Anda di halaman 1dari 2

Dalam pemaknaan demokrasi politik yang mekanistik, bahkan kita telah berjalan sampai

tahapan ultra-demokrasi. Demokrasi kita berubah menjadi demokrasi voting!. Cita-cita


kemakmuran bagi semua tertawan rezim plutokharkhi, kuasa ditangan segelintir elit
penguasa dan pengusaha yang dimana mana selalu memenangkan pertarungan
politik. Sebuah sistem perekonomian yang berarti sistem produksi, distribusi dan
konsumsinya diselenggarakan dengan proses pelibatan seluruh anggota masyarakat.

Seperti yang berulang dikatakan oleh Bung Hatta, kalau kita ingin serius membangun
masyarakat demokratis, maka kita tak boleh lupa bahwa demokrasi politik saja tidaklah
cukup. Demokrasi ekonomi atau biasa disebut dengan sosio-demokrasi atau ekonomi
solidaritas sebetulnya adalah sebuah sistem yang juga relatif baru di belahan
dunia. Kikarenakan terjadinya konsentrasi kepemilikkan kekayaan dan semakin melebarnya
kesenjangan sosial ekonomi akibat dari sistem kapitalisme saat ini telah mendorong
berbagai pihak untuk memikirkan kembali tata kelola ekonomi yang berkeadilan. Segelintir
orang tidak boleh memarginalkan sebagian besar masyarakat seperti yang terjadi dalam
sistem demokrasi yang liberal kapitalistik.

Dunia yang kita huni ini ternyata 54 persen assetnya hanya dikuasai oleh 1 persen dari
jumlah penduduk . Demikian juga sebagaimana yang terjadi di Indonesia, dimana lebih dari
80 persen kekayaan nasional kita ternyata hanya dikuasai oleh kurang dari 1 persen jumlah
penduduk negeri ini. Pertumbuhan ekonomi kita yang dalam satu dekade rata-rata 5,6
persen dan tingkat gini rasio yang setiap tahun terus mengalami peningkatan dari 0,33 pada
tahun 2004 hingga 0,42 pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sistem demokrasi politik
liberalistik yang penuh hiruk pikuk saat ini hanya memperkaya segelintir mereka yang
berpunya dan meninggalkan kebanyakan mereka yang tidak berpunya dibelakang. Angka
statistik tersebut juga mengatakan pada kita bahwa yang kaya makin kaya, yang miskin
semakin sengasara.

Seharusnya di dalam sistem demokrasi ekonomi, masyarakat harus diberikan peluang untuk


mengkreasi kekayaan dalam bentuk kepemilikan dan mendapatkan sistem pembagian yang
adil dalam pendapatan. Dalam sistem masyarakat yang demokratis dengan demikian, akses
terhadap kepemilikan alat produksi dan juga sistem penggajian perlu diatur sedemikian
rupa. Rasio gaji yang terendah dan tertinggi disatu sisi juga harus dibatasi agar tidak terjadi
kesenjangan yang tajam. Reformasi agararia sebagai poin penting dalam kembalikan
kepemilikkan lahan kepada petani untuk dapat mencukupi kebutuhan dasar
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan mereka juga merupakan agenda yang
mendesak untuk dapat segera direalisasikan.

Hingga tahun 2012, hampir 1 milyard orang menjadi pemilik perusahaan koperasi yang
bergerak di berbagai sektor, dari perbankan, ritel, asuransi, pertanian, manufaktur, hingga
layanan publik seperti rumah sakit yang tersebar lebih di 100 negara. Koperasi yang
dasarnya adalah tempatkan kedudukan manusia lebih tinggi diatas yang material adalah
telah sesuai dengan konstitusi kita. Membaca berbagai produk regulasi bisnis
kita, kepentingan untuk membela investor semata lebih menonjol dengan asumsi agar
tercipta lapangan kerja sebanyak-banyaknya namun alpa terhadap arti penting kepemilikan
saham oleh buruh yang bermakna penting bagi terciptanya kemakmuran bersama. Melalui
jalan ini setiap individu memiliki peluang yang sama untuk terlibat dalam proses
produksi, konsumsi dan distribusinya.

