Anda di halaman 1dari 295

Strategi Pembangunan

Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan


KOTA SUBULUSSALAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kawasan permukiman adalah kawasan inti yang seringkali mendominasi dalam
suatu kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi pusat berawalnya kegiatan yang
keberadaannya seringkali mengikuti perkembangan kawasan lainnya. Setiap kawasan
fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk
mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktifitas di dalam kawasan yang
dikembangkan tersebut.
Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan kedalam
dua jenis, yaitu: (1) permukiman yang berkembang karena faktor historis dan (2)
permukiman yang berkembang karena diciptakan. Permukiman jenis yang pertama
adalah permukiman yang telah berkembang sebelum suatu wilayah atau kota
berkembang menjadi sangat pesat. Permukiman jenis ini umumnya ditengarai sebagai
titik awal perkembangan suatu wilayah atau kota yang berkembang secara alami pada
lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber daya alam yang digunakan manusia untuk
hidup seperti sungai dan lahan pertanian yang subur. Berkaitan dengan hal tersebut,
umumnya permukiman jenis ini berkembang secara sporadis di sekitar sumber daya
alam tersebut. Untuk permukiman jenis yang kedua adalah permukiman yang
berkembang karena diciptakan oleh pengembang. Permukiman ini dikembangkan
pada lokasi-lokasi yang umumnya berada di pinggiran kota untuk mengakomodir
pertumbuhan pusat-pusat baru di pinggiran kota tersebut. Permukiman jenis kedua ini
juga dikembangkan untuk memeratakan perkembangan wilayah atau kota, serta
memenuhi kebutuhan perumahan penduduk.
Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota,
perkembangan dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya
perkembangan yang tidak terkendali. Adanya permintaan perumahan yang cukup
tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan

I -1
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
permukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan permukiman ini
menjadi salah satu pemberi sumbangan terhadap terjadinya fenomena urban sprawl.
Selain itu berbagai persoalan pembangunan juga banyak muncul dari kawasan
permukiman, yaitu perumahan liar dan permukiman kumuh, yang seringkali berdampak
lebih lanjut pada meningkatnya tingkat kesenjangan masyarakat, tingginya angka
kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari
perkembangan kawasan permukiman, maka kawasan permukiman merupakan salah
satu kawasan yang perlu dilakukan penanganan secara khusus, namun dalam konteks
keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Faktor luas
kawasan permukiman yang besar di suatu wilayah atau kota dan banyaknya persoalan
yang muncul, mengakibatkan tiap kawasan permukiman memiliki upaya penanganan
yang berbeda-beda bahkan terkadang bersifat sangat spesifik, disebabkan persoalan
yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutan pembangunan
wilayah atau kota, maka beberapa bagian bahkan perlu ditangani terlebih dahulu atau
diberikan prioritas penangan bila dibandingkan dengan kawasan permukiman lainnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu adanya penanganan didasarkan pada skala
prioritas kawasan atau yang lazim dikenal penanganan kawasan permukiman prioritas.
Daya tarik kehidupan perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi
menyebabkan semakin banyak penduduk Indonesia yang beralih untuk tinggal dan
beraktivitas di kawasan perkotaan. Terkait dengan hal ini, sejumlah kajian
memprediksikan jumlah penduduk Indonesia yang mendiami kawasan perkotaan akan
terus meningkat dari tahun ke tahun dimana pada akhir 2025 jumlahnya akan
mencapai sekitar 60% dari total jumlah penduduk Indonesia. Adanya konsentrasi
penduduk perkotaan ini perlu disikapi dan diantisipasi lebih awal mengingat akan
adanya beberapa persoalan wilayah perkotaan yang akan muncul.
Daya tarik kehidupan perkotaan dan tuntutan kehidupan yang semakin tinggi
menyebabkan semakin banyak penduduk Indonesia yang beralih untuk tinggal dan
beraktivitas di kawasan perkotaan. Sejumlah kajian memperkirakan jumlah penduduk
perkotaan pada akhir 2025 akan mencapai sekitar 60% dari total jumlah penduduk
Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan akan memacu kebutuhan ruang
dan infrastruktur pelayanan perkotaan, sehingga kota akan tumbuh dengan segala
I -2
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
potensi dan tantangan yang dimilikinya. Keadaan tersebut harus dihadapi melalui
penyiapan perencanaan tata ruang kabupaten/kota yang mempertimbangkan kondisi,
potensi dan tantangan yang dimiliki oleh kabupaten/kota tersebut. Adapun strategi
kebijakan dan program penataan ruang yang diharapkan tercantum dalam dokumen
perencanaan tata ruang kabupaten/kota antara lain adalah strategi arahan kebijakan
pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang
dimilikinya.
Keadaan yang terjadi saat ini adalah masih lemahnya sinergitas perencanaan
tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan), terutama
pada pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang
merupakan tuntutan dari pesatnya pertambahan penduduk perkotaan. Hal ini terjadi
pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan aspek permukiman dan


infrastruktur perkotaan seringkali tidak atau belum didukung dengan suatu
kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota;

2. Kebijakan dan strategi pembangunan aspek permukiman dan infrastruktur


perkotaan seringkali bersifat instant, responsif terhadap persoalan yang ada,
serta berorientasi pada ketersediaan program atau proyek pendukung, sehingga
kebijakan dan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan
seringkali bersifat parsial dan tidak komprehensif, serta tidak terpadu dengan
kebutuhan strategi pembangunan perkotaan;
3. Tidak adanya atau belum adanya strategi khusus pembangunan aspek
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan
ruang dan perencanaan pembangunan secara keseluruhan; dan
4. Adanya tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional
(kabupaten/Kota).

Berkenaan dengan kondisi ini, maka perlu adanya penekanan penyusunan


strategi pengembangan kota pada strategi pengembangan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang nantinya diharapkan akan menjamin integrasi dan
I -3
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
sinkronisasi penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan dengan program terkait
lain. Penyusunan strategi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan itu
sendiri tetap didasarkan dan mengacu pada strategi pengembangan kota (SPK).
Dimana SPK ini terbagi menjadi 3 bidang yaitu permukiman dan infrastruktur, bidang
ekonomi dan bidang wilayah kota lainnya (lihat Gambar 1.1). Khusus untuk kegiatan
SPPIP di Kota Subulussalam terfokus kepada bidang permukiman dan infrastruktur.
Sebagai suatu proses yang sangat strategis dan signifikan yang akan diterapkan
di Kota Subulussalam dengan karakter yang berbeda, maka sangat disadari bahwa
dalam proses penyusunannya akan sangat membutuhkan dukungan penguatan
bersama, baik yang bersifat pemahaman, kapasitas maupun pengetahuan terhadap
SPPIP ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pihak DJCK memberikan
dukungan dalam bentuk bantuan dan bimbingan teknis yang bersifat pendampingan
dan peningkatan serta penguatan kapasitas (capacity building) bagi Provinsi Aceh,
Kota Subulussalam yang akan melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Subulussalam.

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1. Maksud
Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) ini diselenggarakan dengan maksud untuk memberikan
pendampingan bagi pemerintah daerah guna menghasilkan Strategi dalam
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan yang sesuai dengan kebijakan
dan strategi serta kebutuhan pengembangan kota.

I -4
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 1.1
Diagram Keterkaitan Strategi Pembangunan Kota (SPK) dan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Dalam Kerangka Pembangunan Wilayah
Perkotaan

1.2.2. Tujuan
Berdasarkan pada maksud kegiatan, maka tujuan yang diharapkan dari kegiatan
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)
kota Subulussalam ini adalah:
1. Membantu kota dalam penyediaan strategi yang komprehensif untuk
mengembangkan kota dengan menekankan kepada strategi pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang memenuhi kaidah perencanaan dan
terintegrasi dengan sistem perkotaan, sehingga dapat menjamin keberlanjutan
kegiatan pembangunan kawasan perkotaan (bagi kota-kota yang telah
memilikinya); dan
2. Memberikan pendampingan bagi perangkat perencana dan pelaksana
pembangunan di daerah, dalam menyusun strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur perKotaan, yang terintegrasi dengan sektor pembangunan lain, sesuai
dengan peran, fungsi dan kontribusi yang diharapkan dalam mencapai tujuan
pengembangan kawasan perkotaan.

I -5
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
1.2.3. Sasaran
Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut, pada dasarnya sasaran dari
kegiatan Penyusunan SPPIP Kota dapat dibedakan atas dua hal, yaitu sasaran
fungsional dan sasaran operasional sebagai berikut:
A. Sasaran Fungsional
Terselenggaranya kegiatan pengembangan kota melalui pembangunan
permukiman dan infrastruktur yang dapat mendukung percepatan pembangunan
kawasan perkotaan secara berdaya dan berhasil guna berdasarkan prinsip tata
kepemerintahan yang baik.
B. Sasaran Operasional
Sasaran yang ingin dicapai dengan tersedianya Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) ini adalah:
1. Tersedianya instrumen pengembangan kota yang menitikberatkan pada
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang dapat diacu
oleh seluruh pemangku kepentingan di daerah yang memenuhi kaidah
perencanaan dan kaidah tata kepemerintahan yang baik;
2. Terwujudnya proses pembinaan pengembangan kawasan permukiman
perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan fungsional perkotaan lainnya
dalam konstelasi pembangunan kota;
3. Terwujudnya keselarasan strategi pengembangan kawasan permukiman
perkotaan antara sasaran pembangunan permukiman perkotaan nasional
dengan rencana pembangunan perkotaan di daerah;
4. Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam
mengoptimalkan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan yang dapat mendukung dan mempercepat pembangunan kota
sesuai dengan karakter atau kekhasan kota dan tujuan pembangunannya;
dan
5. Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota
(stakeholder) dalam penyediaan strategi pengembangan permukiman
perkotaan dan dalam mengoptimalkan penyelenggaraan pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan.

I -6
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

1.3. Pokok Permasalahan SPPIP


1.3.1.Landasan Pembangunan Daerah
Penyelenggaraan pembangunan daerah umumnya mengacu pada 2 kelompok
produk rencana, masing-masing:
1. Dokumen rencana tata ruang yang memuat arahan serta strategi penataan ruang
wilayah secara keseluruhan dokumen ini tersaji dalam bentuk:
a. RUTR (Rencana Umum Tata Ruang/spatial plan) sebagai acuan baku alokasi
ruang kegiatan berjangka panjang, dan menjadi acuan bagi penyusunan
rencana pembangunan baik jangka panjang maupun jangka menengah, serta
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan antar sektor; dan
b. Sejumlah produk turunannya sebagai dokumen rinci yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari RUTR, seperti, rencana bagian wilayah kota, rencana
detail tata ruang wilayah, rencana tapak (site plan) dll yang berorientasi pada
operasionalisasi RUTR-nya.
2. Dokumen rencana pembangunan wilayah (development plant) yang memuat
arahan serta strategi pembangunan wilayah. Dokumen ini tersaji dalam bentuk:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang memuat arahan serta
target dan sasaran yang ingin dicapai selama jangka waktu perencanaan, Visi,
misi, tujuan serta strategi pelaksanaan biasanya melengkapi produk
perencanaan ini. Sektor yang dimuat sangat komprehensive diatur dalam suatu
strategi serta kebijakan pembangunan wilayah dan diharapkan dapat saling
menunjang;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) merupakan jabaran lanjut
dari RPJP, yang dijadikan acuan dalam menyusun program dan kegiatan
tahunan;
c. Rencana strategis (Renstra) yang berjangka 5 tahunan, dengan substansi yang
umumnya selalu komprehensif;

I -7
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
d. RP4D yang merupakan acuan khusus dalam penyusunan skenario
pembangunan perumahan dan permukiman di daerah, yang telah dimiliki oleh
beberapa kota dan
e. RPIJM, sebagai dokumen utama dalam pembangunan infrastruktur daerah.
Dokumen rencana ini merupakan acuan pembangunan lain yang selama ini
melengkapi penyelenggaraan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan/perdesaan di daerah.

Agar dapat berjalan berdaya dan berhasil guna, maka antara kedua dokumen
rencana tersebut harus terdapat sinergitas, yang dalam implementasinya sering kali
tidak terjadi. Ketidakterpaduan antara kedua dokumen penting pembangunan wilayah
tersebut tercermin dalam:
1. Lingkup substansi yang tidak saling mendukung; dan
2. Lingkup hirarki antar wilayah dengan sektor yang seringkali tidak jelas kaitannya.
Keseluruhannya bermuara pada ketiadaan payung yang jelas yang seharusnya
tertuang dalam strategi pembangunan wilayah, kota khususnya. Yang dapat
dipedomani dalam menetapkan prioritas dan pengalokasian dana pembangunan
daerah secara akurat dan rasional.

1.3.2. Fakta Penyelenggaraan Pembangunan Di Daerah


Faktanya, pembangunan daerah tetap berlangsung dari tahun ketahun, ada
arahan maupun tidak ada arahan. Salah satu kendala dalam mengoptimalkan
keterbatasan alokasi pendanaan yang ada antara lain;
1. Keberadaan sejumlah strategi operasional dalam pembangunan wilayah belum
secara tegas mengadopsi arahan kedua dokumen perencanaan utama
(development plan dan spatial plan);
2. Alokasi lokasi kegiatan pembangunan sektoral seharusnya mengacu pada
arahan tata ruang yang ada, sehingga setiap sektor dapat berkembang secara
optimal sesuai kondisi fisik dasarnya. Pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan merupakan salah satu sektor yang sangat terpengaruh oleh akurasi
kondisi fisik dan arahan tata ruang. Pengabaian atau kekurangakuratan

I -8
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
operasionalisasi terhadap arahan penataan ruang akan berdampak pada biaya
investasi serta pilihan konstruksi yang mungkin akan menjadi mahal; dan
3. Comprehensiveness alokasi program dan kegiatan dalam rencana
pembangunan daerah yang menyulitkan pengambilan keputusan dalam
menetapkan program dan kegiatan prioritas. Sesuai dengan unifikasi kotanya,
seharusnya tidak terjadi karena strategi pembangunan wilayah, kota khususnya
telah dengan jelas menetapkan sektor unggulan, sektor pendukung dan sektor
strategis.

Dalam kaitan tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, sebagai salah satu
perangkat pemerintah yang bertanggung jawab terhadap terselenggaranya
pembangunan perumahan dan permukiman serta infrastruktur perkotaan, perlu
melakukan antisipasi, agar dana pembangunan yang terbatas dapat dialokasikan
secara akurat dan memberikan manfaat yang optimal dalam mendukung percepatan
pembangunan di daerah.
Pokok permasalahan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam
mengoptimalkan pendanaan infrastruktur permukiman melalui APBN, antara lain:
1. Substansi serta kedalaman produk perencanaan di daerah seringkali bersifat
instant, cenderung berorientasi pada upaya pemerataan yang dicoba untuk
menyentuh setiap aspek dan sektor pembangunan daerah. Juga belum
menetapkan secara jelas sektor unggulan yang akan dikembangkan sebagai
pemicu pembangunan daerah. Produk perencanaan seperti ini akan menyulitkan
Pemerintah Daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan. Akibatnya
alokasi dana APBN yang umumnya masih menjadi andalan daerah untuk
pembangunan infrastruktur menjadi kurang optimal dan tidak mampu mendukung
penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan
kebutuhan daerah;
2. Pertumbuhan yang pesat dan perubahan fungsi kota membawa konsekuensi
perlunya mempersiapkan segala kebutuhan untuk dapat tampil representatif
mencitrakan daerahnya. Hal ini sering mendorong pemerintah kabupaten/kota
mengalami kesulitan dalam menetapkan sektor yang benar benar perlu

I -9
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
mendapatkan fasilitasi dan dukungan/bantuan program untuk mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan; dan
3. Kesenjangan tingkat pembangunan yang bersumber terutama SDM (kualitas
dan kuantitas), yang berdampak luas terhadap mekanisme penyelenggaraan
pembangunan infrastruktur termasuk perumahan & permukiman, serta capaian
hasil pembangunan itu sendiri.

Salah satu upaya Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah memfasilitasi


Pemerintah Daerah menyediakan suatu panduan praktis penyelenggaraan
pembangunan wilayah perkotaan. Panduan mana selanjutnya merupakan instrumen
strategis yang dapat dipakai oleh Pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas
pembangunan daerah perkotaan, dalam mengoptimalkan alokasi dana pembangunan
secara akurat dan rasional. Panduan tersebut dikenal dengan sebutan strategi
pembangunan perkotaan (city development strategy/CDS) di bidang pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan. Bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya, produk
tersebut akan berguna untuk mengoptimalkan dan mengarahkan penggunaan APBN
secara cermat dan akurat.

1.3.3. Isu Strategis Kota Subulussalam


Isu strategis dibidang ke-”ciptakarya”-an Kota Subulussalam, yaitu:
1. Pembangunan jalan dan jembatan;
2. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;
3. Rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan;
4. Inspeksi kondisi jalan/jembatan;
5. Tanggap darurat jalan dan jembatan;
6. Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan; dan
7. Peningkatan sarana dan prasarana ke ciptakaryaan.

1.4. Kedudukan Kegiatan SPPIP dalam Pembangunan Kota Subulussalam


Dalam kerangka kebijakan pembangunan permukiman yang dikembangkan
oleh DJCK, kegiatan SPPIP bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri. Kegiatan
ini merupakan bagian dari kerangka pembangunan kebijakan untuk pembangunan
I -10
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
permukiman perkotaan yang sinergis, teritegrasi, dan berkelanjutan. Adapun keluaran
kegiatan ini akan menjadi dasar dalam proses institusionalisasi strategi yang disusun
dan upaya uji terap/implementasi strategi pada suatu kawasan yang diprioritaskan.
Dalam kerangka waktu, kegiatan SPPIP ini merupakan tahun pertama (2012)
dari rangkaian kegiatan besar pembangunan permukiman yang akan diselenggarakan
dalam waktu dua tahun (sampai dengan tahun 2013).
Secara diagramatis kedudukan kegiatan SPPIP ini dalam rangkaian kegiatan
pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman DJCK dapat dijelaskan
dalam Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1.2
Kedudukan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur PerKotaan
(SPPIP) dalam Rangkaian Kegiatan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman
bidang Cipta Karya

1.5. Ruang Lingkup Kegiatan SPPIP


1.5.1 Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan ini ditekankan kepada penyusunan SPPIP Kota
Subulussalam, dengan infrastruktur perkotaan yang dibatasi pada infrastruktur
keciptakaryaan dalam lingkup wilayah kota. Secara garis besar, terdapat 5 (lima)
lingkup kegiatan utama Penyusunan SPPIP, yaitu: (1) peningkatan kapasitas, (2)
identifikasi persoalan dan potensi pengembangan, (3) analisa kebutuhan

I -11
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
pengembangan, (4) perumusan visi, misi, dan strategi pengembangan, serta (5)
sosialisasi SPPIP. Adapun rincian kegiatan dari masing-masing kegiatan besar ini
adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan
a. Melakukan sosialisasi program penyusunan SPPIP kepada pemangku
kepentingan daerah terkait kedudukan dan fungsi SPPIP dalam strategi
pengembangan Kota Subulussalam;
b. Koordinasi tim dan penyusunan rencana kerja dan metodologi
c. Delineasi kawasan permukiman perkotaan
d. Penyiapan peta dasar; dan
e. Pengumpulan data dan informasi.
2. Identifikasi potensi dan permasalahan
a. Kajian kebijakan, strategi dan program pembangunan daerah;
b. Identifikasi indikasi arah pengembangan kota;
c. Identifikasi indikasi arah pembangunan SPPIP;
d. Kajian isu-isu SPPIP;
e. Kajian potensi, permasalahan dan tantangan pembangunan perkotaan dan
permukiman;
f. Penyusunan peta arah pengembangan, serta potensi dan permasalahan.
3. Perumusan tujuan dan kebijakan SPPIP
a. Identifikasi kebutuhan pembangunan permukiman perkotaan;
b. Perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan;
c. Penyelenggaraan Pra FGD 1 dan FGD 1;
d. Perumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas;
e. Identifikasi kawasan permukiman prioritas
f. Penyusunan peta sebaran kawasan permukiman prioritas, dan;
g. Menyelengggarakan Pra FGD 2 dan FGD2
4. Perumusan SPPIP
a. Perumusan strategi SPPIP skala kota;
b. Perumusan strategi SPPIP skala kawasan;
c. Penyelenggaraan Pra FGD 3 dan FGD 3;
d. Analisis korelasi strategi dan kebutuhan infrastruktur;
I -12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
e. Analisis konsekuensi penerapan strategi pembangunan kota;
f. Perumusan program pembangunan dalam skala kota dan kawasan;
g. Analisis dampak penerapan program pembangunan;
h. Penyelenggaraan Pra FGD 4 dan FGD 4;
i. Penyusunan peta strategi dan program SPPIP, dan
j. Keikutsertaan dalam kolokium.
5. Sosialisasi SPPIP
a. Penyempurnaan strategi dan program SPPIP dalam skala kota dan kawasan;
b. Penyusunan materi dan visualisasi SPPIP;
c. Penyelenggaraan konsultasi publik;
d. Penyelenggaraan diseminasi
.
1.5.2 Lingkup Wilayah
Kegiatan Penyusunan SPPIP Kota Subulussalam ini, dilakukan pada lingkup
wilayah Kota Subulussalam. Pemilihan Kota Subulussalam dilakukan dengan
pertimbangan dari pemerintah Provinsi Aceh. Wilayah yang menjadi kajian adalah
seluruh wilayah Kota Subulussalam dengan unit analisis kawasan kajian adalah
seluruh kawasan permukiman di Kota Subulussalam.

1.6. Keluaran yang dihasilkan penyusunan SPPIP


Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP Kota
Subulussalam ini, mencakup dua hal, yaitu:
1. Dokumen SPPIP yang memuat mengenai:
a. Indikasi arah pengembangan kota serta pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan;
b. Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas;
c. Identifikasi kawas permukiman prioritas;
d. Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan;
e. Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan;

I -13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
f. Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan
infrastruktur permukiman perkotaan dalam skala manajemen pembangunan
perkotaan;
g. Analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan identifikasi
dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan;
h. Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan (dalam skala kota atau kawasan);
i. Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan; dan
j. Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan
permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.
2. Dokumen penyelenggaraan (proceeding) kegiatan, yaitu;
a. Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan
diseminasi;
b. Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan
diseminasi;
c. Matari yang disampaikan;
d. Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan
e. Proses diskusi.

1.7. Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran Pekerjaan Penyusunan SPPIP Kota Subulussalam adalah
sebagaimana diuraikan dalam gambar 1.3. berikut :

I -14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 1.3. Kerangka pemikiran Pekerjaan Penyusunan SPPIP Kota Subulussalam

K102 : Permasalahan dan


Inventarisasi Kendala
Data Awal
KELUARAN :
K204 Identifikasi K211 :
Analisis Daya Dukung 1. Strategi
Kondisi Fisik Pengembangan
Wilayah Studi Lingkungan
Permukiman dan
K 106 : K303 : Infrastruktur
K 101 : K103 : Penyusunan K205 Identifikasi K212 : K216 :
Kerangka Perumusan Strategi K304 : Perkotaan
Mobilisasi Pemantapan Format dan Potensi dan Analisis Analisis
Acuan Pengembangan Perumusan 2. Indikasi kawasan
Personel Metodologi dan Instrumen permasalahan Potensi Ekonomi dan Sektor Kebutuhan permukiman dan
Kerja Sumberdaya Survei kebutuhan program prioritas
Rencana Kerja Ekonomi Kota Unggulan Pengemb. infrastruktur strategis
Lainnya Lapangan Permukiman 3. Kebutuhan
perkotaan
Program Strategis
K206 Identifikasi K213 : 4. dll
Sebaran Analisis permasalahan dan
Permukiman pengemb. permukiman dan
Penduduk dan infrastruktur pendukungnya
K104 Sosial Budaya
Studi
Literatur K214 :
tentang : K207 :
Identifikasi Kondisi Analisis
1. Kebijakan Daya Dukung dan
2. Studi-studi Sistem Prasarana K 302 :
Kebutuhan Prasarana dan
yang Telah Ada dan Sarana Perumusan Visi dan
misi pembangunan
permukiman dan
K 105 : K208 : infrastruktur
Penyiapan Peta Identifikasi perkotaan
Dasar Wilayah Kebijakan dan
Studi Strategi
Pembangunan Kota

K215 :
K209 : Identifikasi permasalahan
Review terhadap dan kajian keselarasan
kebijakan, strategi,
dan program thd kebijakan, strategi
pembangunan dan program
daerah pengembangan

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN ANTARA

LAPORAN AKHIR SEMENTARA/LAPORAN AKHIR

I -15
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
1.8. Sistematika Laporan Antara
Sistematika Laporan Antara SPPIP Subulussalam ini memuat antara lain
sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, maksud, tujuan, dan sasaran,
pokok permasalahan, jangka waktu dan kerangka pikir, lingkup
kegiatan dan lingkup wilayah dan keluaran kegiatan.

BAB II Pendekatan dan Metodologi Penyusunan Strategi Pembangunan


Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Subulussalam
Menjelaskan mengenai pendekatan dan metodologi penyusunan SPPIP
sesuai dengan jenis tahapan-tahapan pekerjaan berupa observasi,
identifikasi, verifikasi, diskusi, analisis isi, analisis SWOT, analisis
spatial.

BAB III Landasan Teoritik Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan
Menjelaskan teorisasi model pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan bidang kecipta karyaan yang berguna sebagai
landasan pikir pekerjaan SPPIP

BAB IV Gambaran Umum Kota Subulussalam


Menjelaskan tentang gambaran umum kondisi dan potensi wilayah kota
Subulussalam dalam lingkup kecipta karyaan.

BAB V Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman


dan Infrastruktur Perkotaan di Kota Subulussalam
Menjelaskan pemetaan potensi, masalah, tantangan, hambatan, serta
isu strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
Kota Subulussalam sebagai bagian dari lingkup kegiatan Identifikasi
Potensi dan Permasalahan

I -16
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB VI Kawasan Prioritas Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan Kota Subulussalam
Menjelaskan analisis penentuan kawasan prioritas permukiman dan
infrastruktur yang menjadi kawasan kajian SPPIP kota Subulussalam

BAB VII Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur


Perkotaan Kota Subulussalam
Menjelaskan tujuan, kebijakan dan strategi pembangunan permukiman
dan infrastruktur permukiman kota Subulussalam dalam tinjauan skala
kota dan skala kawasan

BAB VIII Penutup


Merupakan kesimpulan hasil kesepakatan penentuan kawasan prioritas
permukiman dan infrastruktur yang menjadi kawasan kajian SPPIP kota
Subulussalam serta tindak lanjut berikutnya mencapai tujuan
penyusunan SPPIP secara utuh.

I -17
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB II
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN
PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
DI KOTA SUBULUSSALAM

2.1. Pendekatan dan Metodologi


Secara substantif, Penyusunan SPPIP Kota Subulussalam ini, pada dasarnya
menggunakan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, dimana kajian sistem
yang lebih makro tetap menjadi bagian dari kajian sistem yang lebih mikro, walaupun
tidak secara menyeluruh. Pertimbangannya adalah bahwa dengan melakukan
pendekatan ini maka kajian yang dilakukan akan mempertimbangkan keseluruhan
sistem yang mempengaruhi, baik sistem eksternal maupun internal sehingga kajian
akan menjadi lebih lengkap.
Pendekatan perencanaan Penyusunan SPPIP Kota Subulussalam ini, secara
teoritis dapat dibedakan menjadi 3 macam, sejalan dengan perkembangan
pemahaman akan perencanaan, yaitu:
1. Pendekatan rasional menyeluruh atau rational comprehensive approach, yang
secara konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas.
Dalam pertimbangan luas tersebut tercakup berbagai unsur atau subsistem yang
membentuk sistem secara menyeluruh. Salah satu ciri yang membedakannya
dengan pendekatan lain, menurut Meyerson Banfield, adalah peramalannya
diarahkan pada tujuan jangka panjang, dilandasi oleh kebijakan umum yang
merumuskan tujuan yang ingin dicapai sebagai suatu kesatuan yang utuh.

2. Pendekatan Perencanaan Terpilah atau Disjointed Incremental Planning


Approach. Pendekatan ini muncul sebagai tanggapan dari ketidakefektifan
perencanaan dengan pendekatan rasional menyeluruh. Dikemukakan oleh Charles
E. Lindblom, dkk, pendekatan ini memiliki 3 ciri utama, yaitu:
 Tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif rencana secara

II - 1
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
menyeluruh;
 Hanya mempertimbangkan bagian-bagian dari kebijakan umum yang berkaitan
langsung dengan unsur atau subsistem yang diprirotiaskan; dan
 Pelaksanaan menjadi lebih mudah dan realistik.

Berbeda dengan pendekatan menyeluruh, pendekatan ini dianggap hanya


merupakan usaha penyelesaian jangka pendek yang kurang mengkaitkan dengan
sasaran dan tujuan jangka panjang, serta dianggap sebagai penyelesaian
permasalahan secara “tambal sulam” yang bersifat sementara sehingga harus
dilakukan secara terus menerus (tidak efisien).

3. Pendekatan Terpilah Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh atau Mixed


Scanning Planning Approach atau Third Approach (Amitai Etzioni), yang
merupakan kombinasi antara pendekatan rasional menyeluruh dengan pendekatan
terpilah, yaitu menyederhanakan pendekatan menyeluruh dalam lingkup wawasan
secara sekilas dan memperdalam tinjauan atas unsur yang strategis terhadap
permasalahan menyeluruh.

II - 2
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pendekatan ini dinilai sebagai efektif dan efisien dan dalam lingkup penelaahan,
analisis, serta proses teknis penyusunan rencana karena terdapat
penyederhanaan dalam penelaahan dan analisis makro.
Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, maka secara lebih
substantif, pendekatan dalam pekerjaan ini dapat dibagi atas:
1) Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam Penyusunan SPPIP Kota
Subulussalam ini, tetap mempertimbangkan faktor-faktor determinan yang
dianggap mempengaruhi dalam penentuan arah pengembangan, seperti kebijakan-
kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi dinamika global, dan lain-lain.
Dari pendekatan ini nantinya akan teridentifikasi gambaran tentang peluang yang
tercipta dan tantangan yang harus dijawab dalam penyusunan SPPIP Kota
Subulussalam ini; dan
2) Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam Penyusunan SPPIP Kota
Subulussalam ini, dipertimbangkan faktor-faktor lingkungan strategis yang
berpengaruh, seperti kondisi fisik dan lingkungan, kependudukan, perekonomian,
kelembagaan, dll. Pendekatan ini terkait dengan potensi yang dimiliki dan
permasalahan yang akan dihadapi dalam SPPIP Kota Subulussalam.

Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan Strategi Pembangunan


Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Subulussalam meliputi pendekatan normatif,
partisipatif dan fasilitatif serta teknis-akademis.

2.1.1. Pendekatan Normatif


Pelaksanaan penyusunan SPPIP ini dilakukan dengan mengacu pada strategi
dan kebutuhan pengembangan kota secara komprehensif dan mengacu pada
dokumen perencanaan pembangunan (development plan) dan dokumen
perencanaan penataan ruang (spatial plan) yang telah terdapat di kota/kabupaten,
ataupun ketentuan peraturan dan perundangan terkait dengan substansi penyusunan
SPPIP.

2.1.2. Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif


Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
II - 3
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
kepentingan yang terkait dengan pengembangan kota maupun pengembangan
permukiman dan infrastruktur perkotaan, baik di tingkat kota/kabupaten, propinsi
maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan
dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Pendekatan
Fasilitatif dilakukan dalam bentuk memberikan pendampingan dalam proses
penyusunan SPPIP kepada tim Pokjanis di daerah. Hal ini selain ditujukan untuk
mendapatkan proses pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan
daerah, juga untuk mendapatkan hasil dan keputusan yang disepakati
bersama seluruh pemangku kepentingan di daerah.

2.1.3. Pendekatan Teknis - Akademis


Proses penyusunan ini dilakukan dengan menggunakan metodologi yang
dapat dipertanggung jawabkan secara akademis, baik untuk teknik identifikasi, analisa,
penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan pengambilan kesepakatan.
Sesuai dengan prinsip dasar, azas dan pendekatan yang dikemukakan di atas,
selanjutnya dirumuskan metoda yang akan digunakan dalam melakukan kegiatan
penyusunan SPPIP kota Subulussalam.
Metoda perencanaan ini disusun berdasarkan satu kerangka berpikir (logical
framework) yang terdiri dari rangkaian tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan
secara konsisten dan sistematik. Tahapan-tahapan kegiatan tersebut menjadi acuan
utama di dalam proses kegiatan pendampingan penyusunan SPPIP kota
Subulussalam.
Secara umum kegiatan pendampingan penyusunan SPPIP kota Subulussalam
ini terbagi dalam 4 (empat) tahapan dasar, yaitu tahapan penajaman tujuan dan
sasaran, tahapan pengumpulan data dan informasi, tahapan kompilasi data dan
analisis, serta tahapan perumusan strategi.
Data dan informasi dalam kegiatan pendampingan penyusunan SPPIP kota
Subulussalam ini didapatkan melalui survey primer dan survey sekunder. Survey
primer dilakukan dengan metode wawancara dengan beberapa nara sumber yang
merupakan pemangku kepentingan (stakeholders) inti Bappeda, dan SKPD yang
membidangi perencanaan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

II - 4
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Survey lapangan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi eksisting
permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Sedangkan survey sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data (deskripsi,
tabel, diagram, gambar, dan peraturan perundang-undangan) yang berhubungan
permukiman dan infrastruktur perkotaan. Pengumpulan data secara lainnya (desk
study) dilakukan dengan melakukan penelusuran di bervagai situs internet mengenai
permasalahan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kota Subulussalam.
Kegiatan kompilasi dan analisis data dilakukan menggunakan metode
deskriptif, tabular dan grafis/gambar peta untuk lebih memudahkan dalam
merumuskan strategi pada tahapan berikutnya.
Pada tahapan perumusan strategi dilakukan dengan dengan menggunakan
metode deskriptif dan grafis/gambar peta untuk menunjukkan lokasi dari indikasi
program strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

2.2. Metode Kegiatan Pendampingan


Kerangka Acuan Kerja secara jelas telah menyatakan bahwa kegiatan ini
merupakan kegiatan pendampingan (Konsultansi) kepada aparat Pemerintah Kota
agar pelaku yang terlibat didalam proses pembangunan perkotaan (sesuai dengan
tupoksi masing-masing) dapat melakukan proses penyusunan SPPIP secara baik dan
mengikuti prosedur yang ada. Hal ini dilakukan sehingga pada masa selanjutnya
masing-masing aparat pemerintah kota mampu merencanakan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi hasil-hasil pembangunan secara mandiri.
Beberapa kegiatan pendampingan akan dilakukan konsultan selama proses
kegiatan ini berlangsung lebih kurang 7 bulan. Kegiatan ini meliputi kegiatan day-to-
day Konsultan dalam proses transfer of knowledge dan kegiatan-kegiatan periodik
lainnya seperti : Sosialisasi, Pelatihan, FGD, Kolokium, Konsultasi Publik dan
Diseminasi.
Guna memberikan gambaran lebih jelas terhadap Metoda FGD ataupun Rural
Rapid Appraisal (RRA) / Participatory Rapid Appraisal (PRA) yang akan diterapkan

II - 5
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dalam proses pendampingan nantinya maka disajikan secara rinci masing-masing
metoda tersebut.

1. FGD adalah kelompok yang dibentuk untuk melakukan diskusi. Ciri khas metode
FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitaif lainnya adalah adanya keaktifan
anggotanya dalam melakukan diskusi. Ada beberapa jenis FGD, yakni:
a. Two-way focus group (FGD dua arah) - satu kelompok disaksikan kelompok
lain dan membahas materi yang diamati secara interaktif dan dibuat
kesimpulan bersama
b. Dual moderator focus group (Dual moderator fokus grup) - moderator
memastikan satu sesi berlangsung lancar, sementara yang lain memastikan
bahwa semua topik yang dibahas
c. Dualing moderator focus group - dua moderator berada pada sisi yang
berlawanan saat berdiskusi.
d. Respondent moderator focus group - satu atau lebih dari responden diminta
untuk bertindak sebagai moderator sementara
e. Client participant focus groups - satu atau lebih perwakilan klien
berpartisipasi dalam diskusi, baik tertutup ataupun terbuka
f. Mini focus groups - kelompok yang terdiri dari empat atau lima anggota bukan 8
sampai 12
g. Teleconference focus groups –FGD yang menggunakan jaringan telepon
h. Online focus groups (FGD online) – menggunakan internet

Pada penyusunan SPPIP Kota Subulussalam akan dilakukan FGD dengan


model Client Participation Focus Group yang akan dipandu oleh seorang moderator.

2.3. Metode Pengumpulan Data


Kebutuhan data terdiri dari data primer yang didapatkan dari survei dilapangan
dan data sekunder yang mengambil dari data statistik atau buku rujukan. Untuk
metoda pengambilan data di lapangan dilakukan dengan cara :
2.3.1. Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)

II - 6
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Metoda RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat
dalam waktu yang terbatas. Pada dasarnya, metoda RRA merupakan
proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi objek survei,
dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang
khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan
sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk
meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap suatu kondisi lokal.

2.3.2. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)


Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya
pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metoda PRA
bertujuan menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan
pelaksana program pembangunan dan bukan sekedar obyek
pembangunan.
Dengan penekanannya pada partisipasi, maka metoda PRA mempunyai
prinsip-prinsip: belajar dari masyarakat, orang luar sebagai fasilitator dan
masyarakat sebagai pelaku, saling belajar dan saling berbagi pengalaman,
keterlibatan semua kelompok masyarakat, bebas dan informal,
menghargai perbedaan. Metoda PRA dibangun berdasarkan kemampuan-
kemampuan masyarakat, penggunaan teknik-teknik fasilitatif dan
partisipatoris, dan pemberdayaan masyarakat setempat dalam prosesnya.

2.4. Metode Analisis Data


2.4.1. Metode untuk menganalisa data digunakan Analysis SWOT, yaitu suatu alat
yang berfungsi untuk mengetahui peta kekuatan (strengths), kelemahan
(weakness), peluang (opportunities), ancaman (threats). Menggambarkan
permasalahan dengan menggunakan ke-empat elemen tersebut, sangat
membantu dalam menginformasikan pilihan-pilihan yang dapat diambil. Analisis
SWOT juga dapat dijadikan sarana pendidikan bagi pelaku pembangunan, tidak
hanya dalam hal pengenalan masalah tetapi juga tentang persepsi masing-
masing pelaku pembangunan. Essensi analisis SWOT adalah pengkajian yang
akurat tentang sumberdaya yang ada, pemahaman tentang kebutuhan yang
II - 7
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
tidak terpenuhi, ide yang jelas tentang tantangan dan peluang yang dihadapi,
dan hambatan yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan. Pada prinsipnya
analisis SWOT mempunyai dua sumbu utama. Analisis kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses) pada prinsipnya mengkaji tentang kapasitas
yang dimiliki. Sedangkan analisis peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) pada prinsipnya adalah pemahaman tentang lingkungan.
2.4.2. Metode Menganalisa Data Dengan Peta/Pengukuran Teknis
Overlay/Superimpose
Teknik overlay (tumpang tindih peta) sangat disarankan, terutama didalam
menganalisis fisik kawasan dan penentuan lokasi kawasan efektif serta
penentuan lokasi dan jaringan prasarana yang akan dikembangkan. Dalam
penerapannya, beberapa peta tematik ditumpang tindihkan, sehingga secara
spasial di dapat gambaran yang integral terhadap kondisi kawasan. Untuk
menerapkan lokasi perumahan atau fasilitas yang memerlukan pertimbangan
berbagai faktor, maka teknik overlay ini sangat membantu dalam menganalisis
faktor-faktor tersebut secara simultan.

2.5. Bentuk Kegiatan


Secara garis besar, urutan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
penyusunan SPPIP Kota Subulussalam adalah sbb :
1. Kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja
Kegiatan persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan
pendataan dan identifikasi dilakukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Melakukan koordinasi dengan tim untuk membahas berbagai kegiatan yang


akan dilakukan diantaranya adalah menelaah materi dan lingkup pekerjaan
yang akan dilakukan, menyusun kerangka kerja dan langkah kegiatan, studi
literature dan kebijakan maupun peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman Dan
Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Subulussalam maupun persiapan
kegiatan survey dan pengumpulan data

b. Melakukan koordinasi dengan pemberi pekerjaan dalam rangka persiapan


pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan aspek administrasi dan teknis
II - 8
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
c. Menyiapkan peta dasar dan peralatan material yang diperlukan untuk
kegiatan survey
d. Menyiapkan daftar data/informasi yang diperlukan dalam proses
penyusunan studi ini, termasuk didalamnya studi-studi yang terkait dengan
wilayah perencanaan
e. Menyiapkan form pertanyaan, untuk questioner dan wawancara dengan
masyarakat sekitar wilayah studi

2. Kegiatan identifikasi dan pendataan


kegiatan identifikasi dan pendataan terhadap wilayah perencanaan dilakukan
dengan tujuan untuk :
a. Menentukan lokasi wilayah perencanaan dengan berpedoman pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam maupun Rencana Detail
Tata Ruang Kecamatan yang sudah dilaksanakan di Kota Subulussalam
b. Memahami karakteristik wilayah perencanaan melalui identifikasi potensi
dan permasalahannya,
c. Mengumpulkan data-data, baik data primer maupun data sekunder di dalam
wilayah perencanaan dan wilayah pengaruhnya untuk keperluan analisis;
d. Menampung berbagai informasi, permasalahan dan aspirasi dari instansi
dan masyarakat luas berkaitan dengan kegiatan studi ini.

Untuk mendapatkan data dilakukan survey lapangan, Sebelumnya dilakukan


sosialisasi agar masyarakat mengetahui tentang adanya studi ini, baru
selanjutnya dilakukan survey lapangan.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai
keadaan fisik lingkungan dan selintas keadaan sosial, budaya dan ekonomi di
wilayah perencanaan, yang meliputi :
a. Keadaan fisik wilayah
b. Keadaan eksisting penggunaan lahan
c. Keadaan fasilitas, sarana dan prasarana
d. Keadaan fungsi dan penataan bangunan
e. Keadaan status dan pemanfaatan persil
II - 9
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
f. Keadaan jaringan jalan dan sistem sirkulasi
g. Keadaan jaringan drainase
h. Keadaan jaringan utilitas
i. Keadaan elemen dan penataan fisik lingkungan
j. Keadaan bangunan dan arsitektur (termasuk data bangunan cagar
budaya).
k. Keadaan kependudukan
l. Keadaan pariwisata di Kota Subulussalam
m. Keadaan kegiatan dan sistem sosial-budaya-ekonomi setempat

3. Kegiatan survei lapangan melakukan kegiatan sbb :

a. Pengukuran di lapangan, dilakukan untuk memperoleh data terukur


mengenai fisik, jaringan jalan, jaringan drainase sekunder dan jumlah serta
Luas persil & bangunan. Hasil pengukuran ini nantinya dimanfaatkan untuk
memperbarui/mengupdate peta wilayah perencanaan.

b. Survey instansional dimaksudkan untuk memperoleh data & informasi yang


tidak bisa didapatkan di lapangan. Beberapa jenis informasi yang
dibutuhkan diharapkan terdapat pada instansi yang bersangkutan, dengan
anggapan adanya relevansi antara data & informasi tersebut dengan tugas
& fungsi instansi termaksud, perinciannya adalah sebagai berikut :

I. Bappeda Kota Subulussalam, data yang dibutuhkan meliputi :

i. Rencana Tata Ruang Wilayah maupun Rencana Detail Tata


Ruang

ii. Studi-studi lain


II. Kantor Pertanahan, data yang dibutuhkan meliputi :
i. Peta yang dapat menunjukkan jenis status hak atas tanah di
wilayah perencanaan.
III. Dinas Pekerjaan Umum Kota Subulussalam, data yang dibutuhkan
meliputi :

II - 10
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
i. Program atau jenis proyek fisik yang pernah
diimplementasikan di wilayah perencanaan.
ii. Fungsi jaringan jalan di wilayah perencanaan dan sekitarnya.
iii. Fungsi jaringan drainase di wilayah perencanaan dan
sekitarnya jumlah unit rumah, kampung kumuh
iv. Studi lain yang terkait maupun peraturan dan kebijakan yang
terkait dengan studi
IV. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Subulussalam, data
yang dibutuhkan meliputi :
i. Program atau jenis proyek fisik yang pernah dan akan
diimplementasikan di wilayah perencanaan.
ii. Peraturan dan kebijakan yang terkait dengan kebersihan dan
pertamanan
V. Dinas Pariwisata
i. Sejarah Kota Subulussalam
ii. Jumlah pengunjung/ wisatawan di Kota Subulussalam
iii. Studi terkait
VI. Kantor Perpustakaan dan Arsip
i. Data dan arsip kesejarahan Kota Subulussalam baik dalam
bentuk literatur, arsip, catatan, foto dan peta.Hasil studi /
penelitian terkait
VII. Kantor Kelurahan & Kecamatan, data yang dibutuhkan meliputi :
i. Data Monografi desa / kelurahan.
ii. Perkembangan jumlah penduduk di wilayah RW-RW.
iii. Jenis Informasi dari PDAM (Jaringan Air Bersih)
 Kapasitas Instalasi
 Rencana pengelolaan air bersih pembangunan WTP
 Rencana penyuluhan sadar air bersih
 Rencana fisik saluran distribusi & jaringan air minum
dan instalasi
4. Interview dan wawancara

II - 11
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Untuk mendapatkan informasi yang akurat, selain diskusi interaktif yang
dilakukan pada saat sosialisasi, juga dilakukan interview/wawancara atau
penyebaran questioner. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi dari masyarakat secara langsung tentang potensi dan
permasalahan maupun arah pengembangan yang diinginkan masyarakat di
wilayah studi dengan :
I. Melakukan interview atau wawancara langsung dengan masyarakat,
tokoh agama, aparat pemerintah, tokoh pemuda, RT, RW
II. Penyebaran questioner kepada masyarakat dengan beberapa
sampling.

5. Kegiatan Sosialisasi

a. Melakukan kegiatan sosialisasi persiapan dan pemantapan rencana kerja


antara pokjanis, tim ahli pendamping dengan Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.

b. Melakukan Koordinasi dengan Stakeholder. Kegiatan ini dilakukan untuk


koordinasi antara tim ahli pendamping dengan pokjanis, menyepakati
rencana dan metodologi penyusunan SPPIP, setelah konsultan menentukan
lokasi wilayah perencanaan dengan berbagai alasan dan pertimbangannya.
Lokasi ini kemudian didiskusikan dengan instansi/dinas di Pemda Kota
Subulussalam yang sekaligus membuat kesepakatan tentang lokasi wilayah
perencanaan
c. Sosialisasi dan Koordinasi Tingkat Kecamatan/Kelurahan. Kegiatan ini
dilakukan untuk melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai SPPIP,
menginformasikan kepada masyarakat sekitar kawasan terpilih, bahwa
pada saat ini dilakukan pendampingan Penyusunan SPPIP Kota
Subulussalam. Mencapai pemahaman yang sama mengenai proses,
prosedur dan produk dari penyusunan SPPIP. Selain itu, kegiatan ini juga
dilakukan untuk mendapat informasi dari masyarakat terkait potensi,
permasalahan, maupun arah pengembangan yang diinginkan nantinya.

6. Kegiatan Pelatihan
II - 12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Melakukan pelatihan kepada Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis). Pelatihan ini
ditujukan untuk peningkatan kapasitas dan pemahaman tentang proses
penyusunan SPPIP yang dilakukan di tingkat kota. Pelatihan ini ditujukan bagi
pemangku kepentingan (stakeholder) dari pemerintah daerah atau yang telah
ditetapkan sebagai Pokjanis daerah untuk penyusunan SPPIP dan bagi tim
pendamping penyusunan.

