Anda di halaman 1dari 127

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU

NOMOR 02 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN


PRINGSEWU TAHUN 2011 – 2031

PEMERINTAH KABUPATEN PRINGSEWU


PRINGSEWU
2012
2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU


NOMOR 02 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN


PRINGSEWU TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PRINGSEWU,

Menimbang : a. bahwa ruang merupakan komponen lingkungan


hidup yang bersifat terbatas dan tidak terbaharui,
sehingga perlu dikelola secara bijaksana dan
dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk
kepentingan generasi sekarang dan generasi yang
akan datang;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang


Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kabupaten Pringsewu yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 memerlukan
penataan ruang wilayah Kabupaten dalam satu
kesatuan tata lingkungan berlandasan kondisi fisik,
kondisi sosial budaya, dan kondisi sosial ekonomi
melalui penetapan tata ruang wilayah dari tahun
2011-2031;

c. bahwa perkembangan pembangunan khususnya


pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Pringsewu
diselenggarakan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan
potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan
sumberdaya manusia dengan tetap memperhatikan
daya dukung, daya tampung, dan kelestarian
lingkungan hidup;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu Tahun
2011-2031;
3

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang


Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419 );

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang


Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888)
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang


Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247 );

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang


Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377 );

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang


Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4411);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4324);

9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang


Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444 );

12. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4723);

13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

14. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang


Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746);

15. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4846);

16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

17. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang


Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925);

18. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2008 tentang


Pembentukan Kabupaten Pringsewu di Provinsi
Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 187, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4932);
19. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959);

20. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang


Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);

21. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);

22. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang


Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

23. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

24. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 149, Tambahan. Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5068);

25. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang


Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5188);

26 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang


Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik 1989
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989
Nomor 24) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4628);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3445);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1998 tentang


Penyerahan Sebagian Urusan di Bidang Kehutanan
Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 106, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3769);

30. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

31.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);

32.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4490);
3.
33. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4532);

34. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang


Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4624);

35. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang


Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655);

36. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang


Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4814);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

38. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4828);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang


Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4829);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);

42. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang


Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4859);

43. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang


Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);

44. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5103);

45. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang


Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5111);

47. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang


Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160).

48. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang


Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5185);

49. Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang


Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum sebagaimana diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum;

50. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis
Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;

51. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budidaya;

52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun


2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Daerah;

53. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun


2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
beserta Rencana Rinciannya;

54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16


Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

55. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17


Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun
2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;

57. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun


2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Lampung 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi
Lampung Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 346);

58. Peraturan Daerah Kabupaten Pringsewu Nomor 01


Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintahan
Kabupaten Pringsewu (Lembaran Daerah Kabupaten
Pringsewu Tahun 2010 Nomor 01);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN PRINGSEWU

dan

BUPATI PRINGSEWU

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011-2031.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

2. Provinsi adalah Provinsi Lampung.

3. Pemerintah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintah Provinsi Lampung.

4. Gubernur adalah Gubernur Lampung.

5. Kabupaten adalah Kabupaten Pringsewu.

6. Bupati adalah Bupati Pringsewu.


7. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

8. Pekon adalah sebutan untuk Desa di Kabupaten Pringsewu yang


merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan nasional.

9. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
ruang udara, sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta
memelihara kelangsungan hidupnya.

10. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

12. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

13. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu yang selanjutnya


disebut RTRW Kabupaten Pringsewu adalah Rencana Tata Ruang yang
bersifat umum dari wilayah Kabupaten, rencana struktur ruang
wilayah Kabupaten, rencana pola ruang wilayah Kabupaten,
penetapan kawasan strategis Kabupaten, arahan pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten.

14. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disebut RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang untuk rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota yg dilengkapi dengan peraturan zonasi
kabupaten/kota.

15. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah tujuan yang


ditetapkan pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan
perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kabupaten
pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.

16. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan


pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah guna
mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun.

17. Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah penjabaran


kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian
tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan
rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten.
18. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang
mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan
dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani
kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi,
sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi,
sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu
bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan
prasarana lainnya.

19. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana


susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah
kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana
yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi
fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten.

20. Pusat Kegiatan Wilayah promosi yang selanjutnya disebut PKWp,


adalah kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk dikemudian hari
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut
PKW.

21. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah


kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

22. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL, adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten
atau beberapa kecamatan.

23. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disebut PKLp, adalah
kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk dikemudian hari
ditetapkan sebagai PKL.

24. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK, adalah


kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa pekon.

25. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL, adalah


pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar pekon.

26. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana


jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan
yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.

27. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
28. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hierarki.

29. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disebut SUTT adalah
saluran udara yag mendistribusikan energi listrik dengan tegangan
150 Kilo Volt yang didistribusikan dari pusat-pusat beban menuju
gardu-gardu listrik.

30. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan
lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik
langsung maupun tidak langsung.

31. Base Tranceiver Station yang selanjutnya disingkat BTS adalah istilah
teknis untuk menara telekomunikasi dalam sistem jaringan nirkabel.

32. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi


peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan
akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun
mendatang.

33. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta


segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

34. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budi daya.

35. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi


utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.

36. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.

37. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

38. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan


tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.

39. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai,


termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi sungai.
40. Kawasan sekitar Danau/Waduk adalah kawasan sekeliling danau atau
waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau/waduk.

41. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau
kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 (dua ribu)
kilometer persegi.

42. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.

43. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung
di dalamnya.

44. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.

45. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

46. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya di sebut TPA adalah


tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

47. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS


adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang,
pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

48. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST


adalah tempat pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

49. Kawasan Budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

50. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha
tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan
sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan
berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan
manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat.

51. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman


tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem
yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil
tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
52. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya
fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin
peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, dan pengusahaannya.

53. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan


pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan.

54. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam


rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

55. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP adalah wilayah


yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat
dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian
dari tata ruang nasional.

56. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang


diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

57. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan


industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelolah oleh Perusahaan Kawasan Industri
yang telah memiliki izin Usaha Kawasan Industri.

58. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang


dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

59. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara


nasional yang dipergunakan untuk kepentingan pertahanan.

60. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar


kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan dan
penghidupan.

61. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama


bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

62. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
63. Kawasan Strategis adalah bagian wilayah kota yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
terhadap kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan/atau kelestarian
lingkungan.

64. Kawasan Minapolitan adalah kawasan pengembangan ekonomi


berbasis usaha perikanan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh
pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menciptakan iklim usaha
yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja dan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

65. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditujukan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarkis ke ruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

66. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain
yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir.

67. Lingkungan adalah sumber daya fisik dan biologis yang menjadi
kebutuhan dasar agar kehidupan masyarakat (manusia) dapat
bertahan.

68. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.

69. Berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan terencana yang


memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

70. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan


hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.

71. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan


hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

72. Kawasan konservasi adalah kawasan pengelolaan sumberdaya dengan


fungsi utama menjamin kesinambungan, ketersediaan, dan
kelestarian sumber daya alam ataupun sumberdaya buatan dengan
tetap memelihara, serta meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya.

73. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana


yang dilakukan pada tahap pra, saat, dan pasca terjadinya bencana
dalam rangka pengelolaan mitigasi bencana.
74. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu.

75. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan


pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui
penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan
kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi rencana
program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan.

76. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah


petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu
pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka
mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana tata
ruang.

77. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten


adalah ketentuan-ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya
mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai
dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi untuk wilayah kabupaten.

78. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah


ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan
kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang
disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai
dengan RTRW kabupaten.

79. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh


pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus
dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang
digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan
keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
disusun dan ditetapkan.

80. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.

81. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa
saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
82. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

83. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk


masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

84. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

85. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam


perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

86. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut


BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang mempunyai fungsi
membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan
ruang di daerah.

Bagian Kedua
Peran dan Fungsi

Pasal 2

RTRW Kabupaten Pringsewu disusun sebagai alat operasionalisasi


pelaksanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Pringsewu.

Pasal 3

RTRW Kabupaten Pringsewu berfungsi sebagai :


a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD);
b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten;
c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
kabupaten;
d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan
pemerintah, masyarakat, dan swasta;
e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah
kabupaten;
f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam
penataan/pengembangan wilayah kabupaten yang meliputi penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi; dan
g. acuan dalam administrasi pertanahan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Pengaturan

Paragraf 1
Muatan

Pasal 4

RTRW Kabupaten Pringsewu memuat:


a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
b. rencana struktur ruang;
c. rencana pola ruang;
d. penetapan kawasan strategis kabupaten;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang terdiri dari
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang
berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Paragraf 2
Wilayah Perencanaan

Pasal 5

(1) Lingkup wilayah perencanaan merupakan daerah dengan batas yang


ditentukan berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah
daratan, wilayah perairan, serta wilayah udara.

(2) Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. Kecamatan Pardasuka;
b. Kecamatan Ambarawa;
c. Kecamatan Pagelaran;
d. Kecamatan Pringsewu;
e. Kecamatan Gadingrejo;
f. Kecamatan Sukoharjo;
g. Kecamatan Banyumas; dan
h. Kecamatan Adiluwih.

(3) Batas-batas wilayah Kabupaten Pringsewu meliputi:


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah;
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus;
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus.

(4) Luas wilayah administrasi Kabupaten Pringsewu kurang lebih 625,00


km2 (enam ratus dua puluh lima kilometer persegi).
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI

Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 6

Tujuan penataan ruang wilayah adalah terwujudnya Kabupaten Pringsewu


sebagai pusat pendidikan, pusat perdagangan dan jasa yang berwawasan
lingkungan dengan didukung oleh sumber daya manusia yang cerdas dan
kompetitif, dalam rangka menciptakan masyarakat yang sejahtera.

Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi

Pasal 7

(1) Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi:


a. pengembangan pusat-pusat pelayanan perkotaan dan perdesaan
berbasis keunggulan kompetitif dalam rangka menghilangkan
ketimpangan pertumbuhan wilayah dan menumbuhkan sinergitas
perkembangan perekonomian wilayah;
b. perkuatan dan pengembangan struktur dan pola ruang wilayah
yang seimbang dan terarah;
c. peningkatan pembangunan dan pengembangan infrastruktur
wilayah pada sentra-sentra produksi, pusat kegiatan, pusat
pertumbuhan dan pusat pelayanan secara seimbang dan terpadu;
d. pemantapan sistem perekonomian perkotaan yang bertumpu pada
sektor perdagangan dan jasa;
e. pengoptimalan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam
secara berkelanjutan yang berbasis pelestarian lingkungan hidup
dan mitigasi bencana;
f. peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan
kompetitif;
g. pengembangan potensi agropolitan dan minapolitan; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahanan
negara.

(2) Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan perkotaan dan


perdesaan berbasis keunggulan kompetitif dalam rangka
menghilangkan ketimpangan pertumbuhan wilayah dan
menumbuhkan sinergitas perkembangan perekonomian wilayah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. memantapkan dan meningkatkan sistem Pusat Kegiatan Lokal
menjadi Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) dan memantapkan
PPK dan PPL dengan penyediaan sarana dan prasarana wilayah;
b. mengembangkan dan meningkatkan fungsi-fungsi pusat pelayanan
perkotaan baik yang merupakan pusat administrasi maupun pusat
pelayanan ekonomi;
c. mengembangkan sistem pusat pemukiman dengan diikuti
penyediaan sarana prasarana wilayah agar dapat memperkuat dan
mempertahankan kelestarian budaya setempat; dan
d. meningkatkan dan mengembangkan kawasan strategis secara
ekonomi sebagai pusat kegiatan wilayah dan penggerak kegiatan
perdagangan dan jasa pada skala regional/wilayah.

(3) Strategi perkuatan dan pengembangan struktur dan pola ruang


wilayah yang seimbang dan terarah sebagaimana di maksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan perkotaan melalui
penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang fungsi regional;
b. meningkatkan dan mengembangkan sistem jaringan prasarana
wilayah melalui penyediaan infrastruktur jaringan jalan dan
fasilitas penghubung, jaringan air bersih, jaringan energi,
telekomunikasi, dan jaringan sumber daya air yang merata;
c. memelihara kelestarian kawasan lindung sesuai dengan fungsi
masing-masing untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup;
dan
d. meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pertanian, perikanan,
industri dan perdagangan sebagai penggerak pertumbuhan wilayah.

(4) Strategi peningkatan pembangunan dan pengembangan infrastruktur


wilayah pada sentra-sentra produksi, pusat kegiatan, pusat
pertumbuhan dan pusat pelayanan secara seimbang dan terpadu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur penunjang
kegiatan produksi, pendidikan, dan pusat kegiatan wilayah
lainnya;
b. meningkatkan dan mengembangkan sarana prasarana pertanian,
perikanan dan industri perdagangan;
c. meningkatkan dan mengembangkan penyediaan sarana prasarana
perumahan dan pemukiman yang seimbang;dan
d. meningkatkan dan mengembangkan sistem distribusi
perdagangan dan jasa serta akses pasar yang kondusif.

(5) Strategi pemantapan sistem perekonomian perkotaan yang bertumpu


pada sektor perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d meliputi:
a. meningkatkan dan mengembangkan pusat-pusat perdagangan dan
jasa kawasan perkotaan;
b. meningkatkan kualitas pasar tradisional yang memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan dan jasa;
c. meningkatkan dan mengembangkan kawasan strategis secara
ekonomi sebagai pusat kegiatan wilayah penggerak kegiatan
perdagangan dan jasa pada skala regional/wilayah; dan
d. menciptakan iklim usaha dan peluang investasi yang kondusif.
(6) Strategi pengoptimalan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam secara berkelanjutan yang berbasis pelestarian lingkungan hidup
dan mitigasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
meliputi:
a. meningkatkan pengelolaan sumber energi dan pemanfaatan sumber
daya alam secara berkesinambungan;
b. mempertahankan kawasan resapan air dan kawasan yang berfungsi
hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air;
c. menjaga dan mengendalikan eksploitasi dan eksplorasi
penambangan bahan galian dan perambahan hutan pada hutan
lindung;
d. menetapkan kawasan rawan bencana alam seabagai kawasan
pengembangan terbatas dan mempersiapkan mitigasi bencana; dan
e. meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
secara terpadu dan berkesinambungan.

(7) Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cerdas dan
kompetitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. meningkatkan dan mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan;
b. mengembangkan kawasan pendidikan terpadu, menyusun strategi
berdasarkan lima pilar pendidikan (ketersediaan, keterjangkauan,
kualitas, kesetaraan, dan kepastian layanan pendidikan;
c. memberdayakan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan;
dan
d. mengendalikan pertumbuhan serta distribusi penduduk secara
merata sesuai daya tampung dan daya dukung lingkungan.

(8) Strategi pengembangan potensi agropolitan dan minapolitan


sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf g meliputi:
a. mengembangkan industri pengolahan ikan;
b. mengoptimalkan teknologi budidaya dan diversifikasi pertanian;
c. mengembangkan industri hilir;
d. meningkatkan peran masyarakat dalam industri pengolahan; dan
e. mengembangkan kawasan minapolitan berbasis perikanan budidaya
air tawar, yang mengintegrasikan sentra produksi, sentra
pengolahan, dan sentra pemasaran.

(9) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk keamanan dan pertahanan


negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi;
a. mendukung penetapan kawasan pertahanan dan keamanan di
Kabupaten Pringsewu;
b. mengembangkan kawasan budidaya secara selektif di dalam dan di
sekitar kawasan pertanahan dan keamanan negara untuk menjaga
fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan
dengan kawasan budidaya terbangun; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8

(1) Rencana struktur ruang wilayah meliputi:


a. sistem pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digambarkan pada peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Pringsewu dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan

Pasal 9

(1) Sistem pusat-pusat kegiatan kabupaten sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 ayat (1) huruf a dikembangkan secara hierarki dan dalam
bentuk pusat kegiatan, sesuai kebijakan nasional dan provinsi, potensi,
dan rencana pengembangan wilayah kabupaten.

(2) Pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) meliputi:
a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp);
b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp);
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

(3) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi kawasan
perkotaan Pringsewu di Kecamatan Pringsewu, yang berfungsi sebagai
pusat pemerintahan regional, pusat pelayanan kesehatan, pusat
pelayanan pendidikan, pusat pengembangan pariwisata dan budaya,
pusat perdagangan dan jasa, pusat koleksi dan distribusi, dan simpul
transportasi regional.

(4) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:


a. PKLp Gadingrejo di kawasan perkotaan Gadingrejo yang berfungsi
sebagai pusat perdagangan dan jasa, agropolitan, peternakan,
perikanan, dan pusat pengembangan pendidikan skala regional;
b. PKLp Sukoharjo di kawasan perkotaan Sukoharjo yang berfungsi
sebagai pusat pengembangan perdagangan dan jasa, pusat
pengembangan pemukiman, pusat pengembangan industri
pengolahan hasil pertanian, pengembangan peternakan dan
industri kecil; dan
c. PKLp Pagelaran di kawasan perkotaan Pagelaran yang berfungsi
sebagai pusat pengembangan perdagangan dan jasa, pusat
pengembangan hasil pertanian, perkebunan, minapolitan, dan
pengembangan kegiatan pertambangan.

(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:


a. PPK Ambarawa di kawasan perkotaan Ambarawa yang berfungsi
sebagai pusat pengembangan pertanian tanaman pangan,
pengembangan perikanan air tawar, pengembangan permukiman
dan pusat pemasaran produk unggulan; dan
b. PPK Banyumas yang berfungsi sebagai pengembangan pertanian
hortikultura, pengembangan industri rumah tangga dan
pengembangan kegiatan pertambangan.

(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi:


a. PPL Adiluwih yang berfungsi sebagai pengembangan tanaman
pangan dan hortikultura, pengembangan tanaman perkebunan, dan
industri kecil; dan
b. PPL Pardasuka yang berfungsi sebagai pengembangan pertanian
tanaman pangan, perkebunan kehutanan, pengembangan kawasan
pariwisata dan budaya dan kawasan hutan lindung.

Pasal 10

Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf
a, huruf b dan huruf c akan diatur lebih lanjut dengan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) yang ditetapkan oleh peraturan daerah tersendiri.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 11

Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


ayat (1) huruf b merupakan sistem jaringan transportasi yang meliputi:
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan perkeretaapian.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 12

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal


11 huruf a, meliputi:
a. jaringan jalan;
b. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan prasarana jalan berupa terminal meliputi terminal
penumpang dan barang.
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. jaringan jalan provinsi; dan
b. jaringan jalan kabupaten.

(3) Jaringan jalan provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi :
a. Pringsewu - Bandung Baru; dan
b. Batas Pringsewu - Sukoharjo.

(4) Pengembangan jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf b meliputi :
a. jaringan jalan lokal primer meliputi seluruh jaringan jalan selain
jalan provinsi di dalam Kabupaten Pringsewu meliputi ruas jalan
Pringsewu, Gadingrejo, Sukoharjo, Adiluwih, Banyumas, Pagelaran,
Ambarawa dan Pardasuka;
b. jaringan jalan strategis kabupaten meliputi ruas jalan Sukoharjo -
Sukoharum menuju terminal induk Rejosari dan Bandara Raden
Intan melalui Negerikaton Kabupaten Pesawaran;
c. pengembangan jalan dua jalur Kota Pringsewu dari Wates
Kecamatan Gadingrejo - Pajaresuk Kecamatan Pringsewu;
d. pengembangan jaringan jalan lingkar utara dan lingkar selatan Kota
Pringsewu;
e. pembangunan jalan akses yang menghubungkan Kabupaten
Pringsewu - Kabupaten Lampung Tengah yang akan
menghubungkan jalan lintas Barat dengan jalan lintas tengah
Padang Ratu; dan
f. perbaikan dan peningkatan kualitas seluruh jaringan jalan dan
jembatan di Kabupaten Pringsewu serta pengembangan jalan usaha
tani dan jalan produksi khususnya pada kawasan agropolitan dan
minapolitan.

(5) Pengembangan jaringan jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan


lebih lanjut akan dirinci dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Pasal 13

(1) Pengembangan jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b meliputi:
a. jaringan trayek angkutan orang; dan
b. jaringan trayek angkutan barang.

(2) Jaringan trayek angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi pengembangan jaringan trayek angkutan orang yang
menghubungkan Pringsewu - Pagelaran, Pringsewu - Gadingrejo,
Trayek Pringsewu - Kalirejo, dan Trayek Pringsewu - Pardasuka.

(3) Jaringan trayek angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi pengembangan dan pembangunan terminal baik
jaringan lintas angkutan barang antar wilayah kabupaten/kota,
wilayah kecamatan dan wilayah perdesaan.
Pasal 14

Pengembangan jaringan prasarana jalan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12 ayat (1) huruf c meliputi:
a. pengembangan terminal tipe B di Sukoharjo mengantisipasi akses jalan
yang akan dikembangkan dari ruas jalan Sukoharjo menuju terminal
induk Rejosari dan Bandara Raden Intan;
b. pemantapan dan peningkatan terminal tipe C di Kecamatan Gadingrejo
dan pembangunan Sub Terminal Agribisnis di Kecamatan Sukoharjo;
dan
c. membangun shelter atau tempat pemberhentian bus/angkutan umum
khususnya pada kawasan perkotaan.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Perkeretapian

Pasal 15

(1) Sistem jaringan perkeretapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


huruf b meliputi:
a. perkeretaapian umum; dan
b. perkeretaapian khusus.

(2) Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


adalah perkeretaapian antarkota yang melayani angkutan orang dan
barang yang menghubungkan Bandar Lampung - Rejosari - Gedong
Tataan - Pringsewu dengan jalur angkutan penumpang mulai dari
Tanjung Karang - Rejosari - Gedongtatan - Gadingrejo – Pringsewu -
Pagelaran.

(3) Perkeretaapian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


melayani angkutan barang dari Stasiun Tanjung Karang ke Stasiun
Pringsewu.

(4) Penataan stasiun kereta api yang ada meliputi stasiun kecil Gadingrejo
dan Pagelaran.

Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 16

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


ayat (1) huruf c meliputi:
a. sistem jaringan energi dan kelistrikan;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Pasal 17

(1) Pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 huruf a bertujuan meningkatkan kualitas
jangkauan pelayanan jaringan listrik dan gas bumi yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah Kabupaten Pringsewu.

(2) Sistem jaringan energi dan kelistrikan meliputi:


a. jaringan pipa gas bumi;
b. pembangkit tenaga listrik;
c. jaringan transmisi tenaga listrik; dan
d. jaringan distribusi tenaga listrik.

(3) Pengembangan pipa gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi pengembangan jaringan pipa gas di wilayah utara
Kabupaten.

(4) Pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf b meliputi:
a. peningkatan dan pemeliharaan jaringan transmisi dan distribusi di
wilayah Kabupaten; dan
b. pengembangan energi terbarukan melalui Pembangkit Listrik Tenaga
Baru Terbarukan untuk perkotaan dan perdesaan.

(5) Kegiatan-kegiatan industri menengah-besar diarahkan untuk bisa


memenuhi kebutuhan listrik secara mandiri.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 18

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud Pasal 16


huruf b direncanakan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan telekomunikasi yang terpadu dan merata di wilayah
Kabupaten Pringsewu, terdiri atas:
a. sistem jaringan kabel;
b. sistem jaringan nirkabel; dan
c. jaringan mikro digital.

(2) Pengembangan sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a, meliputi:
a. pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan
telepon saluran tetap dan pusat automatisasi sambungan telepon di
Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan Gadingrejo;
b. pengembangan sambungan telepon kabel yang diarahkan
menjangkau seluruh pusat pelayanan dan wilayah pelayanannya di
Kabupaten Pringsewu;
c. peningkatan kapasitas sambungan telepon kabel pada kawasan
perdagangan dan jasa, industri, fasilitas umum dan sosial, terminal,
permukiman dan kawasan yang baru dikembangkan;
d. penyediaan sarana warung telepon (wartel) dan telepon umum pada
lokasi strategis, mudah diakses publik dan kawasan pusat kegiatan
masyarakat; dan
e. pengembangan sistem jaringan kabel telekomunikasi bawah tanah
dengan sistem ducting dan terpadu dengan sistem jaringan bawah
tanah lainnya.

(3) Pengembangan sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b, meliputi:
a. mendorong pihak operator seluler untuk menyelenggarakan
pemanfaatan menara telekomunikasi bersama (sharing tower) dalam
rangka efisiensi ruang;
b. melakukan penataan menara Base Transceirver Station (BTS)
dengan penyusunan master plan menara BTS bersama pihak
operator dan ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
c. mengeluarkan aturan mengenai alternatif jarak aman menara;
d. pengembangan telepon nirkabel berupa menara telekomunikasi
yang tersebar di wilayah Kabupaten Pringsewu;
e. membatasi pembangunan BTS dengan mengupayakan penggunaan
BTS bersama; dan
f. pengembangan sistem telekomunikasi interkoneksi nasional untuk
mikro digital dan interkoneksi Sumatera Selatan-Lampung untuk
serat optik dan mikro analog.

(4) Pengembangan jaringan mikro digital sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c ditujukan sebagai jaringan lanjutan dari Pulau Jawa dengan
menggunakan jaringan kabel Bawah Laut melalui Kabupaten Lampung
Selatan, Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten
Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat,
menyambung menuju ke Provinsi Sumatera Selatan;

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan menara telekomunikasi


diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 19

(1) Sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 16 huruf c terdiri atas:
a. sistem pengelolaan wilayah sungai;
b. cekungan air tanah;
c. jaringan irigasi;
d. jaringan air baku untuk air bersih; dan
e. sistem pengendalian daya rusak air.

(2) Sistem pengelolaan Wilayah Sungai sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a meliputi :
a. pengelolaan Wilayah Sungai (WS) Way Seputih Sekampung yang
merupakan wilayah sungai strategis nasional yang menjadi
wewenang pusat yang terletak di Kabupaten Pringsewu;
b. pengelolaan wilayah Sungai Semangka yang merupakan wilayah
sungai Provinsi Lampung; dan
c. pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) didasarkan pada pola
pengelolaan SDA WS Way Seputih Sekampung yang bersangkutan.

(3) Cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. Cekungan air tanah Metro-Kota Bumi; dan
b. Cekungan air tanah Talang Padang.

(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. penambahan prasarana dan peningkatan fungsi jaringan irigasi
meliputi saluran irigasi primer, saluran irigasi sekunder, dan
saluran irigasi tersier;
b. pengelolaan dan perlindungan Daerah Irigasi (DI) dalam wilayah
kabupaten meliputi :
1. Daerah Irigasi (DI) kewenangan pemerintah provinsi utuh
kabupaten/kota meliputi DI Way Semangka seluas kurang lebih
1.548 (seribu lima ratus empat puluh delapan) hektar, DI Way
Ngarip seluas kurang lebih 1.346 (seribu tiga ratus empat puluh
enam) hektar, DI Way Ngison seluas kurang lebih 1.980 (seribu
sembilan ratus delapan puluh) hektar, dan DI Way Napal seluas
Kurang Lebih 1.761 (seribu tujuh ratus enam puluh satu)
hektar; dan
2. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten Pringsewu, diantaranya
meliputi: Kecamatan Pagelaran: Way ngison, Way tebu I,II,III,IV,
Way Balak Pagelaran, Way Kunyir, Way Giri Tunggal I, Way Giri
Tunggal II, Way Giri Tunggal III, Way Kamilin, Way Sumber
Bandung, Way Neglasari, Way Karangsari, Way Kuto Pengasih,
Way Gemahripah, Way Pajar Mulia I, Way Pajar Mulia II,
Kecamatan Banyumas : Lansep Nuso Wungu, Way Langsep, Way
Banyuwangi, Way Banjarejo I, Way Banjarejo II, Way Banjarejo
III, Way Banjarejo IV, Way Banyumas I, Way Banyumas II, Way
Sriwungu I, Way Sriwungu II, Way Waya Krui, Way Sukamulya,
Kecamatan Sukoharjo: Way Langkap Atas, Way Trisno, Way
Pandan Sari I, Way Pandan Sari II, Way Gunung Kandi, Way
Gunung Kancil I, Way Gunung Kancil II, Way Oyot, Way
Sukoharjo I, Way Sukoharjo II, Way Sukoharjo III, Way
Sukoharjo IV, Way Siliwangi, Kecamatan Adiluwih: Way Mangan
I, Way Mangan II, Way Seputih Sekampung, Way Waringinsari
Timur, Way Waringinsari Barat, Way Adiluwih, Way Srimukti,
Kecamatan Pringsewu: Way Semah Podomoro, Way Semah III,
Way Suka Negeri, Way Tipah, Way Pajar Agung, Kecamatan
Gadingrejo: Way Padang Ratu I, Way Pujorahayu, Way Gatel,
Way Nenep I, Way Nenep II, Way Wonokriyo I, Way Wonokriyo II,
Way Apus, Way Gading, Way Padang Ratu II, Way Padang Ratu
III, Way Padangkan, Way Bulurejo, Kecamatan Ambarawa: Way
Manak III Pujodadi, Way Cangkringan, Way Kresnomulyo, Way
Simpang Rawa, Kecamatan Pardasuka: Way Napal, Way Guring,
Bulok Sukamara IV, Way Bulok, Way Suka Negeri, Way Manak
II, Way Mincang Tanjung Rusia, Way Ruken, Way Kelutum, Way
Bungur, Way Suka Negri, Way Pujodadi, Way Mincang II, Way
Kutilang, Way Negara Batin, Way Picung, Way Gunung Bathin,
Way Belimbing.

(5) Pengembangan sistem jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan;
b. pengelolaan dan pembatasan penggunaan air tanah; dan
c. identifikasi dan pengembangan sumber air baku baru.

(6) Sistem pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf e berupa sistem pengendalian banjir meliputi pembuatan
waduk buatan, embung, dan pembuatan tanggul di seluruh wilayah
kecamatan Kabupaten Pringsewu.

Pasal 20

Pengembangan pengelolaan wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 19 ayat (2) meliputi:
a. sistem pengelolaan wilayah sungai direncanakan melalui pendekatan
DAS dan cekungan air tanah serta keterpaduannya dengan pola ruang
dengan memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumber daya air
permukaan dan air tanah;
b. pengelolaan wilayah sungai dilakukan melalui pengembangan penata-
gunaan air pada DAS dan diselenggarakan melalui kegiatan
penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan sumberdaya air
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan; dan
c. pengembangan penatagunaan air pada DAS untuk Kabupaten
Pringsewu meliputi DAS Sekampung dan DAS Seputih.

Pasal 21

Pengembangan cekungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


ayat (3) meliputi:
a. penentuan batas cekungan air tanah;
b. peningkatan kemanfaatan fungsi air tanah guna memenuhi penyediaan
air tanah;
c. pelaksanaan pengendalian daya rusak serta konservasi air tanah; dan
d. pengembangan air tanah berkelanjutan untuk irigasi.

Pasal 22

Pengembangan sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


19 ayat (4) meliputi:
a. pembangunan dan pengembangan saluran air irigasi yang dapat
mengairi lahan tanaman pertanian lahan basah, dilakukan oleh Unit
Pelaksana Teknis Pengairan (UPT Pengairan);
b. mempertahankan debit aliran sungai Way Seputih, sungai Way
Sekampung dan beberapa sungai besar lainnya di wilayah Kabupaten
Pringsewu yang menjadi sumber air bagi daerah irigasi di wilayah ini,
terutama yang berada di wilayah Pagelaran dan Pringsewu dengan
melibatkan kelompok-kelompok tani dalam menjaga dan memelihara
saluran air;
c. mengoptimalkan fungsi WS Way Seputih-WS Way Sekampung sebagai
sumber air yang mengairi lahan pertanian lahan basah di wilayah
Kabupaten Pringsewu meliputi Kecamatan Pringsewu, Kecamatan
Adiluwih, Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan Pagelaran;
d. mengembangkan sistem irigasi terkoneksi sehingga terbentuk satu
sistem irigasi yang terpadu di Kabupaten Pringsewu; dan
e. mengembangkan kerjasama lintas daerah dalam pengelolaan wilayah
Daerah Aliran Sungai (DAS) agar tercipta tanggungjawab bersama guna
keberlangsungan dan keberlanjutan optimalisasi pemanfaatan wilayah
sungai di Kabupaten Pringsewu;
f. pembangunan dan pengembangan sumber air irigasi tingkat usaha tani
dan tingkat desa.

Pasal 23

Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 19 ayat (5) meliputi:
a. mengembangkan sumberdaya air baru baik mata air maupun air
permukaan untuk meningkatkan kemampuan kapasitas sumber air
agar mampu memenuhi kebutuhan air minum penduduk di masa yang
akan datang;
b. meningkatkan produksi air baku dengan memanfaatkan secara optimal
sumberdaya air yang telah teridentifikasi, diantaranya dengan
meningkatkan kemampuan peralatan produksi dengan peralatan yang
mempunyai kemampuan lebih besar dan modern;
c. mempertahankan debit air WS Way Sekampung-WS Way Seputih yang
merupakan sumber utama pasokan air bagi pemenuhan kebutuhan air
baku di wilayah Kabupaten Pringsewu;
d. pembangunan jaringan distribusi air minum/jaringan perpipaan yang
pemasangannya diarahkan mengikuti jaringan jalan sesuai dengan
hierarki yang ada;
e. pengembangan sistem pelayanan dengan kran umum di samping
pelayanan dengan sambungan langsung; dan
f. pendistribusian air kepada konsumen dengan kualitas air sesuai
dengan persyaratan air minum yang berlaku.

Pasal 24

Pengembangan sistem pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 19 ayat (6) meliputi:
a. rehabilitasi pada kawasan sekitar sungai di Kabupaten Pringsewu;
b. pengelolaan dan perlindungan DAS untuk mengendalikan banjir di
Kabupaten Pringsewu;
c. kerjasama antara Pemerintah Kabupaten yang berbatasan terkait
rehabilitasi dan revitalisasi hulu sungai;
d. prioritas pembuatan embung pada kawasan rawan banjir seperti di
Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Sukoharjo
dan Kecamatan Gadingrejo;
e. menetapkan Garis Sempadan Sungai (GSS) sebagai kawasan lindung
serta melakukan reboisasi dan revitalisasi Garis Sempadan Sungai
(GSS);
f. pembuatan dan normalisasi saluran drainase; dan
g. pelibatan masyarakat dalam manajemen pengelola air melalui
pembuatan sumur resapan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

Pasal 25

Sistem jaringan prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 16 huruf d meliputi:
a. sistem penyediaan air minum;
b. sistem jaringan persampahan;
c. sistem pengelolaan air limbah;
d. sistem drainase; dan
e. jalur evakuasi bencana.

Pasal 26

(1) Pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 huruf a meliputi:
a. sistem pelayanan air minum perpipaan; dan
b. sistem pelayanan air minum nonperpipaan.

(2) Pengembangan sistem pelayanan air minum perpipaan sebagaimana


dimaksud pada huruf a meliputi :
a. peningkatan cakupan pelayanan air minum;
b. penyediaan air minum perpipaan dan nonperpipaan dalam
memenuhi kebutuhan akan air minum;
c. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta
dalam penyelenggaraan pengembangan sistem air minum;
d. peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan sistem pelayanan
air minum perkotaan;
e. pengembangan alternatif sumber pembiayaan; dan
f. penyediaan sistem perpipaan untuk melayani sambungan saluran
distribusi air minum ke setiap bangunan domestik maupun non-
domestik pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air
permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, pusat
kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan.
(3) Pengembangan sistem pelayanan air minum nonperpipaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

Pasal 27

(1) Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25


huruf b bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

(2) Rencana sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
a. penyusunan rencana induk pengolahan persampahan;
b. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bumiarum di
Kecamatan Pringsewu; dan
c. pengembangan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di
seluruh Kecamatan di Kabupaten Pringsewu.

(3) Pengembangan sistem pengolahan persampahan meliputi:


a. penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan
konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali),
recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).
b. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan sistem pengelolaan persampahan;
c. peningkatan fungsi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dari sistem
open dumping ke sanitary landill;
d. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pelayanan;
e. pengembangan alternatif pembiayaan;
f. pengembangan tempat penampungan sampah sementara atau
penyediaan kontainer pada setiap wilayah kecamatan sebagai
tempat penampungan sampah pasar dan rumah tangga sebelum
diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah;
g. penyediaan sarana pengangkutan sampah yang memadai dan
mendistribusikannya secara proporsional di setiap wilayah; dan
h. pengembangan sistem pengelolaan sampah terpadu Satuan
Operasional Kebersihan Lingkungan (SOKLI) termasuk didalamnya
membangun Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu (IPST) yang
tipologinya disesuaikan dengan karakter kawasan, pada daerah-
daerah permukiman, khususnya kawasan permukiman perkotaan
di pusat-pusat pelayanan.

Pasal 28

(1) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25


huruf c bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan kelestarian
lingkungan hidup.

(2) Pengembangan pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
a. peningkatan akses pengolahan sumber air limbah baik sistem
on site maupun off site (terpusat) di perkotaan maupun di
perdesaan untuk memperbaiki kesehatan masyarakat;
b. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah;
c. penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat
pengelola air limbah;
d. pengembangan alternatif sumber pembiayaan;
e. penanganan limbah padat rumah tangga (black water) dilakukan
dengan cara yaitu setiap rumah diwajibkan mempunyai septic tank,
sedangkan untuk kawasan permukiman yang padat
mempergunakan sistem septic tank komunal;
f. penanganan air limbah untuk kawasan perekonomian dilakukan
dengan cara penanganan dengan menggunakan sistem gabungan
antara sistem individual dan cara kolektif;
g. penanganan pengolahan air limbah untuk kegiatan industri,
khususnya kawasan industri skala menengah dan besar, diarahkan
dengan menggunakan penanganan secara kimia dan biologis
(disarankan memakai proses lumpur aktif);
h. setiap kegiatan industri (khususnya skala besar) harus memiliki
lembaga internal yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan
limbah dan bertanggungjawab terhadap Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Pringsewu dengan sistem penerapan pengelolaan limbah
Bahan Beracun Berbahaya (B3) terbentuk yang didasarkan atas
konsep cradle to grave dan mendorong kegiatan industri penghasil
limbah untuk mengolah, mendaur ulang serta menimbun
limbahnya dekat dengan pabrik, serta menerapkan teknik
penimbunan limbah berbahaya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan;
i. pembangunan Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) melalui
penyediaan sistem perpipaan untuk melayani sambungan saluran
pembuangan limbah ke setiap bangunan domestik maupun non
domestik pada pusat-pusat permukiman terutama pada kawasan
pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal dan pusat pelayanan
kawasan; dan
j. pengembangan sistem sanitasi dan pengelolaan air buangan (limbah
domestik).

Pasal 29

(1) Rencana pembangunan saluran drainase sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 huruf d bertujuan untuk mengurangi banjir dan
genangan air bagi kawasan permukiman, industri, perdagangan,
perkantoran, dan persawahan.

(2) Rencana sistem drainase meliputi :


a. peningkatan pelayanan dan penanganan drainase;
b. peningkatan pelibatan stakeholders;
c. peningkatan kapasitas pengelola maupun kelembagaan;
d. pengembangan alternatif pembiayaan;
e. normalisasi saluran pada saluran-saluran yang mengalami penyem-
pitan, penyumbatan baik itu oleh sampah maupun oleh endapan,
serta pada daerah-daerah sungai yang mengalami pendangkalan
dan penyempitan mengingat sungai merupakan drainase primer
alami;
f. rehabilitasi saluran melalui pelebaran saluran terhadap wilayah-
wilayah yang mengalami genangan dan banjir;
g. penambahan saluran baru pada wilayah-wilayah yang belum
memiliki saluran drainase akan dibuat saluran baru;
h. pembangunan jaringan drainase yang diprioritaskan pada wilayah
yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan
dan jasa, pusat perkantoran, pusat permukiman perkotaan, pusat
pendidikan dan pusat pemukiman perdesaan; dan
i. pengembangan saluran drainase untuk membagi pengaliran air
hujan dan air buangan ke dalam saluran drainase yang bermuara
pada saluran penampungan atau saluran pembuangan.

Pasal 30

(1) Potensi, Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 25 huruf e meliputi:
a. potensi bencana yang akan timbul di kabupaten Pringsewu meliputi
banjir, tanah longsor, puting beliung dan gempa bumi;
b. pembuatan peta rawan bencana dan jalur evakuasi bencana
mengikuti pola jaringan jalan yang diberi rambu untuk arah
evakuasi; dan
c. ruang evakuasi untuk bencana sebagaimana tersebut pada huruf a
memanfaatkan kantor desa, bangunan sekolah, fasilitas negara,
dan fasilitas umum lainnya.

(2) Pengelolaan jalur dan ruang evakuasi bencana dilakukan melalui:


a. penetapan jalur dan ruang untuk evakuasi dan penyelamatan dari
bahaya bencana alam;
b. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana alam
dengan mencermati konsistensi kesesuaian antara pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang yang ada;
c. penyusunan pedoman dan petunjuk teknik upaya-upaya
penyelamatan dari bahaya bencana alam;
d. sosialisasi identifikasi daerah rawan bencana alam, daerah-daerah
potensial terjadi bencana alam, penyelamatan akibat terjadinya
bencana alam, dan bangunan tahan bencana alam (gempa bumi);
dan
e. kerjasama dengan lembaga terkait dan kompeten untuk melakukan
identifikasi daerah rawan bencana alam.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 31

(1) Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pringsewu meliputi:


a. pola ruang kawasan lindung; dan
b. pola ruang kawasan budidaya.
(2) Rencana Pola Ruang Wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum pada Lampiran II dan
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 32

(1) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf
a meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan perlindungan setempat; dan
c. kawasan rawan bencana.

(2) Kawasan hutan lindung sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. kawasan hutan lindung Perentian Batu register 21 (dua puluh satu)
Kecamatan Pardasuka dengan luas kurang lebih 2.780,24 (dua ribu
tujuh ratus delapan puluh koma dua puluh empat) hektar; dan
b. kawasan hutan lindung Way Waya register 22 (dua puluh dua)
Kecamatan Pagelaran dengan luas kurang lebih 4.777 (empat ribu
tujuh ratus tujuh puluh tujuh ) hektar.

(3) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b, meliputi:
a. perlindungan kawasan sempadan sungai, meliputi:
1) penetapan garis sempadan sungai besar 100 (seratus) meter di
sisi kiri dan sisi kanan sungai;
2) penetapan garis sempadan sungai kecil 50 (lima puluh) meter di
sisi kiri dan sisi kanan sungai; dan
3) penetapan garis sempadan sungai diluar kota 50 (limapuluh)
sampai 100 (seratus) meter dan sempadan sungai di kawasan
permukiman 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) meter.
b. sempadan mata air 200 (dua ratus) meter di sekeliling mata air
Selapan di Kecamatan Pardasuka; dan
c. sempadan saluran irigasi ditetapkan 5 (lima) meter di kiri dan kanan
saluran irigasi primer.

(4) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. kawasan rawan banjir tersebar terutama yang terjadi di sekitar
bantaran sungai Way Sekampung diantaranya Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Sukoharjo dan
Kecamatan Gadingrejo;
b. kawasan rawan tanah longsor, terutama yang terjadi di Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Pardasuka dan Kecamatan Banyumas;
c. kawasan rawan bencana puting beliung hampir merata di seluruh
kecamatan di Kabupaten Pringsewu, terutama di Kecamatan
Sukoharjo, Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan Gadingrejo; dan
d. kawasan rawan bencana gempa bumi di Kecamatan Pardasuka,
Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan
Gadingrejo dan Kecamatan Sukoharjo.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan, pengaturan, dan


pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya

Pasal 33

Kawasan budidaya sebagaimana dalam Pasal 31 ayat (1) huruf b meliputi:


a. kawasan peruntukan pertanian;
b. kawasan peruntukan perikanan;
c. kawasan peruntukan pertambangan;
d. kawasan peruntukan industri;
e. kawasan peruntukan pariwisata;
f. kawasan peruntukan permukiman; dan
g. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 34

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


huruf a memiliki luas kurang lebih 35.793 (tiga puluh lima ribu tujuh
ratus sembilan puluh tiga) hektar yang meliputi:
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.

(2) Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 10.823 (sepuluh
ribu delapan ratus dua puluh tiga) hektar meliputi:
a. pertanian tanaman pangan lahan basah seluas kurang lebih 6.494
(enam ribu empat ratus sembilan puluh empat) hektar yang
tersebar di Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Ambarawa,
Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan
Pardasuka; dan
b. sentra pengembangan ubi kayu, jagung, kacang-kacangan dan
sayur-sayuran atau hultikultura seluas kurang lebih 4.329 hektar
tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu.
(3) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan sebagai kawasan pertanian
tanaman pangan lahan basah berkelanjutan.

(4) Pengembangan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b akan dikembangkan di Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan
Adiluwih, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Pagelaran, dan
Kecamatan Pardasuka.

(5) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


seluas kurang lebih 21.266 (dua puluh satu ribu dua ratus enam puluh
enam) hektar meliputi:
a. sentra pengembangan kelapa sawit terdapat di Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Adiluwih dan
Kecamatan Banyumas;
b. sentra pengembangan kelapa terdapat di Kecamatan Pardasuka,
Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan
Gadingrejo;
c. sentra pengembangan perkebunan kopi terdapat di Kecamatan
Pagelaran dan Kecamatan Pardasuka;
d. sentra pengembangan kakao terdapat di Kecamatan Banyumas,
Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Adiluwih, Kecamatan Pardasuka;
dan Kecamatan Pagelaran; dan
e. sentra pengembangan karet terdapat di Kecamatan Pardasuka dan
Kecamatan Pagelaran.

(6) Pengembangan kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf d, dilakukan di seluruh wilayah kabupaten yang memiliki
potensi dan sesuai untuk pengembangan peternakan, antara lain:
a. pengembangan ternak sapi dan kerbau di seluruh kecamatan yang
ada di Kabupaten Pringsewu;
b. pengembangan ternak kambing, domba, dan ternak kecil lainnya
akan dikembangkan di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Pringsewu;
c. pengembangan peternakan unggas akan dikembangkan di seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu;
d. pengembangan sentra bibit unggul akan dikembangkan di
Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Gadingrejo; dan
e. pengembangan pengolahan pakan ternak akan dikembangkan di
Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Pagelaran.

(7) Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah


berkelanjutan akan diatur dengan Peraturan Daerah.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 35

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


33 huruf b dengan luas kurang lebih 5.553 (lima ribu lima ratus lima
puluh tiga) hektar meliputi:
a. kawasan peruntukan budidaya perikanan;
b. kawasan pengolahan perikanan; dan
c. kawasan minapolitan.

(2) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a meliputi :
a. perikanan kolam dengan luas kurang lebih 1.023 (seribu dua puluh
tiga) hektar berupa pengembangan perikanan kolam air tawar
dengan komoditas Ikan Karper, Ikan Tawes, Ikan Nila Merah, Ikan
Gurami, Ikan Lele, ikan mas dan ikan patin di Kecamatan
Pagelaran, dan sebagian kecil di Kecamatan Pringsewu, Kecamatan
Ambarawa dan Kecamatan Gadingrejo; dan
b. perikanan tangkap di perairan umum dengan luas kurang lebih
3.830 (tiga ribu delapan ratus tiga puluh) hektar berupa perikanan
sungai dengan komoditas ikan gabus, wader, lele, sepat, gurame,
mujair, betutu, nilam, nila dan batik akan dikembangkan di
Kecamatan Pardasuka, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan
Ambarawa, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Gadingrejo,
Kecamatan Pringsewu, dan Kecamatan Pagelaran.

(3) Kawasan pengolahan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b meliputi:
a. pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan akan
dikembangkan di Kecamatan Pagelaran; dan
b. pengembangan balai benih induk akan dikembangkan di Kecamatan
Banyumas.

(4) Pengembangan kawasan minapolitan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c dengan luas kurang lebih 700 (tujuh ratus) hektar di
Kecamatan Pagelaran dengan komoditas Ikan Lele, Ikan Mas, Ikan
Gurame, Ikan Nila, Ikan Karper, Ikan Tawes.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 36

(1) Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 33 huruf c terdiri dari wilayah usaha per-
tambangan dan wilayah pertambangan rakyat dilakukan di wilayah
pertambangan yang menyebar di seluruh kecamatan yang memiliki
potensi bahan tambang, yaitu mineral dan batubara.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. mineral logam berupa bijih besi, emas dan logam ikutan lainnya
berada di Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Sukoharjo, dan
Kecamatan Adiluwih;
b. mineral nonlogam berupa pasir kuarsa berada di Kecamatan
Sukoharjo dan Kecamatan Adiluwih;
c. batuan berupa marmer, andesit, batu gamping, granodiorit, tanah
liat berada di Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Adiluwih,
Kecamatan Banyumas, Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan
Gadingrejo; dan
d. batubara berada di Kecamatan Pagelaran dan Kecamatan
Pardasuka.

(3) Kegiatan pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) agar


dilakukan melalui:
a. praktik pertambangan yang ramah lingkungan sehingga dapat
mengurangi terjadinya dampak kerusakan lingkungan; dan
b. melakukan perbaikan lingkungan pasca tambang melalui
rehabilitasi dan reklamasi tambang.

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 37

(1) Pengembangan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 33 huruf d harus memperhatikan aspek geologi meliputi:.
a. kawasan peruntukan industri besar;
b. kawasan peruntukan industri menengah; dan
c. kawasan peruntukan industri kecil dan mikro.

(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a akan dialokasikan di wilayah kecamatan yang meliputi:
a. pengembangan kegiatan industri pengolahan hasil perikanan di
Kecamatan Pagelaran;
b. pengembangan kegiatan industri pengolahan hasil peternakan di
Kecamatan Gadingrejo; dan
c. pengembangan kegiatan industri berbasis agribisnis yang mengolah
hasil pertanian dan perkebunan akan dikembangkan di Kecamatan
Gadingrejo, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Adiluwih, Kecamatan
Pagelaran, Kecamatan Banyumas.

(3) Kawasan peruntukan industri menengah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b berupa pengembangan industri skala menengah
diarahkan di Kecamatan Adiluwih meliputi:
a. industri genteng pres;
b. industri batu bata;
c. industri gilingan padi;
d. industri meubeler;
e. industri kopi bubuk; dan
f. industri tepung tapioka.
(4) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c akan dikembangkan di seluruh kecamatan yang
ada di Kabupaten Pringsewu meliputi:
a. industri pembuatan tungku;
b. industri kayu;
c. industri tahu dan tempe;
d. industri kerupuk;
e. industri peyek;
f. industri emping;
g. industri kelanting;
h. industri keripik;
i. industri kerajinan emas/perak;
j. industri kerajinan tapis;
k. industri anyaman bambu; dan
l. industri pengolahan limbah kain/kain perca.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 38

(1) Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 33 huruf e bertujuan untuk menyelenggarakan
jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha
sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

(2) Pengembangan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksudkan pada


ayat (1) dengan luas lebih kurang 800 (delapan ratus) hektar meliputi :
a. Wisata alam meliputi:
1. Cekdam Tegalsari di Kecamatan Gadingrejo;
2. Telaga Gupit di Kecamatan Gadingrejo;
3. Bendungan Way Ngison di Kecamatan Pagelaran;
4. Bendungan Bumiratu di Kecamatan Pagelaran; dan
5. Air Terjun Way Kunyir di Kecamatan Pagelaran.
b. Wisata budaya meliputi:
1. Pura Giri Sutramandala di Desa Mataram Kecamatan
Gadingrejo;
2. Makam Kyai Haji Gholib di Kecamatan Pringsewu;
3. Goa Maria Padang Bulan di Kecamatan Pringsewu;
4. Rumah Adat di Marga Kaya Kecamatan Pringsewu; dan
5. Rumah Adat di Pardasuka Kecamatan Pardasuka.
c. Wisata buatan meliputi:
1. Bukit Silitonga di Kecamatan Sukoharjo;
2. Bukit Sari Nongko di Kecamatan Sukoharjo;
3. Villa Novi di Kecamatan Sukoharjo;
4. Balong Kuring di Kecamatan Pringsewu;
5. Kolam renang Grojogan Sewu di Kecamatan Pringsewu; dan
6. Hutan Kota Terpadu di Kecamatan Pringsewu.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 39

Pengembangan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 33 huruf f meliputi:
a. kawasan permukiman perkotaan berada di Kecamatan Pringsewu,
Kecamatan Gadingrejo, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Ambarawa,
dan Kecamatan Sukoharjo dengan luas kurang lebih 7.939 (tujuh ribu
sembilan ratus tiga puluh sembilan) hektar;
b. kawasan permukiman perdesaan berada di Kecamatan Adiluwih,
Kecamatan Banyumas, dan Kecamatan Pardasuka dengan luas kurang
lebih 2.025 (dua ribu dua puluh lima) hektar;
c. kawasan permukiman berkepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan
Sukoharjo dan Kecamatan Ambarawa;
d. kawasan permukiman berkepadatan sedang diarahkan di Kecamatan
Pagelaran dan Kecamatan Banyumas; dan
e. kawasan permukiman berkepadatan rendah diarahkan di Kecamatan
Pardasuka dan Kecamatan Adiluwih.

Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 40

(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


huruf g terdiri atas:
a. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; dan
b. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan.

(2) Kawasan peruntukan pedagangan dan jasa sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a dikembangkan di Kawasan Pringsewu, Kecamatan
Pagelaran dan Kecamatan Sukoharjo.

(3) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan yang terdiri dari:


a. komplek markas Kepolisian Resor (POLRES) Kabupaten Pringsewu
di Kecamatan Gadingrejo;
b. komplek Markas Komando Distrik Militer (Makodim) di Kecamatan
Gadingrejo;
c. komplek markas Kepolisian Sektor (POLSEK) berada di setiap
kecamatan di wilayah Kabupaten; dan
d. Komplek Markas Rayon Militer (Koramil) berada di setiap wilayah
kecamatan di wilayah Kabupaten.

Pasal 41

Pengembangan lebih lanjut kawasan budidaya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 33 diatur melalui surat keputusan oleh pejabat berwenang
sesuai kewenangannya.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 42

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Pringsewu terdiri atas


kawasan strategis kabupaten.

(2) Kawasan strategis kabupaten di Kabupaten Pringsewu meliputi:


a. kawasan strategis ekonomi; dan
b. kawasan strategis sosial budaya.

(3) Kawasan strategis ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf a meliputi:
a. kawasan perdagangan regional di kawasan perkotaan Pringsewu;
b. kawasan agropolitan di Kecamatan Gading Rejo; dan
c. kawasan minapolitan di Kecamatan Pagelaran.

(4) Kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi :
a. kawasan pusat pengembangan pendidikan di Kecamatan
Gadingrejo; dan
b. kawasan pariwisata budaya di Pekon Margakarya, Kecamatan
Pringsewu dan Kecamatan Pardasuka.

(5) Rencana kawasan strategis digambarkan pada Peta Kawasan Strategis


Kabupaten dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

(6) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten
yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah tersendiri.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 43

(1) Arahan pemanfaatan ruang berisikan kelembagaan, indikasi program


pembangunan utama jangka menengah lima tahunan kabupaten.

(2) Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. perwujudan rencana struktur ruang;
b. perwujudan rencana pola ruang; dan
c. perwujudan kawasan strategis di wilayah Kabupaten.
(3) Arahan pemanfaatan ruang wilayah berupa indikasi program terlampir
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Perwujudan Rencana Struktur Ruang

Pasal 44

(1) Perwujudan rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 43 ayat (2) huruf a meliputi:
a. perwujudan sistem pusat kegiatan; dan
b. perwujudan sistem prasarana wilayah.

(2) Perwujudan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan dan pemantapan Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp);
b. pengembangan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp);
c. pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan
d. pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

(3) Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa pembangunan kawasan
perkotaan Pringsewu meliputi:
a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan peraturan
zonasi;
b. penyusunan Rencana Induk Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman Daerah (RIP4D) Pringsewu;
c. penyusunan masterplan sistem jaringan drainase Perkotaan
Pringsewu;
d. penyusunan masterplan sistem jaringan air minum;
e. pengembangan perkantoran pemerintahan;
f. peningkatan gedung dan kawasan pusat evakuasi bencana;
g. peningkatan kapasitas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
h. pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD);
i. peningkatan Puskesmas skala kecamatan;
j. pembangunan Gedung Olah Raga (GOR), kesenian dan budaya;
k. pembangunan pasar regional Pringsewu;
l. pembangunan perpustakaan daerah;
m. pembangunan taman bacaan yang menyatu dengan Ruang Terbuka
Hijau (RTH);
n. pembangunan Islamic centre dan mesjid raya;
o. pengadaan lahan untuk Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan
Lingkungan Siap Bangun (Lisiba);
p. penataan, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan per-
mukiman;
q. pembangunan jaringan rel Kereta Api (KA);
r. pengembangan stasiun Pringsewu;
s. pembangunan jalan lingkar utara kota;
t. peningkatan pengelolaan sampah dan penyediaan Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPS) yang ramah lingkungan; dan
u. pengolahan limbah perumahan.

(4) Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Perkotaan


Gadingrejo, Perkotaan Sukoharjo, dan Perkotaan Pagelaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan peraturan
zonasi;
b. penyusunan masterplan sistem jaringan drainase;
c. penyusunan masterplan sistem jaringan air minum;
d. peningkatan pusat perdagangan;
e. pembangunan lumbung pangan;
f. perbaikan daerah irigasi;
g. pembangunan pabrik pengolahan pertanian;
h. pembangunan puskesmas Rawat Inap;
i. peningkatan Puskesmas skala kecamatan;
j. pembangunan Perguruan Tinggi (PT);
k. pembangunan Sub Terminal Agribisnis;
l. pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) unggulan;
m. pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan;
n. pembangunan jalan lingkar utara dan lingkar selatan perkotaan
Pringsewu;
o. pembangunan jaringan rel dan stasiun Kereta Api (KA);
p. pengembangan terminal Tipe B di Kecamatan Sukoharjo dan
terminal Tipe C di Kecamatan Gadingrejo;
q. penataan, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman;
r. peningkatan pengelolaan sampah dan penyediaan Tempat
Pengolahan Sampah (TPS) sementara yang ramah lingkungan;
s. pengolahan limbah perumahan; dan
t. pelestarian kawasan hutan lindung.

(5) Pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Kecamatan Banyumas


dan Kecamatan Ambarawa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c meliputi:
a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan peraturan
zonasi;
b. penyusunan masterplan sistem jaringan drainase;
c. penyusunan masterplan sistem jaringan air minum;
d. pembangunan lumbung pangan dan pengolahan hasil pertanian;
e. pembangunan pasar lokal;
f. pengembangan Puskesmas rawat inap;
g. pengembangan pusat pariwisata;
h. pembangunan jalur evakuasi dan penyediaan peralatan
penanggulangan bencana;
i. penataan, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman; dan
j. peningkatan pengelolaan sampah dan penyediaan Tempat
Pengolahan Sampah (TPS) sementara yang ramah lingkungan.

(6) Pengembangan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Kecamatan


Adiluwih, dan Kecamatan Pardasuka sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d meliputi:
a. pengembangan tanaman pangan dan hortikultura;
b. pengembangan tanaman perkebunan;
c. pengembangan industri rumah tangga;
d. pengembangan kegiatan pertambangan;
e. pengembangan perkebunan kehutanan;
f. pengembangan kawasan pariwisata dan budaya; dan
g. pelestarian kawasan hutan lindung.

(7) Perwujudan struktur ruang dapat terlaksana dengan didukung adanya


rencana rinci kabupaten terutama untuk PKWp, PKLp, PPK, PPL,
prasarana utama, prasarana penunjang dan kawasan strategis yang
disahkan dalam Peraturan Daerah.

Bagian Ketiga
Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah

Pasal 45

Perwujudan sistem prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 44 ayat (1) huruf b meliputi:
a. perwujudan sistem prasarana utama; dan
b. perwujudan sistem prasarana lainnya.

Paragraf 1
Perwujudan Sistem Prasarana Utama

Pasal 46

(1) Perwujudan sistem prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 45 huruf a meliputi:
a. perwujudan pengembangan sistem transportasi darat; dan
b. perwujudan pengembangan sistem perkeretaapian.

(2) Perwujudan pengembangan sistem transportasi darat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. sistem jaringan jalan;
b. jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan; dan
c. jaringan prasarana jalan berupa terminal penumpang dan barang.
(3) Perwujudan sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi pembangunan/peningkatan/rehabilitasi/pemeliharaan
jaringan jalan, meliputi:
a. jaringan jalan provinsi dengan pengembangan jaringan jalan
kolektor primer yang menghubungkan antara ibukota provinsi dan
ibukota kabupaten/kota (K-2) pada ruas jalan Pringsewu-Bandung
Baru dan Batas Pringsewu-Pasar Sukoharjo;
b. jaringan jalan kabupaten meliputi:
1. jaringan jalan lokal primer meliputi seluruh jaringan jalan selain
jalan provinsi di dalam Kabupaten Pringsewu meliputi ruas jalan
Pringsewu, Gadingrejo, Sukoharjo, Adiluwih, Banyumas,
Pagelaran, Ambarawa dan Pardasuka;
2. jaringan jalan strategis kabupaten meliputi ruas jalan Sukoharjo-
Sukoharum menuju terminal induk Rejosari dan Bandara Raden
Intan melalui Negerikaton Kabupaten Pesawaran;
3. pengembangan jalan dua jalur empat lajur perkotaan Pringsewu
dari Pekon Wates Kecamatan Gadingrejo ke Kelurahan Pajaresuk
Kecamatan Pringsewu;
4. pengembangan jaringan jalan lingkar utara dan lingkar selatan
perkotaan Pringsewu;
5. pembangunan akses jalan dari Pringsewu menuju Kalirejo yang
akan menghubungkan jalan lintas barat dengan lintas tengah
melalui Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah; dan
6. perbaikan dan peningkatan kualitas seluruh jaringan jalan dan
jembatan di Kabupaten Pringsewu serta pengembangan jalan
usaha tani dan jalan produksi khususnya pada kawasan
agropolitan dan minapolitan.

(4) Perwujudan sistem jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan trayek angkutan orang pada trayek utama,
cabang, dan ranting yang saling menghubungkan antar Pringsewu-
Pagelaran, Pringsewu-Gadingrejo, Trayek Pringsewu-Kalirejo, dan
Trayek Pringsewu-Pardasuka yang merupakan pusat-pusat kegiatan
masyarakat;
b. pembukaan jaringan trayek baru angkutan orang yang
menghubungkan terminal dengan stasiun kereta api yang
menghubungkan Stasiun Rejosari dengan Stasiun Pringsewu;
c. pengembangan moda transportasi jalan melalui penyelenggaraan
angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau
dengan penyediaan angkutan massal berbasis jalan terutama untuk
trayek utama dan trayek cabang; dan
d. pengembangan dan pembangunan terminal baik jaringan lintas
angkutan barang antar wilayah kabupaten/kota, wilayah
kecamatan dan wilayah perdesaan.

(5) Perwujudan sistem jaringan prasarana jalan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. pembangunan terminal penumpang tipe B antar kota dalam provinsi
di Kecamatan Sukoharjo;
b. pembangunan sub-sub terminal pada pusat-pusat pelayanan;
c. pengembangan terminal tipe C Kecamatan Gadingrejo; dan
d. pembangunan shelter atau tempat pemberhentian bus/angkutan
umum khususnya pada kawasan perkotaan.

(6) Perwujudan sistem perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b meliputi:
a. melakukan pembebasan lahan pada lahan sempadan rel kereta api;
b. melakukan penanaman pohon atau vegetasi yang dapat
diperuntukan sebagai Ruang Terbuka Hijau;
c. melarang pembangunan rumah atau bangunan lainnya di
sempadan rel kereta api;
d. pengembangan perkeretaapian umum antarkota yang melayani
angkutan orang dan barang yang menghubungkan Bandar
Lampung-Rejosari-Gedongtataan-Pringsewu dengan jalur angkutan
penumpang mulai dari Tanjung Karang-Rejosari-Gedong Tataan-
Gadingrejo-Pringsewu-Pagelaran;
e. pengembangan perkeretaapian khusus yang melayani angkutan
barang dari Stasiun Tanjung Karang ke Stasiun Pringsewu; dan
f. penataan stasiun kereta api yang ada meliputi stasiun kecil
Gadingrejo dan Pagelaran.

Paragraf 2
Perwujudan Sistem Prasarana Lainnya

Pasal 47

(1) Perwujudan sistem prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 45 huruf b meliputi:
a. perwujudan sistem jaringan prasarana energi dan kelistrikan;
b. perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
c. perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya air; dan
d. perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.

(2) Perwujudan sistem jaringan prasarana energi dan kelistrikan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan jaringan pipa gas bumi;
b. pengembangan pembangkit tenaga listrik;
c. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik; dan
d. pengembangan jaringan distribusi tenaga listrik.

(3) Perwujudan pengembangan jaringan pipa gas bumi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi pengembangan jaringan pipa
gas di wilayah Kabupaten.

(4) Perwujudan pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf b untuk peningkatan kebutuhan tenaga
listrik di wilayah Kabupaten.
(5) Perwujudan pengembangan sistem jaringan transmisi tenaga listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c untuk mendukung dan
peningkatan kebutuhan di wilayah Kabupaten meliputi:
a. pengembangan transmisi listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dengan tegangan 275 kv merupakan jaringan yang
menghubungkan Provinsi-Provinsi di Pulau Sumatera, terutama
untuk pesisir barat dari Provinsi Lampung sampai Provinsi
Sumatera Utara melalui Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten
Lampung Selatan, Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran,
Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, dan menyambung ke
Provinsi Sumatera Selatan;
b. pengembangan Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
150 kv, yang menghubungkan PLTA Batu Tegi di Kabupaten
Tanggamus dengan Gardu Induk (GI) Pagelaran di Kabupaten
Pringsewu;
c. pengembangan Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
150 kv, yang menghubungkan GI Pagelaran di Kabupaten Pringsewu
dengan GI Kota Agung di Kabupaten Tanggamus; dan
d. pengembangan Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
150 kv, yang menghubungkan GI Pagelaran di Kabupaten Pringsewu
dengan GI Tegineneng di Kabupaten Pesawaran.

(6) Pemenuhan kebutuhan listrik secara mandiri diarahkan pada kegiatan-


kegiatan industri menengah-besar, melalui:
a. optimalisasi pasokan energi listrik yang telah tersedia;
b. peningkatan pasokan daya listrik yang bersumber dari energi
terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik perdesaan,
diantaranya PLTA, mikrohidro, tenaga angin, dan tenaga surya di
perdesaan;
c. pemanfaatan batubara sebagai sumber energi dengan pengelolaan
yang ramah lingkungan;
d. pembangunan jaringan transmisi dan distribusi listrik sampai
tingkat desa, terutama pada desa yang belum berlistrik; dan
e. pengembangan sumber energi alternatif seperti tenaga surya dan
tenaga angin sesuai dengan potensi setempat.

Pasal 48

Perwujudan pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan
telepon saluran tetap dan pusat automatisasi sambungan telepon di
Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan Gadingrejo;
b. pengembangan sambungan telepon kabel yang diarahkan menjangkau
seluruh pusat pelayanan dan wilayah pelayanannya di Kabupaten
Pringsewu;
c. peningkatan kapasitas sambungan telepon kabel pada kawasan
perdagangan dan jasa, industri, fasilitas umum dan sosial, terminal,
permukiman dan kawasan yang baru dikembangkan;
d. penyediaan sarana warung telepon (wartel) dan telepon umum pada
lokasi strategis, mudah diakses publik dan kawasan pusat kegiatan
masyarakat, dan pengembangan sistem jaringan kabel telekomunikasi
bawah tanah dengan sistem ducting dan terpadu dengan sistem
jaringan bawah tanah lainnya;
e. fasilitasi pengembangan usaha pelayanan telekomunikasi operator
swasta/BUMN;
f. penataan dan efisiensi penempataan Base Transceiver Station (BTS);
g. optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi untuk operasionalisasi
kegiatan pemerintahan dan usaha penduduk; dan
h. pengembangan telepon nirkabel berupa menara telekomunikasi yang
tersebar di wilayah Kabupaten Pringsewu.

Pasal 49

(1) Perwujudan pengembangan sistem jaringan sumber daya air


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf c meliputi:
a. perwujudan pengembangan sistem pengelolaan wilayah sungai;
b. perwujudan pengembangan cekungan air tanah;
c. perwujudan pengembangan jaringan irigasi;
d. perwujudan pengembangan jaringan air baku untuk air bersih; dan
e. perwujudan pengembangan sistem pengendalian daya rusak air.

(2) Perwujudan sistem pengelolaan wilayah sungai sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. rehabilitasi dan revitalisasi wilayah hulu Sungai Way Seputih
Sekampung dan Way Ilahan Talang Padang yang bekerjasama
dengan Pemerintah Kabupaten yang berbatasan;
b. menetapkan wilayah sempadan sungai sebagai kawasan lindung;
c. membuat embung baru dengan mengembangkan sistem polder yang
menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Pringsewu;
d. revitalisasi sungai dan embung sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai tempat tujuan wisata; dan
e. pengembangan pemanfaatan aliran sungai sebagai pembangkit
tenaga listrik.

(3) Perwujudan sistem pengelolaan cekungan air tanah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penentuan batas cekungan air tanah;
b. peningkatan kemanfaatan fungsi air tanah guna memenuhi
penyediaan air tanah;
c. pelaksanaan pengendalian daya rusak serta konservasi air tanah;
d. pengembangan air tanah berkelanjutan untuk irigasi;
e. pengelolaan cekungan air tanah Metro-Kota Bumi; dan
f. pengelolaan cekungan air tanah Talang Padang.

(4) Perwujudan pengembangan sistem jaringan irigasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. penambahan prasarana dan peningkatan fungsi jaringan irigasi
meliputi saluran irigasi primer, saluran irigasi sekunder, dan
saluran irigasi tersier;
b. pengelolaan dan perlindungan daerah irigasi;
c. perbaikan jaringan irigasi teknis;
d. mengoptimalkan pemanfaatan jaringan irigasi untuk mengairi lahan
pertanian;
e. konservasi sumber daya lahan dan air serta pemeliharaan jaringan
irigasi untuk menjamin tersedianya air untuk keperluan pertanian;
f. pengembangan jaringan irigasi secara terpadu dengan program
penyediaan air;
g. pengembangan sistem irigasi interkoneksi dalam satu sistem irigasi
terpadu di Kabupaten Pringsewu; dan
h. pengembangan kerjasama lintas daerah dalam pengelolaan wilayah
DAS.

(5) Perwujudan pengembangan sistem jaringan air baku untuk air bersih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan;
b. pengelolaan dan pembatasan penggunaan air tanah;
c. identifikasi dan pengembangan sumber air baku baru;
d. kerjasama antar Pemerintah Kabupaten Tanggamus, Kabupaten
Lampung Tengah, Kota Metro, Kabupaten Pesawaran, dan
Kabupaten Lampung Selatan;
e. peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan dengan target
pencapaian 80 (delapan puluh) persen sesuai dengan Millenium
Development Goals (MDGs) bidang air bersih;
f. pembatasan dan pengendalian penggunaan air tanah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
g. pengembangan pemanfaatan air permukaan lainnya sebagai sumber
air baku;
h. pengembangan pelayanan air bersih sistem perpipaan yang
memanfaatkan sumber air permukaan dan pengadaan hidran
umum pada kawasan rawan air; dan
i. pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) terpadu skala
kawasan dan kota serta IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
pada tiap-tiap lingkungan untuk menjaga kualitas air permukaan
dan air tanah.

(6) Perwujudan pengembangan sistem pengendalian daya rusak air


meliputi banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:
a. normalisasi dan rehabilitasi area kawasan resapan air melalui
penanaman pengkayaan atau reboisasi;
b. kerjasama antar Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga terkait
rehabilitasi dan revitalisasi hulu sungai;
c. prioritas pembuatan embung pada kawasan rawan banjir seperti di
Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Sukoharjo
dan Kecamatan Gadingrejo;
d. menetapkan Garis Sempadan Sungai (GSS) sebagai kawasan
lindung serta melakukan reboisasi dan revitalisasi Garis Sempadan
Sungai (GSS);
e. revitalisasi kawasan lindung dan membuka RTH publik sebesar 30
(tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai; dan
f. membuat tanggul pada sungai-sungai besar Way Sekampung
khususnya yang melalui kawasan rawan banjir.

Pasal 50

(1) Perwujudan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d meliputi:
a. perwujudan pengembangan sistem penyediaan air minum;
b. perwujudan pengembangan sistem jaringan persampahan;
c. perwujudan pengembangan sistem pengelolaan air limbah;
d. perwujudan pengembangan sistem drainase; dan
e. perwujudan pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana.

(2) Perwujudan pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. penyediaan prasarana dan sarana air minum terutama pada
kawasan rawan air minum di perkotaan dan perdesaan; dan
b. peningkatan area pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Pasal 51

Perwujudan pengembangan sistem jaringan persampahan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf b meliputi:
a. penyusunan rencana induk pengolahan persampahan;
b. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bumiarum di
Kecamatan Pringsewu;
c. pengembangan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di
seluruh Kecamatan di Kabupaten Pringsewu;
d. penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan
konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle
(mendaur ulang) dan replace (mengganti);
e. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan sistem pengelolaan persampahan;
f. peningkatan fungsi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dari sistem open
dumping ke sanitary landill;
g. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pelayanan;
h. pengembangan tempat penampungan sampah sementara atau
penyediaan kontainer pada setiap wilayah kecamatan sebagai tempat
penampungan sampah pasar dan rumah tangga sebelum diangkut ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah;
i. penyediaan sarana pengangkutan sampah yang memadai dan
mendistribusikannya secara proporsional di setiap wilayah; dan
j. pegembangan sistem pengelolaan sampah terpadu Satuan Operasional
Kebersihan Lingkungan (SOKLI) termasuk didalamnya membangun
Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu (IPST) yang tipologinya
disesuaikan dengan karakter kawasan, pada daerah-daerah
permukiman, khususnya kawasan permukiman perkotaan di pusat-
pusat pelayanan.
Pasal 52

Perwujudan pengembangan sistem pengelolaan air limbah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf c meliputi:
a. pengadaan prasarana sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk
pengangkut tinja dan modul IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
komunal yang diprioritaskan berada di setiap unit-unit lingkungan
kota;
b. perbaikan sistem sanitasi masyarakat dengan mengupayakan dengan
on site system (septic tank) dan Mandi Cuci Kakus (MCK) umum pada
lingkungan permukiman kumuh Kabupaten Pringsewu;
c. fasilitasi pembangunan instalasi pengolahan limbah untuk kawasan
industri rumah tangga;
d. pengendalian limbah hasil kegiatan industri menengah-besar dan jasa
melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
e. setiap kegiatan yang menimbulkan limbah B3 pada setiap kegiatan
industri dan jasa wajib memiliki instalasi pengolahan limbah; dan
f. penerapan sanksi dan pola insentif-disinsentif terkait pengendalian
limbah, khususnya kegiatan industri.

Pasal 53

Perwujudan pengembangan sistem drainase sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 50 ayat (1) huruf d meliputi:
a. mempertahankan sistem dan saluran drainase yang ada dan
merevitalisasi saluran drainase eksisting sesuai dengan jenis dan
klasifikasi saluran;
b. pengembangan sistem drainase terpadu khususnya bagi kawasan
perkotaan PKWp, PKL, dan PPK serta kawasan peruntukan industri di
Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Gadingrejo dan Kecamatan
Pagelaran;
c. pengembangan penahan sekaligus pengatur aliran hasil limpasan air
hujan yang tidak sempat diserap tanah sehingga aliran tidak terpusat
pada salah satu saluran drainase yang dapat menyebabkan terjadi
limpasan pada daerah sekitarnya; dan
d. pembangunan pengendali banjir pada kawasan di sepanjang aliran Way
Sekampung.

Pasal 54

Perwujudan pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1) huruf e meliputi:
a. perwujudan penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana; dan
b. penyusunan mitigasi bencana.
Bagian Keempat
Perwujudan Pola Ruang

Paragraf 1
Umum

Pasal 55

Perwujudan rencana pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43


ayat (2) huruf b meliputi:
a. perwujudan kawasan lindung; dan
b. perwujudan kawasan budidaya.

Paragraf 2
Perwujudan Kawasan Lindung

Pasal 56

Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55


huruf a meliputi:
a. perwujudan kawasan hutan lindung;
b. perwujudan kawasan perlindungan setempat; dan
c. perwujudan pengelolaan kawasan rawan bencana.

Pasal 57

Perwujudan pengelolaan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 56 huruf a meliputi:
a. reboisasi pada lahan-lahan kritis melalui kerjasama dengan berbagai
lembaga peduli hutan, lintas instansi pemerintah dan masyarakat
setempat;
b. rehabilitasi kawasan hutan lindung, penguatan program dan
pemberdayaan masyarakat;
c. pengawasan dan pengamanan kawasan hutan lindung; dan
d. penegakan hukum bagi kegiatan pembalakan liar dengan penanganan
persuasif, preventif, dan represif secara berkelanjutan.

Pasal 58

(1) Perwujudan pengelolaan kawasan perlindungan setempat sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 56 huruf b meliputi:
a. kawasan sempadan sungai;
b. kawasan sempadan mata air; dan
c. kawasan sempadan saluran irigasi.

(2) Perwujudan pengelolaan kawasan sempadan sungai sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. penertiban bangunan permukiman, publik dan komersial yang
berada pada garis sempadan sungai secara bertahap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan memperhatikan kearifan lokal;
b. normalisasi dan rehabilitasi kawasan sempadan sungai;
c. pengembangan konsep bangunan menghadap sungai;
d. pembangunan jalan inspeksi pada kawasan sungai yang melalui
kawasan perkotaan dan atau permukiman;
e. konservasi lahan pada jalur kanan kiri sungai yang potensial erosi
dan longsor; dan
f. pemanfaatan garis sempadan sungai diarahkan untuk kegiatan budi
daya tanaman keras bernilai ekologis dan ekonomis, tanaman
sayuran, dan lainnya.

(3) Perwujudan pengelolaan kawasan sempadan mata air sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penertiban bangunan permukiman, publik dan komersial yang
berada pada sempadan mata air secara bertahap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan memperhatikan kearifan lokal;
b. normalisasi dan rehabilitasi kawasan sempadan mata air; dan
c. pengembangan ruang terbuka hijau dan kegiatan pariwisata.

(4) Perwujudan pengelolaan kawasan sempadan irigasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. peningkatan keandalan air irigasi;
b. pengembangan prasarana irigasi yang baik;
c. pengembangan sumber daya manusia pengelola irigasi; dan
d. pengelolaan daerah sempadan irigasi untuk menunjang
keberlangsungan kegiatan petani.

Pasal 59

(1) Perwujudan pengelolaan kawasan rawan bencana sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 56 huruf c meliputi:
a. mitigasi bencana banjir;
b. mitigasi bencana longsor;
c. mitigasi bencana puting beliung; dan
d. mitigasi bencana gempa bumi.

(2) Perwujudan pengelolaan mitigasi bencana banjir sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pemetaan kawasan rawan banjir;
b. rehabilitasi dan reboisasi kawasan hulu dan Daerah Sempadan
Sungai (DSS);
c. pembangunan waduk pengendali daya rusak air;
d. sosialisasi teknis mitigasi banjir kepada masyarakat terdampak; dan
e. penetapan sebagian dari kawasan banjir sebagai kawasan lindung
karena merupakan bagian dari ekosistem rawa/tanah basah
(wet land).

(3) Perwujudan pengelolaan mitigasi bencana tanah longsor sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penguatan lereng rawan longsor di sepanjang sisi jalan raya;
b. rehabilitasi dan reboisasi daerah-daerah penyangga dan resapan air
terutama di wilayah dengan kemiringan > 40% (lebih dari empat
puluh persen);
c. pengendalian penebangan dan pemanfaatan lahan di daerah
penyangga dan resapan air;
d. pengendalian penambangan pada daerah-daerah penyangga dan
resapan air;
e. pengendalian pemukiman di daerah penyangga, resapan air dan
daerah rawan longsor;
f. inventarisasi dan pengawasan ketat daerah-daerah rawan longsor;
g. pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan longsor di
setiap wilayah kecamatan;
h. penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bencana
tanah longsor;
i. peraturan daerah yang mengatur sanksi hukum bagi pelanggaran
tata ruang di daerah rawan longsor;
j. penguatan dan peningkatan kerjasama dan partisipasi organisasi
nonpemerintah; dan
k. sosialisasi daerah rawan longsor kemiringan > 40% (lebih dari
empat puluh persen).

(4) Perwujudan pengelolaan mitigasi bencana puting beliung sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. standarisasi kualitas bangunan tahan angin puting beliung,
terutama bangunan/obyek vital dan perumahan penduduk di
seluruh wilayah kabupaten;
b. sosialisasi tanggap darurat dan mekanisme evakuasi korban angin
puting beliung di seluruh wilayah kabupaten; dan
c. penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana
angin puting beliung di Kabupaten Pringsewu.

(5) Perwujudan pengelolaan mitigasi bencana gempa bumi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. pemasangan alarm dan komunikasi tanda bahaya (alarm warning
systems) di setiap wilayah padat penduduk;
b. penguatan kapasitas masyarakat Kabupaten Pringsewu dalam
menghadapi bahaya gempa bumi;
c. standarisasi kualitas bangunan tahan gempa bumi, terutama
bangunan/obyek vital dan perumahan penduduk di Kabupaten
Pringsewu;
d. sosialisasi tanggap darurat dan mekanisme evakuasi korban gempa
bumi di Kabupaten Pringsewu;
e. penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana
gempa bumi di Kabupaten Pringsewu;
f. pembangunan dan penguatan sistem komunikasi ke daerah-daerah
terpencil di Kabupaten Pringsewu;
g. penguatan akses informasi dan komunikasi ke dan dari instansi-
instansi yang menangani kegempaan dan kebencanaan; dan
h. penguatan dan peningkatan kerjasama dan partisipasi organisasi
nonpemerintah dalam penanganan bencana gempa bumi.
(6) Penyediaan prasarana dan sarana penanggulangan bencana sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3
Perwujudan Kawasan Budidaya

Pasal 60

Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55


huruf b meliputi:
a. pengembangan kawasan peruntukan pertanian;
b. pengembangan kawasan peruntukan perikanan;
c. pengembangan kawasan peruntukan pertambangan;
d. pengembangan kawasan peruntukan industri;
e. pengembangan kawasan peruntukan pariwisata;
f. pengembangan kawasan peruntukan permukiman; dan
g. pengembangan kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 61

(1) Perwujudan pengembangan kawasan peruntukan pertanian


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf a meliputi:
a. perwujudan kawasan pertanian tanaman pangan;
b. perwujudan kawasan hortikultura;
c. perwujudan kawasan perkebunan; dan
d. perwujudan kawasan peternakan.

(2) Perwujudan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. peningkatan pelayanan irigasi teknis/desa dengan jaminan pasokan
air yang mencukupi;
b. peningkatan produksi pertanian tanaman pangan lahan basah
melalui intensifikasi lahan sehingga produktivitas minimal mencapai
8 ton/ha/tahun;
c. pengembangan padi organik bersertifikat sehingga sebagian hasil
panen dapat dijual dengan nilai ekonomi tinggi;
d. pemberian insentif guna meningkatkan produktivitas lahan dan
kinerja petani; dan
e. penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan
dan air (irigasi), pengadaan sarana produksi, panen dan pengolahan
pasca panen termasuk pemasaran.

(3) Perwujudan pengembangan kawasan pertanian hortikultura


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. penetapan kawasan dan sentra pertanian lahan kering untuk
Kabupaten Pringsewu;
b. penetapan komoditas unggulan sesuai karakteristik subkawasan;
c. peningkatan produksi komoditas melalui intensifikasi lahan,
ekstensifikasi dan optimasi lahan;
d. pembangunan prasarana dan sarana pertanian, seperti jalan
produksi, peralatan budidaya dan teknologi pengolahan pasca
panen; dan
e. penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan,
penggunaan pupuk organik, pengangkutan, pengolahan,
pemasaran, dan permodalan.

(4) Perwujudan pengembangan kawasan perkebunan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. penetapan deliniasi kawasan perkebunan yang potensial dan tidak
berada pada kawasan lindung;
b. peningkatan produksi komoditas unggulan melalui intensifikasi
lahan, pemberian bantuan sarana produksi perkebunan,
peningkatan keterampilan budi daya dan pengolahan pasca panen;
c. pembangunan infrastruktur kawasan agropolitan yang terdiri dari
sub sistem :
1) subsistem hulu berupa sarana produksi pertanian;
2) subsistem usaha tani berupa sarana produksi pertanian primer;
3) subsistem hilir berupa pengolahan hasil pertanian dan
perdagangan; dan
4) subsistem kelembagaan berupa sarana perbankan, transportasi,
penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah,
penyuluhan dan konsultan.

(5) Perwujudan pengembangan kawasan peternakan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. pengembangan sentra peternakan ternak sapi di Kecamatan
Pringsewu dan Kecamatan Gadingrejo;
b. pengembangan ternak kambing di Kecamatan Sukoharjo dan
Kecamatan Banyumas;
c. pengembangan ternak domba di Kecamatan Pringsewu dan
Kecamatan Ambarawa;
d. pengembangan peternakan unggas di Kecamatan Gadingrejo dan
Kecamatan Pagelaran;
e. pengembangan sentra bibit unggul akan dikembangkan di
Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Gadingrejo; dan
f. pengembangan pengolahan pakan ternak akan dikembangkan di
Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Pagelaran.
g. pengembangan kawasan integrasi seperti :
1) kawasan integrasi peternakan-tanaman pangan dan hortikultura
(organic farm);
2) kawasan integrasi perternakan-perkebunan; dan
3) kawasan integrasi perternakan-perikanan.
h. pengembangan pakan ternak lokal dengan mengandalkan hasil
pertanian dan perikanan lokal; dan
i. pengendalian dan peningkatan pelayanan perizinan usaha.
Pasal 62

Perwujudan pengembangan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 60 huruf b meliputi:
a. penyusunan masterplan minapolitan;
b. pengalokasian dana pembangunan perikanan;
c. pemberian bantuan modal dan sarana serta prasarana budidaya
perikanan;
d. peningkatan efisiensi pemasaran, peningkatan mutu, dan nilai tambah
produk;
e. penguatan kelembagaan;
f. penyusunan data base perikanan;
g. peningkatan akses pembudidaya ikan dan nelayan terhadap lembaga
keuangan;
h. pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan; dan
i. pengembangan balai benih induk.

Pasal 63

Perwujudan pengembangan kawasan peruntukan pertambangan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf c meliputi:
a. perwujudan pengelolaan dan pengembangan serta pembinaan dan
pengawasan bidang pertambangan dan energi, diarahkan pada program
antara lain:
1. inventarisasi sumberdaya mineral, pembinaan, dan pengawasan
bidang pertambangan dan galian mineral logam, mineral non logam
dan batuan serta air bawah tanah, yang berpotensi untuk
dieksploitasi dalam skala ekonomi;
2. melakukan kajian daya dukung lingkungan untuk ekploitasi bahan
tambang dan galian;
3. penetapan satuan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi
Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR) dan Wilayah Pertambangan Negara (WPN) dengan
pertimbangan perlindungan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat lokal;
4. penyusunan profil potensi, prosedur dan mekanisme perizinan serta
rencana bisnis (bussines plan) untuk masing-masing WUP, WPR dan
WPN;
5. melakukan kajian sumberdaya energi alternatif untuk pekon;
6. penerapan sistem ramah lingkungan untuk mengurangi dampak
kerusakan lingkungan;
7. perbaikan lingkungan pasca tambang melalui rehabilitasi dan
reklamasi tambang; dan
8. promosi untuk menarik investasi pengembangan bidang
pertambangan dan energi.
b. perwujudan pengembangan pembangkit listrik energi alternatif,
diarahkan pada program antara lain:
1. melakukan kajian pengembangan energi alternatif bekerjasama
dengan berbagai lembaga seperti Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);
2. pelaksanaan perencanaan pemanfaatan energi alternatif; dan
3. mencari sumber pembiayaan dan investor untuk pelaksanaan
pengembangan pembangkit listrik dan energi alternatif.
c. perbaikan lingkungan pasca tambang melalui rehabilitasi dan reklamasi
tambang.

Pasal 64

Perwujudan pengembangan kawasan peruntukan industri sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 60 huruf d meliputi:
a. pengembangan kegiatan industri pengolahan hasil perikanan di
Kecamatan Pagelaran;
b. pengembangan kegiatan industri pengolahan hasil peternakan di
Kecamatan Gadingrejo;
c. pengembangan kegiatan industri berbasis agribisnis yang mengolah
hasil pertanian dan perkebunan, di Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan
Adiluwih, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Banyumas dan Kecamatan
Gadingrejo;
d. pengembangan industri skala menengah diarahkan di Kecamatan
Adiluwih
e. penyediaan prasarana dan sarana pengolahan industri;
f. pengembangan kegiatan industri rumah tangga di seluruh wilayah,
sepanjang memenuhi syarat lingkungan, dan ketentuan yang berlaku
serta tidak mengganggu dan berada di luar kawasan lindung; dan
g. pengembangan sistem pengelolaan limbah industri dan persampahan
serta diharuskan untuk mengolah limbah baik cair, padat maupun gas
agar sesuai dengan baku mutunya.

Pasal 65

Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 60 huruf e meliputi:
a. pengembangan kawasan wisata alam, wisata budaya, wisata buatan
dan wisata minapolitan, diarahkan pada program antara lain:
1. melengkapi kawasan wisata dengan fasilitas penunjang wisata;
2. melakukan promosi kawasan wisata melalui berbagai media;
3. melaksanakan berbagai event promosi; dan
4. melakukan kerjasama dengan berbagai biro perjalanan dalam upaya
pemasaran yang progresif.
b. pengembangan potensi sumber daya alam sebagai objek-objek wisata
dalam satu kesatuan sistem pengelolaan yang terpadu, diarahkan pada
program antara lain:
1. inventarisasi sumber daya alam yang berpotensi sebagai objek
wisata;
2. membentuk pusat informasi pariwisata terpadu dan sistem
informasi manajemen promosi pariwisata daerah; dan
3. meningkatan promosi dan investasi kepariwisataan.
c. Penyusunan rencana induk pengembangan pariwisata Kabupaten
Pringsewu.
Pasal 66

(1) Perwujudan pengembangan kawasan peruntukan permukiman


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 huruf f meliputi:
a. perwujudan pengembangan permukiman perkotaan; dan
b. perwujudan pengembangan permukiman pedesaan.

(2) Perwujudan pengembangan permukiman perkotaan terdiri atas:


a. pemetakan zona permukiman eksisiting dan kawasan siap bangun
dengan memperhatikan:
1. daya tampung kota, terkait dengan kawasan yang relatif aman
dari ancaman bencana alam, lahan dengan kemiringan dibawah
15% (lima belas persen), dan pertumbuhan penduduk;
2. rencana pembangunan sentra industri kecil;
3. rencana pengembangan fasilitas utama kota; dan
4. rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.
b. identifikasi kelengkapan dan cakupan layan fasilitas dan utilitas
utama pada masing-masing blok dan perkiraan kebutuhan sampai
Tahun 2031, seperti :
1. jalan lingkungan;
2. sistem jaringan prasarana air minum;
3. sistem jaringan prasarana listrik;
4. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
5. sistem pengelolaan sampah; dan
6. sistem drainase dan pengelolaan limbah.
c. pencegahan banjir melalui pengelolaan daerah tangkapan air
berupa biophori maupun danau buatan di kawasan permukiman;
d. identifikasi lokasi kelompok permukiman yang berada pada
kawasan rawan bencana alam dan merekomendasikan
mitigasinya/relokasi;
e. revitalisasi kawasan tradisional/etnis/bersejarah yaitu kawasan
yang mempunyai bangunan bersejarah yang bernilai atau bermakna
penting;
f. peningkatan penyehatan lingkungan permukiman;
g. identifikasi seluruh bangunan yang berada pada kawasan aman
bencana alam, namun tidak memenuhi syarat teknis tahan gempa
dan merekomendasikan solusi teknisnya;
h. penyusunan rencana teknis tata ruang kota dengan pendekatan
mitigasi bencana dan pencadangan kawasan permukiman baru
(kasiba dan lisiba) dengan rencana pembangunan prasarana
permukiman yang lebih terarah, efektif, efisien, produktif, aman dan
berkelanjutan;
i. pengadaan perumahan melalui subsidi KPR-Rumah Layak Huni;
dan
j. penataan, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman.
(3) Perwujudan pengembangan permukiman perdesaan terdiri atas:
a. identifikasi kebutuhan perumahan dan penyediaan perumahan
perdesaan melalui bantuan pemerintah dan pembangunan
perumahan swadaya;
b. relokasi kelompok permukiman perdesaan dalam kawasan lindung;
c. klasifikasi kelompok permukiman yang berada pada kawasan budi
daya yang mempunyai akses tinggi, sedang, dan rendah;
d. identifikasi kelengkapan prasarana dan sarana permukiman pada
masing-masing kelompok permukiman dan merekomendasikan
rencana pembangunannya; dan
e. penyediaan prasarana dan sarana permukiman skala perdesaan
dengan memperhatikan prinsip pemerataan, pengentasan
kemiskinan, peningkatan kualitas hidup, efesiensi, dan efektifitas.

Pasal 67

Pengembangan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 60 huruf g antara lain:
a. perlindungan kawasan komplek markas Kepolisian Resor (POLRES)
Kabupaten Pringsewu di Kecamatan Gadingrejo;
b. perlindungan komplek markas komando Distrik Militer (Makodim) di
Kecamatan Gadingrejo;
c. perlindungan komplek markas Kepolisian Sektor (POLSEK) yang berada
di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten; dan
d. perlindungan komplek rayon militer (KORAMIL) yang berada di setiap
kecamatan di wilayah Kabupaten.

Bagian Kelima
Perwujudan Kawasan Strategis

Pasal 68

(1) Perwujudan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43


ayat (2) huruf c meliputi:
a. perwujudan kawasan strategis ekonomi; dan
b. perwujudan kawasan strategis sosial budaya.

(2) Perwujudan kawasan strategis ekonomi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan dan pemantapan kawasan perdagangan regional di
Perkotaan Pringsewu;
b. kawasan agropolitan di Gadingrejo meliputi:
1. pengembangan dan pemantapan kawasan agropolitan di
Gadingrejo; dan
2. penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis agropolitan
Gadingrejo.
c. kawasan minapolitan di Pagelaran meliputi:
1. pengembangan dan pemantapan kawasan minapolitan di
Pagelaran;
2. penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis minapolitan
Pagelaran.

(3) Perwujudan kawasan sosial budaya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengembangan dan pemantapan kawasan pusat pengembangan
pendidikan di Kecamatan Gadingrejo; dan
b. pengembangan dan pemantapan kawasan pariwisata budaya di
Desa Pekon Margakarya, Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan
Pardasuka.

BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 69

(1) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten menjadi


acuan pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten.

(2) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan intensif dan disinsentif; dan
d. ketentuan sanksi.

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 70

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 69 ayat (2) huruf a, menjadi pedoman bagi penyusunan
peraturan zonasi oleh pemerintah kabupaten.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya; dan
c. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
prasarana.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan budidaya selain


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 diperbolehkan dengan
ketentuan tidak mengganggu dominasi fungsi kawasan yang
bersangkutan dan tidak melanggar Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 71

(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2)


huruf b diterbitkan oleh Pemerintah Daerah sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku meliputi:
a. perizinan kegiatan meliputi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP),
Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Usaha Industri (IUI), Izin Tanda
Usaha (ITU), Tanda Daftar Gudang (TDG) dan Tanda Daftar Industri
(TDI);
b. perizinan pemanfaatan ruang dan bangunan meliputi Izin Lokasi/
Penetapan, Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) dan Izin
Penggunaan Bangunan (IPB);
c. perizinan konstruksi meliputi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
d. perizinan lingkungan meliputi Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan,
Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan
Lingkungan, dan Izin Gangguan (HO); dan
e. perizinan khusus meliputi izin pemakaian air tanah atau izin
pengusahaan air tanah dan izin usaha angkutan.

(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya dengan berpedoman kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten


diberikan oleh Bupati atas rekomendasi Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah (BKPRD).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan perizinan wilayah


kabupaten diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 72

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 69 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah
dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana


struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,


dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.

(4) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan


ruang wilayah Kabupaten dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada
masyarakat.

(5) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi


berwenang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 73

(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 72 ayat (2), dapat diberikan dalam bentuk :
a. pemberian kompensasi;
b. pengurangan retribusi;
c. imbalan;
d. sewa ruang dan urun saham;
e. penyediaan prasarana dan sarana;
f. penghargaan; dan
g. kemudahan perizinan.

(2) Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 72 ayat (3), dapat diberikan dalam bentuk :
a. pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;
b. pemberian persyaratan khusus dalam proses perizinan;
c. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur; dan
d. pembatasan administrasi pertanahan

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan insentif dan
disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Ketentuan Sanksi

Pasal 74

(1) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang
tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi
dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang
menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.

(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap:


a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur
ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur
yang tidak benar.

(3) Setiap orang dan/atau korporasi yang melanggar ketentuan


pengaturan tata ruang sebagimana diatur dalam Peraturan Daerah ini
dapat dikenakan sanksi berupa:
a. sanksi administratif; dan/atau
b. sanksi pidana.

(4) Arahan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf a merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang,
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang;

(5) Arahan pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan:


a. hasil pengawasan penataan ruang;
b. tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;
c. kesepakatan antar instansi yang berwenang; dan
d. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

(6) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a


diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.

(7) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


huruf b dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan
sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian
sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera
dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban dengan bantuan aparat
penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang
secara paksa; dan
e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan
ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(8) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) huruf c dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan
umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan
penghentian sementara pelayanan umum);
b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian
sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat
rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputus;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera
dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang
akan diputus;
d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia
jasa pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada
pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;
e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat
pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar
memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan
ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.

(9) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan,
pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan
sanksi penutupan lokasi kepada pelanggar;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan
penutupan lokasi secara paksa; dan
e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk
memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai
dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(10) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang;
c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang
memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin;
e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan
izin menerbitkan keputusan pencabutan izin;
f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin
yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut
izinnya; dan
g. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(11) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf f
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf g dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
b. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran
bangunan dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran
bangunan;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan
e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat
penertiban melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.

(12) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf h
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-
bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang;
c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi
ruang;
d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam
jangka waktu tertentu;
e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan
melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi
ruang;
f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum
melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung
jawab melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan
paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
g. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai
kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan
penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah
atas beban pelanggar di kemudian hari.

(13) Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-


sama dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
(14) Arahan pengenaan sanksi pidana dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 75

Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (4) huruf i


dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan pengenaan
sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Pasal 76

Ketentuan pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 74 ayat (3) huruf a dapat diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

Pasal 77

Setiap orang dan/atau korporasi yang melakukan kegiatan atau perbuatan


yang tidak sesuai atau bertentangan atau melanggar ketentuan yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini, dikenakan sanksi pidana sesuai
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 78

Dalam pemanfaatan ruang setiap orang berhak untuk :


a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul;
d. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat
berwenang;
e. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 79

Dalam Pemanfaatan Ruang setiap orang wajib :


a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 80

(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang di daerah dilakukan antara


lain meliputi :
a. bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang;
b. bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang; dan
c. bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

(2) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa:
a. memberikan masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 81

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) huruf b dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerjasama dengan pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektifitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 82

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1) huruf c dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang beruenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.

Pasal 83

Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran masyarakat dalam
penataan ruang di daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 84

(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara


langsung dan/atau tertulis.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-
Kementerian terkait dengan penataan ruang, Gubernur, dan Bupati.

Pasal 85

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah


membangun sistem informasi dan komunikasi penyelenggaraan penataan
ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 86

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 87

(1) Koordinasi penataan ruang daerah dilakukan oleh BKPRD Kabupaten.


(2) Tugas, fungsi, dan susunan organisasi BKPRD Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 88

(1) RTRW Kabupaten Pringsewu berlaku untuk jangka waktu 20 (dua


puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan


bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
Kota yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, RTRW
Kabupaten Pringsewu dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan


apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang kota dan/atau dinamika internal
kabupaten.

(4) Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaan rencana tata ruang wilayah, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 89

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan


pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah
ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan
belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:


a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan
ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan
dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini dengan masa transisi 3 (tiga) tahun; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak;
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai
dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin
ditentukan sebagai berikut:
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat
untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 90

(1) Selain pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pegawai


Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggungjawabnya di bidang penataan ruang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk membantu pejabat Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan
ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan
tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang sehubungan
dengan peristiwa tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan penyitaan dan
penyegelan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dalam bidang
penataan ruang; dan
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat Penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil melakukan koordinasi dengan pejabat Penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(5) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui
pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(6) Pengangkatan pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan tata cara serta
proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Pringsewu.

Ditetapkan di Pringsewu
pada tanggal 14 Februari 2012
PRINGSEWU,

SUJADI

Diundangkan di Pringsewu
pada tanggal 14 Februari 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU,

IDRUS EFENDI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012 NOMOR 02


75

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU


NOMOR 02 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PRINGSEWU


TAHUN 2011-2031

I. UMUM

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang, RTRW Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031 juga
merupakan penjabaran RTRW Provinsi Lampung Tahun 2009-2029 ke
dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota adalah rencana pengembangan


kota yang disiapkan secara teknis dan non-teknis oleh Pemerintah Daerah
yang merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi
wilayah kota termasuk ruang di atasnya yang menjadi pedoman
pengarahan dan pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan kota.

Bahwa RTRW Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031 merupakan


perwujudan aspirasi masyarakat yang tertuang dalam rangkaian
kebijaksanaan pembangunan fisik Kabupaten Pringsewu yang memuat:
a. pedoman, landasan, dan garis besar kebijaksanaan bagi pembangunan
fisik Kabupaten Pringsewu dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun,
dengan tujuan agar dapat mewujudkan kelengkapan kesejahteraan
masyarakat dalam hal memiliki kota yang dapat memenuhi segala
kebutuhan fasilitas.
b. uraian keterangan dan petunjuk-petunjuk serta prinsip pokok
pembangunan fisik kota yang berkembang secara dinamis dan
didukung oleh pengembangan potensi alami, serta sosial ekonomi, sosial
budaya, politik, pertahanan keamanan dan teknologi yang menjadi
ketentuan pokok bagi seluruh jenis pembangunan fisik, baik yang
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Pringsewu, Pemerintah Provinsi
Lampung, maupun Pemerintah Pusat dan masyarakat secara terpadu.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
Cukup jelas

Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas

Pasal 5
Cukup jelas

Pasal 6
Cukup jelas

Pasal 7
Cukup jelas

Pasal 8
Cukup jelas

Pasal 9
Cukup jelas

Pasal 10
Cukup jelas

Pasal 11
Cukup jelas

Pasal 12
Cukup jelas

Pasal 13
Cukup jelas

Pasal 14
Cukup jelas

Pasal 15
Cukup jelas

Pasal 16
Cukup Jelas

Pasal 17
Cukup Jelas

Pasal 18
Cukup Jelas

Pasal 19
Cukup jelas

Pasal 20
Cukup jelas

Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas

Pasal 23
Cukup jelas

Pasal 24
Cukup jelas

Pasal 25
Cukup jelas

Pasal 26
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Yang dimaksud dengan sistem non perpipaan
merupakan suatu kesatuan sistem fisik, non
fisik, dan prasarana sarana air minum baik yang
bersifat individual maupun komunal khusus yang
unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan
terbatas dan sederhana, meliputi sumur dangkal,
sumur pompa, bak penampungan air hujan,
terminal air, mobil tangki air, instalasi air atau
bangunan perlindungan mata air.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 27
Cukup jelas

Pasal 28
Cukup jelas

Pasal 29
Cukup jelas

Pasal 30
Cukup jelas

Pasal 31
Cukup jelas

Pasal 32
Cukup jelas

Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas

Pasal 35
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Yang dimaksud dengan kawasan minapolitan
merupakan suatu bagian wilayah yang
mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri
dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau
kegiatan pendukung lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 36
Cukup jelas

Pasal 37
Cukup jelas

Pasal 38
Cukup jelas

Pasal 39
Cukup jelas

Pasal 40
Cukup jelas

Pasal 41
Cukup jelas

Pasal 42
Cukup jelas

Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas

Pasal 45
Cukup jelas

Pasal 46
Cukup jelas

Pasal 47
Cukup jelas

Pasal 48
Cukup jelas

Pasal 49
Cukup jelas

Pasal 50
Cukup jelas

Pasal 51
Cukup jelas

Pasal 52
Cukup jelas

Pasal 53
Cukup jelas

Pasal 54
Cukup jelas

Pasal 55
Cukup jelas

Pasal 56
Cukup jelas

Pasal 57
Cukup jelas

Pasal 58
Cukup jelas

Pasal 59
Cukup jelas

Pasal 60
Cukup jelas

Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas

Pasal 63
Cukup jelas

Pasal 64
Cukup jelas

Pasal 65
Cukup jelas

Pasal 66
Cukup jelas

Pasal 67
Cukup jelas

Pasal 68
Cukup jelas

Pasal 69
Cukup jelas

Pasal 70
Cukup jelas

Pasal 71
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perijinan adalah perijinan yang
terkait dengan ijin pemanfaatan ruang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki
sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 72
Cukup jelas

Pasal 73
Cukup jelas

Pasal 74
Cukup jelas

Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas

Pasal 77
Cukup jelas

Pasal 78
Cukup jelas

Pasal 79
Cukup jelas

Pasal 80
Cukup jelas

Pasal 81
Cukup jelas

Pasal 82
Cukup jelas

Pasal 83
Cukup jelas

Pasal 84
Cukup jelas

Pasal 85
Cukup jelas

Pasal 86
Cukup jelas

Pasal 87
Cukup jelas

Pasal 88
Cukup jelas

Pasal 89
Cukup jelas

Pasal 90
Cukup jelas

Pasal 91
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012


NOMOR 02
82

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU


NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012

PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU

SUJADI
SUJADI
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012

PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU

SUJADI

SUJADI
LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012

PETA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN PRINGSEWU

,
85

LAMPIRAN IV : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU


NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012

Tabel 1. Indikasi Program Utama


Perwujudan Rencana Struktur Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031

Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


I. Perwujudan Sistem Pusat Kegiatam
1 Peningkatan fungsi PKWp a. Penyusunan RDTR kawasan dan peraturan
APBN/APBD Kab Dep. PU/ Pemkab
Pringsewu zonasi
b. Penyusunan Masterplan sistem jaringan
APBD Kab Pemkab
drainase perkotaan Pringsewu.
c. penyusunan masterplan sistem jaringan air
APBD Kab Pemkab
minum;
d. Penyusunan RIP4D Pringsewu APBN/APBD Kab Dep. PU/ Pemkab

e. Pengembangan perkantoran pemerintahan APBD Kab Pemkab Pringsewu

f. Peningkatan gedung dan kawasan pusat Dep. PU/ Pemkab


APBN/APBD Kab
evakuasi bencana Pringsewu
g. Peningkatan kapasitas PDAM APBD Kab/ BUMN PDAM

h. Pengembangan RSUD APBD Kab Pemkab


Kota Pringsewu
i. Peningkatan puskesmas skala Kecamatan APBD Kab Pemkab
j. pembangunan Gedung Olah Raga (GOR),
APBD Kab Pemkab
kesenian dan Budaya
APBD Kab,
k. Pembangunan Pasar Regional Pringsewu Pemkab
Swasata
l. Pembangunan perpustakaan daerah APBD Kab Pemkab
m. Pembangunan taman bacaan yang APBD Kab,
Pemkab
menyatu dengan RTH Swasta
APBD Kab,
n. Pembangunan Mesjid Raya Pemkab
Swasta
APBN/APBD Kab,
o. Pengadaanlahan untuk Kasiba dan Lisiba Pemkab
Swasta
p. penataan, perbaikan dan peningkatan
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
kualitas lingkungan permukiman
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

q. Pembangunan jaringan rel KA APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab

r. Pengembangan stasiun Pringsewu

s. Pembangunan jalan lingkar utara kota APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab


t. Peningkatan pengelolaan sampah dan
penyediaan Tempat Pengelolaan Sampah APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Sementara (TPS) yang ramah lingkungan
u. Pengolahan limbah perumahan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
2 Peningkatan Fungsi PKLp a. Penyusunan RDTR kawasan dan peraturan Dep. PU/ Pemkab
APBN/APBD Kab
Perkotaan Gadingrejo, zonasi Pringsewu
Perkotaan Sukoharjo dan b. Penyusunan Masterplan sistem jaringan Dep. PU/ Pemkab
Perkotaan Pagelaran APBN/APBD Kab
drainase Pringsewu
APBD Kab,
c. Penyusunan Masterplan jaringan air minum Pemkab
Swasta
d. Peningkatan pusat perdagangan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab

e. Pembangunan lumbung pangan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab

f. Perbaikan daerah irigasi APBN/APBD Kab Pemkab


APBD Kab,
g. Pembangunan pabrik pengolahan pertanian Pemkab
Swasta
h. Pembangunan puskesmas Rawat Inap APBD Kab Pemkab

i. Peningkatan puskesmas skala kecamatan Gadingrejo, Sukoharjo dan APBD Kab Pemkab
Pagelaran. APBD Kab,
j. Pembangunan Perguruan Tinggi Pemkab
Swasta
APBD Kab,
k. Pembangunan Islamic Center Pemkab
Swasta
l. Balai Latihan Kerja (BLK) unggulan APBD Kab Pemkab

m. Pengembangan SMA Negeri APBD Kab Pemkab

n. Pembangunan Madrasah Aliyah Negeri APBD Kab Pemkab

o. Pengembangan SMP Negeri APBD Kab Pemkab


APBD Kab,
p. Pengembangan sekolah menengah pertanian Pemkab
Swasta
q. Pembangunan jalan lingkar Utara kota APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
r. pembangunan jaringan rel dan stasiun Kereta
APBN Pemprov/Pemkab
Api (KA) Gadingrejo
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


s. pengembangan terminal Tipe B di
Kecamatan Sukoharjo dan terminal Tipe C di APBN Dep.Hub
Kecamatan Gadingrejo
t. pengembangan jaringan rel dan stasiun
APBN Dep.Hub
kereta api Gadingrejo
u. Penataan, perbaikan dan peningkatan
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
kualitas lingkungan permukiman
v. Peningkatan pengelolaan sampah dan
penyediaan Tempat Pengolahan Sampah APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
(TPS) Sementara
w. pengolahan limbah perumahan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
3 Peningkatan Fungsi PPK a. Penyusunan RDTR kawasan dan peraturan
APBN/APBD Kab Dep. PU/ Pemkab
Kecamatan Banyumas dan zonasi
Kecamatan Ambarawa b. penyusunan masterplan sistem jaringan
APBD Kab Pemkab
drainase;
c. penyusunan masterplan sistem jaringan air
APBD Kab Pemkab
minum
d. Pembangunan jaringan rel dan stasiun KA
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
pagelaran
e. Peningkatan BBI Banyumas dan Ambarawa APBD Prov/Kab Pemrpov/Pemkab

f. Pembangunan sekolah menengah APBN/APBD Kab Pemprov/Pemkab


g. Pembangunan lumbung pangan dan APBN, Pusat/Pemprov/
pengolahan hasil pertanian APBD Prov/Kab Pemkab
APBD Kab,
h. Peningkatan pusat perdagangan dan jasa Pemkab
Swasta
i. pembangunan pasar lokal APBD Kab Pemkab

j. Pengembangan puskesmas rawat inap APBD Kab Pemkab


k. pengembangan Puskesmas pelayanan
APBD Kab Pemkab
kecamatan
l. pengembangan pusat pariwisata APBD Kab Pemkab

m. pengembangan sarana dan prasarana wisata APBD Kab Pemkab


n. pembangunan jalur evakuasi dan penyediaan
APBD Kab Pemkab
peralatan penanggulangan bahaya gempa
o. penataan, perbaikan dan peningkatan
APBD Kab Pemkab
kualitas lingkungan permukiman
p. peningkatan pengelolaan sampah dan
penyediaan Tempat Pengolahan Sampah APBD Kab Pemkab
(TPS) Sementara yang ramah lingkungan
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


