Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-

2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala

gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi

rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19

yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal

ginjal, dan bahkan kematian.1,2

Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di

China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari

2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,

kemudian bertambah hingga ke provinsi- provinsi lain dan seluruh China. 3

Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19 di

China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,

Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura,

1
2

Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis,

dan Jerman.4

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020

sejumlah dua kasus.4 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%,

angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. 4-6 Sampai tanggal 8

September 2020, situasi global total kasus konfirmasi COVID-19 adalah

27.236.916 kasus dengan 891.031 kematian (CFR 3,3%) di 215 Negara

terjangkit dan 176 negara transmisi lokal.2,8

Kasus COVID-19 di Indonesia hingga tanggal 9 September 2020

didapatkan 203.342 kasus positif, dengan kasus sembuh 145.200 dan meninggal

sebanyak 8.336 kasus. Di provinsi Riau, data terbaru hingga tanggal 9 September

2020 didapatkan total 2968 kasus terkonfirmasi dengan jumlah kasus sembuh

sebanyak 1430 kasus dan meninggal 55 kasus. Untuk kasus di kota Pekanbaru,

kasus positif COVID-19 sebanyak 1.174 kasus terkonfirmasi dengan kasus

sembuh sebanyak 501 kasus dan meninggal 25 kasus.7

Berdasarkan rekomendasi WHO (World Health Organization) sebelum

suatu daerah melakukan aktivitas seperti biasa, angka test positive rate sebaiknya
3

dibawah 5% dalam waktu setidaknya 14 hari. 9 Namun, data terbaru pada tanggal 9

September 2020 angka test positive rate di Indonesia masih menunjukkan angka

13,8% dan pada Riau yaitu 15,53%.7 Hal ini menunjukkan masih tingginya angka

COVID-19 di Indonesia terutama di Riau.

Jumlah penduduk kecamatan Tenayan Raya tahun 2020 perkelompok

umur dan jenis kelamin laki-laki berjumlah 88,506 dan perempuan berjumlah

83,307 dengan total keseluruhan 171,813 penduduk. Luas wilayah kerja

puskesmas RI Tenayan Raya adalah 61.42 km2. Terdiri dari 220 RT, 65 RW dan 6

kelurahan yaitu Kelurahan Kulim, Mentangor, Sialang Rampai, Pebatuan,

Tangkerang Timur dan Pematang Kapau.7 Jumlah penduduk diwilayah kerja

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya pada Tahun 2019 adalah 57.906 jiwa yang

terdiri dari 29.223 jiwa laki-laki, dan 28.683 jiwa perempuan, Jumlah kartu

keluarga (KK) sebanyak 14.865 KK, dengan kepadatan penduduk rata-rata 898

jiwa penduduk/KM. 7

Upaya-upaya yang telah dilakukan meliputi kegiatan pemeriksaan berkala

kepada warga dan tenaga medis di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

Pelaksanaan desinfeksi ruangan berkala. Kegiatan mobile promkes untuk

memberikan edukasi seputar COVID-19. Penerapan kewaspadaan standard dan

berdasarkan transmisi di Puskesmas. Pengadaan tempat mencuci tangan bagi

pengunjung, mewajibkan penggunaan masker bagi pengunjung, dan upaya-upaya

lainnya.
4

Meskipun dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, berdasarkan hasil

wawancara didapatkan bahwa status COVID-19 di wilayah Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya masih cukup banyak. Hal ini dapat didasarkan oleh kurangnya

kesadaran dari warga-warga di sekitar wilayah Puskesmas Rawat Inap Tenayan

Raya serta upaya-upaya yang belum optimal.

Berdasarkan hasil rekap data sementara tanggal 3 September 2020 di

kecamatan Tenayan Raya pada bulan Maret didapatkan jumlah kasus orang dalam

pemantauan (ODP) yaitu 70 orang , pasien dalam pengawasan (PDP) 5 orang.

Pada bulan April kasus terkonfirmasi positif 1 orang, PDP 11 orang, ODP 95

orang. Pada bulan Mei kasus terkonfirmasi positif 1 orang, PDP 7orang, ODP 93

orang termasuk kontak erat dengan pasien yang terkonfirmasi positif 2 orang.

Pada bulan Juni kasus PDP 17 orang, ODP 18 orang. Pada bulan Juli

terkonfirmasi positif 7 orang, PDP 13 orang, ODP 81 orang. Sehingga didapatkan

hasil rekap data pada bulan Maret sampai Juli jumlah kasus terkonfirmasi positif

yaitu sebanyak 9 orang, ODP 420 orang, PDP 53 orang.

Berdasarkan kondisi dan data tersebut, perlu adanya optimalisasi program

pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan

Raya karena apabila program pencegahan dan pengendalian tidak dilaksanakan

secara optimal, maka akan menimbulkan kondisi kesehatan yang buruk sesuai

keputusan Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel

Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat

Menimbulkan Wabah.2
5

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah didapatkan belum

optimalnya program satuan khusus pengendalian pencegahan COVID-19 di

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

1.3 Tujuan Kegiatan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengoptimalisasi program pncegahan dan Pengendalian penyakit,

khususnya Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam kegiatan ini antara lain :

1. Mengidentifikasi masalah pada upaya pengendalian dan pemberantasan

penyakit Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

2. Menentukan prioritas masalah belum optimalnya program pengendalian

dan pencegahan penyakit di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

3. Menganalisis penyebab masalah belum optimalnya pengendalian dan

pencegahan Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

4. Menyusun rencana kegiatan (plan of action) dari belum optimalnya

pengendalian dan pencegahan Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap

Tenayan Raya.

5. Mengimplementasikan rencana kegiatan (plan of action) pemecahan

masalah belum optimalnya pengendalian dan pencegahan Covid-19 di

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.


6

6. Melakukan evaluasi terhadap rencana kegiatan (plan of action) dari belum

optimalnya pengendalian dan pencegahan Covid-19 di Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya.

7. Melakukan action terhadap upaya pemecahan masalah belum optimalnya

pengendalian dan pencegahan Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap

Tenayan Raya.

1.4 Manfaat kegiatan

a. Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya

Membantu terlaksananya program puskesmas yaitu optimalisasi

program pengendalian dan pencegahan COVID-19 di Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya.

b. Tenaga Kesehatan

Mengoptimalkan peran tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program

pengendalian dan pencegahan COVID-19 .

c. Masyarakat

Meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam upaya

pencegahan COVID-19 dan mematuhi protokol kesehatan yang telah

ditetapkan.

d. Dokter Muda

Menambah wawasan bagi penulis mengenai program pengendalian dan

pencegahan.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Corona Virus Disease (COVID-19)

2.1.1 Definisi

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan

penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui

menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga

yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS).1

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-

CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi

COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk

dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
8

terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Virus

baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya

wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang

menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia.1,2

2.1.2 Epidemiologi

Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus COVID-19 pertama

kali diduga berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7

Januari 2020. Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab

kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-

CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal

dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun

berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan

dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Proses penularan yang

cepat membuat WHO menetapkan COVID-19 sebagai kasus kesehatan

masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD)/ public health emergency of

international concern (PHEIC) pada tanggal 30 Januari 2020. Angka kematian

kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang

terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan

pemeriksaan laboratorium.3
9

Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular,

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang

Penangulangan Wabah Penyakit Menular, dan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang

Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Untuk itu dalam

rangka upaya penanggulangan dini wabah COVID19, Menteri Kesehatan telah

mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus

(Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah

dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh pertimbangan bahwa

Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public

Health Emergency of International Concern (PHEIC). Selain itu meluasnya

penyebaran COVID-19 ke berbagai negara dengan risiko penyebaran ke

Indonesia terkait dengan mobilitas penduduk, memerlukan upaya

penanggulangan terhadap penyakit tersebut.2

Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di

China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal Februari

2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan provinsi di sekitar,

kemudian bertambah hingga ke provinsi- provinsi lain dan seluruh China.3

Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi COVID-19 di


10

China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti Taiwan,

Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura,

Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis,

dan Jerman. Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar

ke berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020,

WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di

seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%).2,4

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020

sejumlah dua kasus.4 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%,

angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. 4-6 Sampai tanggal 8

September 2020, situasi global total kasus konfirmasi COVID-19 adalah

27.236.916 kasus dengan 891.031 kematian (CFR 3,3%) di 215 Negara

terjangkit dan 176 negara transmisi lokal.2,8

Kasus COVID-19 di Indonesia hingga tanggal 9 September 2020

didapatkan 203.342 kasus positif, dengan kasus sembuh 145.200 dan meninggal

sebanyak 8.336 kasus. Di provinsi Riau, data terbaru hingga tanggal 9 September

2020 didapatkan total 2968 kasus terkonfirmasi dengan jumlah kasus sembuh
11

sebanyak 1430 kasus dan meninggal 55 kasus. Untuk kasus di kota Pekanbaru,

kasus positif COVID-19 sebanyak 1.174 kasus terkonfirmasi dengan kasus

sembuh sebanyak 501 kasus dan meninggal 25 kasus.7

Berdasarkan rekomendasi WHO (World Health Organization) sebelum

suatu daerah melakukan aktivitas seperti biasa, angka test positive rate sebaiknya

dibawah 5% dalam waktu setidaknya 14 hari. 9 Namun, data terbaru pada tanggal 9

September 2020 angka test positive rate di Indonesia masih menunjukkan angka

13,8% dan pada Riau yaitu 15,53%.7

2.1.3 Etiologi

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family

coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul

dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:

protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S

(spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau

manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus,

gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya COVID-19, ada jenis

coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E

(alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63

(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV

(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).2


12

Gambar 2.1 Struktur Coronavirus

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan

berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini

masuk dalam subgenus yang sama de

ngan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam,

yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of

Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.2

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas

permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya.

Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang

berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian

Doremalen et al, 2020 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama


13

72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada

tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-

COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan

dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan

yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali

khlorheksidin).2

2.1.4 Penularan

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet

cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi

sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-

19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14

hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit

disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi

dapat langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala

(presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Du

Z et. al, (2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan

presimptomatik. Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena

memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang

terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak

bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi

masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan.2


14

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa

COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang

lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air

dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada

pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala

pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai

mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi

melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang

terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui

kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan

permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya,

stetoskop atau termometer).2

Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan

dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang

menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,

pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah

pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif

noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.2


15

2.1.5 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara

bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan

tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa

lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan

sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan,

diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.2

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi,

40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit

sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan

5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan

sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory

Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multiorgan, termasuk

gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia

(lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti

tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko

lebih besar mengalami keparahan.2

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai

dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat,

ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau

sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam
16

keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. 10,11

Viremia dan viral load yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang

asimptomatik telah dilaporkan.11

Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut saluran

napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan

atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau

sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa

kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah.12 Pasien COVID-19 dengan

pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah salah satu dari gejala:4

(1) frekuensi pernapasan >30x/menit

(2) distres pernapasan berat, atau

(3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat

muncul gejala-gejala yang atipikal.

Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-

gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.1,3

Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara
17

38,1-39°C, sementara 34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C. 3 Perjalanan

penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari (median 5

hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan

pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui

aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti

paru-paru, saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan.

Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada

saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit

menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoagulasi.

Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol, terjadi badai

sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan komplikasi lainnya.3,13,14

Tabel 2.1 Kriteria Gejala Klinis Dan Manifestasi Klinis Yang Berhubungan Dengan Infeksi COVID-19.2

Kriteria gejala Manifestasi klinis Penjelasan

Tanpa Gejala Tidak ada gejala Pasien tidak menunjukkan gejala

(asimptomatik) klinis apapun.

Sakit ringan Sakit ringan tanpa Pasien dengan gejala non-spesifik

komplikasi seperti demam, batuk, nyeri

tenggorokan, hidung tersumbat,

malaise, sakit kepala, nyeri otot. Perlu

waspada pada usia lanjut dan

imunocompromised karena gejala dan


18

tanda tidak khas.

Sakit Sedang Pneumonia ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan

tanda klinis pneumonia (demam, batuk,

dyspnea, napas cepat) dan tidak ada

tanda pneumonia berat. Anak dengan

pneumonia ringan mengalami batuk

atau kesulitan bernapas + napas cepat:

frekuensi napas:

Sakit Berat Pneumonia berat / Pasien remaja atau dewasa dengan

ISPA berat demam atau dalam pengawasan infeksi

saluran napas, ditambah satu dari:

frekuensi napas >30 x/menit, distress

pernapasan berat, atau saturasi oksigen

(SpO2) 5 tahun, ≥30x/menit. Diagnosis

ini berdasarkan klinis; pencitraan dada

dapat membantu penegakan diagnosis

dan dapat menyingkirkan komplikasi.

Sakit Kritis Acute Respiratory Onset: baru terjadi atau perburukan

Distress Syndrome dalam waktu satu minggu. Pencitraan

(ARDS) dada (CT scan toraks, atau

ultrasonografi paru): opasitas bilateral,

efusi pluera yang tidak dapat dijelaskan

penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus

atau nodul. Penyebab edema: gagal


19

napas yang bukan akibat gagal jantung

atau kelebihan cairan. Perlu

pemeriksaan objektif (seperti

ekokardiografi) untuk menyingkirkan

bahwa penyebab edema bukan akibat

hidrostatik jika tidak ditemukan faktor

risiko.

2.1.6 Faktor Resiko

Transmisi SARS-CoV-2 tampaknya terjadi terutama melalui droplet dan kontak

erat dengan kasus-kasus simtomatik yang terinfeksi. Dalam sebuah analisis atas

75.465 kasus COVID-19 di Tiongkok, 78-85% klaster terjadi di dalam rumah

tangga, sehingga terindikasi bahwa transmisi terjadi dalam kontak erat yang lama.

Penelitian atas pasien-pasien pertama di Republik Korea menunjukkan bahwa 9

dari 13 kasus sekunder terjadi di antara kontak rumah tangga. Di luar rumah

tangga, orang-orang yang berkontak dekat, makan bersama, atau berada di ruang

tertutup selama sekitar satu jam atau lebih dengan kasus simtomatik, seperti di

tempat ibadah, pusat kebugaran, atau tempat kerja, juga semakin berisiko infeksi.

Laporan-laporan lain mendukung hasil penelitian ini dengan temuan transmisi

sekunder di dalam keluarga di negara-negara lain.15

2.1.7 Diagnosis
20

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien

yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode

deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan

RTPCR.2

2.1.8 Tata Laksana

Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah

atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis

dan suportif. Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti

melalui uji klinis. Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien

COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat dilakukan

adalah terapi simtomatik dan oksigen.2

2.1.9 Prognosis

Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Beberapa penelitian

menunjukkan tingkat kematian yang dilaporkan berkisar dari 1% hingga 2%

tergantung pada setiap negara. Mayoritas kematian terjadi pada pasien yang

berusia di atas 50 tahun. Anak kecil biasanya terinfeksi ringan tetapi dapat

berfungsi sebagai vektor untuk penularan tambahan.16


21

2.2 Definisi Operasional Kasus COVID-19

Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus

Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai

Isolasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi,

Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang

Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa

Gejala (OTG).2

2.2.1 Kasus Suspek

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:2

a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) DAN pada 14 hari

terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di

negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.

b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA DAN pada 14 hari terakhir

sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus

konfirmasi/probable COVID-19.

c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan

di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis

yang meyakinkan.

2.2.2 Kasus Probable


22

Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran

klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan

laboratorium RT-PCR.2

2.2.3 Kasus Konfirmasi

Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang

dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi

menjadi 2:2

a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)

b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

2.2.4 Kontak Erat

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau

konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:2

a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus

konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau

lebih.

b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti

bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).

c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable

atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.


23

d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan

penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi

setempat.

Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk

menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus

timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.2

Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk

menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari

setelah tanggal pengambilan spesimen kasus konfirmasi.2

2.2.5 Pelaku Perjalanan

Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik)

maupun luar negeri pada 14 hari terakhir.2

2.2.6. Discarded

Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:2

a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RTPCR

2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.

b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa

karantina selama 14 hari.

2.2.6 Selesai Isolasi


24

Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:2

a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan

pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri

sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.

b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak

dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal

onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan

gejala demam dan gangguan pernapasan. c. Kasus probable/kasus

konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil

pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3

hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan

pernapasan.

2.2.8 Kematian

Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus

konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal.2

2.3 Pencegahan dan Pengendalian Penularan COVID-19

2.3.1 Pencegahan dan Pengendalian di Masyarakat

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan

COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Prinsip pencegahan

dan pengendalian COVID-19 di masyarakat dilakukan dengan:2


25

2.3.1.1 Pencegahan Penularan Pada Individu

a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan

air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik

berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari

menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.

b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung

dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain

yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan

COVID-19).

c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari

terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak

memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai

rekayasa administrasi dan teknis lainnya.

d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak

diketahui status kesehatannya.

e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian

sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.

f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih

dan sehat (PHBS).

g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol


26

h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial

i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera

berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan.

j. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol

kesehatan dalam setiap aktivitas.

2.3.1.2 Pencegahan Penularan Pada Masyarakat

Adapun perlindungan kesehatan masyarakat dilakukan melalui:2

a. Upaya pencegahan (prevent)

1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,

edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi.