Selain juga mengurangi keserakahan dan mempertinggi modal sosial yang penting bagi
pembangunan. Satu contoh resep pemikiran Bung Hatta yang sungguh sangat futuristik
lainya juga dapat kita lihat dari peringatannya yang keras agar ekonomi yang ujung jangan
dijadikan pangkal dan pangkal jangan dijadikan ujung. Sementara jumlah koperasi kita
adalah yang terbanyak di dunia dengan jumlah primer koperasi sebanyak 209.000 . Ditinjau
dari kontribusi omset sektoralnya, koperasi kita didominasi jasa simpan pinjam yang
mencapai kurang lebih 90 persen.

KUD yang dibanjiri fasilitas program bantuan dan kemudahan namun diabaikan aspek
kelembagaannya itu terpuruk. Sementara sebagai satu ilustrasi pembanding saja, gerakan
kopeasi kredit , yang disemangati oleh prinsip swadaya, solidaritas pada kenyataannya
justru menunjukkan pertumbuhan statistik yang menggembirakan. Satu misal adalah
Singapura yang kuasai sektor ritel sampai dengan 62 persen, dengan penetrasi anggota
koperasinya hingga 52 persen dari populasi penduduk. Korea Selatan yang memberi
kontribusi sektor pertanian hingga 90 persen dan sektor perikanan hingga 71 persen.

Di Jepang yang tempatkan 1 dari setiap 3 keluarga sebagai anggota koperasi dan jadikan
Koperasi pertanianya sebagai koperasi terbesar di dunia. Amerika Serikat yang telah
kontribusikan 36 persen dari 300 Koperasi besar dunia dan tempatkan anggotanya
sebanyak 149 juta orang dan sediakan 59 persen listrik desa di hampir seluruh negara
bagian. Canada yang tempatkan 1 dari empat orang sebagai anggota koperasi dan
sumbangkan Koperasi Kredit nya sebagai bank terbaik disana dengan gedung-gedungnya
yang menjulang tinggi di pusat-pusat kota. Ketika terjadi inflasi atau tekanan mafia pangan
bahkan mereka menjadi orang pertama yang kesulitan untuk mendapatkan akses pangan.

Mereka kita biarkan dalam kondisi yang lemah posisi tawarnya, bergerak hanya di on
farm. Sementara, sektor off farm nya seperti kredit, pengolahan, pemasaran, dan lainnya
yang menghasilkan keuntungan besar dikuasai oleh mafia korporasi besar. Di dalam aspek
regulasi bahkan banyak yang tidak mendukung. Seperti misalnya dalam Undang-Undang
Penanaman Modal yang hanya perbolehkan investasi modal asing dalam bentuk Persero.

Kondisi koperasi yang hanya dijadikan pemain figuran seperti ini tentu bukan hanya karena
rendahnya komitmen kebijakan, tapi kita menghadapi problem yang lebih besar, yaitu
menyangkut paradigma. Selama ini kita sudah terlanjur disuguhi citra koperasi yang selalu
«hand mainden» dan tergantung pada pemerintah. Berbagai regulasi dan kebijakan untuk
ciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya koperasi harus segera
diciptakan dan regulasi yang menghambat harus segera direvisi. Setiap warga diberikan hak
politik seluas-luasnya, namun liberalisasi politik yang sudah mencapai tahap ultra demokrasi
itu belum dapat merobah struktur sosial yang timpang dalam kehidupan ekonomi
keseharian.

Disinilah sebetulnya koperasi memegang peranan penting seperti yang diharapkan oleh
Bung Hatta dan juga cita-cita konstitusi, selain sebagai alat demokratisasi, juga menjamin
keadilan dari pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai