk lain, seperti
binatang atau makhluk halus, jelas berkarakter sederhana, berbelah antara baik dan jahat, sesuai
dengan ajaran moral yang ingin disampaikan.
Alur cerita biasanya progresif karena untuk memudahkana pemahaman cerita dengan
menampilkan konflik yang tidak terlalu kompleks, dan klimaks sering ditempatkan di akhir
kisah. Penyelesaian atau akhir kisah hampir selalu membahagiakan.
c.    Mitologi/Mitos
Mitos (myths) merupakan cerita masa lampau yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia. Mitos
dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan
supranatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia
keturunan dewa (Makaryk, 1995). Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan,
asal-usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu yang suci, yang gaib.
Kebenaran cerita mitos sebenarnya dapat dipertanyakan, tetapi masyarakat pemilik mitos
tersebut tidak pernah mempersoalkannya. Istilah mitos dan mitologi sering dipakai secara
bergantian walaupun sebenarnya manusia memiliki nuansa makna yang agak berbeda. Mitos
berkaitan dengan cerita itu sendiri, sedangkan mitologi merupakan ilmu sastra yang mengandung
konsep mitos, konsep tentang dongeng suci atau gaib yang berkaitan dengan kehidupan dewa-
dewa dan makhluk halus lainnya.
d.   Legenda
Legenda (legend) sering memiliki atau berkaitan dengan kebenaran sejarah, dan kurang berkaitan
dengan masalah kepercayaan supranatural. Atau legenda juga sengaja dikaitkan dengan aspek
kesejarahan sehingga selain memiliki pijakan latar yang pasti, seolah-oleh mengesankan bahwa
ceritanya memiliki kebenaran sejarah. Namun, sebenarnya istilah legenda merupakan cerita yang
dikisahkan tidak memiliki kebenaran sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan. Legenda
menampilkan tokoh-tokoh sebagai pahlawan yang memiliki kehebatan tertentu dalam berbagai
aksinya dan itu sangat mengesankan. Misalnya Robin Hood, Legenda Sangkuriang, dan lain
sebagainya.
e.    Epos.
Cerita epos (folk epics, waracarita) meruapakan sebuah cerita panjang yang berbentuk syair
(puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui. Epos berisi cerita kepahlawanan
seseorang yang luar biasa hebat, baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya. Tokoh
cerita dihadirkan melebihi kelumrahan manusia biasa, hebat dalam segala hal, baik yang
menyangkut kualifikasi fisik maupun moral. Aksi-aksi kehebatanya berupa aktivitas
petualangan, melakukan perjalanan, pencarian dan penemuan yang kesemuanya menunjukkan
karakter keberaniannya. Cerita berlatar di suatu masyarakat atau bangas yang terjadi pada masa
lampau yang kadang-kadang tidak jelas kapan waktunya. Cerita epos memperlihatkan nilai-nilai
penting dari masyarakat, yan dapat member kesan kepada pembaca sehingga dapat memberikan
kekuatan moral dan keberanian.
Cerita epos hadir di masyarakat adalah untuk memberikan ajaran moral secara simbolik lewat
sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi atau peristiwa yang mengiringinya. Contoh
dari cerita epos adalah cerita wayang Mahabharata dan Ramayana.
5.    Puisi
9
Genre puisi anak dapat berwujud puisi personal. Puisi personal adalah puisi yang sengaja ditulis
untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak itu sendiri. Puisi jenis ini dapat
berbicara tentang apa saja sepanjang yang menarik perhatian penulis, seperti berbicara tentang
alam, keindahan alam, kebaikan seorang ibu, pengorbanan ibu, persahabatan, dan lain
sebagainya.
6.    Nonfiksi
Tidak semua buku nonfiksi dapat dimasukkan ke dalam genre nonfiksi, khususnya buku-buku
yang tidak mmeperhatikan keharmonisan bentuk bahasa dan isi. Bacaan  sastra nonfiksi yang
ditulis secara artistik, jika dibaca oleh anak, anak akan segera memperoleh pemahaman sekaligus
kesenangan. Cerita ini akan membangkitkan perasaan keindahan pada diri anak yang berwujuk
efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dalam genre sastra anak adalah buku informasi
dan biografi.

a.    Buku Informasi


Buku informasi (informational books), terdiri atas berbagai macam buku yang mengandung
informasi, fakta, konsep dan lain-lain yang mampu menstimulasi keingintahuan anak atau
pembaca. Dari aspek bahasa buku nonfiksi juga dapat mendayagunakan berbagai aspek seperti
diksi. Buku nonfiksi membentang dari masalah yang sederhana sampai yang kompleks, dan yang
cocok untuk anak tentu yan berkategori sederhana.
b.    Biografi
Biografi adalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua aspek
kehidupan dan peristiwa dikisahkan, tetapi dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu
dan menarik untuk diketahui orang lain atau pada hal-hal tertentu yang memiliki nilai jual. Buku
biografi memberikan kejelasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh yang
dibiografikan sepanjang hayat atau sampai saat buku itu ditulis. Selain itu, biografi dapat
digunakan untuk menguraikan sikap dan pandangan tokoh yang bersangkutan,
mengklarifikasikan pandangan orang yang selama ini dinilai salah, atau sebaliknya untuk
memberitahukan sesuatu yang selama ini belum diketahui orang. Banyak biografi tokoh terkenal
yang ditulis ulang yang sengaja dimaksudkan sebagai bacaan sastra anak. Misalnya, kisah
kehidupan para wali (wali sanga) di Jawa, para ilmuwan dan tokoh terkenal seperti Napoleon
Bonaparte, Einstein, dan lain sebagainya.