7. Kegiatan FGD
Kegiatan FGD adalah kegiatan Focus Grup Discussion dengan topik-topik yang
telah ditetapkan. Peserta FGD adalah Pokjanis, beserta stakeholder yang
terkait dengan topik yang dibahas, serta tim ahli pendamping. FGD secara
keseluruhan akan dilakukan sebanyak 4 (empat) pertemuan. Masing-masing
FGD mempunyai tujuan yang berbeda-beda, yaitu :
a. FGD 1 dilaksanakan dengan tujuan untuk :
 Memetakan potensi dan permasalahan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan
 Mengetahui potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan.
 Memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder mengenai rumusan
tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan.

b. FGD 2 dilaksanakan dengan tujuan untuk :


 Mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan serta rencana tata ruang
wilayah yang telah tersedia maupun yang sedang disusun terkait
dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur pendukung
permukiman.
 Mengidentifikasi sinkronisasi kebijakan dan strategi pembangunan kota
termasuk didalamnya kajian terhadap dokumen-dokumen sektoral.
 Merumuskan kriteria dan indikator sebagai pedoman menentukan skala
prioritas penanganan.
 Memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder mengenai penentuan
kriteria dan indikator serta penentuan kawasan permukiman prioritas.

II - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
 Merumuskan kawasan permukiman prioritas sebagai obyek penetapan
strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan di
Subulussalam.

c. FGD 3 dilaksanakan dengan tujuan untuk :


 Merumuskan isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan.
 Mengetahui kebutuhan kota dalam penangan permasalahan
permukiman dan infrastruktur permukiman perkotan pada masa
sekarang dan yang akan datang
 Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang akan digunakan sebagai landasan
penyusunan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur kota
oleh pemangku kepentingan.
 Memperoleh strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan yang berupa langkah-langkah riil dan terukur untuk
mewujudkan tujuan pengembangan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan.
 Memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder mengenai strategi
pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman baik pada
skala kota maupun kawasan.

d. FGD 4 dilaksanakan dengan tujuan untuk :


 Mengetahui tingkat korelasi antara strategi pembangunan permukiman
dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan kebijakan kota dalam
skema manajemen pembangunan perkotaan.
 Mengetahui konsekuensi dan dampak penerapan strategi
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai langkah
antisipasi terhadap perubahan yang terjadi.
 Menghasilkan analisis konsekuensi yang menjadi dasar penyusunan
program pembangunan kota.
 Merumuskan program pembangunan yang aplikatif, riil dan terukur
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam skala kota
maupun kawasan sebagai pelaksanaan strategi dan arahan kebutuhan
program investasi SPPIP.

II - 14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
 Mengetahui dampak berupa perubahan yang diperkirakan akan terjadi
akibat penerapan suatu program.

8. Kegiatan Kolokium
Kolokium merupakan kegiatan yang dilakukan Direktorat Pengembangan
Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, yang ditujukan untuk memonitor
pencapaian dari kegiatan penyusunan SPPIP yang dilakukan di setiap kota.
Melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan SPPIP yang
dilakukan di setiap kota, melaporkan kemajuan pencapaian kegiatan maupun
hasil kesepakatan di daerah dalam penyusunan SPPIP.

9. Kegiatan Konsultasi Publik


Konsultasi Publik dilaksanakan untuk menjaring masukkan terhadap strategi
dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan strategi
pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Dalam setiap
kegiatan konsultasi publik diikuti oleh 40 (empat puluh) orang peserta yang
mewakili pemangku kepentingan kota, akademisi maupun perwakilan
masyarakat

10. Kegiatan Diseminasi

Setelah disusun laporan akhir SPPIP, selanjutnya dilakukan kegiatan


diseminasi, Kegiatan ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan seluruh hasil
kegiatan khususnya SPPIP dan program strategis yang telah disepakati,
kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan daerah lainnya.

II - 15
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB III
LANDASAN TEORITIK
PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

3.1. Pembangunan Perkotaan


Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah bentukan dari bentuk dan massa
bangunan dan kegiatan penduduknya. Jumlah dan keragaman bangunan serta tinggi
rendahnya kegiatan penduduknya akan menentukan klasifikasi kawasan perkotaan,
pertumbuhan dan perkembangan kota.
Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri
kota yaitu Planned (terencana) dan Unplanned (tidak terencana). Bentuk Planned
(terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan
pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometric, ataupun
fenomena munculnya kota-kota baru yang dirintis oleh pengembang kota seperti
ditandai dengan penamaan kota satelit, kota mandiri, kota budaya, kota bisnis.
Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota
metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan
bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan
memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota
organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur
dan non geometrik.
Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh Spiro Kostof
dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :
1. Square, open space sebagai paru-paru.
2. Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).
3. Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.Kegiatan ekonomi kota
sebagai sel yang berfikir.
4. Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.
5. Unsur kapital sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem perkotaan.

III - 1
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang
komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial
dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan
individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial)
terjadi secara spontan. Apabila salah satu elemennya terganggu maka seluruh
lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru.
Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.
Mode pembangunan kota menurut Kevin Lynch (1981) yang dilandasi model
organik atau kota biologis adalah bahwa kota terlihat sebagai tempat tinggal yang
hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur
diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan
perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan
keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik kota organik :
1. Membentuk pola radial dengan unit terbatas, memiliki focused centre.
2. Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang
membentuk lengkung tak beraturan.
3. Material alami.
4. Kepadatan sedang sampai rendah.
5. Dekat dengan alam.

Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang
terdiri dari unit-unit yang memiliki fungsi masing-masing. Kota dengan pola organik
mudah untuk mengalami penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan,
tidak terencana dan sepotong-sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-
macam yang merupakan percampuran antara berbagai macam manusia dalam suatu
tempat (place) yang memiliki keseimbangan. Masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Kota
organik memiliki ciri khas pada kerjasama dalam pemeliharan lingkungan sosial oleh
masyarakat.
Meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan, secara nyata menyebabkan
perubahan suatu kawasan perkotaan. Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan
III - 2
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dengan perubahan suatu kawasan perkotaan. Menurut Gallion (1990) dalam buku
¨The Urban Pattern¨ disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota
dipengaruhi letak geografis suatu kota.
Di daerah pantai yang landai, daerah yang terletak pada jaringan transportasi
dan perlintasan yang menghubungkan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh,
sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah.
Dalam proses perkembangan kota, terdapat beberapa tipe perubahan aspek
kota yang bisa diamati, yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan kota yaitu
:
1. Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit tetapi berlangsung
secara berterusan atau terus menerus. Sebagai contoh adalah tumbuhnya
rumah-rumah hunian, yang terus tumbuh mengikuti pertumbuhan penduduk.
2. Pertumbuhan yang terjadi dengan cara spontanitas untuk kemudian bertahan
mengikuti kekuatan-kekuatan yang melatar belakanginya. Sebagai contoh
tumbuhnya pusat perbelanjaan yang didorong masuknya investor.
3. Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang
berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif
dan berkesinambungan. Sebagai contoh, terjadinya pemekaran kota,
perubahan fungsi kawasan, penetapan kawasan zona khusus, dsb.
4. Perubahan yang terjadi berkaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang
ada dalam populasi pendukung. Sebagai contoh perubahan sistem politik yang
memberikan perubahan pada arah dan kebijakan serta regulasi kota.

Dalam pembangunan suatu lingkungan urban menurut Shirvani (1985),


terdapat elemen-elemen fisik kota yang bersifat ekspresif dan suportif yang
mendukung terbentuknya struktur visual kota yang baik serta mendukung terciptanya
citra kota, elemen-elemen tersebut antara lain adalah :
1. Tata Guna Lahan
Tatanan tata guna lahan dua dimensi akan berpengaruh terhadap ruang tiga
dimensi yang terbentuk. Penataan tata guna lahan perlu mempertimbangkan
dua hal yaitu pertimbangan transportasi umum dan pertimbangan pejalan kaki
(street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi.
III - 3
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-
masalah yang terkait, bagaimana seharusnya suatu daerah / zona
dikembangkan, Shirvany (1984) menyatakan bahwa zoning ordinance
(penetapan kawasan) merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis
dan bermanfaat dalam penataan urban design (penataan kota), penekanan
utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasian antar
bangunan, manusia dan kualitas lingkungan yang terbina

2. Bentuk dan Massa Bangunan


Aspek ini menyangkut bentuk fisik karena setting spesifik yang meliputi
ketinggian, besaran, floor area ratio (koefisien lantai bangunan), koefisien dasar
bangunan, pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala
proporsi, bahan, tekstur dan warna yang akan menghasilkan korelasi antar
bangunan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan
massa bangunan meliputi :
a. Scale (skala), berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan
dimensi bangunan sekitar.
b. Urban Space (ruang kota), sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota,
batas dan tipe-tipe ruang.
c. Urban Mass (massa kota), meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek
dalam ruang yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan pola
aktifitas dalam skala besar dan kecil.

3. Sirkulasi
Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur
lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :
a. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual
yang positif.
b. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan menjadi jelas terbaca.

III - 4
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
c. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.

4. Ruang Terbuka
Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :
a. Ruang terbuka sebagai sumber produksi.
b. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia
(cagar alam, daerah budaya dan sejarah).
c. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.

Ruang terbuka memiliki fungsi :


a. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di
pusat kota.
b. Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban
scene) terutama dikawasan pusat kota yang padat.
c. Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.
d. Melindungi fungsi ekologi kawasan.
e. Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.
f. Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area
pengembangan).

Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang,
lingkage dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor :
a. Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan
dikenakan (konteks tempat) tersebut didefinisikan (shape, jalan, plaza,
pedestrian ways, elemen vertikal).
b. Faktor tempat, bagaimana keterkaitan sistem lingkage yang ada dengan
aktifitas utama.
c. Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran
ruang, jarak pencapaian) dan kualitas (estetika visual) ruang.
d. Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain.

III - 5
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
5. Jalur Pejalan Kaki
Sistem pejalan kaki yang baik adalah :
a. Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.
b. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia.
c. Bebas dari aktifitas PKL .
6. Support Activity (Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial)
Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota
dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang
menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan
ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi.
Pada dasarnya support activity adalah :
a. Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importance of
movement).
b. Aktivitas kehidupan kota dan kegembiraan (excitement).

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi


kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota,
semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya.
Bentuk support activity adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua
atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, misalnya open space (taman
kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan
sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.

7. Simbol dan Tanda


Menurut Kevin Lynch (1971), ada 5 bagian kota yang dapat menjadi penanda
kota dan kawasan perkotaan :
a. Paths (jalur) seperti jalan, sungai, pedestrian.
b. Edges seperti jalur pepohonan ditepi jalan, elemen-elemen seperti dinding-
dinding bangunan.
c. Districts (kawasan) seperti lapangan terbuka, taman-taman, kawasan
jajanan.

III - 6
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
d. Nodes (simpul) seperti persimpangan jalan, terminal, stasiun, pelabuhan.
e. Landmark (tengaran) seperti tugu kota, gapura kota.

Berdasarkan kriteria Gallion (1990), kota Subulussalam dikategorikan sebagai kota


yang akan tumbuh dengan pesat mengingat :
1. Letak geografis yang landai sehingga memudahkan pembangunan bangunan
dan infrastruktur.
2. Sebagai kota perlintasan jaringan transportasi antar kota, sehingga
menumbuhkan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.
3. Proses perubahan tata guna lahan seiring terjadinya pemisahan kota
Subulussalam dengan Kabupaten Singkil, yang memicu kebutuhan fasilitas
penunjang kota dan pertumbuhan hunian.
4. Perubahan sistem dan arah regulasi yang mengacu pada penetapan kawasan
Syariat Islam yang memacu semangat tinggi sebagai bentuk bekerja sebagai
profesi dan ibadah.

Dengan semua potensi yang ada tersebut, diperlukan suatu upaya memberi
arahan dalam membangun kota Subulussalam yang sesuai dengan kerangka
pembangunan nasional. Untuk itu, Pemerintah Pusat melalui Direktorat Jendral Cipta
Karya mengadakan kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Subulussalam.

3.2. Isu Strategis Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia


3.2.1. Isu Kesenjangan Pelayanan
Isu kesenjangan pelayanan muncul karena terbatasnya peluang untuk
memperoleh pelayanan dan kesempatan berperan di bidang perumahan dan
permukiman, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan
rendah. Di samping itu juga dapat dikarenakan adanya konflik kepentingan
akibat implementasi kebijakan yang relatif masih belum sepenuhnya dapat
memberikan perhatian dan keberpihakan kepada kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Oleh karenanya ke depan perlu dikembangkan
kepranataan dan instrumen penyelenggaraan perumahan dan permukiman
III - 7
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
yang lebih berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat secara
berkeadilan sosial; peningkatan dan pengembangan kapasitas profesional di
bidang perumahan dan permukiman baik bagi aparat pemerintah pusat dan
daerah maupun bagi pelaku pembangunan permukiman lainnya; dan
pengembangan fungsi, sistem dan jejaring informasi serta diseminasi mengenai
hidup bermukim yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.
3.2.1. Isu Lingkungan
Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman umumnya muncul
karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan industrialisasi yang tinggi, serta
dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang terkendali.
Kelangkaan prasarana dan sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan
memperbaiki lingkungan permukiman yang ada, dan masih rendahnya kualitas
permukiman baik secara fungsional, lingkungan, maupun visual wujud
lingkungan, merupakan isu utama bagi upaya menciptakan lingkungan
permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Isu tersebut juga
menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan belum diterapkannya secara
optimal pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan permukiman
yang berbasis indeks pembangunan berkelanjutan di masing-masing daerah.

3.2.2. Isu Manajemen Pembangunan


Isu manajemen pembangunan muncul umumnya karena dipengaruhi oleh
keterbatasan kinerja tata pemerintahan di seluruh tingkatan, sehingga
berdampak pada lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan,
inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman,
dan munculnya dampak negatif terhadap lingkungan. Di samping itu terjadinya
proses marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global juga
berdampak potensial terhadap meningkatnya kemiskinan serta tersisihnya
komunitas informal setempat berikut terbatasnya peluang usaha. Urbanisasi di
daerah yang tumbuh cepat juga merupakan tantangan bagi pemerintah, baik
nasional maupun lokal, untuk menjaga agar pertumbuhannya lebih merata,
termasuk dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman.
Dengan demikian, pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman
III - 8
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
harus memungkinkan berkembangnya prakarsa masyarakat melalui
mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun
perumahan dan permukiman oleh komunitas harus direspon secara lebih tepat
oleh pemerintah di dalam kerangka tata pemerintahan yang baik, sehingga
kebutuhan akan identitas lokal masih tetap dapat terjaga di dalam kerangka
pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih menyeluruh.

3.3. Permasalahan Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia


Permasalahan secara umum bidang perumahan dan permukiman di Indonesia,
antara lain adalah :
1. Belum Terlembaganya Sistem Penyelenggaraan Perumahan & Permukiman
a. Secara umum sistem penyelenggaraan di bidang perumahan dan
permukiman masih belum mantap baik di tingkat pusat, wilayah, maupun
lokal, ditinjau dari segi sumber daya manusia, organisasi, tata laksana, dan
dukungan prasarana serta sarananya.
b. Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk
perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan
berpendapatan rendah. Kapasitas pemerintah daerah juga masih relatif
terbatas untuk dapat melaksanakan secara efektif penyelenggaraan
administrasi pertanahan yang memadai, yang dapat menjamin kecukupan
persediaan lahan, yang dapat mengembangkan pasar lahan secara efisien
dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan, yang dapat mengurangi
hambatan hukum dan sosial terhadap akses yang adil dan seimbang
kepada lahan, terutama bagi penduduk yang difabel, perempuan, dan
kelompok yang rentan, dan yang mampu memfasilitasi akses kepada lahan
dan keamanan status kepemilikan bagi seluruh kelompok masyarakat.
c. Belum efisiennya pasar perumahan, seperti ditunjukkan melalui kondisi dan
proses perizinan pembangunan perumahan dan sertifikasi hak atas tanah
yang masih memprihatinkan, relatif mahal dan kurang transparan; belum
adanya standarisasi dokumen KPR, seleksi nasabah, penilaian kredit, dan
dokumen terkait lainnya; dan proses sita jaminan yang masih berlarut-larut.
Kondisi ini ikut mempengaruhi ketidakpastian pasar perumahan, serta
III - 9
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
sistem dan mekanisme pembiayaan perumahan. Untuk lebih menjamin
pasar perumahan yang efisien, perlu dihindari intervensi yang mengganggu
penyediaan dan menyebabkan distorsi permintaan akan perumahan, dan
membuat instrumen yang fleksibel untuk regulasi perumahan, termasuk
pasar sewa perumahan dengan mengingat kebutuhan khusus dari
kelompok masyarakat yang rentan.
d. Rendahnya Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Yang Layak dan
Terjangkau. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau
masih belum dapat diimbangi karena terbatasnya kemampuan penyediaan
baik oleh masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. Secara nasional
kebutuhan perumahan masih relatif besar, sebagai gambaran status
kebutuhan perumahan pada tahun 2000 meliputi :
1. Kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog) sekitar 4,3 juta unit
rumah.
2. Pertumbuhan kebutuhan rumah baru setiap tahunnya sekitar 800 ribu
unit rumah.
3. Kebutuhan peningkatan kualitas perumahan yang tidak memenuhi
persyaratan layak huni sekitar 13 juta unit rumah (25%).
4. Ketidakmampuan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah untuk
mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau serta memenuhi
standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis
dan berkelanjutan). Hal ini disebabkan karena terbatasnya akses
terhadap sumber daya kunci termasuk informasi, terutama yang
berkaitan dengan pertanahan dan pembiayaan perumahan.
5. Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan
yang menyebabkan terjadinya mismatch pendanaan dalam pengadaan
perumahan. Di samping itu, sistem dan mekanisme subsidi perumahan
bagi kelompok masyarakat miskin dan berpengahasilan rendah masih
perlu dimantapkan, baik melalui mekanisme pasar formal maupun
melalui mekanisme perumahan yang bertumpu pada keswadayaan
masyarakat. Mobilisasi sumber-sumber pembiayaan perumahan masih
harus diefektifkan dengan mengintegrasikan pembiayaan perumahan ke
III - 10
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dalam sistem pembiayaan yang lebih luas dan memanfaatkan instrumen
yang ada sekarang atau mengembangkan instrumen baru untuk lebih
memperhatikan kebutuhan pembiayaan bagi penduduk yang
mempunyai keterbatasan akses kepada kredit.

2. Menurunnya Kualitas Lingkungan Permukiman


a. Secara fungsional, sebagian besar kualitas perumahan dan permukiman
masih terbatas dan belum memenuhi standar pelayanan yang memadai
sesuai skala kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan
maupun sebagai kawasan permukiman yang berkelanjutan. Masih terdapat
banyak kawasan yang tidak dilengkapi dengan berbagai prasarana dan
sarana pendukung, seperti terbatasnya ruang terbuka hijau, lapangan
olahraga, tempat usaha dan perdagangan secara terbatas, fasilitas sosial
dan fasilitas umum, di samping masih adanya keterbatasan di bidang
prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti air bersih, sanitasi,
dan pengelolaan limbah.
b. Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan
permukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung
lingkungan, menghadapi dampak kesaling-terkaitannya dengan skala
kawasan yang lebih luas, serta masalah keterpaduannya dengan sistem
prasarana dan sarana baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dampak
dari semakin terbatas atau menurunnya daya dukung lingkungan di
antaranya adalah dengan meningkatnya lingkungan permukiman kumuh
pertahunnya, sehingga luas lingkungan permukiman kumuh seperti pada
tahun 2000 telah mencapai sekitar 47.500 ha yang tersebar tidak kurang
dari sekitar 10.000 lokasi. Adanya perubahan fungsi lahan untuk
mengakomodasi kebutuhan perumahan dan permukiman serta proses
urbanisasi juga tidak selalu telah memperhatikan dampaknya terhadap
lingkungan, termasuk dari segi keanekaragaman hayati. Secara non-fisik
lingkungan, pertumbuhan kawasan perumahan dan permukiman tidak
selalu dapat mengantisipasi potensi timbulnya kesenjangan dan kerawanan
sosial.
III - 11
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
c. Secara visual wujud lingkungan, juga terdapat kecenderungan yang kurang
positif bahwa sebagian kawasan perumahan dan permukiman telah mulai
bergeser menjadi lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang
memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat serta
nilai-nilai arsitektural yang baik dan benar. Selain itu, kawasan yang baru
dibangun juga tidak secara berlanjut dijaga penataannya sehingga secara
potensial dapat menjadi kawasan kumuh yang baru. Perumahan dan
permukiman yang spesifik, unik, tradisional, dan bersejarah juga semakin
rawan keberlanjutannya, padahal merupakan asset budaya bangsa yang
perlu dijaga kelestariannya.

3.4. Kebijakan Dan Strategi Nasional Perumahan Dan Permukiman (KSNPP)


Perumahan dan permukiman selain merupakan salah-satu kebutuhan dasar
manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang
akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan
rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan
bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Dengan demikian
upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah-satu sektor
prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat
strategis.
Persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak
terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan
pemerintah di dalam mengelola perumahan dan permukiman. Penyusunan arahan
untuk penyelenggaraan perumahan dan permukiman, sesungguhnya secara lebih
komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk Kebijaksanaan dan Strategi
Nasional Perumahan, namun penekanannya masih terbatas kepada aspek perumahan
saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut dirasakan kurang sesuai lagi dengan
berbagai perkembangan permasalahan yang semakin kompleks, sehingga diperlukan
pengaturan dan penanganan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi.
Sehingga untuk itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya

III - 12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dapat meliputi bidang perumahan dan permukiman sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman
dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya. Rumusan kebijakan dan strategi tersebut bersifat sangat struktural
sehingga secara nasional diharapkan dapat berlaku dalam rentang waktu yang cukup,
dapat mengakomodasi berbagai ragam kontekstual masing-masing daerah, dan dapat
memudahkan penjabaran yang sistemik pada tingkat yang lebih operasional oleh para
pelaku pembangunan di bidang perumahan dan permukiman, baik dalam bentuk
rencana, program, proyek, maupun kegiatan.
Kebijakan nasional yang dirumuskan terdiri atas 3 (tiga) struktur pokok, yaitu
berkaitan dengan kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian
kualitas permukiman. Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan
terutama untuk dapat mencapai secara signifikan substansi strategis dari masing-
masing kebijakan. Kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan
dan permukiman adalah sebagai berikut :

1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan


pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama dengan strategi :
a. Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan
b. perundang-undangan dalam penyelenggaraan perumahan dan
c. permukiman.
d. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal
e. dan responsif di lingkungan kelembagaan.
2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan (papan) bagi seluruh lapisan
masyarakat, sebagai salah-satu kebutuhan dasar manusia dengan strategi :
a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan
(pasar primer dan pasar sekunder).
b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada
keswadayaan masyarakat.
c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan.
d. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin.
III - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak
bencana alam dan kerusuhan sosial.
f. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara.
3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna
mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat
dengan strategi :
a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan
permukiman kumuh di perkotaan dan daerah pesisir/nelayan.
b. Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman.
c. Penerapan tata lingkungan permukiman.

3.5. Pemahaman Tentang Pengembangan Perkotaan (Permenpu 494/2005)


Perkembangan perkotaan di Indonesia setelah era reformasi banyak
dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi dan politik. Terutama setelah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah. Pembangunan perkotaan diwarnai otonomi daerah dalam
pengelolaan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
Beberapa isu yang menonjol dalam pembangunan perkotaan antara lain
meliputi: tingginya urbanisasi, meningkatnya kemiskinan perkotaan, meningkatnya
ketimpangan sosial, merosotnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan, serta
terbatasnya kemampuan daerah, baik dalam hal sumber daya manusia,kelembagaan
maupun menggalang dana untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
perkotaan. Di lain pihak, pada saat perkotaan di Indonesia mengalami berbagai
masalah internal, tantangan globalisasi tetap berlangsung dan semakin meningkat
yang menimbulkan tekanan yang cukup besar bagi perkotaan di Indonesia. Perubahan
yang cepat dengan tantangan yang menjadi lebih berat, memerlukan usaha bersama
yang lebih keras dalam mengejar ketertinggalan agar mampu berpacu dalam
persaingan global dalam pembangunan perkotaan.
Untuk itu mengantisipasi hal tersebut, telah terbit Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

III - 14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota), yang menjadi acuan bersama dalam
melakukan pembangunan perkotaan, baik di tingkat nasional maupun daerah.
KSNP Kota diarahkan untuk menjadi kerangka acuan bagi para pelaku
pembangunan perkotaan di tingkat nasional, dalam menyusun kebijakan dan
strateginya yang berkaitan dengan pembangunan kota. Perlu ditekankan di sini bahwa
pembangunan perkotaan tidak perlu seragam, namun disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat setempat serta budaya lokal. Dengan demikian pendekatan ini
dapat menghasilkan pembangunan kota yang menampilkan citra dan ciri khas masing-
masing kota.

3.6. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkotaan


Kebijakan dan strategi pengembangan perkotaan ini dimaksudkan untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan perkotaan, terutama
permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya urbanisasi dan globalisasi,
permasalahan eksternal kota seperti adanya ketidakseimbangan pertumbuhan
antarkota, kesenjangan pembangunan antara kota dan desa, belum berkembangnya
wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, masih kurangnya perhatian terhadap
wilayah-wilayah tertinggal lainnya, serta permasalahan internal kota, terutama masalah
kemiskinan, kualitas lingkungan hidup, serta keamanan dan ketertiban kota. Semua
permasalahan tersebut akan ditangani dengan konsep pembangunan berkelanjutan.
Atas dasar itu, maka kebijakan perkotaan nasional yang dirumuskan terdiri atas
tiga struktur pokok, yaitu kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan peran
eksternal kota dalam sistem kota-kota nasional, kebijakan-kebijakan yang mendukung
pengembangan internal kota agar dapat melayani masyarakatnya dan berfungsi sesuai
dengan yang telah ditetapkan, dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
kapasitas kelembagaan dan SDM perkotaan. Kebijakan-kebijakan ini kemudian
dijabarkan dalam bentuk strategi-strategi sebagai cara untuk mencapai sasaran
kebijakan tersebut, yaitu:

III - 15
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
1. Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional, dengan
strategi:
a. Penyiapan prasarana dan sarana perkotaan nasional untuk mendukung
pengembangan ekonomi nasional, wilayah, lokal melalui pembangunan
perkotaan
b. Penyiapan kota sebagai simpul pelayanan serta simpul aksesibilitas,
koleksi, dan dstribusi dalam wilayah
c. Pengembangan kota-kota berfungsi nasional/internasional dan kawasan
kerja sama internasional
d. Pengembangan kota-kota khusus, berkembang cepat, berkarakter khusus,
kawasan perbatasan, dan kawasan tertinggal
e. Penyiapan serta pengembangan arahan dan panduan bagi daerah untuk
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

2. Pengembangan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan


berkeadilan sosial, dengan strategi:
a. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan dan pelayanan dasar
perkotaan yang memadai dan berkeadilan, dengan rencana tindak:
b. Penetapan standar prasarana dan sarana perkotaan serta pelayanan dasar
untuk mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik;
c. Penetapan prioritas kebutuhan di kota-kota berfungsi nasional maupun
kota-kota lainnya;
d. Penetapan kewenangan, dukungan, dan peran Pemerintah Pusat dan
Daerah berdasarkan kesepakatan bersama.
3. Pengembangan perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau,
dengan rencana tindak:
a. Penataan ruang kota untuk mengarahkan investasi sumber daya
pembangunan;
b. Penataan lingkungan untuk menciptakan permukiman yang layak huni;
c. Penetapan standar dan prioritas kebutuhan perumahan bagi masing-masing
kota (kabupaten);
d. Penetapan pola pendanaan perumahan dan permukiman;
III - 16
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
e. Penetapan pola pelaksanaan, seperti dengan tribina, real estate, dan lain-
lain.
f. Pengembangan proses-proses pendanaan dan penyediaan tanah bagi
pembangunan permukiman partisifatif, dengan rencana tindak:
g. Pengembangan model-model pendanaan dan penyediaan tanah untuk
permukiman melalui pengkajian peraturan perundangan, model-model yang
pernah dikembangkan di Indonesia dan contoh dari luar negeri;
h. Pelaksanaan uji coba model di beberapa kasus terpilih;
i. Penetapan peraturan perundangan yang diperlukan.
4. Pengembangan ekonomi perkotaan berdaya saing global, dengan rencana
tindak:
a. Melakukan kajian potensi pengembangan lokal dan pemasaran
internasional;
b. Penetapan kota-kota bagi pemasaran yang diprioritaskan;
c. Penyiapan infrastruktur dan pelayanan, terutama sumber daya manusia
dalam rangka meningkatkan produktivitas.
5. Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling menghargai, saling
mendukung, serta mengapresiasi budaya dan warisan budaya, dengan rencana
tindak:
a. Penilaian potensi dan kebutuhan sosial budaya di daerah;
b. Penataan lingkungan untuk menciptakan kehidupan sosial budaya yang
saling menghargai dan mendukung;
c. Penyiapan langkah tindak untuk pemantapan sosial budaya kota-kota di
daerah, termasuk keamanan dan ketertiban kota;
d. Penyiapan kelembagaan dan sosialisasi untuk memperoleh kesepakatan
dan dukungan stakeholders;
e. Fasilitasi studi banding dari dalam dan luar negeri.
6. Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan, dengan strategi:
a. Peningkatan kapasitas SDM serta kelembagaan pusat dan daerah dalam
pengelolaan pembangunan perkotaan;
b. Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah;

III - 17
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
c. Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam
pengelolaan pembangunan perkotaan yang inklusif;
d. Pembentukan sistem informasi perkotaan di tingkat nasional dan di tingkat
daerah.

3.7. Langkah-Langkah Strategis Dalam Pengembangan Kawasan Perumahan


Dan Permukiman Perkotaan
Masalah pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang bersifat
lokal, umumnya berada di kabupaten/kota. Sedangkan tantangan pengembangan
kawasan mencakup bagaimana mengkoordinasikan kawasan-kawasan perumahan
agar terintegrasi dalam kawasan siap bangun.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, perumahan merupakan


urusan wajib bagi Pemerintah Daerah meskipun kenyataannya kelembagaan di daerah
masih belum memadai. Banyak kabupaten/kota belum memiliki dinas perumahan, dan
kelembagaan yang ada di daerah saat ini umumnya masih menempel pada dinas-
dinas lain yang terletak pada level di bawahnya.
Para pengamat di bidang perkotaan menyatakan bahwa pengembangan
kawasan didasarkan pada demand. Demand driven untuk mengembangkan kawasan
permukiman didasarkan pada ada atau tidaknya permintaan yang kuat. Pemerintah
sendiri banyak mengembangkan suatu kawasan berdasarkan pada policy untuk
mengembangkan kawasan permukiman dalam mendukung suatu kebijakan ekonomi
atau untuk mewujudkan suatu kebijakan sosial.
Untuk mencapai efisiensi penyelenggaraan kota, perlu dipertimbangkan untuk
dibatasi kemungkinan perluasannya sehingga pengembangan kawasan permukiman
perlu diarahkan menjadi kota satelit.
Beberapa hal yang terkait dengan pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman yang perlu menjadi pemikiran ke depan adalah :
1. Pendekatan penanganan perumahan perlu memperhitungkan tingkat kepadatan
dan laju pertumbuhan penduduk kota, contohnya, kota dengan kepadatan
>2.000 jiwa/km² dengan laju pertumbuhan >1,8% per- tahun harus dengan
pendekatan rumah susun.

III - 18
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
2. Guna mendorong masyarakat bertempat tinggal di rumah susun, perlu
dikembangkan insentif dalam bentuk tarif listrik, air, PBB, dan lain-lain, yang
lebih murah dibandingkan rumah yang tidak bersusun.

3. Pemerintah perlu lebih banyak membangun rumah susun untuk disewakan


dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan di perkotaan serta membatasi
meluasnya daerah perkotaan dan memperbanyak RTH dan sarana lingkungan
perumahan. Oleh karena itu, perlu peningkatan anggaran untuk membangun
rusunawa yang lebih banyak.

4. Jiwa kewiraswastaan (enterpreneurship) di kalangan birokrat bidang perumahan


perlu ditingkatkan, baik dalam kerangka penyusunan kebijakan dan regulasi
maupun dalam kerangka penanganan kawasan perumahan yang membutuhkan
investasi sangat besar.

5. Salah-satu upaya pengembangan kawasan perumahan adalah melalui upaya


reklamasi pantai, akan tetapi harus memperhatikan aspek lingkungan.

6. Pemanfaatan tanah idle dan peremajaan kawasan kumuh dapat dilakukan


dengan mengkombinasikan pembangunan komersial dan rumah susun melalui
pendekatan kawasan.

7. Perlunya pelatihan dan pendidikan untuk menciptakan SDM yang berjiwa


enterpreneur, khususnya dari kalangan birokrat.

8. Dalam rangka lebih mengembangkan kawasan perumahan, perlu ada upaya


pemasaran yang melibatkan tenaga-tenaga enterpreneur (birokrat yang
enterpreneur).

9. Mengingat masih banyaknya persoalan yang dihadapi dalam rangka


pengembangan perumahan skala besar melalui pola Kasiba/Lisiba BS perlu
adanya terobosan yang melibatkan peran Pemerintah Daerah sesuai dengan PP
No. 38 Tahun 2007 dimana perumahan adalah urusan wajib pemerintah daerah,
agar pelaksanaannya lebih terkoordinasi, efektif, dan berkelanjutan.

III - 19
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
10. Rekayasa publik diperlukan agar perhatian terhadap masalah perumahan
meningkat, sehingga sumber daya dalam pengembangan perumahan dapat
ditingkatkan.

11. Perlu pembelajaran pengalaman dan kesuksesan berbagai negara dalam


menangani masalah perumahan (Perancis, Cina, India, dll).

3.8. Kebijakan Pembangunan Perkotaan Bebas Permukiman Kumuh 2025


(Disampaikan Menteri Pekerjaan Umum Pada Seminar Dalam Acara
Peringatan Hari Habitat Dunia 2008 Di Bali, 30 Oktober 2008)
Pembangunan Perkotaan di Indonesia saat ini dihadapi oleh masalah besarnya
jumlah penduduk yang bermukim di perkotaan dan tingginya arus urbanisasi. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia yang bermukim diperkotaan telah mencapai 112 juta jiwa.
Hampir seperempat dari penduduk perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta
jiwa, hidup di kawasan permukiman kumuh. Ini artinya hampir 10% dari total penduduk
Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius dalam pembangunan perkotaan,
khususnya perumahan dan permukiman perkotaan.

Semakin banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan,


terutama disebabkan oleh tingginya arus urbanisasi penduduk. Dengan adanya tingkat
perpindahan penduduk yang cepat (laju urbanisasi antara 1% - 1,5% per tahun), maka
dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah penduduk perkotaan di Indonesia
akan dapat mencapai 65%.

Besarnya arus urbanisasi ini disebabkan oleh adanya 2 faktor, yaitu daya-tarik
perkotaan sebagai penyedia lapangan kerja, fasilitas dan utilitas publik (pull factor) dan
adanya tekanan kawasan perdesaan yang mempunyai keterbatasan lapangan kerja,
faslilitas dan utilitas publik (push factor).

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat memperluas besaran permukiman
kumuh di perkotaan, yaitu :

1. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hunian/papan masih


sangat terbatas; sebagaimana dimaklumi, umumnya harga rumah yang

III - 20
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
ditawarkan oleh pasar rumah formal masih terlalu tinggi bagi sebagian besar
keluarga Indonesia, apalagi bagi keluarga miskin. Selain itu, kemampuan sektor
konstruksi untuk membangun, dan sektor perbankan komersial untuk
memberikan dukungan pendanaan perumahan yang terjangkau (affordable)
masih belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat miskin perkotaan.

2. Belum adanya data dan informasi serta peta masalah yang terukur dari setiap
kota yang menggambarkan data up to date kawasan permukiman kumuh.
Minimnya data dan informasi ini dapat menjadi kendala dalam penyusunan
kebijakan penanganan perumahan dan permukiman kumuh perkotaan. Selain
itu, masih terdapat Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) kabupaten dan
kota yang belum dapat memberikan jaminan ketersediaan lahan bagi
perumahan masyarakat berpenghasilan rendah. Akibatnya, strategi untuk
menangani kawasan permukiman kumuh, termasuk pembagian peran yang
sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor
swasta belum dapat dilaksanakan dengan baik.

3. Orientasi pembangunan daerah yang lebih banyak ditujukan untuk peningkatan


ekonomi formal, dan hanya sedikit mempertimbangkan kebutuhan sosial
ekonomi rakyat miskin dan rentan di perkotaan. Kecenderungan ini dapat
membatasi kesempatan untuk masyarakat miskin mendorong kemampuan
sosial ekonominya sebagai warga permukiman kumuh yang umumnya berada
disektor informal.

Pada tahun 2025 mendatang, penanganan permukiman kumuh perkotaan


sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, politik dan sumber daya manusia.
Beberapa tantangan kondisi tahun 2025 yang berpengaruh terhadap kondisi
perumahan permukiman perkotaan adalah :
1. Meningkatnya Urbanisasi Penduduk.
Dalam Rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, telah
diperkirakan bahwa Indonesia akan menghadapi tekanan jumlah penduduk

III - 21
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
yang makin besar. Jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2005 sebesar
220 juta orang diperkirakan meningkat mencapai sekitar 274 juta orang pada
tahun 2025. Perkiraan penduduk Indonesia yang bermukim di perkotaan pada
tahun 2025 adalah berjumlah 180 juta jiwa, dan Indonesia masih berada di
ranking ke empat dari jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pada tahun 2025
penduduk Indonesia yang bermukim diperkotaan ini akan berjumlah 65% yang
memadati 16 kota metropolitan.
2. Tingginya Kebutuhan Hunian/Unit Rumah
Dalam Rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 telah
diindikasikan bahwa dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk, maka
kebutuhan perumahan hingga tahun 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 30
juta unit, sehingga kebutuhan rumah per tahun diperkirakan mencapai 1,2 juta
unit. Tingginya kebutuhan unit rumah ini akan dapat berpotensi tingginya
backlog perumahan dan semakin meningkatnya besaran permukiman kumuh
perkotaan.
3. Target Millenium Development Goals (MDG’s)

Millenium Development Goals telah mencanangkan untuk pencapaian


perbaikan permukiman kumuh, prasarana dan sarana permukiman serta
pengurangan kemiskinan. Target 11 MDG’s adalah mengurangi permukiman
kumuh perkotaan, mengurangi separuh penduduk yang belum terlayani sumber
air minum yang aman, dan mengurangi penduduk yang belum mendapatkan
akses fasilitasi sanitasi. Selain itu, Target 10 MDG’s mencanangkan penurunan
setengah proporsi penduduk miskin perkotaan yang tingkat pendapatannya di
bawah US$ 1 per hari. Hal ini tentunya akan menjadi acuan pencapaian dan
tantangan untuk mencapai target tersebut pada tahun 2025 mendatang.

4. Kondisi Perekonomian Nasional


Kondisi perekonomian nasional pada masa mendatang akan cukup sulit
diprediksi secara pasti mengingat gejolak perekonomian dunia yang dapat
berimbas kepada kondisi perekonomian nasional. Hal ini terlihat misalnya
dengan koreksi terhadap prediksi kondisi perekonomian tahun 2009, yaitu:
pertumbuhan ekonomi dari 6,3% menjadi 6%, inflasi dari 6,2% menjadi 7%, SBI
III - 22
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dari 8% menjadi 8,5%, dan kurs rupiah dari Rp 9.150 per-dollar AS menjadi
9.200-9.300 per-dollar AS. Hal ini akan berpengaruh terhadap prediksi kondisi
perekonomian paska tahun 2009 hingga tahun 2025. Harapan kita kondisi
perekonomian nasional tidak akan terlalu buruk sebagai dampak krisis
perekonomian global, sehingga tidak akan memperburuk tingkat kemiskinan
penduduk dan perluasan kawasan kumuh perkotaan. Untuk mewujudkan
perkotaan bebas kumuh diperlukan anggaran yang memadai bagi
pembangunan infrastruktur. Pada tahun 2025 mendatang diharapkan anggaran
infrastruktur secara keseluruhan dapat meningkat dibandingkan saat ini yang
besarnya 2% dari GDP.
5. Kondisi Politik Nasional dan Daerah
Kondisi politik nasional dan daerah akan berpengaruh terhadap kondisi
perekonomian nasional dan kondisi perekonomian daerah. Pemilihan anggota
legislatif dan presiden serta pilkada diberbagai daerah tentunya diharapkan
dapat berjalan lancar dan dapat menjamin kestabilan nasional yang
mendukung kondisi perekonomian nasional.
6. Kerjasama Internasional (Habitat, APMCHUD)
Selama ini Indonesia telah banyak berperan dalam berbagai kegiatan
internasional bersama dengan UN Habitat dan APMCHUD. Pada tahun 2010
Indonesia menjadi tuan rumah Asia Pacific Ministerial Conference on Housing
and Urban Development (APMCHUD) ke 3. Konferensi ini ditujukan untuk
menggalang peningkatan kualitas perumahan dan permukiman perkotaan di
kawasan Asia Pasifik. Kerjasama ini tentunya berpengaruh terhadap
peningkatan komitmen Indonesia dalam menangani masalah perumahan dan
permukiman kumuh dimasa mendatang.
Berdasarkan kondisi perumahan dan permukiman perkotaan saat ini dan
tantangan pembangunan pekotaan pada tahun 2025 mendatang, maka terdapat
beberapa arahan kebijakan dan strategi yang perlu ditindaklanjuti, yaitu :

1. Melaksanakan Peraturan dan Perundang-Undangan Terkait Pembangunan


Perkotaan Secara Konsisten

III - 23
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
2. Untuk menjamin pembangunan perkotaan yang bebas kumuh tahun 2025,
diperlukan penanganan permukiman kumuh perkotaan dengan memperhatikan
ketentuan seperti telah dituangkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang
Nomor 26 Tahun 2007, Undang-Undang Bangunan Gedung Nomor 28 Tahun
2002, dan Undang-Undang Perumahan dan Permukiman Nomor 4 Tahun 1992.
Khususnya Undang-Undang Penataan Ruang telah menegaskan adanya
sanksi bagi pelanggaran pembangunan serta memberikan ketentuan arahan
bagi kota-kota untuk menyediakan ruang terbuka hijau yang memadai sebesar
30% dari ruang kota. Demikian pula dengan ketentuan yang telah digariskan
dalam Undang-Undang Bangunan Gedung khususnya persyaratan untuk
memperoleh Izin Mendirikan Bangunan. Rencana Tata Ruang daerah seperti
Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kota yang
disusun pemerintah daerah semestinya juga diarahkan untuk mencegah
meluasnya permukiman kumuh perkotaan. Pembangunan perkotaan yang
dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan didalam Undang-
Undang tersebut di atas dapat mencegah meluasnya permukiman kumuh
perkotaan.
3. Meningkatkan Kepedulian Pemerintah Daerah
4. Untuk menuju perkotaan yang bebas kumuh maka diperlukan komitmen
kepemerintahan daerah (local governance) dan kepemimpinan daerah (local
leadership) yang kuat dalam meningkatkan kualitas permukiman di perkotaan.
Hal ini termasuk meningkatkan kepedulian daerah untuk pendataan,
perencanaan hingga perbaikan fisik lingkungan permukiman kumuh perkotaan.
5. Pemberdayaan Masyarakat
6. Pembangunan perkotaan bebas kumuh tahun 2025 perlu diarahkan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat secara lebih luas. Hal ini dapat
dilakukan dengan melanjutkan program-program pemberdayaan masyarakat
yang telah berjalan selama ini melalui PNPM Mandiri. Namun tentunya
pemberdayaan masyarakat ini selanjutnya akan semakin berkurang, seiring
dengan peningkatan kapasitas masyarakat dan kualitas sosial ekonominya.
Dengan demikian perkotaan bebas kumuh perlu diwujudkan berdasarkan
kesadaran masyarakat yang lebih luas agar masyarakat semakin bertanggung
III - 24
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
jawab terhadap kualitas lingkungan permukimannya sendiri, termasuk
kesadaran untuk membayar user charge dan biaya retribusi pelayanan
prasarana permukiman yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas
lingkungan permukiman perkotaan. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk
membayar user charge dan retribusi bagi prasarana pemukiman ini diperlukan
mengingat dimasa mendatang tingkat pelayanan prasarana permukiman (air
minum, sanitasi dan lain-lain) akan mementingkan kualitas, sejalan dengan
meningkatnya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan kepuasan (satisfaction)
pelayanan prasarana permukiman di atas Standar Pelayanan Minimal (SPM).
7. Peran Serta Swasta
8. Mengingat besarnya backlog unit rumah saat ini dan potensi backlog di masa
mendatang serta keterbatasan kemampuan pembiayaan masyarakat miskin,
maka peran swasta dalam pengadaan unit rumah dan peningkatan kualitas
permukiman perkotaan menjadi sangat penting. Peran swasta ini mencakup
pembangunan fisik rumah, perbaikan fisik lingkungan permukiman dan
pembiayaan melalui sistem perbankan. Untuk meningkatkan peran swasta
dalam pembangunan perumahan dan permukiman perkotaan maka pemerintah
daerah perlu memberikan sistem insentif yang lebih baik kepada swasta
dengan didukung oleh peraturan daerah yang konstruktif. Peningkatan peran
swasta ini termasuk pembangunan perkotaan melalui peremajaan kota yang
dapat memadukan perbaikan lingkungan permukiman kumuh bagi masyarakat
miskin, sekaligus pembangunan prasarana dan sarana publik yang bersifat
komersial bagi golongan masyarakat menengah keatas agar dapat ditempuh
subsidi silang dalam pembiayaan pembangunan perkotaan.
9. Pembangunan Perkotaan Bebas Kumuh yang Berkelanjutan
10. Pembangunan perkotaan pada masa mendatang semakin perlu mementingkan
kualitas lingkungan perkotaan yang aman, nyaman dan layak huni (habitable).
Pembangunan perkotaan yang bebas kumuh dan ramah lingkungan perlu
ditempuh dengan mengantisipasi dampak perubahan iklim global dan
mencegah meluasnya permukiman kumuh pada daerah rawan bencana alam.

III - 25
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
3.9. Keterpaduan Infrastruktur Kawasan Dalam Penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

1. Definisi dan Batasan Keterpaduan Infrastruktur Kawasan


Infrastruktur Kawasan memiliki peran penting dalam pengembangan suatu
kawasan. Sistem Infrastruktur Kawasan merupakan salah satu unsur utama
pembentuk struktur ruang sebuah kawasan. Infrastruktur kawasan selain
menyediakan layanan infrastruktur bagi berbagai jenis kegiatan yang ada,
infrastruktur kawasan juga dapat digunakan sebagai alat pengarah pola
pemanfaatan ruang sebuah kawasan.
Dalam pembahasan ini, yang dimaksud dengan sistem infrastruktur kawasan
dibatasi pada infrastruktur kawasan perumahan dan permukiman yang terdiri
dari beberapa sub-sistem infrastruktur. Sub-sistem tersebut mencakup antara
lain: jaringan jalan, jaringan drainase, suplai dan jaringan air bersih, jaringan air
limbah, system pengelolaan sampah, suplai dan jaringan listrik, jaringan
telepon, serta fasilitas umum dan sosial.
Dengan demikian penerima manfaat sesungguhnya dari Keterpaduan
Infrastruktur Kawasan adalah para pengguna/ penghuni sebuah kawasan
permukiman. Kegagalan pengelola kawasan untuk menciptakan Keterpaduan
Infrastruktur Kawasan dapat menyebabkan inefisiensi biaya dan rendahnya
mutu layanan sebuah kawasan yang diterima pengguna/ penghuninya.

2. Infrastruktur Kawasan sebagai sebuah Sistem Fisik.


Sistem infrastruktur kawasan merupakan sebuah sistem fisik yang terdiri dari
beberapa sub-sistem infrastruktur kawasan. Sebagai suatu solusi persoalan
teknis maupun sebagai upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas rancangan,
seringkali diperlukan adanya upaya teknis untuk memadukan rancangan
berbagai sub-sistem infrastruktur kawasan tersebut. Misalnya antara jaringan
jalan, jaringan drainase, dan jaringan listrik. Selain itu, tahapan pembangunan
masing-masing sub-sistem infrastruktur kawasan tersebut tidak dapat disusun
secara sendiri-sendiri, namun harus disesuaikan dengan tahapan
pengembangan kawasan secara umum.
III - 26
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pada tingkat paling rendah, ketidakterpaduan infrastruktur kawasan dapat
terjadi karena lemahnya koordinasi antar perencana yang menyusun Rencana
Induk Pengembangan Kawasan dengan para perencana sub-sistem
infrastruktur kawasan.

3. Kurangnya koordinasi di antara mereka dapat menyebabkan ketidak sesuaian


antara kapasitas infrastruktur yang direncanakan dengan kebutuhan yang ada.
Selain itu, kurangnya koordinasi di antara perencana masing-masing sub-
sistem infrastruktur kawasan dapat menyebabkan munculnya berbagai
persoalan teknis dalam implementasi di lapangan, dan juga kegagalan untuk
memanfaatkan peluang peningkatan efektifitas dan efisiensi melalui upaya-
upaya teknis pada tahap perencanaan dengan cara memadukan rancangan
berbagai sub-sistem infrastruktur.

4. Pengadaan Infrastruktur Kawasan sebagai sebuah Sistem Sosial


Pengadaan infrastruktur kawasan terutama yang melibatkan dua pihak atau
lebih- dapat juga dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Keterlibatan multi-
pihak (dengan berbagai kepentingan (interest) yang berbeda) menyebabkan
proses pengambilan keputusan (decision making) menjadi sangat kompleks.
Hal tersebut menyebabkan sebagian besar masalah ketidakterpaduan
infrastruktur kawasan muncul akibat kegagalan dalam pengelolaan proses
pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, penyebab dari munculnya


persoalan ketidakterpaduan infrastruktur kawasan merupakan gabungan dari:
a. kompleksitas komponen fisik penyusun sistem infrastruktur kawasan, dan
b. kompleksitas proses pengambilan keputusan oleh multi-pihak yang terlibat
dalam pengadaan infrastruktur kawasan.

Pada gambar berikut dapat dilihat infrastruktur kawasan sebagai gabungan dari sistem
fisik dan sistem sosial
III - 27
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Skema 3.1
Infrastruktur Kawasan Sebagai Gabungan dari Sistem Fisik dan Sistem Sosial

Diagram dikonsepkan oleh Konsultan

III - 28
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Skema 3.2
Keterkaitan Keterpaduan Rancangan dengan Manajemen Proses pengadaan
Infrastruktur

III - 29
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Skema 3.3
Input, Proses dan keluaran Keterpaduan Rancangan Konseptual

INPUT PROSES OUTPUT

KETERPADUAN
RANCANGAN KONSEPTUAL
RENCANA INDUK
PENGEMBANGAN KAWASAN
DOKUMEN RANCANGAN
RANCANGAN KONSEPTUAL KONSEPTUAL YANG
PROSES VERIFIKASI
PRASARANA
RANCANGAN KONSEPTUAL TERPADU
PERATURAN & STANDAR
PROSES PENGENDALIAN -
TINDAKAN KOREKTIF

Skema dikonsepkan oleh Konsultan

Input bagi proses keterpaduan Rancangan Konseptual terdiri dari :


a. Rencana Induk Pengembangan Kawasan berikut tahapan
pengembangannya, yang dapat dijadikan sumber untuk memperkirakan
prasarana kawasan yang dibutuhkan (kuantitas maupun kualitasnya) pada
setiap unit pengembangan terkecil, dan pada setiap tahapan
pengembangan kawasan.
b. Rancangan Konseptual dari masing-masing sub-sistem prasarana
kawasan.
c. Peraturan dan standar keterpaduan prasarana kawasan yang mengatur :
 kesesuaian antara kapasitas dan kualitas layanan infrastruktur kawasan
yang dibutuhkan dengan kapasitas dan kualitas layanan yang ada
dalam Rancangan Konseptual.
 inter-relasi (penggabungan maupun pemisahan) di antara Rancangan
Konseptual dari dua atau lebih sub-sistem prasarana kawasan,
misalnya antara Rancangan Konseptual jaringan jalan dengan jaringan
air bersih, dan jaringan drainase.

III - 30
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
 kontinyuitas antara berbagai jenjang perencanaan prasarana kawasan
pada sebuah sub-sistem prasana kawasan, misalnya antara Rancangan
Konseptual jaringan air bersih pada tingkat kawasan dengan pada
tingkat lingkungan.

Proses-proses keterpaduan Rancangan Konseptual terdiri dari dua kegiatan utama,


yaitu :
1. Proses verifikasi rancangan dengan peraturan dan standar yang berlaku, dalam
hal:
a. kesesuaian kapasitas dan kualitas layanan prasarana dalam rancangan
konseptual dengan perkembangan kebutuhan.
b. kesesuaian inter-relasi antar dua atau lebih sub-sistem prasarana kawasan.
c. kontinyuitas penjenjangan perencanaan prasarana kawasan.
Dalam proses verifikasi ini dinilai apakah sebuah rancangan prasarana
kawasan belum atau telah memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang ada.
Jika dinilai belum memenuhi (defect), maka dalam proses verifikasi ini
ditentukan beberapa tindakan korektif berkaitan dengan keterpaduan
prasarana yang harus dilakukan.

2. Proses pengendalian tindakan korektif. Merupakan upaya-upaya manajerial


yang harus dilakukan untuk memastikan dilaksanakannya tindakan-tindakan
korektif yang harus dilakukan berkiatan dengan keterpaduan prasarana.
Output dari keterpaduan Rancangan Konseptual adalah berupa tersedianya
sebuah dokumen Rancangan Konseptual infrastruktur kawasan yang telah
memenuhi standar keterpaduan prasarana kawasan yang berlaku.

III - 31
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Skema 3.4
Tahapan Pemastian Keterpaduan Prasarana Kawasan

III - 32
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

3.10. Kajian Kebijakan Tata Ruang Kota Subulussalam


Tujuan penataan ruang Kota Subulussalam mengarah kepada terwujudnya
kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui peningkatan aktivitas ekonomi.
Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang ada saat ini dan
kemungkinan yang ada di masa yang akan datang serta dengan memperhatikan
rencana yang dicanangkan oleh Wilayah Provinsi Aceh secara lebih luas maka tujuan
penataan ruang Kota Subulussalam dalam kurun waktu 2011-2031 adalah:

III - 33
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
“MEWUJUDKAN KOTA SUBULUSSALAM SEBAGAI KOTA PUSAT
AGROINDUSTRI MANDIRI YANG SEJAHTERA, ISLAMI DAN RAMAH
LINGKUNGAN”

Pusat agroindustri adalah pusat kegiatan industri yang memfokuskan pada


pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil perkebunan dan pertanian yang dominan ada di
Kota Subulussalam, Contohnya adalah perkebunan kelapa sawit, diharapkan industri
yang tersedia di Kota Subulussalam nantinya bukan hanya industri CPO tetapi juga
industri hilir yang merupakan turunan dari industri CPO.

Mandiri dimaksudkan bahwa kegiatan perekonomian terutama dalam kaitannya


dengan agroindustri mengandalkan kemampuan Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia yang berasal dari Kota Subulussalam sendiri.

Sejahtera dimaksudkan bahwa semua kegiatan ekonomi adalah untuk kepentingan


kesejahteraan penduduk Kota Subulussalam.

Islami dimaksudkan bahwa penataan ruang dan pembangunan di Kota Subulussalam


berdasarkan pada pandangan hidup masyarakat yang berlandaskan syari’at Islam.

Ramah Lingkungan dimaksudkan penataan ruang yang dibuat bertujuan untuk


pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan agar tidak menimbulkan dampak
negatif pada lingkungan di masa yang akan datang.

Dalam pengembangan Kota Subulusalam ke depan, ada beberapa isu strategis yang
dihadapi, antara lain sebagai berikut:
1. Kota Subulussalam diarahkan sebagai pusat pertumbuhan Aceh bagian selatan
(PKW-P usulan dari RTRW Provinsi Aceh);
2. Memiliki potensi yang besar dibidang perkebunan sehingga cocok untuk
pengembangan kawasan Agroindustri;

III - 34
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
3. Kota Subulussalam berada di daerah pintu gerbang pintu Provinsi Aceh di bagian
Selatan dan merupakan wilayah transit yang potensial untuk pengembangan sector
jasa transportasi dan perdagangan;
4. Adanya rencana pengembangan Food Estate dalam mengatasi krisis bahan
pangan daerah Kota Subulussalam yang pada saat sekarang ini masih
didatangkan dari daerah luar, seperti dari daerah Provinsi Sumatera Utara;
5. Aksesibilitas yang masih terbatas terhadap kawasan-kawasan tertentu di wilayah
Kota Subulussalam, sehinga menyebabkan belum terintegrasinya kawasan
Subulussalam bagian utara-barat dengan kawasan bagian selatan-timur;
6. Kawasan yang rawan terhadap bencana longsor, banjir dan gempa.
Adapun kajian kebijakan dan startegi pembangunan kota Subulussalam
dijelaskan dalam tabel 3.1. berikut ini :

Tabel 3.1
Kajian Kebijakan dan Strategi Pembangunan
Kota Subulussalam

Sumber Muatan
No
Dokumen Kebijakan Strategi Program
Dokumen Perencanaan Pembangunan

III - 35
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

1 RPJPD
2 RPJMD Visi; ”Terwujudnya Masyarakat Kota Strategi terkait;
Subulussalam Yang Berkualitas, Sejahtera,
Aman, Damai Dan Bermartabat Tahun 2013
Misi
Melaksanakan syari’at islam secara kaffah Mengembangkan Sumber air baku
dalam berbagai aspek kehidupan, tanpa untuk penyediaan air bersih
mengenyampingkan nilai kebangsaan dan
sikap nasionalis.
Peningkatan Sumber Daya Manusia:. Terwujudnya pengelolaan limbah
yang efektif dan bernilai ekonomi,
melalui strategi mereduksi dan
meningkatkan pemanfaatan kembali
limbah padat (sampah).

Pemberdayaan ekonomi Membentuk struktur ruang kota,


Meningkatkan kualitas pelayanan dan Mengendalikan pemanfaatan ruang
pemerataan kesehatan, serta membangun
infrastruktur kesehatan sampai kepedesaan.
Mewujudkan iklim kehidupan masyarakat
yang damai dan tertib dengan
mengedepankan prinsip musyawarah untuk
mufakat sesuai dengan adat istiadat
setempat dalam rangka menciptakan
kelanggengan proses pembangunan yang
akan atau yang dilaksanakan.
Mengembangkan dan membina kebudayaan
daerah dalam rangka eksistensi dan
kelestarian warisan budaya leluhur daerah.
Memelihara dan meningkatkan objek wisata
yang sudah ada melalui kemasan yang
inovatif dan produktif serta bernafaskan
islami.
3 RPiJMD
Renstra
4 SKPD
5 APBD
RTRW
1 Propinsi

Pembentukan struktur ruang yang mantap Menetapkan pusat-pusat pelayanan


melalui penetapan pusat pelayanan yang dengan mempertimbangkan
RTRW mendukung kegiatan agroindustri mandiri kemudahan akses pelayanan pada
2
Kota dan kegiatan perkotaan lainnya secara penduduk.
optimal

III - 36
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Peningkatan aksesibilitas dan transportasi Meningkatkan sistem pelayanan lalu
untuk menunjang optimalnya fungsi dan lintas dan angkutan jalan; perkereta
keterkaitan antar pusat kegiatan dan apian; angkutan sungai dan
sebagai penunjang kelancaran kegiatan penyeberangan
agroindustri mandiri;

Peningkatan pelayanan prasarana lainnya Meningkatkan pelayanan energi di


untuk mendorong kenyamanan dan Kota Subulussalam; Mendorong
kesejahteraan masyarakat dan untuk pengembangan jaringan
menjaga kelestarian lingkungan hidup telekomunikasi di seluruh Kota
Subulussalam; Meningkatkan
pelayanan jaringan sumber daya air
di Kota Subulussalam; Meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelayanan air
minum di Kota Subulussalam;
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan air limbah di Kota
Subulussalam; Meningkatkan
pengelolaan persampahan di wilayah
kota dengan melibatkan masyarakat;
Menata jaringan drainase yang
terpadu dan terkoneksi; Mengatur
penempatan jalur pejalan kaki yang
fungsional dan tetap memperhatikan
keindahan; Mengembangkan jalur
evakuasi bencana.

Pelestarian kawasan lindung untuk menjaga Menetapkan kawasan lindung sesuai


kelestarian lingkungan Kota Subulussalam dengan fungsinya dan ketentuan
dengan berbasiskan mitigasi bencana; peraturan yang berlaku;
Mempertahankan kawasan berfungsi
lindung sesuai dengan kondisi
ekosistemnya
Pengembangan kawasan budidaya dengan Menetapkan kegiatan-kegiatan utama
mempertimbangkan kelestarian lingkungan pada pusat-pusat pelayanan untuk
dan penegakkan syari’at Islam untuk kesejahteraan masyarakat;
kepentingan kesejahteraan masyarakat; Mengembangkan kegiatan-kegiatan
untuk perwujudan pola ruang
berlandaskan mitigasi bencana dan
syari’at Islam.
Peningkatan investasi dan perekonomian di Mengembangkan kawasan strategis
kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai ekonomi.
kawasan strategis;
Peningkatan pengembangan kawasan Mengembangkan kawasan strategis
lindung sebagai kawasan strategis lingkungan.
lingkungan;

III - 37
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Peningkatan fungsi kawasan untuk Mengembangkan kegiatan budi daya
Pertahanan dan Keamanan Negara. secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan
untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan; Turut serta memelihara
dan menjaga aset-aset
Pertahanan/TNI.

Tujuan penataan ruang;


MEWUJUDKAN KOTA SUBULUSSALAM 1.Meningkatkan pelayanan energi di
SEBAGAI KOTA PUSAT AGROINDUSTRI Kota Subulussalam;
MANDIRI YANG SEJAHTERA, ISLAMI DAN
RAMAH LINGKUNGAN.

2.Mendorong pengembangan
jaringan telekomunikasi di seluruh
Kota Subulussalam;
3.Meningkatkan pelayanan jaringan
sumber daya air di Kota
Subulussalam;
4.Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air minum di
Kota Subulussalam;
5.Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air limbah di
Kota Subulussalam;
6.Meningkatkan pengelolaan
persampahan di wilayah kota dengan
melibatkan masyarakat;
7.Menata jaringan drainase yang
terpadu dan terkoneksi;

8.Mengatur penempatan jalur pejalan


kaki yang fungsional dan tetap
memperhatikan keindahan;
9.Mengembangkan jalur evakuasi
bencana.

Pembentukan struktur ruang yang mantap Menetapkan pusat-pusat pelayanan


melalui penetapan pusat pelayanan yang dengan mempertimbangkan
mendukung kegiatan agroindustri mandiri kemudahan akses pelayanan pada
dan kegiatan perkotaan lainnya secara penduduk
RDTRK optimal
Peningkatan aksesibilitas dan transportasi Meningkatkan sistem pelayanan lalu
untuk menunjang optimalnya fungsi dan lintas dan angkutan jalan
keterkaitan antar pusat kegiatan dan Meningkatkan sistem pelayanan
perkeretaapian

III - 38
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Meningkatkan sistem pelayanan
angkutan sungai danau dan
sebagai penunjang kelancaran kegiatan
penyeberangan
agroindustri mandiri
Peningkatan pelayanan prasarana lainnya Meningkatkan pelayanan energi di
untuk mendorong kenyamanan dan Kota Subulussalam
kesejahteraan masyarakat dan untuk Mendorong pengembangan jaringan
menjaga kelestarian lingkungan hidup telekomunikasi di seluruh Kota
Subulussalam
Meningkatkan pelayanan jaringan
sumber daya air di Kota
Subulussalam
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan air minum di Kota
Subulussalam
Meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan air limbah di Kota
Subulussalam
Meningkatkan pengelolaan
persampahan di wilayah kota dengan
melibatkan mayarakat
Menata jaringan drainase yang
terpadu dan terkoneksi
Mengatur penempatan jalur pejalan
kaki yang fungsional dan tetap
memperhatikan keindahan
Mengembangkan jalur evakuasi
bencana
Pelestarian kawasan lindung untuk menjaga Menetapkan kawasan lindung sesuai
kelestarian lingkungan Kota Subulussalam dengan fungsinya dan ketentuan
dengan berbasiskan mitigasi bencana peraturan yang berlaku.
Mempertahankan kawasan berfungsi
lindung sesuai dengan kondisi
ekosistemnya;
Pengembangan kawasan budidaya dengan Menetapkan kegiatan-kegiatan utama
mempertimbangkan kelestarian lingkungan pada pusat-pusat pelayanan untuk
dan penegakkan syariat islam untuk kesejahteraan masyarakat
kepentingan kesejahteraan masyarakat
Mengembangkan kegiatan-kegiatan
untuk perwujudan pola ruang
berlandaskan mitigasi bencana dan
syariat Islam
Peningkatan investasi dan perekonomian di Mengembangkan kawasan strategis
kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai ekonomi
kawasan strategis
Peningkatan pengembangan kawasan Mengembangkan kawasan strategis
lindung sebagai kawasan strategis lingkungan
lingkungan

III - 39
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Peningkatan fungsi kawasan untuk Mengembangkan kegiatan budi daya
Pertahanan dan Keamanan Negara secara selektif di dalam dan disekitar
kawasan pertahanan dan keamanan
untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan
Turut serta memelihara dan menjaga
aset-aset Pertahanan/TNI

RP4D
3 Kota

Dokumen Kebijakan / Studi Permukiman dan Infrastruktur lainnya

1 Studi
Penataan
Hunian
Kota

Tabel 3.2
Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Perkotaan kota Subulussalam

III - 40
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN

Terwujudnya permukiman yang sehat dan berkualitas 1.Pembangunan perumahan layak huni yang sehat dan
dengan pelayanan infrastruktur perkotaan yang berkualitas dengan memanfaatkan ketersediaan lahan
optimal sebagai pendukung kegiatan agribisnis yang secara proporsional yang memperhatikan kelestarian
berkelanjutan menuju masyarakat maju, sejahtera lingkungan.
dan mampu berkompetisi

1. Mewujudkan kawasan permukiman yang layak dan 2.Pengendalian lingkungan permukiman perkotaan dalam
bebas kumuh bagi semua masyarakat mewujudkan permukiman yang sehat, aman, serasi,
produktif dan berkelanjutan.
2. Mewujudkan pelayanan infrastruktur permukiman 3.Pembangunan infrastruktur perkotaan yang mendukung
dan perkotaan yang berkualitas pemenuhan kebutuhan dasar dan berkualitas dalam
mendukung pengembangan ekonomi wilayah berbasis
agribisnis
4.Peningkatan pelayanan jaringan utilitas (air minum,
drainase, air limbah, persampahan) yang memadai
sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
5.Penyediaan sarana dan prasarana permukiman pada
pusat-pusat pelayanan.

III - 41
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB IV
GAMBARAN UMUM KOTA SUBULUSSALAM

4.1. Profil Kota Subulussalam


Kota Subulussalam adalah sebuah kota di Provinsi Aceh. Kota ini dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, pada tanggal 2 Januari 2007,
dimana kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil. Kota
Subulussalam memiliki 5 kecamatan yakni Kecamatan Simpang Kiri, Kecamatan
Penanggalan, Kecamatan Rundeng, dan Kecamatan Sultan Daulat serta Kecamatan
Longkib.
Motto Subulussalam adalah Sada Kata yang dapat diartikan penulis sebagai
Satu Kata. Bila kita generalisir, kemungkinan segala sesuatunya harus berdasarkan
kesepakatan bersama atau dengan kata lain mempunyai maksud agar masyarakat
Kota Subulussalam menanamkan rasa kebersamaan dan tekad kuat.
Kota Subulussalam adalah salah satu dari 5 (lima) kota yang terdapat di
Provinsi Aceh, letak disepanjang hamparan Bukit Barisan menjadikan Kota
Subulussalam sebagai kota yang mempunyai panorama alam yang sangat indah. Kota
Subulussalam mempunyai penduduk dari berbagai latar belakang etnis diantaranya
Etnis Singkil (boang), etnis Batak (Pakpak), etnis Aceh, Etnis Alas, Minang dan Jawa
menjadikan kota ini sebagai kota yang multi etnis.
Dalam komunikasi sehari-hari penduduk Kota Subulussalam menggunakan
bahasa daerah yaitu Bahasa Boang dan Bahasa Pakpak. Kota Subulussalam memiliki
luas Daerah lebih kurang 1.391 km² dan jumlah penduduk 65.000 jiwa.
Meskipun baru mempunyai umur yang masih cukup muda, Kota Subulussalam
mempunyai potensi-potensi alam yang cukup banyak yang belum sepenuhnya
dimanfaatkan. Potensi wisata misalnya dan sumber daya alam besar lainnya bisa
memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pendapatan daerah (PAD) bila
dikelola dengan sumber daya manusia yang memadai dan juga tidak terlepas dari
perhatian dan dukungan pemko untuk mencapai kesejahteraan rakyatnya.
IV - 1
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Komoditi unggulan Kota Subulussalam yaitu sektor pertanian dan jasa. Sektor
pertanian komoditi unggulannya adalah sub sektor tanaman perkebunan dengan
komoditi Kelapa sawit, kakao, dan Kopi.

4.2. Visi dan Misi Kota Subulussalam

Visi dari Kota Subulusssalam adalah :

“Terwujudnya Masyarakat Kota Subulussalam Yang Berkwalitas, Sejahtera, Aman,


Damai dan Bermartabat Tahun 2013”.

Sedangkan Misi kota Subulussalam, yaitu :


1. Mewujudkan pelaksanaan syariat Islam secara kaffah dalam berbagai aspek
kehidupan dan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik serta melestarikan
kebudayaan daerah tanpa mengesampingkan nilai kebangsaan dan sikap
nasionalis.
2. Mewujudkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat melalui peningkatan
Sumber Daya Manusia dan kesehatan masyarakat.
3. Mewujudkan peningkatan ekonomi serta keberlanjutan kegiatan perekonomian
masyarakat dan mejaga kedamaian, ketertiban dengan mengedepankan prinsip
musyawarah dan mufakat sada kata.

4.3. Kondisi Geografis dan Batas Administratif

Kota Subulussalam adalah sebuah pemerintah kota di Provinsi Aceh,


Indonesia. Kota ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007, pada
tanggal 2 Januari 2007. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil
yang terdiri dari 5 kecamatan. Secara geografis, Kota Subulussalam terletak pada
koordinat 97o45’ 58,703’’ E –2047’13,66’’ N dan 98o6’ 41,974’’ E – 2o36’ 30,958’’ N.

Kota Subulussalam dalam konstelasi regional berada di bagian perbatasan


antara provinsi NAD dengan provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:

IV - 2
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh
Tenggara dan Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak
Barat, Provinsi Sumatera Utara
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Singkohor dan Kecamatan
Suro, Kabupaten Aceh Singkil
• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon dan Kecamatan Trumon
Timur, Kabupaten Aceh Selatan

Kota Subulussalam memiliki luas wilayah 1.391 km2 (berdasarkan data dari BPS)
dengan luas kecamatan yang terbesar adalah Kecamatan Sultan Daulat (±43%),
sedangkan kecamatan dengan luasan terkecil adalah Kecamatan Simpang Kiri (±7%).

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Subulussalam

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) (%)


1 Penanggalan 9.300 6,68
2 Simpang Kiri 21.300 15,31
3 Rundeng 33.200 23,88
4 Longkip 15.100 10,85
5 Sultan Daulat 60.200 43,28
TOTAL 139.100 100
Sumber: BPS Kota Sabulussalam, 2009

4.4. Kondisi Fisik Dasar

4.4.1. Jenis Tanah


Beberapa jenis tanah yang membentuk struktur tanah di Kota Subulussalam
terdiri atas jenis tanah komplek PMK dan litosol, podsolik merah kuning (PMK),
organosol dan glei humus, komplek PMK, litosol dan latosol. Jenis tanah PMK
mendominasi pada wilayah utara dan timur Kota Subulussalam, sementara jenis
tanah Organosol dan Glei Humus mendominasi jenis tanah di wilayah selatan dan
barat Kota Subulussalam. Hanya sedikit saja sebaran jenis tanah PMK, Listosol dan
Latosol

IV - 3
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Tanah Kota Subulussalam
Kec. Sultan Kec. Simpang Kec. Rundeng Kec. Penanggalan Kec. Longkip
JENIS TANAH
Daulat (Ha) Kiri (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
Podsolik Merah Kuning
45.488,45 3.251,37 4.320,80 15.309,50 -
(PMK)
Komplek PMK dan Litosol 1.986,52 - - 592,84 -
Komplek PMK, Litosol dan
1.265,58 - - - -
Latosol
Organosol dan Gle Humus 14,46 5.637,91 17.128,69 5.208,38 18.633,60

Jumlah 48.755,01 8.889,29 21.449,49 21.110,72 18.633,60


Sumber: BPS Kota Sabulussalam, 2009

Adapun karakteristik jenis tanah di Kota Subulussalam adalah sebagai berikut :

- Podsolik Merah Kuning (PMK) memiliki karakteristik keadaan tekstur tanah liat,
porositas jelek dan mudah larut. Kandungan bahan organic pada jenis tanah ini
hanya sekitar 10 %, serta memiliki kandungna unsur hara yang rendah.
Permeabilitas tanah sedang hingga agak lambat, serta memiliki daya menahan air
yang kurang baik serta peka terhadap erosi.
- Organosol, tersusun dari bahan organik atau campuran bahan mineral dengan
bahan organik. Ketebalan minimum 40 cm dan paling sedikit mengandung 30 %
bahan organik atau lebih 20 % bila berpasir. Warna tanah gelap, pH rendah,
drainase terhambat sampai sangat terhambat. Bila hendak digunakan untuk
pertanian memerlukan drainase/irigasi.
- Latosol, merupakan tanah yang miskin akan zat hara terutama zat Pospat, Kalium
dan Nitrogen dan rendah kadar humusnya, bersifat butir, teduh dan mantap, tidak
ploistis (lembut) serta tahan terhadap erosi. Jenis tanah ini dapat diolah untuk
pertanian sepanjang tahun.
Sifat tanah yang mudah longsor menjadi salah satu kendala dalam pengembangan
Kota Subulussalam, begitu pula dengan sifatnya yang menghambat drainase

IV - 4
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 4.1 Peta Administratif Subulussalam

IV - 5
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

4.4.2. Geologi
Ditinjau dari struktur geologis, Kota Subulussalam memiliki struktur geologi
yang terdiri atas arrenite sandstone, boulder-sandstone, conglomerate, sandstone, tuff,
volcanic rock. Dari beragamnya struktur geologis tersebut, Kota Subulussalam
didominasi oleh struktur geologi conglomerate. Sedangkan struktur geologi yang
memiliki komposisi terkecil adalah tuff.
Struktur arrenite sandstone mendominasi di wilayah perbukitan di bagian timur
Kota Subulussalam beserta dengan struktur sandstone, yaitu di Kecamatan
Penanggalan. Struktur conglomerate yang mendominasi struktur geologi Kota
Subulussalam tersebar di seluruh kecamatan, dengan dominasi pada Kecamatan
Simpang Kiri. Komposisi tuff dan volcanic rock mendominasi di bagian utara pada areal
hutan yakni di Kecamatan Sultan Daulat. Sementara komposisi boulder-sandstone
mendominasi areal di samping sungai-sungai yang melintasi Kota Subulussalam,
terutama sungai Lae Kombih, Lae Soraya, Lae Belegen, dan Lae Batu-batu.
Tabel 4.3 Karakteristik Geologi Kota Subulussalam

Kec.
Kec. Kec. Kec.
KARAKTERISTIK Sultan Kec.
Simpang Kiri Rundeng Penanggalan
GEOLOGI Daulat Longkip (Ha)
(Ha) (Ha) (Ha)
(Ha)
Amenite
3.297,34 - - 8.064,67 -
Sandstone
Boulder
10.498,08 2.443,68 17.181,83 674,37 7.971,81
Sandstone
Conglomerate 13.750,60 6.321,27 4.267,66 2.743,33 10.661,79
Sandstone 4.219,37 124,34 - 7.553,10 -
Tuff 4.789,15 - - 2.075,24 -
Volcano Rock 12.200,49 - - - -
Jumlah 48.755,03 8.889,29 21.449,49 21.110,71 18.633,60
Sumber: BPS Kota Sabulussalam, 2009

4.4.3. Morfologi
Morfologi Kota Subulussalam secara umum bervariasi, baik morfologi berupa
perbukitan maupun morfologi bergelombang dan lahan datar. Morfologi Kota
Subulussalam berbukit di bagian timur dan kemudian semakin ke arah barat semakin
bergelombang dan mendatar. Bagian tertinggi Kota Subulussalam mencapai ketinggian

IV - 6
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
1.000 mdpl, sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 50 mdpl, sehingga
dengan adanya margin yang cukup tinggi antara ketinggian terendah dengan
ketinggian tertinggi ini, dapat dikatakan bahwa Kota Subulussalam memiliki kondisi
morfologi yang unik dimana baik dataran maupun pegunungan terdapat pada kota ini.
Berdasarkan hal tersebut, maka morfologi di wilayah Kota Subulussalam dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan terjal, satuan
morfologi perbukitan bergelombang, dan satuan morfologi pedataran.

1) Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, dicirikan oleh rangkaian


pegunungan yang tingginya antara 800 – 1.000 mdpl dan keterjalan lebih dari 40°.
Aliran sungai mempunyai pola dendritik – sub dendritik, sebagian trellis karena
mengikuti pola patahan, dengan lembah sungai yang sempit, biasanya berbentuk
V dan sebagian kecil cenderung U, menunjukkan tingkat erosi muda menuju
dewasa.

2) Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Landai, dicirikan oleh


perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 800 m dpl dan kemiringan lereng
antara 15º - 40º. Pola aliran sungai dendritik, dengan lembah berbentuk U dan
sebagian berbentuk V, menunjukkan tingkat erosi dewasa. Satuan ini umumnya
ditempati oleh batuan vulkanik dan sedimen.

3) Satuan Morfologi Pedataran merupakan daerah datar atau dengan


kemiringan lereng antara 0° hingga 15° dan pola aliran anyaman “braided stream”
yang umum terjadi di daerah muara sungai.

4.5. Kependudukan
Pertumbuhan penduduk di Kota Subulussalam tidak mengalami peningkatan
yang terlalu signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan jumlah penduduk
pada Tahun 2010, pertumbuhan penduduk didominasi oleh jenis kelamin pria dan
perbedaan jumlahnya tidak terlalu besar dengan jenis kelamin perempuan.
Pada Tahun 2010 jumlah penduduk di Kota Subulussalam sebesar 68.729 jiwa,
untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kota Subulussalam berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4.

IV - 7
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kota Subulussalam


Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010

No Kecamatan Jumlah Penduduk Prosentase


1 Simpang Kiri 27.042 39.42 %
2 Penanggalan 12.199 17,74 %
3 Rundeng 10.939 15,91 %
4 Sultan Daulat 13.727 19,97 %
5 Longkip 4.822 7,01 %
Jumlah Kota Subulussalam 68.729 100%

Sumber : BPS Provinsi Aceh, 2010.

4.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Permukiman

4.6.1. Kondisi Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Subulussalam sebagian besar berasal


dari pemakaian sumur dangkal. Berturut-turut, popularitas alternatif sumber air bersih
bagi kebutuhan masyarakat sehari-hari adalah berasal dari sungai, PAM, dan air hujan.

Sumur dan air sungai menjadi alternatif pemenuhan air bersih yang paling
populer karena relatif mudah didapat, selain karena cakupan pelayanan PDAM yang
masih rendah. Di Kota Subulussalam, kedalaman air sumur berkisar antara 3 – 16 m,
dengan kedalaman air 1 – 2 m, dengan kualitas yang bervariasi di setiap desa.
Sebagian desa, bekerja sama dengan Departemen Pekerjaan Umum, dalam program
PNPM Mandiri memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan sumur
bersama. Bantuan penyediaan ini meliputi penggalian sumur, penyediaan wadah
penampungan air, dan kran distribusi. Penyediaan air bersih ini berbeda-beda untuk
tiap daerah, ada yang dibangun secara individual hanya untuk dimanfaatkan 1 rumah,
adapula yang dibangun di area terbuka dan dipergunakan secara bersama-sama untuk
penduduk satu desa.
Air sungai menjadi alternatif berikutnya karena Kota Subulussalam dilewati oleh
beberapa sungai, yaitu Lae Kambih, Lae Sauraya, Lae Bersih, dan Lae Ikan.

IV - 8
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Masyarakat di sekitar sungai biasanya melakukan kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK)
di sungai yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka.
Secara umum, PDAM masih menjadi alternatif ketiga pemenuhan kebutuhan air
bersih di Kota Subulussalam. Hal ini dikarenakan pelayanan PDAM baru dapat
mencakup 16% dari jumlah rumah tangga yang terdata di Kota Subussalam. Jumlah
tersebut terdapat pada 5 desa di 2 kecamatan, yaitu Desa Penanggalan, Desa Cepu
(Kec. Penanggalan), Desa Subulussalam, Desa Subulussalam Selatan, dan Desa
Subulussalam Utara (Kec. Simpang Kiri). Konsentrasi dari pelayanan PDAM terdapat
di Desa Penanggalan, terutama di koridor Jalan Teuku Umar yang merupakan koridor
perdagangan dan koridor pemukiman perkotaan.
PDAM Kota Subulussalam ini memiliki kapasitas pelayanan sekitar 761 SR
(sambungan rumah) dengan sumber air dari Sungai Lae Sireprep, dan dengan
kapasitas intake 20 lps. Lokasi PDAM berada pada wilayah Kecamatan Penanggalan,
tepatnya berada di dekat jembatan Sungai Lae Kambih, di ruas jalan menuju
Kabupaten Aceh Singkil. Posisi dari lokasi PDAM ini berada pada ketinggian yang lebih
rendah dibandingkan dengan Kawasan Perkotaan Subulussalam yang menjadi wilayah
pelayanan utamanya, hal tentunya berimplikasi pada kebutuhan pemompaan pada
operasi distribusinya. Sebenarnya masih terdapat 1 intake lain yang berpotensi untuk
dijadikan sumber fasilitas air bersih, yaitu di Rundeng. Akan tetapi intake tersebut saat
ini tidak beroperasi.
Di luar data yang telah dijelaskan di atas, sebagian kecil penduduk di
Kecamatan Simpang Kiri dan Kecamatan Penanggalan menggunakan mata air
sebagai sumber air bersihnya. Penduduk di daerah Kp. Kuta Cepu, Simpang Kiri,
karena letaknya di daerah perbukitan, menyebabkan dekat dengan sumber mata air.
Oleh karena itu penyediaan air bersih penduduk setempat berasal dari mata air
terdekat secara gravitasi melalui pipa-pipa atau selang yang dibangun mandiri oleh
setiap penduduk. Sementara di Kecamatan Penanggalan, yang menggunakan mata air
sebagai sumber air bersih adalah Kampong Lae Ikan. Mata air tersebut berasal dari
pegunungan setempat yang langsung disalurkan melalui pipa dan bak penampungan.
Pada mulanya penyaluran air bersih menuju rumah penduduk menggunakan pipa
PVC, tetapi karena pipa tersebut seringkali mengalami kebocoran akhirnya penduduk

IV - 9
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
mengambil air bersih dari bak penampungan dengan menggunakan wadah/ember. Air
bersih yang berasal dari mata air tersebut tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu
dan langsung digunakan oleh penduduk setempat untuk kegiatan rumah tangga.
Kualitas air bersih tersebut cukup baik, juga kuantitas, dan kontinuitasnya dapat
mencukupi kebutuhan penduduk setempat.

4.6.2. Kondisi Persampahan


Jenis sampah yang dihasilkan di Kota Subulussalam paling banyak merupakan
jenis sampah rumah tangga (domestik) sehingga komposisi mayoritasnya berupa
sampah organik. Saat ini pelayanan hanya baru sekitar daerah pusat kota dengan
kurang lebih 25% pelayanan. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya sarana dan
prasarana persampahan, terutama truk pengangkut sampah ke TPA, dan timbulan
sampah di luar pusat kota tidak begitu besar jumlahnya.
Pengelolaan persampahan di Kota Subulussalam, saat ini ditangani oleh Dinas
Kebersihan dan Dinas Pertamanan. Retribusi sampah menggunakan peraturan dari
walikota dengan retribusi yang berbeda bagi tiap jenis kegiatan dan rumah tangga.
Untuk daerah pusat kota, di Kecamatan Simpang Kiri, telah dikembangkan sistem
pengelolaan persampahan dengan cara langsung, yaitu sampah dari setiap rumah
diangkut dan dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak di
daerah Kuta Cepu. Pengumpulan sampah untuk daerah yang tidak terjangkau dengan
truk pengangkut dilakukan dengan pengumpulan di TPS (Tempat Pembuangan
Sementara) yang tersebar di beberapa wilayah di pusat kota dan permukiman.
Pengangkutan meliputi sampah yang terletak di sepanjang jalan arteri primer
sampai kolektor sekunder. Periode pengangkutan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu,
yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Dalam 1 hari pengangkutan dilakukan 2 ritasi
menuju TPA. Estimasi timbulan sampah per hari adalah sekitar 21 m², dengan lokasi
pengambilan di jalan-jalan berikut: Jl. T. Umar, Jl. Lingkar Pelawis, Jl. Perdagangan, Jl.
H. Fansuri, Terminal Keliling, Jl. Adam Kamil, Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Malikul Saleh,
Pajak Ikan, Pajak Ayam, Gang Pardosi, Jl. Pertemuan, Jl. Pajak Lama, Jl. Syeh Abdu
Rauf.
Pengelolaan persampahan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Subulussalam juga meliputi penyediaan sarana dan prasarana persampahan seperti

IV - 10
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
bin (wadah sampah), arm roll truck, dump truck, TPS, dan TPA. Penyediaan bin
meliputi berbagai ukuran dan bentuk. Keberadaan bin tersebar di sepanjang jalan arteri
primer sampai ke kolektor sekunder. Untuk tiap bangunan, ukuran dan bentuk bin
bervariasi. Rata-rata volume bin dapat menampung sampah sekitar 40 liter. Alat
transportasi pengangkutan menggunakan arm roll truck dan dump truck masing-
masing 1 unit. Saat ini terdapat kegiatan pemilahan secara informal yang dilakukan
oleh para pemulung di TPS-TPS untuk jenis-jenis sampah tertentu seperti sampah
kertas, plastik, dan logam. Kegiatan ini masih bersifat individual dan belum terorganisir
dengan baik.
TPA yang dimiliki oleh Kota Subulussalam masih merupakan TPA sementara
dengan luas 3 Ha di Cepu, berjarak sekitar 10 km dari pusat kota, dan beroperasi
dengan sistem open dumping. Telah direncanakan bahwa TPA ini akan dipindahkan ke
TPA yang baru dengan luas sekitar 7 Ha.

4.6.3. Kondisi Drainase


Pengelolaan Drainase di Kota Subulussalam ditangani oleh Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) Sub Dinas Cipta Karya. Sistem drainase di Kota Subulussalam secara
umum dibagi dalam tiga sistem :

 Sistem drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk
menampung dan mengendalikan air hujan.

 Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun
terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya
sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam pasar).

 Sistem drainase saluran tanah (alami). Sistem ini sudah lama ada dan sangat
bermanfaat bagi drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang
ada dapat menampung beban curah hujan yang cukup tinggi.

Kota Subulussalam sering mengalami banjir jika terjadi hujan. Kondisi tersebut
diakibatkan oleh belum tersedianya jaringan drainase yang memadai. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dinas PU Kota Subulussalam, hampir seluruh jalan di Kota
Subulussalam belum tersedia jaringan drainase. Jaringan drainase masih terputus-
IV - 11
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
putus dan terpusat di jalan arteri dan sebagian kolektor. Saluran drainase terbangun
hanya terdapat di pusat kota saja (jalan arteri primer dan sekunder), khususnya di
wilayah Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan. Berikut secara rinci kondisi
drainase Kota Subulussalam :

 Saluran drainase Kecamatan Simpang Kiri hanya mencakup wilayah jalan arteri
primer saja seperti Jalan Teuku Umar. Sedangkan jalan kolektor primer maupun
sekunder saluran drainase terputus-putus dan tidak merata di kanan-kiri sisi
jalan.

 Terdapat jalan-jalan tertentu yang hanya memiliki saluran drainase di salah satu
sisi jalan saja, contohnya seperti di Jalan Nyak Adan Kamil. Saluran drainase
yang terpasang merupakan saluran drainase alami dan buatan.

 Terdapat saluran drainase yang cukup baik, terletak di dekat Lae Kombih.
Saluran ini merupakan saluran akhir yang membuang air menuju Lae Kombih.
Namun sayangnya saluran ini tidak menerus, hanya sekitar 20 m dan hanya
berada di salah satu sisi jalan saja. Saluran tersebut terbuat dari pasangan buis
beton dengan lebar sekitar 50 cm dan memiliki tinggi sekitar 80 cm dengan
bentuk trapezoidal.

 Beberapa lokasi pada wilayah Kota Subulussalam rawan banjir, terutama


Kecamatan Rundeng, Longkip, dan Sultan Daulat. Kerawanan banjir disebabkan
oleh debit sungai yang terlalu besar pada musim penghujan melebihi daya
tampung sungai sehingga air melimpah dari meander-meander (tikungan) sungai
besar. Kondisi ini diperburuk oleh keberadaan permukiman penduduk di bantaran
sungai oleh karena memang dahulunya transportasi yang paling dominan adalah
transportasi sungai, sehingga terbentuk perkampungan di sepanjang sungai,
terutama di Rundeng. Maka untuk menjaga keberlanjutan pembangunan dalam
pengembangan wilayah di masa mendatang, penetapan sempadan sungai
sengat penting, disamping penetapan sempadan mata air dan hutan lindung
pada perbukitan di kawasan timur wilayah Subulussalam.

IV - 12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
4.6.4. Kondisi Permukiman
Kondisi dan pola permukiman dan perumahan pada suatu kawasan
dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan atau taraf sosial ekonomi masyarakat, jumlah
penduduk serta ketersediaan lahan untuk kebutuhan perumahan itu sendiri. Pada
wilayah perencanaan terutama pada bagian luar pusat kota, perumahan pada
umumnya bersifat semi permanen dan non permanen dengan konstruksi dari papan.
Kemudian bila diasumsikan setiap keluarga yang terdiri atas lima jiwa
membutuhkan satu buah rumah, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pelayanan
perumahan di Kota Subulussalam pada Tahun 2007 relatif memadai dari segi
kuantitas, tetapi masih kurang memadai dari segi kualitas.
Dari segi pola penyebarannya, kawasan permukiman Kota Subulussalam
cenderung terkonsentrasi pada ibukota kecamatan dengan pola keruangan linear pada
koridor jalan utama dan sungai besar. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.5
Jumlah Bangunan Rumah
Berdasarkan Kualitas Bangunan
Kualitas Bangunan
No. Kecamatan Jumlah
Permanen Semi Permanen Non Permanen
1. Penanggalan 98 1.145 311 1.554
2. Simpang Kiri 894 1.384 1.719 3.997
3. Rundeng 22 0 2.108 2.130
4. Longkip 7 0 608 615
5. Sultan Daud
Total 1.021 2.529 4.746 8.296
Sumber: Draft RTRW Kota Subulussalam, 2007

4.6.5. Kondisi Jalan


Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada
dalam pengaruh pelayanannya.

IV - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Kondisi jalan negara yang melintasi Kota Subulussalam, dengan total panjang
jalan 23,2 mengalami kerusakan ringan sepanjang 10,0 km (43,1 %) dan sisanya (56,9
%) dalam kondisi baik. Untuk kondisi jalan provinsi sepanjang 4,60 km di Kota
Subulussalam secara umum dalam kondisi rusak ringan dan memerlukan perawatan.
Sedangkan untuk kondisi jalan kota sepanjang 212,39 km yang terbagi pada 4 (empat)
kecamatan dengan penomoran ruas dari nomor 110 s/d 988 ini masih memerlukan
penanggan yang serius.

4.6.6. Kondisi Sanitasi Lingkungan

Saat ini pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem setempat/on-
site, baik secara individu maupun komunal. Limbah yang dikelola hanya limbah yang
berasal dari WC (black water), yaitu untuk rumah menengah ke atas dengan
menggunakan tangki septik, sedangkan untuk yang menengah ke bawah masih
menggunakan cubluk, sedangkan penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi
masih membuang langsung ke badan air/drainase.

Secara umum penyaluran dan pengolahan air limbah Kota Subulussalam


belum memiliki jalur penyaluran maupun instalasi pengolahan baik secara terpusat
maupun komunal. Penyaluran air limbah di Kota Subulussalam terbagi menjadi 2, ada
yang memiliki jalur penyaluran dan ada yang dibuang langsung ke badan air penerima
(sungai). Untuk yang memiliki jalur penyaluran, sebagian besar di pusat kota,
menggunakan sarana WC dan MCK, jenisnya ada yang berbasis individu dan komunal
(bersama). Dari WC dan MCK, jalur pembuangan air limbah terbagi menjadi dua.
Untuk limbah tinja (black water) ditampung ke dalam tangki septik sedangkan untuk
limbah cuci dan mandi (grey water) ada yang dibuang ke drainase jalan dahulu
(individu) lalu ke sungai, atau langsung menuju sungai (komunal). Ada pula yang tidak
memiliki jalur penyaluran air limbah, biasanya melakukan kegiatan MCK di sungai
sehingga penyaluran air limbah langsung dibuang di sungai. Kondisi ini ditemukan di
daerah permukiman sekitar bantaran sungai. Sampai saat ini Kota Subulussalam
belum memiliki IPLT dan belum pernah dilakukan penyedotan pada tangki septik.
Pembangunan sarana dan prasarana air limbah seperti WC dan MCK, selain
dilakukan individual (pribadi penduduk) adapula atas program pemerintah (Bidang

IV - 14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Kota Subulussalam) bekerja sama dengan P2KP
(Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) hampir di seluruh desa yang ada
di Kota Subulussalam. Pembangunan sarana dan prasarana meliputi pembangunan
MCK umum dan WC bersama.
Menurut data dari Dinas PU Kota Subulussalam, masih ada daerah-daerah
yang belum dilengkapi MCK, di antaranya Desa Subulussalam Selatan, Makmur Jaya,
Lea Oram, Mukti Makmur, Subulussalam Barat, Penanggalan, Lae Motong, Binanga,
Oboh, Kuta Beringin, Siperkas, Sibungke, Sibuasan, Dah, Lae Mate, Sepadan, Lea
Pemualan, Belukur Makmur, Teladan Baru, Harapan Baru, Kampung Badar, Mandilam,
Tanah Tumbuh, Suak Jampak, Jambi Baru, Pulau Kedap, Cipari-pari Timur, Lae
Langge, Gunung Bakti, Suka Maju, Pulau Belen, Jabi-Jabi, Sigrun, Lae Si Molap,
Longkip, Sepang, Lea Saga, Sikerabang, Rantau Panjang, Bukit Alim, Darussalam,
Darul Aman, dan Bangun Sari.

4.6.7. Kondisi Jaringan Kelistrikan


Jaringan listrik telah tersedia di Kota Subulussalam. Sumber energi yang
digunakan untuk berbagai macam keperluan ini mengaliri seluruh kecamatan. Tabel di
bawah yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan data desa di Kota
Subulussalam yang dialiri listrik pada tahun 2008. Data selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Banyaknya Desa Yang Telah Mendapatkan
Aliran Listrik PLN Tahun 2009
Jumlah Desa Yang Telah
Mendapatkan Aliran Listrik
Jumlah
No Kecamatan PLN
Desa

1 Simpang Kiri 14 14
2 Penanggalan 11 11
3 Rundeng 23 23
4 Sultan Daulat 17 17
5 Longkip 9 9
Jumlah 74 74
Sumber: Subulussalam Dalam Angka, 2009

IV - 15
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Diketahui bahwa seluruh desa di Kota Subulussalam telah mendapatkan aliran
listrik. Total 74 desa yang terdapat di Kecamatan Simpang Kiri, Penanggalan,
Rundeng, Sultan Daulat dan Longkip telah dilayani oleh PLN. Dalam kata lain rasio
elektrifikasi Kota Subulussalam sebesar 100%. Hal ini merupakan prestasi yang patut
mendapatkan apresiasi. Tersedianya pasokan listrik mendukung aktivitas warga, baik
aktivitas ekonomi maupun sosial, yang pada akhirnya membantu pencapaian visi kota
untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
Pada Tahun 2008, pelanggan PLN Cabang Subulussalam adalah sejumlah 11.093
pelanggan dimana karakteristik pelanggannya adalah sebagai berikut:

 Sosial : 310 pelanggan


 Rumah Tangga : 10.252 pelanggan
 Bisnis : 310 pelanggan
 Industri : 1 pelanggan
 Pemerintah : 61 pelanggan

Berdasarkan karakteristik pelanggan tersebut jumlah pelanggan terbanyak yang


berada di Kota Subulussalam adalah golongan Rumah Tangga (sekitar 92,41% dari
total jumlah pelanggan). Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa dominasi kegiatan
yang membutuhkan listrik PLN adalah kegiatan domestik. Sebaliknya kegiatan industri
dan perdagangan/jasa tidak memiliki permintaan yang cukup signifikan terhadap
supplai energi listrik dari PLN. Hal ini dikarenakan masing-masing perusahaan industri
yang ada di Kota Subulussalam telah memiliki sumber listrik sendiri seperti gen-set.

