DRAFT RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR : …………………………. TAHUN 2015
TENTANG
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
Bagian Kesatu
RUANG LINGKUP WILAYAH
Pasal 2
Bagian Kedua
RUANG LINGKUP MATERI
Pasal 3
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 4
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 5
Pasal 6
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Pasal 8
(1) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
huruf a meliputi:
a. sistem Perkotaan; dan
b. sistem Perdesaan.
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memiliki fungsi utama sebagai
pusat pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 9
Paragraf 1
Umum
Pasal 10
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 11
Paragraf 3
Sistem Jaringan Perkeretapian
Pasal 12
Paragraf 4
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 13
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Balikpapan – Samarinda - Sangatta - Tanjung Redeb – Makassar
(Sulawesi Selatan);
b. Tarakan – Malinau – Tanjung Selor - Tanjung Redeb - Tanjung
Batu.
Paragraf 5
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 14
Bagian Keempat
Paragraf 1
Umum
Pasal 15
Pasal 16
(2) Pengembangan depo BBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berupa pengembangan depo BBM di Kecamatan Gunung Tabur ;
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 17
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 18
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam pasal
15 huruf c meliputi:
a. jaringan sumberdaya air;
b. jaringan sumber daya air strategis nasional; dan
c. jaringan irigasi
(2) Jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Wilayah Sungai (WS) Berau-Kelay; dan
b. Wilayah Sungai (WS) Karangan.
(4) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Daerah Irigasi (DI) kewenangan provinsi meliputi:
1) DI Beriwit seluas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) hektar;
2) DI Muara Bangun seluas kurang lebih 2.000 (dua ribu) hektar;
3) DI Merancang seluas kurang lebih 1.200 (seribu dua ratus)
hektar;
4) DI Labanan seluas kurang lebih 1.116 (seribu lima ratus)
hektar;
5) DI Tepian Buah seluas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus)
hektar;
6) DI Dumaring seluas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar;
7) DI Batu-Batu seluas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar;
8) DI Biatan seluas kurang lebih 1.800 (seribu delapan ratus)
hektar; dan
9) DI Sungai Lati seluas kurang lebih 1.050 (seribu lima puluh)
hektar;
b. Daerah Irigasi (DI) kewenangan kabupaten meliputi:
1) DI Buyung Buyung seluas kurang lebih 500 (lima ratus) hektar;
2) DI Semurut seluas kurang lebih 510 (lima ratus sepuluh)
hektar;
3) DI Lesan seluas kurang lebih 400 (empat ratus) hektar;
4) DI Talisayan seluas kurang lebih 850 (delapan ratus lima
puluh) hektar;
5) DI Merancang seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar;
6) DI Tasuk seluas kurang lebih 300 (tiga ratus) hektar;
Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
Pasal 19
(6) Pengelolaan jaringan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi:
a. pengembangan sistem pengelolaan air limbah setempat; dan
b. pengembangan sistem pengelolaan air limbah terpusat meliputi :
1. pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di
Kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Talisayan dan
Kecamatan Tanjung Batu dan Kecamatan Maratua;
2. peningkatan fungsi Incenerator di Rumah Sakit Umum Daerah
Kecamatan Tanjung Redeb;
3. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terpusat di
permukiman; dan
4. peningkatan prasarana sanitasi komunal lingkungan
permukiman.
(7) Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f meliputi:
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
Bagian Kedua
Rencana Kawasan Lindung
Pasal 21
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 22
Paragraf 2
Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya
Pasal 23
(2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kecamatan Kelay;
b. kecamatan Segah;
c. kecamatan Gunung Tabur;
d. kecamatan Sambaliung; dan
e. kecamatan Tabalar.
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 24
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a seluas kurang lebih 325 (tiga ratus dua puluh lima) hektar meliputi:
a. kecamatan Pulau Derawan
b. kecamatan Maratua
c. kecamatan Tabalar
d. kecamatan Biatan
e. kecamatan Talisayan
f. kecamatan Batu Putih
g. kecamatan Biduk-Biduk
(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi :
a. kecamatan Kelay;
b. kecamatan Segah; dan
c. kecamatan Gunung Tabur.
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 25
(2) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berupa Taman Wisata Alam meliputi:
a. Kecamatan Kelay; dan
b. Kecamatan Segah.