2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui penyediaan

sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan memenuhi standar atau

penyediaan handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke

tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan,

ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku

masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19 seperti

berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas umum

dan lain sebagainya.

b. Upaya penemuan kasus (detect)


27

1) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat dilakukan

semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi dengan dinas

kesehatan setempat atau fasyankes.

2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek,

nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang yang berada di

lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat dan fasilitas umum atau

kegiatan lainnya.

c. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)

Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih

luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes

untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium serta

penanganan lain sesuai kebutuhan. Penanganan kesehatan masyarakat terkait

respond adanya kasus COVID-19 meliputi:

1) Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial

2) Penerapan Etika Batuk dan Bersin

3) Isolasi Mandiri/Perawatan di Rumah

4) Pelaksanaan Tindakan Karantina Terhadap Populasi Berisiko

2.3.2 Pencegahan dan Pengendalian di Fasyankes


28

2.3.2.1 Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko COVID-19 di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Untuk meminimalkan risiko terjadinya pajanan virus SARS-CoV-2

kepada petugas kesehatan dan non kesehatan, pasien dan pengunjung di fasilitas

pelayanan kesehatan, perlu diperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian

risiko penularan sebagai berikut:

a. Menerapkan kewaspadaan isolasi untuk semua pasien

b. Menerapkan pengendalian administrasi

c. Melakukan pendidikan dan pelatihan

2.3.2.2 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan

Strategi PPI untuk mencegah atau memutuskan rantai penularan infeksi

COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan penerapan

prinsip pencegahan dan pengendalian risiko penularan COVID-19.

a. Penerapan Kewaspadaan Isolasi Kewaspadaan isolasi terdiri dari

kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.

1) Kewaspadaan Standar Kewaspadaan Standar terdiri dari:

a) Kebersihan Tangan/Hand Hygiene


29

(1) Kebersihan tangan dilakukan pada kondisi dibawah ini sesuai 5 moment

WHO:

(a) Sebelum menyentuh pasien

(b) Sebelum melakukan tindakan aseptik

(c) Setelah kontak atau terpapar dengan cairan tubuh

(d) Setelah menyentuh pasien

(e) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

(2) Selain itu, kebersihan tangan juga dilakukan pada saat:

(a) Melepas sarung tangan steril

(b) Melepas APD

(c) Setelah kontak dengan permukaan benda mati

dan objek termasuk peralatan medis

(d) Setelah melepaskan sarung tangan steril.

(e) Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan makanan

(3) Kebersihan tangan dilakukan sebagai berikut:


30

(a) Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir apabila terlihat kotor

atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah

menggunakan toilet

(b) Penggunaan handrub berbasis alkohol dipilih

untuk antiseptik tangan rutin pada semua situasi

2) Kewaspadaan Transmisi

Kewaspadaan transmisi dapat dibagi menjadi tiga yaitu: droplet, kontak,

dan airborne. Penerapan kewaspadaan berdasarkan transmisi antara lain:

a) Melakukan triase dengan melakukan penyaringan dipintu masuk ruang

penerimaan pasien baru.

b) Pemisahan antara pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan tidak

dengan gangguan sistem pernapasan

(1) Pasien dengan gangguan sistem pernapasan dimasukkan dalam ruangan

khusus dan pastikan agar alur gerak pasien dan staf tetap satu arah. Petugas

kesehatan yang melakukan pemeriksaan menggunakan APD standar (gaun,

masker bedah, pelindung mata/wajah dengan kacamata atau faceshield, dan

sarung tangan).

(2) Pasien bukan dengan gangguan pernapasan boleh langsung masuk ke

ruang tunggu pasien poliklinik umum, pasien dan petugas cukup menggunakan

masker bedah.
31

c) Memberi penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1 meter di lokasi-

lokasi antrian pasien/pengunjung.

d) Membuat penghalang fisik (barrier) antara petugas dan pengunjung.

Pembatas terbuat dari kaca atau mika dan dapat dipasang pada: loket pendaftaran,

apotek, penerimaan spesimen, kasir, dan lain-lain.

e) Mengatur penempatan posisi meja konsultasi, tempat tidur periksa dan

kursi pasien dengan tenaga kesehatan, dan lain lain yang mencegah aliran udara

dari pasien ke pemeriksa/petugas.

f) Menempatkan kasus suspek atau terkonfirmasi positif di ruang Isolasi:

(1) Pasien COVID-19 dengan menggunakan ruangan tersendiri jika

memungkinkan atau melakukan kohorting dengan memberi jarak tempat tidur

minimal 1 meter - 1.8 meter dengan ventilasi yang baik. Apabila

menggunakan ventilasi natural, ventilasi yang adekuat sebesar 60L/s per pasien.

(2) Ruangan tidak harus tekanan negatif kecuali pasien

dengan penyakit penyerta yang lain/ komorbid dan kondisi menurun dengan

pemasangan alat dan tindakan yang berisiko menghasilkan aerosol dan

menimbulkan airborne, maka wajib ditempatkan di ruang isolasi dengan tekanan

negatif.

g) Petugas kesehatan yang memberikan perawatan untuk pasien sebaiknya

ditetapkan untuk mengurangi transmisi.


32

BAB III

OPTIMALISASI PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN COVID-19 DI

PUSKESMAS RAWAT INAP TENAYAN RAYA

3.1 Deskripsi umum Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya

3.1.1 Administrasi Pemerintahan

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya adalah puskesmas perawatan kota


yang terletak di Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru. Puskesmas Rawat
Inap Tenayan Raya beralamat di Jl. Budi Luhur Kecamatan Tenayan Raya, Kota
Pekanbaru. Luas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya adalah
61.42 km2 yang terdiri dari 220 RT, 65 RW dan 6 kelurahan yaitu Kelurahan
Kulim, Mentangor, Sialang Rampai, Pebatuan, Tangkerang Timur dan Pematang
Kapau.
33

3.1.2 Keadaan Geografis


Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya berada di Kecamatan Tenayan
Raya, yang merupakan salah satu kecamatan di Kota Pekanbaru.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya adalah sebagai
berikut :
Sebelah utara : berbatas dengan Kelurahan Sail
Sebelah selatan : berbatas dengan Siak Hulu
Sebelah barat : berbatas dengan Kelurahan Tangkerang Labuai
Sebelah timur : berbatas dengan Kabupaten Pelalawan

3.1.3 Keadaan Demografis

Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya


pada Tahun 2019 adalah 57.906 jiwa yang terdiri dari 29.223 jiwa laki-laki, dan
28.683 jiwa perempuan, Jumlah KK sebanyak 14.865 KK, dengan kepadatan
penduduk rata-rata 898 jiwa penduduk/km2.
Pesabaran penduduk di Kecamatan Tenayan Raya berdasarkan kelompok
umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.1 Jumlah penduduk per kelompok usia dan jenis kelamin

Kelompok usia Jumlah penduduk


No
(tahun) Laki-laki Perempuan Total
1 0–4 8,802 7,968 16,770
2 5–9 7,900 7,248 15,148
3 10 – 14 7,127 6,507 13,634
4 15 – 19 8,045 8,157 16,201
5 20 – 24 9,495 9,147 18,643
6 25 – 29 8,304 7,844 16,148
7 30 – 34 7,450 7,094 14,544
8 35 – 39 6,969 6,728 13,697
9 40 – 44 6,539 6,167 12,705
10 45 – 49 5,743 5,024 10,767
11 50 – 54 4,375 3,859 8,234
12 55 – 59 3,208 2,999 6,207
13 60 – 64 2,073 1,843 3,916
14 65 – 69 2,475 2,723 5,199
JUMLAH 88,506 83,307 171,813
34

3.1.4 Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Perekonomian di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya
didukung oleh beberapa sektor seperti perkebunan, pertanian, dan swasta. Rata-
rata pekerjaan masyarakat di wilayah UPTD Puskesmas Rawat Inap Tenayan
Raya adalah pegawai swasta, petani, PNS, pedagang dan buruh. Lingkungan wilayah
kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya terdiri dari perkantoran,
sekolah dan perumahan penduduk.

3.1.5 Deskripsi Keadaan


Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya adalah puskesmas perawatan kota

yang terletakak di Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru. Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya beralamat di Jl. Budi Luhur Kecamatan Tenayan Raya, Kota

Pekanbaru. Luas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya adalah

61.42 km2. Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya memiliki empat puluh delapan

posyandu terdiri dari, dua puluh dua Posyandu adalah Posyandu Madya ( 45% ),

serta empat belas Posyandu Purnama (30%) dan dua belas Posyandu Mandiri

(25%), serta tiga puskesmas pembantu, satu puskesmas keliling, delapan balai

pengobatan, satu rumah bersalin, dua praktek dokter umum, dan empat praktek

bidan.

