TENTANG
TENTANG
BUPATI PRINGSEWU,
31.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);
32.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);
3.
33. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4532);
dan
BUPATI PRINGSEWU
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
ruang udara, sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta
memelihara kelangsungan hidupnya.
10. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disebut RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota yg dilengkapi dengan peraturan zonasi
kabupaten/kota.
22. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL, adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten
atau beberapa kecamatan.
23. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disebut PKLp, adalah
kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk dikemudian hari
ditetapkan sebagai PKL.
27. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
28. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.
29. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disebut SUTT adalah
saluran udara yag mendistribusikan energi listrik dengan tegangan
150 Kilo Volt yang didistribusikan dari pusat-pusat beban menuju
gardu-gardu listrik.
30. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan
lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik
langsung maupun tidak langsung.
31. Base Tranceiver Station yang selanjutnya disingkat BTS adalah istilah
teknis untuk menara telekomunikasi dalam sistem jaringan nirkabel.
34. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya.
36. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
37. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
41. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau
kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu)
kilometer persegi.
42. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
43. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung
di dalamnya.
44. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
45. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
49. Kawasan Budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
50. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha
tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan
sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan
berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan
manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat.
65. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditujukan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarkis ke ruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
66. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain
yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir.
67. Lingkungan adalah sumber daya fisik dan biologis yang menjadi
kebutuhan dasar agar kehidupan masyarakat (manusia) dapat
bertahan.
68. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.
80. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.
81. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa
saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
82. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Peran dan Fungsi
Pasal 2
Pasal 3
Paragraf 1
Muatan
Pasal 4
Paragraf 2
Wilayah Perencanaan
Pasal 5
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 6
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi
Pasal 7
(7) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan
kompetitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. meningkatkan dan mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan;
b. mengembangkan kawasan pendidikan terpadu, menyusun strategi
berdasarkan lima pilar pendidikan (ketersediaan, keterjangkauan,
kualitas, kesetaraan, dan kepastian layanan pendidikan;
c. memberdayakan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan;
dan
d. mengendalikan pertumbuhan serta distribusi penduduk secara
merata sesuai daya tampung dan daya dukung lingkungan.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan pada peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Pringsewu dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 9
(3) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi kawasan
perkotaan Pringsewu di Kecamatan Pringsewu, yang berfungsi sebagai
pusat pemerintahan regional, pusat pelayanan kesehatan, pusat
pelayanan pendidikan, pusat pengembangan pariwisata dan budaya,
pusat perdagangan dan jasa, pusat koleksi dan distribusi, dan simpul
transportasi regional.
Pasal 10
Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf
a, huruf b dan huruf c akan diatur lebih lanjut dengan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) yang ditetapkan oleh peraturan daerah tersendiri.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 11
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 12
(3) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi :
a. Pringsewu - Bandung Baru; dan
b. Batas Pringsewu - Sukoharjo.
Pasal 13
(2) Jaringan trayek angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi pengembangan jaringan trayek angkutan orang yang
menghubungkan Pringsewu - Pagelaran, Pringsewu - Gadingrejo,
Trayek Pringsewu - Kalirejo, dan Trayek Pringsewu - Pardasuka.
(3) Jaringan trayek angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi pengembangan dan pembangunan terminal baik
jaringan lintas angkutan barang antar wilayah kabupaten/kota,
wilayah kecamatan dan wilayah perdesaan.
Pasal 14
Paragraf 2
Sistem Jaringan Perkeretapian
Pasal 15
(4) Penataan stasiun kereta api yang ada meliputi stasiun kecil Gadingrejo
dan Pagelaran.
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 16
Pasal 17
(3) Pengembangan pipa gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi pengembangan jaringan pipa gas di wilayah utara
Kabupaten.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 18
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 19
(3) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Cekungan air tanah Metro-Kota Bumi; dan
b. Cekungan air tanah Talang Padang.
