RETORIKA DAKWAH
Disusun Oleh:
Noor Sharmilla 1904031009
Siti Aisyah Nur Awalin 1904030010
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Retorika Dakwah” meskipun dengan sangat sederhana, harapan saya semoga
makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun
pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi. Sebagai penulis,
saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang terkandung di dalamnya.
Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami berharap kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. Terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Retorika Dakwah 2
B. Kedudukan Retorika dan Dakwah 3
C. Sejarah Retorika Dakwah 4
D. Keunggulan dan Kelemahan Retorika Dakwah 8
E. Strategi Dakwah dengan Retorika terbaik 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retorika atau ilmu bicara termasuk salah satu bagian penting dalam proses
komunikasi, bahkan ada ilmunya tersendiri. Sebagai bagian dari seni bicara, maka patut
bagi orang yang sering berbicara di depan khalayak umum untuk mengetahui apa itu
retorika, sehingga apa yang disampaikan dapat menarik dan memikat orang yang
mendengarkan.
Terlebih bagi seorang dai, yang senantiasa menyampaikan dakwah kepada umatnya,
ia perlu mengetahui ilmu ini, karena ia berbicara bukan hanya untuk didengar semata,
tetapi lebih dari itu, ia berbicara untuk mengajak obyek mad’u kepada jalan Allah, Islam.
Karena itu apa yang disampaikan harus bisa mengambil hati mad’u dan menyentuhnya.
Memang hidayah adalah urusan Allah sedang tugas dai hanya menyampaikan, tetapi
menyampaikan kalau diperindah dengan retorika yang baik niscaya akan memberikan nilai
plus dalam menarik dan menyentuh obyek dakwah. Untuk lebih mengenal apa itu retorika
dan kapan sejarahnya serta apa hubungannya dengan dakwah, berikut penjelasannya yang
penulis ambil dari berbagai sumber.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian retorika dakwah?
2. Bagaimana kedudukan retorika dan dakwah?
3. Bagaimana sejarah retorika dakwah?
4. Apa keunggulan dan kelemahan retorika dakwah?
5. Bagaimana strategi dakwah dengan retorika terbaik?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami pengertian retorika dakwah
2. Memahami kedudukan retorika dan dakwah
3. Memahami sejarah retorika dakwah
4. Memahami keunggulan dan kelemahan retorika dan dakwah
5. Memahami strategi dakwah dengan retorika terbaik
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
prinsipnya dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah aktivitas mengubah situasi dan
kondisi yang tidak sesuai dengan Islam menjadi situasi dan kondisi yang sesuai dengan
kehidupan Islam. Dengan demikian yang diinginkan oleh dakwah adalah terjadinya
perubahan ke arah kehidupan yang lebih Islami. Dari definisi tersebut, kita dapat
menyimpulkan bahwa retorika dakwah adalah ketrampilan menyampaikan ajaran Islam
secara lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslimin agar
mereka dapat dengan mudah menerima seruan dakwah Islam yang karenanya pemahaman
dan prilakunya dapat berubah menjadi lebih Islami. Atau retorika Dakwah dapat dimaknai
pula sebagai pidato atau ceramah yang berisikan pesan dakwah, yakni ajakan ke jalan
Tuhan (sabili rabbi) mengacu pada pengertian dakwah dalam QS. An-Nahl:125:
“Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik…”
3
3. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Mereka
ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna
mendorong supaya berpikir secara sehat.
4
ilmu yang diajarkan kepada generasi muda yang dipersiapkan untuk memimpin negara.
Retorika dalam abad-abad ini menjadi menjadi salah satu bidang ilmu yang menyaingi
filsafat.
Beberapa ahli pidato pada masa Gorgias dari Leontinoi (380-485), Protagoras
dari Abdera (410-480) dan Thrasyimachus dari Kalsedon (200-300), selain itu muncul
juga ahli-ahli pidato lain yang terkenal seperti Socrates (399-470). Menurut Socrates
yang juga ahli filsafat, retorika adalah seni untuk membawakan dan menyampaikan
pengetahuan yang sudah ada secara meyakinkan.