Oleh sebab penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau

seluruh wilayah provinsi di Indoensia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah

kematian yang semakin meningkat, sejak tanggal 31 Maret 2020, Presiden

Indonesia berdasarkan Keputusan presiden Nomor 11 Tahun 2020 telah

menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di Indonesia


35

yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Selain itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12

Tahun 2020, COVID-19 juga ditetapkan sebagai bencana Nonalam berskala

Nasional.

Berdasarkan hasil rekap data sementara tanggal 3 September 2020 di

kecamatan Tenayan Raya pada bulan Maret didapatkan jumlah kasus ODP yaitu

70 orang , PDP 5 orang. Pada bulan April kasus terkonfirmasi positif 1 orang,

PDP 11 orang, ODP 95 orang. Pada bulan Mei kasus terkonfirmasi positif 1

orang, PDP 7 orang, ODP 93 orang termasuk kontak erat dengan pasien yang

terkonfirmasi positif 2 orang. Pada bulan Juni kasus PDP 17 orang, ODP 18

orang. Pada bulan Juli terkonfirmasi positif 7 orang, PDP 13 orang, ODP 81

orang. Sehingga didapatkan hasil rekap data pada bulan Maret sampai Juli jumlah

kasus terkonfirmasi positif yaitu sebanyak 9 orang, ODP 420 orang, PDP 53

orang.

8
7
6
5
4 Positif COVID-19
3
2
1
0
Maret April Mei Juni Juli

Gambar 3. Skema kasus positif COVID-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan

Raya Maret 2020- Juli 2020.

Berbagai upaya telah dilaksanakan sejak penetapan status COVID-19

sebagai salah satu penyakit yang berpotensi menyebabkan wabah oleh Kemenkes.
36

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya telah memiliki bagian sistem kewaspadaan

dan respon yang bertugas sebagai tim satuan tugas untuk pengendalian dan

pencegahan penyakit COVID-19 selama masa pandemi. Tim satuan tugas terdiri

dari 6 orang dari bidang berbeda yaitu dokter, perawat, kesling, promkes, bagian

laboratorium dan bagian surveillance.

Upaya-upaya yang telah dilakukan meliputi kegiatan pemeriksaan berkala

kepada warga dan tenaga medis di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

Pelaksanaan desinfeksi ruangan berkala. Kegiatan mobile promkes untuk

memberikan edukasi seputar COVID-19. Penerapan kewaspadaan standard dan

berdasarkan transmisi di Puskesmas. Pengadaan tempat mencuci tangan bagi

pengunjung, mewajibkan penggunaan masker bagi pengunjung, dan upaya-upaya

lainnya.

Meskipun dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, berdasarkan hasil

wawancara didapatkan bahwa status COVID-19 di wilayah Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya masih cukup banyak. Hal ini dapat didasarkan oleh kurangnya

kesadaran dari warga-warga di sekitar wilayah Puskesmas Rawat Inap Tenayan

Raya serta upaya-upaya yang belum optimal.

Masalah lainnya mengenai pengendalian dan pencengahan penyakit

demam berdarah dengue (DBD). Hal ini ditunjukkan dari kasus DBD yang masih

diatas dari target Rencana Program Menegah Nasional di Puskesmas Rawat Inap

Tenayan Raya. Hal ini juga didasari kesadaran masyarakat yang masih kurang.

Meskipun demikian berbagai upaya juga telah dilaksanakan dari Puskesmas

seperti pembentukan tim jumantik. Meskipun demikian, oleh sebab masa pandemi
37

COVID-19, sehingga menyebabkan kegiatan oleh tim jumantik tidak dapat

dilaksanakan dengan maksimal.

3.2 Perencanaan Kegiatan

3.2.1 Identifikasi masalah

Proses identifikasi masalah didapatkan melalui wawancara dengan Kepala

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya, pemegang program Pencegahan Penyakit

Menular (P2M), pemegang program promkes, serta berdasarkan data sekunder

profil penilaian kinerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya, dan observasi

lapangan.

Tabel 3.1 Identifikasi masalah

Aspek yang dinilai Masalah Evidence Based


Program Pengendalian dan 1. Belum Wawancara dengan :
Pemberantasan Penyakit optimalnya upaya Kepala Puskesmas
Puskesmas Rawat Inap pengendalian dan  Kesadaran masyarakat dalam
Tenayan Raya. pencegahan penularan menerapkan protokol kesehatan
COVID-19 di Puskesmas masih rendah
Rawat Inap Tenayan  Kesadaran masyarakat untuk
Raya. melakukan ikut serta dalam
mendeteksi COVID-19 yang
masih rendah
Pemegang program pencegahan
penyakit menular
 Personil dari tim sistem
kewaspadaan dan respon
terhadap COVID-19 yang
dibawah di pemegang program
P2M masih kurang.
Pemegang program Promkes
 Tidak dapat dilakukannya
kegiatan penyuluhan di
posyandu
 Kegiatan mobile promkes dari
puskesmas tidak maksimal
diakibatkan tidak tercapainya
daerah-daerah terpencil
Warga di sekitar Puskesmas
 Masih terdapat warga yang tidak
menggunakan masker akibat
merasa kurang nyaman.
Observasi lapangan
 Masih banyak warga yang tidak
38

menerapkan physical distancing


di puskesmas.

2. Belum Data Puskesmas:


optimalnya upaya
 Data profil puskesmas
pengendalian dan
menunjukkan angka
pencegahan demam kejadian (IR) DBD yaitu 22
berdarah dengue (DBD) di kasus dari 57.906 jiwa
Kecamatan Tenayan Raya. (masih di atas target
Rencana Program Menegah
Nasional)

Wawancara dengan :
Pemegang program pencegahan
penyakit menular:
 DBD di wilayah Puskesmas
Rawat Inap Tenayan Raya
masih merupakan yang salah
satu yang tertinggi.
 Program jumantik yang tidak
bisa dijalankan akibat masa
pandemic COVID-19

3.2.2 Penentuan prioritas masalah

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang

menggunakan dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi,

kemampuan anggota mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3) yaitu :

1. Urgensi atau kepentingan

- nilai 1 tidak penting

- nilai 2 penting

- nilai 3 sangat penting

2. Solusi

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah


39

3. Kemampuan mengubah

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

- nilai 1 tinggi

- nilai 2 sedang

- nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total skor

dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu masalah

dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas masalah

untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penetuan prioritas masalah dibuat ke

dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah.


Kriteria Masalah
No Masalah Total Rank
Urgensi Solusi Kemampuan Biaya
Mengubah
1 Belum optimalnya
upaya pengendalian
dan pencegahan
penularan COVID-19 3 2 2 2 24 I
di Puskesmas Rawat
Inap Tenayan Raya.
2 Belum optimalnya
upaya pengendalian
dan pencegahan
demam berdarah
dengue (DBD) di 2 2 2 2 16 II
Kecamatan Tenayan
Raya.

3.2.3 Analisa penyebab masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi diatas,

dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu man, method,
40

material, dan market yang diperoleh melalui wawancara dan observasi di

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. Adapun analisis masalah dijelaskan pada

tabel 3.3.

Tabel 3.3 Analisa penyebab masalah


Masalah Penyebab masalah Evidence Based
Belum optimalnya upaya  Market Wawancara dengan pengunjung
pengendalian dan Kurangnya kesadaran akan didapatkan bahwa kurangnya
pencegahan penularan pencegahan penularan kesadaran terhadap pencegahan
COVID-19 di Puskesmas COVID-19 pada warga penularan COVID-19.
Rawat Inap Tenayan pengunjung Puskesmas Rawat
Raya. Inap Tenayan Raya. Wawancara dengan pemegang
. program P2M didapatkan
kurangnya kerjasama antara
warga dalam proses tracking
kontak erat pasien dengan
COVID-19.

Material
 Tidak terdapat ruangan yang Hasil observasi dan wawancara
cukup di ruang tunggu dengan kepala puskesmas,
pasien yang berobat agar didapatkan tidak terdapat cukup
dapat memaksimalkan banyak ruangan agar dapat
physical distancing memaksimalkan physical
 Tidak terdapat ruang distancing.
terpisah khusus pemeriksaan
pasien dengan gangguan Hasil observasi dan wawancara
pernapasan dengan kepala puskesmas
 Kurangnya formulir skrining didapatkan belum terlaksananya
pasien dengan gejala penetapan ruangan khusus untuk
gangguan pernapasan pasien-pasien dengan keluhan
gangguan pernapasan

Hasil wawancara dengan bidang


sistem kewaspadaan dan respon
didapatkan bahwa kurangnya
formulir skrining pasien dengan
gejala gangguan pernapasan yang
didapatkan dari dinas kesehatan.

