Anda di halaman 1dari 15

Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ...

(Kundharu Saddhono)

BAHASA ETNIK MADURA DI LINGKUNGAN SOSIAL:


KAJIAN SOSIOLINGUISTIK DI KOTA SURAKARTA

Kundharu Saddhono
PBSID- FKIP-UNS
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126
e-mail: kundharu@uns.ac.id

ABSTRACT

This research was descriptive about language used by Madurese ethnic in


Surakarta. The locations selected were five sub-districts of Surakarta: Jebres, Pasar
Kliwon, Serengan, Banjarsari, and Laweyan. The research was aimed to describe
the language used by Madurese society in Surakarta based on social domain, to
explain the type and the function of language of the Madurese society based on
social domain, and to explain the language specification of Madurese society in
Surakarta. The data collection was conducted through listening and oral method.
This method was supported by recording and a note technique. In addition, in-
depth interview technique was used. The data were analyzed by using sociolinguistics
approach by considering the social context of the speech components (Hyme’s
SPEAKING). The results shows that the functions of Madurese language are
familiness, expression of feeling, ethnic identity, secrecy, and cultural defense;
Javanese language is used for habit, adaptation, and friendship; Indonesian lan-
guage is used for formal situation, ethnic community, education situation, initial
meeting; mixed language is used for nonformal situation, message confirmation,
and new concepts. The specifications of the language use of the Madurese ethnic
community in Surakarta are the use of greeting, use of particles, use of reduplica-
tions, type of words, language variation, and Bangkalan dialect.

Key words: bilingualisme, madurese ethnic, sociolinguistic, dan dialek.

1. Pendahuluan Etnik Madura merupakan etnik yang


Surakarta atau yang lebih terkenal dengan mempunyai tingkat mobilitas tinggi karena
nama Sala adalah sebuah kota bekas pusat hampir di kota-kota besar Indonesia terdapat
kerajaan Jawa tradisional yang mempunyai komunitas etnik Madura. Ini menandakan
kebudayaan dominan. Sebagai salah satu kota bahwa daerah tujuan merantau etnik Madura
besar di Indonesia wajar jika di Surakarta mencakup seluruh pelosok tanah air dan telah
terdapat kelompok etnik pendatang seperti berlangsung beberapa abad yang lalu (Wiyata,
etnik Sunda, Banjar, Madura, Bugis, Minang- Kompas 6 April 2001). Etnik Madura pertama
kabau, dan lain-lain. kali datang ke Surakarta tidak dapat dikatakan

1
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

secara pasti. Sumber tradisional seperti Babad menengah: bula ‘saya’ dan dika ‘kamu’, dan
Sala (RM Said, 1984) hanya menyebutkan (5) bahasa kasar atau mapas: sengko’ ‘saya’
bahwa orang dari tanah sabrang atau dan ba’ ‘saya’ atau kake ‘kamu’ dan seda
mancanegara wetan datang ke Surakarta ‘kamu’.
untuk mengabdi sebagai prajurit di Keraton Etnik Madura menarik dikaji dalam
Surakarta Hadiningrat. Pada masa Paku konteks sosial kebahasaan karena, (1) sifat
Buwana III (1749-1778) dalam pasukan orang Madura yang ekspresif, spontan, dan
keraton Lombok Abang terdapat prajurit dari terbuka senantiasa termanifestasikan ketika
Madura. Mereka bermukim di kampung yang harus merespon sesuatu yang dihadapi,
bernama Sampangan. Kata Sampangan khususnya terhadap perlakuan orang lain atas
berasal dari Sampang, sebuah kabupaten di dirinya, (2) latar belakang bahasa daerah yang
Madura. Sebenarnya Kampung Sampangan masih serumpun dengan bahasa Jawa, seperti
tersebut merupakan sebutan umum untuk adanya tingkatan bahasa, pernyataan ini
kampung orang Madura, yang semua dianggap merujuk pendapat Uhllenbeck (1964), (3)
berasal dari Sampang, Madura (Radjiman etnik Madura mempunyai organisasi sosial
dalam Sutirto, 2000: 92). Atas dasar kenyataan yang berorientasi pada asal daerahnya,
itu, maka cikal bakal etnik Madura yang pernyataan ini mengacu pendapat Usman Pelly
bekerja sebagai abdi dalem kurang lebih dua (1994). Organisasi etnik Madura di Surakarta
abad tersebut merupakan etnik Madura yang bernama Rukun Keluarga Madura (RKM)
pertama kali datang ke Surakarta. yang digagas oleh Asnawi (1957) merupakan
Jumlah Masyarakat Etnik Madura di lanjutan dari Rukun Kematian Madura (Sutirto,
Surakarta (MEMS) saat ini tidak dapat 2000: 114). Selain itu juga ada Paguyuban
diketahui secara pasti. Ada sebuah hasil Remaja Islam Madura (PRISMA) dan Ikatan
penelitian (Sutirto, 1993) yang menginformasi- Istri Madura (IKIM), dan (4) Madura merupa-
kan bahwa jumlahnya 4.069 orang. Menurut kan etnik yang paling banyak di Surakarta,
Ahmad Tohir (Wawancara, 2002), sekretaris kurang lebih 1% dibandingkan dengan jumlah
Rukun Keluarga Madura (RKM), jumlah etnik penduduk Surakarta, yaitu sekitar 5.000-an
Madura di Surakarta saat ini kurang lebih orang dari sekitar 550.251 orang (Kantor
5.000-an termasuk yang tinggal di daerah Statistik Kota Surakarta, 2002).
pinggiran. Hal yang sama dinyatakan oleh Amir Fokus penelitian ini adalah kajian di bidang
Tohir (Wawancara, 2002), sesepuh Pagu- sosiolinguistik. Kajian sosiolinguistik yang
yuban Remaja Islam Madura (PRISMA). berfokus pada pilihan bahasa masyarakat yang
Seperti halnya bahasa Jawa, apabila multilingual telah dilakukan oleh beberapa
sistem stratifikasi sosial dikaitkan dengan jenis- peneliti, antara lain Giles (1979), dan Susan
jenis tingkatan bahasa yang digunakan dalam Gal (1979), Sumarsono (1993), Markamah
masyarakat, maka posisi sosial seseorang akan (2000), dan Kundharu Sadhono (2004).
menentukan pilihan tingkatan bahasa yang Dalam penelitian-penelitian tersebut dijelaskan
digunakan. A. Latief Wiyata (2002: 48) bahwa faktor perpindahan atau migrasi
menyebutkan bahwa tingkatan bahasa atau penduduk dalam suatu masyarakat -yang
dag-ondagga basa dalam bahasa Madura ada menyebabkan mereka sebagai kelompok
lima, yaitu (1) bahasa keraton misalnya abdi minoritas- sangat berperan dalam menentukan
dalem ‘saya’ dan junan dalem ‘kamu’, (2) situasi kebahasaan.
bahasa tinggi, seperti abdina ‘saya’ dan Fasold (1993: ix) mengemukakan bah-
panjenengan ‘kamu’, (3) bahasa halus: kaula wa inti sosiolinguistik tergantung dari dua
‘saya’ dan sampeyan ‘kamu’, (4) bahasa kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang

2
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi para dalam analisis latar multibahasa yang melibat-
pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan kan beberapa penutur. Domain sosial diper-
sebagai alat untuk menyampaikan informasi gunakan untuk menghubungkan keragaman
dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada pilihan bahasa dan topik oleh individu-individu
orang lain. Kenyataaan ini menunjukkan bahwa terhadap kaidah budaya masyarakat yang lebih
dengan menggunakan bahasa tertentu, pem- luas dan kelancaran dalam berinteraksi
bicara akan dikenali siapa jati dirinya, berasal (Crystal, 1993: 101). Fasold (1993: 183) secara
dari mana, bagaimana hubungannya dengan singkat mendefinisikan ranah sebagai konstelasi
mitra tuturnya, dalam peristiwa tutur apa dia faktor-faktor lokasi, topik, dan partisipan.
terlibat dalam komunikasi. Pilihan di antara Sementara itu, Romaine (1995: 30) berpen-
bahasa-bahasa itulah yang menentukan situasi dapat bahwa ranah adalah abstraksi yang
sosial. Dalam mengkaji pemakaian bahasa, mengacu pada suasana aktivitas yang mewakili
perlu dikemukakan pula hal-hal yang terkait gabungan waktu khusus (spesific times), latar,
lainnya yang mempengaruhi hasil akhir dari dan hubungan peran. Tulisan ini hanya akan
kajian tersebut. Hal-hal terkait yang dimaksud membahas pemakaian bahasa masyarakat tutur
misalnya adalah tentang sikap bahasa masyara- Madura di Surakarta pada ranah atau ling-
kat tersebut, kemampuan dan pemakaian ba- kungan sosial.
hasanya dalam kehidupan sehari-hari, di sam- Berdasarkan persoalan di atas, maka
ping situasi kebahasaan secara umum dalam tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap
masyarakat tersebut perlu pula diungkapkan. pilihan bahasa yang digunakan masyarakat
Pilihan bahasa yang dilakukan oleh etnik Madura di Surakarta pada lingkungan
masyarakat yang multilingual ditentukan oleh sosial, bentuk dan fungsi pilihan bahasa
berbagai faktor dan mempunyai makna sosial masyarakat etnik Madura di Surakarta pada
tertentu. Hodges dan Kress (1991: vii) lingkungan sosial, dan kekhasan pemakaian
menyatakan bahwa bahasa (code) tidak bisa bahasa masyarakat etnik Madura di Surakarta
dipelajari atau sepenuhnya dipahami apabila pada lingkungan sosial.
tidak dikaitkan dengan masyarakat pema-
kainya, sehingga bahasa lisan harus dilihat 2. Metode Penelitian
dalam konteks teori keseluruhan sistem tanda Kajian ini dilaksanakan di Kota Sura-
yang terbentuk dan diperlakukan secara sosial karta, Jawa Tengah dengan alasan bahwa
sebagai kebiasaan masyarakat. Berkaitan Surakarta merupakan salah satu daerah
dengan hal tersebut, kajian ini akan mengung- pemakai BJ baku yang ditandai dengan adanya
kapkan makna semiotik sosial yang berkaitan lafal umum yaitu vokal rendah bulat [o] dan
dengan pilihan dan pemakaian bahasa etnik pemakaian ungggah-ungguhing basa
Madura di Surakarta. Bahasa sebagai semiotik (Dwiraharjo, 2001: 15). Selain itu, Surakarta
sosial berarti bahasa sebagai tanda yang dahulu merupakan pusat kebudayan Jawa
penggunaannya menggambarkan sistem sosial yang ditandai dengan Keraton Surakarta
budaya suatu masyarakat (Wierzbicka, 1996: Hadinigrat dan Pura Mangkunegaran. Hal ini
73). memperlihatkan bahwa budaya dominan Jawa,
Ranah atau domain sosial adalah kelom- yang secara langsung atau tidak langsung akan
pok situasi sosial yang dibakukan, secara khas mempengaruhi pemakaian bahasa masyarakat
dibatasi oleh seperangkat kaidah tingkah laku etnik Madura -yang merupakan etnik
yang umum, misalnya domain sosial keluarga minoritas- dalam berinteraksi dengan masya-
adalah rumah, domain sosial keagamaan rakat etnik Madura sendiri atau di luar etnik
adalah masjid. Domain sosial sangat penting Madura. Kajian ini mengambil lokasi di lima

3
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

kecamatan yaitu Jebres, Pasar Kliwon, 3. Hasil dan Pembahasan


Serengan, Banjarsari, dan Laweyan. Lokasi 3.1 Wujud Pilihan Bahasa Etnik Madura
difokuskan di tempat-tempat yang dihuni oleh di Surakarta
masyarakat etnik Madura dan dalam masya- Hasil kajian ini mengenai pilihan bahasa
rakat tersebut terdapat aktivitas-aktivitas sosial yang dilakukan MEMS di lingkungan sosial
budaya etnik Madura. yang berupa, (1) bahasa Madura (BM), (2)
Data diambil dari pemakaian bahasa bahasa Jawa (BJ), (3) bahasa Indonesia (BI),
etnik Madura di Surakarta yang terjadi secara dan (4) bahasa campuran (BC) yang terbagi
alami yang mempunyai ciri-ciri khusus sesuai atas BM dan BJ, BM dan BI, BJ dan BI, serta
dengan tujuan. Secara alami artinya bahwa ketiga bahasa BM, BJ, dan BI.
pemakaian bahasa atau peristiwa bahasa itu
berlangsung secara wajar di masyarakat dalam 3.1.1 Pilihan Bahasa Madura
kegiatan komunikasi berbahasa sehari-hari BM merupakan salah satu bahasa yang
secara lisan. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh MEMS. Hal ini mengingat BM
di-gunakan adalah metode simak dan metode merupakan bahasa ibu mereka. Hasil temuan
cakap (Sudaryanto, 1984: 1). Adapun menge- penelitian dan pengamatan menunjukkan
nai teknik lanjutannya menggunakan teknik bahwa BM dipakai oleh MEMS di lingkungan
simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik sosial. BM yang digunakan dalam enam do-
catat. Pengumpulan data juga menggunakan main sosial tersebut mempunyai latar belakang
teknik wawancara mendalam (indepth-inter- pemakaian menurut situasi dan kondisi. Hasil
viewing). temuan penelitian menunjukkan bahwa BM
Kajian ini menggunakan teknik cuplikan digunakan oleh MEMS antara lain untuk
yang bersifat selektif dengan menggunakan menunjukkan identitas diri sebagai orang
pertimbangan berdasarkan konsep teoretis Madura, hubungan kekeluargaan, keakraban,
yang digunakan, keingintahuan pribadi penulis, ungkapan perasaan, kerahasiaan, dan pemer-
karakteristik empirisnya dan lain-lain. Oleh tahanan budaya.
karena itu, cuplikan yang digunakan dalam Data [1] berikut ini merupakan peristiwa
kajian ini lebih bersifat purposive sampling, tutur yang terjadi antara seorang kiai dan
atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan seorang bapak yang ingin menyembuhkan
dengan criterion-based selection (Goetz & anaknya dengan minta doa kepada kiai
LeCompte dalam Sutopo, 1996: 138). tersebut. Peristiwa tutur ini bersifat vertikal
Soepomo Poedjosoedarmo (dalam karena antara penutur dan miitra tutur
Dwiraharjo, 2001: 20) menyatakan bahwa mempunyai kedudukan sosial yang berbeda.
penelitian sosiolinguistik pada dasarnya adalah Dalam peristiwa tutur data [1] ditunjukkan
penelitian kontekstual. Penelitian kontekstual bahwa mitra tutur mempunyai kedudukan
adalah penelitian mengenai wujud tuturan sosial lebih tinggi daripada penutur karena mitra
(bahasa) dengan memperhatikan konteks tutur adalah seorang kiai Lebih lengkap
sosial yang menyertai terjadinya suatu tuturan. peristiwa tutur tersebut seperti di bawah ini.
Dalam analisis data akan diperhitungkan
konteks sosial yang berupa komponen tutur, Data [1]
yaitu (1) penutur atau pembicara, (2) mitra tutur (1) A : Assalamu’alaikum.
atau lawan tutur, (3) situasi tutur atau situasi (2) B : Wa’alaikumsalam. Eh Pak Ahmad
bicara, (4) tujuan tuturan, dan (5) hal yang badhe napah Pak?
dituturkan (Sudaryanto, 1995: 38). (3) A : Nikal, potrah buleh songkan Pak
Keyae, bhedhi nyu’un dhueh dherih