4.7. Ekonomi Wilayah

A. Perdagangan
Sarana perekonomian di Kota Subulussalam antara lain berupa pasar,
pertokoan, bank maupun koperasi. Masing-masing memiliki waktu operasi yang
berlainan. Pasar tradisional memiliki waktu operasi mingguan, sedangkan waktu
operasi pertokoan, bank dan koperasi adalah harian.

IV - 16
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Konsentrasi fasilitas perekonomian seperti pertokoan dan perbankan terutama
terpusat di pusat kota, yaitu Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan. Di
sepanjang jalan-jalan utama kota dapat ditemui banyak sarana perdagangan,
salah satunya adalah pasar.

Kota Subulussalam memiliki 5 buah pasar tradisional. Pasar ada di empat


kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Kiri, Rundeng, Longkip dan Sultan Daulat.
Menurut persebarannya, Kecamatan Sultan Daulat adalah kecamatan dengan
jumlah pasar terbanyak, yaitu 2 buah. Tiga kecamatan lainnya sama-sama
memiliki 1 buah pasar. Tabel berikut ini menerangkan jumlah pasar di Kota
Subulussalam.
Tabel 4.7
Banyaknya Pasar Tradisional Kota Subulussalam Tahun 2010
Juumlah
Luas (M2) Jumlah
No Kecamatan Nama Pasar Bangunan (unit)
Pedagang
Lahan Bangunan Kios Los
1 Simpang Kiri Sabulussalam 40.000 1.920 40 4 475
2 Rundeng Rundeng 22.500 1.824 38 4 420
3 Longkip Longkip 20.000 432 18 2 380
4 Sultan Daud - Gelombang 15.000 1.680 35 4 460
- Jambi Baru 25.000 720 20 3 375
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, 2010

Fasilitas pertokoan dibedakan menjadi toko untuk skala layanan regional (grosir)
dan toko untuk skala layanan lokal (eceran). Toko layanan regional umumnya
menjual barang-barang dalam stok besar, sebagian besar merupakan hasil
bongkar/muat dari pelabuhan. Toko-toko semacam ini umumnya juga dilengkapi
oleh gudang yang cukup besar, untuk menampung stok barang. Sebagian besar
terletak di sepanjang jalan utama dalam kota.

Fasilitas perbankan, terutama terdapat di daerah Simpang Kiri dan Penanggalan.


Beberapa bank, baik milik pemerintah maupun swasta telah beroperasi melayani
masyarakat Kota Subulussalam pada khususnya dan masyarakat Kabupaten
Aceh Singkil pada umumnya. Bank-bank yang teridentifikasi telah memiliki
perwakilan di Kota Subulussalam antara lain adalah Bank BRI, Bank BNI 46 dan
Bank Mandiri.

B. Struktur Ekonomi
IV - 17
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Selama kurun waktu Tahun 2004 hingga 2008 peranan sektor pertanian terhadap
pembentukan PDRB Kota Subulussalam mengalami sedikit penurunan.
Subulussalam yang baru terbentuk ada akhir Tahun 2006 masih memiliki pola
struktur perekonomian yang dikuasi sektor pertanian. Pada Tahun 2007
sumbangan sektor pertanian mencapai 48,25 %. Dengan semakin mulai
berkembangnya Kota Subulussalam pada Tahun 2008 sumbangan sektor
pertanian terhadap pembentukan nilai tambah sedikit berkurang yang hanya
mencapai 45,93 %. Sumbangan sub sektor kehutanan masih cukup besar yaitu
26,34 persen terhadap struktur perekonomian.
Pada Tahun 2008 sektor Pertanian memberikan kontribusi sebesar 45,93 %. Dari
sektor Pertanian tersebut, terdapat subsektor yang paling besar kontribusinya
yaitu subsektor Kehutanan. Pada Tahun 2008 Subsektor Kehutanan memberikan
kontribusi sebesar 26,34 %. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua
terhadap perekonomian Kota Subulussalam adalah perdagangan, hotel dan
restoran. Pola perkembangan sektor ini juga menunjukkan kecenderungan yang
meningkat. Pada Tahun 2004 kontribusi yang diberikan oleh sektor ini 22,25 %,
meningkat pada Tahun 2008 menjadi 24,23 %. Hampir seluruh kontribusi dari
sektor ini berasal dari subsektor perdagangan yakni mencapai 23,50 % terhadap
PDRB Tahun 2008. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8
Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kota Subulussalam
NO Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 53,99 54,19 50,18 48,25 45,93
2. Pertambangan dan Penggalian 1,07 1,05 1,08 1,08 1,08
3. Industri Pengolahan 1,11 1,12 1,10 1,09 1,08
4. Listrik dan Air Minum 0,27 0,25 0,25 0,25 0,25
5. Bangunan 12,66 15,33 14,84 16,06 17,56
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,25 22,89 23,41 23,78 24,23
7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,15 4,30 4,47 4,64 4,85
Keuangan, Persewaan dan Jasa
8. 0,85 0,87 0,88 0,89 0,84
Perusahaan
9. Jasa-Jasa 3,65 3,73 3,79 3,96 4,18
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Kab. Aceh Singkil dan BAPPEDA Kota Subulussam,2009

C. Pendapatan Perkapita

IV - 18
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pada tahun 2008 berdasarkan harga berlaku, PDRB per-kapita Kota
Subulussalam mencapai 4,40 juta rupiah. Angka ini mengalami kenaikan yang
cukup baik yakni mencapai 2,94 persen dibanding Tahun 2007 yang hanya
sebesar 4,27 juta rupiah. Sedangkan pendapatan regional per-kapita tahun 2008
mencapai 4,17 juta rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 3,04% dari Tahun
2007 yang sebesar 4,05 juta rupiah. Pendapatan regional per-kapita Kota
Subulussalam tahun 2008 berdasrakan harga konstan 2000 tercatat sebesar
3,50 juta rupiah. Nilai ini mengalami penurunan 0,59% dibanding tahun 2007
yang sebesar 3,52 juta rupiah. Dari pertumbuhan PDRB perkapita, terlihat bahwa
adanya perbaikan pendapatan walau masih mengalami pertumbuhan negatif.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.9
PDRB Per-kapita dan Pendapatan Regional Per-kapita
Kota Subulussalam Tahun 2008
PDRB Per Kapita Pendapatan Regional Per Kapita
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
Nilai (Rupiah) Nilai (Rupiah)
(%) (%)
ADHB
2004 4.164.947,94 - 3.942.483,54 -
2005 4.170.082,25 0,12 3.947.706,02 0,13
2006 4.207.584,79 0,90 3.986.422,38 0,98
2007 4.275.049,47 1,60 4.050.670,67 1,61
2008 4.400.793,26 2,94 4.173.889,46 3,04
ADHK
2004 3.893.194,32 - 3.683.589,22 -
2005 3.834.194,41 -1,52 3.628.572,71 -1,49
2006 3.786.449,55 -1,25 3.583.414,41 -1,24
2007 3.724.240,56 -1,64 3.542.424,61 -1,65
2008 3.702.168,02 -0,56 3.503.536,32 -0,59
Sumber : BPS Kab. Aceh Singkil dan BAPPEDA Kota Subulussam, 2009

IV - 19
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 4,2, Arah Pengembangan Pembangunan Kota Subulussalam

IV - 20
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 4.3. Indikasi Arah Pengembangan

IV - 21
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB V
IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
DI KOTA SUBULUSSALAM

Bagian ini memuat pemetaan potensi, masalah, tantangan, hambatan, serta isu
strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kota Subulussalam
sebagai bagian dari lingkup kegiatan Identifikasi potensi dan permasalahan. Bagian ini
terdiri atas 4 (empat) kajian yaitu Kajian Kebijakan, Strategi, dan Program
Pembangunan Kota, Perumusan Indikasi Arah Pengembangan Kota, serta
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan, Kajian Isu-isu
Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan, Kajian Potensi, Permasalahan,
dan Tantangan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perkotaan di kota
Subulussalam.

5.1. Kajian Kebijakan dan Strategi Pembangunan


Kegiatan kajian kebijakan dan strategi pembangunan dilaksanakan untuk
mengelaborasi dan mensintesis kebijakan, strategi, dan program pembangunan
daerah yang terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dan dokumen
penataan ruang. Dalam pelaksanaan kajian ini dilakukan rekapitulasi intisari kebijakan
dan strategi yang tertuang dalam tiap dokumen kebijakan dengan metode analisis isi
(content analysis) untuk kemudian dilakukan sintesis kebijakan dan strategi yang
tertuang dalam tiap dokumen kebijakan serta melakukan pemetaan spasial kebijakan
dan strategi dari tiap dokumen kebijakan. Adapun dokumen kebijakan yang menjadi
bahan kajian adalah dokumen RPJM dan RTRW Kota Subulussalam.
Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kota dalam dokumen
kebijakan dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: (1) kebijakan perencanaan
pembangunan, (2) kebijakan penataan ruang, dan (3) kebijakan sektoral untuk
selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi pembangunan
terkait pengembangan permukiman yang ada di kota Subulussalam.

V-1
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Adapun hasil kajian ini berupa tabel rekap kebijakan dan strategi dari tiap
dokumen kebijakan yang tertuang dalam tabel 5.1. Hasil lainnya adalah peta arahan
kebijakan dan strategi dari tiap dokumen kebijakan, yang memuat alokasi ruang dari
kebijakan dan strategi tersebut sebagaimana tertuang dalam gambar 5.1 dilengkapi
dengan kajian sinkronisasi kebijakan dan strategi yang tertuang dalam tabel 5.2.

Tabel 5.1.
Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Sumber Muatan
No
Dokumen Kebijakan Strategi Program
Dokumen Perencanaan Pembangunan

1 RPJPD
2 RPJMD Visi; ”Terwujudnya Masyarakat Strategi terkait;
Kota Subulussalam Yang
Berkualitas, Sejahtera, Aman,
Damai Dan Bermartabat Tahun
2013
Misi
Melaksanakan syari’at islam Mengembangkan Sumber air
secara kaffah dalam berbagai baku untuk penyediaan air
aspek kehidupan, tanpa bersih
mengenyampingkan nilai
kebangsaan dan sikap
nasionalis.
Peningkatan Sumber Daya Terwujudnya pengelolaan
Manusia:. limbah yang efektif dan bernilai
ekonomi, melalui strategi
mereduksi dan meningkatkan
pemanfaatan kembali limbah
padat (sampah).
Pemberdayaan ekonomi Membentuk struktur ruang kota,
Meningkatkan kualitas Mengendalikan pemanfaatan
pelayanan dan pemerataan ruang
kesehatan, serta membangun
infrastruktur kesehatan sampai
kepedesaan.

V-2
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Mewujudkan iklim kehidupan
masyarakat yang damai dan
tertib dengan mengedepankan
prinsip musyawarah untuk
mufakat sesuai dengan adat
istiadat setempat dalam rangka
menciptakan kelanggengan
proses pembangunan yang akan
atau yang dilaksanakan.
Mengembangkan dan membina
kebudayaan daerah dalam
rangka eksistensi dan
kelestarian warisan budaya
leluhur daerah.
Memelihara dan meningkatkan
objek wisata yang sudah ada
melalui kemasan yang inovatif
dan produktif serta bernafaskan
islami.
3 RPiJMD
Renstra
4 SKPD
5 APBD
RTRW
1 Propinsi

Pembentukan struktur ruang Menetapkan pusat-pusat


yang mantap melalui penetapan pelayanan dengan
pusat pelayanan yang mempertimbangkan
RTRW
2 mendukung kegiatan kemudahan akses pelayanan
Kota
agroindustri mandiri dan pada penduduk.
kegiatan perkotaan lainnya
secara optimal
Peningkatan aksesibilitas dan Meningkatkan sistem
transportasi untuk menunjang pelayanan lalu lintas dan
optimalnya fungsi dan angkutan jalan; perkereta
keterkaitan antar pusat kegiatan apian; angkutan sungai dan
dan sebagai penunjang penyeberangan
kelancaran kegiatan agroindustri
mandiri;

V-3
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Peningkatan pelayanan Meningkatkan pelayanan energi
prasarana lainnya untuk di Kota Subulussalam;
mendorong kenyamanan dan Mendorong pengembangan
kesejahteraan masyarakat dan jaringan telekomunikasi di
untuk menjaga kelestarian seluruh Kota Subulussalam;
lingkungan hidup Meningkatkan pelayanan
jaringan sumber daya air di
Kota Subulussalam;
Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air minum
di Kota Subulussalam;
Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air limbah
di Kota Subulussalam;
Meningkatkan pengelolaan
persampahan di wilayah kota
dengan melibatkan masyarakat;
Menata jaringan drainase yang
terpadu dan terkoneksi;
Mengatur penempatan jalur
pejalan kaki yang fungsional
dan tetap memperhatikan
keindahan; Mengembangkan
jalur evakuasi bencana.
Pelestarian kawasan lindung Menetapkan kawasan lindung
untuk menjaga kelestarian sesuai dengan fungsinya dan
lingkungan Kota Subulussalam ketentuan peraturan yang
dengan berbasiskan mitigasi berlaku; Mempertahankan
bencana; kawasan berfungsi lindung
sesuai dengan kondisi
ekosistemnya
Pengembangan kawasan Menetapkan kegiatan-kegiatan
budidaya dengan utama pada pusat-pusat
mempertimbangkan kelestarian pelayanan untuk kesejahteraan
lingkungan dan penegakkan masyarakat; Mengembangkan
syari’at Islam untuk kepentingan kegiatan-kegiatan untuk
kesejahteraan masyarakat; perwujudan pola ruang
berlandaskan mitigasi bencana
dan syari’at Islam.
Peningkatan investasi dan Mengembangkan kawasan
perekonomian di kawasan- strategis ekonomi.
kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan strategis;
Peningkatan pengembangan Mengembangkan kawasan
kawasan lindung sebagai strategis lingkungan.
kawasan strategis lingkungan;

V-4
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Peningkatan fungsi kawasan Mengembangkan kegiatan budi
untuk Pertahanan dan daya secara selektif di dalam
Keamanan Negara. dan di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan
untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan;
Turut serta memelihara dan
menjaga aset-aset
Pertahanan/TNI.
Tujuan penataan ruang;
MEWUJUDKAN KOTA 1.Meningkatkan pelayanan
SUBULUSSALAM SEBAGAI energi di Kota Subulussalam;
KOTA PUSAT AGROINDUSTRI
MANDIRI YANG SEJAHTERA,
ISLAMI DAN RAMAH
LINGKUNGAN.
2.Mendorong pengembangan
jaringan telekomunikasi di
seluruh Kota Subulussalam;
3.Meningkatkan pelayanan
jaringan sumber daya air di
Kota Subulussalam;
4.Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air minum
di Kota Subulussalam;
5.Meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan air limbah
di Kota Subulussalam;
6.Meningkatkan pengelolaan
persampahan di wilayah kota
dengan melibatkan masyarakat;
7.Menata jaringan drainase
yang terpadu dan terkoneksi;
8.Mengatur penempatan jalur
pejalan kaki yang fungsional
dan tetap memperhatikan
keindahan;
9.Mengembangkan jalur
evakuasi bencana.

3 RP4D Kota

Dokumen Kebijakan / Studi Permukiman dan Infrastruktur lainnya

1 Studi
Penataan
Hunian
Kota

V-5
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 5.1.
Peta kebijakan dan strategi pembangunan kota Subulussalam

V-6
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Tabel 5.2.
Sinkronisasi arah kebijakan kota Subulussalam

Poin RSSani RP
yang RPJP RPJMD RTRW RP4D tasi Samp
No diamati Kota Kota Kota Kota Kota ah

1 VISI
2 MISI
KEBIJAKA
3 N
4 STRATEGI
5 RENCANA

ADA
ADA dan terkait dengan kebijakan lainnya

5.2. Indikasi Arah Pengembangan Kota serta Pembangunan Permukiman dan


Infrastruktur Permukiman Perkotaan
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi hasil sintesa kebijakan terkait
arah pengembangan kota Subulussalam yang berimplikasi terhadap pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang berkembang di dalamnya.
Hasil kegiatan ini adalah tabel arah pengembangan kota, serta pembangunan
permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (tabel 5.3). Hasil lainnya adalah
peta arah pengembangan kota, serta pembangunan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan (gambar 5.2). dan peta indikasi arah pembangunan
permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (gambar 5.3)

V-7
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Tabel 5.3
Arah pengembangan kota, serta pembangunan permukiman
dan infrastruktur permukiman perkotaan

Dokum VISI Arah Implikasi


en Pengembangan terhadap
Kota Pengembangan
Permukiman

RPJMD Visi; ”Terwujudnya Pengembangan dan pemerataan Kebutuhan akan


Masyarakat Kota ekonomi berbasis agrobisnis pengembangan dan
Subulussalam Yang pemerataan permukiman dan
Berkualitas, infrastruktur pendukungnya
Sejahtera, Aman, sebagai penunjang kegiatan
Damai Dan ekonomi
Bermartabat Tahun
2013

Peningkatan kualitas SDM Jaringan infrastruktur kota


ditingkatkan baik kualitas dan
kuantitasnya pada kawasan
yang direncakan sebagai pusat
kegiatan sehingga tingkat
kesejahteraannya masyarakat
meningkat.
Pengembangan infrastruktur untuk
mendorong pengembangan kawasan
pusat-pusat produksi dan distribusi .

 Peningkatan kualitas SDM


 Terbangunnya jaringan jalan
menjadi 444 km
 Terbangunnya jembatan menjadi
15 unit
 Terpeliharanya jaringan irigasi di 5
kecamatan.

V-8
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
 Normalisasi sungai untuk
mengurangi banjir
 Terbangunnya saluran drainase
 Terbangunnya saluran drainase
dan gorong-gorong
 Tersedianya jaringan dan sarana
air bersih
 Terbangunnya jaringan air bersih
bagi kawasan perumahan di 5
kecamatan
 Tersedianya sumber air bagi
masyarakat dengan uji kualitas air
 Tersedianya masterpalan hutan
kota
 Tertanamnya tanaman penghijauan
untuk kota
 Tertatanya Ruang terbuka hijau di
Kota Subulussalam
 Terpeliharanya ruang terbuka hijau
 Tersedianya tong sampah sampai
dengan 257 unit

RTRW Tujuan Penatan Pusat pelayanan kota diarahkan ke Pengembangan permukiman


Ruang : Kawasan Pusat Kota Simpang Kiri dan perkotaan di arahkan pada
Penanggalan. pusat-pusat pelayanan,
“MEWUJUDKAN
pengembangan infrastruktur
KOTA perkotaan perlu ditingkatkan
SUBULUSSALAM pada kawasan permukiman
SEBAGAI KOTA tersebut
PUSAT
AGROINDUSTRI
MANDIRI YANG
SEJAHTERA, ISLAMI
DAN RAMAH
LINGKUNGAN”

Sub pusat pelayanan kota (tingkat


Kecamatan) diarahkan ke Kawasan
Jambi Baru-Kutagara, Pasar Rundeng
& KTM Longkip

V-9
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

V - 10
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 5.2 :
Arah pengembangan kota, serta pembangunan PIP

DALAM A3

V - 10
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 5.3 :
Indikasi arah pembangunan PIP

V - 11
PT. MITRAPLAN KONS
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

5.3. Kajian Isu-isu Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan


Kegiatan kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan adalah kegiatan
untuk merumuskan isu pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
berdasarkan kondisi eksisting dan kebijakan yang berlaku.
Kajian ini menggunakan metode rekapitulasi isu-isu pembangunan permukiman
dan infrastruktur permukiman perkotaan kemudian dilakukan diskusi untuk membahas
dan mencapai kesepakatan mengenai isu-isu pembangunan permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan dilengkapi dengan pemetaan spasial isu-isu
pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman kota Subulussalam
Hasil yang dihasilkan dalam kajian ini adalah berupa tabel 5.4 yang berisikan
rekap kondisi eksisting pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

Tabel 5.4
kondisi eksisting pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan
kota Subulussalam

ASPEK
TINGKAT
YANG SEBARAN KUALITAS
PELAYANAN
DIAMATI

Kawasan Tingkat kabupaten : Simpang Penanggalan, Simpang Kiri,


Permukiman kiri dan Penanggalan Sultan Daulat, Longkib,
Rundeng sebagai pusat
permukiman
Tingkat IKK : Sultan Daulat,
Rundeng dan Longkib

Kawasan pemukiman Tersebar di seluruh kota Tidak terdapat kawasan kumuh


campuran strata – rendah- yang mencolok
menengah-atas

Air Bersih Simpang kiri tidak merata terlayani (4 desa dari 14 desa)
Penanggalan tidak merata terlayani ( 5 desa dari 10 desa )
Sultan Daulat tidak merata belum
Rundeng tidak merata terlayani pasar Rundeng, muara
batu-batu ( 24 desa 2 terlayani)
V - 12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Longkib tidak merata belum terlayani air bersih
Sambungan yang terlayani Tersebar di 5 kecamatan, Tingkat kebocoran >25%.
baru mencakup 38 % dari terutama pusat kecamatan
perumhan yang ada.

Sanitasi / Air Saluran lingkungan belum pekerjaan langsung dengan


Limbah terintegrasi drainase

Drainase DED ada kawasan simpang parit tertutup dengan manhole


kiri
Aplikasi belum konsisten jaringan kota ke sungai kondisi
dengan perancangan alam miring ke sungai

Rumah tangga di kawasan Tersebar di 5 kecamatan, Sistem sanitasi masih menjadi


permukiman perkotaan yang terutama pusat kecamatan satu dengan jaringan drainase
terlayani sistem sanitasi baru kota
40%
Terdapat wilayah rawan Tersebar di 5 kecamatan, Jaringan drainase masih
banjir, luas kawasan yang terutama pusat kecamatan menjadi satu dengan sistem
terlayani oleh jaringan sanitasi kota
drainase baru 15%.

Persampahan pusat kota Ssalam terlayani merata di 4 desa Simpang 64% terlayani di 6 desa
namun sebagai Penanggalan kiri - 2 desa di
belum terlayani Penanggalan
3 Kcmtn belum belum Pengangkatan tiap hari rutin
terlayani
TPA belum serah terima
operasional
Wilayah yang terlayani Tersebar di seluruh kota TPS – TPST – TPA
<20%, yang masuk ke TPA
15%.

Jalan 6 desa Simpang kiri / 3 desa jalan hotmix merata di 4 PNPM untuk jalan beton
Lingkungan Penanggalan desa

Tingkat pelayanan jaringan Tersebar di 5 kecamatan, Sebagian kecil merupakan


jalan lingkungan berkisar terutama pusat kecamatan swadaya masyarakat dan
75%. sebagian jalan lingkungan
kondisinya buruk

Jaringan 6 desa belum terlayani-3 Lae Motong kec. rata rata terlayani baik
listrik desa di Rundeng / 3 desa di Penanggalan 25 KW
Longkib

V - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
PLTMH potensi
pengambangan di 4 lokasi

Jaringan daerah alairan DAS / seluler 4 desa WiFi Simpang Kiri


Komunikasi belum ada

4 desa SK 2 desa
Penanggalan / telpon

23 tower BTS 4 perusahaan

Penerangan 6 desa belum terlayani Rundeng dan Longkib Kondisi fisik lampu kurang baik
lampu jalan Rundeng 3 / Longkib 3 desa belum terlayani dan penyebaran tidak merata

68 desa belum merata


terlayani lampu

Desa Darul makmur Kec. Sultan Daulat belum ada


Sultan Daulat jaringan ada penerangan lampu jalan
penerangan lampu jalan
belum ada
Baru sebagian jalan yang Tersebar di 5 kecamatan, Sebagian kecil lampu
mempunyai penerangan terutama pusat kecamatan penerangan jalan merupakan
jalan. swadaya masyarakat.

Lingkungan Kualitas Lingkungan hidup wilayah hutan lindung, dokumen KLHS sedang disusun
Hidup perkotaan perkebunan, pertanian dan
sungai

RTH/RTNH 1 wilayah 3 HA YANG


DIKELOLA 1 Ha
Taman Kehati 2012 di
Simpang Kiri 0,5 Ha
Hutan kota (kehutanan) di
Jontor
Belum tertatanya RTH/RTNH Tersebar di 5 kecamatan, Tidak semua kawasan
terutama pusat kecamatan permukiman memiliki
RTH/RTNH.

Perhubungan terminal C Subulussalam Lokasi terminal di Jambi Kumuh dan perlu perawatan
Baru, Rundeng,
Penanggalan
Terminal bantu di Jambi Baru
Terminal bantu di Rundeng

V - 14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gedung pengujian PKB
Ssalam
Rest area di Lae Ikan (RTRW
propinsi)
Kecamatan Penanggalan

Transportasi Dermaga JT 10 ton 2 unit Tidak merata hanya di tidak populer sebagai angkutan
sungai dermaga tradisional massal
1 di Sultan Daulat
1 di Rundeng

Pariwisata Lokasi penataan Di kecamatan sederhana dan kurang


NanTampukMAs di Lae Penanggalan, Sultan pembinaan wisata
Bersih Kec. Penanggalan Daulat, Rundeng, Pusat
kota Subulussalam,
Simpang Kiri
Air terjun SKPC Penuntungan
kec Penanggalan

Wisata arung jeram di desa


Sikelang (Lae Kombih) kec
Penanggalan (kalender
nasional)
Lae Pendulangan / irigasi di
Sultan Daulat

Makam Syeh Hamzah


Fansuri di OBOH Rundeng

Makam Raja Sultan Daulat


Makam Raja Pasir Belo di SD
Wisata Kuliner di Lapangan
Beringin Ssalam

Sesuai dengan RTRW Kota Subulussalam dinyatakan bahwa isu strategis yang
berkaitan dengan kebijakan penataan ruang dalam hal pengembangan Kota

V - 15
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Subulusalam ke depan terdapat beberapa isu strategis yang dihadapi, antara lain
sebagai berikut:
1. Kota Subulussalam diarahkan sebagai pusat pertumbuhan Aceh bagian selatan
(PKW-P usulan dari RTRW Provinsi Aceh);
2. Memiliki potensi yang besar dibidang perkebunan sehingga cocok untuk
pengembangan kawasan Agroindustri;
3. Kota Subulussalam berada di daerah pintu gerbang pintu Provinsi Aceh di bagian
Selatan dan merupakan wilayah transit yang potensial untuk pengembangan sector
jasa transportasi dan perdagangan;
4. Adanya rencana pengembangan Food Estate dalam mengatasi krisis bahan
pangan daerah Kota Subulussalam yang pada saat sekarang ini masih
didatangkan dari daerah luar, seperti dari daerah Provinsi Sumatera Utara;
5. Aksesibilitas yang masih terbatas terhadap kawasan-kawasan tertentu di wilayah
Kota Subulussalam, sehinga menyebabkan belum terintegrasinya kawasan
Subulussalam bagian utara-barat dengan kawasan bagian selatan-timur;
6. Kawasan yang rawan terhadap bencana longsor, banjir dan gempa.

Secara umum Isu-isu Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman


Perkotaan ditampilkan dalam tabel 5.5 berikut :

Tabel 5.5
Matrik Isu-isu Pembangunan Permukiman
V - 16
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan
Kota Subulussalam

ASPEK ISU PEMBANGUNAN DARI ISU PEMBANGUNAN ISU STRATEGIS


YANG SISI KONDISI EKSISTING DARI SISI ARAHAN
DIAMATI KEBIJAKAN

Kawasan Sebaran kawasan Kawasan permukiman Beberapa kawasan


Permukiman permukiman tidak merata. perkotaan direncanakan permukiman perkotaan
pada Kecamatan rawan bencana banjir.
Pananggalan dan Simpang
Kiri.
Merupakan kawasan rawan Perubahan fungsi ruang
bencana banjir, longsor dan permukiman menjadi
gempa bumi fungsi pertokoan, kantor,
dan jasa komersial
Kondisi fisik dan luas lahan Infrastruktur permukiman
memungkinkan untuk belum memadai
pengembangan
permukiman.
Alih fungsi kawasan Adanya perumahan tidak
pertanian menjadi kawasan layak huni
permukiman
Fungsi campuran
permukiman
Belum ada regulasi
kawasan perumahan
Relokasi areal
penangkaran sarang
walet
Arah pengembangan
perumahan sporadis
Penumpukan lokasi
mengikuti arah lokasi
usaha yang berpotensi
kumuh
Kebijakan IMB belum ada
Perlu gedung evakuasi
bencana
Perlu penataan berbasis
mitigasi bencana
Perlu regulasi
keselamatan bangunan
Perlu regulasi
keselamatan bangunan
thd bencana alam

V - 17
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Persampah Baru 25% dari kawasan Dalam jangka waktu 5 Tingkat pelayanan
an permukiman yang terlayani tahun akan ditingkatkan sampah < 25 % dari
dari 775 SR menjadi 2100 kawasan permukiman.
SR
Hanya kawasan pusat kota TPA belum serah terima
(Kec. Pananggalan) yang
baru terlayani.
peralatan gedung mesin
belum ada
pelayanan 3 kecamatan
pengelolaan sampah
profesional

Air Bersih Kota dilewati oleh beberapa Peningkatan cakupan Tingkat pelayanan PDAM
sungai dengan kondisi aliran pelayanan PDAM < 5% dari jumlah rumah
yang kontinyu dan dengan tangga yang ada.
kualitas yang memenuhi nilai
ambang batas sebagai
sumber air baku untuk air
bersih.

Persediaan air tanah yang Jaringan belum


berlimpah, terlihat dari menjangkau secara luas
kedalaman sumur dangkal
antara 3 – 8 m,
Di Sungai Lae Sauraya, Tak ada pengolahan air /
terdapat satu intake yang mesin PDAM
belum
Debit air dan operasional
tidak mencukupi
pengelolaan UPTD PU
diharapkan menjadi
BUMD

Drainase Saluran drainase terbangun Terbangunnya saluran Drainase dan gorong-


tidak merata dan tidak ada drainase dan gorong- gorong masih terputus-
tahapan yang jelas. gorong putus dan belum
terbangun seluruhnya.
Sanitasi / Saluran drainase Kecamatan Drainase di seluruh pusat Limbah RT masuk sumur
Air Limbah Simpang Kiri hanya kecamatan resapan
mencakup wilayah jalan
arteri primer saja seperti
Jalan Teuku Umar

V - 18
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pada beberapa jaringan Kombinasi perencanaan DED sudah ada Jaringan
jalan, saluran drainase yang sistem drainase primer ke sungai belum
terpasang merupakan terbangun
saluran drainase alami dan
buatan.

Perlu kajian Jaringan


sekunder air bersih
Saat ini pengelolaan air Tersedianya IPLT untuk Pengelolaan drainase
limbah domestik dilakukan kawasan pusat Kota kota ke sungai
dengan sistem setempat/on- Subulussalam.
site, baik secara individu
maupun komunal.

Limbah yang dikelola hanya Peningkatan penggunaan Perlu adanya integrasi


limbah yang berasal dari WC cubluk bagi masyarakat yg dengan aceh tenggara
(black water), yaitu untuk belum mempunyai fasilitas sebagai hulu masukan air
rumah menengah ke atas sanitasi. sungai
dengan menggunakan tangki
septik.

Kota Subulussalam belum Mengurangi pembuangan DED belum ada di


memiliki IPLT limbah rumah tangga kecamatan (hanya
langsung ke sungai. simpang kiri yang ada)
Rumah tangga di kawasan Banyak drainase belum
permukiman perkotaan yang tersedia
terlayani sistem sanitasi baru
40%
Terdapat wilayah rawan Belum tersedianya
banjir, luas kawasan yang fasilitasi air limbah / IPLT
terlayani oleh jaringan bagi kawasan
drainase baru 15%. permukiman perkotaan

Jalan Banyak jalan lingkungan Pemeliharaan dan Seluruh kawasan


Lingkungan merupakan swadaya peningkatan kualntitas dan permukiman perkotaan
masyarakat kualitas jalan lingkungan mempunyai aksesibilitas
yang baik.
Sebagian kondisi jalan pemerataan
lingkungan dalam kondisi pembangunan jalan
rusak lingkungan permukiman
seluruh kecamatan
jalan antar desa belum
terbangun
Perlu penataan sisitem
jaringan Transportasi
Perlu sistem pengelolaan
perawatan jalan
Perlunya partisipasi

V - 19
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
masyarakat

Jaringan 6 desa belum terlayani-3 Pemerataan pelayanan Masalah pembebasan /


listrik desa di Rundeng / 3 desa di jaringan listrik ganti rugi pohon
Longkib
PLTMH potensi
pengambangan di 4 lokasi

Jaringan daerah alairan DAS / seluler Pemerataan pelayanan sekolah belum terlayani
Komunikasi belum ada jaringan komunikasi jaringan komunikasi
internet
4 desa SK 2 desa desa belum terlayani
Penanggalan / telpon jaringan komunikasi
internet
23 tower BTS 4 perusahaan 68 desa dari 74 belum
terlayani jaringan telkom
(5 kecamatan)

Penerangan 6 desa belum terlayani Pemerataan pemasangan belum ada penataan


lampu jalan Rundeng 3 / Longkib 3 desa lampu jalan lampu jalan sesuai klas
Kondisi fisik lampu kurang jalan (tagihan rekening
baik dan penyebaran tidak meningkat)
merata

68 desa belum merata


terlayani lampu

Desa Darul makmur Kec. Segera dilakukan


Sultan Daulat jaringan ada pengadaan lampu jalan
penerangan lampu jalan
belum ada
Baru sebagian jalan yang perlu sosialisai perawatan
mempunyai penerangan lampu jalan oleh
jalan Tersebar di 5 masyarakat
kecamatan, terutama pusat
kecamatan.

Lingkungan Kualitas Lingkungan hidup Pengaturan wilayah hutan Perlunya penyusunan


Hidup perkotaan menurun lindung, perkebunan, Kebijakan Pengendalian
pertanian dan sungai lingkungan hidup (KLHS)
(dokumen KLHS) sedang UU 32/2009 pasal 14
disusun

V - 20
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
RTH/RTNH 1 wilayah 3 HA YANG perencanaan wilayah Pemenuhan 30 % RTH
DIKELOLA 1 Ha RTH/RTNH secara
komprehensif
Taman Kehati 2012 di belum teridentifikasi titik
Simpang Kiri 0,5 Ha lokasi RTH

Hutan kota (kehutanan) di


Jontor
Belum tertatanya RTH/RTNH Tidak semua kawasan Perlunya penataan
Tersebar di 5 kecamatan, permukiman memiliki RTH/RTNH ditingkat
terutama pusat kecamatan RTH/RTNH. kebijakan dan
implementasinya

Perhubung Terminal C Subulussalam Masih bercampurnya fungsi Perlu zonasi ulang fungsi
an Lokasi terminal di Jambi pasar dan terminal pasar dan terminal
Baru, Rundeng,
Penanggalan kumuh dan
perlu perawatan

Perlunya terminal bantu Rencana Terminal bantu di Perlu terminal di tiap IKK
Jambi Baru

Terminal bantu di Rundeng Gedung Pengujian : alat


belum ada, akses jalan
belum ada, SDM belum
bersertifikasi
Gedung pengujian PKB Belum tersedianya simpul
Ssalam transportasi jalan
:jaringan jalan perkotaan
Rest area di Lae Ikan Rest area pembebasan
(RTRW propinsi) lahan belum

Kecamatan Penanggalan Rambu jalan banyak


belum terpasang
belum tersedianya
fasilitas keselamatan
LLAJ
Belum tersedianya
angkutan umum
pedesaan dan perkotaan
diperlukan Sistem dan
rambu transportasi jalur
rawan bencana
Peningkatan angkutan
perintis pedesaan

V - 21
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Transporta Dermaga JT 10 ton 2 unit Tidak merata hanya di Belum tersedia angkutan
si sungai dermaga tradisional umum sungai

1 di Sultan Daulat Belum tersedianya


dermaga apung perahu
bermotor
1 di Rundeng

TAMBAHAN
MATERI
Pariwisata Lokasi penataan Rencana pengembangan Penggalian nilai sejarah
NanTampukMAs di Lae kawasan pariwisata kota
Bersih Kec. Penanggalan
Air terjun SKPC Akses jalan ke lokasi
Penuntungan kec wisata belum baik
Penanggalan
Wisata arung jeram di desa diperlukan Peralatan
Sikelang (Lae Kombih) kec arung jeram, prasarana
Penanggalan (kalender dan promosi
nasional)
Lae Pendulangan / irigasi di pembangunan prasarana
Sultan Daulat wisata (hotel dll)

Makam Syeh Hamzah Perlu kajian obyek wisata


Fansuri di OBOH Rundeng religius

Makam Raja Sultan Daulat Peran partisipasi


masyarakat thd obyek
wisata religius
Makam Raja Pasir Belo di promosi kurang
SD
Wisata Kuliner di Lapangan Menu kurang beragam
Beringin Ssalam dan khas daerah

5.4. Kajian Potensi, Permasalahan, dan Tantangan Pembangunan PIP


Kajian identifikasi potensi, permasalahan, dan tantangan pembangunan
perkotaan dan permukiman perkotaan adalah kegiatan untuk menemu kenali potensi,
permasalahan, tantangan, dan hambatan kota Subulussalam dalam

V - 22
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
menyelenggarakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan.
Identifikasi ini dilakukan dengan metode Analisis SWOT untuk memetakan
potensi, permasalahan tantangan, dan hambatan dalam pembangunan dan
permukiman perkotaan kemudian dilakukan diskusi mencapai kesepakatan yang
dilengkapi dengan pemetaan spasial potensi, permasalahan, tantangan, dan hambatan
pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaan
Kajian ini juga melaksanakan Review RPJM dan Dokumen RTRW kota
Subulussalam mengenai skenario pembangunan infrastruktur permukiman. Hasil
kajian ini adalah berupa matrik potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang memuat informasi mengenai sektor terkait pembangunan
kawasan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, potensi pembangunan,
permasalahan pembangunan, peluang pengembangan, dan tantangan pengembangan
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 5.6
Kondisi Eksisting Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan
Kota Subulussalam

V - 23
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
N SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN PELUANG TANTANGAN
o PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN

1 Kawasan Terdapat beberapa Infra struktur dan Tersedianya lahan yang Penyebaran pola
Permukima pusat pertumbuhan sarana prasarana memungkinkan permukiman model 'lompat
n permukiman tingkat hunian kurang pengembangan katak" dan tidak
Kecamatan dan IKK memadai permukiman terkonsentrasinya pola
permukiman yang
menyebar
Kawasan pemukiman aksesibilitas kurang Tumbuhnya pusat Jumlah penduduk menetap
campuran strata – ekonomi yang kurang
rendah-menengah-atas mengkonsentrasikan
permukiman baru

Tidak terdapat Kondisi rumah tidak Penyediaan hunian Kota Subulussalam hanya
kawasan kumuh yang layak huni pada kawasan sebagai kota transit
mencolok permukiman dengan
tingkat aksesibilitas
yang baik ke pusat kota

Munculnya bangkitan
kegiatan perekonomian
di pusat kota

2 Air Bersih Terdapat jaringan Sambungan yang Tersedia alokasi dan Tingkat kebocoran >25%.
primer air bersih terlayani baru yang cukup
mencakup 38 % dari
perumhan yang ada.

Tersebar di 5 Sudah terlayani 40% Sumber air bersih cukup


kecamatan, terutama saluran air bersih tersedia
pusat kecamatan

3 Sanitasi / Telah ada DED di Saluran lingkungan pekerjaan langsung Terdapat wilayah rawan
Air Limbah kawasan simpang kiri belum terintegrasi dengan drainase banjir, luas kawasan yang
terlayani oleh jaringan
drainase baru 15%.

Drainase parit tertutup dengan Aplikasi belum jaringan kota ke sungai Jaringan drainase masih
manhole konsisten dengan kondisi alam miring ke menjadi satu dengan
perancangan sungai sistem sanitasi kota
Tersebar di 5 Rumah tangga di
kecamatan, terutama kawasan permukiman
pusat kecamatan perkotaan yang
terlayani sistem
sanitasi baru 40%

V - 24
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Sistem sanitasi masih
menjadi satu dengan
jaringan drainase kota

4 Persampah pusat kota Ssalam 64% terlayani di 6 Tersedianya lahan TPA Perlu sistem persampahan
an terlayani namun desa terpadu terintegrasi
sebagai Penanggalan
belum terlayani

merata di 4 desa 3 Kcmtn belum belum Masyarakat sadar Antisipasi timbulan


Simpang kiri - 2 desa terlayani sampah sampah
di Penanggalan pengumpulan/pemilahan/p
engolahan/pembuangan

Pengangkatan tiap hari TPA belum serah


rutin terima operasional

Tersebar di seluruh
kota
Wilayah yang terlayani
<20%, yang masuk ke
TPA 15%.

5 Jalan 6 desa Simpang kiri / 3 Perawatan adanya PNPM untuk Sebagian kecil merupakan
Lingkungan desa Penanggalan kurang jalan beton swadaya masyarakat dan
sebagian jalan lingkungan
kondisinya buruk

Tingkat pelayanan Partisipasi masyarakat Perlu penataan sisitem


jaringan jalan perlu ditingkatkan jaringan Transportasi
lingkungan berkisar Belum menjangkau
75%. permukiman kota
jalan hotmix merata di jalan antar desa pemerataan Perlu sistem pengelolaan
4 desa belum terbangun pembangunan jalan perawatan jalan
lingkungan permukiman
seluruh kecamatan

Tersebar di 5 Perlunya partisipasi


kecamatan, terutama masyarakat
pusat kecamatan

6 Jaringan 6 desa belum terlayani- Masalah pembebasan rata rata terlayani baik
listrik 3 desa di Rundeng / 3 / ganti rugi pohon
desa di Longkib
Lae Motong kec.
Penanggalan 25 KW

V - 25
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Jaringan 23 tower BTS 4 daerah alairan DAS /
Komunikasi perusahaan seluler belum ada

4 desa WiFi Simpang 4 desa SK 2 desa


Kiri Penanggalan / telpon

sekolah belum
terlayani jaringan
komunikasi internet
desa belum terlayani
jaringan komunikasi
internet
68 desa dari 74 belum
terlayani jaringan
telkom (5 kecamatan)

7 Peneranga Telah ada Rundeng dan Longkib Kondisi fisik lampu


n lampu jaringan lampu belum terlayani kurang baik dan belum ada penataan
jalan jalan penyebaran tidak lampu jalan sesuai klas
merata jalan (tagihan rekening
meningkat)
6 desa belum Sebagian kecil lampu pemerataan pengadaan
terlayani Rundeng 3 / penerangan jalan lampu jalan
Longkib 3 desa merupakan swadaya
masyarakat.

Sultan Daulat belum perlu sosialisai perawatan


ada penerangan lampu jalan oleh
lampu jalan masyarakat
Tersebar di 5
kecamatan, terutama
pusat kecamatan
68 desa belum merata
terlayani lampu

Desa Darul makmur


Kec. Sultan Daulat
jaringan ada
penerangan lampu
jalan belum ada
Baru sebagian jalan
yang mempunyai
penerangan jalan.

8 Lingkungan Kualitas Lingkungan wilayah hutan lindung,


Hidup hidup perkotaan perkebunan, pertanian Perlunya penyusunan
dan sungai Kebijakan Pengendalian
lingkungan hidup (KLHS)
UU 32/2009 pasal 14
dokumen KLHS
sedang disusun

V - 26
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
9 RTH/RTNH 1 wilayah 3 HA YANG Belum tertatanya
DIKELOLA 1 Ha RTH/RTNH
Pemenuhan 30 % RTH
Taman Kehati 2012 di Tidak semua kawasan
Simpang Kiri 0,5 Ha permukiman memiliki
RTH/RTNH.
belum teridentifikasi titik
lokasi RTH
Hutan kota (kehutanan)
di Jontor
Tersebar di 5
kecamatan, terutama Perlunya penataan
pusat kecamatan RTH/RTNH ditingkat
kebijakan dan
implementasinya

1 Perhubung terminal C Masih bercampurnya Kumuh dan perlu Perlu terminal di tiap IKK
0 an Subulussalam fungsi pasar dan perawatan
terminal
Terminal bantu di Gedung Pengujian : Belum tersedianya simpul
Jambi Baru alat belum ada, akses transportasi jalan :jaringan
jalan belum ada, SDM jalan perkotaan
belum bersertifikasi

Terminal bantu di Rambu jalan banyak Peningkatan angkutan


Rundeng belum terpasang perintis pedesaan

Gedung pengujian PKB Rest area


Ssalam pembebasan lahan
belum
Rest area di Lae Ikan belum tersedianya
(RTRW propinsi) fasilitas keselamatan
Kecamatan LLAJ
Peranggalan

Belum tersedianya
Lokasi terminal di angkutan umum
Jambi Baru, Rundeng, pedesaan dan
Penanggalan perkotaan
diperlukan Sistem dan
rambu transportasi
jalur rawan bencana

1 Transportas Dermaga JT 10 ton 2 Tidak merata hanya di Belum tersedia angkutan


1 i sungai unit dermaga tradisional umum sungai

1 di Sultan Daulat tidak populer sebagai Belum tersedianya


angkutan massal dermaga apung perahu
bermotor
1 di Rundeng

V - 27
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
1 Pariwisata Lokasi penataan Di kecamatan Penggalian nilai sejarah
2 NanTampukMAs di Lae Penanggalan, Sultan
Bersih Kec. Daulat, Rundeng,
Penanggalan Pusat kota
Subulussalam,
Simpang Kiri
Air terjun SKPC sederhana dan kurang Akses jalan ke lokasi
Penuntungan kec pembinaan wisata wisata belum baik
Penanggalan
Wisata arung jeram di diperlukan Peralatan arung
desa Sikelang (Lae jeram, prasarana dan
Kombih) kec promosi
Penanggalan (kalender
nasional)
Lae Pendulangan / pembangunan prasarana
irigasi di Sultan Daulat wisata (hotel dll)

Makam Syeh Hamzah Perlu kajian obyek wisata


Fansuri di OBOH religius
Rundeng
Makam Raja Sultan Peran partisipasi
Daulat masyarakat thd obyek
wisata religius
Makam Raja Pasir Belo promosi kurang
di SD
Wisata Kuliner di Menu kurang beragam dan
Lapangan Beringin khas daerah
Ssalam

5.5. Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan infrastruktur


Perkotaan
Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan merupakan terjemahan visi / misi pengembangan kota Subulussalam yang

V - 28
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dalam konteks penyelenggaraan
pembangunan permukiman dan infrastruktur pendukung permukiman.
Hasil rumusan yang telah dilaksanakan ini disajikan berupa tabel kebutuhan
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Tabel ini memuat informasi
mengenai potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan, karakteristik kawasan, dan kebutuhan pengembangan (Tabel 5.7) dan tabel
tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan (Tabel
5.8).
Tabel 5.7
Kebutuhan Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Perkotaan
Kota Subulussalam

POTENSI / KARAKTERISTIK KEBUTUHAN


PERMASALAHAN KAWASAN PENGEMBANGAN
PPIP

Kawasan permukiman yang Kawasan permukiman eksisting Sosialisasi tata ruang tingkat RTBL
berkembang belum teridentifikasi berkembang tidak sesuai dengan
dalam tingkat kesesuaian dengan arahan kebijakan tata ruang namun
kebijakan penataan ruang dalam tingkat wajar

Tipe perumahan dapat yang berupa Konsentrasi permukiman tersebar


perumahan informal type rumah
perkebunan berupa kampung yang
dikelola oleh masyarakat mandiri
perkembangan kawasan Pengembangan pusat pertumbuhan
permukiman cenderung tidak fasus dan fasos sebagai pengarah
tertata dan kondisi rumah pertumbuhan permukiman
berpotensi masuk dalam kategori terkonsentrasi
rumah tidak layak huni
Munculnya bangkitan kegiatan kemunculan kawasan komersial Penyediaan hunian pada kawasan
perekonomian di pusat kota dan ribbon type permukiman dengan tingkat
pusat wilayah aksesibilitas yang baik ke pusat
kota
Keberadaan lahan pertanian yang Alih fungsi lahan masih terkendali Pengembangan permukiman
masih luas, memicu alih fungsi dengan KDB rendah, pembangunan
lahan pertanian sawah infrastruktur yang mendukung
fungsi kawasan, penyesuaian fungsi
kawasan dan pembatasan
pembangunan permukiman pada

V - 29
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
lahan pertanian sawah

Potensi pariwisata yang dapat Potensi pariwisata secara ekonomi Pengembangan permukiman
dikembangkan sebagai pendukung mengundang bangkitan lahan dengan memperhatikan kelestarian
pengembangan perekonomian perumahan sekitar sebagai lingkungan dan perlindungan
wilayah pelengkap berkehidupan di lokasi kawasan wisata, pengembangan
tersebut infrastruktur pendukung kegiatan
wisata
Kondisi fisik dan ketersediaan lahan Munculnya perumahan formal oleh Pembangunan kawasan perumahan
yang memadai bagi pembangunan pengembang maupun program baru yang juga dapat dijangkau
permukiman transmigrasi perkebunan oleh masyarakat berpenghasilan
rendah pada lahan yang sesuai
Belum optimalnya pelayanan Pelayanan infrastruktur Peningkatan pelayanan jaringan
infrastruktur permukiman permukiman yang perlu infrastruktur permukiman perkotaan
mengantisipasi arah perkembangan
permukiman
Pengembangan kawasan Terjadi pemanfaatan lahan kota Peningkatan kualitas permukiman
permukiman padat di pusat kota dengan pola mixed use dan pembangunan hunian vertikal
menyebabkan kekumuhan
percampuran fungsi
Pengembangan permukiman di permukiman tradisional tepi sungai Pengelolaan kawasan sempadan
sepanjang sempadan sungai tidak mengindahkan aturan DAS sungai (revitalisasi) dan pembinaan
masyarakat sadar lingkungan

Tabel 5.8
Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman
V - 30
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
dan Infrastruktur Perkotaan kota Subulussalam

TUJUAN KEBIJAKAN

Terwujudnya permukiman yang sehat dan berkualitas 1.Pembangunan perumahan layak huni yang sehat dan
dengan pelayanan infrastruktur perkotaan yang berkualitas dengan memanfaatkan ketersediaan lahan
optimal sebagai pendukung kegiatan agribisnis yang secara proporsional yang memperhatikan kelestarian
berkelanjutan menuju masyarakat maju, sejahtera lingkungan.
dan mampu berkompetisi

1. Mewujudkan kawasan permukiman yang layak dan 2.Pengendalian lingkungan permukiman perkotaan dalam
bebas kumuh bagi semua masyarakat mewujudkan permukiman yang sehat, aman, serasi,
produktif dan berkelanjutan.
2. Mewujudkan pelayanan infrastruktur permukiman 3.Pembangunan infrastruktur perkotaan yang mendukung
dan perkotaan yang berkualitas pemenuhan kebutuhan dasar dan berkualitas dalam
mendukung pengembangan ekonomi wilayah berbasis
agribisnis
4.Peningkatan pelayanan jaringan utilitas (air minum,
drainase, air limbah, persampahan) yang memadai
sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
5.Penyediaan sarana dan prasarana permukiman pada
pusat-pusat pelayanan.