 Method
 Dihentikannya prosedur Hasil observasi ditemukan bahwa
skrining gangguan pernapasan tidak lagi dilakukannya
pada seluruh pasien yang assesstment skrining gangguan
berobat ke Puskesmas Rawat pernapasan pada seluruh pasien
Inap Tenayan Raya yang berobat ke Puskesmas
 Belum diterapkannya prosedur Rawat Inap Tenayan Raya.
pengobatan pasien jalur
terpisah untuk pasien dengan Hasil observasi didapatkan
keluhan gangguan pernapasan belum diterapkannya prosedur
sesuai rekomendasi Kemenkes pengobatan pasien jalur terpisah
untuk pasien dengan keluhan
gangguan pernapasan.
41

Masalah Penyebab masalah Evidence Based


Man
Kurangnya personil tim sistem Wawancara dengan kepala P2M
kewaspadaan dan respon di didapatkan masih kurangnya tim
Puskesmas Rawat Inap Tenayan sistem kewaspadaan dan respon
Raya. di Puskesmas Rawat Inap
. Tenayan Raya yang hanya terdiri
dari 6 orang.
Money
Belum tersedianya dana insentif Hasil wawancara dengan bidang
untuk tim satuan tugas. sistem kewaspadaan dan respon
didapatkan bahwa tim
kewaspadaan dan respon masih
belum mendapatkan insentif
sesuai dengan rekomendasi
kemenkes.
3.2.4 Fishbone Ishikawa analysis

Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan Fishbone Ishikawa pada gambar 3.1.

 Material
 Money  Man
Tidak terdapat ruangan yang cukup di ruang tunggu pasien
Belum tersedianya dana Kurangnya tim sistem
yang berobat agar dapat memaksimalkan physical
insentif untuk tim satuan kewaspadaan dan distancing dan tidak terdapat ruang terpisah khusus
tugas. respon di Puskesmas pemeriksaan pasien gangguan pernapasan. Kurangnya
Rawat Inap Tenayan formulir skrining pasien dengan gejala gangguan
Raya. pernapasan.

Belum optimalnya upaya


pengendalian dan pencegahan
penularan COVID-19 di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan
Raya.

 Method
 Market
dihentikannya prosedur skrining gangguan pernapasan pada Kurangnya kesadaran akan pencegahan
seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas Rawat Inap penularan COVID-19 pada warga
Tenayan Raya. Belum diterapkannya prosedur pengobatan pengunjung Puskesmas Rawat Inap
pasien jalur terpisah untuk pasien dengan keluhan gangguan Tenayan Raya.
pernapasan sesuai rekomendasi Kemenkes.

23
3.2.5 Plan of Action q

Setelah melakukan analisis penyebab masalah direncanakan beberapa strategi dan alternatif pemecahan masalah seperti terlihat

pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Strategi, Alternatif Pemecahan Masalah dan Plan of Action

No Penyebab Masalah Alternatif Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Kriteria


Pemecahan Masalah Kegiatan Keberhasilan
1. Market Jangka pendek :
Kurangnya kesadaran Membuat media Adanya media Pengunjung di Puskesmas Dokter 2 Telah masuknya
akan pencegahan audiovisual berupa informasi televisi yang Puskesmas Rawat Inap muda FK September surat rekomendasi
penularan COVID-19 klip video yang berisi memutar video-video Rawat Inap Tenayan UNRI 2020 dan
pada warga mengenai informasi edukatif agar Tenayan Raya. termanfaatkannya
pengunjung dan himbauan pengunjung Raya. media televisi
Puskesmas Rawat Inap terhadap warga mengetahui sebagai media
Tenayan Raya. pengunjung di pencegahan penularan untuk pemberian
Puskesmas Rawat Inap COVID-19 di materi covid-19
Tenayan Raya dan Puskesmas Rawat Inap kepada pasien di
memberikan Tenayan Raya. puskesmas.
rekomendasi agar
ditampilkan pada
televisi ruang tunggu Jangka panjang :
setiap pelayanan. Dapat
mengimplementas
ikan pencegahan
penularan
COVID-19 dalam
pekerjaan sehari-
hari.

2. Material Terdapat ruangan yang Kepala Puskesmas Dokter 2 Jangka pendek:


Tidak terdapat ruangan Merekomendasikan cukup agar penerapan Puskesmas Rawat Inap muda FK September Telah masuknya
yang cukup di ruang pengajuan tenda untuk physical distancing Rawat Inap Tenayan UNRI 2020 surat rekomendasi

24
No Penyebab Masalah Alternatif Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Kriteria
Pemecahan Masalah Kegiatan Keberhasilan
tunggu pasien yang tempat tunggu pasien dapat diterapkan Tenayan Raya Raya
berobat agar dapat kepada Badan dengan baik Jangka panjang:
memaksimalkan Nasional Tersedianya ruang
physical distancing Penanggulangan tunggu yang
Bencana. Terdapatnya ruangan cukup untuk
Tidak terdapat ruang pemeriksan khusus pasien yang
terpisah khusus Merekomendasikan pasien-pasien dengan berobat
pemeriksaan pasien penyediaan ruangan gejala gangguan
gangguan pernapasan pemeriksaan khusus pernapasan agar Tersedianya ruang
pasien-pasien dengan mencegah kontaminasi pemeriksaan
Kurangnya formulir gejala gangguan permukaan dan khusus pasien
skrining pasien pernapasan transmisi penyakit. dengan gejala
dengan gejala gangguan
gangguan pernapasan Merekomendasikan Terdapatnya formulir pernapasan
pengajuan formulir skrining yang cukup
skrining sistem untuk mendeteksi Tersedianya
kewaspadaan dan pasien dengan gejala formulir skrining
respon gejala sakit gangguan pernapasan. yang cukup
pernapasan pada dinas
kesehatan kembali
3. Method Kepala Puskesmas Dokter 2 Jangka pendek:
 Dihentikannya Merekomendasikan Agar seluruh pasien Puskesmas Rawat Inap muda FK September Telah masuknya
prosedur skrining pelaksanaan kembali yang berobat Rawat Inap Tenayan UNRI 2020 surat rekomendasi
gangguan prosedur assessment dilakukan penilaian Tenayan Raya Raya
pernapasan pada skrining gangguan terhadap gejala Jangka panjang:
seluruh pasien yang pernapasan kepada gangguan pernapasan Terlaksana
berobat ke seluruh pasien yang di awal dan kembali prosedur
Puskesmas Rawat berobat ke Puskesmas menghindari adanya pemberian
Inap Tenayan Raya Rawat Inap Tenayan penularan dengan kuesioner skrining
 Belum Raya. memisahkan pasien kepada seluruh
diterapkannya dengan keluhan pasien yang
prosedur Merekomendasikan gangguan pernapasan berobat ke
pengobatan pasien penerapan prosedur untuk mendapatkan Puskesmas Rawat
jalur terpisah untuk penerapan jalur jalur pengobatan yang Inap Tenayan

25
No Penyebab Masalah Alternatif Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Kriteria
Pemecahan Masalah Kegiatan Keberhasilan
pasien dengan terpisah untuk pasien- berbeda, serta untuk Raya.
keluhan gangguan pasien dengan keluhan mencegah adanya
pernapasan sesuai gangguan pernapasan transmisi permukaan Terdapat ruangan
rekomendasi oleh virus. pemeriksaan
Kemenkes khusus pasien
gangguan
pernapasan.
4. Man a. c. d. Jangka Pendek:
Kurangnya tim sistem
b. Merekomendasikan Bertambahnya tim Kepala Puskesmas Dokter 2 Telah masuknya
kewaspadaan dan kepada kepala yang bertanggung Puskesmas Rawat Inap Muda September surat rekomendasi
respon di Puskesmas Puskesmas, untuk jawab terhadap Rawat Inap Tenayan FK UNRI 2020
menambah tim yang pencegahan COVID- Tenayan Raya. Jangka Panjang:
Rawat Inap Tenayan
bertanggung jawab 19 pada pekerja di Raya. Bertambanya
Raya. terhadap pencegahan Puskesmas Rawat Inap anggota tim
COVID-19 pada Tenayan Raya untuk sistem
pekerja di Puskesmas menghindari lembur kewaspadaan dan
Rawat Inap Tenayan dan memberikan respon COVID-19
Raya. istirahat yang cukup di Tenayan Raya.
bagi tim satuan tugas.

5. Money Jangka Pendek:


Belum tersedianya Merekomendasikan Untuk memberikan Kepala Puskesmas Dokter 2 Telah masuknya
dana insentif untuk pemberian insentif dukungan kepada Puskesmas Rawat Inap Muda FK September surat rekomendasi
tim satuan tugas. bagi karyawan tim tenaga kesehatan agar Rawat Inap Tenayan UNRI 2020
kewaspadaan dan dapat menjalankan Tenayan Raya Raya Jangka Panjang:
respon yang tugasnya dengan baik Karyawan
melakukan lembur sesuai dengan mendapatkan
(kerja >40 rekomendasi insentif serta
jam/minggu). Kemenkes meningkatnya
kinerja.

26
3.2.6 Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan

dalam plan of action optimalisasi pencegahan dan penularan penyakit menular

COVID-19 pada Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

1. Edukasi kepada pasien pengunjung Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya


melalui media audiovisual berupa video klip mengenai strategi pencegahan
dan pengendalian infeksi COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
nantinya akan diputar pada televisi di ruang tunggu Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya.
2. Media penyalur yang digunakan adalah televisi. Televisi merupakan salah
satu sarana yang telah tersedia di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.
Televisi yang tersedia akan dicoba agar dapat dimanfaatkan untuk memutar
video singkat setiap beberapa menit dengan pemberian informasi berupa alur
pengobatan selama masa pandemi covid, rantai infeksi untuk awam,
kewaspadaan standar, kewaspadaan berdasarkan transmisi, dan konsep
COVID-19 sesuai rekomendasi kemenkes.
3. Rekomendasi pengajuan tenda adalah: Dokter muda membuat surat
rekomendasi kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya untuk
pengajuan tenda bencana kepada pihak-pihak terkait seperti Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Provinsi Riau atau Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kota Pekanbaru, agar dapat digunakan sebagai tambahan ruang
tunggu pasien di masa pandemi covid-19.
4. Rekomendasi penyiapan ruangan khusus pasien dengan gangguan pernapasan
adalah: sesuai dengan petunjuk klinis pengendalian dan pencegahan
penularan COVID-19 dari kemenkes. Dokter muda membuat surat
rekomendasi kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya untuk
menyediakan ruangan khusus yang bilamana hasil dari formulir assessment
skrining didapatkan pasien dengan gejala-gejala gangguan pernapasan, maka
pasien tersebut akan diperiksa di ruang pemeriksaan khusus pasien gangguan
pernapasan dengan prosedur alur masuk yang berbeda dengan pasien tanpa
gejala gangguan pernapasan.
5. Rekomendasi pengajuan formulir skrining adalah: Dokter muda membuat
surat rekomendasi kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya
untuk mengajukan formulir skrining pasien dengan gejala-gejala saluran
pernapasan kepada Dinas Kesehatan sesuai dengan hasil wawancara
dikarenakan formulir skrining yang diberikan dinas kesehatan sebelumnya
sudah sedikit.
6. Rekomendasi penerapan jalur pengobatan berbeda adalah: sesuai dengan
rekomendasi petunjuk klinis pengendalian dan pencegahan penularan
COVID-19 dari Kemenkes. Dokter muda membuat surat rekomendasi kepada
Kepala Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya agar dapat menerapkan alur
gerak pasien satu arah pada pasien dengan keluhan-keluhan gangguan saluran
pernapasan.
7. Rekomendasi melakukan assessment skrining adalah: Dokter muda membuat
surat rekomendasi kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya
untuk melaksanakan assessment skrining kepada seluruh pasien yang datang
berobat ke Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya menggunakan formulir
pengisian mandiri dan menentukan resiko pasien yang berobat.
8. Merekomendasikan menambah anggota tim yang bertanggung jawab
terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 pada pekerja di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya agar tim yang dibentuk dapat lebih
optimal dan mencegah kerja lembur (>40 jam/minggu) pada pekerja di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.
9. Rekomendasi pemberian insentif adalah: Dokter muda membuat surat
rekomendasi kepada Kepala Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya untuk
memberikan gaji/upah tambahan sesuai dengan rekomendasi Kemenkes untuk
memberikan dukungan kepada tenaga kesehatan agar dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.

3.3 Do

Seluruh alternatif pemecahan masalah dapat terlaksana sesuai Plan of

Action (PoA). Pelaksanaan penyuluhan pengendalian dan pencegahan COVID-19


di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. Penyuluhan pengendalian dan

pencegahan COVID-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dapat di lihat

pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Do kegiatan

No Kegiatan Keterangan

1. Edukasi kepada pasien pengunjung Puskesmas Terlambat 1 hari dari PoA akibat
Rawat Inap Tenayan Raya melalui media jadwal dengan Kepala Puskesmas
audiovisual berupa video klip mengenai tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
strategi pencegahan dan pengendalian infeksi PoA.
COVID-19 di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2. Merekomendasikan pengajuan tenda untuk Terlambat 1 hari dari PoA akibat


tempat tunggu pasien kepada Badan Nasional jadwal dengan Kepala Puskesmas
Penanggulangan Bencana. tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
PoA.
3. Merekomendasikan penyediaan ruangan Terlambat 1 hari dari PoA akibat
pemeriksaan khusus pasien-pasien dengan jadwal dengan Kepala Puskesmas
gejala GANGGUAN PERNAPASAN. tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
PoA.

4. Merekomendasikan pengajuan formulir Terlambat 1 hari dari PoA akibat


skrining sistem kewaspadaan dan respon jadwal dengan Kepala Puskesmas
gejala sakit pernapasan pada dinas kesehatan tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
kembali. PoA.

5. Merekomendasikan pelaksanaan kembali Terlambat 1 hari dari PoA akibat


prosedur assessment skrining GANGGUAN jadwal dengan Kepala Puskesmas
PERNAPASAN kepada seluruh pasien yang tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
berobat ke Puskesmas Rawat Inap Tenayan PoA.
Raya dan pemberian contoh formulir skrining.

6. Merekomendasikan penerapan prosedur Terlambat 1 hari dari PoA akibat


penerapan jalur terpisah untuk pasien-pasien jadwal dengan Kepala Puskesmas
dengan keluhan GANGGUAN tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
PERNAPASAN. PoA.

7. Merekomendasikan kepada kepala Puskesmas, Terlambat 1 hari dari PoA akibat


untuk menambah tim yang bertanggung jawab jadwal dengan Kepala Puskesmas
terhadap pencegahan COVID-19 pada pekerja tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. PoA.

8. Merekomendasikan pemberian insentif bagi Terlambat 1 hari dari PoA akibat


karyawan tim kewaspadaan dan respon yang jadwal dengan Kepala Puskesmas
melakukan lembur (kerja >40 jam/minggu). tidak dapat hadir sesuai jadwal pada
PoA.
3.4 Check

Setelah kegiatan intervensi (do) dilakukan, selanjutnya melihat bagaimana

keadaan sesudah intervensi.

Tabel 3.6 Check dalam kegiatan

Deskripsi keadaan sebelum Deskripsi keadaan


No Intervensi
intervensi sesudah intervensi
1. Kurangnya kesadaran akan Penyuluhan melalui media Jangka pendek:
pencegahan penularan audiovisual berupa video Telah diterimanya surat
COVID-19 pada warga mengenai strategi pencegahan rekomendasi dan
pengunjung Puskesmas dan pengendalian infeksi termanfaatkannya media
Rawat Inap Tenayan Raya. COVID-19 yang ditampilkan televisi sebagai media
pada televisi di Puskesmas untuk pemberian materi
Rawat Inap Tenayan Raya. COVID-19 kepada pasien
di Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya.

Jangka panjang:
Belum dapat dinilai.

2. Tidak terdapat ruangan Merekomendasikan Jangka pendek:


yang cukup di ruang tunggu pengajuan tenda untuk tempat Telah masuknya surat
pasien yang berobat agar tunggu pasien kepada Badan rekomendasi.
dapat memaksimalkan Nasional Penanggulangan Jangka panjang:
physical distancing Bencana. Belum dapat dinilai.

3. Tidak terdapat ruang Merekomendasikan Jangka pendek:


terpisah khusus penyediaan ruangan Telah masuknya surat
pemeriksaan pasien pemeriksaan khusus pasien- rekomendasi.
gangguan pernapasan pasien dengan gejala Jangka panjang:
gangguan pernapasan. Belum dapat dinilai.

4. Kurangnya formulir Merekomendasikan Jangka pendek:


skrining pasien dengan pengajuan formulir skrining Telah masuknya surat
gejala gangguan sistem kewaspadaan dan rekomendasi.
pernapasan. respon gejala sakit Jangka panjang:
pernapasan pada dinas Belum dapat dinilai.
kesehatan kembali.

5. Dihentikannya prosedur Merekomendasikan Jangka pendek:


skrining gangguan pelaksanaan kembali prosedur Telah masuknya surat
pernapasan pada seluruh assessment skrining gangguan rekomendasi.
pasien yang berobat ke pernapasan kepada seluruh Jangka panjang:
Puskesmas Rawat Inap pasien yang berobat ke Belum dapat dinilai.
Tenayan Raya. Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya dan pemberian
contoh formulir skrining.
6. Belum diterapkannya Merekomendasikan Jangka pendek:
prosedur pengobatan penerapan prosedur Telah masuknya surat
Deskripsi keadaan sebelum Deskripsi keadaan
No Intervensi
intervensi sesudah intervensi
pasien jalur terpisah untuk penerapan jalur terpisah rekomendasi.
pasien dengan keluhan untuk pasien-pasien dengan Jangka panjang:
gangguan pernapasan keluhan gangguan Belum dapat dinilai.
sesuai rekomendasi
pernapasan.
Kemenkes
7. Kurangnya tim sistem Merekomendasikan kepada Jangka pendek:
kewaspadaan dan respon di kepala Puskesmas, untuk Telah masuknya surat
Puskesmas Rawat Inap menambah tim yang rekomendasi.
Jangka panjang:
Tenayan Raya bertanggung jawab terhadap
Belum dapat dinilai.
pencegahan COVID-19 pada
pekerja di Puskesmas Rawat
Inap Tenayan Raya.

3.5 Action

Alternatif pemecahan masalah pada makalah ini berupa sosialisasi berupa


menampilkan klip video yang berisi mengenai informasi dan himbauan
terhadap warga pengunjung di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dan
memberikan rekomendasi agar ditampilkan pada televisi ruang tunggu setiap
pelayanan, ditinjau dari indikator jangka pendek yang sudah tercapai, serta
jangka panjang yang belum dapat dinilai dan memerlukan waktu untuk
menilai keberhasilannya sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut oleh
pihak Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melakukan upaya pengendalian

dan pencegahan penularan COVID-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

Berdasarkan penilaian dokter muda, sebenarnya upaya yang dilakukan Puskesmas

dalam hal pengendalian dan pencegahan penularan COVID-19 di wilayah

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya sudah cukup baik. Hal ini meliputi upaya-

upaya yang telah dilakukan seperti adanya tim satuan tugas khusus, penyediaan

tempat cuci tangan, pemakaian alat pelindung diri sesuai dengan kewaspadaan

standar dan transmisi, kegiatan desinfeksi ruangan, memberlakukan penanda

khusus untuk mengatur jarak minimal 1 meter di lokasi-lokasi pasien, membuat

penghalang fisik di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dan upaya lainnya yang

telah sesuai dengan petunjuk teknis Kemenkes.5

Meskipun demikian, dokter muda menilai masih terdapat beberapa poin-

poin yang dapat ditingkatkan untuk mengoptimalisasi pengendalian dan

pencegahan penularan COVID-19 di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

Berdasarkan hasil rekap data sekunder di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya,

didapatkan total kasus positif COVID-19 dari Maret 2020 hingga Juli 2020 adalah

9 kasus, dengan total ODP adalah 420 orang, dan PDP 53 orang, dimana pada

bulan Juli ditemukan total 7 kasus. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dari

pola hidup masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan kasus kembali pada bulan Juli.


Selain itu, berdasarkan observasi dan wawancara, Dokter Muda COME

menemukan masih kurangnya kesadaran akan pencegahan penularan COVID-19

pada warga pengunjung Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya, tidak terdapat

ruangan yang cukup di ruang tunggu pasien yang berobat agar dapat

memaksimalkan physical distancing, tidak terdapat ruang terpisah khusus

pemeriksaan pasien gangguan pernapasan, kurangnya formulir skrining pasien

dengan gejala gangguan pernapasan, dihentikannya prosedur skrining gangguan

pernapasan pada seluruh pasien yang berobat ke puskesmas rawat inap tenayan

raya, belum diterapkannya prosedur pengobatan pasien jalur terpisah untuk pasien

dengan keluhan gangguan pernapasan sesuai rekomendasi kemenkes, kurangnya

tim sistem kewaspadaan dan respon di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

Kemudian tim kewaspadaan dan respon di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya

yang masih belum mendapatkan insentif.5

Upaya-upaya perlindungan kesehatan pada masyarakat dapat dilakukan

melalui upaya pencegahan (prevent) yang meliputi kegiatan promosi kesehatan

(promote) dan kegiatan perlindungan (protect), upaya penemuan kasus (detect),

unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond) yang meliputi pembatasan

fisik, penerapan etika batuk dan bersin, dan isolasi mandiri/perawatan di rumah,

pelaksanaan tindakan karantina terhadap populasi berisiko.5

Mengingat bahwa tingkat penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi

oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak

orang, maka kegiatan penyuluhan tidak dilakukan karena dapat meningkatkan

resiko transmisi. Kegiatan penyuluhan secara online masih sulit dilakukan di

daerah Tenayan Raya karena tingkat pengetahuan teknologi masyarakat yang


masih kurang. Berdasarkan alternatif pemecahan masalah kurangnya kesadaran

akan pencegahan penularan COVID-19 pada warga pengunjung Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya, untuk meningkatkan upaya prevent, maka Dokter Muda

COME melakukan kegiatan promosi kesehatan dengan memanfaatkan media

audiovisual berupa klip-klip video yang berisi mengenai informasi dan himbauan

terhadap warga pengunjung di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dan

memberikan rekomendasi agar ditampilkan pada televisi ruang tunggu setiap

pelayanan. 5

Klip-klip video yang diberikan berjumlah 13 buah, dimana 3 video berisi

informasi visual dan 10 video berisi informasi audiovisual dengan materi

rekomendasi dari Kemenkes. Hal ini didasarkan pada pedoman pencegahan dan

pengendalian coronavirus disease (COVID-19) yang diterbitkan oleh Kementrian

Kesehatan RI yang diresmikan per 13 Juli 2020 yang menghimbau untuk

memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang COVID-19 berupa:

a. Rantai infeksi untuk awam

b. Kewaspadaan standar

c. Kewaspadaan berdasarkan transmisi

d. Konsep COVID-19.5

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tidak terdapat ruangan yang

cukup di ruang tunggu pasien yang berobat agar dapat memaksimalkan physical

distancing, maka Dokter Muda COME merekomendasikan pengajuan tenda untuk

tempat tunggu pasien kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kegiatan


perlindungan (protect) ini meliputi pengaturan jaga jarak di tempat dan fasilitas

umum untuk meningkatkan upaya protect. Upaya pencegahan berupa pemberian

penanda khusus untuk mengatur jarak minimal 1 meter di lokasi-lokasi pasien

menyebabkan berkurangnya kapasitas ruang tunggu pasien sehingga pasien

cenderung untuk tidak mengikuti peraturan penanda yang telah diberikan dan

tidak menerapkan physical distancing. Dengan menambah jumlah ruang tunggu

pasien, diharapkan dapat memaksimalkan physical distancing kembali untuk

mencegah kontak antara pasien.5

Permasalahan berikutnya adalah tidak terdapat ruang terpisah khusus

pemeriksaan pasien gangguan pernapasan. Untuk menerapkan kewaspadaan

transmisi yang optimal dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi di

fasyankes, Dokter Muda COME merekomendasikan penyediaan ruangan

pemeriksaan khusus bagi pasien dengan gejala gangguan pernapasan. Hal ini

berdasarkan himbauan dari Kemenkes yaitu untuk membedakan ruangan antara

pasien dengan gangguan sistem pernapasan dan tidak dengan gangguan sistem

pernapasan. Dokter muda mengharapkan agar adanya ruangan khusus dan

pembuatan alur satu arah untuk pasien-pasien dengan gangguan sistem

pernapasan. Rekomendasi ini juga dapat membantu menyelesaikan masalah dari

belum diterapkannya prosedur pengobatan pasien jalur terpisah untuk pasien

dengan keluhan gangguan pernapasan sesuai rekomendasi Kemenkes.5

Kegiatan perlindungan (protect) dan upaya penemuan kasus (detect)

meliputi upaya penapisan kesehatan yang masuk ke tempat dan fasilitas umum

serta deteksi dini dengan melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala

demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua
orang di fasilitas umum. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kurangnya formulir

skrining pasien dengan gejala gangguan pernapasan dan dihentikannya prosedur

skrining gangguan pernapasan pada seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas

Rawat Inap Tenayan Raya, maka Dokter Muda COME merekomendasikan

pengajuan formulir skrining sistem kewaspadaan dan respon gejala sakit

pernapasan pada Dinas Kesehatan agar dapat dilakukan penerapan kembali untuk

prosedur skrining.5

Kurangnya tim sistem kewaspadaan dan respon di Puskesmas Rawat Inap

Tenayan Raya yang bertanggung jawab terhadap pencegahan dan pengendalian

COVID-19 pada di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dapat memengaruhi

kinerja tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Oleh sebab

itu, Dokter Muda COME merekomendasikan untuk menambah tim yang

bertanggung jawab terhadap terhadap pencegahan COVID-19 pada pekerja di

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan

bahwa tim sistem kewaspadaan dan respon di Puskesmas Rawat Inap Tenayan

Raya terdiri dari dokter, perawat, kesling, promkes, bagian laboratorium, dan

bagian surveillance. Dengan adanya peningkatan kasus COVID-19 dalam

beberapa bulan terakhir mengakibatkan peningkatan beban kerja dari tim sistem

kewaspadaan dan respon di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. Oleh karena

itu, perlu untuk mempertimbangkan personil tambahan agar mengurangi beban

kerja sehingga seluruh tim sistem kewaspadaan dan respon mendapatkan istirahat

yang cukup yaitu jam kerja <40 jam per minggu.5

Tim sistem kewaspadaan dan respon Puskesmas Rawat Inap Tenayan

Raya juga melakukan kegiatan desinfeksi ruangan yang minimal dilaksanakan per
minggu. Oleh karena itu, agar para karyawan dapat menjalankan tugasnya dengan

baik, Dokter Muda COME merekomendasikan agar dapat memberikan insentif

tambahan pada karyawan-karyawan yang bekerja lembur yaitu kerja >40 jam per

minggu. 5

Terlepas dari masalah-masalah yang ditemukan, kami menilai masih

terdapat beberapa kendala-kendala pada proyek peningkatan mutu ini, seperti

adanya keterbatasan data yang ada karena keterbatasan waktu para pekerja

Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dan Dokter Muda COME sehingga hanya

meneliti dan mempelajari tentang pencegahan dan pengendalian COVID-19.

Selain itu, kami juga sulit mendapatkan informasi yang akurat disebabkan adanya

perbedaan persepsi dari beberapa pemegang program seperti hal terkait dana

penanggulangan COVID-19 dan kegiatan desinfeksi. Kami juga belum dapat

melakukan kegiatan penyuluhan dan penilaian langsung warga di posyandu oleh

sebab larangan mengumpul massa di masa pandemi. Kami juga belum dapat

menilai secara efektif pemberdayaan masyarakat yang ada di Puskesmas Rawat

Inap Tenayan Raya seperti keefektivitas dari sistem promosi kesehatan dan

komunikasi antar kader dan puskesmas via sosial media yang telah diupayakan

puskesmas selama masa pandemi dan terkait pembentukan tim komunikasi risiko

dan perbedayaan masyarakat (KRPM) yang belum dinilai.5

Kami berharap pada Dokter Muda COME selanjutnya untuk dapat

mengevaluasi rekomendasi yang telah diberikan dalam pencegahan dan

pengendalian COVID-19. Dokter Muda COME selanjutnya dapat mencoba untuk

mengajukan data kepada Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru terkait data angka

kejadian COVID-19 di Kota Pekanbaru. Kami juga berharap agar Dokter Muda
COME selanjutnya dapat lebih menelusuri hal-hal esensial terkait. Kegiatan

penyuluhan yang belum dapat dilaksanakan sebaiknya dipertimbangkan untuk

dapat dilakukan alternatif pemecahan masalah lainnya.5

Kesadaran yang kurang kami temukan di kalangan masyarakat Tenayan

Raya dapat dipengaruhi oleh KRPM yang belum optimal. KRPM yang baik dapat

membantu mencegah infodemic (penyebaran informasi yang salah/hoaks),

membangun kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaaan dan respon pemerintah

sehingga masyarakat dapat menerima informasi dengan baik dan mengikuti

anjuran pemerintah. KRPM ini juga bertujuan untuk dapat mengubah perilaku

hidup masyarakat. Oleh karena itu, untuk Dokter muda COME berikutnya juga

perlu untuk menilai sistem pemberdayaan masyarakat yang telah diupayakan

puskesmas dan bila dapat mencoba untuk mengoptimalisasi tim KRPM di

Kecamata Tenayan Raya dengan langsung turun ke masyarakat dengan tetap

menerapkan sistem kewaspadaan standar dan transmisi.5

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PDCA yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan berupa:
a. Belum optimalnya upaya Pengendalian dan Pencegahan COVID-19 di
Puskesmas Kecamatan Tenayan Raya.
b. Perencanaan kegiatan dalam makalah ini didapatkan melalui hasil
wawancara dengan Kepala Puskesmas, pemegang program Promkes dan
Warga sekitar Puskesmas, observasi lapangan dan data sekunder Puskesmas
berupa profil Puskesmas.
c. Prioritas masalah yang didapatkan adalah belum optimalnya upaya
pengendalian dan pencegahan COVID-19 di Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya.
d. Penyebab timbulnya masalah adalah kurangnya kesadaran akan pencegahan
penularan COVID-19 pada warga pengunjung Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya, keterbatasan ruang yang cukup diruang tunggu pasien yang
berobat agar dapat memaksimalkan physical distancing, belum dilakukanya
proses skrining pada seluruh pasien yang berobat ke di Puskesmas Rawat
Inap Tenayan Raya, kurangnya tim sistem kewaspadaan dan respon di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya dan belum adanya insentif untuk tim
sistem kewaspadaan dan respon di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.
e. Ditemukannya solusi dan strategi alternatif pemecahan masalah berupa
membuat media audiovisual berupa video mengenai strategi pencegahan
dan pengendalian infeksi COVID-19 yang ditampilkan pada televisi di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya yang ditampilkan pada televisi ruang
tunggu dan memberikan surat rekomendasi yang terlampir.
f. Terlaksananya strategi pemecahan masalah berupa video mengenai strategi
pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 yang ditampilkan
menggunakan media elektronik yaitu televisi di Puskesmas Rawat Inap
Tenayan Raya yang merupakan salah satu sarana yang telah tersedia di
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.
5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan tentang belum optimalnya Program


Pengendalian dan Pencegahan COVID-19 di Puskesmas Kecamatan
Tenayan Raya adalah:

1. Kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Tenayan Raya, menyarankan untuk


tim satuan tugas SKDR tetap mendapat ilmu serta pelatihan terkait
COVID-19 di Puskesmas Kecamatan Tenayan Raya.
2. Kepada Pemegang program P2M agar lebih memperluas pemberian
informasi melalui media untuk lebih mengoptimalkan kerjasama antara
warga dalam proses tracking kontak erat pasien dengan COVID-19.
3. Kepada Dokter Muda Kepaniteraan Klinik COME berikutnya, diharapkan
untuk me-follow up alternatif pemecahan masalah yang telah diberikan
dalam upaya optimalisasi Program Pengendalian dan Pencegahan COVID-
19 dan melakukan butir-butir rekomendasi di bagian pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Infection prevention and control during health


care when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva: World
Health Organization; 2020. Available from:
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public

2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-5.Jakarta:2020

3. Wu Z, McGoogan JM. Characteristics of and Important Lessons From the


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Outbreak in China: Summary of a
Report of 72314 Cases From the Chinese Center for Disease Control and
Prevention. JAMA. 2020; published online February 24. DOI:
10.1001/jama.2020.2648.

4. World Health Organization. Naming the coronavirus disease (COVID-19)


and the virus that causes it [Internet]. Geneva: World Health Organization;
2020. Available from: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-
coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus- disease-
(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.
5. World Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19)
Situation Report – 70 [Internet]. WHO; 2020. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200330-sitrep-70covid19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
6. World Health Organization. Situation Report – 10 [Internet]. 2020 [updated
2020 January 30; cited 2020 March 15]. Available from:
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200130-sitrep-10-ncov.pdf?sfvrsn=d0b2e480_2.

7. Pemerintah Provinsi Riau. Update COVID-19 Provinsi Riau [Internet]. 2020


[Accessed 7 September 2020]. Available from: https://corona.riau.go.id/

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. COVID-19 [Internet]. 2020


[Accessed 7 September 2020]. Available from:
https://covid19.kemkes.go.id/category/situasi-infeksi-emerging/info-corona-
virus/

9. Johns Hopkins University of Medicine: Coronavirus Resource Center. Which


U. S. States Meet WHO Recommended Testing Criteria. 2020 [Accessed 7
September 2020]. Available from: https://coronavirus.jhu.edu/testing/testing-
positivity
10. de Wit E, van Doremalen N, Falzarano D, Munster VJ. SARS and MERS:
recent insights into emerging coronaviruses. Nat Rev Microbiol.
2016;14(8):523-34.
11. World Health Organization. Report of the WHO-China Joint Mission on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Geneva: World Health
Organization; 2020.
12. Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical
characteristics and intrauterine vertical transmission potential of COVID-19
infection in nine pregnant women: a retrospective review of medical records.
Lancet. 2020;395(10226):809-15.

13. Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A


pneumonia outbreak associated with a new coronavirus of probable bat
origin. Nature. 2020;579(7798):270-3.
14. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, Lee TH, Ng OT, Wong MSY, et al. Air,
Surface Environmental, and Personal Protective Equipment Contamination
by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) From
a Symptomatic Patient. JAMA. 2020; published online March 4. DOI:
10.1001/jama.2020.3227
15. World Health Organization. Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap
kewaspadaan pencegahan infeksi. Pernyataan keilmuan. 2020 Juli 9.
Diunduh dari: https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19/transmisi-sars-cov-2---implikasi-untuk-
terhadap-kewaspadaan-pencegahan-infeksi---pernyataan-keilmuan.pdf?
sfvrsn=1534d7df_4
16. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19) Maret 2020.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020

Anda mungkin juga menyukai