4
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

Pak Keyae supajeh enggel sae. ini. Saya hanya bisa mendoakan
(4) B : O enggi, bektah ka’kantoh song- saja agar si Ali cepat sembuh.
kan napah, Pak? Nika Ali potrah (7) A : Terima kasih Pak Kiai. Ya semo-
se terakhir gi? Omor sanapah Pak? ga cepat sembuh.
(5) A : Ampon sataon tello bulen Pak (8) B : Pak Ahmad libur to hari ini?
Keyae nika bedenah segghut panas (9) A : Ya, niat bawa Ali ke tempatnya Pak
sareng buleh lastareh e bektah de’ Kiai. Kasihan sudah seming-gu ini
dokter tapeh lok e sae. Ali rewel Pak Kiai. Sudah saya
(6) B : O enggi, coma panas biasa nika pamit dulu Pak Kiai. Terima kasih
Pak, nika degghik a kompres sekali. Itu juga banyak yang antri
sareng dek eragih obet nikah, bule ingin berkunjung sama Pak Kiai.
coma bisa adueaghih saos sopajeh (10) B : O ya ya. Semoga cepat sembuh.
enggel sae. (11) A : Assalamu’alaikum. Mari Pak Kiai.
(7) A : Mator sakalangkong Pak Keyae, (12) B : Wa’alaikumsalam. Ya ya ya’
enggi moge moge enggel sae.
(8) B : Pak Ahmad prei areh mangken Data [1] menginformasikan bahwa Pt dan
(9) A : Enggi aniat abekta Ali dek com- Mt memilih BM sebagai alat untuk berkomu-
po’eh Pak Keyae, neser ampon nikasi. BM yang digunakan oleh Pt dan Mt
saminggu nika Ali rewel Pak adalah BM yang halus. Latar belakang
Keyae. Ampon beden kauleh pemakaian BM karena kedua PK yaitu Pt dan
pamit dimin Pak Keyae mator Mt berasal dari Madura yang mempunyai
sakalangkong sanget, kaissah jugen bahasa ibu BM. Sedangkan bentuk pilihannya
bennyak se antri acabiseh dek Pak adalah BM halus karena Pt menghormati Mt
Keyae yang berkedudukan sebagai seorang kiai atau
(10) B : O enggi, moge-moge enggel sae. ustad dan Mt juga memakai BM halus karena
(11) A : Assalamu’alaikum, toreh Pak untuk mengimbangi tuturan Pt yang meng-
Keyae. gunakan BM halus. Sebenarnya hubungan
(12) B : Wa’alaikumsalam enggi-enggi. antara Pt dan Mt sangat dekat karena ber-
tetangga dan berasal dari etnik yang sama serta
Terjemahan: umur mereka tidak terpaut terlalu jauh. Akan
(1) A : ‘Assalamu’alaikum tetapi BM halus digunakan oleh Pt karena
(2) B : Wa’alaikumsalam, Eh Pak Ah- dalam budaya Madura seorang kiai atau ustad
mad, ada apa Pak? merupakan seseorang yang harus dihormati
(3) A : Ini, anak saya sakit Pak Kiai. Mau dan mempunyai kedudukan sosial yang tinggi.
minta doa dari Pak Kiai agar lekas Kata sapaan yang muncul pada tuturan
sembuh. tersebut adalah Pak, walaupun dalam peristiwa
(4) B : O ya, bawa kemari Pak. Sakit apa, tutur itu semua memakai BM. Pemakaian Pak
Pak? Ini Ali kan anak yang terakhir ini menunjukkan juga sebagai rasa hormat. Rasa
ya? Umur berapa Pak? hormat kepada seorang kiai juga ditujukkan
(5) A : Sudah 1 tahun 3 bulan Pak Kiai. dengan salam yang diucapkan Pt kepada Mt
Ini badannya sering panas. Saya yaitu pada awal tuturan dan di akhir tuturan.
sudah bawa ke dokter tapi tidak Kata salam tersebut menunjukkan bahwa
sembuh-sembuh. budaya agama Islam sangat lekat pada
(6) B : O ya, panas biasa saja kok ini Pak. masyarakat Madura. Pemakaian kata-kata
Ini nanti dikompres dan minum obat Islam di depan seorang kiai oleh masyarakat

5
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

Madura dipandang juga sebagai rasa hormat Terjemahan:


Pt dengan Mt yang ada di sekitarnya. (1) A : ‘Gimana, Mas. Sudah selesai
Keluarga Madura yang bermukim di rekamannya?
Surakarta dalam komunikasi sehari-hari hampir (2) B : Sudah, Mas tapi tidak terlalu jelas
semuanya memakai BM, kecuali ketika orang suaranya.
tua dengan anak yang masih kecil kadang- (3) A : Tidak apa-apa. Coba saya putar.
kadang memakai BJ dan BI. MEMS (4) B : Sebentar saya ambil di kamar. Ini,
bermukim dengan cara berkelompok, baik Mas.
dalam komunitas kecil maupun besar. Hasil (5) A : Ini bolak balik Mas?
pengamatan yang dilakukan penulis menunjuk- (6) B : Iya tapi yang side B hanya sedikit.
kan bahwa hampir dipastikan orang dewasa Yang side A penuh.
etnik Madura ketika berkomunikasi sesama (7) A : Hee Mas tidak terlalu jelas.
etnik Madura menggunakan BM. Dalam setiap Suaranya tapi bisa ditulis to Mas
kelompok tersebut terjalin hubungan (8) B : Bisa, ini sudah saya tulis seba-gian.’
silahturahmi yang diwujudkan dengan perkum-
pulan pengajian dan arisan. Kehidupan yang Peristiwa tutur pada data [2] merupakan
berkelompok inilah yang menjadikan MEMS peristiwa tutur yang terjadi di lingkungan sosial.
merasa menjadi satu keluarga besar. Dalam Tuturan terjadi antara Pt yang berasal dari etnik
berinteraksi MEMS dalam komunitas itu selalu Jawa dan Mt yang mempunyai latar belakang
menggunakan BM. BM digunakan untuk etnik Madura. Hubungan antara Pt dan Mt
bercanda, mengobrol, dan bertukar pikiran. cukup akrab karena Pt merupakan teman Mt
dalam mencari data penelitian ini. Hubungan inilah
3.1.2 Pilihan Bahasa Jawa yang menyebabkan ST menjadi akrab dan
Peristiwa tutur pada data [2] di bawah santai. Keakraban ini juga mempengaruhi pilihan
ini melibatkan masyarakat etnik Jawa. Karena bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan
itu, maka peristiwa tutur yang terjadi cenderung dalam peristiwa tutur tersebut adalah BJ. BJ
menggunakan BJ dan tuturan tersebut bersifat digunakan Pt untuk membuka tuturan sehingga
nonformal dan antara Pt dan Mt terlihat sangat Mt juga menggunakan BJ sebagai penyeim-
akrab. Lebih jelasnya mengenai pilihan bahasa bang. Akan tetapi pemilihan BJ dalam tuturan
BJ dapat dilihat pada data [17] berikut ini. tersebut juga dipengaruhi oleh kedekatan
hubungan PT. Pada awal-awal pertemuan
[Data 2] ketika Pt meminta bantuan kepada Mt dalam
(1) A : Piye, Mas. Wis rampung reka- penelitian ini, Mt selalu memakai BI. Hal ini
mane? dikarenakan Mt beranggapan bahwa Pt
(2) B : Uwis Mas ning ora pathek cetha merupakan orang yang terpelajar sehingga Mt
suarare memilih BI sebagai alat komunikasi.
(3) A : Ora papa. Coba takputere Pemilihan BJ ngoko juga sebagai bukti
(4) B : Sik takjupuke nang kamar. Iki, Mas keakraban antara Pt dan Mt. Pemakaian BJ
(5) A : Iki wolak walik Mas? yang terjadi dalam tuturan antara Pt dan Mt pada
(6) B : Iya ning sing side B mung sithik. mulanya masih menggunakan ragam krama.
Sing side A kebhak Pemilihan bentuk krama juga sebuah rasa
(7) A : Hee mas ora pathek cetha. Suarane hormat antar PT. Walaupun pada data [2] PK
ning isa ditulis ta Mas menggunakan BJ bentuk ngoko, akan tetapi
(8) B : Isa, iki wis taktulis sebagian. keduanya masih saling menghormati dengan
adanya kata sapaan Mas yang dilakukan.

6
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

Pemakaian kata sapaan digunakan oleh kedua (5) B : Wa’alaikum salam wr. wb.
belah pihak pada data [2.1], [2.2], [2.4], dan (6) C : Yang pertama dan utama kita
[2.7]. Keakraban hubungan antara Pt dan Mt panjatnya syukur alhamadulillah
selain berpengaruh terhadap pilihan bahasa juga atas berkat dan rahmat kehadirat
berpengaruh terhadap pemakian kata-katanya. Allah Swt yang telah diberikan
Tuturan pada data [2] terdapat partikel seperti kepada kita semua sehingga kita
ta yang bermakna mempertanyakan juga dan dapat berkumpul dalam acara ru-
kata piye ‘gimana’ [3.1] kependekan dari kata tin kita ini di rumah Pak Ali. Salam
kepriye ‘bagaimana’. Mt pun kemudian serta shalawat kita panjatkan
menjawab dengan bentuk yang sama yaitu wis kepada suri tauladan kita Mu-
‘udah’ [2.2] dari kata uwis ‘sudah’. Bentuk hammad Saw dan orang-orang yang
kata-kata tersebut merupakan ragam dialog istoqomah di jalannya. Singkat saja
yang dilakukan secara alami. kita akan mendengarkan laporan
dari Pak Abdul tentang tugasnya.
3.1.3 Pilihan Bahasa Indonesia Silahkan Pak Abdul
Temuan hasil penelitian mengenai
pemakaian BI di lingkungan sosial dapat dilihat Pilihan bahasa yang dipakai dalam pe-
pada data [4] yang merupakan awal atau ristiwa tutur tersebut adalah BI. Pemilihan ini
pembukaan sebuah rapat rutin yang diseleng- dipengaruhi oleh faktor situasi yang formal,
garakan oleh perkumpulan masyarakat sehingga menuntut pemakaian BI agar
Madura. Peristiwa tutur tersebut lebih lanjut pembicaraan serius dan dapat dimengerti oleh
dapat dilihat pada data [4] berikut ini. seluruh peserta rapat. Hampir kosakata BM
tidak muncul dalam pembukaan rapat tersebut.
Data [3] Hal yang menunjukkan bahwa PK berlatar-
(1) A : Assalamu’alaikum wr. wb. belakang etnik Madura adalah logat Madura
(2) B : Wa’alikum salam wr. wb. yang masih kental. Pengaruh agama Islam juga
(3) A : Petama-tama kita sampaikan rasa muncul dalam peristiwa tutur tersebut. Setiap
syukur ke hadirat Allah Swt yang seorang berbicara di awal dan di akhir setiap
telah memberikan kita anugrah tuturan selalu menggunakan salam. BI juga
kesehatan sehingga kita dapat digunakan oleh MEMS untuk menjalin
berkumpul di rumah saya ini dalam komunikasi dengan etnik lain, terutama di luar
keadaan sehat walafiat. Selanjutnya etnik Jawa. BI diperlukan oleh MEMS karena
pada malam ini kita akan mem- dalam mata pencaharian sehari-hari MEMS
bahas tentang beberapa agenda selalu berhubungan dengan banyak orang. Se-
yang telah kita sampaikan dalam orang tukang sate, misalnya. ia akan selalu
surat undangan yaitu tentang hal berhubungan dengan orang yang menggu-
yang berhubungan pertemuan ru- nakan BI atau di lingkungan kerja yang lain.
tin kita dan rencana pembangunan
mushola. Untuk singkatnya waktu, 3.1.4 Pilihan Bahasa Campur
acara akan dipimpin oleh Pak MEMS merupakan masyarakat dwiba-
Ahmad selaku ketua. Silahkan Pak hasawan sehingga dalam tuturannya antara
Ahmad. bahasa yang satu dengan bahasa yang lain akan
(4) C : Terima kasih Pak Ali. Bapak- saling mempengaruhi dan saling kontak.
bapak yang saya hormati. Assa- Peristiwa inilah yang akan mempengaruhi
lamu’alikum wr. wb. pemakaian bahasa MEMS ketika berko-

7
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

munikasi. BC merupakan fenomena sosial yang (2) B : Ya biasa lomba untuk anak-anak
terjadi pada MEMS. Faktor yang mem- tapi katanya ada campur sari. Saya
pengaruhi BC ini banyak sekali. Misalnya PK tidak begitu tahu. Nah itu ada Mas
yang terlibat dalam tuturan, TT, LT dan lain Budi. Mas 17-an arep ana acara
sebagainya. apa?
Bentuk BC yang ditemukan dalam bisa (3) C : Biasa cak lomba untuk anak-anak
berbentuk CK maupun AK dari ketiga tapi katanya karang taruna
bahasa, yaitu BM, BI, dan BJ. Pembahasan mengadakan campur sari.
mengenai BC difokuskan pada AK karena (4) A : Campur sari dari mana, Mas?
dengan AK peristiwa pergantian bahasa yang (5) C : Wah tidak tahu Mas. Aku tidak
satu dengan bahasa yang lain bisa terlihat secara begitu terang. Tapi katanya dari
jelas. Untuk bahasa yang berupa BC yang Sragen.
dilakukan MEMS ada beberapa macam dan (6) B : Kalau ada acara campur sari ramai
dapat digolongkan menjadi 4 yaitu (1) BM dan ya.
BJ, (2) BM dan BI, (3)BI dan BJ, dan (4) (7) C : Iya ramai tapi yang mabuk dan judi
BM, BI, dan BJ. ya ramai.
(8) B : Hee
a. Bahasa Madura dan Bahasa Jawa
Temuan hasil penelitian pada data [4] Tuturan data [4] menggambarkan dua
berikut merupakan BC antara BJ dan BM orang etnik Madura yang berbincang mengenai
yang terjadi lingkungan sosial yang ber- acara tujuhbelasan di lingkungan tersebut. Pt
temakan peringan tujuh belas Agustus. menanyakan acara apa saja yang akan
[Data 4] diselenggarakan di lingkungannya. Mt.1 tidak
(1) A : Idinah bedheh acara 17-an apa, bisa menjelaskan secara pasti acara apa saja
Cak? yang akan diselenggarakan untuk memperingati
(2) B : Ya biasa lomba gebei nak-kanak 17 Agustus. Saat itu kebelulan Mt.2 datang
tapeh koca’eng bedheh campur bergabung dalam tuturan tersebut. Mt.2
sari. Ya engkok lok patheh taoh. merupakan salah satu pemuda yang juga ikut
La jiah bedheh Mas Budi. Mas 17- mengurusi peringatan 17 Agustus di ling-
an arep ana acara apa? kungan tersebut. Mt.2 kemudian menjelaskan
(3) C : Biasa cak lomba kanggo anak- acara-acara yang akan diselenggarakan untuk
anak tapi jare karang taruna memperingati 17 Agustus dan juga hal-hal
nganakke campur sari. negatif jika ada perayaan 17 Agustus.
(4) A : Campur sari seko ngendi Mas? Data [4] menunjukkan bahwa pada awal
(5) C : Wah ra mundheng Mas. Aku ra tuturan Pt dan Mt.1 menggunakan BM sebagai
pathek cetho. Ning jare seko alat komunikasi. Pemilihan BM dilatarbelakang
Sragen. oleh asal kedua PK tersebut berbahasa ibu
(6) B : Nek ana acara campur sari ramai BM. Ketika datang Mt.2 yang berasal dari
ya. etnik Jawa secara spontan Pt dan Mt.1 mela-
(7) C : Iya ramai ning sing mabok karo judi kukan AK. Peralihan bahasa ini dimaksudkan
yo ramai. agar Mt.2 yang bukan dari Madura dapat
(8) B : Hee mengetahui apa yang dibicarakan. Latar
belakang yang lain adalah sebagai rasa hormat
Terjemahan: kepada Mt.2.
(1) A : Di sini ada acara 17-an apa, Cak? Kata sapaan yang muncul dalam data [4]

8
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

tersebut juga berasal dari BM dan BJ. Kata ini Abdul, teman saya dari Madura.
sapaan BM yaitu cak [4.1] muncul ketika Dia jualan sate di Slamet Riyadi.
tuturan terjadi antara Pt dan Mt yang berasal (5) C : Kundharu
dari etnik Madura. Kata sapaan mas dari BJ (6) A : Abdul, kuliah ta mas di UNS, se-
muncul ketika tuturan tersebut melibatkan Mt.2 mester berapa?
dalam peristiwa tutur tersebut. Kata sapaan (7) C : Semester empat, Mas.
mas digunakan Pt [4.2], dan Mt.2 [4.5] sebagai (8) A : Eh, cak aku pamit dulu, aku pergi
rasa hormat antara keduanya yang baru dengan temanku. Salam ya buat
bertemu untuk pertama kali. teman-teman.
(9) B : O ya, main sekali-kali ke rumahku.
b. Bahasa Indonesia dan Bahasa Madura (10) A : Ya, mari Mas Kundharu. Ayo cak.
Temuan hasil penelitian mengenai
pemilihan BC antara BI dan BM di lingkungan Data [5] menunjukkan bahwa pilihan
sosial dapat dilihat pada data [5] yang bahasa yang dilakukan oleh PK adalah BM
melibatkan PK yaitu dua orang yang berasal dan BI. BM digunakan oleh Pt dan Mt.1,
dari etnik Madura dan seorang dari etnik sedangkan BI digunakan oleh semua PT yaitu
Jawa. Pt, Mt.1 dan Mt.2. Latar belakang pemakaian
BM oleh Pt karena Mt-nya adalah teman lama
Data [5] yang berasal dari Madura. Seorang Pt dalam
(1) A : Hei cak dek remah keberreh memilih bahasa tentu memperhatikan siapa
(2) B : Beres dherih dimah? yang diajak bicara atau Mt. Ketika Pt adalah
(3) A : Matahari, hedheh entarah kainmah orang Jawa dan Mt adalah orang Jawa yang
(4) B : Alen jelen abherengin tang kancah merupakan teman akrab dan sudah lama tidak
dheri UNS teppaeh penelitian. bertemu, maka ada kecenderungan bahasa
Kenalkan ini Mas Kundharu, Mas yang digunakan adalah BJ. Hal tersebut juga
ini Abdul, teman saya dari Madura. tercermin dalam data [5] yang terjadi antara
Dia jualan sate di Slamet Riyadi Pt dan Mt yang berasal dari Madura. Adapun
(5) C : Kundharu BI digunakan oleh Pt untuk memperkenalkan
(6) A : Abdul, kuliah ta mas di UNS se- Mt.2 kepada temannya Mt.1.
mester berapa?
(7) C : Semester empat, Mas. c. Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
(8) A : Eh cak engkok apamit gellu, Temuan hasil penelitian mengenai BC an-
engkok mangkadheh bik tang tara BJ dan Bi juga tampak di lingkungan sosial,
kancah salam yeh dek tang cah seperti pada data [9]. BC pada peristiwa tutur
kancah. data [6] menunjukkan bahwa PK adalah
(9) B : O yeh main li sekali karoma. orang yang berasal dari etnik Madura dan etnik
(10) A : Yut, mas Kundharu. Ayo Cak. Jawa.

Terjemahan: Data [6]


(1) A : Hai, cak bagaimana kabarnya? 1 A : Mau kerja bakti. Pak kok bawa
(2) B : Baik, dari mana ? alat-alat?
(3) A : Matahari, kamu mau kemana? 2 B : Ya, Mas mau tujuh belasan, kudu
(4) B : Jalan-jalan menemani teman saya resik-resik karo pasang-pasang
dari UNS sedang penelitian, gendero.
Kenalkan, ini Mas Kundharu, Mas

9
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

3 A : O nggih. Napa wonten perintah peringatan tujuh belas Agustus. Selaku ketua
saking kelurahan, Pak? RW di lingkungan tersebut maka Mt harus
4 B : Ya, tidak Mas tapi ya otomatis memberi contoh yang baik agar seluruh warga
kalau mau tujuh belasan ya harus mengikutinya.
diperingati. Pasang bendera terus Tuturan pada data [9] menunjukkan
lomba-lomba kalih tirakatan. bahwa pilihan bahasa yang dipakai oleh PK
5 A : O ya , biasanya lomba apa saja, adalah BI dan BJ. Pada awal tuturan Pt
Pak? menggunakan BI akan tetapi Mt menjawab
6 B : Ya untuk anak-anak, biasalah yang dengan BJ ngoko. Melihat Mt menggunakan
diatur oleh pemuda-pemuda. BJ, Pt juga terpengaruh menggunakan BJ
Kalau orang tua ya ikut tirakatan krama. Hal yang sama juga terjadi pada Mt
saja. yang juga terpengaruh menggunakan BJ
7 A : Nggih mangga menawi bandhe krama. Bentuk krama ini dipilih oleh Pt sebagai
tindak. rasa hormat kepada Mt yang berusia lebih tua
8 B : Nggih. Saya tinggal dulu Mas. dan di tempat tuan rumah. Oleh karena Pt selalu
9 A : Nggih. Mangga. menggunakan BI, maka Mt juga menggunakan
BI. Pemakaian BI oleh PT sering berwujud
Terjemahan: CK yang memasukkan unsur BJ dalam tuturan.
1 A : Mau kerja bakti. Pak? kok bawa CK BJ tersebut yaitu nggih [6.5], [6.7], [6.8],
alat-alat? dan [6.9]
2 B : Ya, Mas mau tujuh belasan, harus
bersih-bersih dan pasang-pasang d. Bahasa Madura, Bahasa Jawa, dan
bendera. Bahasa Indonesia
3 A : O Ya. Apa ada perintah dari BC tidak hanya terjadi antara dua bahasa
kelurahan, Pak? saja yang dilakukan oleh MEMS, yaitu antara
4 B : Ya, tidak Mas tapi ya otomatis BM dan BJ, BM dan BI, BJ dan BI. BC juga
kalau mau tujuhbelasan ya harus terjadi dengan melibatkan tiga bahasa tersebut
diperingati. Pasang bendera terus sekaligus. BC yang menggunakan tiga bahasa
lomba-lomba dan tirakatan. tersebut yaitu BM, BJ, dan BI terlihat pada
5 A : Ya, biasanya lomba apa saja, Pak? data [7] berikut ini.
6 B : Ya untuk anak-anak, biasalah yang
diatur oleh pemuda-pemuda. Data [7]
Kalau orang tua ya ikut tirakatan (1) A : Bik la rapikak entarah kamah?
saja. (2) B : Badheh acara e kon pak sholeh
7 A : Ya, Silahkan kalau ingin berang- kumbokarnan
kat. (3) A : Kumbokarnan, apa ta Kak?
8 B : Ya. Saya tinggal dulu Mas. (4) B : Itu lho kalau orang mau menga-
9 A : Ya. Silahkan dakan hajatan pernikahan. Sing
penting ngumpul wae, dik. Biar
Peristiwa tutur data [6] menggambarkan tidak dikatakan tidak gaul dengan
Pt yang melihat Mt sedang berkemaskemas masyarakat.
merapikan alat kerja bakti, Pt kemudian (5) A : Iyeh kak degik engkok entara
bertanya kepada Mt. Mt lalu menjelaskan kassah kiah bik tang kancah
bahwa Mt akan kerja bakti dengan seluruh engkok e undang kiah disah
warga di daerah tersebut menjelang (6) B : Iyeh degik mun mangkad heh

10
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

apamit geluh ka embugheh belum diketahui oleh Pt dan jika menggunakan


(7) A : Iyeh kak BJ mungkin lebih banyak lagi pengertian-
pengertian yang lain yang tidak diketahui oleh
Terjemahan: Pt. Setelah menjelaskan pengertian yang tidak
(1) A : Kok rapi, Kak. Mau kemana? diketahui oleh Pt, Mt kemudian lebih
(2) B : Ada acara di Pak Sholeh. memberikan penekanan tujuan yang akan
Kumbakarnan. dilakukannya dengan mengunakan BJ.
(3) A : Kumbakarnan, opo to Kak? Dalam tuturan tersebut juga banyak
(4) B : Itu lho kalau orang mau muncul partikel-partikel dalam BJ, misal-nya
mengadakan hajatan pernikahan. lho dan ta. Partikel-partikel tersebut muncul
Sing penting ngumpul wae, dik. sebagai penekanan apa yang dituturkan dan
Biar tidak dikatakan tidak gaul sebuah hal yang sangat sering terjadi dalam
dengan masyarakat. tuturan lisan yang berupa dialog. Selain itu
(5) A : Ya, kak. Nanti saya juga mungkin situasi yang santai juga mempengaruhi
menyusul dengan teman-teman, munculnya partikel tersebut. Situasi santai
saya juga diundang ke sana. muncul karena hubungan yang akrab antara Pt
(6) B : Ya. Nanti kalau mau pergi pamit dan Mt.
dulu dengan mbakyumu
(7) A : Ya, kak 3.2 Karakteristik Bahasa Etnik Madura
di Surakarta
Dalam tuturan data [7] tersebut terjadi Pilihan bahasa MEMS dapat dirangkum
AK yang dilakukan oleh Pt maupun Mt. Mt dalam pola-pola pemakaian bahasa yaitu,
dalam tuturan tersebut menggunakan tiga pertama, dalam peristiwa tutur yang
bahasa yaitu BM, MI, dan BJ. Adapun Mt berlangsung sesama etnik Madura bahasa yang
menggunakan BM dan BJ. BM dipakai oleh digunakan adalah bahasa ibu mereka yaitu BM.
Pt dan Mt karena dilatarbelakangi oleh Pilihan BM ini disebabkan antara lain yaitu
kebiasaan MEMS yang selalu menggunakan kebiasaan, sebagai identitas, menjaga keraha-
BM ketika mereka berkomunikasi dengan or- siaan dan pemertahanan budaya etnik Madura.
ang Madura sendiri. Mt menggunakan BJ Kedua, apabila dalam peristiwa tutur tersebut
dalam tuturan [10.3] dilatarbelakangi oleh melibatkan orang di luar etnik Madura maka
ketidaktahuan sebuah kata yang berasal dari bahasa yang digunakan adalah BJ atau BI
BJ yaitu kumbakarnan. Karena ketidaktahuan tergantung dari partisipan.
tersebut maka dia pun beralih kode ke BJ agar Faktor penentu utama pilihan BM adalah
tuturan tersebut dapat ditangkap lebih jelas PK yang didukung oleh domain sosialnya, yaitu
oleh Mt. Kumbakarnan merupakan sebuah lingkungan keluarga atau lokasi tutur (LT),
konsep baru bagi MEMS yang hanya ada situasi tutur (ST), dan topik tuturan (TT).
dalam kebudayaan Jawa. kumbakarnan adalah MEMS sebagai masyarakat perantau jika
berkumpulnya masyarakat di tempat orang berkomunikasi dengan etnik Madura sendiri
yang akan melakukan hajatan. Mengetahui akan lebih tepat menggunakan BM. Selain itu
bahwa Pt tidak paham dengan pengertian faktor PK juga memegang peran yang penting.
tersebut maka Pt kemudian menggunakan BI Dalam sebuah keluarga Madura jika Pt dan
agar tidak terjadi salah pengertian. Dengan Mt berasal dari Madura maka dapat dipasti-
menggunakan BI merupakan sebuah tindakan kan menggunakan BM, kecuali jika pada
yang netral karena jika dijelaskan dengan BM situasi dan kondisi tertentu. Kajian ini juga
mungkin ada pengertian–pengertian lain yang menemukan sebuah fenomena bahwa dalam

11
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

lingkungan keluarga BM dipakai oleh ham-pir atau bik. Partikel-partikel tersebut muncul
MEMS yang sudah dewasa. Secara umum disebabkan tuturan yang ada merupakan
dapat digambarkan bahwa BM biasa yang sebuah dialog atau wacana lisan yang nonformal
sering dipakai. BM halus jarang muncul dan sehingga baik disadari ataupun tidak muncul
hanya muncul pada saat tertentu saja, misalnya dalam tuturan. Selain itu kedekatan hubungan
seperti peristiwa tutur yang melibatkan seorang PK yang menyebabkan ST menjadi informal
ustadz atau pada perkenalan awal. juga menjadi salah satu faktor munculnya
Pilihan BJ muncul dalam peristiwa tutur partikel-partikel tersebut.
etnik Madura jika di LT tersebut ter-dapat Kekhasan pemakaian bahasa MEMS
masyarakat di luar etnik Madura atau terlihat juga pada bentuk kata perulangan.
pembicaraan itu melibatkan anak kecil. Pembentukan perulangan tersebut serupa
Sedangkan BI muncul hanya pada keluarga- dengan kata boh aboh ‘aduh-aduh’ yang
keluarga tertentu saja dan pada situasi ter- sangat populer di kalangan masyarakat. Bentuk
tentu. Keluarga tertentu adalah keluarga yang tersebut merupakan perulangan yang
‘mampu’, biasanya ketika berkomunikasi dimaksudkan untuk penegasan tuturan atau
dengan anaknya sering menggunakan BI. penekanan pada kata tertentu. Bentuk ini bisa
Kekhasan pemakaian bahasa MEMS terjadi pada kata sifat atau kata benda
adalah pemertahanan kata sapaan dalam BM. tergantung penegasan tiap tuturan. Kata yang
Sebagai contoh bentuk rasa hormat seorang mempunyai tipe serupa antara lain teh ngateh
Pt kepada Mt, baik karena umur, status, dan ‘hati-hati’, nak kanak ’anak-anak’, leh melleh
lain-lain akan menggunakan kata sapaan kak ‘membeli’ dan lain-lain. Temuan hasil kajian ini
atau sampenyan untuk laki-laki dan bukan menegaskan bahwa bentuk perulangan ini
kata mas walaupun dalam tuturan tersebut memang sangat produktif dalam tuturan lisan
menggunakan BJ atau BI. Bentuk kata sapaan masyarakat etnik Madura.
yang masih digunakan oleh MEMS antara lain Bentuk kata yang populer dalam
yaitu bug ‘kakak perempuan’, alek lakek masyarakat yang jarang dijumpai dalam
‘anak laki-laki, alek binek ‘anak perempuan’ peristiwa tutur MEMS yaitu bentuk taiyeh
dan sebagainya. Akan tetapi jika digunakan di ‘iyakan’. Bentuk kata ini jarang dijumpai dalam
luar lingkungan keluarga kata sapaan tersebut peristiwa tutur MEMS kecuali hanya pada
bercampur dengan kata sapaan BJ yaitu mas, situasi santai, khususnya bercanda dan
mbakyu atau yu, thole, dan ndhuk. Hal lain frekuensinya terbatas. Yang lebih menarik
yang menarik adalah kata sapaan untuk orang justru pemakaian kata iyeh ‘iya’ sendiri yang
tua yaitu ayah dan ibu. MEMS ada yang merupakan bentuk dasar taiyeh ‘iyakan’. Kata
menggunakan kata sapaan BA. Kata tersebut taiyeh mempunyai variasi bentuk yaitu yeh,
adalah abi untuk menyebut ayah dan umi untuk iyut, yut untuk BM biasa. Pemakaian kata-
menyebut ibu. kata tersebut tidak berbeda maknanya dalam
Kekhasan pemakaian bahasa MEMS setiap tuturan. Kemunculan bentuk kata
yang lain adalah munculnya partikel-partikel tersebut tergantung dari kebiasaan Pt dalam
baik dari BM maupun BJ. Partikel-partikel menggunakannya sehari-hari. Bentuk ini juga
yang muncul tersebut antara lain lhe, le, bik mempunyai bentuk halus yaitu enggi ‘ya’ yang
yang berasal dari BM dan lho, to, kok yang sering digunakan oleh Pt yang menghormati
berasal dari BJ. Kehadiran partikel-partikel Mt-nya, seperti tuturan yang terjadi antara
tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri, santri dan kiai.
misalnya sebagai penegasan untuk kata lho Kekhasan yang lain mengenai pemakaian
atau lhe atau mempertanyakan untuk kata kok bahasa MEMS adalah ragam dialek