6 Peningkatan Fungsi a. pengembangan tanaman pangan dan
APBN/APBD Kab Pusat/Pemkab
PPLAdiliwuh, dan hortikultura
Pardasuka APBD Kab,
b. pengembangan tanaman perkebunan Adiliwuh, dan Pardasuka Pemkab
Swasta
c. pengembangan industri rumah tangga APBD Kab Pemkab

d. pengembangan kegiatan pertambangan APBD Kab Pemkab

e. pengembangan perkebunan kehutanan APBD Kab Pemkab


f. pengembangan kawasan pariwisata dan
APBD Kab Pemkab
budaya; dan
g. pelestarian kawasan hutan lindung APBD Kab Pemkab

II. Perwujudan Sistem Prasarana Transportasi Wilayah

2.1. Perwujudan Sistem Prasarana Utama

Sistem Transportasi Darat


A. Pengembangan dan pengembangan jaringan jalan kolektor primer yang
peningkatan Sistem menghubungkan antara ibukota provinsi dan
Jaringan Jalan ibukota kabupaten/kota (K-2) pada ruas jalan Kabupaten Pringsewu APBN Dept PU
Pringsewu - Bandung Baru dan Batas Pringsewu –
Pasar Sukoharjo
Pringsewu, Gadingrejo,
rencana pengembangan jaringan kabupaten jalan Sukoharjo, Adiluwih,
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
lokal primer Banyumas, Pagelaran,
Ambarawa dan Pardasuka
Sukoharjo
Pengembangan jaringan jalan strategis kabupaten Sukoharum APBD Kab Pemkab
Rejosari
Wates Kecamatan
Pengembangan jalan dua jalur Kota Pringsewu Gadingrejo dan Fajaresuk APBD Kab Pemkab
Kecamatan Pringsewu
Pengembangan jaringan jalan lingkar utara dan
Kota Pringsewu APBD Kab Pemkab
lingkar selatan
Pembangunan jalan akses yang menghubungkan
Kabupaten Pringsewu - Kabupaten Lampung
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Tengah yang akan menghubungkan jalan lintas
Barat dengan jalan lintas tengah Padang Ratu
Perbaikan dan peningkatan kualitas seluruh
jaringan jalan dan jembatan di Kabupaten
Pringsewu serta pengembangan jalan usaha tani Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dan jalan produksi khususnya pada kawasan
agropolitan dan minapolitan
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


B. Jaringan pelayanan Pringsewu – Pagelaran,
lalu lintas dan Pringsewu – Gadingrejo,
a. pengembangan jaringan trayek angkutan
angkutan jalan Trayek Pringsewu – Kalirejo, APBD Kab Pemkab
orang
dan Trayek Pringsewu –
Pardasuka
b. pembukaan jaringan trayek baru angkutan Rejosari
APBD Kab Pemkab
orang Pringsewu
c. pengembangan moda transportasi jalan
melalui penyelenggaraan angkutan umum
yang selamat, aman, nyaman, dan
Kabupaten Pringsewu
terjangkau dengan penyediaan angkutan
massal berbasis jalan terutama untuk trayek
utama dan trayek cabang
d. pengembangan dan pembangunan terminal
baik jaringan lintas angkutan barang antar
Kabupaten Pringsewu
wilayah kabupaten/kota, wilayah kecamatan
dan wilayah perdesaan
C. sistem prasarana
jalan a. pembangunan terminal penumpang tipe B Sukoharjo APBD Provinsi Pemkab

b. pembangunan sub-sub terminal pada pusat-


Kabupaten Pringsewu
pusat pelayanan

c. pengembangan terminal tipe C Gadingrejo APBD Kab Pemkab

d. pembangunan shelter atau tempat Swasta dan APBD


pemberhentian bus/angkutan umum Kabupaten Pringsewu Kab Pemkab
khususnya pada kawasan perkotaan

2.1.2 Sistem perkeretaapian Swasta dan APBD


a. melakukan pembebasan lahan pada lahan
Kabupaten Pringsewu Kab PT KAI, Pemkab
sempadan rel kereta api
b. melakukan penanaman pohon atau vegetasi Swasta dan APBD
yang dapat diperuntukkan sebagai Ruang Kabupaten Pringsewu Kab PT KAI, Pemkab
Terbuka Hijau
Swasta dan APBD
c. melarang pembangunan rumah atau
Kabupaten Pringsewu Kab PT KAI, Pemkab
bangunan lainnya di sempadan rel kereta api
Tanjung Karang-Rejosari -
d. pengembangan perkeretaapian umum
Gedongtatan – Gadingrejo – APBD Kab Pemkab
antarkota yang melayani angkutan orang
Pringsewu- Pagelaran
e. pengembangan perkeretaapian khusus yang Tanjung Karang dan
APBD Kab Pemkab
melayani angkutan barang Pringsewu
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


stasiun kecil Gadingrejo dan
f. Penataan stasiun kereta api APBD Kab Pemkab
Pagelaran
2.2. Perwujudan Sistem Prasarana Wilayah Lainnya

2.2.1. Sistem Jaringan Prasarana Energi dan Kelistrikan


A. Pengembangan a. Jaringan Pipa Gas bumi yang melalui Ulu
APBN, APBD Kab,
Belu Kabupaten Tanggamus dengan Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
Kabupaten Pringsewu
APBN, APBD Kab,
b. Energi terbaharukan PLTMH Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
APBN, APBD Kab,
c. Jaringan Saluran SUTT Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
d. pengembangan Transmisi listrik Saluran APBN, APBD Kab,
Kabupaten Pringsewu Pemkab
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 275 kV Swasta
e. pengembangan Jaringan Saluran Udara Pagelaran Kabupaten APBN, APBD Kab,
Pemkab
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Pringsewu Swasta
f. pengembangan Jaringan Saluran Udara Pagelaran Kabupaten APBN, APBD Kab,
Pemkab
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Pringsewu Swasta
g. pengembangan Jaringan Saluran Udara Pagelaran Kabupaten APBN, APBD Kab,
Pemkab
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Pringsewu Swasta
h. pemanfaatan batubara sebagai sumber
APBN, APBD Kab,
energi dengan pengelolaan yang ramah Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
lingkungan
i. pengembangan sumber energi alternatif
APBN, APBD Kab,
seperti tenaga surya dan tenaga angin sesuai Pemkab
Swasta
dengan potensi setempat
B. Peningkatan a. optimalisasi pasokan energi listrik yang telah APBN, APBD Kab,
Seluruh kecamatan Pemkab
tersedia Swasta

b. Perluasan layanan listrik Seluruh kecamatan APBN PLN

c. peningkatan pasokan daya listrik yang


bersumber dari energi terbarukan untuk
memenuhi kebutuhan listrik perdesaan, Kabupaten Pringsewu APBN, APBD Kab, PLN
diantaranya PLTA, mikrohidro, tenaga angin,
dan tenaga surya di perdesaan
d. pembangunan jaringan transmisi dan
distribusi listrik sampai tingkat desa, terutama Kabupaten Pringsewu Swasta PLN
pada desa yang belum berlistrik
C. Pemeliharaan
Gardu Induk Pegelaran Kabupaten Pringsewu APBN, APBD Kab, PLN
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

2.2.2. Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi


A. Peningkatan a. kapasitas sambungan telepon kabel pada
kawasan perdagangan dan jasa, industri,
BUMN,
fasilitas umum dan sosial, terminal, Telkom
Swasta
permukiman dan kawasan yang baru
dikembangkan
b. penyediaan sarana warung telepon (wartel) Seluruh wilayah permukiman
dan telepon umum pada lokasi strategis, di Kabupaten Pringsewu
APBD Kab Pemkab
mudah diakses publik dan kawasan pusat
kegiatan masyarakat
c. fasilitasi pengembangan usaha pelayanan BUMN,
Telkom
telekomunikasi operator swasta/BUMN Swasta
d. penataan dan efisiensi penempataan Base
Kabupaten Pringsewu
Transceiver Station(BTS)
e. optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi
untuk operasionalisasi kegiatan Kabupaten Pringsewu
pemerintahaan dan usaha penduduk
B. Pengembangan a. infrastruktur dasar telekomunikasi berupa
jaringan telepon saluran tetap dan pusat
Kecamatan Pringsewu dan BUMN,
automatisasi sambungan telepon di Telkom
Kecamatan Gadingrejo Swasta
Kecamatan Pringsewu dan Kecamatan
Gadingrejo
b. sambungan telepon kabel yang diarahkan
menjangkau seluruh pusat pelayanan dan BUMN,
Kabupaten Pringsewu Telkom
wilayah pelayanannya di Kabupaten Swasta
Pringsewu
c. telepon nirkabel berupa menara
BUMN,
telekomunikasi yang tersebar di wilayah Kabupaten Pringsewu Telkom
Swasta
Kabupaten Pringsewu
d. sistem telekomunikasi interkoneksi nasional
untuk mikro digital dan interkoneksi Sumatera BUMN,
Kabupaten Pringsewu Telkom
Selatan – Lampung untuk serat optik dan Swasta
mikro analog
e. jaringan mikro digital dengan menggunakan BUMN,
Kabupaten Pringsewu Telkom
jaringan kabel bawah laut Swasta
2.2.3. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
A. Pengelolaan Wilayah a. rehabilitasi dan revitalisasi wilayah hulu
Sungai sungai Way Seputih Sekampung dan Way
Ilahan Talang Pandang yang bekerjasama Kabupaten Pringsewu Dep. PU/Pemprov Pemprov/Pemkab
dengan Pemerintah Kabupaten yang
berbatasan
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


b. menetapkan wilayah sempadan sungai
Kabupaten Pringsewu Dep. PU/Pemprov Pemprov/Pemkab
sebagai kawasan lindung
c. membuat embung baru dengan
mengembangkan sistem polder yang
Kabupaten Pringsewu Dep. PU/Pemprov Pemprov/Pemkab
menyebar di seluruh wilayah Kabupaten
Pringsewu
d. revitalisasi sungai dan embung sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai tempat tujuan Kabupaten Pringsewu Dep. PU/Pemprov Pemprov/Pemkab
wisata
e. pengembangan pemanfaatan aliran sungai
Kabupaten Pringsewu Dep. PU/Pemprov Pemprov/Pemkab
sebagai pembangkit tenaga listrik
B. pengelolaan cekungan
air tanah a. penentuan batas cekungan air tanah Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab

b. meningkatkan kemanfaatan fungsi air tanah


Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
guna memenuhi penyediaan air tanah
c. pelaksanaan pengendalian daya rusak serta
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
konservasi air tanah
d. Pengembangan air tanah berkelanjutan untuk
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
irigasi
e. Pengelolaan cekungan air tanah Metro –
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Kota Bumi
f. Pengelolaan cekungan air tanah Talang
Talang Padang APBD Kab Pemkab
Padang
C. Irigasi a. penambahan prasarana dan peningkatan
fungsi jaringan irigasi meliputi saluran irigasi
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
primer, saluran irigasi sekunder, dan saluran
irigasi tersier

b. pengelolaan dan perlindungan daerah irigasi Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab

Pringsewu
c. perbaikan irigasi teknis yang rusak berat APBD Kab Pemkab
Gadingrejo

d. mengoptimalkan pemanfaatan jaringan irigasi


Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
untuk mengairi lahan pertanian
e. konservasi sumber daya lahan dan air serta
pemeliharaan jaringan irigasi untuk menjamin Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
tersedianya air untuk keperluan pertanian
f. pengembangan jaringan irigasi secara
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
terpadu dengan program penyediaan air
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


g. pengembangan sistem irigasi interkoneksi
dalam satu sistem irigasi terpadu di Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Kabupaten Pringsewu
h. pengembangan kerjasama lintas daerah
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dalam pengelolaan wilayah DAS
D. Air Baku untuk Air j. peningkatan pelayanan air bersih sistem
Bersih Seluruh kecamatan APBD Kab/BUMN PDAM
perpipaan;
k. pengelolaan dan pembatasan penggunaan
Seluruh kecamatan APBD Kab/BUMN PDAM
air tanah;
l. identifikasi dan pengembangan sumber air
Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
baku baru;
m. kerjasama antar Pemerintah Kabupaten
Tanggamus, Kabupaten Lampung Tengah,
Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
Kota Metro, Kabupaten Pesawaran, dan
Kabupaten Lampung Selatan;
n. peningkatan pelayanan air bersih sistem
perpipaan dengan target pencapaian 80
(delapan puluh) persen sesuai dengan Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
Millenium Development Goals (MDGs)
bidang air bersih;
o. pembatasan dan pengendalian penggunaan
air tanah sesuai dengan peraturan Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
perundang-undangan yang berlaku;
p. pengembangan pemanfaatan air permukaan
Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
lainnya sebagai sumber air baku;
q. pengembangan pelayanan air bersih sistem
perpipaan yang memanfaatkan sumber air
Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
permukaan dan pengadaan hidran umum
pada kawasan rawan air

r. Pembuatan IPAL Gadingrejo APBD Kab Pemkab

E. Pengendalian daya Sukoharjo


Rusak Air (Banjir) g. normalisasi dan rehabilitasi area kawasan
Pringsewu
resapan air melalui penanaman pengkayaan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Ambarawa
atau reboisasi;

h. kerjasama antar Pemerintah Kota/Kabupaten


dan lembaga terkait rehabilitasi dan Kecamatan Pringsewu APBN Pemerintah Pusat
revitalisasi hulu sungai;
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


i. prioritas pembuatan embung pada kawasan
Kecamatan Pagelaran,
rawan banjir seperti di Kecamatan
Kecamatan Banyumas,
Pagelaran, Kecamatan Banyumas, APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Kecamatan Sukoharjo dan
Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan
Kecamatan Gadingrejo
Gadingrejo.
j. menetapkan Garis Sempadan Sungai (GSS)
sebagai kawasan lindung serta melakukan
Kebupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
reboisasi dan revitalisasi Garis Sempadan
Sungai (GSS);
k. revitalisasi kawasan lindung dan membuka
RTH publik sebesar 30 (tiga puluh) persen Kebupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
dari luas daerah aliran sungai; dan

l. membuat tanggul pada sungai-sungai besar


Way Sekampung khususnya yang melalui Kebupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
kawasan rawan banjir.

2.2.4. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya


A. Pengembangan a. penyediaan prasarana dan sarana air minum
Sistem Penyediaan terutama pada kawasan rawan air minum di Kecamatan Pringsewu
Air Minum perkotaan dan perdesaan
b. peningkatan area pelayanan Perusahaan
Kecamatan Pringsewu
Daerah Air Minum (PDAM)
B. Pengembangan k. Penyusunan rencana induk pengolahan APBD Kab,
Sistem Jaringan Kabupaten Pringsewu Pemkab
persampahan; Swasta
Persampahan
l. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir APBD Kab,
Kecamatan Pringsewu Pemkab
(TPA) Bumiarum Swasta
m. Pengembangan Tempat Pembuangan seluruh Kecamatan di APBD Kab,
Pemkab
Sampah Sementara (TPS) Kabupaten Pringsewu Swasta
n. penerapkan pengelolaan sampah dengan
menggunakan pendekatan konsep 4R, yaitu
reduce (mengurangi), reuse (memakai Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
kembali), recycle (mendaur ulang) dan
replace (mengganti).
o. Peningkatan peran masyarakat dan dunia
APBD Kab,
usaha/swasta dalam penyelenggaraan Kecamatan Pringsewu Pemkab
Swasta
sistem pengelolaan persampahan;
p. Peningkatan fungsi Tempat Pemrosesan
APBD Kab,
Akhir (TPA) dari sistem open dumping ke Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
sanitary landill;
q. Peningkatan cakupan pelayanan dan APBD Kab, Pemkab
Kabupaten Pringsewu
kualitas sistem pelayanan; Swasta
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


r. pengembangan tempat penampungan
sampah sementara atau penyediaan
kontainer pada setiap wilayah kecamatan
APBD Kab,
sebagai tempat penampungan sampah Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
pasar dan rumah tangga sebelum diangkut
ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
sampah;
s. peyediaan sarana pengangkutan sampah
APBD Kab,
yang memadai dan mendistribusikan-nya Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
secara proporsional di setiap wilayah; dan
t. pegembangan sistem pengelolaan sampah
terpadu Satuan Operasional Kebersihan
Lingkungan (SOKLI) termasuk didalamnya
membangun Instalasi Pengelolaan Sampah
APBD Kab,
Terpadu (IPST) yang tipologinya disesuaikan Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
dengan karakter kawasan, pada daerah-
daerah permukiman, khususnya kawasan
permukiman perkotaan di pusat-pusat
pelayanan.
C. Pengembangan g. pengadaan prasarana sarana pengolahan
sistem Pengelolaan lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja
APBD Kab,
Air Limbah dan modul IPLT (Instalasi Pengolahan Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
Lumpur Tinja) komunal yang diprioritaskan
berada di setiap unit-unit lingkungan kota;
h. perbaikan sistem sanitasi masyarakat
dengan mengupayakan dengan on site
APBD Kab,
system (septic tank) dan Mandi Cuci Kakus Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
(MCK) umum pada lingkungan permukiman
kumuh Kabupaten Pringsewu;
i. fasilitasi pembangunan instalasi pengolahan
APBD Kab,
limbah untuk kawasan industri rumah Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
tangga;
j. pengendalian limbah hasil kegiatan industri
APBD Kab,
menengah-besar dan jasa melalui Kajian Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
Lingkungan Hidup Strategis;
k. setiap kegiatan industri wajib memiliki APBD Kab,
Kabupaten Pringsewu Pemkab
instalasi pengolahan limbah; Swasta
l. penerapan sanksi dan pola insentif- APBD Kab,
disinsentif terkait pengendalian limbah, Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
khususnya kegiatan industri;dan
m. pengadaan instalasi pengolahan limbah APBD Kab,
Kabupaten Pringsewu Pemkab
untuk B3 pada setiap kegiatan industri. Swasta
Tahun Pelaksanaan

No Program Kegiatan Lokasi Tahap I TahapII Tahap III Tahap IV Sumber Dana Pelaksana

2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31


D. pengembangan e. mempertahankan sistem dan saluran
sistem drainase drainase yang ada dan merevitalisasi APBD Kab,
Kabupaten Pringsewu Pemkab
saluran drainase eksisting sesuai dengan Swasta
jenis dan klasifikasi saluran;
f. pengembangan sistem drainase terpadu
khususnya bagi kawasan perkotaan PKWp,
APBD Kab,
PKL, dan PPK serta kawasan industri di Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
Kecamatan Pringsewu, Kecamatan
Gadingrejo dan Kecamatan Pagelaran;
g. pengembangan penahan sekaligus pengatur
aliran hasil limpasan air hujan yang tidak
sempat diserap tanah sehingga aliran tidak APBD Kab,
Kabupaten Pringsewu Pemkab
terpusat pada salah satu saluran drainase Swasta
yang dapat menyebabkan terjadi limpasan
pada daerah sekitarnya; dan
h. pembangunan pengendali banjir pada
APBD Kab,
kawasan di sepanjang aliran Way Kabupaten Pringsewu Pemkab
Swasta
Sekampung.
E. pengembangan jalur c. perwujudan penyediaan jalur dan ruang APBD Kab,
dan ruang evakuasi Kabupaten Pringsewu Pemkab
evakuasi bencana; dan
bencana
APBD Kab,
d. penyusunan mitigasi bencana Kabupaten Pringsewu Pemkab

BUPATI PRINGSEWU,

SUJADI
Tabel 2. Indikasi Program Utama
(Perwujudan Rencana Pola Ruang Kabupaten Pringsewu)
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