(5) Kawasan hutan mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
e meliputi:
a. kecamatan Pulau Derawan;
b. kecamatan Maratua;
c. kecamatan Batu Putih;
d. kecamatan Biduk-biduk;
e. kecamatan Tabalar; dan
f. kecamatan Talisayan.
Paragraf 5
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 26
Paragraf 6
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 27
(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kecamatan Tanjung Redeb;
b. kecamatan Teluk Bayur; dan
c. kecamatan Sambaliung.
(4) Kawasan rawan kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
a. Kecamatan Segah;
b. Kecamatan Teluk Bayur;
c. Kecamatan Pulau Derawan;
d. Kecamatan Sambaliung;
e. Kecamatan Biatan;
f. Kecamatan Talisayan;
g. Kecamatan Tanjung Redeb;
h. Kecamatan Tabalar;
i. Kecamatan Batu Putih;
j. Kecamatan Kelay;
k. Kecamatan Gunung Tabur;
l. Kecamatan Maratua; dan
m. Kecamatan Biduk-biduk.
Pasal 28
Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya
Pasal 29
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 30
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 31
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 32
Pasal 33
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 34
(4) Peruntukan industri kecil dan mikro berupa meubel, terasi, batu bata
dan olahan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. Kecamatan Pulau Derawan;
b. Kecamatan Tabalar;
c. Kecamatan Biatan;
d. Kecamatan Batu Putih;
e. Kecamatan Tanjung Redeb;
f. Kecamatan Sambaliung; dan
g. Kecamatan Gunung Tabur.
Paragraf 6
Pasal 35
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 36
Paragraf 8
Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pasal 37
(3) Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut dan pulau-
pulau kecil mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Budidaya Lainnya
Pasal 38
(4) Kawasan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c terdapat di Kecamatan Tanjung Redeb dan Kecamatan Gunung
Tabur.
(5) Kawasan Hutan Rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdapat di kecamatan Kelay, Tanjung Batu, Sambaliung, dan
Talisayan.
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 39
(3) Kawasan strategis provinsi (KSP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa kawasan Pesisir dan Laut Kepulauan Derawan dan
sekitarnya.
Pasal 40
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 41
Bagian Kesatu
Perwujudan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 42
Paragraf 1
Perwujudan Pusat Kegiatan
Pasal 43
Pasal 44
Bagian Kedua
Perwujudan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 45
Paragraf 1
Perwujudan Kawasan Lindung
Pasal 46
Paragraf 2
Perwujudan Kawasan Budidaya
Pasal 47
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
Bagian kedua
Arahan Peraturan Zonasi
Pasal 49
(2) Dalam arahan peraturan zonasi sesuai dengan rencana rinci tata
ruang wilayah kabupaten dimaksud meliputi:
a. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem perkotaan kabupaten;
b. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem perdesaankabupaten;
c. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem jaringan transportasi
kabupaten;
d. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem jaringan energi
kabupaten;
e. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem jaringan sumber daya
air kabupaten;
f. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem jaringan
telekomunikasi kabupaten;
g. arahan peraturan zonasi pengaturan sistem prasarana
lingkungankabupaten;
(3) Arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat
tentang hal-hal yang harus ada, hal-hal yang boleh dan apa yang tidak
boleh.
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
(5) Arahan peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api
dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta
api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan
transportasi perkeretaapian;
c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta
api;
d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur
kereta api dan jalan; dan
e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta
api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan
pengembangan jaringan jalur kereta api.
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
Pasal 57
(4) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai dan pantai
berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. sosialisasi rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai kepada
seluruh masyarakat yang bermukim di sekitar pantai dan kepada
seluruh stakeholders pembangunan terkait;
b. melarang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian
fungsi pantai, merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar pantai;
c. mengembangkan terumbu karang buatan untuk meningkatkan
fungsi ekologis pesisir;
d. pada kawasan sempadan yang memiliki fungsi sebagai kawasan
budidaya seperti: permukiman perkotaan dan perdesaan,
pariwisata, pelabuhan, pertahanan dan keamanan, serta kawasan
lainnya, pengembangannya harus sesuai dengan peruntukan lahan
yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang kawasan pesisir;
(5) Arahan peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar
waduk/embung/bendung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d meliputi:
a. mempertahankan sempadan sungai sehingga terhindar dari erosi
dan kerusakan kualitas air sungai;
b. pencegahan dilakukan kegiatan budidaya di sepanjang sungai yang
dapat mengganggu atau merusak kualitas air sungai;
c. pengendalian terhadap kegiatan yang telah ada di sepanjang sungai
agar tidak berkembang lebih jauh;
d. melarang pembuangan limbah industri ke sungai;
e. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
f. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang
dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan
air;
g. perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang
menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan
kualitas sumber air;
h. pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;
i. waduk yang digunakan untuk pariwisata diijinkan membangun
selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
j. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan
penutup tanah untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap
air;
k. membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung
untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi
embung/waduk/bendung;
(10) Arahan peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i meliputi:
a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata;
b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai
dengan fungsi kawasan;
c. benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti
bangunan peninggalan kolonial harus dikonservasi dan
direhabilitasi bagi bangunan yang sudah mulai rusak; dan
d. penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan
pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami
perubahan fungsi.