V - 31
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB VI
KAWASAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
SUBULUSSALAM

Dalam perkembangan suatu wilayah pembangunan terdapat transformasi dan


arah perkembangan pembangunan yang menjadi kawasan prioritas (cluster
pembangunan). Pola perkembangan pertumbuhan permukiman kota Subulussalam
mempunyai kecenderungan pembangunan mengikuti pola ribbon type sepanjang
tepian jalan.

6.1. Kriteria dan indikator penetapan kawasan prioritas pembangunan


permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Pada penyusunan SPPIP ini dilakukan penetapan kawasan prioritas
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai kawasan yang akan
diprioritaskan untuk memperoleh penanganan pembangunan di bidang permukiman
dan infrastruktur kota. Untuk penetapan kawasan tersebut ditetapkan kriteria dan
indikator sesuai kondisi yang ada dengan memanfaatkan berbagai referensi berupa
pedoman atau peraturan yang ada, kearifan lokal, hasil studi literatur dan sebagainya.
Atas kondisi dasar tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian dan skala prioritas
kriteria dan indikator yang telah disusun terhadap karakteristik dan kebutuhan
kawasan.
Hasil penetapan Kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan dapat dilihat pada tabel 6.1. berikut :

VI - 1
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Tabel 6.1
Kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan

VI - 2
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

6.2. Identifikasi kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur


perkotaan
Kegiatan identifikasi diawali dengan pemetaan sebaran kawasan-kawasan
permukiman. Identifikasi sebaran kawasan permukiman kota Subulussalam dan
gambaran rona kawasan permukiman tersebut dapat dilihat pada gambar peta sebaran
permukiman dataran kota (gambar 6.1) dan peta sebaran permukiman tepi sungai
(gambar 6.2 dan gambar 6,3) berikut :

VI - 3
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 6.1. Peta Sebaran Permukiman Dataran
Type Permukiman Dataran PUSAT KOTA
KEY PLAN KAWASAN Type permukiman kawasan pusat kota Simpang kiri dan
Penanggalan berupa permukiman penduduk urban peralihan
antara rumah konstruksi kayu menuju konstruksi batu bata,
saluran drainase kota telah ada sebagian berupa saluran kota
terbuka, kondisi jalan primer dan sekunder aspal baik, trotoar
tanah minim penghijauan kota, air bersih PDAM terbatas

VI - 4
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.2. Peta Sebaran Permukiman Tepi sungai (riverfront) Type Permukiman Tepi Sungai JAMBI BARU
Type permukiman kawasan Jambi Baru berupa permukiman
KEY PLAN KAWASAN penduduk tepi air / riverfront urban rumah konstruksi panggung
kayu, sebagian permukiman kumuh, saluran drainase langsung
menuju sungai, sebagian berupa saluran kota terbuka, kondisi
jalan primer dan sekunder aspal dan beton, trotoar tanah minim
penghijauan kota, air bersih PDAM terbatas

VI - 5
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.3. Peta Sebaran Permukiman Tepi sungai (riverfront)


Type Permukiman Tepi Sungai RUNDENG
KEY PLAN KAWASAN Type permukiman kawasan Jambi Baru berupa
permukiman penduduk tepi air / riverfront urban rumah
konstruksi panggung kayu, saluran drainase langsung
menuju sungai, sebagian berupa saluran kota terbuka,
kondisi jalan primer dan sekunder aspal dan beton, trotoar
tanah minim penghijauan kota, air bersih PDAM terbatas

VI - 6
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Secara umum terdapat setidaknya 3 (tiga) kawasan permukiman yang
mempunyai pola percepatan pembangunan minimal suatu kawasan permukiman
bernuansa urban yang ditandai dengan awal pertumbuhan peralihan suasana
pedesaan menjadi perkotaan dari segi fisik sarana dan prasarana infrastruktur yang
kurang memadai maupun kegiatan perekonomian urban Citra kawasan menunjukkan
kondisi peralihan suasana desa-kota sebagai suatu kawasan periphery.
Ke tiga kawasan tersebut adalah kawasan Pusat kota (Kecamatan Simpang Kiri
dan Penanggalan), kawasan tepi sungai (Kecamatan Jambi Baru) dan kawasan tepi
sungai (Kecamatan Rundeng).

VI - 7
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Dari hasil telaah sebaran permukiman dan infrastruktur perkotaan kemudian


dilakukan analisis berdasarkan kriteria dan indikator penetapan kawasan prioritas
pembangunan permukiman dan infrastruktur kota. Hasilnya adalah diperoleh tingkatan
urutan kawasan prioritas sebagaimana tercantum pada tabel 6.2. berikut :

Tabel 6.2.
Urutan kawasan prioritas pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan Subulussalam

Konsep
Kawasan Prioritas Nama Desa Nama Kecamatan Pembangunan
Kawasan
Kawasan Proritas Simpang Kiri Permukiman Kota
1
Simpang Kiri Permukiman Kota
Simpang Kiri Permukiman Kota
Penanggalan Permukiman Kota
Kawasan Prioritas Gelombang Riverfront
2 Development
Jambi Baru Permukiman Kota
Kawasan Prioritas Rundeng Riverfront
3 Developmenty
Rundeng Permukiman Kota

Adapun kawasan prioritas 1 pembangunan permukiman dan infrastruktur


perkotaan di pusat kota Subulussalam dapat dilihat pada gambar 6.5 berikut :

VI - 8
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.5.
Kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
kota Subulussalam

DALAM A3

VI - 9
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

5.3. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Prioritas Kota Subulussalam


Sebagai prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan maka
diperoleh 2 (dua) Kecamatan kawasan prioritas pembangunan utama yang akan
dijadikan sebagai obyek pembangunan dimana nantinya akan dibahas secara
mendalam mengenai strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan
Subulussalam. Kawasan pertama sebagai sasaran prioritas pembangunan adalah
Kawasan Simpang Kiri dan Kawasan Penanggalan.

5.3.1. Kawasan Simpang Kiri


Kawasan Simpang Kiri adalah permukiman dengan model peralihan menuju
kepada permukiman desa-kota yang secara typologis merupakan model permukiman
campuran konstruksi kayu dan batu bata. Kondisi fisik infrastruktur kawasan telah ada
namun dalam kondisi kurang terawatt terutama drainase, sistem sanitasi keluarga.
Kondisi jalan belum tertata secara strukturasi transportasi yang baik.
Kondisi perekonomian penduduk menunjukkan pola perekonomian kekotaan.
Penduduk adalah pemukim asli semula dan kaum urbanisasi yang berdatangan
mengadu nasib di kota Subulussalam dengan keragaman mata pencaharian yang
cukup bervariasi (tidak hanya pedagang saja). Sistem sosial cukup baik dengan
keragaman suku sangat variatif berbaur dengan penduduk asli Aceh setempat.

Gambar 6.6.
Suasana Kawasan Simpang Kiri kota Subulussalam

VI - 10
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

5.3.2. Kawasan Penanggalan


Kawasan Penanggalan adalah permukiman tradisional daratan perkotaan yang
secara typologis merupakan model permukiman darat yang didirikan sebagai bagian
dari perkembangan periphery kota Subulussalam. Kondisi fisik infrastruktur kawasan
cukup baik terutama drainase, sistem sanitasi keluarga. Walaupun kondisi jalan belum
tertata secara strukturasi transportasi yang baik.
Kondisi perekonomian penduduk cukup baik namun memerlukan ketrampilan
tambahan untuk mengantisipasi berubahnya pola mata pencaharian petani menjadi
pedagang barang dan jasa perkotaan. Penduduk setempat adalah berasal dari
penduduk asli setempat serta pemukim urbanisasi yang berdatangan mengadu nasib
di kota Subulussalam dengan keragaman mata pencaharian yang cukup bervariasi
(kebanyakan pedagang). Sistem sosial cukup baik dengan keragaman suku sangat
variatif berbaur dengan penduduk asli Aceh setempat.

Gambar 6.7.
Kawasan Penanggalan

VI - 11
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

6.3.3. Kondisi Bentang Alam Kawasan Prioritas


Berdasarkan hasil analisis dalam draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2030,
Kawasan Pusat Kota termasuk ke dalam kawasan dengan daya dukung yang sesuai
untuk pengembangan permukiman, sehingga diarahkan sebagai pusat pelayanan
dalam skala pusat pelayanan utama kota (fungsi primer). Karakteristik daya dukung
kawasan prioritas berdasarkan pada analisis SKLK kesesuaian permukiman di dalam
draft RTRW Kota Subulussalam adalah sebagai berikut:
• Bentang alam dataran bergelombang, elevasi 25-50 meter, lereng 2-15%
• Daya dukung sedang-tinggi
• Air tanah dangkal tawar
• Gerakan tanah rendah-rendah
• Liquifaksi rendah-sedang (LQ3)
• Rawan bencana gempa bumi (MMI) IV-V
• Goncangan atau percepatan 0,25- >0,30 g atau 250-lebih dari 300 gal
• Kedalaman zona Beniof kurang dari 100 km hingga lebih dari.

Namun demikian, terdapat sebagian kawasan yakni di bagian selatan yang


berbatasan dengan sungai Lae Kombih yang menjadi kawasan yang
direkomendasikan untuk dikembangkan secara terbatas, dalam arti penyediaan ruang
terbuka hijau lebih direkomendasikan pada bagian selatan kawasan ini. Karakteristik
daya dukung bagian selatan kawasan prioritas berdasarkan SKLK kesesuaian
permukiman di dalam draft RTRW Kota Subulussalam adalah:
• Bentang alam lembah sungai atau banjir, kecuali tebing sungai dapat terjal
• Daya dukung rendah-sedang
• Air tanah dangkal tawar

Kondisi topografi Kawasan Pusat Kota dalam skala regional berada pada
kemiringan 0-15%, yang secara umum sesuai untuk pengembangan permukiman
perkotaan. Dalam skala yang lebih mikro, kawasan ini berada pada kemiringan 0-8%.
Kondisi topografi tersebut merupakan kondisi yang relatif datar sehingga tidak akan
menemukan hambatan yang cukup signifikan dalam pengembangan ruang-ruang
VI - 12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
terbangun. Jika dikaitkan dengan kesesuaian pengembangan kawasan berdasarkan
klasifikasi kemiringan lereng yang dikembangkan oleh Maberry (1972), maka dapat
diketahui bahwa sebagian besar aktifitas perkotaan sesuai untuk dikembangkan di
kawasan ini. Untuk lebih jelasnya jenis aktifitas yang direkomendasikan untuk
dikembangkan berdasarkan kemiringan lereng yaitu sebagai berikut.

VI - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Gambar 6.8.
Peta satuan kemampuan lahan

DALAM A3

VI - 14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pengembangan kawasan Pusat Kota diarahkan sebagai pusat primer Kota
Subulussalam dengan fungsi perdagangan dan jasa skala kota, perumahan kepadatan
sedang hingga tinggi berikut fasilitas pendukungnya, pusat pelayanan pergerakan
(transportasi), pusat pemerintahan kota, pusat pendidikan dan kesehatan skala kota,
pertahanan dan keamanan, pusat pelayanan olahraga skala kota, ruang terbuka hijau
skala perkotaan serta kawasan sosial budaya.
Pada bagian selatan terdapat Sungai Lae Kombih yang mengalir ke arah barat
dan bermuara di Sungai Lae Soraya. Hal ini harus dipertimbangkan dalam
pengembangan ke depan, dimana daerah sekitar Sungai Lae Kombih harus dilindungi,
mengingat bagian Sungai Lae Kombih pada kawasan perencaan merupakan daerah
hulu sungai. Sehingga pada daerah hulu sungai ini harus sedapat mungkin diupayakan
untuk dilindungi agar tidak tercemar oleh perkembangan kawasan pusat kota. Oleh
karena itu, penyediaan ruang terbuka hijau lebih direkomendasikan untuk daerah
sekitar Sungai Lae Kombih. Keberadaan Sungai Lae Kombih di bagian selatan dapat
pula berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai aliran drainase kawasan, karena aliran
sungai ini dalam draft RTRWK diarahkan sebagai drainase primer kota, serta bermuara
di Sungai Lae Soraya yang juga diarahkan sebagai drainase primer Kota
Subulussalam. Berdasarkan kondisi daya dukung kawasan, maka pengembangan
kawasan permukiman perkotaan pada kawasan prioritas 20 tahun ke depan tidak akan
menemukan kendala pengembangan yang signifikan.

6.3.4. Kondisi Jaringan Transportasi Kawasan Prioritas


Sarana transportasi yang menghubungkan Kawasan Pusat Kota dengan
kawasan-kawasan lainnya adalah Jalan Kolektor Primer Subulussalam-Rundeng, Jl.
Subulussalam Singkil, Jl. Hamzah Fansuri dan Jl. Subulussalam Rundeng. Jalur ini
ditujukan untuk mendukung pengembangan fungsi kawasan pusat kota untuk melayani
seluruh wilayah Kota Subulussalam. Fungsi yang akan dikembangkan pada kawasan
ini adalah fungsi-fungsi pelayanan dalam skala kota, antara lain Kawasan perdagagan
dan jasa skala kota; Kawasan perumahan kepadatan sedang hingga tinggi berikut
fasilitas pendukungnya; Kawasan pusat pelayanan pergerakan (transportasi); Kawasan
pusat pemerintahan kota; Kawasan pusat pendidikan dan kesehatan skala kota;

VI - 15
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Kawasan pertahanan dan keamanan; Kawasan pusat pelayanan olahraga skala kota;
Ruang terbuka hijau skala perkotaan dalam bentuk taman kota dan jalur hijau jalan
serta kawasan sosial budaya. Untuk menjamin bahwa fungsi-fungsi tersebut bisa
berjalan dengan baik, maka aksesibilitas menuju kawasan pusat kota pun harus dalam
kondisi yang memadai. Agar kawasan-kawasan lain bisa mengakses fungsi pelayanan
yang disediakan.

Pada Kawasan pusat Kota, berdasarkan data yang ada, jaringan jalan yang
sudah terdata panjangnya mencapai 9.77 Km dengan kondisi permukaan jalan adalah
100 % aspal. Sedangkan untuk jalan-jalan yang belum terdata, perkerasan jalannya
terdiri dari aspal, telford dan tanah. Jalan yang telah diaspal sebagian besar berada di
jalan-jalan utama, sedangkan kondisi jalan kerikil dan tanah sebagian besar
merupakan jalan lingkungan.

Gambar 6.9.
Kondisi Jaringan Jalan Kawasan Pusat Kota

Tabel 6.3
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kawasan pusat kota
VI - 16
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
tahun 2010

Panjang Tiap Jenis


Panjang Lebar
No Nama Ruas Jalan Permukaan
(Km) (m)
Aspal Telford Tanah
Jl. Cut Nyak Dhien-
1 0.7 9 100%
Subulussalam
Jl. Malikussaleh-
2 0.8 9 100%
Subulussalam
3 Jl. Pertemuan-Subulussalam 0.35 5 100%
Jl. Nyak Adam Kamil-
4 0.8 7 100%
Subulussalam
5 Jl. Pemancar-Subulussalam 1 6 100%
Jl. Lingkar Panglima Polem-
6 2 5.6 100%
Subulussalam
Jl. Panglima Saman-
7 1.4 5.6 100%
Subulussalam
Jl. Perdagangan-
8 0.44 6 100%
Subulussalam
9 Jl. PU-Subulussalam 0.14 7 100%
Jl. Sultan Daulat-
10 0.69 5 100%
Subulussalam
11 Jl. Siti Ambia-Subulussalam 0.3 5.5 100%
Jl. Syech Abdul rauf-
12 0.58 7 100%
Subulussalam
13 Jl. Pemuda-Subulussalam 0.57 5 100%

Sumber : Hasil Survey dan Pemetaan, 2010

Pada kawasan pusat kota terdapat dan direncanakan terminal yang merupakan
terminal yang akan melayani Kota Subulussalam. Terminal yang dikembangkan di Kota
Subulussalam adalah terminal penumpang dan/atau terminal barang, yaitu terminal
terpadu tipe C Subulussalam dan terminal terpadu tipe B di Kuta Cepu.
Penentuan lokasi terminal penumpang dan/atau terminal barang dilakukan
dengan memperhatikan rencana kebutuhan Terminal yang merupakan bagian dari
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penataan ruang di kawasan
dan di sekitar terminal serta di sepanjang jalan harus memperhatikan rencana
pengembangan transportasi jalan dan ketentuan keselamatan transportasi jalan.
Angkutan umum yang terdapat di Kawasan Pusat Kota terdiri dari kendaraan
becak motor dan angkutan mobil penumpang. Angkutan umum yang ada belum
mempunyai trayek yang jelas namun sudah mampu melayani pergerakan baik internal
maupun eksternal kawasan Pusat Kota. Kondisi eksisting saat ini, ketersediaan
angkutan dalam melayani kebutuhan pergerakan masyarakat sudah cukup memadai

VI - 17
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
namun ketidak jelasan trayek dan waktu operasi membuat pelayanan angkutan umum
ini belum maksimal. Dinas perhubungan merencanakan penyediaan micro bus yang
salah satunya akan melayani Kecamatan Penanggalan yang salah satu desanya
termasuk di Kawasan Pusat Kota.

Gambar 6.10
Angkutan umum di Kawasan Pusat Kota

Pergerakan di Kawasan Pusat Kota meliputi pergerakan orang dan barang,


yang merupakan pergerakan dalam lingkup internal kawasan, lingkup antara Kawasan
Pusat Kota dengan luar Kawasan Pusat Kota, serta antara Kawasan Pusat Kota
dengan lingkup regional Kota Subulussalam dan Kota Lain.
Pergerakan internal Kawasan Pusat Kota berkaitan dengan pusat kegiatan
yang terdapat di Kawasan Pusat Kota, sehingga pergerakan internal kawasan
merupakan perpindahan orang dan barang dari satu pusat kegiatan ke pusat kegiatan
lainnya di dalam lingkup internal Kawasan Pusat Kota. Orientasi pergerakan secara
umum berkaitan dengan aktifitas rutin penduduknya, seperti bangkitan pergerakan dari
perumahan ke tempat bekerja, sekolah, pasar, dan pusat aktifitas lainnya. Hal ini
dilakukan baik menggunakan moda angkutan pribadi maupun moda angkutan umum
yang melayani pergerakan di Kawasan Pusat Kota.
Pergerakan eksternal kawasan, baik antara Kawasan Pusat Kota dengan luar
Kawasan Pusat Kota dalam lingkup internal kota maupun antara Kawasan Pusat Kota
dengan regional Kota Subulussalam, sangat dipengaruhi oleh travel yang
menghubungkan Kota Subulussalam dengan kawasan disekitarnya.
VI - 18
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Penggunaan lahan pada kawasan prioritas secara umum hampir seimbang


antara kawasan terbangun permukiman perkotaan dengan kawasan non terbangun.
Hal ini dikarenakan kawasan ini telah berkembang menjadi pusat kota, namun di sisi
lain perkembangannya yang belum signifikan menyebabkan masih banyaknya sebaran
lahan yang belum termanfaatkan, berupa semak belukar, tanah terbuka dan
perkebunan. Perkembangan kegiatan terbangun bermula dari keberadaan jalan utama
Teuku Umar kemudian menyebar secara konsentris. Karakteristik ini dapat dilihat dari
penggunaan lahan di koridor jalan utama Teuku Umar dengan intensitas yang lebih
besar dibandingkan koridor jalan lainnya. Jalan utama ini merupakan jalan yang
menghubungkan perbatasan timur Kota Subulussalam dengan perbatasan utara Kota
Subulussalam, sehingga pergerakan regional melalui kawasan ini. Oleh karenanya
merupakan suatu hal yang wajar apabila perkembangan kawasan prioritas secara
alami bermula dari koridor utama, kemudian menyebar hingga ke blok-blok kawasan
yang lebih dalam dari jalan utama. Gambaran penggunaan lahan saat ini berdasarkan
klasifikasi penggunaan lahan adalah sebagai berikut:
- Penggunaan Perumahan. Perumahan penduduk pada kawasan prioritas
berkembang pada blok-blok kawasan yang berorientasi ke jalan utama Teuku
Umar. Jalan Teuku Umar yang merupakan jalan utama kota membentang dari
sisi timur menuju sisi barat kawasan kemudian berbelok ke arah utara. Kondisi ini
menyebabkan perkembangan kegiatan perumahan pada blok kawasan yang
berada di antara ruas timur-barat dengan ruas selatan-utara ini, karena aksesnya
sangat strategis yang dapat berorientasi pada ruas timur-barat maupun ruas
selatan-utara. Semakin dekat dengan akses jalan utama, pola perumahan
semakin bercirikan perkotaan. Pada bagian utara kawasan yang lebih jauh dari
akses jalan utama, pola perumahan yang berkembang masih bercirikan
perdesaan, bercampur dengan penggunaan semak belukar dan perkebunan.
- Penggunaan Perdagangan dan Jasa. Penggunaan lahan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa berkembang mengikuti pola jaringan jalan utama. Saat ini
koridor jalan Teuku Umar yang melintasi kawasan pusat kota telah dimanfaatkan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa dalam intensitas yang cukup padat. Selain

VI - 19
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
itu, kegiatan perdagangan dan jasa juga berkembang hingga ke dalam blok
kawasan akibat tarikan kegiatan terminal dan pasar. Kegiatan perdagangan dan
jasa yang dominan pada kawasan ini adalah rumah toko (ruko).
- Penggunaan Fasilitas Umum. Sebagai pusat pelayanan utama Kota
Subulussalam, kawasan prioritas memiliki ketersediaan fasilitas umum dan sosial
yang lebih memadai dibandingkan kawasan lainnya. Pada kawasan prioritas
telah terdapat fasilitas pendidikan, kesehatan dan peribadatan, yang diakses baik
oleh penduduk yang tinggal pada kawasan maupun di luar kawasan. Pola
sebaran fasilitas umum ini terdapat di koridor jalan teuku umar, serta pada pusat-
pusat lingkungan di dalam blok kawasan, mendekati perumahan penduduk.
Fasilitas lainnya yang terdapat di kawasan prioritas adalah pusat pelayanan
transportasi (terminal) yang melayani pergerakan perkotaan-perdesaan.
- Penggunaan RTH Perkotaan. RTH perkotaan pada kawasan prioritas terdiri dari
taman kota dan taman-taman lingkungan yang tersebar pada kawasan
permukiman penduduk. Taman Kota di kawasan prioritas adalah lapangan
beringin yang saat ini berfungsi sebagai alun-alun Kota Subulussalam.
Sedangkan taman lingkungan Kota Subulussalam tersebar di pusat-pusat
permukiman penduduk, yang pada umumnya merupakan taman olahraga.
Sementara itu RTH jalur hijau terdapat pada median jalan Teuku Umar.
- Penggunaan Ruang Terbuka dan Perkebunan. Kendati merupakan pusat kota,
pada kawasan prioritas masih dominan penggunaan non terbangun baik dalam
bentuk semak belukar maupun perkebunan. Penggunaan lahan non terbangun
ini dominan berada di bagian selatan kawasan yang berbatasan langsung
dengan Sungai Lae Kombih, serta pada bagian utara kawasan yang bercampur
dengan kegiatan perumahan penduduk. Selain berupa lahan non produktif
semak belukar, pada beberapa bagian kawasan yang merupakan perkebunan
juga merupakan lahan produktif yang digarap masyarakat setempat.

VI - 20
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.11.
Gambaran Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan

Tabel 6.4
Luas penggunaan Lahan Kawasan

Persentase(%
Penggunaan Tanah Luas (Ha) )
Fasum dan Fasos 5,96 0,29
Jalan 34,57 1,66
Kesehatan 6,59 0,32
Lahan Terbuka 376,26 18,08
Lapangan 1,63 0,08
Pariwisata 2,65 0,13
Pendidikan 10,34 0,50
Perdagangan dan Jasa 40,67 1,95
Peribadatan 2,36 0,11
Perkantoran 9,47 0,45
Perumahan 164,38 7,90
RTH 1.389,67 66,76
Semak 18,79 0,90
Terminal 18,33 0,88
Total 2.081,66 100,00
Sumber: Hasil Survey dan Pemetaan, 2010

VI - 21
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.12.
Peta penggunaan lahan pusat kota Subulussalam

DALAM A3

VI - 22
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Kawasan prioritas memiiki intensitas kepadatan yang bervariasi, rendah hingga


tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian kawasan telah berkembang menjadi pusat
kegiatan perkotaan, sementara sebagian kawasan lainnya masih merupakan
percampuran antara kegiatan perumahan dengan ruang-ruang non terbangun. Koridor
jalan utama didominasi oleh kegiatan dengan kepadatan sangat tinggi, dengan KDB
mancapai 70%. Keberadaan bangunan-bangunan perdagangan dan jasa deret (ruko)
menjadikan intensitas bangunan pada koridor ini sangat tinggi. Sementara pada blok
kawasan yang menghubungkan jalan utama dengan terminal dan pasar, terdapat
bangunan-bangunan perdagangan dan jasa dengan KDB 60%. Kegiatan lainnya yang
mengisi blok-blok kawasan memiliki intensitas KDB 40-50% terutama pada blok-blok
yang memiliki akses langsung ke jalan utama. Sementara itu penggunan permukiman
pada umumnya memiliki KDB rendah, berkisar antara 10%-40%.
Sama halnya dengan intensitas KDB, intensitas kepadatan bangunan
berdasarkan ketinggian bangunan pada kawasan prioritas juga sangat bervariasi. Pada
koridor jalan utama yang memiliki intensitas kepadatan tinggi, pada umumnya memiliki
ketinggian bangunan 3-4 lantai. Selanjutnya ketinggian mencapai 3 lantai pada koridor
yang menghubungkan pasar dengan jalan utama. Sementara penggunaan lahan
perumahan pada umumnya memiliki ketinggian 1-2 lantai.
Karakteristik kepadatan sebagaimana diuraikan menunjukan bahwa kawasan
prioritas telah berkembang dengan intensitas aktifitas yang cukup tinggi. Hal ini
merupakan modal dasar yang baik yang dapat menjadi embrio pengembangan
kawasan ke depan sebagai pusat pelayanan utama kota dengan fungsi primer.

6.3.5. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum (Spam) di Kota Subulussalam

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Subulussalam sebagian besar berasal


dari pemakaian sumur dangkal. Berturut-turut, popularitas alternatif sumber air bersih
bagi kebutuhan masyarakat sehari-hari adalah berasal dari sungai, PAM, dan air hujan.
Sumur dan air sungai menjadi alternatif pemenuhan air bersih yang paling
populer karena relatif mudah didapat, selain karena cakupan pelayanan PDAM yang

VI - 23
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
masih rendah. Di Kota Subulussalam, kedalaman air sumur berkisar antara 3 – 16 m,
dengan kedalaman air 1 – 2 m, dengan kualitas yang bervariasi di setiap desa.
Sebagian desa, bekerja sama dengan Departemen Pekerjaan Umum, dalam program
PNPM Mandiri memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan sumur
bersama. Bantuan penyediaan ini meliputi penggalian sumur, penyediaan wadah
penampungan air, dan kran distribusi. Penyediaan air bersih ini berbeda-beda untuk
tiap daerah, ada yang dibangun secara individual hanya untuk dimanfaatkan 1 rumah,
adapula yang dibangun di area terbuka dan dipergunakan secara bersama-sama untuk
penduduk satu desa.

Tabel 6.5.
Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh program pnpm mandiri

Bak
Sumur Sumur
Kecamatan Penampun MCK
Bor Gali
gan
Penanggalan 2 8 3 4
Rundeng 14 17 8
Simpang Kiri 2 16 15 4
Sultan Daulat 12 14 1
Total 4 50 49 17
Sumber: Data PNPM Kota Subulussalam, 2010

Air sungai menjadi alternatif berikutnya karena Kota Subulussalam dilewati oleh
beberapa sungai, yaitu Lae Kambih, Lae Soraya, Lae Bersih, dan Lae Ikan.
Masyarakat di sekitar sungai biasanya melakukan kegiatan mandi, cuci, kakus (MCK)
di sungai yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Secara umum, PDAM masih
menjadi alternatif ketiga pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Subulussalam. Hal ini
dikarenakan pelayanan PDAM baru dapat mencakup 16% dari jumlah rumah tangga
yang terdata di Kota Subussalam. Jumlah tersebut terdapat pada 5 desa di 2
kecamatan,yaitu Desa Penanggalan, Desa Cepu (Kec. Penanggalan), Desa
Subulussalam, Desa Subulussalam Selatan, dan Desa Subulussalam Utara (Kec.
Simpang Kiri) (Gambar 0.2). Konsentrasi dari pelayanan PDAM terdapat di Desa
Penanggalan, terutama di koridor Jalan Teuku Umar yang merupakan koridor
perdagangan dan koridor pemukiman perkotaan.
VI - 24
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
PDAM Kota Subulussalam ini memiliki kapasitas pelayanan sekitar 761 SR
(sambungan rumah) dengan sumber air dari Sungai Lae Sireprep, dan dengan
kapasitas intake 20 lps. Lokasi PDAM berada pada wilayah Kecamatan Penanggalan,
tepatnya berada di dekat jembatan Sungai Lae Kambih, di ruas jalan menuju
Kabupaten Aceh Singkil. Posisi dari lokasi PDAM ini berada pada ketinggian yang lebih
rendah dibandingkan dengan Kawasan Perkotaan Subulussalam yang menjadi wilayah
pelayanan utamanya, hal tentunya berimplikasi pada kebutuhan pemompaan pada
operasi distribusinya. Sebenarnya masih terdapat 1 intake lain yang berpotensi untuk
dijadikan sumber fasilitas air bersih, yaitu di Rundeng. Akan tetapi intake tersebut saat
ini tidak beroperasi.
Di luar data yang telah dijelaskan di atas, sebagian kecil penduduk di
Kecamatan Simpang Kiri dan Kecamatan Penanggalan menggunakan mata air
sebagai sumber air bersihnya. Penduduk di daerah Kp. Kuta Cepu, Simpang Kiri,
karena letaknya di daerah perbukitan, menyebabkan dekat dengan sumber mata air.
Oleh karena itu penyediaan air bersih penduduk setempat berasal dari mata air
terdekat secara gravitasi melalui pipa-pipa atau selang yang dibangun mandiri oleh
setiap penduduk. Sementara di Kecamatan Penanggalan, yang menggunakan mata air
sebagai sumber air bersih adalah Kampong Lae Ikan. Mata air tersebut berasal dari
pegunungan setempat yang langsung disalurkan melalui pipa dan bak penampungan.
Pada mulanya penyaluran air bersih menuju rumah penduduk menggunakan pipa
PVC, tetapi karena pipa tersebut seringkali mengalami kebocoran akhirnya penduduk
mengambil air bersih dari bak penampungan dengan menggunakan wadah/ember. Air
bersih yang berasal dari mata air tersebut tidak mengalami pengolahan terlebih dahulu
dan langsung digunakan oleh penduduk setempat untuk kegiatan rumah tangga.
Kualitas air bersih tersebut cukup baik, juga kuantitas, dan kontinuitasnya dapat
mencukupi kebutuhan penduduk setempat.

VI - 25
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.13
Bak Penampungan dan air bersih mata air

6.3.6. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan


Untuk Kawasan Pusat Kota, sampai saat ini pemenuhan kebutuhan air bersih
hanya berasal dari penggunaan air permukaan secara mandiri oleh penduduk dan
sumur bor yang dikelola oleh individual. Sistem perpipaan air bersih belum melayani
Kawasan Pusat Kota ini. Akan tetapi, selain pemenuhan kebutuhan air bersih secara
individual, pemerintah Kota Subulussalam melalui program PNPM telah membangun
beberapa MCK dan sumur bor yang bisa dipergunakan bersama-sama.
Tabel 5.6.
Pemenuhan program air bersih program PNPM

Desa MCK Sumur Bor


Lae Oram 1
Pegayo 3 2
Penanggalan 4
Subulussalam 1 2
Subulussalam Selatan 1
Total 4 10
Sumber: Data PNPM Kota Subulussalam, 2010

Untuk penyediaan air bersih ini, Kota Subulussalam dibagi menjadi 3 zona layanan:

 Zona 1: Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan. Kebutuhan air bersih untuk
seluruh zona akan dipenuhi oleh sistem perpipaan, dengan sumber air baku
dari Sungai Lae Sireprep.
 Zona 2: Kecamatan Rundeng bagian Selatan dan dan Longkip. Sebagian
kebutuhan air bersih akan dipenuhi oleh sistem perpipaan dengan sumber air
VI - 26
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
baku dari Sungai Lae Soraya; sebagian kebutuhan air bersih akan dipenuhi
oleh sistem sumur gali.
 Zona 3: Kecamatan Rundeng bagian Utara dan Sultan Daulat. Sebagian
kebutuhan air bersih akan dipenuhi oleh sistem perpipaan dengan sumber air
baku dari Sungai Lae Soraya; sebagian kebutuhan air bersih akan dipenuhi
oleh sistem sumur gali.

6.3.7. Kondisi Pengelolaan Limbah Kota Subulussalam


Saat ini pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem setempat/on-
site, baik secara individu maupun komunal. Limbah yang dikelola hanya limbah yang
berasal dari WC (black water), yaitu untuk rumah menengah ke atas dengan
menggunakan tangki septik, sedangkan untuk yang menengah ke bawah masih
menggunakan cubluk, sedangkan penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi
masih membuang langsung ke badan air/drainase.
Secara umum penyaluran dan pengolahan air limbah Kota Subulussalam
belum memiliki jalur penyaluran maupun instalasi pengolahan baik secara terpusat
maupun komunal. Berikut adalah skema yang menggambarkan secara umum
pengelolaan limbah domestik di Kota Subulussalam.
Penyaluran air limbah di Kota Subulussalam terbagi menjadi 2, ada yang
memiliki jalur penyaluran dan ada yang dibuang langsung ke badan air penerima
(sungai). Untuk yang memiliki jalur penyaluran, sebagian besar di pusat kota,
menggunakan sarana WC dan MCK, jenisnya ada yang berbasis individu dan komunal
(bersama). Dari WC dan MCK, jalur pembuangan air limbah terbagi menjadi dua.
Untuk limbah tinja (black water) ditampung ke dalam tangki septik sedangkan untuk
limbah cuci dan mandi (grey water) ada yang dibuang ke drainase jalan dahulu
(individu) lalu ke sungai, atau langsung menuju sungai (komunal). Ada pula yang tidak
memiliki jalur penyaluran air limbah, biasanya melakukan kegiatan MCK di sungai
sehingga penyaluran air limbah langsung dibuang di sungai. Kondisi ini ditemukan di
daerah permukiman sekitar bantaran sungai. Sampai saat ini Kota Subulussalam
belum memiliki IPLT dan belum pernah dilakukan penyedotan pada tangki septik.
Pembangunan sarana dan prasarana air limbah seperti WC dan MCK, selain
dilakukan individual (pribadi penduduk) adapula atas program pemerintah (Bidang

VI - 27
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Kota Subulussalam) bekerja sama dengan P2KP
(Program Pemberantasan Kemiskinan di Perkotaan). hampir di seluruh desa yang ada
di Kota Subulussalam. Pembangunan sarana dan prasarana meliputi pembangunan
MCK umum dan WC bersama.

Gambar 6.14.
Saluran Gret Water dan Kondisi MCK Penduduk

Menurut data dari Dinas PU Kota Subulussalam, masih ada daerah-daerah


yang belum dilengkapi MCK, di antaranya Desa Subulussalam Selatan, Makmur Jaya,
Lea Oram, Mukti Makmur, Subulussalam Barat, Penanggalan, dan lain-lain.

6.3.8. Kondisi Pengelolaan Limbah Kawasan Prioritas


Kondisi eksisting pengelolaan air limbah di kawasan prioritas sama halnya
dengan pengelolaan air limbah di Kota Subulussalam pada umumnya:
 Untuk limbah rumah tangga pengelolaan dilakukan dengan sistem
setempat/on-site. Limbah yang dikelola hanya limbah yang berasal dari WC,
yaitu untuk rumah menengah ke atas dengan menggunakan tangki septik,
sedangkan untuk yang menengah ke bawah masih menggunakan cubluk.
 Untuk penduduk yang belum memiliki fasilitas sanitasi masih membuang
langsung ke badan air/drainase.
 Sebagian besar limbah dari WC (black water) tidak diolah karena belum
tersedia IPLT.

VI - 28
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
 Limbah dari kegiatan usaha yang besar, seperti hotel, puskesmas, dan klinik
belum memiliki IPAL sendiri. Sedangkan dari industri-industri kecil,
pembuangan limbah langsung ke saluran drainase tanpa diolah terlebih dahulu.
Sudah ada industri kelapa sawit yang memiliki IPAL dengan menggunakan
sistem kolam oksidasi bertingkat.

Sebagai tindak lanjut dari pelayanan pembuangan limbah, saat ini sedang
dilakukan pengembangan dengan melakukan perbaikan dan pembangunan MCK baru.
Fasilitas komunal ini diperuntukan bagi masyarakat yang belum memiliki jamban
sendiri. Berdasarkan kondisi yang ada, persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut:
 Belum adanya instalasi pengolahan limbah, sehingga limbah rumah tangga
(grey water) dan limbah dari industri kecil/home industry dibuang langsung ke
saluran drainase.
 Belum ada IPLT, sehingga tidak diketahui pembuangan lumpur tinja hasil
penyedotan/pengurasan dari tangki septik.
 Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengolahan limbah.

6.3.9. Kondisi Jaringan Drainase Kota Subulussalam


Pengelolaan Drainase di Kota Subulussalam ditangani oleh Dinas Pekerjaan
Umum (DPU) Sub Dinas Cipta Karya. Sistem drainase di Kota Subulussalam secara
umum dibagi dalam tiga sistem :
 Sistem drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai
untuk menampung dan mengendalikan air hujan.
 Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai,
namun terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan
oleh adanya sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam
pasar).
 Sistem drainase saluran tanah (alami). Sistem ini sudah lama ada dan sangat
bermanfaat bagi drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang
ada dapat menampung beban curah hujan yang cukup tinggi.
VI - 29
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Kota Subulussalam sering mengalami banjir jika terjadi hujan. Kondisi tersebut
diakibatkan oleh belum tersedianya jaringan drainase yang memadai. Berdasarkan
data yang diperoleh dari Dinas PU Kota Subulussalam, sebagian besar jalan di Kota
Subulussalam belum tersedia jaringan drainase. Jaringan drainase masih terputus-
putus dan terpusat di jalan arteri dan sebagian kolektor. Saluran drainase terbangun
hanya terdapat di pusat kota saja (jalan arteri primer dan sekunder), khususnya di
wilayah Kecamatan Simpang Kiri dan Penanggalan.

6.3.10. Kondisi Jaringan Drainase Kawasan Prioritas


Secara umum, saluran drainase di kawasan prioritas masih sangat terbatas
pada daerah-daerah tertentu saja. Saluran drainase yang ada sebagian besar
merupakan saluran drainase alami dan sebagian kecil buatan. Saluran-saluran
drainase di kawasan prioritas memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan dan
memiliki pengaliran akhir di Sungai Lae Soraya dan Sungai Lae Kombih. Dengan
kondisi topografi yang relatif datar sekitar <5% dan sangat dekat dengan lokasi badan
air penerima limpasan, memberikan pengaruh kerentanan terhadap terjadinya banjir
akibat luapan dari Sungai Lae Penuntungan dan Sungai Lae Kombih.
Kondisi saluran secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
 Kondisi saluran dalam kawasan prioritas pada umumnya mengalir pada sisi
jalan dimana saat ini saluran drainase yang ada masih belum tertata baik
sehingga baik pada musim hujan maupun musim kemarau saluran drainase di
lingkungan permukiman maupun di jalan utama belum dapat mengatasi aliran
air secara optimal.
 Letak kawasan prioritas yang relatif datar dan ada bagian yang berupa rawa
kerapkali menyebabkan timbulnya genangan-genangan saat hujan turun
 Kurang seragamnya dimensi saluran yang mengakibatkan meluapnya air hujan
ke jalan.
 Sebagian besar saluran drainase berupa saluran alami sehingga dimensinya
tidak dapat menampung limpasan air hujan.

VI - 30
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Persoalan-persoalan eksisting berkaitan dengan sistem drainase kawasan prioritas
dan Kota Subulussalam secara umum adalah sebagai berikut:
 Jaringan jalan belum tertata dengan baik, banyak jalan yang belum dilengkapi
dengan trotoar dan mengandalkan saluran drainase alami untuk pengalirannya.
 Terdapat beberapa saluran drainase yang memiliki kapasitas lebih kecil
dibandingkan debit atau limpasan yang mengalir sehingga saluran tidak dapat
berfungsi secara optimal, begitu pula dengan gorong-gorong.
 Banyaknya sampah dan lumpur menyumbat aliran air pada drainase di
kawasan prioritas. Hal ini juga berkaitan dengan kurangnya tingkat kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan saluran.
Dengan adanya persoalan-persoalan sistem drainase di kawasan prioritas dan Kota
Subulussalam, menyebabkan adanya genangan pada daerah tertentu. Penyebab
genangan air yang terjadi adalah sebagai berikut:
 Belum adanya saluran drainase di sebagian besar tempat, sehingga pada saat
hujan akan terjadi genangan pada bagian pinggir jalan.
 Pada umumnya penyebab genangan air adalah curah hujan yang cukup tinggi,
sehingga saluran yang ada saat ini kadangkala tidak mampu menampung
curah hujan tersebut, namun hal ini tidak berlangsung lama.
 Saluran drainase yang sudah ada sebagian besar berupa saluran drainase
alami dan tidak menerus sehingga tidak efektif mengatasi limpasan air hujan.
 Dimensi saluran yang kurang maksimal pada saat hujan, maka perlu adanya
pengembangan untuk ukuran dimensi.
 Penyebab lainnya yaitu masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang
membuang sampah, sehingga masih ada beberapa daerah yang
masyarakatnya membuang sampah ke saluran, sehingga terjadi pendangkalan
pada saluran dan juga adanya air/sampah kiriman dari pinggiran kota.

6.3.11. Kondisi Pengelolaan Persampahan Kota Subulussalam


Jenis sampah yang dihasilkan di Kota Subulussalam paling banyak merupakan
jenis sampah rumah tangga (domestik) sehingga komposisi mayoritasnya berupa
sampah organik. Saat ini pelayanan hanya baru sekitar daerah pusat kota dengan
VI - 31
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
kurang lebih 25% pelayanan. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya sarana dan
prasarana persampahan, terutama truk pengangkut sampah ke TPA, dan timbulan
sampah di luar pusat kota tidak begitu besar jumlahnya.
Pengelolaan persampahan di Kota Subulussalam, saat ini ditangani oleh Dinas
Kebersihan dan Dinas Pertamanan. Retribusi sampah menggunakan peraturan dari
walikota dengan retribusi yang berbeda bagi tiap jenis kegiatan dan rumah tangga.
Untuk daerah pusat kota, di Kecamatan Simpang Kiri, telah dikembangkan sistem
pengelolaan persampahan dengan cara langsung, yaitu sampah dari setiap rumah
diangkut dan dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terletak di
daerah Kuta Cepu. Pengumpulan sampah untuk daerah yang tidak terjangkau dengan
truk pengangkut dilakukan dengan pengumpulan di TPS (Tempat Pembuangan
Sementara) yang tersebar di beberapa wilayah di pusat kota dan permukiman.
Pengangkutan meliputi sampah yang terletak di sepanjang jalan arteri primer
sampai kolektor sekunder. Periode pengangkutan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu,
yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Dalam 1 hari pengangkutan dilakukan 2 ritasi
menuju TPA.Estimasi timbulan sampah per hari adalah sekitar 21 m3, dengan lokasi
pengambilan di jalan-jalan berikut: Jl. T. Umar, Jl. Lingkar Pelawis, Jl. Perdagangan, Jl.
H. Fansuri, Terminal Keliling, Jl. Adam Kamil, Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Malikul Saleh,
Pajak Ikan, Pajak Ayam, Gang Pardosi, Jl. Pertemuan, Jl. Pajak Lama, Jl. Syeh Abdu
Rauf.

Gambar 6.15.
Pewadahan sampah di daerah perkotaan

VI - 32
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Pengelolaan persampahan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota
Subulussalam juga meliputi penyediaan sarana dan prasarana persampahan seperti
bin (wadah sampah), arm roll truck, dump truck, TPS, dan TPA. Penyediaan bin
meliputi berbagai ukuran dan bentuk seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Keberadaan bin tersebar di sepanjang jalan arteri primer sampai ke kolektor sekunder.
Untuk tiap bangunan, ukuran dan bentuk bin bervariasi. Rata-rata volume bin dapat
menampung sampah sekitar 40 liter. Alat transportasi pengangkutan menggunakan
arm roll truck dan dump truck masing-masing 1 unit. Saat ini terdapat kegiatan
pemilahan secara informal yang dilakukan oleh para pemulung di TPS-TPS untuk jenis-
jenis sampah tertentu seperti sampah kertas, plastik, dan logam. Kegiatan ini masih
bersifat individual dan belum terorganisir dengan baik.