1. Perwujudan Kawasan Lindung

1.1. Perwujudan Kawasan Hutan Lindung


A. Hutan Lindung a. reboisasi pada lahan-lahan
kritis melalui kerjasama
dengan berbagai lembaga
APBN/APBD Kab Dephut/Pemkab
peduli hutan, lintas instansi
pemerintah dan masyarakat
setempat;
b. rehabilitasi kawasan hutan
Kabupaten Pringsewu APBN/APBD
lindung, penguatan program
Prov/Kab dan Dephut/Pemkab
dan pemberdayaan
Swasta
masyarakat
c. pengawasan dan pengamanan
kawasan hutan lindung
d. penegakan hukum bagi
kegiatan pembalakan liar
dengan penanganan persuasif, APBD Kab Dephut/Pemkab
preventif dan represif secara
berkelanjutan.
1.2. Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat
A. kawasan sempadan g. penertiban bangunan
sungai permukiman, publik dan
komersial yang berada pada
garis sempadan sungai secara Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bertahap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan
memperhatikan kearifan lokal;
h. normalisasi dan rehabilitasi
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
kawasan sempadan sungai;
i. pengembangan konsep
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bangunan menghadap sungai;
j. pembangunan jalan inspeksi
pada kawasan sungai yang
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
melalui kawasan perkotaan
dan atau permukiman
k. konservasi lahan pada jalur
kanan kiri sungai yang Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
potensial erosi dan longsor
l. pemanfaatan garis sempadan
sungai diarahkan untuk Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
kegiatan budi daya tanaman
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

keras bernilai ekologis dan


ekonomis, tanaman sayuran,
dan lainnya
B. Pengelolaan kawasan d. menertibkan bangunan
sempadan mata air permukiman, publik dan
komersial yang berada pada
sempadan mata air secara Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bertahap sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan
memperhatikan kearifan lokal;
e. normalisasi dan rehabilitasi
kawasan sempadan mata air; Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dan
f. mengembangkan ruang
terbuka hijau dan kegiatan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
pariwisata.
C. pengelolaan kawasan e. meningkatkan keandalan air
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
sempadan irigasi irigasi;
f. mengembangkan prasarana
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
irigasi yang baik;
g. mengembangkan sumber daya
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
manusia pengelola irigasi;
h. pengelolaan daerah sempadan
irigasi untuk menunjang
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
keberlangsungan kegiatan
petani.
1.3. Perwujudan Kawasan Rawan Bencana Alam
A. pengelolaan mitigasi f. melakukan pemetaan kawasan
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bencana banjir rawan banjir;
g. rehabilitasi dan reboisasi
kawasan hulu dan daerah Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Sempadan Sungai (DAS);
h. pembangunan waduk
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
pengendali daya rusak air;
i. sosialisasi teknis mitigasi banjir
kepada masyarakat terdampak; Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dan
j. penetapan sebagian dari
kawasan banjir sebagai
kawasan lindung karena
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
merupakan bagian dari
ekosistem rawa/tanah basah
(wet land).
B. pengelolaan mitigasi
bencana tanah
l. penguatan lereng rawan
longsor di sepanjang sisi jalan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
longsor raya;
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

m. rehabilitasi dan reboisasi


daerah-daerah penyangga dan
resapan air terutama di wilayah Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dengan kemiringan > 40%
(lebih dari empat puluh
persen);
n. pengendalian penebangan dan
pemanfaatan lahan di daerah Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
penyangga dan resapan air;
o. pengendalian penambangan
pada daerah-daerah Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
penyangga dan resapan air;
p. pengendalian pemukiman di
daerah penyangga, resapan air Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dan daerah rawan longsor;
q. inventarisasi dan pengawasan
ketat daerah-daerah rawan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
longsor;
r. pemasangan rambu-rambu
bahaya pada daerah rawan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
longsor di setiap wilayah
kecamatan;
s. penguatan kelembagaan
masyarakat dalam penanganan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bencana tanah longsor;
t. peraturan daerah yang
mengatur sanksi hukum bagi Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
pelanggaran tata ruang di
daerah rawan longsor; dan
u. penguatan dan peningkatan
kerjasama dan partisipasi Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
organisasi non pemerintah
v. sosialisasi daerah rawan
longsor kemiringan > Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
40%(lebih dari empat puluh
persen).
C. Pengelolaan mitigasi d. standarisasi kualitas bangunan
bencana puting tahan angin puting beliung,
beliung terutama bangunan/obyek vital Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dan perumahan penduduk di
seluruh wilayah Kabupaten;
e. sosialisasi tanggap darurat dan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

mekanisme evakuasi korban


angin puting beliung di seluruh
wilayah kabupaten; dan
f. penguatan kelembagaan dan
mekanisme penanganan
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bencana angin puting beliung
di Kabupaten Pringsewu.
D. Pengelolaan mitigasi i. pemasangan alarm dan
bencana gempa bumi komunikasi tanda bahaya
(alarm warning systems) di Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
seluruh setiap wilayah padat
penduduk;
j. penguatan kapasitas
masyarakat Kabupaten
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
Pringsewu dalam menghadapi
bahaya gempa bumi;
k. standarisasi kualitas bangunan
tahan gempa bumi, terutama
bangunan/obyek vital dan Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
perumahan penduduk di
Kabupaten Pringsewu;
l. sosialisasi tanggap darurat dan
mekanisme evakuasi korban
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
gempa bumi di Kabupaten
Pringsewu;
m. penguatan kelembagaan dan
mekanisme penanganan
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
bencana gempa bumi di
Kabupaten Pringsewu;
n. pembangunan dan penguatan
sistem komunikasi ke daerah-
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
daerah terpencil di Kabupaten
Pringsewu;
o. penguatan akses informasi dan
komunikasi ke dan dari
instansi-instansi yang Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
menangani kegempaan dan
kebencanaan; dan
p. penguatan dan peningkatan
kerjasama dan partisipasi
organisasi non pemerintah Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dalam penanganan bencana
gempa bumi.

2. Perwujudan Kawasan Budidaya


Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

2.1 Perwujudan Kawasan Pertanian

A. Perwujudan Kawasan a. Peningkatan pelayanan irigasi


Pertanian Tanaman teknis/desa dengan jaminan APBD Kab Pemkab
Pangan pasokan air yang mencukupi.
b. Pembangunan infrastruktur
pendukung pertanian, seperti
Pusat/
jalan produksi, pengolahan APBN/APBD Prov
Pemprov/Pemkab
hasil panen, pemadaran hasil
pertanian (terminal agribisnis)
c. Peningkatan produksi
Pusat/
pertanian sawah melalui APBN/APBD Prov
Pemprov/Pemkab
intensifikasi lahan
d. Untuk meningkatkan
pendapatan petani perlu
dikembangkan padi organik
bersertifikat sehingga sebagian Seluruh kecamatan APBD Kab Pemkab
hasil panen dapat dijual
dengan nilai ekonomi yang
tinggi
e. Diperlukan berbagai insentif
(keringanan pajak/retribusi dan
subsidi) guna meningkatkan APBD Kab Pemkab
produktivitas lahan dan kinerja
petani
f. Penguatan lembaga petani
terkait dengan pengelolaan air
(irigasi), pengadaan sarana
APBD Kab Pemkab
produksi, panen dan
pengolahan pasca panen
termasuk pemasaran
B. Perwujudan a. Penetapan kawasan dan
APBD Kab Pemkab
Pertanian Holtikultura sentra pertanian hortikultura
b. Penetapan untuk komoditas
unggulan sesuai karakteristik APBD Kab Pemkab
sub kawasan
c. Peningkatan produksi
komoditas melalui intensifikasi APBD Kab Pemkab
lahan Seluruh kecamatan
d. Pembangunan prasarana dan Pusat/
APBN/APBD Prov
sarana pertanian Pemprov/Pemkab
e. Penguatan kelembagaan
petani terkait dengan
pengelolaan lahan, APBD Kab Pemkab
penggunaan pupuk organik,
pengangkutan, pengolahan
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

dan pemasaran serta


pemodalan
C. Perwujudan Kawasan a. penetapan deliniasi kawasan
Perkebunan perkebunan yang potensial dan
APBD Kab Pemkab
tidak berada pada kawasan
lindung
b. peningkatan produksi
komoditas unggulan melalui
intensifikasi lahan, pemberian
bantuan sarana produksi APBD Kab Pemkab
perkebunan, peningkatan
keterampilan budi daya dan
pengolahan pasca panen
c. pembangunan infrastruktur
Pusat/Pemerintah
kawasan agropolitan yang APBN/APBD Prov
Provinsi
terdiri dari sub sistem :
1. Subsistem Hulu (Up
Stream) sarana produksi
pertanian (industri
Seluruh kecamatan
pembibitan, agrokimia,
agrootomotif)
2. Subsistem Usaha Tani
(On Farm) produksi
pertanian primer
3. Subsistem Hilir (Down
Stream) pengolahan hasil
pertanian dan
perdagangan
4. Subsistem Kelembagaan
(Supporting Institution)
perbankan, transportasi,
penelitian dan
pengembangan,
kebijakan pemerintah,
penyuluhan dan
konsultan
D. Perwujudan Kawasan
Peternakan Kecamatan
j. Pengembangan sentra Pringsewu dan
APBD Kab Pemkab
peternakan ternak sapi Kecamatan
Gadingrejo

Kecamatan Sukoharjo
k. pengembangan ternak kambing dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
Banyumas
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

Kecamatan
l. pengembangan ternak domba Pringsewu dan APBD Kab Pemkab
Ambarawa
Kecamatan
m. pengembangan peternakan
Gadingrejo dan APBD Kab Pemkab
unggas
Kecamatan Pagelaran
Kecamatan Sukoharjo
n. pengembangan sentra bibit
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
unggul akan dikembangkan
Gadingrejo
o. pengembangan pengolahan Kecamatan Sukoharjo
pakan ternak akan dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
dikembangkan Pagelaran
p. pengembangan kawasan
APBD Kab Pemkab
integrasi seperti :
 kawasan integrasi
Kecamatan Sukoharjo
perternakan – tanaman
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
pangan dan hortikultura
Pagelaran
(organic farm)
Kecamatan Sukoharjo
 kawasan integrasi
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
perternakan – perkebunan
Pagelaran
Kecamatan Sukoharjo
 kawasan integrasi
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
perternakan – perikanan
Pagelaran
q. pengembangan pakan ternak
Kecamatan Sukoharjo
lokal dengan mengandalkan
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
hasil pertanian dan perikanan
Pagelaran
lokal
Kecamatan Sukoharjo
r. pengendalian dan peningkatan
dan Kecamatan APBD Kab Pemkab
pelayanan perijinan usaha
Pagelaran

3.2 Perwujudan Kawasan Perikanan

Pengembangan j. pelaksanaan desain teknis


Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
detail sentra perikanan;
k. pemantapan pembiayaan
pembangunan pembangunan
Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK);
l. pemberian bantuan modal dan
Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
sarana perikanan lainnya;
m. peningkatan pemasaran,
standar mutu, dan nilai tambah Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
produk perikanan;
n. penguatan kelembagaan dan Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

tata laksana kelembagaan


pemasaran produk perikanan;
o. pengembangan sistem data,
statistik dan informasi Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
perikanan;
p. peningkatan akses nelayan
dan pembudi daya ikan
Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
terhadap lembaga keuangan
dan bank;
q. pengembangan teknologi
pengolahan hasil perikanan Kecamatan Pagelaran APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
akan dikembangkan
r. pengembangan balai benih Kecamatan
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
induk akan dikembangkan Gadingrejo
s. Pengembangan dan
pemantapan kawasan Kecamatan
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
minapolitan di Kecamatan Pagelaran.
Pagelaran

3.3 Perwujudan Kawasan Pertambangan

A. pengelolaan dan a. inventarisasi sumberdaya


pengembangan serta mineral, pembinaan, dan
pembinaan dan pengawasan bidang
pengawasan bidang pertambangan dan galian
pertambangan dan mineral logam, mineral non APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
energi Pertambangan logan dan batuan serta air
bawah tanah, yang berpotensi
untuk dieksploitasi dalam skala
ekonomi;
b. melakukan kajian daya dukung
lingkungan untuk ekploitasi
bahan tambang dan galian; APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
Seluruh kecamatan
c. penetapan satuan Wilayah
Pertambangan (WP) yang
meliputi Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP), Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR)
APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
dan Wilayah Pertambangan
Negara (WPN) dengan
pertimbangan perlindungan
lingkungan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat lokal;
d. penyusunan profil potensi,
APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
prosedur dan mekanisme
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

perizinan serta rencana bisnis


(bussines plan) untuk masing-
masing WUP, WPR dan WPN;
e. melakukan kajian sumberdaya
energi alternatif untuk APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
pedesaan;
f. penerapan sistem ramah
lingkungan untuk mengurangi
dampak kerusakan lingkungan;
g. perbaikan lingkungan pasca
tambang melalui rehabilitasi APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
dan reklamasi tambang; dan
h. promosi untuk menarik
investasi pengembangan
APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
bidang pertambangan dan
energi.

B. pengembangan a. melakukan kajian


pembangkit listrik pengembangan energi
energi alternatif alternatif bekerjasama dengan
berbagai lembaga seperti
Kabupaten Pringsewu APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI);
b. pelaksanaan perencanaan Kabupaten Pringsewu
pemanfaatan energi APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
alternatif;dan
c. mencari sumber pembiayaan
dan investor untuk
pelaksanaan Kabupaten Pringsewu APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
pengembanganpembangkit
listrik dan energi alternatif.
d. Perbaikan lingkungan pasca
tambang melalui rehabilitasi Kabupaten Pringsewu APBN/APBD Prov Pemprov/Pemkab
dan reklamasi tambang

3.4 Perwujudan Kawasan Industri

Perwujudan Kawasan h. pengembangan kegiatan


Industri industri pengolahan hasil Kecamatan Pagelaran APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
perikanan
i. pengembangan kegiatan
Kecamatan
industri pengolahan hasil APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Gadingrejo
peternakan
j. pengembangan kegiatan Kecamatan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

industri berbasis agribisnis Sukoharjo,


yang mengolah hasil pertanian Kecamatan Adiluwih,
dan perkebunan Kecamatan
Pagelaran,
Kecamatan
Banyumas dan
Kecamatan
Gadingrejo
k. pengembangan industri skala
Kecamatan Adiluwih APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
menengah diarahkan
l. penyediaan prasarana dan
Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
sarana pengolahan industri;
m. pengembangan kegiatan
industri rumah tangga di
seluruh wilayah, sepanjang
memenuhi syarat lingkungan,
Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
dan ketentuan yang berlaku
serta tidak mengganggu dan
berada di luar kawasan
lindung;dan
n. pengembangan sistem
pengelolaan limbah industri
dan persampahan serta
diharuskan untuk mengolah Kabupaten Pringsewu APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
limbah baik cair, padat
maupun gas agar sesuai
dengan baku mutunya.

3.5 Perwujudan Kawasan Pariwisata

A. pengembangan a. melengkapi kawasan


kawasan wisata wisata dengan fasilitas Kabupaten Pringsewu
alam, wisata penunjang wisata;
budaya, wisata b. melakukan promosi
buatan dan wisata kawasan wisata melalui Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
minapolitan berbagai media;
c. melaksanakan berbagai
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
event promosi; dan
d. melakukan kerjasama dengan
berbagai biro perjalanan
Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
dalam upaya pemasaran
yang progresif.
B. Pengembangan a. inventarisasi sumber
potensi sumber daya alam yang berpotensi Kabupaten Pringsewu APBD Kab Pemkab
sebagai objek wisata;
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

daya alam sebagai b. membentuk pusat


objek–objek wisata informasi pariwisata terpadu
dalam satu kesatuan dan sistem informasi APBD Kab Pemkab
sistem pengelolaan manajemen promosi
yang terpadu pariwisata daerah; dan
c. meningkatan promosi dan
APBD Kab Pemkab
investasi kepariwisataan.
d. Penyusunan rencana induk
pengembangan pariwisata APBD Kab Pemkab
kabupaten pringsewu.

3.6 Perwujudan Kawasan Permukiman

A. Perwujudan a. pemetakan zona permukiman Pemkab


APBD Kab
Kawasan eksisiting dan kawasan siap
Permukiman bangun
Perkotaan

 Daya tampung kota,


lahan dengan kemiringan
di atas 15 % Pringsewu,
 Rencana pembangunan Gadingrejo dan
APBD Kab Pemkab
perumahan pegawai Pagelaran
 Rencana pengembangan
fasilitas utama kota
(Islamic Center, Stadion
Olah Raga)
 Rencana pengembangan
kawasan perdagangan
dan jasa
b. identifikasi kelengkapan dan
cakupan layan fasilitas dan
utilitas utama pada masing-
masing blok dan perkiraan
kebutuhan sampai tahun 2031,
seperti :
 Jalan lingkungan Pringsewu, APBD Kab Pemkab
 Sistem jaringan Gadingrejo dan
prasarana air minum Pagelaran
 Sistem jaringan
prasarana listrik
 Sistem jaringan
prasarana telekomunikasi
 Sistem pengelolaan
sampah (gerobak, TPS
dan sebuah TPA)
 Sistem drainase dan
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

pengelolaan limbah
c. pencegahan banjir melalui
pengelolaan daerah tangkapan Pringsewu,
APBD Kab Pemkab
air berupa biophori maupun Gadingrejo dan
danau buatan di kawasan Pagelaran
permukiman
d. identifikasi lokasi kelompok
permukiman yang berada pada Pringsewu,
APBD Kab Pemkab
kawasan rawan bencana alam Gadingrejo dan
dan merekomendasikan Pagelaran
mitigasinya/relokasi
e. revitalisasi kawasan
tradisional/etnis/ bersejarah
yaitu kawasan yang APBD Kab Pemkab
mempunyai bangunan
bersejarah yang bernilai atau
bermakna penting
f. peningkatan penyehatan APBD Kab Pemkab
lingkungan permukiman
g. identifikasi seluruh bangunan
yang berada pada kawasan
aman bencana alam, namun
APBD Kab Pemkab
tidak memenuhi syarat teknis
tahan gempa dan
merekomendasikan solusi
teknisnya
h. penyusunan rencana teknis
tata ruang kota dengan
pendekatan mitigasi bencana
dan pencadangan kawasan APBD Kab Pemkab
permukiman baru (kasiba dan
lisiba) dengan rencana
pembangunan prasarana
permukiman yang lebih
terarah, efektif, efisien,
produktif, aman dan
berkelanjutan
i. pengadaan perumahan melalui
APBD Kab Pemkab
subsidi KPR-Rumah Sangat
Sederhana
j. penataan, perbaikan dan
peningkatan kualitas APBD Kab Pemkab
lingkungan permukiman
B. Perwujudan Permukiman Perdesaan
Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31

Kawasan Identifikasi kebutuhan perumahan


Permukiman dan penyediaan perumahan
Perdesaan perdesaan melalui bantuan APBD Kab Pemkab
pemerintah dan pembangunan
perumahan swadaya
relokasi kelompok permukiman
APBD Kab Pemkab
perdesaan dalam kawasan lindung
klasifikasi kelompok permukiman
yang berada pada kawasan budi
APBD Kab Pemkab
daya yang mempunyai akses tinggi, Kawasan perdesaan
sedang dan rendah di seluruh wilayah
identifikasi kelengkapan prasarana kecamatan selain
dan sarana permukiman pada pusat kegiatan.
masing-masing kelompok
APBD Kab Pemkab
permukiman dan
merekomendasikan rencana
pembangunannya
penyediaan prasarana dan sarana
permukiman skala perdesaan
dengan memperhatikan prinsip
APBD Kab Pemkab
pemerataan, pengentasan
kemiskinan, peningkatan kualitas
hidup, efesiensi dan efektivitas

3.7 Perwujudan Kawasan Peruntukan Lainnya

Perwujudan Kawasan e. Pembangunan kawasan


Peruntukan Lainnya komplek markas Kepolisian
Lokasi di Kecamatan
Resor (POLRES) Kabupaten APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
Gadingrejo
Pringsewu di Kecamatan
Gadingrejo;
f. Pembangunan komplek
markas komando Distrik Militer Lokasi di Kecamatan
APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
(Makodim) di Kecamatan Gadingrejo
Gadingrejo;
g. Pembangunan komplek
markas Kepolisian Sektor
(POLSEK) yang berada di di seluruh kecamatan APBD Prov/Kab Pemprov/Pemkab
setiap kecamatan di wilayah
Kabupaten
h. Pembangunan komplek rayon
militer (KORAMIL) yang APBN,
di seluruh kecamatan Pemprov/Pemkab
berada di setiap kecamatan di APBD Prov/Kab
wilayah Kabupaten.
Tabel 3. Indikasi Program Utama
(Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Pringsewu)

Tahun Pelaksanaan
No Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Pelaksana
2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
c. pengembangan dan
Perkotaan Dep. PU/ Pemkab
pemantapan kawasan Pringsewu
APBN/APBD Kab
Kabupaten
perdagangan regional
1
Kawasan strategis d. pengembangan dan
ekonomi
pemantapan kawasan Gadingrejo APBD Prov/Kab Pemkab Kabupaten
agropolitan
e. penyusunan rencana tata
ruang kawasan strategis Gadingrejo APBD Kab Pemkab Kabupaten
agropolitan Gadingrejo
f. pengembangan dan
APBD Kab,
pemantapan kawasan Pagelaran
Swasata
Pemkab Kabupaten
minapolitan
g. penyusunan rencana tata
ruang kawasan strategis pagelaran APBD Kab Pemkab Kabupaten
minapolitan pagelaran.
c. pengembangan dan
pemantapan kawasan
pusat pengembangan Gadingrejo APBD Kab Pemkab
pendidikan di Kecamatan
Gadingrejo; dan
2 Kawasan social budaya d. pengembangan dan Desa Pekon
pemantapan kawasan Margakarya,
pariwisata budaya di Desa Kecamatan
Pringsewu dan APBD Kab Pemkab
Margakarya, Kecamatan Kecamatan
Pringsewu dan Kecamatan
Pardasuka.
Pardasuka.