2. Zaman Romawi Kuno
Setelah Yunani dikusai Romawi terjadilah perbauran kebudayaan antar kedua
bangsa banyak Romawi mempelajari retorika bangsa Yunani, karena bagitu besarnya
minat orang mempelajari retorika maka ahli pidato Yunani menjadi berpengaruh. Hal
ini mencemaskan golongan konservatif, maka dibawah pemerintahan konsulat Fannius
dan Masella dilakukan pengusiran terhadap ahli filsafat dan retorika yang
berkebangsaan Yunani.
Namun akhirnya pemerintah Romawi kembali memanggil ahli tersebut ke Roma,
sejak saat itu didirikanlah sekolah-sekolah retorika, dan orang-orang Yunani menjadi
gurunya. Sejak saat itu retorika berkembang pesat di Romawi.
dengan pesatnya perkembangan ilmu retorika di Romawi tersebut maka lahirnya
ahli-ahli retorika berkebangsaan Romawi mereka antara lain Cato Senior (149-234)
Marcul Tulius Cicero (44-106) yang menulis tentanf teori pidato, Tiberius, Caius
Graechus, M Antonius, Q Hortensius Hortulus Cato Yunior.dan ada juga Lulius Caisar
dengan menulis 12 buku sebagai pengantar ilu retorika. Ilmu retorika Romawi berakhir
kejaanya seiring dengan runtuhnya kekaisaran Romawi.
3. Abad Pertengahan
Retorika abad pertengahan sering disebut abad kegelapan bagi retorika, karena
ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Orang
kristen tersebut melarang mempelajari ilmu retorika yang dirumuskan oleh orang
Yunani dan Romawi para penyembah berhala. Bila ia memeluk agama kristen secara
otomatis ia akan memiliki kemampuan untuk menyampaikan kebenaran.
Satu abad kemudian di timur muncul peradaban baru yaitu seorang nabi ia
seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata singkat yang mengandung makna padat
yaitu Nabi Muhammad SAW, perkataanya menyebabkan pendengarnya berguncang
hatinya dan berlinang air matanya. Ada seorang ulama yang mengumpulkan khusus
5
pidatonya dan menamaianya dengan Madinat al-Balaghah. Balaghah menjadi disiplin
ilmu yang menduduki status yang mulia dalam peradaban islam.
Kaum muslimin menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika, tetapi
retorika Yunani yang dicampakkan di Eropa abad pertengahan, dikaji dengan tekun
oleh para ahli balaghah sayangnya sangat kurang sekali studi berkenaan dengan
konstribusi balaghah pada retorika modern. Retorika modern pertama kali yang
mengantarkan adalah Renaissance menghubungkan Renaissance dengan retorika
modern adalah Roger Bacon.
Retorika pada zaman ini mempunyai beberapa aliran yang dimana aliran aliran-
aliran itu sebagai berikut aliran epistemologis, aliran ini lebih menekankan pada proses
psikologis, epistemologi membahas “teori pengetahuan” asal usul, sifat, metode, dan
batas-batas pengetahuan manusia.
Para pemikir epistemologi berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan
perkembangan psikologi kognitif (yang membahas proses mental), para pemikir aliran
ini antara lain. George Campbell (1719-1796), menurutnya retorika harus diarah kepada
upaya mencerahkan pemahaman, menyenangkan perasaan dan mempengaruhi
kemuman.
Richad Whately menurutnya retorika berorientasi kepada khalayak. Aliran
elokusionis justru menekankan teknik penyampaian pidato,aliran ini mendapat kritikan
karena perhatian dan kesetiaan yang berlebihan pada teknik pada abad keduapuluh
retorika mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan modern khususnya
ilmu-ilmu perilaku seperti psikologi dan sosiologi.
4. Zaman Modern
Abad Pertengahan berlansung selama seribu tahun (400-1400). Di Eropa, Selama
priode panjang itu, warisan peradaban Yunani diabaikan. Aliran pertama retorika
modern berkembang yang lebih menekankan proses psikologis, dikenal sebagai aliran
epistemologis. Epistemologis membahas “teori pengetahuan “, asal-usul, sifat, metode,
dan batas-batas pengetahuan manusia.
Para pemikir epistemologis berusaha mengkaji retorika klasik dalam sorotan
perkembangan psikologi kognitif (membahas proses mental) beberapa tokoh yang
berkaitan dengan retorika modern yaitu :
George Campbell (1719-1796), dalam bukunya The philophy of Rhetoric dalam
menelaah tulisan Aristoteles, Cicero dan Quantilianus dengan pedekatan psiklogis
fakultas (bukan fakultas psikologi) Psikologi fakultas berusaha menjelaskan sebab-
6
musabab perilaku manusia pada empat fakultas atau kemampuan jiwa manusia :
pemahaman, memori, imajinasi, perasan, dan kemauan jiwa manusia pemahaman,
memori, iamjinasi, perasaan dan kemauaan, dan mempengaruhi kemauan.
Rhichard Whately mengembangkan retorika yang dirintis Campbell. Ia
mendasarkan teori retorika juga pada psikologi fakultas. Hanya saja ia menekankan
argumentasi yang tepat dan mengorganisasikannya secara baik. Whately maupun
Campbell menekakan pentingnya menelaah proses berpikir khalayak. Karena itu,
retorika yang berorientasi pada khalayak berutang budi pada kaum epistemologis aliran
pertama retorika modern.
Aliran retorika modern kedua dikenal sebagai gerakan belles letter (bahasa
prancis : tulisan yang indah). Retorika belletrist sangat mengutamakan keindahan
bahasa, segi-segi etis pesan, kadang-kadang dengan mengabaikan segi informatif nya.
Hugh Balir (1718-1800) menulis Lectures on Rhetoric and Belles. Disini ia
menjelaskan hubungan antara retorika, sastra dan kritik. Ia memperkenalkan fakultas
citra rasa. Citra rasa kata Blair mencapai kesempurnan ketika kenikmatan indrawi
dipadukan dengan rasio.
Jadi perkembangan retorika dari zaman yunani kuno,romawi sampai modern
hingga perkembangan retorika era modern hingga era globalisasi sekarang, retorika
berkaitan yaitu mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi,
teknik pengungkapan yang tepat atau seni bicara dengan daya pembuktian serta
penilaian yang tepat. Beretorika juga harus dapat dipertangungjawabkan disertai
pemilihan kata dan nada bicara sesuai dengan tujuan, ruang waktu, situasi dan siapa
lawan bicara yan dihadapi.
Titik tolak retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau
kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(misalnya memberi informasi). Bahasa pembicara ini muncul ketika manusia
mengucapkan dan menyampaikan pikirannya kepada manusia lain. Retorika modern
adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan kesangupan
berbicara.
5. Perkembangan Retorika di Indonesia
Informasi tentang perkembangan retorika di indonesia masa lampau sangat
sedikit, sumber dan referensi yang lengkap susah ditemukan. hanya kegiatan betutur
dan upacara-upacara saat yang dapat dipahami. Yang merupakan warisan budaya , yaitu
saat meminang, pernikahan kelahiran dan kematian.
7
Setiap suku bangsa Indonesia memiliki adat tersendiri, cara berkomunikasi antar
dua suku mengambarkan kemampuan berbicara. Dari sinilah retorika klasik Indonesia
dimulai sejak abad ke-16 pada masa penjajahan Belanda, Indonesia sudah mempunyai
beberapa tokoh-tokoh retorika yang menjadi utusan pada permusyawaratan untuk
bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama mengenai retorika.
Perkembangan retorika saat ini bukan hanya sekedar alat atau sarana komunikasi
agar sampai pada arah dan maksud tujuan, namun ilmu yang dikembangkan oleh filsuf
terkenal dimasa yunani kuno telah menjadi tuntutan profesi syarat kemimpinan dan
bahkan menjadi sebuah profesi tunggal seperti jubir, moderator, pembawa acara dan
sebagainya.