Gambar 6.16.
Kegiatan pengelolaan sampah

VI - 33
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

TPA yang dimiliki oleh Kota Sabulussalam masih merupakan TPA sementara
dengan luas 3 Ha di Cepu, berjarak sekitar 10 km dari pusat kota, dan beroperasi
dengan sistem open dumping. Telah direncanakan bahwa TPA ini akan dipindahkan ke
TPA yang baru dengan luas sekitar 7 Ha.

Gambar 6.17
Tempat pembuangan akhir

Penanganan sampah secara keseluruhan, terutama di daerah Kecamatan


Penanggalan, Longkip, Rundeng, Sultan Daulat, penduduk masih melakukan
penanganan sampah secara mandiri karena tidak terlayani oleh pengangkutan dan
penyediaan sarana prasarana persampahan oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Kota Subulussalam. Contohnya di Kp. Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan, penduduk
setempat membuang sampah sembarangan di sekitar permukiman warga, dibuang ke
badan sungai, atau dibakar. Fasilitas pewadahan sampah seperti bin (tong sampah)
dan TPS tidak terdapat di daerah ini. Warga Kampong Jambi Baru, Kecamatan Sultan
Daulat, sebagian besar membakar sampah yang telah dihasilkan dari kegiatan rumah
tangga. Kadangkala juga membuang begitu saja ke Lae Alas. Kondisi ini menunjukkan
VI - 34
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku yang benar terhadap
sampah.
Gambar 6.18.
Timbunan sampah yang tersebar di kec. Penanggalan

Sumber: Hasil Survey, 2010

VI - 35
PT. MITRAPLAN KONST
Tabel 16
Matriks Konsekuensi Dan Dampak Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kota Subulussalam
 STRATEGI SKALA KOTA Kebutuhan identifikasi wilayah kumuh kota  Pendataan dan pemetaan wilayah permukiman
Permukiman Kebutuhan inventarisasi investasi daerah
 Perencanaan dan pembangunan kumuh kota Subulussalam
infrastruktur permukiman pusat kota Kebutuhan data potensi ekonomi daerah  Pengadaan dan peningkatan pelayanan jaringan
Subulussalam Kebutuhan identifikasi kawasan heritage daerah infrastruktur permukiman kota
Kebutuhan Kebijakan RTRW dan kebijakan tata  Relokasi dan penataan permukiman kumuh di area
ruang daerah sempadan sungai
Kebutuhan kajian pariwisata daerah  Penyusunan kebijakan pengembangan Sub Wilayah
Kebuthan kebijakan konservasi sumber daya Permukiman sesuai dengan arahan RTRW Kota
alam dan budi daya daerah Subulussalam
 Pengembangan kawasan permukiman agroindustri
berbasis pemberdayaan pihak swasta.
 Revitalisasi infrastruktur dan permukiman kawasan
bernilai budaya (heritage) di Rundeng
 Penataan pengembangan wilayah permukiman
formal dan informal sesuai dengan kebijakan RTRW
 Penyusunan regulasi IMB pembangunan
permukiman dan perumahan kota
 Peningkatan pemberdayaan sosial -ekonomi
masyarakat dalam pembangunan permukiman sehat
 Sosialisasi kebijakan pembangunan permukiman di
kota Subulussalam

VII - 15

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan master plan air bersih kawasan kota  Peningkatan kinerja IPA eksisting dan pembangunan
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan penyediaan air  Kebutuhan peningkatan SDM pengelola air IPA baru untuk meningkatkan ketersediaan dan
bersih yang merata di kota bersih kualitas air bersih
Subulussalam  Peningkatan debit sumber air baku
 Peningkatan kapasitas ketersediaan air bersih
 Penambahan jaringan distribusi air bersih
 Penambahan pelanggan air bersih.
 Penambahan jam pelayanaan air bersih menjadi 24
jam / hari.
 Peningkatan status pengelolaan UPTD PU menjadi
BUMD
 Peningkatan perawatan jaringan air bersih
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
efisiensi penggunaan air bersih

 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan penyusunan kebijakan pengelolaan  Penyusunan kebijakan pengelolaan sampah di
Persampahan
 Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah di wilayah dengan peruntukan fungsi wilayah dengan peruntukan fungsi campuran
persampahan kota Subulussalam campuran (terminal-pasar) (terminal-pasar)
 Kebutuhan data kawasan penghasil timbulan  Inventarisasi dan pemetaan kawasan penghasil
sampah kota timbulan sampah kota
 Kebutuhan peralatan pengumpul dan  Pengadaan peralatan pengumpul dan
pengangkutan sampah pengangkutan sampah
 Kebutuhan lokasi TPS di wilayah permukiman  Pembangunan TPS di wilayah permukiman dan
dan fasilitas umum fasilitas umum
 Kebutuhan TPA baru dan penyediaan TPS di  Peningkatan pelayananpengelolaan TPA baru dan
wilayah permukiman kota penyediaan TPS di wilayah permukiman kota
 Penetapan pengelolaan sampah melalui SK
Walikota.
VII - 16

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Sosialisasi kebijakan SK Walikota pengelolaan
sampah
 Peningkatan Pemberdayaan masyarakat untuk
berperan dalam pengolahan sampah (3R)
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan MasterPlan drainase Kota dan  Penyusunan MasterPlan drainase Kota dan
Drainase
 Pengadaan dan peningkatan pelayanan Kawasan. Kawasan.
sarana drainase permukiman kota  Kebutuhan DED drainase tingkat Kecamatan dan Penyusunan perencanaan DED drainase tingkat
Kota Kecamatan dan Kota
 Kebutuhan jaringan drainase primer hingga  Peningkatan kapasitas jaringan drainase primer
jaringan drainase tersier. hingga jaringan drainase tersier.
 Kebutuhan perawatan sarana drainase  Peningkatan perawatan sarana drainase
permukiman kota permukiman kota
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat  Pembersihan saluran drainase secara rutin
kebersihan drainase secara gotong royong  Peningkatan pengadaan saluran drainase baru
 Pembuatan saluran drainase untuk kawasan banjir
atau genangan
 Peningkatani pemberdayaan masyarakat kebersihan
drainase secara gotong royong
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan MasterPlan pembangunan jalan kota  Penyusunan perencanaan MasterPlan
Jalan
 Peningkataan pemerataan pembangunan Lingkungan  Kebutuhan jalan lingkungan di pedesaan pembangunan jalan kota
jalan kota  Kebutuhan kelengkapan jalan lingkungan  Peningkatan dan perbaikan jalan lingkungan di
(trotoar, drainase tertutup, lampu jalan dan nama pedesaan
jalan)  Penataan kelengkapan jalan lingkungan (trotoar,
 Kebutuhan jalur evakuasi bencana drainase tertutup, lampu jalan dan nama jalan)
 Pembangunan jalan untuk jalur evakuasi bencana
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan data lokasi RTH  Penyusunan identifikasi dan pemetaan lokasi RTH
RTH
 Peningkatan ketersediaan dan kualitas  Kebutuhan data kepemilikan RTH oleh  Peningkatan kepemilikan RTH oleh Pemerintah Kota
lahan kawasan RTH skala kota. Pemerintah Kota  Penataan hutan kota sebagai RTH
VII - 17

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Kebutuhan regulasi aturan sempadan sungai  Penyusunan regulasi aturan sempadan sungai dan
dan sempadan SUTT sebagai RTH sempadan SUTT sebagai RTH
 Kebutuhan taman dan lapangan olahraga skala  Pembangunan taman dan lapangan olahraga skala
kota kota
 Kebutuhan penataan kawasan pinggir sungai  Revitalisasi kawasan RTH yang ada
(sempadan Lae Soraya) untuk RTH.  Penataan kawasan pinggir sungai (sempadan Lae
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam Soraya) untuk RTH.
pengelolaan RTH  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan RTH

 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan perencanaan system pembuangan  Penyusunan perencanaan system pembuangan
Air Limbah
 Peningkatan pelayanan system limbah terpadu limbah terpadu permukiman dan industri
pembuangan limbah permukiman kota  Kebutuhan prasarana dan sarana air limbah  Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana air
terpadu dengan recycling system pada skala kota dan limbah dengan recycling system pada skala kota
kawasan permukiman dan kawasan permukiman
 Kebutuhan regulasi system pembuangan limbah  Penyusunan kebijakan system pembuangan limbah
pabrik / industry skala kota pabrik / industry skala kota
 STRATEGI SKALA KOTA Kondisi Rawan
 Kebutuhan data lahan kritis dan rawan bencana  Penyusunan identifikasi dan pemetaan lahan kritis
 Pembangunan infrastruktur tanggap Bencana  Kebutuhan rencana mitigasi dan jalur evakuasi dan rawan bencana
bencana bencana  Penyusunan perencanaan mitigasi dan jalur
 Kebutuhan ruang evakuasi bencana evakuasi bencana
 Kebutuhan sarana dan prasarana  Pembangunan tata ruang evakuasi bencana
penanggulangan korban bencana alam dan  Peningkatkan sarana dan prasarana
social penanggulangan korban bencana alam dan social
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat tanggap  Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat tanggap
darurat bencana darurat bencana

 STRATEGI SKALA KOTA Sistem  Kebutuhan rencana induk transportasi kota,  Penyusunan rencana induk transportasi kota,

VII - 18

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Pengembangan pelayanan transportasi Transportasi  Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi  Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana
kota, umum kota transportasi umum kota
 Kebutuhan terminal terpadu type B.  Pembangunan terminal terpadu type B.
 Kebutuhan pelayanan jaringan jalan  Peningkatan kapasitas pelayanan jaringan jalan
 Kebutuhan regulasi pengelolaan terminal dan  Penyusunan regulasi pengelolaan terminal dan
prasarana transportasi lain. prasarana transportasi lain.
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan terminal dan sarana transportasi pengelolaan terminal dan sarana transportasi umum
umum
STRATEGI SKALA KOTA infrastruktur  Kebutuhan masterplan infrastruktur  Penyusunan masterplan infrastruktur telekomunikasi
 Peningkatan pelayanan dan kualitas telekomunikasi telekomunikasi kota berbasis RTRW kota berbasis RTRW
jaringan informasi dan komunikasi  Kebutuhan sarana telekomunikasi umum  Peningkatan pelayanan sarana telekomunikasi
melibatkan swasta umum melibatkan swasta
 Kebutuhan regulasi pengelolaan system  Penyusunan regulasi pengelolaan system
telekomunikasi telekomunikasi
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sarana-prasarana telekomunikasi pengelolaan sarana-prasarana telekomunikasi

 STRATEGI SKALA KOTA infrastruktur  Kebutuhan rencana induk jaringan pelayanan  Penyusunan rencana induk jaringan pelayanan listrik
 Peningkatan pelayanan energi/kelistrikan energi listrik kota kota
/kelistrikan Kebutuhan sarana dan prasarana Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana
kota  
energi/kelistrikan kota energi/kelistrikan kota
(mulai dari SUTT hingga SUTR sampai ke (mulai dari SUTT hingga SUTR sampai ke
sambungan rumah) sambungan rumah)
 Kebutuhan regulasi pengelolaan system  Penyusunan regulasi pengelolaan system kelistrikan
kelistrikan kota kota

 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam


VII - 19

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pengelolaan sarana-prasarana kelistrikan  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sarana-prasarana kelistrikan

ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kawasan PUSAT KOTA SUBULUSSALAM
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan rencana penataan kawasan  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum area)
Permukiman
 Peremajaan (Urban Renewal) lingkungan permukiman kumuh (slum area) dan permukiman dan permukiman yang statusnya bermasalah
permukiman kota yang statusnya bermasalah (squatters area). (squatters area).
 Kebutuhan peremajaan fisik perumahan non-  Peremajaan fisik perumahan non-permanen
permanen lingkungan permukiman kota lingkungan permukiman kota
 Kebutuhan regulasi tata ruang dan tata bangunan Penyusunan regulasi tata ruang dan tata bangunan
kawasan permukiman kawasan permukiman
 Kebutuhan ketetapan garis sempadan bangunan  Penyusunan ketetapan garis sempadan bangunan
dan fungsi peruntukan tata guna lahan. dan fungsi peruntukan tata guna lahan.
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan permukiman komersial pengelolaan lingkungan permukiman komersial

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan jangkauan pelayanan jaringan air  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan jaringan air bersih bersih ke seluruh kawasan permukiman ke seluruh kawasan permukiman
ke kawasan permukiman di pusat kota  Kebutuhan air bersih berkualitas.  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih
Subulussalam  Kebutuhan jangkauan penyediaan jaringan air berkualitas.
bersih ke kawasan pengembangan permukiman  Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air
baru. bersih ke kawasan pengembangan permukiman
 Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam baru.
VII - 20

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pengelolaan air bersih  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
 Kebutuhan menajemen pengawasan kebocoran pengelolaan air bersih
pengelolaan air bersih di tingkat kawasan  Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran
 Kebutuhan penyediaan hidran kebakaran pengelolaan air bersih di tingkat kawasan
kawasan permukiman  Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan
permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Persampahan


 Kebutuhan peralatan, angkutan sampah gedung Penyediaan peralatan, angkutan sampah gedung
 Peningkatan pelayanan pengelolaan mesin pengelolaan persampahan mesin pengelolaan persampahan
sampah kawasan pusat kota  Kebutuhan angkutan sampah di kota  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di kota
Subulussalam  Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah secara 3R melalui pengelolaan sampah secara 3R melalui sosialisasi
sosialisasi dan kebijakan pengawasan dan kebijakan pengawasan
 Kebutuhan TPS di kawasan strategis timbulan  Peningkatan ketersediaan TPS di kawasan strategis
sampah kota timbulan sampah kota
 Kebutuhan kebijakan retribusi pembuangan  Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah
sampah kawasan kawasan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan konservasi kawasan yang berfungsi  Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi
Drainase
 Peningkatan pelayanan infrastruktur sebagai resapan air sebagai resapan air
drainase kawasan permukiman pusat  Kebutuhan peningkatan mutu lahan resapan air  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui konsep
kota Subulussalam melalui konsep biopori pada kawasan biopori pada kawasan permukiman
permukiman  Penyusunan perencanaan tipe dan standard
 Kebutuhan rencana tipe dan standard drainase drainase kawasan permukiman pusat kota
kawasan permukiman pusat kota Subulussalam Subulussalam
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan drainase pengelolaan drainase

VII - 21

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan master plan dan DED pembangunan  Penyusunan master plan dan DED pembangunan
Jalan
 Pembangunan dan peningkatan dan Lingkungan jalan lingkungan permukiman jalan lingkungan permukiman
pemeliharaan jalan dan jembatan di  Kebutuhan jalan minimum 3 meter agar dapat  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat
kawasan permukiman pusat kota dilalui kendaraan pemadam kebakaran. dilalui kendaraan pemadam kebakaran.
Subulussalam  Kebutuhan angkutan umum (halte dan pangkalan Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan
angkot / ojek / becak, serta parkir umum) pada pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir umum)
jalan lingkungan pada jalan lingkungan
 Kebutuhan prasarana dan sarana pejalan kaki,  Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
 Kebutuhan jalan akses menuju terminal Type B di pejalan kaki,
Cepu  Percepatan pembangunan jalan akses menuju
 Kebutuhan Regulasi tentang penataan bangunan terminal Type B di Cepu
pergudangan pada kawasan kota.  Penyusunan Regulasi tentang penataan bangunan
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam pergudangan pada kawasan kota.
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan RTH sebagai public space di kawasan Pembangunan RTH sebagai public space di kawasan
RTH
 Peningkatan pelayanan RTH khusus permukiman permukiman
kawasan permukiman pusat kota  Kebutuhan regulasi bagi pengembang  Penyusunan regulasi bagi pengembang (developer)
Subulussalam (developer) untuk penyediaan RTH berupa untuk penyediaan RTH berupa taman lingkungan
taman lingkungan pada perumahan baru pada perumahan baru
 Kebutuhan masyarakat sadar lingkungan hijau  Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau untuk
untuk pengelolaan RTH mandiri pengelolaan RTH mandiri
 Kebutuhan kawasan alun-alun sebagai RTH  Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman. kawasan permukiman.
 Kebutuhan lahan makam bagi masyarakat  Pembangunan lahan makam bagi masyarakat

 Kebutuhan RTH dengan vegetasi yang memiliki  Pembangunan RTH dengan vegetasi yang memiliki

VII - 22

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
nilai produktif secara ekonomi. nilai produktif secara ekonomi.
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan sarana pembuangan limbah dari  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari rumah
Air Limbah
 Peningkatan system pengelolaan limbah rumah tangga menuju sumur resapan tangga menuju sumur resapan
lingkungan dan permukiman pusat kota  Kebutuhan pengelola limbah lingkungan  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah
Subulussalam permukiman ( pasar dan industri rumah tangga) lingkungan permukiman ( pasar dan industri rumah
 Kebutuhan kebijakan dan retribusi pembuangan tangga)
limbah kawasan  Penyusunan kebijakan dan retribusi pembuangan
 Kebutuhan regulasi pembuangan limbah ke limbah kawasan
Sungai Lae Kombih  Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Sungai
Lae Kombih

 STRATEGI SKALA KAWASAN Kawasan rawan Kebutuhan sosialisasi evakuasi bencana luapan  Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan
 Peningkatan pelayanan tanggap darurat Bencana banjir bagi permukiman tepi sungai Lae Kombih banjir bagi permukiman tepi sungai Lae Kombih
rawan bencana tanah longsor di pusat  Kebutuhan sosialisasi model pembangunan  Peningkatan sosialisasi model pembangunan
kota Subulussalam permukiman di daerah pemekaran pembangunan permukiman di daerah pemekaran pembangunan
permukiman permukiman
 Kebutuhan kebijakan tata kelola lahan yang  Penyusunan kebijakan tata kelola lahan yang
mengalami perubahan peruntukan pertanian mengalami perubahan peruntukan pertanian menjadi
menjadi permukiman permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Transportasi  Kebutuhan masterplan sarana transportasi umum Penyusunan masterplan sarana transportasi umum
 Peningkatan pelayanan system kawasan pusat kota Subulussalam kawasan pusat kota Subulussalam
transportasi kawasan pusat kota  Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi
Subulussalam umum pedesaan dan kawasan pusat kota umum pedesaan dan kawasan pusat kota
Subulussalam Subulussalam
 Kebutuhan fasilitas prasarana dan sarana  Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan dsb transportasi, rambu jalan dsb
 Kebutuhan terminal B  Pembangunan terminal B
Kebutuhan sarana transportasi umum alternative Pembangunan sarana transportasi umum alternative
VII - 23

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pusat kota Subulussalam pusat kota Subulussalam
 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan jaringan telkom di kawasan pusat kota Peningkatan pelayanan jaringan telkom di kawasan
 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi Subulussalam pusat kota Subulussalam
telkom di seluruh kawasan pusat kota  Kebutuhan internet di kawasan pusat kota  Peningkatan pelayanan internet di kawasan pusat
Subulussalam Subulussalam kota Subulussalam

 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan pembebasan dan ganti rugi pohon  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon
 Peningkatan pelayanan kelistrikan energi/kelistrika untuk jalur listrik kawasan untuk jalur listrik kawasan
menjangkau seluruh kawasan n  Kebutuhan program PLTMH  Peningkatan program PLTMH
permukiman pusat kota Subulussalam  Kebutuhan program PLTMH, angin, biodisel, Peningkatan program PLTMH, angin, biodisel, PLTS,
PLTS, PLTA, Gasifikasi. PLTA, Gasifikasi.
 Kebutuhan alternative penggunaan energy baru  Peningkatan alternative penggunaan energy baru
terbarukan terbarukan
 Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam tertib  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah tangga penggunaan listrik rumah tangga
Kebutuhan pendapatan dari retribusi tariff listrik Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik
industri industri

VII - 24

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kawasan RUNDENG
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan kebijakan penataan ruang kawasan  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum area)
Permukiman
 Peremajaan (SubUrban Renewal) permukiman kumuh (slum area) dan dan permukiman yang statusnya bermasalah
lingkungan permukiman tepi sungai di permukiman yang statusnya bermasalah (squatters area).
Rundeng (squatters area).  Peremajaan fisik perumahan dengan status darurat
 Kebutuhan peremajaan fisik perumahan dengan non-permanent lingkungan permukiman tepi sungai
status darurat non-permanent lingkungan  Penyusunan regulasi tata ruang dan tata bangunan
permukiman tepi sungai kawasan tepi sungai di Rundeng
 Kebutuhan regulasi tata ruang dan tata bangunan  Penyusunan ketetapan garis sempadan bangunan
kawasan tepi sungai di Rundeng dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.
 Kebutuhan ketetapan garis sempadan bangunan  Relokasi perumahan di sempadan sungai.
dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai
pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai  Pembangunan / renovasi rumah bersejarah pada
 Kebutuhan renovasi rumah bersejarah pada kota kota lama Rundeng
lama Rundeng

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan jangkauan pelayanan jaringan air  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan jaringan air bersih bersih ke kawasan permukiman ke kawasan permukiman
ke kawasan permukiman di Rundeng  Kebutuhan penyediaan jumlah air bersih  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih
berkualitas. berkualitas.
 Kebutuhan jangkauan penyediaan jaringan air  Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air
bersih ke kawasan pengembangan bersih ke kawasan pengembangan permukiman
permukiman baru. baru.
 Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan air bersih pengelolaan air bersih
 Kebutuhan menajemen pengawasan kebocoran  Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di tingkat kawasan pengelolaan air bersih di tingkat kawasan
VII - 25

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Kebutuhan penyediaan hidran kebakaran  Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan
kawasan permukiman permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Persampahan


 Kebutuhan peralatan, angkutan sampah gedung Penyediaan peralatan, angkutan sampah gedung
 Peningkatan pelayanan pengelolaan mesin pengelolaan persampahan mesin pengelolaan persampahan
sampah kawasan Rundeng  Kebutuhan pelayanan angkutan sampah di  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di
Rundeng Rundeng
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah secara 3R melalui pengelolaan sampah secara 3R melalui sosialisasi
sosialisasi dan kebijakan pengawasan dan kebijakan pengawasan
 Kebutuhan ketersediaan TPS di Rundeng  Peningkatan ketersediaan TPS di Rundeng
 Kebutuhan kebijakan retribusi pembuangan  Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah
sampah kawasan kawasan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan konservasi kawasan yang berfungsi  Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi
Drainase
 Peningkatan pelayanan infrastruktur sebagai resapan air sebagai resapan air
drainase kawasan permukiman  Kebutuhan mutu lahan resapan air melalui  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui konsep
Rundeng konsep biopori pada kawasan permukiman biopori pada kawasan permukiman
 Kebutuhan perencanaan tipe dan standard  Penyusunan perencanaan tipe dan standard
drainase kawasan permukiman Rundeng drainase kawasan permukiman Rundeng
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan drainase pengelolaan drainase

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan master plan dan DED pembangunan  Penyusunan master plan dan DED pembangunan
Jalan
 Pembangunan dan peningkatan dan Lingkungan jalan lingkungan permukiman jalan lingkungan permukiman
pemeliharaan jalan dan jembatan di  Kebutuhan lebar jalan minimum 3 meter agar  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat

VII - 26

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
kawasan permukiman Rundeng dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran. dilalui kendaraan pemadam kebakaran.
 Kebutuhan prasarana angkutan umum (halte dan Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan
pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir umum)
umum) pada jalan lingkungan pada jalan lingkungan
 Kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana  Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
pejalan kaki, pejalan kaki,
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan
 Kebutuhan penataan aksesibilitas kawasan  Penataan aksesibilitas kawasan Pariwisata Islami
Pariwisata Islami

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan RTH di bantaran sungai sebagai  Pembangunan RTH di bantaran sungai sebagai
RTH
 Peningkatan pelayanan RTH khusus barrier pembatas permukiman barrier pembatas permukiman
kawasan permukiman tepi sungai  Kebutuhan RTH sebagai public space di kawasan Pembangunan RTH sebagai public space di kawasan
Rundeng permukiman permukiman
 Kebutuhan regulasi bagi pengembang  Penyusunan regulasi bagi pengembang (developer)
(developer) untuk penyediaan RTH berupa untuk penyediaan RTH berupa taman lingkungan
taman lingkungan pada perumahan baru pada perumahan baru
 Kebutuhan pembinaan masyarakat sadar  Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau untuk
lingkungan hijau untuk pengelolaan RTH mandiri pengelolaan RTH mandiri
 Kebutuhan kawasan alun-alun sebagai RTH  Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman. kawasan permukiman.
 Kebutuhan lahan makam bagi masyarakat  Pembangunan lahan makam bagi masyarakat
Pembangunan RTH bantaran sungai dengan  Pembangunan RTH bantaran sungai dengan vegetasi
vegetasi yang memiliki nilai produktif secara yang memiliki nilai produktif secara ekonomi.
ekonomi
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan sarana pembuangan limbah dari  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari rumah
Air Limbah
 Peningkatan system pengelolaan limbah rumah tangga menuju sumur resapan tangga menuju sumur resapan

VII - 27

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
lingkungan dan permukiman  Kebutuhan pelayanan pengelolaan limbah  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah
lingkungan permukiman ( pasar dan industri lingkungan permukiman ( pasar dan industri rumah
rumah tangga) tangga)
 Kebutuhan penyusunan kebijakan dan retribusi  Penyusunan kebijakan dan retribusi pembuangan
pembuangan limbah kawasan limbah kawasan
Kebutuhan penyusunan regulasi pembuangan Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Sungai
limbah ke Sungai Lae Souraya. Lae Souraya.
 STRATEGI SKALA KAWASAN Kawasan

rawan
Kebutuhan sosialisasi evakuasi bencana luapan  Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan
 Peningkatan pelayanan tanggap darurat Bencana banjir bagi permukiman tepi sungai banjir bagi permukiman tepi sungai
rawan bencana luapan sungai dan tanah  Kebutuhan sosialisasi model pembangunan  Peningkatan sosialisasi model pembangunan
longsor permukiman di daerah bantaran sungai rawan permukiman di daerah bantaran sungai rawan
bencana bencana
 Kebutuhan kebijakan tata kelola lahan  Penyusunan kebijakan tata kelola lahan perkebunan
perkebunan sawit tepi sungai sawit tepi sungai

 STRATEGI SKALA KAWASAN Transportasi  Kebutuhan masterplan sarana transportasi umum Penyusunan masterplan sarana transportasi umum
 Peningkatan pelayanan system kawasan kawasan
transportasi kawasan Rundeng  Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi
umum pedesaan dan kawasan Rundeng umum pedesaan dan kawasan Rundeng
 Kebutuhan fasilitas prasarana dan sarana  Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan dsb transportasi, rambu jalan dsb
 Kebutuhan terminal di IKK Rundeng  Pembangunan terminal di IKK Rundeng
Kebutuhan sarana transportasi sungai, dermaga Pembangunan sarana transportasi sungai, dermaga
apung di kawasan permukiman tepi sungai Lae apung di kawasan permukiman tepi sungai Lae
Souraya Souraya
 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan pelayanan jaringan telkom di kawasan Peningkatan pelayanan jaringan telkom di kawasan
 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi Rundeng Rundeng
telkom di seluruh kawasan Rundeng  Kebutuhan pelayanan internet di kawasan  Peningkatan pelayanan internet di kawasan Rundeng

VII - 28

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Rundeng

 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan pembebasan dan ganti rugi pohon  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon
 Peningkatan pelayanan kelistrikan energi/kelistrika untuk jalur listrik kawasan untuk jalur listrik kawasan
menjangkau seluruh kawasan n  Kebutuhan program PLTMH  Peningkatan program PLTMH
permukiman Rundeng  Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam tertib  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah tangga penggunaan listrik rumah tangga
 Kebutuhan pendapatan dari retribusi tariff listrik  Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik
industri industri

ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
VII - 29

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan penataan kawasan permukiman  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum area)
Permukiman
 Peremajaan (SubUrban Renewal) kumuh (slum area) dan permukiman yang dan permukiman yang statusnya bermasalah
lingkungan permukiman tepi sungai di statusnya bermasalah (squatters area). (squatters area).
Gelombang  Kebutuhan peremajaan fisik perumahan dengan  Peremajaan fisik perumahan dengan status darurat
status darurat non-permanent lingkungan non-permanent lingkungan permukiman tepi sungai
permukiman tepi sungai  Penyusunan regulasi tata ruang dan tata bangunan
 Kebutuhan regulasi tata ruang dan tata bangunan kawasan tepi sungai di Gelombang
kawasan tepi sungai di Gelombang  Penyusunan ketetapan garis sempadan bangunan
 Kebutuhan ketetapan garis sempadan bangunan dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.
dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.  Relokasi perumahan di sempadan sungai.
 Kebutuhan relokasi perumahan di sempadan  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
sungai. pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan jangkauan pelayanan jaringan air  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan jaringan air bersih bersih ke kawasan permukiman ke kawasan permukiman
ke kawasan permukiman di Gelombang  Kebutuhan penyediaan jumlah air bersih  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih
berkualitas. berkualitas.
 Kebutuhan jangkauan penyediaan jaringan air  Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air
bersih ke kawasan pengembangan permukiman bersih ke kawasan pengembangan permukiman
baru. baru.
 Kebutuhan n partisipasi masyarakat dalam  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan air bersih pengelolaan air bersih
 Kebutuhan menajemen pengawasan kebocoran  Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di tingkat kawasan pengelolaan air bersih di tingkat kawasan
 Kebutuhan penyediaan hidran kebakaran  Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan

VII - 30

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
kawasan permukiman permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Persampahan  Kebutuhan peralatan, angkutan sampah gedung Penyediaan peralatan, angkutan sampah gedung
 Peningkatan pelayanan pengelolaan mesin pengelolaan persampahan mesin pengelolaan persampahan
sampah kawasan Gelombang  Kebutuhan pelayanan angkutan sampah di  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di
Gelombang Gelombang
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah secara 3R melalui pengelolaan sampah secara 3R melalui sosialisasi
sosialisasi dan kebijakan pengawasan dan kebijakan pengawasan
 Kebutuhan ketersediaan TPS di Gelombang  Peningkatan ketersediaan TPS di Gelombang
 Kebutuhan kebijakan retribusi pembuangan  Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah
sampah kawasan kawasan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan konservasi kawasan yang berfungsi  Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi
Drainase
 Peningkatan pelayanan infrastruktur sebagai resapan air sebagai resapan air
drainase kawasan permukiman  Kebutuhan mutu lahan resapan air melalui  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui konsep
Gelombang konsep biopori pada kawasan permukiman biopori pada kawasan permukiman
 Kebutuhan perencanaan tipe dan standard  Penyusunan perencanaan tipe dan standard
drainase kawasan permukiman Gelombang drainase kawasan permukiman Gelombang
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan drainase pengelolaan drainase

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan master plan dan DED pembangunan  Penyusunan master plan dan DED pembangunan
Jalan
 Pembangunan dan peningkatan dan Lingkungan jalan lingkungan permukiman jalan lingkungan permukiman
pemeliharaan jalan dan jembatan di  Kebutuhan lebar jalan minimum 3 meter agar  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat
kawasan permukiman Gelombang dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran. dilalui kendaraan pemadam kebakaran.

VII - 31

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Kebutuhan prasarana angkutan umum (halte dan Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan
pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir umum)
umum) pada jalan lingkungan pada jalan lingkungan
 Kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana  Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
pejalan kaki, pejalan kaki,
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan RTH di bantaran sungai sebagai  Pembangunan RTH di bantaran sungai sebagai
RTH
 Peningkatan pelayanan RTH khusus barrier pembatas permukiman barrier pembatas permukiman
kawasan permukiman tepi sungai  Kebutuhan RTH sebagai public space di kawasan Pembangunan RTH sebagai public space di kawasan
Gelombang permukiman permukiman
 Kebutuhan regulasi bagi pengembang  Penyusunan regulasi bagi pengembang (developer)
(developer) untuk penyediaan RTH berupa untuk penyediaan RTH berupa taman lingkungan
taman lingkungan pada perumahan baru pada perumahan baru
 Kebutuhan pembinaan masyarakat sadar  Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau untuk
lingkungan hijau untuk pengelolaan RTH mandiri pengelolaan RTH mandiri
 Kebutuhan kawasan alun-alun sebagai RTH  Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman. kawasan permukiman.
 Kebutuhan lahan makam bagi masyarakat  Pembangunan lahan makam bagi masyarakat
 Kebutuhan RTH bantaran sungai dengan vegetasi Pembangunan RTH bantaran sungai dengan vegetasi
yang memiliki nilai produktif secara ekonomi. yang memiliki nilai produktif secara ekonomi.
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan sarana pembuangan limbah dari  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari rumah
Air Limbah
 Peningkatan system pengelolaan limbah rumah tangga menuju sumur resapan tangga menuju sumur resapan
lingkungan dan permukiman  Kebutuhan pelayanan pengelolaan limbah  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah
lingkungan permukiman ( pasar dan industri lingkungan permukiman ( pasar dan industri rumah
rumah tangga) tangga)
 Kebutuhan kebijakan dan retribusi pembuangan  Penyusunan kebijakan dan retribusi pembuangan

VII - 32

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
limbah kawasan limbah kawasan
 Kebutuhan regulasi pembuangan limbah ke  Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Sungai
Sungai Lae Souraya. Lae Souraya.
 STRATEGI SKALA KAWASAN Kawasan

rawan
Kebutuhan sosialisasi evakuasi bencana luapan  Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan
 Peningkatan pelayanan tanggap darurat Bencana banjir bagi permukiman tepi sungai banjir bagi permukiman tepi sungai
rawan bencana luapan sungai dan tanah  Kebutuhan sosialisasi model pembangunan  Peningkatan sosialisasi model pembangunan
longsor permukiman di daerah bantaran sungai rawan permukiman di daerah bantaran sungai rawan
bencana bencana
 Kebutuhan kebijakan tata kelola lahan  Penyusunan kebijakan tata kelola lahan perkebunan
perkebunan sawit tepi sungai sawit tepi sungai

 STRATEGI SKALA KAWASAN Transportasi  Kebutuhan masterplan sarana transportasi umum Penyusunan masterplan sarana transportasi umum
 Peningkatan pelayanan system kawasan kawasan
transportasi kawasan Gelombang  Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi
umum pedesaan dan kawasan Gelombang umum pedesaan dan kawasan Gelombang
 Kebutuhan fasilitas prasarana dan sarana  Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan dsb transportasi, rambu jalan dsb
 Kebutuhan terminal di IKK Sultan Daulat  Pembangunan terminal di IKK Sultan Daulat
 Kebutuhan sarana transportasi sungai, dermaga Pembangunan sarana transportasi sungai, dermaga
apung di kawasan permukiman tepi sungai Lae apung di kawasan permukiman tepi sungai Lae
Souraya Souraya
 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan pelayanan jaringan telkom di kawasan Peningkatan pelayanan jaringan telkom di kawasan
 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi Rundeng Rundeng
telkom di seluruh kawasan Gelombang  Kebutuhan pelayanan internet di kawasan  Peningkatan pelayanan internet di kawasan
Gelombang Gelombang

 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan pembebasan dan ganti rugi pohon  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon
 Peningkatan pelayanan kelistrikan energi/kelistrika untuk jalur listrik kawasan untuk jalur listrik kawasan

VII - 33

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
menjangkau seluruh kawasan n  Kebutuhan program PLTMH  Peningkatan program PLTMH
permukiman Gelombang  Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam tertib  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah tangga penggunaan listrik rumah tangga
 Kebutuhan pendapatan dari retribusi tariff listrik  Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik
industri industri

VII - 34

PT. MITRAPLAN KONST


Tabel 7.2.
Matriks Analisis Korelasi Dalam Strategi Pembangunan Pemukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
I Strategi Skala Kota Subulussalam
 STRATEGI SKALA KOTA  Pendataan dan pemetaan RENSTRA PU Bidang Melaksanakan pembangunan APBN, 5, 10, 15,
Permukim kawasan perumahan dan
 Perencanaan dan wilayah permukiman Cipta Karya APBK, 20 Tahun
an kumuh kota Subulussalam permukiman yang berkualitas (aman,
pembangunan infrastruktur Direktorat APBA
permukiman pusat kota  Pengadaan dan Pengembangan nyaman, teratur, dan layak) dan sehat
Subulussalam peningkatan pelayanan Permukiman melalui:
jaringan infrastruktur Penertiban lokasi permukiman liar
permukiman kota dan kumuh (slum & squatters)
 Relokasi dan penataan Peremajaan lingkungan permukiman
permukiman kumuh di kurang layak huni dan rawan
area sempadan sungai bencana alam
 Penyusunan kebijakan
pengembangan Sub
Wilayah Permukiman Peremajaan lingkungan permukiman
sesuai dengan arahan tepi sungai
RTRW Kota Subulussalam Peremajaan lingkungan permukiman
 Pengembangan kawasan transmigrasi
permukiman agroindustri Penguatan finansial kelembagaan
berbasis pemberdayaan keuangan formal dan non formal
pihak swasta. untuk pembangunan perumahan
 Revitalisasi infrastruktur Penyediaan permukiman bagi
dan permukiman kawasan pegawai industry agroindustri
VII - 15

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
bernilai budaya (heritage) yang berbasis lingkungan.
di Rundeng Pengembangan kawasan perumahan
 Penataan pengembangan formal dan informal sebagai
wilayah permukiman tempat hunian yang aman,
formal dan informal sesuai nyaman dan produktif dengan
dengan kebijakan RTRW didukung sarana dan prasarana
 Penyusunan regulasi IMB permukiman yang memadai.
pembangunan
permukiman dan
perumahan kota
 Peningkatan
pemberdayaan sosial
-ekonomi masyarakat
dalam pembangunan
permukiman sehat
 Sosialisasi kebijakan
pembangunan
permukiman di kota
Subulussalam

 STRATEGI SKALA KOTA  Peningkatan kinerja IPA Meningkatkan pelayanan, APBN,


Air Bersih RENSTRA PU 5, 10, 15,
 Peningkatan pelayanan eksisting dan ketersediaan dan perluasan jaringan APBK,
Bidang Cipta Karya 20 Tahun
penyediaan air bersih pembangunan IPA baru ke seluruh kawasan permukiman APBA
Direktorat
yang merata di kota untuk meningkatkan Optimasi pelayanan air bersih
Pengembangan
Subulussalam ketersediaan dan kualitas melalui:
Permukiman
air bersih ₋ Peningkatan ketersediaan dan
VII - 16

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 Peningkatan debit sumber perluasan jaringan ke seluruh
air baku kawasan permukiman
 Peningkatan kapasitas ₋ Peningkatan kualitas air bersih
ketersediaan air bersih
 Penambahan jaringan
distribusi air bersih
 Penambahan pelanggan
air bersih.
 Penambahan jam
pelayanaan air bersih
menjadi 24 jam / hari.
 Peningkatan status
pengelolaan UPTD PU
menjadi BUMD
 Peningkatan perawatan
jaringan air bersih
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
efisiensi penggunaan air
bersih

 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan kebijakan Meningkatkan pelayanan


Persampah RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
 Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah di operasionalisasi TPA regional
an Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
pengelolaan persampahan wilayah dengan Optimasi pengelolaan persampahan
Direktorat APBA
kota Subulussalam peruntukan fungsi melalui:
VII - 17

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
campuran (terminal-pasar) ₋ operasionalisasi konsep 3R
Pengembangan
 Inventarisasi dan ₋ operasionalisasi system sanitary
Permukiman
pemetaan kawasan landfill pada TPA regional
penghasil timbulan
sampah kota
 Pengadaan peralatan
pengumpul dan
pengangkutan sampah
 Pembangunan TPS di
wilayah permukiman dan
fasilitas umum
 Peningkatan
pelayananpengelolaan
TPA baru dan penyediaan
TPS di wilayah
permukiman kota
 Penetapan pengelolaan
sampah melalui SK
Walikota.
 Sosialisasi kebijakan SK
Walikota pengelolaan
sampah
 Peningkatan
Pemberdayaan
masyarakat untuk
berperan dalam
VII - 18

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
pengolahan sampah (3R)
 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan MasterPlan Mengembangkan pemerataan 5, 10, 15,
Drainase RENSTRA PU APBN,
 Pengadaan dan peningkatan drainase Kota dan jaringan drainase secara terpadu 20 Tahun
Bidang Cipta Karya APBK,
pelayanan sarana Kawasan. untuk mengurangi dan
Direktorat APBA
drainase permukiman kota  Penyusunan perencanaan menanggulangi genangan/banjir
Pengembangan
DED drainase tingkat Permukiman
Kecamatan dan Kota
 Peningkatan kapasitas
jaringan drainase primer
hingga jaringan drainase
tersier.
 Peningkatan perawatan
sarana drainase
permukiman kota
 Pembersihan saluran
drainase secara rutin
 Peningkatan pengadaan
saluran drainase baru
 Pembuatan saluran
drainase untuk kawasan
banjir atau genangan
 Peningkatani
pemberdayaan
masyarakat kebersihan
drainase secara gotong
royong
VII - 19

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan perencanaan ₋ Mengembangkan jaringan jalan
Jalan RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
 Peningkataan pemerataan MasterPlan pembangunan permukiman dan meningkatkan
Lingkungan Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
pembangunan jalan kota jalan kota kualitas jalan lingkungan
Direktorat APBA
 Peningkatan dan Pengembangan
perbaikan jalan ₋ Meningkatkan kualitas jalan
Permukiman
lingkungan di pedesaan lingkungan
 Penataan kelengkapan
jalan lingkungan (trotoar, ₋ Meningkatkan kelancaran
drainase tertutup, lampu pelayanan angkutan jalan secara
jalan dan nama jalan) terpadu
 Pembangunan jalan untuk
jalur evakuasi bencana
 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan identifikasi
RTH RENSTRA PU Optimasi penyediaan lahan untuk APBN, 5, 10, 15,
 Peningkatan ketersediaan dan pemetaan lokasi Bidang Cipta Karya RTH yang produktif dan estetis APBK, 20 Tahun
dan kualitas lahan RTH Direktorat APBA
kawasan RTH skala kota.  Peningkatan kepemilikan Pengembangan
RTH oleh Pemerintah Permukiman
Kota
 Penataan hutan kota
sebagai RTH
 Penyusunan regulasi
aturan sempadan sungai
dan sempadan SUTT
sebagai RTH
 Pembangunan taman dan
lapangan olahraga skala
VII - 20

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
kota
 Revitalisasi kawasan RTH
yang ada
 Penataan kawasan pinggir
sungai (sempadan Lae
Soraya) untuk RTH.
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan RTH

 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan perencanaan Mengembangkan sistem pengelolaan


Air Limbah Bidang Cipta Karya APBN, 5, 10, 15,
 Peningkatan pelayanan system pembuangan air limbah pada setiap kawasan
Direktorat APBK, 20 Tahun
system pembuangan limbah terpadu permukiman yang sehat dan terawat
Pengembangan APBA
limbah permukiman kota permukiman dan industri Permukiman Mengembangkan sistem pengelolaan
terpadu  Peningkatan ketersediaan air limbah pada setiap kawasan
prasarana dan sarana air permukiman untuk dapat
limbah dengan recycling dimanfaatkan kembali (recycling
system pada skala kota system)
dan kawasan
permukiman
 Penyusunan kebijakan
system pembuangan
limbah pabrik / industry
skala kota

VII - 21

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan identifikasi
Kondisi Bidang Cipta Karya Peningkatan penyediaan prasarana APBN, 5, 10, 15,
 Pembangunan infrastruktur Rawan dan pemetaan lahan kritis Direktorat dan sarana pencegahan dan APBK, 20 Tahun
tanggap bencana Bencana dan rawan bencana Pengembangan penanggulangan bencana APBA
 Penyusunan perencanaan Permukiman
mitigasi dan jalur evakuasi
bencana
 Pembangunan tata ruang
evakuasi bencana
 Peningkatkan sarana dan
prasarana
penanggulangan korban
bencana alam dan social
 Sosialisasi dan
pemberdayaan
masyarakat tanggap
darurat bencana
 STRATEGI SKALA KOTA  Penyusunan rencana
Sistem Bidang Cipta Karya Mengembangkan Prasarana Wilayah APBN, 5, 10, 15,
 Pengembangan pelayanan Transportasi induk transportasi kota, Direktorat Kota, diarahkan pada pengembangan APBK, 20 Tahun
transportasi kota,  Peningkatan Pengembangan dan penataan sistem jaringan APBA
pembangunan sarana dan Permukiman prasarana utama transportasi,
prasarana transportasi jaringan prasarana lainnya, dan
umum kota infrastruktur kota untuk peningkatan
 Pembangunan terminal layanan masyarakat Kota
terpadu type B. Subulussalam dan menghindari
 Peningkatan kapasitas disparitas perkembangan kawasan
pelayanan jaringan jalan
VII - 22

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 Penyusunan regulasi
antar sub wilayah kota.
pengelolaan terminal dan
prasarana transportasi
lain.
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan terminal dan
sarana transportasi umum
STRATEGI SKALA KOTA infrastruktur Penyusunan masterplan
telekomunik Meningkatkan kualitas dan jangkauan
 Peningkatan pelayanan dan infrastruktur
asi informasi dan komunikasi pada
kualitas jaringan informasi telekomunikasi kota kawasan permukiman
dan komunikasi berbasis RTRW
 Peningkatan pelayanan
sarana telekomunikasi
umum melibatkan swasta
 Penyusunan regulasi
pengelolaan system
telekomunikasi
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan sarana-
prasarana telekomunikasi

VII - 23

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 STRATEGI SKALA KOTA infrastruktur Penyusunan rencana
energi Meningkatkan kualitas dan jangkauan
 Peningkatan pelayanan induk jaringan pelayanan listrik pada kawasan permukiman
/kelistrikan listrik kota
energi/kelistrikan kota
 Peningkatan pelayanan
sarana dan prasarana
energi/kelistrikan kota
(mulai dari SUTT hingga
SUTR sampai ke
sambungan rumah)
 Penyusunan regulasi
pengelolaan system
kelistrikan kota
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan sarana-
prasarana kelistrikan

 STRATEGI SKALA KOTA  Penyediaan Peraturan


Kelembagaa Peningkatan Kelembagaan APBN, 5, 10, 15,
 Penyusunan Regulasi n Daerah dalam pembangunan Infrastruktur dan APBK, 20 Tahun
kelembagaan pembanguna penyelenggaraan permukiman APBA
pembangunan kawasan n kawasan permukiman
permukiman Infrastruktur Peningkatan
dan pemberdayaan
permukiman masyarakat dalam
pengelolaan kawasan
VII - 24

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
permukiman
 Menginventarisir aset
daerah yang berupa
cadangan tanah dan
mengoptimalisasikan
pemanfaatannya untuk
kawasan permukiman
bagi MBR

ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
I Strategi Skala Kawasan PUSAT KOTA SUBULUSSALAM
VII - 25

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 STRATEGI SKALA  Penataan kawasan Melaksanakan pembangunan
Permukiman RENSTRA PU Bidang APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN permukiman kumuh (slum Cipta Karya kawasan perumahan dan APBK, 20 Tahun
 Peremajaan (Urban area) dan permukiman Direktorat permukiman yang berkualitas (aman, APBA
Renewal) lingkungan yang statusnya Pengembangan nyaman, teratur, dan layak) dan sehat
permukiman kota bermasalah (squatters Permukiman melalui:
area). Penertiban lokasi permukiman liar
 Peremajaan fisik dan kumuh (slum & squatters)
perumahan non-permanen Peremajaan lingkungan permukiman
lingkungan permukiman kurang layak huni dan rawan
kota bencana alam
 Penyusunan regulasi tata
ruang dan tata bangunan
kawasan permukiman Peremajaan lingkungan permukiman
 Penyusunan ketetapan tepi sungai
garis sempadan bangunan Peremajaan lingkungan permukiman
dan fungsi peruntukan tata transmigrasi
guna lahan. Penguatan finansial kelembagaan
 Peningkatan keuangan formal dan non formal
pemberdayaan untuk pembangunan perumahan
masyarakat dalam Penyediaan permukiman bagi
pengelolaan lingkungan pegawai industry agroindustri
permukiman komersial yang berbasis lingkungan.
Pengembangan kawasan perumahan
formal dan informal sebagai
tempat hunian yang aman,
nyaman dan produktif dengan
VII - 26

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
didukung sarana dan prasarana
permukiman yang memadai.
 STRATEGI SKALA  Peningkatan jangkauan Meningkatkan pelayanan,
Air Bersih RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN pelayanan jaringan air ketersediaan dan perluasan jaringan APBK,
Bidang Cipta Karya 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan bersih ke seluruh kawasan ke seluruh kawasan permukiman APBA
Direktorat
jaringan air bersih ke permukiman Optimasi pelayanan air bersih
Pengembangan
kawasan permukiman di  Peningkatan penyediaan melalui:
Permukiman
pusat kota Subulussalam jumlah air bersih ₋ Peningkatan ketersediaan dan
berkualitas. perluasan jaringan ke seluruh
 Peningkatan jangkauan kawasan permukiman
penyediaan jaringan air ₋ Peningkatan kualitas air bersih
bersih ke kawasan
pengembangan
permukiman baru.
 Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan air bersih
 Peningkatan menajemen
pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di
tingkat kawasan
 Peningkatan penyediaan
hidran kebakaran
kawasan permukiman

VII - 27

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 STRATEGI SKALA  Penyediaan peralatan, Meningkatkan pelayanan
Persampahan RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN angkutan sampah operasionalisasi TPA regional
Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan gedung mesin Optimasi pengelolaan persampahan
Direktorat APBA
pengelolaan sampah pengelolaan persampahan melalui:
Pengembangan
kawasan pusat kota  Peningkatan pelayanan ₋ operasionalisasi konsep 3R
Permukiman
Subulussalam angkutan sampah di kota ₋ operasionalisasi system sanitary
 Peningkatan landfill pada TPA regional
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
secara 3R melalui
sosialisasi dan kebijakan
pengawasan
 Peningkatan ketersediaan
TPS di kawasan strategis
timbulan sampah kota
 Pembuatan kebijakan
retribusi pembuangan
sampah kawasan

 STRATEGI SKALA  Peningkatan konservasi Mengembangkan pemerataan


Drainase RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN kawasan yang berfungsi jaringan drainase secara terpadu 20 Tahun
Bidang Cipta Karya APBK,
 Peningkatan pelayanan sebagai resapan air untuk mengurangi dan
Direktorat APBA
infrastruktur drainase  Peningkatan mutu lahan menanggulangi genangan/banjir
Pengembangan
kawasan permukiman resapan air melalui Permukiman
pusat kota Subulussalam konsep biopori pada
VII - 28

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
kawasan permukiman
 Penyusunan perencanaan
tipe dan standard
drainase kawasan
permukiman pusat kota
Subulussalam
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan drainase

 STRATEGI SKALA  Penyusunan master plan ₋ Mengembangkan jaringan jalan


Jalan RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN dan DED pembangunan permukiman dan meningkatkan
Lingkungan Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
 Pembangunan dan jalan lingkungan kualitas jalan lingkungan
Direktorat APBA
peningkatan dan permukiman Pengembangan
pemeliharaan jalan dan  Peningkatan lebar jalan ₋ Meningkatkan kualitas jalan
Permukiman
jembatan di kawasan minimum 3 meter agar lingkungan
permukiman pusat kota dapat dilalui kendaraan
Subulussalam pemadam kebakaran. ₋ Meningkatkan kelancaran
 Pengadaan prasarana pelayanan angkutan jalan secara
angkutan umum (halte terpadu
dan pangkalan angkot /
ojek / becak, serta parkir
umum) pada jalan
lingkungan
 Peningkatan pelayanan
VII - 29

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
prasarana dan sarana
pejalan kaki,
 Percepatan pembangunan
jalan akses menuju
terminal Type B di Cepu
 Penyusunan Regulasi
tentang penataan
bangunan pergudangan
pada kawasan kota.
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pembangunan dan
pengelolaan jalan
lingkungan

 STRATEGI SKALA  Pembangunan RTH


RTH RENSTRA PU Optimasi penyediaan lahan untuk APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN sebagai public space di Bidang Cipta Karya RTH yang produktif dan estetis APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan RTH kawasan permukiman Direktorat APBA
khusus kawasan  Penyusunan regulasi bagi Pengembangan
permukiman pusat kota pengembang (developer) Permukiman
Subulussalam untuk penyediaan RTH
berupa taman lingkungan
pada perumahan baru
 Pembinaan masyarakat
sadar lingkungan hijau
VII - 30

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
untuk pengelolaan RTH
mandiri
 Pembangunan kawasan
alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman.
 Pembangunan lahan
makam bagi masyarakat
 Pembangunan RTH
dengan vegetasi yang
memiliki nilai produktif
secara ekonomi.
 STRATEGI SKALA  Peningkatan sarana Mengembangkan sistem pengelolaan
Air Limbah Bidang Cipta Karya APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN pembuangan limbah dari air limbah pada setiap kawasan
Direktorat APBK, 20 Tahun
 Peningkatan system rumah tangga menuju permukiman yang sehat dan terawat
Pengembangan APBA
pengelolaan limbah sumur resapan Permukiman Mengembangkan sistem pengelolaan
lingkungan dan  Peningkatan pelayanan air limbah pada setiap kawasan
permukiman pusat kota pengelolaan limbah permukiman untuk dapat
Subulussalam lingkungan permukiman dimanfaatkan kembali (recycling
( pasar dan industri rumah system)
tangga)
 Penyusunan kebijakan dan
retribusi pembuangan
limbah kawasan
 Penyusunan regulasi
pembuangan limbah ke
Sungai Lae Kombih
VII - 31

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN

 STRATEGI SKALA  Peningkatan sosialisasi


Kawasan Bidang Cipta Karya Peningkatan penyediaan prasarana APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN rawan evakuasi bencana luapan Direktorat dan sarana pencegahan dan APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan Bencana banjir bagi permukiman Pengembangan penanggulangan bencana APBA
tanggap darurat rawan tepi sungai Lae Kombih Permukiman
bencana tanah longsor di  Peningkatan sosialisasi
pusat kota Subulussalam model pembangunan
permukiman di daerah
pemekaran pembangunan
permukiman
 Penyusunan kebijakan tata
kelola lahan yang
mengalami perubahan
peruntukan pertanian
menjadi permukiman

 STRATEGI SKALA  Penyusunan masterplan


Transportasi Bidang Cipta Karya Mengembangkan Prasarana Wilayah APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN sarana transportasi umum Direktorat Kota, diarahkan pada pengembangan APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan kawasan pusat kota Pengembangan dan penataan sistem jaringan APBA
system transportasi Subulussalam Permukiman prasarana utama transportasi,
kawasan pusat kota  Pengadaan sarana dan jaringan prasarana lainnya, dan
Subulussalam prasarana transportasi infrastruktur kota untuk peningkatan
umum pedesaan dan layanan masyarakat Kota
kawasan pusat kota Subulussalam dan menghindari
Subulussalam disparitas perkembangan kawasan
 Peningkatan fasilitas antar sub wilayah kota.
VII - 32

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan
dsb
 Pembangunan terminal B
 Pembangunan sarana
transportasi umum
alternative pusat kota
Subulussalam
 STRATEGI SKALA infrastruktur Peningkatan pelayanan
Bidang Cipta Karya Meningkatkan kualitas dan jangkauan APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN telekomunik jaringan telkom di Direktorat informasi dan komunikasi pada APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan asi kawasan pusat kota Pengembangan kawasan permukiman APBA
jaringan telkom di seluruh Subulussalam Permukiman
kawasan pusat kota  Peningkatan pelayanan
Subulussalam internet di kawasan pusat
kota Subulussalam

 STRATEGI SKALA infrastruktur Pelaksanaan pembebasan


Bidang Cipta Karya Meningkatkan kualitas dan jangkauan APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN energi/kelistr dan ganti rugi pohon untuk Direktorat listrik pada kawasan permukiman APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan ikan jalur listrik kawasan Pengembangan APBA
kelistrikan menjangkau  Peningkatan program Permukiman
seluruh kawasan PLTMH
permukiman pusat kota  Peningkatan program
Subulussalam PLTMH, angin, biodisel,
PLTS, PLTA, Gasifikasi.

VII - 33

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 Peningkatan alternative
penggunaan energy baru
terbarukan
 Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah
tangga
 Peningkatan pendapatan
dari retribusi tariff listrik
industri

VII - 34

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
I Strategi Skala Kawasan RUNDENG
 STRATEGI SKALA  Penataan kawasan RENSTRA PU Bidang Melaksanakan pembangunan APBN, 5, 10, 15,
Permukiman
KAWASAN permukiman kumuh Cipta Karya kawasan perumahan dan APBK, 20 Tahun
 Peremajaan (SubUrban (slum area) dan Direktorat permukiman yang berkualitas (aman, APBA
Renewal) lingkungan permukiman yang Pengembangan nyaman, teratur, dan layak) dan sehat
permukiman tepi sungai di statusnya bermasalah Permukiman melalui:
Rundeng (squatters area). Penertiban lokasi permukiman liar
 Peremajaan fisik dan kumuh (slum & squatters)
perumahan dengan Peremajaan lingkungan permukiman
status darurat non- kurang layak huni dan rawan
permanent lingkungan bencana alam
permukiman tepi sungai
 Penyusunan regulasi tata
ruang dan tata Peremajaan lingkungan permukiman
bangunan kawasan tepi tepi sungai
sungai di Rundeng Peremajaan lingkungan permukiman
 Penyusunan ketetapan transmigrasi
garis sempadan Penguatan finansial kelembagaan
bangunan dan fungsi keuangan formal dan non formal
peruntukan tata guna untuk pembangunan perumahan
lahan tepi air. Penyediaan permukiman bagi
 Relokasi perumahan di pegawai industry agroindustri
sempadan sungai. yang berbasis lingkungan.
 Peningkatan Pengembangan kawasan perumahan
pemberdayaan formal dan informal sebagai
VII - 35

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
masyarakat dalam tempat hunian yang aman,
pengelolaan kawasan nyaman dan produktif dengan
permukiman tepi sungai didukung sarana dan prasarana
 Pembangunan / renovasi permukiman yang memadai.
rumah bersejarah pada
kota lama Rundeng

 STRATEGI SKALA  Peningkatan jangkauan Meningkatkan pelayanan, APBN,


Air Bersih RENSTRA PU 5, 10, 15,
KAWASAN pelayanan jaringan air ketersediaan dan perluasan jaringan APBK,
Bidang Cipta Karya 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan bersih ke kawasan ke seluruh kawasan permukiman APBA
Direktorat
jaringan air bersih ke permukiman Optimasi pelayanan air bersih
Pengembangan
kawasan permukiman di  Peningkatan penyediaan melalui:
Permukiman
Rundeng jumlah air bersih ₋ Peningkatan ketersediaan dan
berkualitas. perluasan jaringan ke seluruh
 Peningkatan jangkauan kawasan permukiman
penyediaan jaringan air ₋ Peningkatan kualitas air bersih
bersih ke kawasan
pengembangan
permukiman baru.
 Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan air bersih
 Peningkatan menajemen
pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di
tingkat kawasan
VII - 36

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 Peningkatan penyediaan
hidran kebakaran
kawasan permukiman

 STRATEGI SKALA  Penyediaan peralatan, Meningkatkan pelayanan


Persampahan RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN angkutan sampah operasionalisasi TPA regional
Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan gedung mesin Optimasi pengelolaan persampahan
Direktorat APBA
pengelolaan sampah pengelolaan persampahan melalui:
Pengembangan
kawasan Rundeng  Peningkatan pelayanan ₋ operasionalisasi konsep 3R
Permukiman
angkutan sampah di ₋ operasionalisasi system sanitary
Rundeng landfill pada TPA regional
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
secara 3R melalui
sosialisasi dan kebijakan
pengawasan
 Peningkatan ketersediaan
TPS di Rundeng
 Pembuatan kebijakan
retribusi pembuangan
sampah kawasan

VII - 37

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 STRATEGI SKALA  Peningkatan konservasi Mengembangkan pemerataan
Drainase RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN kawasan yang berfungsi jaringan drainase secara terpadu 20 Tahun
Bidang Cipta Karya APBK,
 Peningkatan pelayanan sebagai resapan air untuk mengurangi dan
Direktorat APBA
infrastruktur drainase  Peningkatan mutu lahan menanggulangi genangan/banjir
Pengembangan
kawasan permukiman resapan air melalui Permukiman
Rundeng konsep biopori pada
kawasan permukiman
 Penyusunan perencanaan
tipe dan standard
drainase kawasan
permukiman Rundeng
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan drainase

 STRATEGI SKALA  Penyusunan master plan ₋ Mengembangkan jaringan jalan


Jalan RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN dan DED pembangunan permukiman dan meningkatkan
Lingkungan Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
 Pembangunan dan jalan lingkungan kualitas jalan lingkungan
Direktorat APBA
peningkatan dan permukiman Pengembangan
pemeliharaan jalan dan  Peningkatan lebar jalan ₋ Meningkatkan kualitas jalan
Permukiman
jembatan di kawasan minimum 3 meter agar lingkungan
permukiman Rundeng dapat dilalui kendaraan
pemadam kebakaran. ₋ Meningkatkan kelancaran
 Pengadaan prasarana pelayanan angkutan jalan secara
angkutan umum (halte terpadu
VII - 38

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
dan pangkalan angkot /
ojek / becak, serta parkir
umum) pada jalan
lingkungan
 Peningkatan pelayanan
prasarana dan sarana
pejalan kaki,
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pembangunan dan
pengelolaan jalan
lingkungan
 Penataan aksesibilitas
kawasan Pariwisata Islami

 STRATEGI SKALA  Pembangunan RTH di


RTH RENSTRA PU Optimasi penyediaan lahan untuk APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN bantaran sungai sebagai Bidang Cipta Karya RTH yang produktif dan estetis APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan RTH barrier pembatas Direktorat APBA
khusus kawasan permukiman Pengembangan
permukiman tepi sungai  Pembangunan RTH Permukiman
Rundeng sebagai public space di
kawasan permukiman
 Penyusunan regulasi bagi
pengembang (developer)
untuk penyediaan RTH
VII - 39

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
berupa taman lingkungan
pada perumahan baru
 Pembinaan masyarakat
sadar lingkungan hijau
untuk pengelolaan RTH
mandiri
 Pembangunan kawasan
alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman.
 Pembangunan lahan
makam bagi masyarakat
 Pembangunan RTH
bantaran sungai dengan
vegetasi yang memiliki
nilai produktif secara
ekonomi.
 STRATEGI SKALA  Peningkatan sarana Mengembangkan sistem pengelolaan
Air Limbah Bidang Cipta Karya APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN pembuangan limbah dari air limbah pada setiap kawasan
Direktorat APBK, 20 Tahun
 Peningkatan system rumah tangga menuju permukiman yang sehat dan terawat
Pengembangan APBA
pengelolaan limbah sumur resapan Permukiman Mengembangkan sistem pengelolaan
lingkungan dan  Peningkatan pelayanan air limbah pada setiap kawasan
permukiman pengelolaan limbah permukiman untuk dapat
lingkungan permukiman dimanfaatkan kembali (recycling
( pasar dan industri rumah system)
tangga)
 Penyusunan kebijakan dan
VII - 40

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
retribusi pembuangan
limbah kawasan
 Penyusunan regulasi
pembuangan limbah ke
Sungai Lae Souraya.
 STRATEGI SKALA Kawasan  Peningkatan sosialisasi
Bidang Cipta Karya Peningkatan penyediaan prasarana APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN rawan evakuasi bencana luapan Direktorat dan sarana pencegahan dan APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan Bencana banjir bagi permukiman Pengembangan penanggulangan bencana APBA
tanggap darurat rawan tepi sungai Permukiman
bencana luapan sungai  Peningkatan sosialisasi
dan tanah longsor model pembangunan
permukiman di daerah
bantaran sungai rawan
bencana
 Penyusunan kebijakan tata
kelola lahan perkebunan
sawit tepi sungai

 STRATEGI SKALA Transportasi  Penyusunan masterplan


Bidang Cipta Karya Mengembangkan Prasarana Wilayah APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN sarana transportasi umum Direktorat Kota, diarahkan pada pengembangan APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan kawasan Pengembangan dan penataan sistem jaringan APBA
system transportasi  Pengadaan sarana dan Permukiman prasarana utama transportasi,
kawasan Rundeng prasarana transportasi jaringan prasarana lainnya, dan
umum pedesaan dan infrastruktur kota untuk peningkatan
kawasan Rundeng layanan masyarakat Kota
 Peningkatan fasilitas Subulussalam dan menghindari
VII - 41

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
prasarana dan sarana
disparitas perkembangan kawasan
transportasi, rambu jalan
antar sub wilayah kota.
dsb
 Pembangunan terminal di
IKK Rundeng
 Pembangunan sarana
transportasi sungai,
dermaga apung di
kawasan permukiman tepi
sungai Lae Souraya
 STRATEGI SKALA infrastruktur Peningkatan pelayanan
Bidang Cipta Karya Meningkatkan kualitas dan jangkauan APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN telekomunik jaringan telkom di Direktorat informasi dan komunikasi pada APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan asi kawasan Rundeng Pengembangan kawasan permukiman APBA
jaringan telkom di seluruh  Peningkatan pelayanan Permukiman
kawasan Rundeng internet di kawasan
Rundeng

 STRATEGI SKALA infrastruktur Pelaksanaan pembebasan


Bidang Cipta Karya Meningkatkan kualitas dan jangkauan APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN energi/kelistr dan ganti rugi pohon untuk Direktorat listrik pada kawasan permukiman APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan ikan jalur listrik kawasan Pengembangan APBA
kelistrikan menjangkau  Peningkatan program Permukiman
seluruh kawasan PLTMH
permukiman Rundeng  Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah
tangga
VII - 42

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 Peningkatan pendapatan
dari retribusi tariff listrik
industri

ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
I Strategi Skala Kawasan GELOMBANG – SULTAN DAULAT
 STRATEGI SKALA  Penataan kawasan Melaksanakan pembangunan
Permukiman RENSTRA PU Bidang APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN permukiman kumuh Cipta Karya kawasan perumahan dan APBK, 20 Tahun
 Peremajaan (SubUrban (slum area) dan Direktorat permukiman yang berkualitas (aman, APBA
Renewal) lingkungan permukiman yang Pengembangan nyaman, teratur, dan layak) dan sehat
permukiman tepi sungai di statusnya bermasalah Permukiman melalui:
Gelombang (squatters area). Penertiban lokasi permukiman liar
 Peremajaan fisik dan kumuh (slum & squatters)
perumahan dengan Peremajaan lingkungan permukiman
status darurat non- kurang layak huni dan rawan

VII - 43

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
permanent lingkungan bencana alam
permukiman tepi sungai
 Penyusunan regulasi tata
ruang dan tata Peremajaan lingkungan permukiman
bangunan kawasan tepi tepi sungai
sungai di Gelombang Peremajaan lingkungan permukiman
 Penyusunan ketetapan transmigrasi
garis sempadan Penguatan finansial kelembagaan
bangunan dan fungsi keuangan formal dan non formal
peruntukan tata guna untuk pembangunan perumahan
lahan tepi air. Penyediaan permukiman bagi
 Relokasi perumahan di pegawai industry agroindustri
sempadan sungai. yang berbasis lingkungan.
 Peningkatan Pengembangan kawasan perumahan
pemberdayaan formal dan informal sebagai
masyarakat dalam tempat hunian yang aman,
pengelolaan kawasan nyaman dan produktif dengan
permukiman tepi sungai didukung sarana dan prasarana
permukiman yang memadai.

 STRATEGI SKALA  Peningkatan jangkauan Meningkatkan pelayanan,


Air Bersih RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN pelayanan jaringan air ketersediaan dan perluasan jaringan APBK,
Bidang Cipta Karya 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan bersih ke kawasan ke seluruh kawasan permukiman APBA
Direktorat
jaringan air bersih ke permukiman Optimasi pelayanan air bersih
Pengembangan
kawasan permukiman di  Peningkatan penyediaan melalui:
Permukiman
Gelombang jumlah air bersih ₋ Peningkatan ketersediaan dan
VII - 44

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
berkualitas. perluasan jaringan ke seluruh
 Peningkatan jangkauan kawasan permukiman
penyediaan jaringan air ₋ Peningkatan kualitas air bersih
bersih ke kawasan
pengembangan
permukiman baru.
 Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan air bersih
 Peningkatan menajemen
pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di
tingkat kawasan
 Peningkatan penyediaan
hidran kebakaran
kawasan permukiman

 STRATEGI SKALA Persampahan Penyediaan peralatan, Meningkatkan pelayanan


RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN angkutan sampah operasionalisasi TPA regional
Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan gedung mesin Optimasi pengelolaan persampahan
Direktorat APBA
pengelolaan sampah pengelolaan persampahan melalui:
Pengembangan
kawasan Gelombang  Peningkatan pelayanan ₋ operasionalisasi konsep 3R
Permukiman
angkutan sampah di ₋ operasionalisasi system sanitary
Gelombang landfill pada TPA regional
VII - 45

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
secara 3R melalui
sosialisasi dan kebijakan
pengawasan
 Peningkatan ketersediaan
TPS di Gelombang
 Pembuatan kebijakan
retribusi pembuangan
sampah kawasan

 STRATEGI SKALA  Peningkatan konservasi Mengembangkan pemerataan 5, 10, 15,


Drainase RENSTRA PU APBN,
KAWASAN kawasan yang berfungsi jaringan drainase secara terpadu 20 Tahun
Bidang Cipta Karya APBK,
 Peningkatan pelayanan sebagai resapan air untuk mengurangi dan
Direktorat APBA
infrastruktur drainase  Peningkatan mutu lahan menanggulangi genangan/banjir
Pengembangan
kawasan permukiman resapan air melalui Permukiman
Gelombang konsep biopori pada
kawasan permukiman
 Penyusunan perencanaan
tipe dan standard
drainase kawasan
permukiman Gelombang
 Peningkatan
pemberdayaan
VII - 46

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
masyarakat dalam
pengelolaan drainase

 STRATEGI SKALA  Penyusunan master plan ₋ Mengembangkan jaringan jalan


Jalan RENSTRA PU APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN dan DED pembangunan permukiman dan meningkatkan
Lingkungan Bidang Cipta Karya APBK, 20 Tahun
 Pembangunan dan jalan lingkungan kualitas jalan lingkungan
Direktorat APBA
peningkatan dan permukiman Pengembangan
pemeliharaan jalan dan  Peningkatan lebar jalan ₋ Meningkatkan kualitas jalan
Permukiman
jembatan di kawasan minimum 3 meter agar lingkungan
permukiman Gelombang dapat dilalui kendaraan
pemadam kebakaran. ₋ Meningkatkan kelancaran
 Pengadaan prasarana pelayanan angkutan jalan secara
angkutan umum (halte terpadu
dan pangkalan angkot /
ojek / becak, serta parkir
umum) pada jalan
lingkungan
 Peningkatan pelayanan
prasarana dan sarana
pejalan kaki,
 Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat dalam
pembangunan dan
pengelolaan jalan
lingkungan
VII - 47

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN

 STRATEGI SKALA  Pembangunan RTH di


RTH RENSTRA PU Optimasi penyediaan lahan untuk APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN bantaran sungai sebagai Bidang Cipta Karya RTH yang produktif dan estetis APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan RTH barrier pembatas Direktorat APBA
khusus kawasan permukiman Pengembangan
permukiman tepi sungai  Pembangunan RTH Permukiman
Gelombang sebagai public space di
kawasan permukiman
 Penyusunan regulasi bagi
pengembang (developer)
untuk penyediaan RTH
berupa taman lingkungan
pada perumahan baru
 Pembinaan masyarakat
sadar lingkungan hijau
untuk pengelolaan RTH
mandiri
 Pembangunan kawasan
alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman.
 Pembangunan lahan
makam bagi masyarakat
 Pembangunan RTH
bantaran sungai dengan
vegetasi yang memiliki
nilai produktif secara
VII - 48

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
ekonomi.
 STRATEGI SKALA  Peningkatan sarana Mengembangkan sistem pengelolaan
Air Limbah Bidang Cipta Karya APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN pembuangan limbah dari air limbah pada setiap kawasan
Direktorat APBK, 20 Tahun
 Peningkatan system rumah tangga menuju permukiman yang sehat dan terawat
Pengembangan APBA
pengelolaan limbah sumur resapan Permukiman Mengembangkan sistem pengelolaan
lingkungan dan  Peningkatan pelayanan air limbah pada setiap kawasan
permukiman pengelolaan limbah permukiman untuk dapat
lingkungan permukiman dimanfaatkan kembali (recycling
( pasar dan industri rumah system)
tangga)
 Penyusunan kebijakan dan
retribusi pembuangan
limbah kawasan
 Penyusunan regulasi
pembuangan limbah ke
Sungai Lae Souraya.
 STRATEGI SKALA  Peningkatan sosialisasi
Kawasan Bidang Cipta Karya Peningkatan penyediaan prasarana APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN rawan evakuasi bencana luapan Direktorat dan sarana pencegahan dan APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan Bencana banjir bagi permukiman Pengembangan penanggulangan bencana APBA
tanggap darurat rawan tepi sungai Permukiman
bencana luapan sungai  Peningkatan sosialisasi
dan tanah longsor model pembangunan
permukiman di daerah
bantaran sungai rawan
bencana
 Penyusunan kebijakan tata
VII - 49

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
kelola lahan perkebunan
sawit tepi sungai

 STRATEGI SKALA  Penyusunan masterplan


Transportasi Bidang Cipta Karya Mengembangkan Prasarana Wilayah APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN sarana transportasi umum Direktorat Kota, diarahkan pada pengembangan APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan kawasan Pengembangan dan penataan sistem jaringan APBA
system transportasi  Pengadaan sarana dan Permukiman prasarana utama transportasi,
kawasan Gelombang prasarana transportasi jaringan prasarana lainnya, dan
umum pedesaan dan infrastruktur kota untuk peningkatan
kawasan Gelombang layanan masyarakat Kota
 Peningkatan fasilitas Subulussalam dan menghindari
prasarana dan sarana disparitas perkembangan kawasan
transportasi, rambu jalan antar sub wilayah kota.
dsb
 Pembangunan terminal di
IKK Sultan Daulat
 Pembangunan sarana
transportasi sungai,
dermaga apung di
kawasan permukiman tepi
sungai Lae Souraya
 STRATEGI SKALA infrastruktur Peningkatan pelayanan
Bidang Cipta Karya Meningkatkan kualitas dan jangkauan APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN telekomunik jaringan telkom di Direktorat informasi dan komunikasi pada APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan asi kawasan Rundeng Pengembangan kawasan permukiman APBA
jaringan telkom di seluruh  Peningkatan pelayanan Permukiman
kawasan Gelombang internet di kawasan
VII - 50

PT. MITRAPLAN KONST


ANALISIS KORELASI

ASPEK KEMUNG
KEBUTU
No. STRATEGI YANG PROGRAM KESESUAIAN KINAN
KESESUAIAN DENGAN AGENDA HAN
DIAMATI DENGAN PROGRAM WAKTU KET
KERJA PEMERINTAH KOTA SUMBER
PUSAT PENERA
DANA
PAN
Gelombang

 STRATEGI SKALA infrastruktur Pelaksanaan pembebasan


Bidang Cipta Karya Meningkatkan kualitas dan jangkauan APBN, 5, 10, 15,
KAWASAN energi/kelistr dan ganti rugi pohon untuk Direktorat listrik pada kawasan permukiman APBK, 20 Tahun
 Peningkatan pelayanan ikan jalur listrik kawasan Pengembangan APBA
kelistrikan menjangkau  Peningkatan program Permukiman
seluruh kawasan PLTMH
permukiman Gelombang  Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah
tangga
 Peningkatan pendapatan
dari retribusi tariff listrik
industri

VII - 51

PT. MITRAPLAN KONST


Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB VII
STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
PERKOTAAN SUBULUSSALAM

Dalam perkembangan suatu wilayah pembangunan diperlukan adanya strategi


pembangunan bagi kawasan prioritas (cluster pembangunan) yang harus disikapi
sesuai sifat spesifik kondisi pembangunan daerah. Demikian juga dengan tiga
kawasan prioritas di kota Subulussalam yaitu Pusat Kota, Jambi Baru dan Rundeng
yang mempunyai sifat dan karakter pembangunan spesifik sesuai dengan sifat lokasi
dan type permukiman serta ketersediaan pelayanan infrastruktur yang tersedia
ataupun yang memerlukan rencana dalam pembangunannya. Dengan demikian
diperlukan suatu strategi pembangunan yang khas untuk masing-masing kawasan
prioritas. Kawasan Pusat Kota berupa kawasan permukiman spesifik dalam rona
kekotaan dengan masalah utama kawasan permukiman kumuh dan pengembangan
permukiman rural-urban (urban fringe area),
Dapat dinyatakan bahwa kawasan prioritas Jambi Baru di Sultan Daulat
ditandai dengan masalah permukiman tepi sungai yang rawan sanitasi lingkungan.
Sementara kawasan prioritas Rundeng sebagai kawasan permukiman kota tua
memerlukan antisipasi dan strategi konservasi kawasan permukiman tepi sungai Lae
Souraya yang terkenal. Secara keseluruhan dan holistic diperlukan adanya strategi
pembangunan dalam perspektif skala kota yang mengantisipasi keterkaitan dan
sinergitas pembangunan infrastruktur antar kawasan strategis tersebut.

7.1. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur PermukIman Kota


Subulussalam
Kegiatan perumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur
permukiman perkotaan merupakan kegiatan untuk memperoleh strategi pembangunan
permukiman dan infrastruktur perkotaan yang berupa langkah-langkah riil dan terukur
untuk mewujudkan tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman
perkotaan.

VII - 1
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Adapun pelaksanaan perumusan dimulai dengan memperhatikan rumusan
tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang
termaktub dalam rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang telah dibahas pada bab sebelumnya sebagai dasar
perumusan strategi.
Target target pembangunan tersebut kemudian diidentifikasikan dengan
dokumen kebijakan terutama RTRW kota Subulussalam dan memperhatikan sumber
daya yang dimiliki oleh pemerintah kota yaitu peran dan fungsi pemerintah dan
pemangku kepentingan terkait lainnya dalam pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan.
Konsep strategi pembangunan yang dirumuskan dalam tinjauan skala kota dan
skala kawasan mencakup aspek-aspek fisik lingkungan, sosial, ekonomi, pembiayaan
dan kelembagaan. Konsep strategi tersebut kemudian dituangkan dalam peta spasial
yang menggambarkan aspek-aspek yang perlu ditangani untuk perwujudan suatu
kebijakan. Rumusan tujuan, kebijakan dan strategi pembangunan dalam tinjauan
skala kota dan kawasan prioritas ditampilkan dalam tabel 7.1 berikut :

VII - 2
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Tabel 7.1
Rumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Subulussalam

TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI


Mewujudkan Kawasan Melaksanakan pembangunan kawasan perumahan  STRATEGI SKALA KOTA
Permukiman dan dan permukiman yang berkualitas (aman, nyaman,  Perbaikan Permukiman pada kawasan-kawasan yang diindikasikan
Perumahan yang teratur, dan layak) dan sehat melalui: Kumuh (permukiman perkebunan, transmigrasi dan kota)
Sehat dan Berkualitas  Penertiban lokasi permukiman liar dan kumuh  Meningkatkan peran swasta (agroindustri) dalam menyediakan
(slum & squatters) rumah bagi kalangan pekerja agroindustri.
 Peremajaan lingkungan permukiman kurang  Melakukan penataan pengembangan kawasan permukiman formal
layak huni dan rawan bencana alam dan informal sesuai dengan kebijakan penataan bangunan
 Peremajaan lingkungan permukiman tepi sungai
 Peremajaan lingkungan permukiman  STRATEGI SKALA KAWASAN
transmigrasi  Penertiban kawasan permukiman kumuh (slum area) dan
 Penguatan finasial kelembagaan keuangan permukiman yang statusnya bermasalah (squatters area).
formal dan non formal untuk pembangunan  Peremajaan lingkungan permukiman, khususnya pada lokasi
perumahan permukiman yang potensial untuk dibenahi dan dikembangkan;
 Penyediaan permukiman bagi pegawai industry  Peremajaan perumahan dengan status darurat non-permanent;
agroindustri yang berbasis lingkungan.  Peremajaan lingkungan permukiman tepi sungai (Rundeng dan
 Pengembangan kawasan perumahan formal dan Sultan Daulat)
informal sebagai tempat hunian yang aman,  Menetapkan garis sempadan bangunan dan fungsi peruntukan tata
nyaman dan produktif dengan didukung sarana guna lahan
dan prasarana permukiman yang memadai.

VII - 3
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
Melestarikan, menata, merevitalisasi dan  Revitalisasi kawasan permukiman yang menitik beratkan pada upaya
meremajaan kawasan permukiman yang memiliki peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan wisata
nilai budaya (heritage) untuk mendorong kota tua Rundeng dan Kota Sungai Sultan Daulat
pertumbuhan wisata di Kota Subulussalam  Revitalisasi kawasan permukiman sehingga mampu memberikan
peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, melalui lingkungan
yang nyaman, bersih, aman, dan menarik.
 Revitalisasi kawasan permukiman yang dapat menarik minat investor
untuk mengembangkan kegiatan wisata perkotaan, dengan
memperhatikan potensi bangunan dan lingkungan asli daerah.
 Mengendalikan secara ketat perkembangan lahan terbangun di
sekitar kawasan heritage serta melestarikan kawasan sekitar;
 Memberikan gambaran berupa relief atau sejarah yang
menerangkan obyek/situs yang ada di kawasan heritage
 Membina masyarakat sekitar untuk ikut berperan dalam menjaga
peninggalan sejarah kota Rundeng
Menyediakan, menata, merevitalisasi dan  Menyediakan, menata, merevitalisasi dan meremajakan kawasan
meremajakan kawasan permukiman produktif yang permukiman produktif yang terdampak kegiatan agroindustri
berkembang sebagai dampak kegiatan industri  Menyediakan sarana perdagangan dan jasa, dan lokasi sektor
untuk mendorong pertumbuhan Kota Subulussalam informal di sekitar kawasan permukiman produktif
sebagai Kota AgroIndustri.
Mewujudkan Meningkatkan pelayanan, ketersediaan dan  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur perluasan jaringan ke seluruh kawasan  Menyediakan jaringan air bersih mulai dari sistem penyediaan
air bersih dan air permukiman sumber air baku hingga ke sistem distribusi dan jaringan skala kota;
bersih perkotaan yang Optimasi pelayanan air bersih melalui:  Mengoptimalkan kinerja IPA eksisting dan pembangunan IPA baru
optimal ₋ Peningkatan ketersediaan dan perluasan untuk meningkatkan ketersediaan dan meningkatkan kualitas air
jaringan ke seluruh kawasan permukiman bersih
₋ Peningkatan kualitas air bersih  Peningkatan status pengelolaan UPTD PU menjadi BUMD

VII - 4
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

 STRATEGI SKALA KAWASAN


 Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih ke kawasan
permukiman
 Peningkatan penyediaan jumlah air bersih berkualitas.
 Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air bersih ke kawasan
pengembangan permukiman baru.
 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air bersih
 Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran pengelolaan air
bersih di tingkat kawasan
 Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan permukiman

Mewujudkan Meningkatakan pelayanan Operasionalisasi 3R  STRATEGI SKALA KOTA


pelayanan infrastruktur Meningkatkan pelayanan operasionalisasi TPA  Pengadaan dan serah terima TPA (sampai sekarang belum serah
persampahan yang regional terima)
optimal Optimasi pengelolaan persampahan melalui:  Peningkatan penyediaan TPS tingkat kota
₋ operasionalisasi konsep 3R  Menyediakan prasarana dan sarana persampahan pada skala kota
₋ operasionalisasi system sanitary landfill pada
TPA regional  STRATEGI SKALA KAWASAN
 Penyediaan peralatan , angkutan sampah gedung mesin
pengelolaan persampahan
 Peningkatan pelayanan untuk Longkib, Rundeng dan Sultan Daulat
 Peningkatan pengelolaan sampah secara 3R di kawasan melalui
sosialisasi dan kebijakan pengawasan
 Peningkatan ketersediaan TPS tingkat kawasan
 Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah kawasan

VII - 5
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
Mewujudkan Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur pada setiap kawasan permukiman yang sehat  Pembuatan perencanaan system pembuangan limbah terpadu
air limbah / sanitasi dan terawat  Menyediakan prasarana dan sarana air limbah dengan recycling
perkotaan yang ₋ Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah system pada skala kota hingga skala kawasan permukiman
optimal pada setiap kawasan permukiman untuk dapat  Pembuatan kebijakan system pembuangan limbah pabrik / industry
dimanfaatkan kembali (recycling system) skala kota

 STRATEGI SKALA KAWASAN


 Peningkatan system pembuangan limbah dari rumah tangga menuju
sumur resapan
 Peningkatan system pengelolaan limbah lingkungan permukiman
( pasar, pusat perdagangan, kaki lima, industry rumah tangga)
 Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan limbah kawasan
Mewujudkan Mengembangkan pemerataan jaringan drainase  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur  Membangun dan memelihara kondisi drainase pada skala kota dan
drainase perkotaan secara terpadu untuk mengurangi dan kawasan permukiman
yang optimal menanggulangi genangan/banjir  Menyediakan dan meningkatkan kapasitas jaringan drainase mulai
dari jaringan primer hingga jaringan tersier.
 Pembuatan MasterPlan drainase Kota dan Kawasan.
 Pembuatan perencanaan DED drainase tingkat Kota dan Kecamatan

 STRATEGI SKALA KAWASAN


 Memelihara kawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat retensi /
resapan air
 Memperkenalkan konsep biopori pada kawasan permukiman
 Pembuatan perencanaan tipe drainase standard kawasan

VII - 6
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
permukiman
 Peningkatan sosialisasi pengelolaan drainase oleh masyarakat.
Mewujudkan Mengembangkan jaringan jalan permukiman dan  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur  Pembuatan masterplan pembangunan jalan lingkungan
jalan lingkungan meningkatkan kualitas jalan lingkungan  Pemerataan pembangunan jalan lingkungan
perkotaan yang ₋ Meningkatkan kualitas jalan lingkungan
 Peningkatan pelayanan jalan antar desa
optimal ₋ Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan
jalan secara terpadu
 STRATEGI SKALA KAWASAN
 Pembuatan DED pembangunan jalan lingkungan permukiman
 Membangun, meningkatkan, dan memelihara kondisi jalan dan
jembatan di kawasan permukiman
 Pemenuhan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat dilalui truk
pemadam kebakaran.
 Menyediakan sarana angkutan umum (halte dan pangkalan angkot /
ojek / becak, serta parkir umum)
 Mengembangkan penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan
sarana pejalan kaki,
 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan
pengelolaan jalan lingkungan
Mewujudkan Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur pencegahan dan penanggulangan bencana  Mengembangkan jalur evakuasi bencana
jalur evakuasi bencana  Menyediakan ruang evakuasi bencana untuk meningkatkan
di perkotaan yang pelayanan bagi korban bencana alam dan sosial
optimal
 STRATEGI SKALA KAWASAN
 Menempatkan hidran di setiap perkampungan padat dan bangunan
sarana umum.
VII - 7
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
 Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana di permukiman
 Peningkatan sosialisasi model pembangunan permukiman di daerah
bantaran sungai rawan bencana
 Pembuatan kebijakan tata kelola lahan perkebunan sawit
menanggulangi bencana kelangkaan debit air tanah / surut air.
Mewujudkan Optimasi penyediaan lahan untuk RTH yang  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur produktif dan estetis  Pemenuhan 30% kawasan RTH skala kota.
RTH di lingkungan  Mengembangkan taman maupun lapangan olahraga skala kota
perkotaan yang  Menetapkan aturan sempadan sungai dan sempadan SUTT
optimal  Penyusunan identifikasi lokasi RTH dan kepemilioan RTH oleh
Pemerintah Kota
 Penataan hutan kota sebagai RTH.

 STRATEGI SKALA KAWASAN


 Pemenuhan 20% kawasan RTH skala permukiman untuk public
space .
 Mewajibkan kepada pengembang (developer) untuk menyediakan
RTH berupa taman publik pada lokasi–lokasi perumahan baru
 Membina masyarakat sadar lingkungan hijau untuk pengelolaan RTH
mandiri
 Menetapkan dan membangun kawasan alun-alun sebagai pusat
RTH kawasan permukiman.
 Mengembangkan RTH dengan vegetasi yang memiliki nilai produktif
secara ekonomi.

VII - 8
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
Penetapan dan Pengembangan RTH diarahkan  Memantapkan RTH dengan menjaga dan mengembalikan fungsi
untuk kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kawasan;
pengendalian pencemaran dan kerusakan  Membatasi kegiatan budidaya di RTH
lingkungan hidup untuk mendukung  Mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan
pembangunan kota yang berkelanjutan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;
 Memantapkan kawasan resapan air dengan meningkatkan populasi
vegetasi
 Meningkatkan kerja sama antar intansi pemerintah yang berwenang
dalam penyelenggaraan kegiatan yang bertujuan kelestarian dan
keberlanjutan RTH
 Meningkatkan kerja sama antar daerah otonom yang berbatasan,
khususnya terkait Daerah Aliran Sungai;
 Mendorong dan meningkatkan peran serta dan kepedulian
masyarakat terhadap kelestarian RTH.

Mewujudkan Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana  STRATEGI SKALA KOTA


pelayanan infrastruktur permukiman (kesehatan, pendidikan, budaya, dan  Pembuatan perencanaan peruntukan kawasan perdagangan dan
sarana penunjang di ekonomi) jasa secara merata sesuai skala pelayanan;
lingkungan perkotaan
yang optimal  STRATEGI SKALA KAWASAN
 Ketersediaan kebutuhan lahan makam bagi masyarakat
 Pembangunan kawasan pemerintahan terpadu dan fasilitas
pendukung untuk pelayanan skala permukiman

VII - 9
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
Mewujudkan  Mengembangkan Prasarana Wilayah Kota,  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur diarahkan pada pengembangan dan penataan  Mengembangkan sistem prasarana utama berupa jaringan
sarana transportasi sistem jaringan prasarana utama transportasi, transportasi jalan raya dalam mendukung pertumbuhan dan
perkotaan yang jaringan prasarana lainnya, dan infrastruktur kota pemerataan pembangunan sub pusat kota,
optimal untuk peningkatan layanan masyarakat Kota  Penyediaan sarana transportasi umum pedesaan dan kawasan
Subulussalam dan menghindari disparitas permukiman
perkembangan kawasan antar sub wilayah kota.  Pemerataan penyediaan jaringan jalan berdasarkan hierarkinya
mulai dari jaringan jalan arteri hingga jaringan jalan lingkungan

 STRATEGI SKALA KAWASAN


 Penyediaan sarana transporatsi umum pedesaan dan kawasan kota
 mengembangkan prasarana dan sarana transportasi, rambu jalan
dsb
 Perencanaan fungsi pasar dan terminal secara terpisah
 Pembangunan terminal di IKK
 Pembangunan simpul transporatsi jaringan perkotaan
 Penyediaan alat, akses jalan peralatan di gedung pengujian
 Pembangunan rest area di Penanggalan
 Pembangunan sarana transportasi sungai, dermaga apung di
kawasan permukiman tepi sungai (Sultan Daulat dan Rundeng)
 Pengembangan sarana dan prasarana  Pengembangan transportasi massal dan halte untuk permukiman
kenyamanan lalu lintas dan penumpang

VII - 10
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
 Prasarana transportasi darat dan udara;  Pengembangan transportasi perkotaan yang ramah lingkungan
konservasi dan diversifikasi energi;
 Pemanfaatan teknologi modern untuk penataan lalu lintas Kota
Subulussalam;
 Pengembangan pembangunan angkutan tidak bermotor, pejalan kaki
dan pesepeda.
Mewujudkan  Meningkatkan kualitas dan jangkauan informasi  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur dan komunikasi pada kawasan permukiman  pengembangan kualitas dan jaringan informasi dan komunikasi
telekomunikasi
perkotaan yang  STRATEGI SKALA KAWASAN
optimal  Peningkatan pelayanan internet tingkat kelurahan dan desa
 Peningkatan pelayanan jaringan telkom di seluruh kawasan
Kecamatan
Mewujudkan  Meningkatkan kualitas dan jangkauan listrik  STRATEGI SKALA KOTA
pelayanan infrastruktur pada kawasan permukiman  mengembangkan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan
energi/kelistrikan  Menyediakan jaringan listrik mulai dari SUTT hingga SUTR sampai
perkotaan yang ke sambungan rumah.
optimal  STRATEGI SKALA KAWASAN
 Pelaksanaan pembebasan dan anti rugi pohon untuk jalur listrik
kawasan
 Peningkatan program PLTMH
 Peningkatan layanan listrik menjangkau seluruh kawasan
permukiman
 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib penggunaan listrik
rumah tangga
 Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik industri

VII - 11
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI
Mewujudkan  Meningkatkan jumlah produk hukum terkait  STRATEGI SKALA KOTA
Kelembagaan dan penyelenggaraan kawasan permukiman  Penyediaan Peraturan Daerah untuk meningkatkan ketertiban di
peran Masyarakat masyarakat dalam penyelenggaraan kawasan permukiman
menuju masyarakat  Menegakkan pelaksanaan Perda dan atau  Pelaksanaan Peraturan Daerah untuk meningkatnya ketentraman
sejahtera, aman, penyelesaian sengketa hukum terkait dan ketertiban di masyarakat dalam penyelenggaraan kawasan
damai dan bermartabat penyelenggaraan kawasan permukiman permukiman
 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam  Mendorong masyarakat terutama untuk menjaga keamanan dan
keamanan dan ketertiban di kawasan ketertiban di kawasan permukiman
permukiman
Mewujudkan  Meningkatkan pendayagunaan dan  Menginventarisir aset daerah yang berupa cadangan tanah dan
Pengelolaan Aset pengamanan aset daerah yang berupa mengoptimalisasikan pemanfaatannya untuk kawasan permukiman
Daerah menuju cadangan tanah untuk kawasan permukiman bagi MBR
masyarakat sejahtera,
aman, damai dan
bermartabat .
Mewujudkan  Meningkatkan kerjasama yang harmonis dan  STRATEGI SKALA KOTA
Kelembagaan Kerja sinergis dengan pemerintah provinsi maupun  Mendorong kerjasama antar pemerintah daerah termasuk dengan
sama Antar Daerah dengan daerah lain terkait pengembangan pemerintah provinsi dalam rangka peningkatan pelayanan publik
menuju masyarakat permukiman dan infrastruktur permukiman pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman
sejahtera, aman,
damai dan bermartabat
Mewujudkan  Meningkatkan kualitas pelayanan perijinan  STRATEGI SKALA KOTA
Kelembagaan kepada masyarakat  Penataan peraturan dan prosedur perijinan dan pengembangan
Pelayanan Publik kapasitas lembaga publik pelayanan perijinan terutama terkait
menuju masyarakat pembangunan kawasan permukiman
sejahtera, aman,
damai dan bermartabat
VII - 12
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
7.2. Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur PermukIman Kota
Subulussalam
Program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman kota
Subulussalam adalah merupakan hasil dari analisis korelasi strategi pembangunan
permukiman dan kebutuhan infrastruktur pendukung dengan strategi pembangunan
lainnya dalam skema manajemen pembangunan kota baik untuk skala kota maupun
skala kawasan berupa rekapitulasi kebijakan, strategi, dan program pembangunan dan
penataan ruang serta kebutuhan sumber pembiayaan dan kemungkinan waktu
penerapan. Adapun korelasi program dan strategi tersebut dapat dilihat pada tabel 7.2.
berikut :

VII - 13
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Tabel 7.2.
Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur PermukIman Kota Subulussalam

VII - 14
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

LAMPIRAN
PROGRAM PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR
PERMUKIMAN KOTA SUBULUSSALAM

VII - 53
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 54
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 55
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 56
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 57
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 58
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 59
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 60
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 61
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 62
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 63
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 64
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 65
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 66
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 67
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 68
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 69
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 70
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 71
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 72
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 73
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 74
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 75
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 76
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 77
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 78
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 79
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 80
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

VII - 81
PT. MITRAPLAN KONST
Tabel 16
Matriks Konsekuensi Dan Dampak Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kota Subulussalam
 STRATEGI SKALA KOTA Kebutuhan identifikasi wilayah kumuh kota  Pendataan dan pemetaan wilayah permukiman
Permukiman Kebutuhan inventarisasi investasi daerah
 Perencanaan dan pembangunan kumuh kota Subulussalam
infrastruktur permukiman pusat kota Kebutuhan data potensi ekonomi daerah  Pengadaan dan peningkatan pelayanan jaringan
Subulussalam Kebutuhan identifikasi kawasan heritage daerah infrastruktur permukiman kota
Kebutuhan Kebijakan RTRW dan kebijakan tata  Relokasi dan penataan permukiman kumuh di area
ruang daerah sempadan sungai
Kebutuhan kajian pariwisata daerah  Penyusunan kebijakan pengembangan Sub Wilayah
Kebuthan kebijakan konservasi sumber daya Permukiman sesuai dengan arahan RTRW Kota
alam dan budi daya daerah Subulussalam
 Pengembangan kawasan permukiman agroindustri
berbasis pemberdayaan pihak swasta.
 Revitalisasi infrastruktur dan permukiman kawasan
bernilai budaya (heritage) di Rundeng
 Penataan pengembangan wilayah permukiman
formal dan informal sesuai dengan kebijakan RTRW
 Penyusunan regulasi IMB pembangunan
permukiman dan perumahan kota
 Peningkatan pemberdayaan sosial -ekonomi
masyarakat dalam pembangunan permukiman sehat
 Sosialisasi kebijakan pembangunan permukiman di
kota Subulussalam

VII - 15

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan master plan air bersih kawasan kota  Peningkatan kinerja IPA eksisting dan pembangunan
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan penyediaan air  Kebutuhan peningkatan SDM pengelola air IPA baru untuk meningkatkan ketersediaan dan
bersih yang merata di kota bersih kualitas air bersih
Subulussalam  Peningkatan debit sumber air baku
 Peningkatan kapasitas ketersediaan air bersih
 Penambahan jaringan distribusi air bersih
 Penambahan pelanggan air bersih.
 Penambahan jam pelayanaan air bersih menjadi 24
jam / hari.
 Peningkatan status pengelolaan UPTD PU menjadi
BUMD
 Peningkatan perawatan jaringan air bersih
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
efisiensi penggunaan air bersih

 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan penyusunan kebijakan pengelolaan  Penyusunan kebijakan pengelolaan sampah di
Persampahan
 Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah di wilayah dengan peruntukan fungsi wilayah dengan peruntukan fungsi campuran
persampahan kota Subulussalam campuran (terminal-pasar) (terminal-pasar)
 Kebutuhan data kawasan penghasil timbulan  Inventarisasi dan pemetaan kawasan penghasil
sampah kota timbulan sampah kota
 Kebutuhan peralatan pengumpul dan  Pengadaan peralatan pengumpul dan
pengangkutan sampah pengangkutan sampah
 Kebutuhan lokasi TPS di wilayah permukiman  Pembangunan TPS di wilayah permukiman dan
dan fasilitas umum fasilitas umum
 Kebutuhan TPA baru dan penyediaan TPS di  Peningkatan pelayananpengelolaan TPA baru dan
wilayah permukiman kota penyediaan TPS di wilayah permukiman kota
 Penetapan pengelolaan sampah melalui SK
Walikota.
VII - 16

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Sosialisasi kebijakan SK Walikota pengelolaan
sampah
 Peningkatan Pemberdayaan masyarakat untuk
berperan dalam pengolahan sampah (3R)
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan MasterPlan drainase Kota dan  Penyusunan MasterPlan drainase Kota dan
Drainase
 Pengadaan dan peningkatan pelayanan Kawasan. Kawasan.
sarana drainase permukiman kota  Kebutuhan DED drainase tingkat Kecamatan dan Penyusunan perencanaan DED drainase tingkat
Kota Kecamatan dan Kota
 Kebutuhan jaringan drainase primer hingga  Peningkatan kapasitas jaringan drainase primer
jaringan drainase tersier. hingga jaringan drainase tersier.
 Kebutuhan perawatan sarana drainase  Peningkatan perawatan sarana drainase
permukiman kota permukiman kota
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat  Pembersihan saluran drainase secara rutin
kebersihan drainase secara gotong royong  Peningkatan pengadaan saluran drainase baru
 Pembuatan saluran drainase untuk kawasan banjir
atau genangan
 Peningkatani pemberdayaan masyarakat kebersihan
drainase secara gotong royong
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan MasterPlan pembangunan jalan kota  Penyusunan perencanaan MasterPlan
Jalan
 Peningkataan pemerataan pembangunan Lingkungan  Kebutuhan jalan lingkungan di pedesaan pembangunan jalan kota
jalan kota  Kebutuhan kelengkapan jalan lingkungan  Peningkatan dan perbaikan jalan lingkungan di
(trotoar, drainase tertutup, lampu jalan dan nama pedesaan
jalan)  Penataan kelengkapan jalan lingkungan (trotoar,
 Kebutuhan jalur evakuasi bencana drainase tertutup, lampu jalan dan nama jalan)
 Pembangunan jalan untuk jalur evakuasi bencana
 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan data lokasi RTH  Penyusunan identifikasi dan pemetaan lokasi RTH
RTH
 Peningkatan ketersediaan dan kualitas  Kebutuhan data kepemilikan RTH oleh  Peningkatan kepemilikan RTH oleh Pemerintah Kota
lahan kawasan RTH skala kota. Pemerintah Kota  Penataan hutan kota sebagai RTH
VII - 17

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Kebutuhan regulasi aturan sempadan sungai  Penyusunan regulasi aturan sempadan sungai dan
dan sempadan SUTT sebagai RTH sempadan SUTT sebagai RTH
 Kebutuhan taman dan lapangan olahraga skala  Pembangunan taman dan lapangan olahraga skala
kota kota
 Kebutuhan penataan kawasan pinggir sungai  Revitalisasi kawasan RTH yang ada
(sempadan Lae Soraya) untuk RTH.  Penataan kawasan pinggir sungai (sempadan Lae
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam Soraya) untuk RTH.
pengelolaan RTH  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan RTH

 STRATEGI SKALA KOTA  Kebutuhan perencanaan system pembuangan  Penyusunan perencanaan system pembuangan
Air Limbah
 Peningkatan pelayanan system limbah terpadu limbah terpadu permukiman dan industri
pembuangan limbah permukiman kota  Kebutuhan prasarana dan sarana air limbah  Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana air
terpadu dengan recycling system pada skala kota dan limbah dengan recycling system pada skala kota
kawasan permukiman dan kawasan permukiman
 Kebutuhan regulasi system pembuangan limbah  Penyusunan kebijakan system pembuangan limbah
pabrik / industry skala kota pabrik / industry skala kota
 STRATEGI SKALA KOTA Kondisi Rawan
 Kebutuhan data lahan kritis dan rawan bencana  Penyusunan identifikasi dan pemetaan lahan kritis
 Pembangunan infrastruktur tanggap Bencana  Kebutuhan rencana mitigasi dan jalur evakuasi dan rawan bencana
bencana bencana  Penyusunan perencanaan mitigasi dan jalur
 Kebutuhan ruang evakuasi bencana evakuasi bencana
 Kebutuhan sarana dan prasarana  Pembangunan tata ruang evakuasi bencana
penanggulangan korban bencana alam dan  Peningkatkan sarana dan prasarana
social penanggulangan korban bencana alam dan social
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat tanggap  Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat tanggap
darurat bencana darurat bencana

 STRATEGI SKALA KOTA Sistem  Kebutuhan rencana induk transportasi kota,  Penyusunan rencana induk transportasi kota,

VII - 18

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Pengembangan pelayanan transportasi Transportasi  Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi  Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana
kota, umum kota transportasi umum kota
 Kebutuhan terminal terpadu type B.  Pembangunan terminal terpadu type B.
 Kebutuhan pelayanan jaringan jalan  Peningkatan kapasitas pelayanan jaringan jalan
 Kebutuhan regulasi pengelolaan terminal dan  Penyusunan regulasi pengelolaan terminal dan
prasarana transportasi lain. prasarana transportasi lain.
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan terminal dan sarana transportasi pengelolaan terminal dan sarana transportasi umum
umum
STRATEGI SKALA KOTA infrastruktur  Kebutuhan masterplan infrastruktur  Penyusunan masterplan infrastruktur telekomunikasi
 Peningkatan pelayanan dan kualitas telekomunikasi telekomunikasi kota berbasis RTRW kota berbasis RTRW
jaringan informasi dan komunikasi  Kebutuhan sarana telekomunikasi umum  Peningkatan pelayanan sarana telekomunikasi
melibatkan swasta umum melibatkan swasta
 Kebutuhan regulasi pengelolaan system  Penyusunan regulasi pengelolaan system
telekomunikasi telekomunikasi
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sarana-prasarana telekomunikasi pengelolaan sarana-prasarana telekomunikasi

 STRATEGI SKALA KOTA infrastruktur  Kebutuhan rencana induk jaringan pelayanan  Penyusunan rencana induk jaringan pelayanan listrik
 Peningkatan pelayanan energi/kelistrikan energi listrik kota kota
/kelistrikan Kebutuhan sarana dan prasarana Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana
kota  
energi/kelistrikan kota energi/kelistrikan kota
(mulai dari SUTT hingga SUTR sampai ke (mulai dari SUTT hingga SUTR sampai ke
sambungan rumah) sambungan rumah)
 Kebutuhan regulasi pengelolaan system  Penyusunan regulasi pengelolaan system kelistrikan
kelistrikan kota kota

 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam


VII - 19

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pengelolaan sarana-prasarana kelistrikan  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sarana-prasarana kelistrikan

ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kawasan PUSAT KOTA SUBULUSSALAM
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan rencana penataan kawasan  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum area)
Permukiman
 Peremajaan (Urban Renewal) lingkungan permukiman kumuh (slum area) dan permukiman dan permukiman yang statusnya bermasalah
permukiman kota yang statusnya bermasalah (squatters area). (squatters area).
 Kebutuhan peremajaan fisik perumahan non-  Peremajaan fisik perumahan non-permanen
permanen lingkungan permukiman kota lingkungan permukiman kota
 Kebutuhan regulasi tata ruang dan tata bangunan Penyusunan regulasi tata ruang dan tata bangunan
kawasan permukiman kawasan permukiman
 Kebutuhan ketetapan garis sempadan bangunan  Penyusunan ketetapan garis sempadan bangunan
dan fungsi peruntukan tata guna lahan. dan fungsi peruntukan tata guna lahan.
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan permukiman komersial pengelolaan lingkungan permukiman komersial

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan jangkauan pelayanan jaringan air  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan jaringan air bersih bersih ke seluruh kawasan permukiman ke seluruh kawasan permukiman
ke kawasan permukiman di pusat kota  Kebutuhan air bersih berkualitas.  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih
Subulussalam  Kebutuhan jangkauan penyediaan jaringan air berkualitas.
bersih ke kawasan pengembangan permukiman  Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air
baru. bersih ke kawasan pengembangan permukiman
 Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam baru.
VII - 20

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pengelolaan air bersih  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
 Kebutuhan menajemen pengawasan kebocoran pengelolaan air bersih
pengelolaan air bersih di tingkat kawasan  Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran
 Kebutuhan penyediaan hidran kebakaran pengelolaan air bersih di tingkat kawasan
kawasan permukiman  Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan
permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Persampahan


 Kebutuhan peralatan, angkutan sampah gedung Penyediaan peralatan, angkutan sampah gedung
 Peningkatan pelayanan pengelolaan mesin pengelolaan persampahan mesin pengelolaan persampahan
sampah kawasan pusat kota  Kebutuhan angkutan sampah di kota  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di kota
Subulussalam  Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah secara 3R melalui pengelolaan sampah secara 3R melalui sosialisasi
sosialisasi dan kebijakan pengawasan dan kebijakan pengawasan
 Kebutuhan TPS di kawasan strategis timbulan  Peningkatan ketersediaan TPS di kawasan strategis
sampah kota timbulan sampah kota
 Kebutuhan kebijakan retribusi pembuangan  Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah
sampah kawasan kawasan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan konservasi kawasan yang berfungsi  Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi
Drainase
 Peningkatan pelayanan infrastruktur sebagai resapan air sebagai resapan air
drainase kawasan permukiman pusat  Kebutuhan peningkatan mutu lahan resapan air  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui konsep
kota Subulussalam melalui konsep biopori pada kawasan biopori pada kawasan permukiman
permukiman  Penyusunan perencanaan tipe dan standard
 Kebutuhan rencana tipe dan standard drainase drainase kawasan permukiman pusat kota
kawasan permukiman pusat kota Subulussalam Subulussalam
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan drainase pengelolaan drainase

VII - 21

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan master plan dan DED pembangunan  Penyusunan master plan dan DED pembangunan
Jalan
 Pembangunan dan peningkatan dan Lingkungan jalan lingkungan permukiman jalan lingkungan permukiman
pemeliharaan jalan dan jembatan di  Kebutuhan jalan minimum 3 meter agar dapat  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat
kawasan permukiman pusat kota dilalui kendaraan pemadam kebakaran. dilalui kendaraan pemadam kebakaran.
Subulussalam  Kebutuhan angkutan umum (halte dan pangkalan Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan
angkot / ojek / becak, serta parkir umum) pada pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir umum)
jalan lingkungan pada jalan lingkungan
 Kebutuhan prasarana dan sarana pejalan kaki,  Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
 Kebutuhan jalan akses menuju terminal Type B di pejalan kaki,
Cepu  Percepatan pembangunan jalan akses menuju
 Kebutuhan Regulasi tentang penataan bangunan terminal Type B di Cepu
pergudangan pada kawasan kota.  Penyusunan Regulasi tentang penataan bangunan
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam pergudangan pada kawasan kota.
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan RTH sebagai public space di kawasan Pembangunan RTH sebagai public space di kawasan
RTH
 Peningkatan pelayanan RTH khusus permukiman permukiman
kawasan permukiman pusat kota  Kebutuhan regulasi bagi pengembang  Penyusunan regulasi bagi pengembang (developer)
Subulussalam (developer) untuk penyediaan RTH berupa untuk penyediaan RTH berupa taman lingkungan
taman lingkungan pada perumahan baru pada perumahan baru
 Kebutuhan masyarakat sadar lingkungan hijau  Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau untuk
untuk pengelolaan RTH mandiri pengelolaan RTH mandiri
 Kebutuhan kawasan alun-alun sebagai RTH  Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman. kawasan permukiman.
 Kebutuhan lahan makam bagi masyarakat  Pembangunan lahan makam bagi masyarakat

 Kebutuhan RTH dengan vegetasi yang memiliki  Pembangunan RTH dengan vegetasi yang memiliki

VII - 22

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
nilai produktif secara ekonomi. nilai produktif secara ekonomi.
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan sarana pembuangan limbah dari  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari rumah
Air Limbah
 Peningkatan system pengelolaan limbah rumah tangga menuju sumur resapan tangga menuju sumur resapan
lingkungan dan permukiman pusat kota  Kebutuhan pengelola limbah lingkungan  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah
Subulussalam permukiman ( pasar dan industri rumah tangga) lingkungan permukiman ( pasar dan industri rumah
 Kebutuhan kebijakan dan retribusi pembuangan tangga)
limbah kawasan  Penyusunan kebijakan dan retribusi pembuangan
 Kebutuhan regulasi pembuangan limbah ke limbah kawasan
Sungai Lae Kombih  Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Sungai
Lae Kombih

 STRATEGI SKALA KAWASAN Kawasan rawan Kebutuhan sosialisasi evakuasi bencana luapan  Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan
 Peningkatan pelayanan tanggap darurat Bencana banjir bagi permukiman tepi sungai Lae Kombih banjir bagi permukiman tepi sungai Lae Kombih
rawan bencana tanah longsor di pusat  Kebutuhan sosialisasi model pembangunan  Peningkatan sosialisasi model pembangunan
kota Subulussalam permukiman di daerah pemekaran pembangunan permukiman di daerah pemekaran pembangunan
permukiman permukiman
 Kebutuhan kebijakan tata kelola lahan yang  Penyusunan kebijakan tata kelola lahan yang
mengalami perubahan peruntukan pertanian mengalami perubahan peruntukan pertanian menjadi
menjadi permukiman permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Transportasi  Kebutuhan masterplan sarana transportasi umum Penyusunan masterplan sarana transportasi umum
 Peningkatan pelayanan system kawasan pusat kota Subulussalam kawasan pusat kota Subulussalam
transportasi kawasan pusat kota  Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi
Subulussalam umum pedesaan dan kawasan pusat kota umum pedesaan dan kawasan pusat kota
Subulussalam Subulussalam
 Kebutuhan fasilitas prasarana dan sarana  Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan dsb transportasi, rambu jalan dsb
 Kebutuhan terminal B  Pembangunan terminal B
Kebutuhan sarana transportasi umum alternative Pembangunan sarana transportasi umum alternative
VII - 23

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pusat kota Subulussalam pusat kota Subulussalam
 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan jaringan telkom di kawasan pusat kota Peningkatan pelayanan jaringan telkom di kawasan
 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi Subulussalam pusat kota Subulussalam
telkom di seluruh kawasan pusat kota  Kebutuhan internet di kawasan pusat kota  Peningkatan pelayanan internet di kawasan pusat
Subulussalam Subulussalam kota Subulussalam

 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Kebutuhan pembebasan dan ganti rugi pohon  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon
 Peningkatan pelayanan kelistrikan energi/kelistrika untuk jalur listrik kawasan untuk jalur listrik kawasan
menjangkau seluruh kawasan n  Kebutuhan program PLTMH  Peningkatan program PLTMH
permukiman pusat kota Subulussalam  Kebutuhan program PLTMH, angin, biodisel, Peningkatan program PLTMH, angin, biodisel, PLTS,
PLTS, PLTA, Gasifikasi. PLTA, Gasifikasi.
 Kebutuhan alternative penggunaan energy baru  Peningkatan alternative penggunaan energy baru
terbarukan terbarukan
 Kebutuhan partisipasi masyarakat dalam tertib  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah tangga penggunaan listrik rumah tangga
Kebutuhan pendapatan dari retribusi tariff listrik Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik
industri industri

VII - 24

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kawasan RUNDENG
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Kebutuhan kebijakan penataan ruang kawasan  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum area)
Permukiman
 Peremajaan (SubUrban Renewal) permukiman kumuh (slum area) dan dan permukiman yang statusnya bermasalah
lingkungan permukiman tepi sungai di permukiman yang statusnya bermasalah (squatters area).
Rundeng (squatters area).  Peremajaan fisik perumahan dengan status darurat
 Kebutuhan peremajaan fisik perumahan dengan non-permanent lingkungan permukiman tepi sungai
status darurat non-permanent lingkungan  Penyusunan regulasi tata ruang dan tata bangunan
permukiman tepi sungai kawasan tepi sungai di Rundeng
 Kebutuhan regulasi tata ruang dan tata bangunan  Penyusunan ketetapan garis sempadan bangunan
kawasan tepi sungai di Rundeng dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.
 Kebutuhan ketetapan garis sempadan bangunan  Relokasi perumahan di sempadan sungai.
dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
 Kebutuhan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai
pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai  Pembangunan / renovasi rumah bersejarah pada
 Kebutuhan renovasi rumah bersejarah pada kota kota lama Rundeng
lama Rundeng

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan jaringan air bersih bersih ke kawasan permukiman ke kawasan permukiman
ke kawasan permukiman di Rundeng  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih
berkualitas. berkualitas.
 Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air  Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air
bersih ke kawasan pengembangan bersih ke kawasan pengembangan permukiman
permukiman baru. baru.
 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan air bersih pengelolaan air bersih
 Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran  Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di tingkat kawasan pengelolaan air bersih di tingkat kawasan
VII - 25

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Peningkatan penyediaan hidran kebakaran  Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan
kawasan permukiman permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Persampahan


 Penyediaan peralatan, angkutan sampah  Penyediaan peralatan, angkutan sampah gedung
 Peningkatan pelayanan pengelolaan gedung mesin pengelolaan persampahan mesin pengelolaan persampahan
sampah kawasan Rundeng  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di
Rundeng Rundeng
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah secara 3R melalui pengelolaan sampah secara 3R melalui sosialisasi
sosialisasi dan kebijakan pengawasan dan kebijakan pengawasan
 Peningkatan ketersediaan TPS di Rundeng  Peningkatan ketersediaan TPS di Rundeng
 Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan  Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah
sampah kawasan kawasan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi
Drainase
 Peningkatan pelayanan infrastruktur sebagai resapan air sebagai resapan air
drainase kawasan permukiman  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui konsep
Rundeng konsep biopori pada kawasan permukiman biopori pada kawasan permukiman
 Penyusunan perencanaan tipe dan standard  Penyusunan perencanaan tipe dan standard
drainase kawasan permukiman Rundeng drainase kawasan permukiman Rundeng
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan drainase pengelolaan drainase

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Penyusunan master plan dan DED  Penyusunan master plan dan DED pembangunan
Jalan
 Pembangunan dan peningkatan dan Lingkungan pembangunan jalan lingkungan permukiman jalan lingkungan permukiman
pemeliharaan jalan dan jembatan di  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat
VII - 26

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
kawasan permukiman Rundeng dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran. dilalui kendaraan pemadam kebakaran.
 Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan
pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir umum)
umum) pada jalan lingkungan pada jalan lingkungan
 Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana  Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
pejalan kaki, pejalan kaki,
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan
 Penataan aksesibilitas kawasan Pariwisata  Penataan aksesibilitas kawasan Pariwisata Islami
Islami

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Pembangunan RTH di bantaran sungai sebagai  Pembangunan RTH di bantaran sungai sebagai
RTH
 Peningkatan pelayanan RTH khusus barrier pembatas permukiman barrier pembatas permukiman
kawasan permukiman tepi sungai  Pembangunan RTH sebagai public space di  Pembangunan RTH sebagai public space di kawasan
Rundeng kawasan permukiman permukiman
 Penyusunan regulasi bagi pengembang  Penyusunan regulasi bagi pengembang (developer)
(developer) untuk penyediaan RTH berupa untuk penyediaan RTH berupa taman lingkungan
taman lingkungan pada perumahan baru pada perumahan baru
 Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau  Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau untuk
untuk pengelolaan RTH mandiri pengelolaan RTH mandiri
 Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH  Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman. kawasan permukiman.
 Pembangunan lahan makam bagi masyarakat  Pembangunan lahan makam bagi masyarakat
Pembangunan RTH bantaran sungai dengan  Pembangunan RTH bantaran sungai dengan vegetasi
vegetasi yang memiliki nilai produktif secara yang memiliki nilai produktif secara ekonomi.
ekonomi
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari rumah
Air Limbah
 Peningkatan system pengelolaan limbah rumah tangga menuju sumur resapan tangga menuju sumur resapan

VII - 27

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
lingkungan dan permukiman Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah
lingkungan permukiman ( pasar dan industri lingkungan permukiman ( pasar dan industri rumah
rumah tangga) tangga)
 Penyusunan kebijakan dan retribusi  Penyusunan kebijakan dan retribusi pembuangan
pembuangan limbah kawasan limbah kawasan
 Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Sungai
Sungai Lae Souraya. Lae Souraya.
 STRATEGI SKALA KAWASAN 
Kawasan rawan
Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan
 Peningkatan pelayanan tanggap darurat Bencana banjir bagi permukiman tepi sungai banjir bagi permukiman tepi sungai
rawan bencana luapan sungai dan tanah  Peningkatan sosialisasi model pembangunan  Peningkatan sosialisasi model pembangunan
longsor permukiman di daerah bantaran sungai rawan permukiman di daerah bantaran sungai rawan
bencana bencana
 Penyusunan kebijakan tata kelola lahan  Penyusunan kebijakan tata kelola lahan perkebunan
perkebunan sawit tepi sungai sawit tepi sungai

 STRATEGI SKALA KAWASAN Transportasi  Penyusunan masterplan sarana transportasi  Penyusunan masterplan sarana transportasi umum
 Peningkatan pelayanan system umum kawasan kawasan
transportasi kawasan Rundeng  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi
umum pedesaan dan kawasan Rundeng umum pedesaan dan kawasan Rundeng
 Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana  Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan dsb transportasi, rambu jalan dsb
 Pembangunan terminal di IKK Rundeng  Pembangunan terminal di IKK Rundeng
 Pembangunan sarana transportasi sungai, Pembangunan sarana transportasi sungai, dermaga
dermaga apung di kawasan permukiman tepi apung di kawasan permukiman tepi sungai Lae
sungai Lae Souraya Souraya
 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Peningkatan pelayanan jaringan telkom di  Peningkatan pelayanan jaringan telkom di kawasan
 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi kawasan Rundeng Rundeng
telkom di seluruh kawasan Rundeng  Peningkatan pelayanan internet di kawasan  Peningkatan pelayanan internet di kawasan Rundeng

VII - 28

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Rundeng

 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon
 Peningkatan pelayanan kelistrikan energi/kelistrika untuk jalur listrik kawasan untuk jalur listrik kawasan
menjangkau seluruh kawasan n  Peningkatan program PLTMH  Peningkatan program PLTMH
permukiman Rundeng  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah tangga penggunaan listrik rumah tangga
 Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik
industri industri

VII - 29

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
Strategi Skala Kawasan GELOMBANG SULTAN DAULAT
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum  Penataan kawasan permukiman kumuh (slum area)
Permukiman
 Peremajaan (SubUrban Renewal) area) dan permukiman yang statusnya dan permukiman yang statusnya bermasalah
lingkungan permukiman tepi sungai di bermasalah (squatters area). (squatters area).
Gelombang  Peremajaan fisik perumahan dengan status  Peremajaan fisik perumahan dengan status darurat
darurat non-permanent lingkungan permukiman non-permanent lingkungan permukiman tepi sungai
tepi sungai  Penyusunan regulasi tata ruang dan tata bangunan
 Penyusunan regulasi tata ruang dan tata kawasan tepi sungai di Gelombang
bangunan kawasan tepi sungai di Gelombang  Penyusunan ketetapan garis sempadan bangunan
 Penyusunan ketetapan garis sempadan dan fungsi peruntukan tata guna lahan tepi air.
bangunan dan fungsi peruntukan tata guna  Relokasi perumahan di sempadan sungai.
lahan tepi air.  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
 Relokasi perumahan di sempadan sungai. pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan kawasan permukiman tepi sungai

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air  Peningkatan jangkauan pelayanan jaringan air bersih
Air Bersih
 Peningkatan pelayanan jaringan air bersih bersih ke kawasan permukiman ke kawasan permukiman
ke kawasan permukiman di Gelombang  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih  Peningkatan penyediaan jumlah air bersih
berkualitas. berkualitas.
 Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air  Peningkatan jangkauan penyediaan jaringan air
bersih ke kawasan pengembangan bersih ke kawasan pengembangan permukiman
permukiman baru. baru.
 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
VII - 30

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
pengelolaan air bersih pengelolaan air bersih
 Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran  Peningkatan menajemen pengawasan kebocoran
pengelolaan air bersih di tingkat kawasan pengelolaan air bersih di tingkat kawasan
 Peningkatan penyediaan hidran kebakaran  Peningkatan penyediaan hidran kebakaran kawasan
kawasan permukiman permukiman

 STRATEGI SKALA KAWASAN Persampahan  Penyediaan peralatan, angkutan sampah  Penyediaan peralatan, angkutan sampah gedung
 Peningkatan pelayanan pengelolaan gedung mesin pengelolaan persampahan mesin pengelolaan persampahan
sampah kawasan Gelombang  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di  Peningkatan pelayanan angkutan sampah di
Gelombang Gelombang
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah secara 3R melalui pengelolaan sampah secara 3R melalui sosialisasi
sosialisasi dan kebijakan pengawasan dan kebijakan pengawasan
 Peningkatan ketersediaan TPS di Gelombang  Peningkatan ketersediaan TPS di Gelombang
 Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan  Pembuatan kebijakan retribusi pembuangan sampah
sampah kawasan kawasan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi Peningkatan konservasi kawasan yang berfungsi
Drainase
 Peningkatan pelayanan infrastruktur sebagai resapan air sebagai resapan air
drainase kawasan permukiman  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui  Peningkatan mutu lahan resapan air melalui konsep
Gelombang konsep biopori pada kawasan permukiman biopori pada kawasan permukiman
 Penyusunan perencanaan tipe dan standard  Penyusunan perencanaan tipe dan standard
drainase kawasan permukiman Gelombang drainase kawasan permukiman Gelombang
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan drainase pengelolaan drainase

VII - 31

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Penyusunan master plan dan DED  Penyusunan master plan dan DED pembangunan
Jalan
 Pembangunan dan peningkatan dan Lingkungan pembangunan jalan lingkungan permukiman jalan lingkungan permukiman
pemeliharaan jalan dan jembatan di  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar  Peningkatan lebar jalan minimum 3 meter agar dapat
kawasan permukiman Gelombang dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran. dilalui kendaraan pemadam kebakaran.
 Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan Pengadaan prasarana angkutan umum (halte dan
pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir pangkalan angkot / ojek / becak, serta parkir umum)
umum) pada jalan lingkungan pada jalan lingkungan
 Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana  Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana
pejalan kaki, pejalan kaki,
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam  Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan pembangunan dan pengelolaan jalan lingkungan

 STRATEGI SKALA KAWASAN  Pembangunan RTH di bantaran sungai sebagai  Pembangunan RTH di bantaran sungai sebagai
RTH
 Peningkatan pelayanan RTH khusus barrier pembatas permukiman barrier pembatas permukiman
kawasan permukiman tepi sungai  Pembangunan RTH sebagai public space di  Pembangunan RTH sebagai public space di kawasan
Gelombang kawasan permukiman permukiman
 Penyusunan regulasi bagi pengembang  Penyusunan regulasi bagi pengembang (developer)
(developer) untuk penyediaan RTH berupa untuk penyediaan RTH berupa taman lingkungan
taman lingkungan pada perumahan baru pada perumahan baru
 Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau  Pembinaan masyarakat sadar lingkungan hijau untuk
untuk pengelolaan RTH mandiri pengelolaan RTH mandiri
 Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH  Pembangunan kawasan alun-alun sebagai RTH
kawasan permukiman. kawasan permukiman.
 Pembangunan lahan makam bagi masyarakat  Pembangunan lahan makam bagi masyarakat
 Pembangunan RTH bantaran sungai dengan  Pembangunan RTH bantaran sungai dengan vegetasi
vegetasi yang memiliki nilai produktif secara yang memiliki nilai produktif secara ekonomi.
ekonomi.
 STRATEGI SKALA KAWASAN  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari  Peningkatan sarana pembuangan limbah dari rumah
Air Limbah
VII - 32

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
 Peningkatan system pengelolaan limbah rumah tangga menuju sumur resapan tangga menuju sumur resapan
lingkungan dan permukiman  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah  Peningkatan pelayanan pengelolaan limbah
lingkungan permukiman ( pasar dan industri lingkungan permukiman ( pasar dan industri rumah
rumah tangga) tangga)
 Penyusunan kebijakan dan retribusi  Penyusunan kebijakan dan retribusi pembuangan
pembuangan limbah kawasan limbah kawasan
 Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke  Penyusunan regulasi pembuangan limbah ke Sungai
Sungai Lae Souraya. Lae Souraya.
 STRATEGI SKALA KAWASAN Kawasan rawan Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan Peningkatan sosialisasi evakuasi bencana luapan
 Peningkatan pelayanan tanggap darurat Bencana banjir bagi permukiman tepi sungai banjir bagi permukiman tepi sungai
rawan bencana luapan sungai dan tanah  Peningkatan sosialisasi model pembangunan  Peningkatan sosialisasi model pembangunan
longsor permukiman di daerah bantaran sungai rawan permukiman di daerah bantaran sungai rawan
bencana bencana
 Penyusunan kebijakan tata kelola lahan  Penyusunan kebijakan tata kelola lahan perkebunan
perkebunan sawit tepi sungai sawit tepi sungai

 STRATEGI SKALA KAWASAN Transportasi


 Penyusunan masterplan sarana transportasi  Penyusunan masterplan sarana transportasi umum
 Peningkatan pelayanan system umum kawasan kawasan
transportasi kawasan Gelombang  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi  Pengadaan sarana dan prasarana transportasi
umum pedesaan dan kawasan Gelombang umum pedesaan dan kawasan Gelombang
 Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana  Peningkatan fasilitas prasarana dan sarana
transportasi, rambu jalan dsb transportasi, rambu jalan dsb
 Pembangunan terminal di IKK Sultan Daulat  Pembangunan terminal di IKK Sultan Daulat
 Pembangunan sarana transportasi sungai,  Pembangunan sarana transportasi sungai, dermaga
dermaga apung di kawasan permukiman tepi apung di kawasan permukiman tepi sungai Lae
sungai Lae Souraya Souraya
 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Peningkatan pelayanan jaringan telkom di  Peningkatan pelayanan jaringan telkom di kawasan
 Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi kawasan Rundeng Rundeng

VII - 33

PT. MITRAPLAN KONST


ASPEK
STRATEGI
YANG
IMPLIKASI PROGRAM
DIAMATI
telkom di seluruh kawasan Gelombang  Peningkatan pelayanan internet di kawasan  Peningkatan pelayanan internet di kawasan
Gelombang Gelombang

 STRATEGI SKALA KAWASAN infrastruktur  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon  Pelaksanaan pembebasan dan ganti rugi pohon
 Peningkatan pelayanan kelistrikan energi/kelistrika untuk jalur listrik kawasan untuk jalur listrik kawasan
menjangkau seluruh kawasan n  Peningkatan program PLTMH  Peningkatan program PLTMH
permukiman Gelombang  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib  Peningkatan partisipasi masyarakat dalam tertib
penggunaan listrik rumah tangga penggunaan listrik rumah tangga
 Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik Peningkatan pendapatan dari retribusi tariff listrik
industri industri

VII - 34

PT. MITRAPLAN KONST


Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB VIII
PENUTUP

Laporan akhir ini merupakan laporan pekerjaan penyusunan Strategi


Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Kawasan Prioritas di kota Subulussalam
yang meliputi kajian potensi, persoalan, hambatan dan tantangan pembangunan dan
pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman di kawasan perkotaan
dalam lingkup infrastruktur air bersih, air limbah/sanitasi, sistim drainase, persampahan
dan jalan dimana lingkup pembahasannya meliputi aspek Fisik, Pembiayaan,
Kelembagaan, Pelibatan Masyarakat, Sosial dan Legalisasi.
Laporan ini diakhiri dengan strategi dan perumusan program pembangunan
dalam skala kota dan kawasan setelah sebelumnya dilakukan analisis dampak
penerapan program pembangunan tersebut. Laporan akhir ini juga akan disosialisakan
dengan kelengkapan materi visualisasi seagai kelengkapan produk SPPIP.
Dengan harapan bahwa dokumen ini dapat menjadi bagian dari pembangunan
kota Subulussalam maka semoga kajian ini dapat dimanfaatkan sebagai panduan bagi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Kawasan Prioritas di kota Subulussalam
mencapai kehidupan masyarakat sejahtera.

VIII - 1
PT. MITRAPLAN KONST
ASLI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
SATKER PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERBATASAN
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Jln. Pemancar No.5 Simpang Tiga, Banda Aceh

LAPORAN AKHIR

TAHUN ANGGARAN
2012
No SEKTOR POTENSI PERMASALAHAN TANTANGAN PENGEMBANGAN

1 Kawasan Terdapat beberapa pusat Infra struktur dan sarana Penyebaran pola permukiman model
Permukiman pertumbuhan permukiman prasarana hunian kurang 'lompat katak" dan tidak
tingkat Kecamatan dan IKK memadai terkonsentrasinya pola permukiman
yang menyebar
Kawasan pemukiman aksesibilitas kurang Jumlah penduduk menetap kurang
campuran strata – rendah-
menengah-atas

Tidak terdapat kawasan Kondisi rumah tidak layak Kota Subulussalam hanya sebagai
kumuh yang mencolok huni kota transit
Munculnya bangkitan
kegiatan perekonomian di
pusat kota

2 Air Bersih Terdapat jaringan primer air Sambungan yang terlayani Tingkat kebocoran >25%.
bersih baru mencakup 38 % dari
perumahan yang ada.
Tersebar di 5 kecamatan, Sumber air bersih cukup tersedia
terutama pusat kecamatan

3 Sanitasi / Air Telah ada DED di kawasan Saluran lingkungan belum Terdapat wilayah rawan banjir, luas
Limbah simpang kiri terintegrasi kawasan yang terlayani oleh
jaringan drainase baru 15%.
Drainase parit tertutup dengan Aplikasi belum konsisten Jaringan drainase masih menjadi
manhole dengan perancangan satu dengan sistem sanitasi kota
Tersebar di 5 kecamatan, Rumah tangga di kawasan
terutama pusat kecamatan permukiman perkotaan yang
terlayani sistem sanitasi baru
40%
Sistem sanitasi masih
menjadi satu dengan jaringan
drainase kota

4 Persampahan pusat kota Ssalam terlayani 64% terlayani di 6 desa Perlu sistem persampahan
namun sebagai terintegrasi
Penanggalan belum
terlayani
merata di 4 desa Simpang 3 Kcmtn belum belum Antisipasi timbulan sampah
kiri - 2 desa di Penanggalan terlayani pengumpulan/pemilahan/pengolaha
n/pembuangan

Pengangkatan tiap hari rutin TPA belum serah terima


operasional
Tersebar di seluruh kota
Wilayah yang terlayani
<20%, yang masuk ke TPA
15%.

5 Jalan 6 desa Simpang kiri / 3 desa Perawatan kurang Sebagian kecil merupakan swadaya
Lingkungan Penanggalan masyarakat dan sebagian jalan
lingkungan kondisinya buruk

Tingkat pelayanan jaringan Perlu penataan sisitem jaringan


jalan lingkungan berkisar Belum menjangkau Transportasi
75%. permukiman kota
jalan hotmix merata di 4 jalan antar desa belum Perlu sistem pengelolaan perawatan
desa terbangun jalan
Tersebar di 5 kecamatan, Perlunya partisipasi
terutama pusat kecamatan masyarakat

6 Jaringan 6 desa belum terlayani-3 Masalah pembebasan / ganti


listrik desa di Rundeng / 3 desa di rugi pohon
Longkib
Lae Motong kec.
Penanggalan 25 KW

7 Jaringan 23 tower BTS 4 perusahaan daerah alairan DAS / seluler


Komunikasi belum ada
4 desa WiFi Simpang Kiri 4 desa SK 2 desa
Penanggalan / telpon

sekolah belum terlayani


jaringan komunikasi internet
desa belum terlayani jaringan
komunikasi internet
68 desa dari 74 belum
terlayani jaringan telkom (5
kecamatan)
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya. Shalawat dan salam disampaikan kepada
Rasulullah saw, yang menjadi teladan di dalam kehidupan .
Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
untuk Kota Subulussalam ini tiada lain adalah amanah, tugas dan tanggung jawab untuk
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk kesjahteraan masyarakat
Subulussalam.
Laporan Akhir ini adalah merupakan laporan kegiatan Penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan untuk Kota Subulussalam. Di
dalam Laporan Akhir ini, dijelaskan mengenai seluruh analisis dan capaian hasil yang
diperoleh dalam penyelenggaraan SPPIP kota Subulussalam.
Tiada daya dan upaya kecuali atas ijin Allah SWT, maka kami sampaikan
Laporan Akhir ini dengan harapan adanya manfaat dan kebaikan dalam pekerjaan ini.
Akhir kata, diucapkan terima kasih atas sambutan, dukungan dan kerjasama dari semua
pihak yang telah membantu pekerjaan ini.
Subulussalam, Oktober 2012

PT Mitraplan Kons

i
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

DAFTAR ISI

ISI HAL

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR – SKEMA - TABEL v

BAB I PENDAHULUAN I-1


1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran I-4
1.3 Pokok Permasalahan SPPIP I-7
1.4 Kedudukan Kegiatan SPPIP dalam Pembangunan
Kota Subulussalam I - 10
1.5 Ruang Lingkup Kegiatan SPPIP I - 11
1.6 Keluaran yang dihasilkan penyusunan SPPIP I - 13
1.7 Kerangka Pemikiran I - 14
1.8 Sistematika Laporan Akhir I - 16

BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI PENYUSUNAN STRATEGI


PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR
PERKOTAAN DI KOTA SUBULUSSALAM II - 1
2.1 Pendekatan dan Metodologi II - 1
2.2 Metode Kegiatan Pendampingan II - 5
2.3 Metode Pengumpulan Data II - 6
2.4 Metode Analisis Data II - 7
2.5 Bentuk Kegiatan II - 8

ii
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB III LANDASAN TEORITIK PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN


INFRASTRUKTUR PERKOTAAN III - 1

3.1. Pembangunan Perkotaan III - 1


3.2. Isu Strategis Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia III - 7
3.3. Permasalahan Perumahan Dan Permukiman Di Indonesia III - 9
3.4. Kebijakan Dan Strategi Nasional Perumahan
Dan Permukiman (KSNPP) III - 12
3.5. Pemahaman Tentang Pengembangan Perkotaan III - 14
3.6. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkotaan III - 16
3.7. Langkah-Langkah Strategis Dalam Pengembangan
Kawasan Perumahan Dan Permukiman Perkotaan III - 18
3.8. Kebijakan Pembangunan Perkotaan Bebas
Permukiman Kumuh 2025 III - 20
3.9. Keterpaduan Infrastruktur Kawasan Dalam Penyusunan
Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur
Perkotaan III - 26
3.10. Kajian Kebijakan Tata Ruang Kota Subulussalam III - 33

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUBULUSSALAM IV - 1


4.1. Profil Kota Subulussalam IV - 1
4.2. Visi dan Misi Kota Subulussalam IV - 2
4.3. Kondisi Geografis dan Batas Administratif IV - 2
4.4. Kondisi Fisik Dasar IV - 3
4.5. Kependudukan IV - 7
4.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Permukiman IV - 8
4.7. Ekonomi Wilayah IV - 16

iii
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

BAB V IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN


PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR
PERKOTAAN DI KOTA SUBULUSSALAM V-1

5.1. Kajian Kebijakan dan Strategi Pembangunan V-1


5.2. Indikasi Arah Pengembangan Kota serta Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan V-7
5.3. Kajian Isu-isu Permukiman dan Infrastruktur Permukiman
Perkotaan V - 12
5.4. Kajian Potensi, Permasalahan, dan Tantangan Pembangunan PIP V - 23
5.5. Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan
infrastruktur Perkotaan V - 29

BAB VI KAWASAN PRIORITAS PEMBANGUNAN PERMUKIMAN


DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN SUBULUSSALAM VI - 1

6.1. Kriteria dan indikator penetapan kawasan prioritas


pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. VI - 1
6.2. Identifikasi kawasan prioritas pembangunan permukiman
dan infrastruktur perkotaan VI - 3
6.3. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Prioritas
Kota Subulussalam VI - 10

BAB VII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERMUKIMAN


DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN KOTA SUBULUSSALAM VII – 1
7.1. Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur
permukiman Kota Subulussalam VII - ?
7.2. Program pembangunan permukiman dan infrastruktur
permukiman kota Subulussalam VII - ?

BAB VIII PENUTUP VIII - 1

iv
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

DAFTAR GAMBAR - SKEMA – TABEL

ISI HAL

GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Strategi Pembangunan Kota (SPK)
dan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) Dalam Kerangka Pembangunan Wilayah
Perkotaan I-1

Gambar 1.2 Kedudukan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan


Infrastruktur PerKotaan (SPPIP) dalam Rangkaian Kegiatan
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Permukiman bidang Cipta Karya I - 11

Gambar 1.3 Kerangka pemikiran Pekerjaan Penyusunan SPPIP


Kota Subulussalam I – 15

Gambar 4.1 Peta Administratif Subulussalam IV - 5

Gambar 4,2 Arah Pengembangan Pembangunan Kota Subulussalam IV - 17

Gambar 4.3. Indikasi Arah pengembangan IV - 18

Gambar 5.1. Peta kebijakan dan strategi pembangunan kota Subulussalam V-6

Gambar 5.2. Arah pengembangan kota, serta pembangunan PIP V - 10

Gambar 5.3. Indikasi arah pembangunan PIP V - 11

Gambar 6.1 Peta Sebaran Permukiman Dataran VI - 4

Gambar 6.2 Peta Sebaran Permukiman Tepi sungai (riverfront) VI - 5

Gambar 6.3 Peta Sebaran Permukiman Tepi sungai (riverfront) VI - 6

Gambar 6.4 Kawasan prioritas pembangunan permukiman


dan infrastruktur perkotaan Subulussalam VI - 7

v
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

Gambar 6.5 Kawasan prioritas pembangunan permukiman


dan infrastruktur perkotaan kota Subulussalam VI - 9

Gambar 6.6 Kawasan prioritas pembangunan permukiman dan


infrastruktur perkotaan kota Subulussalam VI - 10

Gambar 6.7 Kawasan Penanggalan VI - 12

Gambar 6.8 Peta satuan kemampuan lahan VI - 15

Gambar 6.9 Kondisi Jaringan Jalan Kawasan Pusat Kota VI - 17

Gambar 6.10 Angkutan umum di Kawasan Pusat Kota VI - 19

Gambar 6.11 Gambaran Kondisi Penggunaan Lahan Kawasan VI - 22

Gambar 6.12. Peta penggunaan lahan pusat kota Subulussalam VI - 23

Gambar 6.13 Bak Penampungan dan air bersih mata air VI - 27

Gambar 6.14. Saluran Gret Water dan Kondisi MCK Penduduk VI - 29

Gambar 6.15 Pewadahan sampah di daerah perkotaan VI - 34

Gambar 6.16 Kegiatan pengelolaan sampah VI - 35

Gambar 6.17 Tempat pembuangan akhir VI - 35

Gambar 6.18 Timbunan sampah yang tersebar di kec. Penanggalan VI - 36

SKEMA

Skema 3.1 Infrastruktur Kawasan Sebagai Gabungan dari Sistem Fisik


dan Sistem Sosial III - 28

Skema 3.2 Keterkaitan Keterpaduan Rancangan dengan Manajemen Proses


pengadaan Infrastruktur III - 29

Skema 3.3 Input, Proses dan keluaran Keterpaduan Rancangan Konseptual III - 30

Skema 3.4 Tahapan Pemastian Keterpaduan Prasarana Kawasan III - 32

vi
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM

TABEL

Tabel 3.1 Kajian Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Subulussalam III - 35

Tabel 3.2 Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman


dan Infrastruktur Perkotaan kota Subulussalam III - 40

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Subulussalam IV - 3

Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Tanah Kota Subulussalam IV - 4

Tabel 4.3 Karakteristik Geologi Kota Subulussalam IV - 6

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kota Subulussalam


Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 IV - 7

Tabel 4.5 Jumlah Bangunan Rumah Kota Sabulussalam


Berdasarkan Kualitas Bangunan IV - 11

Tabel 4.6 Banyaknya Desa Yang Telah Mendapatkan


Aliran Listrik PLN Tahun 2009 IV - 13

Tabel 4.7 Banyaknya Pasar Tradisional Kota Subulussalam Tahun 2010 IV - 14

Tabel 4.8 Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan


PDRB Kota Subulussalam IV - 15

Tabel 4.9 PDRB Per-kapita dan Pendapatan Regional Per-kapita


Kota Subulussalam Tahun 2008 IV - 16

Tabel 5.1. Kebijakan dan Strategi Pembangunan V-2

Tabel 5.2. Sinkronisasi arah kebijakan kota Subulussalam V-7

Tabel 5.3 Arah pengembangan kota, serta pembangunan permukiman


dan infrastruktur permukiman perkotaan V-8

Tabel 5.4 Kondisi eksisting pembangunan permukiman dan infrastruktur


Perkotaan kota Subulussalam V - 12

vii
PT. MITRAPLAN KONST
Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
KOTA SUBULUSSALAM
Tabel 5.5 Matrik Isu-isu Pembangunan Permukiman
dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Kota Subulussalam V - 17

Tabel 5.6 Kondisi Eksisting Pembangunan Permukiman


dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Kota Subulussalam V - 24

Tabel 5.7 Kebutuhan Pembangunan Permukiman


dan Infrastruktur Perkotaan Kota Subulussalam V - 29

Tabel 5.8 Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman


dan Infrastruktur Perkotaan kota Subulussalam V - 31

Tabel 6.1 Kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan


permukiman dan infrastruktur perkotaan VI - 2

Tabel 6.2 Urutan kawasan prioritas pembangunan permukiman


dan infrastruktur perkotaan Subulussalam VI - 8

Tabel 6.3 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan


di Kawasan pusat kota tahun 2010 VI - 18

Tabel 6.4 Luas penggunaan Lahan Kawasan VI - 22

Tabel 6.5 Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh program pnpm mandiri VI - 25

Tabel 6.6 Pemenuhan program air bersih program PNPM VI - 27

Tabel 7.1. Pemenuhan program air bersih program PNPM VI – 27

Tabel 7.2. Pemenuhan program air bersih program PNPM VI - 27

viii
PT. MITRAPLAN KONST

Anda mungkin juga menyukai