12
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

Bangkalan, karena sebagian besar masyara- [jaråyaa] ‘ini’ dan pasera [pasåraa]
kat Madura yang tinggal dan menetap di ‘siapa’.
Surakarta berasal dari Madura bagian barat
atau yang mempunyai dialek Bangkalan. Dalam 4. Simpulan
masyarakat Madura terdapat tiga macam Simpulan yang dapat dipaparkan dalam
dialek yaitu sebagai berikut. tulisan ini adalah pemakaian bahasa Jawa masih
1. Dialek Bangkalan mempunyai kebia-saan dominan digunakan masyarakat etnik Madura
atau ciri menyingkat kata-kata sehingga di lingkungan sosial. Pemakaian bahasa ini ber-
dengan demikian banyak terdapat bunyi fungsi sebagai adaptasi masyarakat etnik Madu-
konsonan rangkap karena ada bunyi vo- ra di Kota Surakarta. Seperti kita ketahui bahwa
kal yang tidak diucapkan seperti: jareya Kota Surakarta sebagai pusat budaya jawa ten-
[jråya] ‘ini’ dan pasera [psåra] ‘siapa’ tu mempunyai budaya dominan apabila diban-
2. Dialek Pamekasan mempunyai kebia- dingkan dengan etnik Madura. Bahasa Indo-
saan atau ciri mengucapkan kata sesuai nesia juga digunakan masyarakat etnik madura
dengan jumlah kata, jadi panjangnya suku di lingkungan sosial dan muncul ketika situasi
kata diucapkan sama, seperti: jareya tuturnya sesuai atau formal. Selain itu juga digu-
[jaråya] ‘ini’ dan pasera [pa-såra] ‘siapa’. nakan saat perkenalan atau sekadar ingin ber-
3. Dialek Sumenep mempunyai kebiasaan gengsi. Bahasa Madura digunakan oleh masya-
atau ciri memperpanjang ucapan kata rakat etnik madura di lingkungan sosial juga, te-
bagian akhir, umumnya pada kata yang tapi presentasinya sangat kecil dan hanya diguna-
berakhir dengan vokal, seperti: jareya kan ketika tuturan terjadi antaretnik Madura.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Edward M. 1985. “Kekerabatan dan Bukan Kekerabatan” dalam T.O. Ihromi (Ed.).
Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Crystal, David. 1987. The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge
University Press.
De Jonge, H. 1989. Madura dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi,
dan Islam. Suatu Studi Antropologi Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia.
Dwiraharjo, Maryono. 2001. Bahasa Jawa Krama. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.
Fasold, Ralph. 1993. The Sociolinguistics of Society. New York: Basil Blackwell.
Fishman, Joshua A. 1996. Language Loyality in The United States: The Manitenance and
Perpetuation of Non-English. Mother Tongues by American Ethic and Religion
Groups. London, Paris: The Hague Mounton.
Gal, Susan. 1979. Language Shift: Social Determinats of Linguistic Change in Bilingual
Austria. New York: Academic Press.
Giles, Howard. 1979. Language and Social Psychology. Oxford: Basil Blackwell Publisher.
Gumperz, John. 1975. Language in Social Groups. Stanford CA: Stanford University Press.

13
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 18, No. 34, 2006: 1-15

Haugen, Einar. 1972. The Ecology of Language, Essays by Einar Haugen (Penyunting Anwar
Dill). California: Stanford University Press.
Hodges, Robert and Guther Kress. 1991. Social Semiotics. Cambridge: Polity Press.
Hudson, R.A. 1980. Sociolinguistics. London, New York, Sydney: Cambridge University
Press.
Hymes, Dell (ed.). 1964. Language in Culture and Society. New York: Harper & Row
Publisers.
Junaidy, Rasul. 1999. “Madura dalam Gelombang Reformasi”. Surabaya: Radar Madura Edisi
5 Oktober 1999.
Kantor Statistik Kota Surakarta. 2002. Surakarta dalam Angka 2002. Surakarta.
Kuntowijoyo. 2002. Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura. Yogyakarta:
Mata Bangsa.
Markhamah. 2000. Etnik Cina: Kajian Linguistis Kultural. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta Press.
Pelly, Usman. 1994. Interaksi Antar Suku Bangsa dalam Masyarakat Majemuk. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1985. “Komponen Tutur” dalam Soenjono Dardjowidjoyo (ed.)
Perkembangan Linguistik di Indonesia. Jakarta: Penerbit Arca.
Romaine, Suzanne. 1995. Bilingualism. Massachusette: Blackwell.
Saddhono, Kundharu . 2004. “Bahasa Etnik Madura di Surakarta: Sebuah Kajian
Sosiolinguistik”. Surakarta: Tesis Program Studi Linguistik Deskriptif Pascasarjana Uni-
versitas Sebelas Maret.
Safioedin, A. 1977. Kamus Bahasa Madura-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Said, RM. 1984. Babad Sala (Transkrip). Perpustakaan Reksa Pustaka, Mangkunegaran
Surakarta.
Sudaryanto. 1995. Linguistik: Identitasnya, Cara Penanganan Obyeknya, dan Hasil
Kajiannya. Yoyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudaryanto.1984. “Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data dalam rangka Linguistik:
Prinsip-prinsip dan Konsep-konsep Dasar” dalam Bacaan Linguistik. Yogyakarta :
Masyarakat Linguistik Indonesia
Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Sabda.

14
Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: ... (Kundharu Saddhono)

Sutirto, Tundjung. 2000. Perwujudan Kesukubangsaan Kelompok Etnik Pendatang.


Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.
Sutopo, H. B. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi Penelitian untuk Ilmu-
ilmu Sosial dan Budaya. Surakarta: UNS.
Suwito. 1997. Sosiolinguistik. Surakarta: Fakultas Sastra UNS.
Tohir, Ahmad. 2002. Wawancara
Tohir, Amir. 2002. Wawancara
Uhlenbeck, E.M. 1964. A Critical Survey of Studies on The Languages of Java and Madura.
Netherlands: ‘s Gravenhage Martinus Nijhoff.
Wierzbicka, Anna. 1996. Cross-Cultural Communication. Melbourne: The Third Austalian
Linguistic Institute.
Wiyata, Latief , A. 2002. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura.
Yogyakarta; LKiS.
Wiyata, Latief , A. 2001. “Memahami Budaya Perilaku Orang Madura: Pelajaran Kasus Sampit”.
Jakarta: Kompas Edisi 6 April 2001.
Zainudin, Sodaqoh. 1978. Bahasa Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

15

Anda mungkin juga menyukai