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
(3) Arahan pengaturan zonasi pada kawasan yang memiliki fungsi daya
dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi:
a. pada kawasan ini yang termasuk dalam katagori zona inti harus
dilindungi dan tidak dilakukan perubahan yang dapat mengganggu
fungsi lindung;
b. pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan
dan terdapat kerusakan baik pada zona inti maupun zona
penunjang harus dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga
kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat lestari;
c. untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam
jangka panjang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;
d. pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata alam
sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;
e. pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan
tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk
pembuatan sumur-sumur resapan;
f. pada kawasan hutan lindung yang memiliki nilai ekonomi tinggi
atau fungsi produksi tertentu boleh dimanfaatkan buah atau
getahnya tetapi tidak boleh mengambil kayu yang mengakibatkan
kerusakan fungsi lindung;
g. pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang
mengganggu fungsi lindung apalagi bila didalamnya terdapat
kehidupan berbagai satwa maupun tanaman langka yang
dilindungi; dan
h. pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan
budidaya khususnya permukiman dan budidaya tanaman
semusim, tidak boleh dikembangkan lebih lanjut atau dibatasi dan
secara bertahap dialihfungsikan kembali ke zona lindung.
Bagian ketiga
Arahan Perizinan
Pasal 61
(2) Arahan izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya.
(4) Arahan pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan
penting di koordinasikan oleh Bupati
Pasal 62
(2) Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam
rangka penanaman modal wajib memperoleh ijin pemanfaatan ruang
dari Bupati.
Bagian Keempat
Arahan Insentif dan Disinsentif
Pasal 63
(5) Insentif dapat berupa insentif fiskal dan atau insentif non fiskal.
(7) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembangunan dan pengadaan prasarana;
b. kemudahan prosedur perizinan; dan
c. penghargaan.
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
Bagian Kelima
Arahan Pengenaan Sanksi
Pasal 68
Pasal 69
(4) Sanksi pidana sebagaimana disebut pada ayat (1) diberikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.
Pasal 70
Pasal 71
(1) Setiap orang atau badan hukum yang dalam pemanfaatan ruang
melanggar ketentuan peraturan zonasi, ketentuan perijinan, serta
ketentuan insentif dan disinsentif dikenai sanksi administratif.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pengenaan
sanksi diatur dengan peraturan bupati.
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka penyelesaiannya dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 81
Pasal 82
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 83
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 84
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang sehingga mengakibatkan fungsi ruang, kerugian harta benda
atau kerusakan barang, dan/atau kematian orang dikenakan sanksi
pidana
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 85
(1) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan
terhadap bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum
disepakati pada saat peraturan daerah ini ditetapkan, rencana dan
album peta disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan
berdasarkan hasil penetapan Menteri Kehutanan yang terakhir.
Pasal 86
(5) Jangka waktu RTRW Kabupaten Berau adalah 20 (dua puluh) yaitu
tahun 2014 – 2034 dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 87
(2) Pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan
peraturan daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan peraturan
daerah ini.
(3) Fungsi kawasan hutan dalam Peraturan Daerah ini bersifat dinamis
mengacu kepada Kawasan Hutan yang ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang terakhir.
(5) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 88
(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan dalam
Peraturan Bupati.
Pasal 89
Ditetapkan di Tanjung
Redeb
pada tanggal
Pj. BUPATI
KABUPATEN BERAU,
H. SYARIFUDDIN
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BERAU,