(CAPM)
menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang. Dalam hal
ini jika beta saham dapat diukur dengan tepat, maka dalam keadaan ekuilibrium
required return juga dapat diperkirakan. Penaksirannya didasarkan pada hasil
investasi bebas risiko ditambah dengan premi risiko pasar dikalikan dengan beta
saham. Dengan demikian SML dapat dirumuskan sebagai berikut:
RR = SML = Rf + (Rm – Rf) ßi
Keterangan:
RR = required return (return yang disyaratkan)
Rf = return bebas risiko
Rm = rerata return market
ßi = kepekaan atas return saham i terhadap expected return market
Rm-Rf = premi risiko pasar
Koefisien ß (beta) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
σ im
β i=
σ 2m
atau dapat diuraikan sebagai berikut:
n
∑ ( Rit −R it ).( R mt−R mt )
β i= t=1 n
∑ ( Rmt −R mt )2
t =1
bahwa, tingkat return portofolio ditentukan oleh risiko sistematis atau risiko pasar
yang diukur dengan β dan tingkat return pasar.
Ri-Rf
β=1
Rm
0
Gambar 7.1. Hubungan antara β, Ri – Rf, dan Rm – Rf
Hubungan antara risiko yang diukur dengan β dengan expected return dan
required return suatu saham ditunjukkan oleh Security Market Line (SML)
Dalam gambar 7.2 tampak bahwa saham B dikatakan undervalued (murah)
karena terletak diatas SML (expected return lebih besar dari required return)
misal membeli suatu saham dengan syarat mendapatkan return 10% tetapi return
mendapatkan lebih dari 10%. Sedangkan saham A dikatakan overvalued (mahal),
karena terletak di bawah SML (expected return lebih kecil dari required return)
misal kebalikan dari saham murah.
Pada kondisi ekuilibrium semua saham diharapkan berada pada SML.
Namun kadang-kadang bisa terjadi suatu saham tidak berada pada SML. Kalau
terjadi penyimpangan, artinya dengan risiko yang sama expected return suatu
saham berbeda dengan required return, maka perbedaan ini disebut overvalued
atau undervalued.
Dengan demikian, harga suatu aset ditentukan oleh risiko sistematisnya,
dimana risiko sistematis dicerminkan oleh beta aset yang bersangkutan. Semakin
besar koefisien beta suatu aset, investor akan menetapkan return yang semakin
Manajemen Investasi
Agus Sucipto
besar pula, sehingga harga aset akan memiliki hubungan yang negatif dengan nilai
beta-nya.
ERB SML
RRB
ERm
RRA
ERA
Rf
0 β<1 βm = 1 βB > 1 βi
Contoh:
Return-return sekuritas A (RA) dan return-return pasar (Rm) selama 10 minggu
tampak pada tabel 7.1 di bawah ini. Hitung besarnya beta.
( RA) 2
( Rm ) ( R A−R A )( Rm −R m ) ( Rm−R m )
7,5% 4,0% 5,9475 3,8025
8,0% 4,5% 3,6975 2,1025
9,0% 4,5% 2,2474 2,1025
10,0% 5,5% 0,2475 0,2025
10,5% 6,0% -0,0025 0,0025
11,5% 7,0% 0,9975 1,1025
11,0% 6,0% 0,0225 0,0025
12,0% 6,5% 0,7975 0,3025
12,0% 7,5% 2,2475 2,4025
14,0% 8,0% 7,0725 4,2025
( R A )=10 ,55 ( R A )=10 ,55 σ im=23 ,275 m 16,225
2
σ im 23 , 275
β i= = =1, 434515
σ 2m 16 , 225
Contoh:
Diketahui Rf = 15%, Rm = 20%, E(RA) = 21%, ßA = 1,2, E(RB) = 17%, ßB = 0,8,
E(RC) = 28%, ßC = 1,5. Dari data tersebut tentukan mana saham yang undervalued
dan mana saham yang overvalued ?
Expected Return
Required Return
Rf(15%)
Dari gambar 7.3 tampak bahwa saham A terletak pada titik ekuilibrium
(berada pada SML), expected return sama dengan required return sesuai dengan
risiko sistematis yang melekat. Saham B dikatakan overvalued, karena expected
return lebih kecil dari required return. Sedangkan saham C dikatakan
undervalued, karena expected return lebih besar dari required return. Investor
yang mengetahui bahwa saham C undervalued, maka mereka akan melakukan
pembelian, sehingga permintaan terhadap saham C akan meningkat. Tindakan
tersebut akan mengakibatkan naiknya harga. Di lain pihak return-nya akan turun
sampai berada pada SML. Sebaliknya saham B overvalued, investor yang
memegangnya akan melakukan penjualan, sehingga penawaran terhadap saham B
meningkat sehingga penjualan ini akan mengakibatkan harga akan turun, di lain
Manajemen Investasi
Agus Sucipto
pihak return-nya naik sampai pada SML. Selanjutnya pada saat return dari kedua
saham tersebut kembali ke SML, maka keseimbangan pasar akan terjadi.
Pada gambar 7.4 dapat dilihat bahwa jika portofolio pasar hanya berisi
aktiva tidak berisiko, maka risikonya sama dengan nol (σp = 0) dan expected
return sama dengan Rf. Jika portofolio ini terdiri dari semua aktiva yang ada,
maka risikonya adalah sebesar σm dengan return ekspektasinya sebesar E(Rm).
Expected Return untuk portofolio dengan aktiva berisiko sebesar E(Rm), lebih
besar dibandingkan dengan expected return portofolio dengan aktiva tidak
berisiko (Rf). Selisih kedua return ini sebesar [E(Rm) – Rf] merupakan premium
dari portofolio pasar karena menanggung risiko lebih besar sebesar σ m. Dengan
demikian slope dari CML adalah harga pasar dari risiko. Besarnya slope CML
akan mengindikasikan tambahan return yang disyaratkan pasar untuk setiap 1%
kenaikan risiko portofolio. Slope CML dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Manajemen Investasi
Agus Sucipto
E( R m )−R f
Slope CML=H arg a pasar dari risiko=
σm
Contoh:
Expected return portofolio pasar E(Rm) adalah sebesar 20% dengan standar
deviasinya (σm) sebesar 5%. Return aktiva bebas risiko (Rf) sebesar 12%.
Tentukan besarnya slope CML.
20 %−12 %
Slope CML= =1,6
5% %
E( Rm )−R f
E( R p )=R f + σp
σm
Keterangan:
E(Rp) = expected return yang diminta untuk portofolio yang berada di CML
dengan risiko sebesar σp
Rf = return aktiva bebas risiko
E(Rm) = expected return portofolio pasar dengan risiko sebesar σm
σm = risiko yang diukur dengan standar deviasi dari return-return portofolio
pasar
Manajemen Investasi
Agus Sucipto
Contoh:
Slope dari CML yang merupakan harga dari risiko adalah 1,6%. Return aktiva
bebas risiko sebesar 12%. Portofolio efisien lainnya mempunyai risiko (standar
deviasi) sebesar 10%. Maka besarnya expected return untuk portofolio ini adalah:
E(Rp) = (12% + 1,6%) 10%
= 17,2%