Anda di halaman 1dari 7

Nama : Laili Akrami

NIM : 1910913720002

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

1. Teori Tumbuh Kembang Sesuai Usia


Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur. Seangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun
demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya
mengkunsumsi makanan, perawatan, bimbingan, perasaana aman, pencegahan penyakit
dan sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak
harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya adlah
faktor lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan
tersebut hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
a. Factor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang
tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor
lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak,
maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
tersebut adalah sebagai berikut:
- Faktor Keturunan (Herediter)
1) Seks
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda
dengan anak laki-laki.
2) Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan
anak keturunan bangsa Asia.
- Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Eksternal
a) Kebudayaan
kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan
dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
b) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan
terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup
mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap
anak
c) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang
didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan
karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas,
aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang
menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata
keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
d) Penyimpangan Dari Keadaan Normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat
menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
e) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan
menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
f) Urutan Anak Dalam Keluarganya
Kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua
kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
2) Lingkungan Internal
a) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi,
perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang
mempunyai intelegensi kurang.
b) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu:
somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk merangsang
sel otak pada masa pertumbuhan, berkurangnya hormon ini dapat
menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan,
kurangnya hormon ini dapat menyebabkan kreatinisme; hormon
gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang perkembangan
seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa. Sedangkan estrogen
merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur.
Kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan terhambatnya
perkembangan seks.
c) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman
sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi,
sosial dan intelektual anak. Pada saat anak berinteraksi dengan keluarga
maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah.
3) Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di Sekitar Lingkungan
Dengan adanya pelayanan kesehatan disekitar lingkungan anak dapat
mempengaruhi tunbuh kembang anak, karena dengan anak diharapkan dapat
terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat segera diketahui
sedini mungkin serta dapat dipecahkan/ dicari jalan keluarnya dengan cepat.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sesuai Usia (Anticipatory Guidance, Toilet


Training)
Tahap-tahap tumbuh kembang pada manusia adalah sebagai berikut :
a. Neonatus (bayi lahir - usia 28 hari)
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan
kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya. Sedangkan
perawat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi yang
masih belum diketahui oleh orang tuanya.
b. Bayi (1 bulan - 1 tahun)
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi
pada usia 1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata,
melihat dengan tersenyum dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat
kepala 90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9
bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri bahkan
bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri
sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini
membantu orang tua dalam memberikan pengetahuan dalam mengontrol
perkembangan lingkungan sekitar bayi agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya
bisa berkembang dengan baik.
c. Todler (usia 1-3 tahun)
Anak usia toddler (1–3 tahun) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik,
hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka
mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai
berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,
kemampuan berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan, perawat
berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna
memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal.
d. Pra Sekolah (3-6 tahun)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak
usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm. Kecepatan pertumbuhan pada tahun
keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103
cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan
pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir
masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada
perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah
dapat terjadi.
e. Usia Sekolah (6-12 Tahun)
Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan
fisik, psikososial, mental anak meningkat. Perawat disini membantu memberikan
waktu dan energi agar anak dapat mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada
dalam diri anak tersebut.
f. Remaja ( 12-18/20 tahun)
Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan pengendalian koping
pada jiwa mereka saat ini dalam menghadapi konflik.
g. Dewasa Muda (20-40 Tahun)
Perawat disini membantu remaja dalam menerima gaya hidup yang mereka pilih,
membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka,
dukung perubahan yang penting untuk kesehatan.
h. Dewasa Menengah (40-65 Tahun)
Perawat membantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap
perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan.
i. Dewasa Tua
Perawat membantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran,
penglihatan, kematian orang tercinta).
Dalam perkembangan psikoseksual dalam tumbuh kembang dapat dijelaskan beberapa
tahap sebagai berikut :
a. Tahap oral-sensori (lahir sampai usia 12 bulan)
Dalam tahap ini biasanya anak memiliki karakter diantaranya aktivitasnya mulai
melibatkan mulut untuk sumber utama dalam kenyamanan anak, perasaannya mulai
bergantung pada orang lain (dependen), prosedur dalam pemberian makan sebaiknya
memberkan kenyamanan dan keamanan bagi anak.
b. Tahap anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler)
Dalam tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan anus sebagai sumber
kenyamanan, apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian
obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir, kejam dan temperamen.
c. Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah)
Tahap ini anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya, selain itu masturbasi
dimulai dan keinggintahuan tentang seksual. Hambatan yang terjadi pada masa ini
menyebabkan kesulitan dalam identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas,
ekspresi malu, dan takut.
d. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas intelektual dan
fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak muncul, penggunaan koping dan
mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu ini.
e. Genital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa)
Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan tekanan, produksi hormon
seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual, energi ditunjukan untuk mencapai
hubungan seksual yang teratur, pada awal fase ini sering muncul emosi yang belum
matang, kemudian berkembang kemampuan untuk menerima dan memberi cinta.
Teori tentang perkembangan psikososial menurut Erickson diantaranya :
a. Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan)
Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang lain, tetapi selain itu
ada segi negatifnya yaitu tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,dan
bahkan pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat
dan nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saat
kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak
percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.
b. Otonomi vs Ragu-Ragu dan Malu – Toddler (1-3 tahun)
Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan
negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah. Anak mulai
mengembangkan kemandirian dan mulai terbentk kontrol diri. Hal ini harus didukung
oleh orang tua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki
kepribadian yang ragu-ragu.
c. Inisiatif vs Merasa Bersalah (Initiative vs Guilt) -- Pra Sekolah ( 3-6 tahun)
Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan dan
mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri,
pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa
bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan
orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang
lain..
d. Industri vs Inferior (Industry vs Inferiority) -- Usia Sekolah (6-12 tahun)
Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-
benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya
terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup,
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
e. Identitas vs Bingung Peran -- Remaja (12 - 18 tahun)
Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat terhadap perilaku
anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk
mengembangkan rasa identitas dengan kebingungan peran,sering muncul dari
perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.
f. Intimasi vs Isolasi – Dewasa Muda (18-25 sampai 45 tahun)
Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang
mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidakpastian individu mengenai akan
mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman, individu tidak bersedia atau tidak
mampu berbagi mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan individu meraa sendiri.
g. Generativitas vs Stagnasi / Absorpsi Diri – Dewasa Tengah (45 – 65 tahun)
Absorpsi diri orang dewasa akan direnungi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian
pada dunia di masa yang akan datang, perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi
kehidupan. Orang dewasa membimbing generasi selanjutnya, mengekspresikan
kepada dunia dimasa yang akan datang.
h. Integritas Ego vs Putus Asa -- Dewasa Akhir (65 tahun keatas)
Masa lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan
kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan
putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan.

Anda mungkin juga menyukai