(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. penambahan prasarana dan peningkatan fungsi jaringan irigasi
meliputi saluran irigasi primer, saluran irigasi sekunder, dan
saluran irigasi tersier;
b. pengelolaan dan perlindungan Daerah Irigasi (DI) dalam wilayah
kabupaten meliputi :
1. Daerah Irigasi (DI) kewenangan pemerintah provinsi utuh
kabupaten/kota meliputi DI Way Semangka seluas kurang lebih
1.548 (seribu lima ratus empat puluh delapan) hektar, DI Way
Ngarip seluas kurang lebih 1.346 (seribu tiga ratus empat puluh
enam) hektar, DI Way Ngison seluas kurang lebih 1.980 (seribu
sembilan ratus delapan puluh) hektar, dan DI Way Napal seluas
Kurang Lebih 1.761 (seribu tujuh ratus enam puluh satu)
hektar; dan
2. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten Pringsewu, diantaranya
meliputi: Kecamatan Pagelaran: Way ngison, Way tebu I,II,III,IV,
Way Balak Pagelaran, Way Kunyir, Way Giri Tunggal I, Way Giri
Tunggal II, Way Giri Tunggal III, Way Kamilin, Way Sumber
Bandung, Way Neglasari, Way Karangsari, Way Kuto Pengasih,
Way Gemahripah, Way Pajar Mulia I, Way Pajar Mulia II,
Kecamatan Banyumas : Lansep Nuso Wungu, Way Langsep, Way
Banyuwangi, Way Banjarejo I, Way Banjarejo II, Way Banjarejo
III, Way Banjarejo IV, Way Banyumas I, Way Banyumas II, Way
Sriwungu I, Way Sriwungu II, Way Waya Krui, Way Sukamulya,
Kecamatan Sukoharjo: Way Langkap Atas, Way Trisno, Way
Pandan Sari I, Way Pandan Sari II, Way Gunung Kandi, Way
Gunung Kancil I, Way Gunung Kancil II, Way Oyot, Way
Sukoharjo I, Way Sukoharjo II, Way Sukoharjo III, Way
Sukoharjo IV, Way Siliwangi, Kecamatan Adiluwih: Way Mangan
I, Way Mangan II, Way Seputih Sekampung, Way Waringinsari
Timur, Way Waringinsari Barat, Way Adiluwih, Way Srimukti,
Kecamatan Pringsewu: Way Semah Podomoro, Way Semah III,
Way Suka Negeri, Way Tipah, Way Pajar Agung, Kecamatan
Gadingrejo: Way Padang Ratu I, Way Pujorahayu, Way Gatel,
Way Nenep I, Way Nenep II, Way Wonokriyo I, Way Wonokriyo II,
Way Apus, Way Gading, Way Padang Ratu II, Way Padang Ratu
III, Way Padangkan, Way Bulurejo, Kecamatan Ambarawa: Way
Manak III Pujodadi, Way Cangkringan, Way Kresnomulyo, Way
Simpang Rawa, Kecamatan Pardasuka: Way Napal, Way Guring,
Bulok Sukamara IV, Way Bulok, Way Suka Negeri, Way Manak
II, Way Mincang Tanjung Rusia, Way Ruken, Way Kelutum, Way
Bungur, Way Suka Negri, Way Pujodadi, Way Mincang II, Way
Kutilang, Way Negara Batin, Way Picung, Way Gunung Bathin,
Way Belimbing.
(5) Pengembangan sistem jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan;
b. pengelolaan dan pembatasan penggunaan air tanah; dan
c. identifikasi dan pengembangan sumber air baku baru.
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 31
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 32
(1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf
a meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan perlindungan setempat; dan
c. kawasan rawan bencana.
(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kawasan hutan lindung Perentian Batu register 21 (dua puluh satu)
Kecamatan Pardasuka dengan luas kurang lebih 2.780,24 (dua ribu
tujuh ratus delapan puluh koma dua puluh empat) hektar; dan
b. kawasan hutan lindung Way Waya register 22 (dua puluh dua)
Kecamatan Pagelaran dengan luas kurang lebih 4.777 (empat ribu
tujuh ratus tujuh puluh tujuh ) hektar.
(4) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. kawasan rawan banjir tersebar terutama yang terjadi di sekitar
bantaran sungai Way Sekampung diantaranya Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Sukoharjo dan
Kecamatan Gadingrejo;
b. kawasan rawan tanah longsor, terutama yang terjadi di Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Pardasuka dan Kecamatan Banyumas;
c. kawasan rawan bencana puting beliung hampir merata di seluruh
kecamatan di Kabupaten Pringsewu, terutama di Kecamatan
Sukoharjo, Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan Gadingrejo; dan
d. kawasan rawan bencana gempa bumi di Kecamatan Pardasuka,
Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan
Gadingrejo dan Kecamatan Sukoharjo.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 33
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 34
Pasal 35
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 36
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 37
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 38
Pasal 39
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
(4) Kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi :
a. kawasan pusat pengembangan pendidikan di Kecamatan
Gadingrejo; dan
b. kawasan pariwisata budaya di Pekon Margakarya, Kecamatan
Pringsewu dan Kecamatan Pardasuka.