8
a. Membuatmu pandai dalam merangkai kata saat berbica di depan umum
Seperti yang banyak orang ketahui bahwa retorika adalah seni dalam berbicara
atau berpidato, maka sudah pasti orang yang mendalami retorika dengan penuh
keseriusan akan memiliki kemampuan atau kecakapan dalam
berbicara.Kemampuan berbicara di muka umum tentunya akan sangat bermanfaat
bagi kehidupanmu karena dengan kemampuan tersebut, kamu bisa memberikan
pengaruh bagi sekitarmu hanya dengan rangkaian kata yang kamu susun.
Kemampuan tersebut tentunya bisa kamu manfaatkan apabila kamu berada pada
posisi sebagai pencari suara massa, seperti politikus, orator mahasiswa, bahkan
seorang manajer yang mencari suara dari para direksi. Oleh karena itu, mulailah
untuk bersahabat dengan retorika dan mulailah berinteraksi dengan buku-buku
retorika.
b. Memahami pentingnya intonasi dalam berbicara dengan orang lain
Terkadang, ada orang yang membicarakan topik kesedihan maupun kebahagiaan
dengan ekspresi datar sehingga pesan yang ia sampaikan tidak bisa berbekas di
hati target audiensi. Kadang ada juga yang berbicara terlalu cepat dan nampak
seperti komentator sepak bola. Tentunya, kebiasaan ini akan membuat pesan yang
kamu sampaikan menjadi tidak berkesan.
Coba kamu lihat, banyak dari public figure yang berhasil memikat hati penonton
hanya dengan rangkaian kata dan intonasi yang pas sehingga tercipta harmoni,
seperti sosok Najwa Shihab. Tentunya, dengan mempelajari dasar-dasar retorika,
setidaknya kamu akan sadar bahwa intonasi sangat berpengaruh pada pesan yang
kamu sampaikan.
c. Ide yang ingin kamu sampaikan kepada orang lain akan lebih mudah dicerna
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa banyak orang yang
mengabaikan intonasi sehingga membuat pesannya menjadi sulit untuk dipahami
oleh orang lain. Ketika kamu memahami retorika, kamu pasti akan sangat teliti
dalam melihat hal-hal yang akan membuat ide atau pesanmu menjadi sulit dicerna
atau dipahami oleh orang lain.
Setelah belajar retorika, tentunya kamu akan lebih bijak dalam menyampaikan
pesan, kamu akan menggunakan bahasa yang ringan ketika berbicara dengan
rakyat kecil sehingga mereka bisa menerima dengan baik apa yang kamu
sampaikan. Kewibawaanmu pun akan terlihat ketika kata-kata yang kamu ucapkan
mencerminkan seorang cendekiawan ketika kamu berada di forum ilmiah.
9
Perlu kamu sadari bahwa retorika akan mendidikmu untuk menjadi pribadi yang
paham akan kondisi, kondisi di mana suatu diksi yang kamu pakai dapat
memberikan kesan bagi pendengar.
2. Kekurangan
a. Analisis Kesalahan-Kesalahan Seorang Pembicara
Dibawah ini penjelasan kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh pembicara
dalam menyampaikan suatu pidato didepan umum agar menjadi pelajaran untuk
kita dan tentunya terhindar dari melakukannya.
10
4) Kesalahan Dalam Berbicara
a) Terlalu banyak mengulang
b) Tempo bicara yang terlalu cepat
c) Mengkopi kebiasaan pembicara lain
d) Teknik bicara yang buruk (Suara, tekanan, ritme dll)
e) Suara yang monoton, tidak ada tinggi rendah
f) Bicara tidak jelas (Artikulasi tidak jelas, menelan suku kata)
g) Terlalu banyak bunyi antara yang mengganggu, sebagai tanda bahwa orang
tidak menguasai bahan. Misalnya: eh,.. a,.. e,..
h) Kurang terampil mengatasi kesulitan bila kehilangan jalan pikiran
i) Terlalu sering menegur atau menyinggung seorang wanita didalam ruangan,
meskipun hanya dialah satu-satunya wanita yang hadir
j) Tekanan yang salah atau buruk pada kata-kata
k) Penggunaan dan penerapan kata-kata asing yang salah
5) Kesalahan dalam hubungan dengan pendengar
a) Terlalu sedikit visualisasi
b) Terlalu sedikit contoh yang memberi kesegaran
c) Terlalu sedikit pause diantaranya
d) Kurang mempertimbangkan harapan dan keinginan pendengar
e) Tidak cukup menanggapi keberatan-keberatan yang dikemukakan
f) Tidak cukup awal mengenali masalah yang membuat pendengar merasa payah
g) Mengandaikan Nivo pendidikan pendengar terlalu tinggi
h) Tidak berbicara dengan bahasa pendengar
i) Berbicara terlalu teoritis, melampaui daya tangkap pendengar
j) Menceritakan lelucon yang tidak pada tempatnya
6) Kesalahan dalam hubungan dengan teks/ manuskrip
a) Terlalu banyak pikiran asing- terlalu sedikit pikiran sendiri
b) Menggunakan rumusan yang terlalu sulit dimengerti
c) Kalimat-kalimat terlalu panjang
d) Skema/ outline yang tidak jelas
e) Bahan kurang umum dan terlalu mendetail
f) Teks dicetak terlalu rapat dan dengan huruf kecil
g) Bagian yang penting dan mempunyai arti khusus tidak cukup diperhatikan
h) Tidak ada benang merah
11
i) Kekurangan diagram dan grafik
j) Terlalu banyak bahan yang dibicarakan (terlalu luas)
k) Terlalu menyimpang dari tema yang ditetapkan
l) Seruan akhir yang tidak tepat sasaran
m)Tidak ada rangkuman pada akhir uraian
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan Retorika dalam kaiatannya dengan Ilmu Dakwah yang paling urgen adalah
“mempengaruhi audiens”. Ini karena dalam berdakwah itu sendiri dibutuhkan tekhnik-
tekhnik yang mampu memberikan pengaruh efektif kepada khalayak masyarakat sebagai
objek dakwah (al-mad’uu). Yang diantaranya dengan menggunakan retorika-retorika ampuh
dan jitu untuk mempengaruhi orang lain agar mengiyakan apa yang dikatakannya dan
mengikuti apa yang diserunya. Sebagaimana dakwah adalah sarana komunikasi
menghubungkan, memberikan dan menyerahkan segala gagasan, cita cita dan rencana kepada
orang lain dengan motif menyebarkan kebenaran sejati. Uraian singkat diatas kiranya telah
cukup untuk dijadikan bahan pegangan dan pelajaran dalam rangka memahami Retorika
dihadapan umum, segaligus dapat disimpulkan bahwa:
a. Kemahiran berbicara dihadapan umum dapat dipelajari sebagaimana ilmu
pengetahuan asalkan disertai dengan latihan-latihan, walaupun unsur nativisme
(bakat) ikut menunjang.
b. Semua pedoman diatas pada akhirnya kembali kepada para penutur itu sendiri untuk
diolah, divariasikan denganberbagai cara sesuai dengan pengalaman-
pengalamanyang diperolehnya.
c. Kunci suksesnya terpantul kembali pada pribadi pembicara. Apabila pembicara
adalah orang yang telah mempunyai reputasi baik, pandangannya, loyalitas,
integritas dan semangatnya serta sifat sifat lain yang terpercaya maka jaminan
kesuksesan pembicara untuk mempengaruhi orang lain atau mereka yang diajak
berbicara. Sukses dalam mempengaruhi dengan jalan pendekatan persuasi agar yang
diajak bicara, tertarik, faham kemudian tergerak pada tindakan yang dikehendaki.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/51773935/RETORIKA-DAKWAH
http://ayok.wordpress.com/2006/12/20/retorika-dalam-berdakwah/
http://mangunbudiyanto.wordpress.com/2011/10/15/retorika-dakwah-dan-aplikasinya-dalam-
gerakanpendidikan-al-qur’an
Rahmat, Jalaluddin. 2001. Retorika Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Saputra, Wahidin. 2006. Retorika Dakwah Lisan. Jakarta: Dakwah Press.
14