E.     Pembagian Genre Yang Diusulkan


Menurut Burhan pmbagian genre sastra anak berdasarkan analogi pembagian genre sastra
dewasa dengan masih memanfaatkan pembagian Luckens, genre sastra anak cukup dibedakan ke
dalam fiksi, nonfiksi, puisi dan komik.

1.    Fiksi
Dilihat dari segi isi, fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada kebenaran
faktual atau sejarah. Tokoh atau peristiwa yang dikisahkan memiliki kemungkinan untuk ada dan
terjadi di dunia nyata walaupun tidak pernah ada dan terjadi.
Berdasarkan waktu kemunculannya dan penulisannya, fiksi dapat dibedakan kedalam fiksi
tradisional dan modern. Fiksi tradisional (folklore) adalah cerita yang telah muncul ratusan tahun
yang lalu, baik yang diwariskan dalam bentuk tulisan maupun secara lisan secara turun temurun,
dan tidak diketahui pengarangnya, seperti legenda, mitos, fabel, dan sebagainya.
10
Sedangkan fiksi modern adalah cerita yang ditulis relative baru, pengarang jelas, dan beredar
sudah dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran atau majalah. Cerita ini
boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi harus ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang anak.
Misalnya, cerita fiksi formula (detektif dan misteri, novel serial), fantasi, atau cerita realisme dan
cerita pendek.
2.    Nonfiksi
Cerita nonfiksi adalah cerita yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau sesuatu yang
lain yang memiliki kerangka acuan pasti seperti “karangan ilmiah” yang dihasilkan anak-anak
dalam pelajaran mengarang di sekolah. Cerita nonfiksi ini berwujud buku informasi, biografi,
cerita olah raga, realisme sejarah, dan sebagainya. Walaupun bersifat nonfiksi, buku tersebut
dikemas dalam bentuk yang menarik dan memperhitungkan efek keindahan yang dimaksudkan
untuk menjadi bacaan anak.
3.    Puisi
Dilihat dari segi isi, pada umumnya puisi merupakan suatu bentuk ekspresi, deskripsi, protes,
atau bahkan narasi tentang berbagai persoalan kehidupan termasuk keadaan alam.
Dilihat dari waktu kemunculannya, puisi dibedakan menjadi puisi tradisional dan puisi modern.
Puisi tradisional adalah puisi yang tidak pernah diketahui waktu penulisannya dan siapa
pengarangnya. Puisi tradisional dapat berupa syair dan pantun, tetapi juga dapat berupa bentuk
lisan yang diwariskan secaraturun temurun, seperti tembang-tembang ninabobo yang
dinyanyikan ibu atau lagu-lagu anak seperti sluku-sluku bathok, menthog-menthog, dan lain-lain.
Sedangkan, puisi anak modern adalah puisi yang ditulis dalam waktu kini, ada pengarang, dan
tersebar lewat buku atau media massa seperti koran dan majalah.
4.    Komik
Komik adalah cerita bergambar dengan sedikit tulisan. Bahkan kadang-kadang ada gambar yang
tanpa tulisan sudah dapat dimengerti oleh pembaca. Komik sastra anak adalah komik yang layak
dan sengaja dimaksudkan untuk bacaan anak. Tentu saja dengan isi yang dibatasi. Contoh komik
antara lain Doraemon, Captain Tsubasa, dan lain sebagainya.

F.     Sastra dan Dunia Anak


Secara tidak sadar sebenarnya kita telah belajar sastra sejak kecil. Sastra sebagai bagian dari seni
yang indah sebenarnya merupakan salah satu sarana untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
baik, nasehat-nasehat lewat jalannya cerita atau lagu yang didendangkan tanpa bersifat
menggurui bagi anak.
Dunia anak adalah dunia yang penuh warna, penuh imajinasi. Kita dapat mengarahkan
imajinasinya ke imajinasi yang baik dengan menggunakan sastra.
Sastra dapat kita kategorikan sebagai sastra lisan (foklor) atau sastra tulis. Sastra lisan adalah
jenis sastra yang diungkapkan dari mulut ke mulut, seperti  saat kita mendongeng untuk anak
dengan berbagai tokoh atau karakter. Seperti cerita binatang: si kancil anak nakal, semut dan
merpati, dsb. Juga tokoh-tokoh lain seperti kisah Cindrelela sang upik abu, Aladin dan lampu 
ajaib dan sebagainya. Dengan mendekatkan sastra sejak dini akan membawa karakter yang baik,
dari segi kejiwaan dan bahasa anak.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

 Sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
dipahami oleh anak, dan itu pada umumnya berangkat dari fakta yang konkret dan mudah
diimajinasikan. 
Isi kandungan sastra anak yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak
itulah yang antara lain, merupakan karekteristik sastra anak. Sastra anak dapat berkisah tentang
apa saja, bahkan yang menurut ukuran dewasa tidak masuk akal. Misalnya berkisah tentang
binatang yang dapat berbicara, bertingkah laku, berpikir dan berperasaan layaknya manusia.
Imajinasi dan emosi anak dapat menerima cerita itu secara wajar dan memang begitulah
seharusnya menurut jangkauan pemahaman anak.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media
pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.
Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak,
mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi
anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang
membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini sehingga menambah pemahaman pembaca mengenai
pengertian sastra ,fungsi sastra,dan ciri-ciri sastra.

Daftar Pustaka

Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Yogyakarta: Ombak.
Rosdiana, Yusi. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
T, Solchan. 2014.  Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia: Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

12

Anda mungkin juga menyukai