(6) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah tersendiri.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 43
Bagian Kedua
Perwujudan Rencana Struktur Ruang
Pasal 44
Bagian Ketiga
Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 45
Paragraf 1
Perwujudan Sistem Prasarana Utama
Pasal 46
(4) Perwujudan sistem jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan trayek angkutan orang pada trayek utama,
cabang, dan ranting yang saling menghubungkan antar Pringsewu-
Pagelaran, Pringsewu-Gadingrejo, Trayek Pringsewu-Kalirejo, dan
Trayek Pringsewu-Pardasuka yang merupakan pusat-pusat kegiatan
masyarakat;
b. pembukaan jaringan trayek baru angkutan orang yang
menghubungkan terminal dengan stasiun kereta api yang
menghubungkan Stasiun Rejosari dengan Stasiun Pringsewu;
c. pengembangan moda transportasi jalan melalui penyelenggaraan
angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau
dengan penyediaan angkutan massal berbasis jalan terutama untuk
trayek utama dan trayek cabang; dan
d. pengembangan dan pembangunan terminal baik jaringan lintas
angkutan barang antar wilayah kabupaten/kota, wilayah
kecamatan dan wilayah perdesaan.
Paragraf 2
Perwujudan Sistem Prasarana Lainnya
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
(5) Perwujudan pengembangan sistem jaringan air baku untuk air bersih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan;
b. pengelolaan dan pembatasan penggunaan air tanah;
c. identifikasi dan pengembangan sumber air baku baru;
d. kerjasama antar Pemerintah Kabupaten Tanggamus, Kabupaten
Lampung Tengah, Kota Metro, Kabupaten Pesawaran, dan
Kabupaten Lampung Selatan;
e. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan dengan target
pencapaian 80 (delapan puluh) persen sesuai dengan Millenium
Development Goals (MDGs) bidang air bersih;
f. pembatasan dan pengendalian penggunaan air tanah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
g. pengembangan pemanfaatan air permukaan lainnya sebagai sumber
air baku;
h. pengembangan pelayanan air bersih sistem perpipaan yang
memanfaatkan sumber air permukaan dan pengadaan hidran
umum pada kawasan rawan air; dan
i. pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpadu skala
kawasan dan kota serta IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
pada tiap-tiap lingkungan untuk menjaga kualitas air permukaan
dan air tanah.
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 53
Pasal 54
Paragraf 1
Umum
Pasal 55
Paragraf 2
Perwujudan Kawasan Lindung
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
Pasal 59
Paragraf 3
Perwujudan Kawasan Budidaya
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 67
Bagian Kelima
Perwujudan Kawasan Strategis
Pasal 68
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 69
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 70
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 71
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya dengan berpedoman kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 72
Pasal 73
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan insentif dan
disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Ketentuan Sanksi
Pasal 74
(1) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang
tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi
dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang
menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.
(12) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf h
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-
bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi
ruang;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam
jangka waktu tertentu;
e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan
melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi
ruang;
f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum
melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung
jawab melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan
paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
g. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai
kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan
penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah
atas beban pelanggar di kemudian hari.
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 78
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 79
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 80
Pasal 81
Pasal 83
Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran masyarakat dalam
penataan ruang di daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 87
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 88
(4) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaan rencana tata ruang wilayah, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 89
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 90
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan
penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang
penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui
pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan tata cara serta
proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 91
Ditetapkan di Pringsewu
pada tanggal 14 Februari 2012
PRINGSEWU,
SUJADI
Diundangkan di Pringsewu
pada tanggal 14 Februari 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU,
IDRUS EFENDI
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan sistem non perpipaan
merupakan suatu kesatuan sistem fisik, non
fisik, dan prasarana sarana air minum baik yang
bersifat individual maupun komunal khusus yang
unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan
terbatas dan sederhana, meliputi sumur dangkal,
sumur pompa, bak penampungan air hujan,
terminal air, mobil tangki air, instalasi air atau
bangunan perlindungan mata air.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan kawasan minapolitan
merupakan suatu bagian wilayah yang
mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri
dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau
kegiatan pendukung lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perijinan adalah perijinan yang
terkait dengan ijin pemanfaatan ruang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki
sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
SUJADI
SUJADI
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012
SUJADI
SUJADI
LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012
,
85
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
i. Peningkatan puskesmas skala kecamatan Gadingrejo, Sukoharjo dan APBD Kab Pemkab
Pagelaran. APBD Kab,
j. Pembangunan Perguruan Tinggi Pemkab
Swasta
APBD Kab,
k. Pembangunan Islamic Center Pemkab
Swasta
l. Balai Latihan Kerja (BLK) unggulan APBD Kab Pemkab
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
b. pengelolaan dan perlindungan daerah irigasi Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Pringsewu
c. perbaikan irigasi teknis yang rusak berat APBD Kab Pemkab
Gadingrejo
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana
BUPATI PRINGSEWU,
SUJADI
Tabel 2. Indikasi Program Utama
(Perwujudan Rencana Pola Ruang Kabupaten Pringsewu)
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Kecamatan Sukoharjo
k. pengembangan ternak kambing dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
Banyumas
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Kecamatan
l. pengembangan ternak domba Pringsewu dan APBD Kab Pemkab
Ambarawa
Kecamatan
m. pengembangan peternakan
Gadingrejo dan APBD Kab Pemkab
unggas
Kecamatan Pagelaran
Kecamatan Sukoharjo
n. pengembangan sentra bibit
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
unggul akan dikembangkan
Gadingrejo
o. pengembangan pengolahan Kecamatan Sukoharjo
pakan ternak akan dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
dikembangkan Pagelaran
p. pengembangan kawasan
APBD Kab Pemkab
integrasi seperti :
kawasan integrasi
Kecamatan Sukoharjo
perternakan – tanaman
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
pangan dan hortikultura
Pagelaran
(organic farm)
Kecamatan Sukoharjo
kawasan integrasi
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
perternakan – perkebunan
Pagelaran
Kecamatan Sukoharjo
kawasan integrasi
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
perternakan – perikanan
Pagelaran
q. pengembangan pakan ternak
Kecamatan Sukoharjo
lokal dengan mengandalkan
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
hasil pertanian dan perikanan
Pagelaran
lokal
Kecamatan Sukoharjo
r. pengendalian dan peningkatan
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
pelayanan perijinan usaha
Pagelaran
pengelolaan limbah
c. pencegahan banjir melalui
pengelolaan daerah tangkapan Pringsewu,
APBD Kab Pemkab
air berupa biophori maupun Gadingrejo dan
danau buatan di kawasan Pagelaran
permukiman
d. identifikasi lokasi kelompok
permukiman yang berada pada Pringsewu,
APBD Kab Pemkab
kawasan rawan bencana alam Gadingrejo dan
dan merekomendasikan Pagelaran
mitigasinya/relokasi
e. revitalisasi kawasan
tradisional/etnis/ bersejarah
yaitu kawasan yang APBD Kab Pemkab
mempunyai bangunan
bersejarah yang bernilai atau
bermakna penting
f. peningkatan penyehatan APBD Kab Pemkab
lingkungan permukiman
g. identifikasi seluruh bangunan
yang berada pada kawasan
aman bencana alam, namun
APBD Kab Pemkab
tidak memenuhi syarat teknis
tahan gempa dan
merekomendasikan solusi
teknisnya
h. penyusunan rencana teknis
tata ruang kota dengan
pendekatan mitigasi bencana
dan pencadangan kawasan APBD Kab Pemkab
permukiman baru (kasiba dan
lisiba) dengan rencana
pembangunan prasarana
permukiman yang lebih
terarah, efektif, efisien,
produktif, aman dan
berkelanjutan
i. pengadaan perumahan melalui
APBD Kab Pemkab
subsidi KPR-Rumah Sangat
Sederhana
j. penataan, perbaikan dan
peningkatan kualitas APBD Kab Pemkab
lingkungan permukiman
B. Perwujudan Permukiman Perdesaan
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
c. pengembangan dan
Perkotaan Dep. PU/ Pemkab
pemantapan kawasan Pringsewu
APBN/APBD Kab
Kabupaten
perdagangan regional
1
Kawasan strategis d. pengembangan dan
ekonomi
pemantapan kawasan Gadingrejo APBD Prov/Kab Pemkab Kabupaten
agropolitan
e. penyusunan rencana tata
ruang kawasan strategis Gadingrejo APBD Kab Pemkab Kabupaten
agropolitan Gadingrejo
f. pengembangan dan
APBD Kab,
pemantapan kawasan Pagelaran
Swasata
Pemkab Kabupaten
minapolitan
g. penyusunan rencana tata
ruang kawasan strategis pagelaran APBD Kab Pemkab Kabupaten
minapolitan pagelaran.
c. pengembangan dan
pemantapan kawasan
pusat pengembangan Gadingrejo APBD Kab Pemkab
pendidikan di Kecamatan
Gadingrejo; dan
2 Kawasan social budaya d. pengembangan dan Desa Pekon
pemantapan kawasan Margakarya,
pariwisata budaya di Desa Kecamatan
Pringsewu dan APBD Kab Pemkab
Margakarya, Kecamatan Kecamatan
Pringsewu dan Kecamatan
Pardasuka.
Pardasuka.
BUPATI PRINGSEWU,
SUJA
111
A. Kawasan Lindung
meter dari tepi sungai. dan pengontrol/pengukur debit dari pengenaan pajak bumi dan
Pemanfaatan ruang untuk ruang air; bangunan atau bentuk sumbangan
terbuka hijau; Jalan Setapak dan Gazebo. lainnya yang dikaitkan dengan
Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi pemilikan atau penguasaan tanah.
Pada kawasan sempadan sungai yang perlindungan kawasan sempadan sungai tetap Apabila ybs tidak mampu
belum terbangun diijinkan kegiatan boleh dilaksanakan tapi dengan pengendalian melaksanakan penyesuaian dengan
pertanian dengan jenis tanaman yang agar tidak mengubah fungsi kegiatannya di sukarela, maka pemerintah baik pusat
sesuai seperti tanaman keras, perdu, masa yg akan datang; maupun daerah dapat melakukan
pelindung sungai, pemasangan papan pembebasan lahan secara bertahap
reklame/pengumuman, pemasangan Untuk kawasan terbangun diadakan program
konsolidasi tanah dan pemeliharaan yang peruntukannya untuk
fondasi dan rentangan kabel listrik, konservasi.
fondasi jembatan/jalan yg bersifat sosial lingkungan, sedangkan yang belum terbangun
kemasyarakatan, bangunan dilarang memberikan IMB;
bendung/bendungan dan bangunan lalu Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
lintas air (seperti dermaga), gardu listrik, menunjang fungsi taman rekreasi
bangunan telekomunikasi dan ~ Dalam kawasan sempadan sungai tidak
pengontrol/pengukur debit air; diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya
Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan yang mengakibatkan terganggunya fungsi
lahan secara luas dapat diperbolehkan; sungai;
Kegiatan yang mampu melindungi atau ~ Dalam kawasan sempadan sungai masih
memperkuat tebing sungai atau saluran diperkenankan dibangun prasarana wilayah
dari kelongsoran, kegiatan yang tidak dan utilitas lainnya dengan ketentuan tidak
memperlambat jalannya arus air, menyebabkan terjadinya perkembangan
kecuali memang sengaja bermaksud pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang
untuk memperlambat laju arus air jaringan prasarana tersebut.
seperti pembuatan cek dam atau krib,
atau dam, atau pembelok arus air
sungai.
Prasarana dan sarana yang Kegiatan yang sudah ada dan dapat
Kegiatan yang diutamakan adalah mendukung pada aspek fungsi mengganggu fungsi kawasan
kegiatan penghutanan atau tanaman lindung kawasan; dipindahkan dengan penggantian
tahunan yang produksinya tidak dengan yang layak;
Kegiatan yang masih
menebang pohon. Kawasan sekitar mata air yang
diperkenankan adalah pertanian
Persawahan dan perikanan masih Penetapan kawasan sumber airnya dikelola oleh BUMD/
dengan jenis tanamanyang tidak
perlindungan setempat PDAM dapat diberikan hak pakai;
diperkenankan. mengganggu mata air,
Dilarang melakukan penggalian atau radius 200 m dari mata
Kegiatan yang masih diperkenankan air. pemasangan papan reklame / Areal tanah pada kawasan sempadan
Sekitar Mata Air perubahan bentuk medan atau pembangunan
adalah pertanian dengan jenis tanaman pengumuman, pondasi dan mata air dikuasai langsung oleh
Kawasan sekeliling mata air yang tidak mengganggu mata air, bangunan fisik yang mengakibatkan Kawasan dengan radius rentangan kabel listrik, kegiatan negara dan jika dikuasai masyarakat,
yang mempunyai manfaat penutupan jalannya mata air serta 15 m daerah mata air sosial masyarakat yang tidak maka diadakan penggantian yang
pemasangan papan
penting untuk kelestarian mengganggu keberadaan dan kelestarian harus bebas dari menggunakan tanah secara layak;
reklame/pengumuman, pondasi dan
fungsi mata air mata air; bangunan kecuali menetap atau terus menerus dan
rentangan kabel listrik, kegiatan sosial Tindakan konservasi yang
masyarakat yang tidak menggunakan bangunan penyaluran air bangunan lalu lintas air; diutamakan adalah yang bersifat
tanah secara menetap atau terus Dalam kawasan rawan bencana vegetatif;
menerus dan bangunan lalu lintas air masih dapat dilakukan Kegiatan yang sifatnya tidak sesuai
untuk mengurangi resiko yang timbul pembangunan prasarana dengan ketentuan, baik secara
akibat bencana alam. penunjang untuk mengurangi swadaya maupun penggantian yang
resiko bencana alam dan layak oleh pemerintah menjadi tanah
pemasangan sitem peringatan yang langsung dimiliki oleh negara,
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum
B. Kawasan Budidaya
2. Untuk perdagangan
dan jasa : KDB yang
diijinkan 60-70%, KLB
60-210% dan KDH 30-
40%
Untuk fasilitas umum :
KDB yang diijinkan 50-
60%, KLB 50-180% dan
KDH 40-50%
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum
d. Kawasan Peruntukan
Peternakan
Kawasan dimana dilakukan
segala urusan yang Pemanfaatan lahan untuk kegiatan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri Pembangunan prasarana yang
KDB yang diijinkan 50%,
berkaitan dengan sumber pemeliharaan, pembiakan dan pengolahan pakan dan hasil ternak secara dibutuhkan untuk kegiatan
KLB 50% dan KDH 50%
daya fisik, benih, bibit penyediaan pakan. permanen. peternakan
dan/atau bakalan, pakan,
alat dan mesin peternakan,
budi daya ternak, panen,
pascapanen, pengolahan,
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum
jadi, dan/atau barang jadi maksimum25% dari luas pengangkutan dan Penguasaan/pemilikan tanah yang
menjadi barang dengan nilai areal yang ada penunjangnya, pos pengawasan telah ada & tidak sejalan dengan
yang lebih tinggi untuk KDB yang diijinkan 50%, dan kantor pengelola kegiatan industri tetap dapat
Penguasaan/pemilikan tanah yang telah
penggunaannya, termasuk KLB 50% dan KDH 50% dipertahankan dengan syarat tidak
ada dan tidak sejalan dengan kegiatan
kegiatan rancang bangun dan diintensifkan atau diekstensifkan ke
industri, dengan syarat tidak
perekayasaan industri kawasan industri. Selama kawasan
diintensifkan atau diperluas pada
belum digunakan untuk kegiatan
kawasan industri.
industri, pemiliki tanah masih dapat
meneruskan usaha yang telah
diselenggarakan.
Pemerintah wajib menyediakan
prasarana di luar dan menuju
kawasan industri serta
mempromosikan kawasan kepada
Untuk kegiatan atau bangunan baru yang tidak investor baik dalam maupun luar
serasi dengan kegiatan industri seperti negeri;
permukiman, pertanian, perusahaan dan jasa Perusahaan kawasan wajib memiliki
perkantoran yang tidah ada hubungannya persetujuan prinsip, izin lokasi dan
dengan industri tidak diperkenankan. HGB Industri. Jika HGB induk belum
Penguasaan/pemilikan penggunaan diterbitkan, perusahaan industri dapat
dan pemanfaatan lahan yang telah ada mengajukan permohonan HGB untuk
sepanjang mendukung kegiatan utama kaplingnya. Permohonan hak tanah
diijinkan pada kawasan industri. dan perpanjangan izin lokasi dan
HGB Induk. Jika HGB induk belum
diterbitkan, perusahaan industri dapat
mengajukan permohonan HGB untuk
kaplingnya;
Kegiatan industri wajib dikenakan
AMDAL. Limbah yang keluar harus
berada dibawah ambang yang
diperkenankan sebelum air limbah
disalurkan ke drainase umum.
Pengembangan kawasan permukiman tidak sesuai denganperuntukan lahan dan 180% dan KDH 40-50% masyarakat akibat limbah yang
perdesaan yang memiliki potensi tidak memiliki jaminan ketersediaan prasarana Kawasan perdagangan dihasilkan baik cair, padat
sebagai penghasil produk unggulan penunjang bagi masyarakat. dan jasa di lingkungan maupun asap
pertanian atau sebagai kawasan sentra permukiman perdesaan
produksi dan dilengkapi dengan KDB yang diijinkan 60-
lumbung desa modern, juga pasar 70%, KLB 60-210% dan
komoditas unggulan. KDH 30-40%
Perkembangan kawasan permukiman
baru yang memperhatikan kesiapan Kawasan fasilitas umum
lahan, kesesuaian peruntukan dan daya di lingkungan permukiman
dukung lahan, jaminan ketersediaan air, perdesaan KDB yang
terbentuknya kelompok pendukung diijinkan 50-60%, KLB 50-
pembangunan perumahan dan 180% dan KDH 40-50%
permukiman yang tidak hanya
mendukung usaha peningkatan kualitas
lingkungan hidup, namun juga usaha
peningkatan kesehatan masyarakat,
serta sasaran strategis yang telah
disepakati.
Diijinkan pengembangan kawasan
unggulan perdesaan sebagai kawasan
terpilih pusat pengembangan.
B9. Kawasan Peruntukan Lainnya
pembangunan kawasan perdagangan Kawasan perdagangan
dan jasa harus sesuai dengan dan jasa di lingkungan
a. Kawasan Perdagangan peraturan teknis dan peraturan lainnya permukiman Perlu adanya pengendalian yang ketat
dan jasa yang berlaku (KDB, KLB, sempadan perkotaanKDB yang dan pemberian sangsi bagi yang
- -
bangunan, dan lain sebagainya; dan diijinkan 70-80%, KLB 70- melanggar ketentuan yang telah
kegiatan pembangunan tidak 240% dan KDH 20-30% ditetapkan
diperkenankan dilakukan di dalam
kawasan lindung.
pembangunan kawasan pertahanan
KDB, KLB dan KDH
dan keamanan harus sesuai dengan
b. Kawasan peruntukan menyesuaikan dengan
peraturan teknis dan peraturan lainnya Perlu adanya pengendalian yang ketat
pertahanan dan jenis peruntukkan yang
yang berlaku (KDB, KLB, sempadan dan pemberian sangsi bagi yang
keamanan - akan dilakukan -
bangunan, dan lain sebagainya; dan melanggar ketentuan yang telah
sebagaimana ketentuan
kegiatan pembangunan tidak ditetapkan
yang ditetapkan
diperkenankan dilakukan di dalam
sebelumnya
kawasan lindung.
Permukiman,
perdagangan jasa dan
fasilitas umum dapat
dikembangkan di sekitar
prasarana energi dengan
Perlu adanya pengendalian yang
radius 20-25 meter dari
a. Prasarana Energi dan Kegiatan budidaya dapat dilakukan ketat dan pemberian sangsi bagi yang
- prasaranan energi -
Kelistrikan dengan persyaratan tertentu melanggar ketentuan yang telah
KDB, KLB dan KDH
ditetapkan
menyesuaikan dengan
jenis peruntukkan yang
akan dilakukan
sebagaimana ketetapan
sebelumnya
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum
Permukiman,
perdagangan jasa dan
fasilitas umum dapat
dikembangkan di sekitar
prasarana energi dengan
radiun 20-25 meter dari
prasaranan
telekomunikasi
Perlu adanya pengendalian yang
KDB, KLB dan KDH
b. Prasarana Kegiatan budidaya dapat dilakukan ketat dan pemberian sangsi bagi yang
- menyesuaikan dengan -
Telekomunikasi dengan persyaratan tertentu melanggar ketentuan yang telah
jenis peruntukkan yang
ditetapkan
akan dilakukan
sebagaimana ketetapan
sebelumnya
Ketinggian tower tidak
boleh lebih dari 52 meter
berdasarkan ketetapan
yang dikeluarkan
pangkalan TNI AU
BUPATI PRINGSEWU,
SUJADI