BUPATI PRINGSEWU,

SUJA
111

LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PRINGSEWU


NOMOR : 02 TAHUN 2012
TANGGAL : 14 FEBRUARI 2012

TABEL 4. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2031
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

A. Kawasan Lindung

A1.Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya


Dilarang apabila kegiatan yang ada di hutan
lindung tidak menjamin fungsi lindung. Dengan
demikian secara bertahap dikembalikan pada
fungsi hutan lindung. Proses peralian fungsi
Dalam kawasan hutan lindung masih disesuaikan dengan kondisi fisik, sosial Kegiatan yang sudah ada dan tidak
diperkenankan dilakukan kegiatan lain ekonomi setempat, dan kemampuan menjamin fungsi lindung, secara
yang bersifat komplementer terhadap pemerintah dengan pengembalian yang layak; bertahap dikembalikan pada
fungsi hutan lindung sebagaimana Siapapun dilarang melakukan penebangan fungsinya, dimana pelaksanaannya
ditetapkan dalam KepmenHut Nomor 50 pohon dalam radius/ jarak tertentu dari mata disesuaikan dengan kondisi fisik,
tahun 2006; air, tepi jurang, waduk, sungai, dan anak sosial dan ekonomi setempat, dan
Diperbolehkan apabila ada hutan sungai yang terletak di dalam kawasan hutan, kemampuan pemerintah disertai
produksi dan kegiatan budidaya lainnya hutan cadangan dan hutan lainnya; penggantian yang laya;
Pembangunan sarana dan
yang masuk dalam hutan lindung Tidak diperbolehkan adanya perbuatan hukum prasarana pada kawasan ini Tanah rusak atau tanah gundul yang
Kawasan Hutan Lindung dengan disertai upaya konservasinya yang potensial mempersulit perwujudan dibatasi. Bangunan yang sudah ada di hutan lindung segera dilakukan
menjadi hutan produksi terbatas; kegiatan hutan lindung seperti pewarisan ada dan tidak mengganggu reboisasi, dan yang berada di luar
Kawasan hutan yang hutan lindung dilakukan penghijauan;
Pada kawasan lindung, kegiatan untuk permukiman, atau jual beli pada pihak fungsi lindung masih
mempunyai fungsi pokok
budidaya yang diperkenankan adalah yang ingin mengolah tanah secara intensif KDB yang diijinkan≤10%, diperkenankan selama dapat Hak atas tanah yang sudah ada di
sebagai perlindungan sistem
kegiatan yang tidak mengolah tanah atau membangun bangunan fisik; KLB 10≤% dan KDH memenuhi ketentuan tata hutan lindung tetap dihormati dan
penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah secara intensif seperti hutan atau Pembatasan pembangunan sarana dan ≥90% bangunan dan tetap melakukan masih boleh dikuasai sepanjang
banjir,mengendalikan erosi, tanaman keras yang panennya atas prasarana. Bangunan yang sudah ada dan tindakan konservasi. Bangunan kegiatan dan penggunaan tanahnya
mencegah intrusi air laut, dan dasar penebangan pohon secara tidak mengganggu fungsi lindung masih baru tidak diijinkan. memenuhi fungsi lindung dan
memelihara kesuburan tanah terbatas/terpilih sehingga tidak terjadi diperkenankan selama dapat memenuhi Jalan setapak dan gazebo melakukan tindakan konservasi
erosi tanah atau merubah bentang ketentuan tata bangunan dan tetap melakukan secara intensif;
alam seperti penambangan bahan tindakan konservasi. Bangunan baru tidak Di dalam kawasan hutan dan hutan
galian atau perindustrian, kecuali diijinkan; cadangan dilarang melakukan
kegiatan tersebut mempunyai nilai pemungutan hasil hutan dengan
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang
ekonomi tinggi bagi kepentingan menggunakan alat-alat yang tidak
bertujuan untuk mengambil bahan bahan
kabupaten, nasional maupun regional; sesuai dengan kondisi tanah dan
galian yang dilakukan di dalam kawasan hutan
Kelestarian sumber air di dalam atau hutan cadangan, diberikan oleh instansi lapangan atau melakukan perbuatan
kawasan hutan, hutan cadangan, dan yang berwenang setelah mendapat lain yang dapat menimbulkan
hutan lainnya harus dipertahankan. persetujuan Menteri; kerusakan tanah dan tegakan;
Kegiatan pertambangan di kawasan hutan
lindung masih diperkenankan sepanjang tidak
dilakukan secara terbuka, dengan syarat harus
dilakukan reklamasi areal bekas
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

penambangan sehingga kembali berfungsi


sebagai kawasan lindung;
Kawasan hutan lindung dapat dialihfungsikan
sepanjang mengikuti prosedur dan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku; Rehabilitasi dilakukan dengan cara:
Pembangunan prasarana wilayah yang harus a. pengayaan sumber daya hayati;
melintasi hutan lindung dapat diperkenankan b. perbaikan habitat;
dengan ketentuan : c. perlindungan spesies biota laut
agar tumbuh dan
~ Tidak menyebabkan terjadinya
d. berkembang secara alami;
perkembangan pemanfaatan ruang
danramah lingkungan.
budidaya di sepanjang jaringan prasarana
tersebut;
~ Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan.

A2. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan sempadan sungai adalah Dilarang mendirikan bangunan di Jika aliran sungai berpindah tempat,
kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, kawasan sempadan sungai yang termasuk kegiatan pelurusan sungai
termasuk sungai buatan/kanal/saluran belum terbangun (IMB tidak atau kegiatan teknis pengairan
irigasi primer yang mempunyai manfaat KDB yang diijinkan 10%, diberikan) lainnya, maka aliran sungai lama
Dilarang mendirikan bangunan di kawasan
penting untuk mempertahankan KLB10%, KDH 90% menjadi tanah negara bebas yang
sempadan sungai yang belum terbangun (IMB Pada kawasan sempadan sungai
kelestarian fungsi sungai dengan lebar dapat dimohon hak tanahnya.
Sempadan Sungai tidak diberikan); Sempadan sungai besar yang belum terbangun diijinkan
sempadan sebagai berikut : Prioritas pemberian hak tanah
Kawasan sepanjang kiri-kanan Dilarang mendirikan bangunan kecuali di luar kawasan kegiatan pertanian dengan jenis
~ Bertanggul dan berada dalam permukiman adalah 100 diberikan kepada bekas pemilik tanah
sungai, termasuk bangunan yang dimaksudkan untuk tanaman yang sesuai seperti
kawasan permukiman dengan lebar meter, sedangkan yang tanahnya terkena aliran sungai
sungaibuatan/kanal/ pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan tanaman keras, perdu, pelindung
paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki sempadan anak-anak yang baru, sekaligus sebagai
saluran irigasi primer yang air; sungai, pemasangan papan
tanggul sebelah luar sungai sebesar 50 meter, kompensasi tanahnya yang hilang;
mempunyai manfaat penting reklame/pengumuman,
Kegiatan/bentuk bangunan yang secara sempadan sungai dan Tanah timbul di sungai berstatus
untuk mempertahankan ~ Tidak bertanggul dan berada diluar pemasangan fondasi dan
sengaja dan jelas menghambat arah dan anak sungai yang tanah negara bebas;
kelestarian fungsi sungai kawasan permukiman dengan lebar rentangan kabel listrik, fondasi
intensitas aliran air sama sekali tidak melewati permukiman
minimal paling sedikit 100 (seratus) jembatan/jalan yg bersifat sosial Pemilikan atau penguasaan tanah
diperbolehkan; minimal 15 meter
meter dari tepi sungai kemasyarakatan, bangunan yang tidak sesuai, dibina untuk
~ Tidak bertanggul pada sungai kecil bendung/bendungan dan menyesuaikan kegiatannya agar
diluar kawasan permukiman dengan bangunan lalu lintas air, gardu serasi atau sejalan secara bertahap,
lebar paling sedikit 50 (lima puluh) listrik, bangunan telekomunikasi dengan jalan membebaskan mereka
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

meter dari tepi sungai. dan pengontrol/pengukur debit dari pengenaan pajak bumi dan
Pemanfaatan ruang untuk ruang air; bangunan atau bentuk sumbangan
terbuka hijau; Jalan Setapak dan Gazebo. lainnya yang dikaitkan dengan
Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi pemilikan atau penguasaan tanah.
Pada kawasan sempadan sungai yang perlindungan kawasan sempadan sungai tetap Apabila ybs tidak mampu
belum terbangun diijinkan kegiatan boleh dilaksanakan tapi dengan pengendalian melaksanakan penyesuaian dengan
pertanian dengan jenis tanaman yang agar tidak mengubah fungsi kegiatannya di sukarela, maka pemerintah baik pusat
sesuai seperti tanaman keras, perdu, masa yg akan datang; maupun daerah dapat melakukan
pelindung sungai, pemasangan papan pembebasan lahan secara bertahap
reklame/pengumuman, pemasangan Untuk kawasan terbangun diadakan program
konsolidasi tanah dan pemeliharaan yang peruntukannya untuk
fondasi dan rentangan kabel listrik, konservasi.
fondasi jembatan/jalan yg bersifat sosial lingkungan, sedangkan yang belum terbangun
kemasyarakatan, bangunan dilarang memberikan IMB;
bendung/bendungan dan bangunan lalu Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
lintas air (seperti dermaga), gardu listrik, menunjang fungsi taman rekreasi
bangunan telekomunikasi dan ~ Dalam kawasan sempadan sungai tidak
pengontrol/pengukur debit air; diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya
Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan yang mengakibatkan terganggunya fungsi
lahan secara luas dapat diperbolehkan; sungai;
Kegiatan yang mampu melindungi atau ~ Dalam kawasan sempadan sungai masih
memperkuat tebing sungai atau saluran diperkenankan dibangun prasarana wilayah
dari kelongsoran, kegiatan yang tidak dan utilitas lainnya dengan ketentuan tidak
memperlambat jalannya arus air, menyebabkan terjadinya perkembangan
kecuali memang sengaja bermaksud pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang
untuk memperlambat laju arus air jaringan prasarana tersebut.
seperti pembuatan cek dam atau krib,
atau dam, atau pembelok arus air
sungai.

Prasarana dan sarana yang Kegiatan yang sudah ada dan dapat
Kegiatan yang diutamakan adalah mendukung pada aspek fungsi mengganggu fungsi kawasan
kegiatan penghutanan atau tanaman lindung kawasan; dipindahkan dengan penggantian
tahunan yang produksinya tidak dengan yang layak;
Kegiatan yang masih
menebang pohon. Kawasan sekitar mata air yang
diperkenankan adalah pertanian
Persawahan dan perikanan masih Penetapan kawasan sumber airnya dikelola oleh BUMD/
dengan jenis tanamanyang tidak
perlindungan setempat PDAM dapat diberikan hak pakai;
diperkenankan. mengganggu mata air,
Dilarang melakukan penggalian atau radius 200 m dari mata
Kegiatan yang masih diperkenankan air. pemasangan papan reklame / Areal tanah pada kawasan sempadan
Sekitar Mata Air perubahan bentuk medan atau pembangunan
adalah pertanian dengan jenis tanaman pengumuman, pondasi dan mata air dikuasai langsung oleh
Kawasan sekeliling mata air yang tidak mengganggu mata air, bangunan fisik yang mengakibatkan Kawasan dengan radius rentangan kabel listrik, kegiatan negara dan jika dikuasai masyarakat,
yang mempunyai manfaat penutupan jalannya mata air serta 15 m daerah mata air sosial masyarakat yang tidak maka diadakan penggantian yang
pemasangan papan
penting untuk kelestarian mengganggu keberadaan dan kelestarian harus bebas dari menggunakan tanah secara layak;
reklame/pengumuman, pondasi dan
fungsi mata air mata air; bangunan kecuali menetap atau terus menerus dan
rentangan kabel listrik, kegiatan sosial Tindakan konservasi yang
masyarakat yang tidak menggunakan bangunan penyaluran air bangunan lalu lintas air; diutamakan adalah yang bersifat
tanah secara menetap atau terus Dalam kawasan rawan bencana vegetatif;
menerus dan bangunan lalu lintas air masih dapat dilakukan Kegiatan yang sifatnya tidak sesuai
untuk mengurangi resiko yang timbul pembangunan prasarana dengan ketentuan, baik secara
akibat bencana alam. penunjang untuk mengurangi swadaya maupun penggantian yang
resiko bencana alam dan layak oleh pemerintah menjadi tanah
pemasangan sitem peringatan yang langsung dimiliki oleh negara,
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

dini (early warning system). dan pemerintah memrogramkan


Dalam kawasan sempadan mata air masih
secara bertahap penggunaan tanah
diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang
yang mampu memelihara kelancaran
pariwisata alam sesuai ketentuan yang
jalannya mata air;
berlaku;
Dilakukan penyesuaian kegiatan yang
Perkembangan kawasan permukiman yang
mendukung pengkonservasian mata
sudah terbangun di dalam kawasan rawan
air.
bencana alam harus dibatasi dan diterapkan
peraturan bangunan (building code) sesuai
dengan potensi bahaya/bencana alam, serta
dilengkapi jalur evakuasi;
Kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan
untuk tidak dibangun pada kawasan rawan
bencana.

Kegiatan yang sudah ada dan dapat


mengganggu fungsi kawasan
dipindahkan dengan penggantian
yang layak;
Prasarana dan sarana yang
mendukung pada aspek fungsi Kawasan sekitar mata air yang
Kegiatan yang diutamakan adalah lindung kawasan; sumber airnya dikelola oleh BUMD/
kegiatan penghutanan atau tanaman PDAM dapat diberikan hak pakai;
tahunan yang produksinya tidak dengan Kegiatan yang masih
menebang pohon. diperkenankan adalah pertanian Areal tanah pada kawasan sempadan
dengan jenis tanamanyang tidak mata air dikuasai langsung oleh
Persawahan dan perikanan masih mengganggu saluran irigasi, negara dan jika dikuasai masyarakat,
diperkenankan. maka diadakan penggantian yang
pemasangan papan reklame /
Kegiatan yang masih diperkenankan Dilarang melakukan penggalian atau layak;
pengumuman, pondasi dan
perubahan bentuk medan atau pembangunan
adalah pertanian dengan jenis tanaman Ditetapkan 5 (lima) meter rentangan kabel listrik, kegiatan Tindakan konservasi yang
bangunan fisik yang mengakibatkan
Sempadan Saluran Irigasi yang tidak mengganggu mata air, di kiri dan kanan saluran sosial masyarakat yang tidak diutamakan adalah yang bersifat
penutupan jalannya mata air serta
pemasangan papan irigasi primer menggunakan tanah secara vegetatif;
reklame/pengumuman, pondasi dan mengganggu keberadaan dan kelestarian
menetap atau terus menerus dan
mata air; Kegiatan yang sifatnya tidak sesuai
rentangan kabel listrik, kegiatan sosial bangunan lalu lintas air;
masyarakat yang tidak menggunakan dengan ketentuan, baik secara
Dalam kawasan rawan bencana swadaya maupun penggantian yang
tanah secara menetap atau terus
masih dapat dilakukan layak oleh pemerintah menjadi tanah
menerus dan bangunan lalu lintas air
pembangunan prasarana yang langsung dimiliki oleh negara,
untuk mengurangi resiko yang timbul penunjang untuk mengurangi
akibat bencana alam. dan pemerintah memrogramkan
resiko bencana alam dan secara bertahap penggunaan tanah
pemasangan sitem peringatan yang mampu memelihara kelancaran
dini (early warning system). jalannya mata air;
Dilakukan penyesuaian kegiatan yang
mendukung pengkonservasian mata
air.

A3. Kawasan Rawan Bencana Alam


Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Rawan Bencana Banjir Dilarang melaksanakan kegiatan permukiman;


Pembangunan saluran drainase dan Untuk daerah yang sudah terbangun,
Aliran air sungai yang kegiatan yang pencegah bencana Dilarang melakukan kegiatan yang berdampak
tingginya melebihi muka buruk dan mempengaruhi kelancaran tata hendaknya diadakan penyuluhan
banjir; Tidak diberikannya sarana dan
airnormal sehingga melimpas drainase dan penanggulangan banjir lainnya; KDB 30-50%, KLB 30- akan bahaya yang mungkin terjadi
prasarana penunjang kegiatan
dari palung sungai Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan 50%dan KDH 50-70% pada masa yang akan datang, secara
Dilarang membangun jembatan yang budidaya di kawasan lindung.
menyebabkan adanya pertanian/perikanan dengan tetap bertahap dan terencana permukiman
mengantisipasi banjir bandang. mengurangi lebar palung sunga dipindahkan.
genangan pada lahanrendah
disisi sungai

Rawan Bencana Longsor


Tertutup bagi kegiatan permukiman,
Kawasan yang potensial persawahan, tanaman semusim dan kegiatan
terjadinya perpindahan Untuk daerah yang sudah terbangun,
budidaya lainnya yang berbahaya bagi
material pembentuk lereng Kawasan dengan kemiringan diatas keselamatan manusia dan lingkungan. hendaknya diadakan penyuluhan
Tidak diberikannya sarana dan
berupa batuan, bahan 40% harus dikonservasi KDB 30-50%, KLB 30- akan bahaya yang mungkin terjadi
Dilarang membangun bangunan pada di prasarana penunjang kegiatan
rombakan, tanah, atau 50%dan KDH 50-70% pada masa yang akan datang, secara
bawah/diatas lereng dan pada lereng yang budidaya di kawasan lindung.
material campuran tersebut, bertahap dan terencana permukiman
terjal (>40%) dipindahkan.
bergerak ke bawah atau
keluar lereng Dilarang memotong tebing jalan menjadi tegak

Tertutup bagi kegiatan permukiman,


persawahan, tanaman semusim dan kegiatan
budidaya lainnya yang berbahaya bagi Untuk daerah yang sudah terbangun,
Rawan Bencana Putting Kawasan dengan kemiringan diatas hendaknya diadakan penyuluhan
keselamatan manusia dan lingkungan. Tidak diberikannya sarana dan
Beliung 40% harus dikonservasi KDB 30-50%, KLB 30- akan bahaya yang mungkin terjadi
Dilarang membangun bangunan pada di prasarana penunjang kegiatan
50%dan KDH 50-70% pada masa yang akan datang, secara
bawah/diatas lereng dan pada lereng yang budidaya di kawasan lindung.
bertahap dan terencana permukiman
terjal (>40%) dipindahkan.
Dilarang memotong tebing jalan menjadi tegak

Tertutup bagi kegiatan permukiman,


persawahan, tanaman semusim dan kegiatan
budidaya lainnya yang berbahaya bagi Untuk daerah yang sudah terbangun,
Kawasan dengan kemiringan diatas hendaknya diadakan penyuluhan
keselamatan manusia dan lingkungan. Tidak diberikannya sarana dan
Kawasan rawan bencana 40% harus dikonservasi KDB 30-50%, KLB 30- akan bahaya yang mungkin terjadi
Dilarang membangun bangunan pada di prasarana penunjang kegiatan
gempa bumi 50%dan KDH 50-70% pada masa yang akan datang, secara
bawah/diatas lereng dan pada lereng yang budidaya di kawasan lindung.
bertahap dan terencana permukiman
terjal (>40%) dipindahkan.
Dilarang memotong tebing jalan menjadi tegak

B. Kawasan Budidaya

B1. Kawasan Peruntukan Pertanian


Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Alih fungsi sawah irigasi


teknis di kawasan
perkotaan diijinkan
maksimum 50%
1. Untuk permukiman :
KDB yang diijinkan 60-
a. Kawasan Pertanian 70%, KLB 60-210 dan
Tanaman Pangan KDH 30-40%
2. Untuk perdagangan Pemanfaatan untuk Perubahan penggunaan lahan dari
Kawasan dimana dilakukan Penanaman tanaman padi secara terus dan jasa : KDB yang
menerus sesuai dengan pola tanam pembangunaninfrastruktur pertanian ke non pertanian wajib
seluruh kegiatan yang Dilarang melaksanakan pembangunan fisik diijinkan 70-80%, KLB
tertentu; penunjang kegiatan pertanian memperhatikan rencana produksi
meliputi usahahulu, usaha dengan fungsi yang tidak mendukung kegiatan 70-240 dan KDH 20-
tani, agroindustri, (irigasi); pangan secara nasional maupun
Penanaman tanaman selain padi, pertanian, kecuali kawasan tersebut berada di 30% regional serta ada Izin lokasi dan izin
pemasaran, dan jasa dengan mempertimbangkan tingkat kawasan perkotaan dimana kawasan lainnya 3. Untuk fasilitas umum : Pembangunan gedung,
penunjang pengelolaan perumahan dan pabrik atau perubahan Penggunaan Tanah;
ketersediaan air dan optimalisasi tidak dapat menampung kegiatan KDB yang diijinkan 50-
sumber daya alam hayati kemampuan produksi; pembangunan yang dibutuhkan kawasan 60%, KLB 50-180 dan bangunan fisik di kawasan Pelaksanaan konservasi tanah atas
dalam agroekosistem yang perkotaan; KDH 40-50% pertanian lahan basah di luar dasar status irigasi, produktivitas, sifat
sesuai dan berkelanjutan, Kegiatan penelitian diijinkan; kawasan perkotaan tidak penggunaan tanah (perkotaan dan
dengan bantuan teknologi, Pemanfaatan untuk pembangunan Dilarang pemanfaatan lahan untuk kegiatan Alih fungsi sawah irigasi diperkenankan kecuali bangunan perdesaan) dan letak, serta luas
modal, tenaga kerja, dan infrastruktur penunjang kegiatan pertanian bukan lahan basah. teknis di kawasan fisik pendukung prasarana irigasi. tanah dilakukan secara bertahap.
manajemen untuk pertanian (irigasi). perdesaan diijinkan
mendapatkan manfaat maksimum 20% terutama
sebesar-besarnya bagi di ruas jalan utama
kesejahteraan masyarakat dengan syarat – syarat
yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah
1. Untuk permukiman :
KDB yang diijinkan 50-
60%, KLB 50-180 dan
KDH 40-50%

2. Untuk perdagangan
dan jasa : KDB yang
diijinkan 60-70%, KLB
60-210% dan KDH 30-
40%
Untuk fasilitas umum :
KDB yang diijinkan 50-
60%, KLB 50-180% dan
KDH 40-50%
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Pemanfaatan lahan untuk agrobisnis,


agroindustri dan agrowisata, penelitian
yang tidak merusak lingkungan;
b. Kawasan Pertanian
Hortikultura Konservasi sungai sebagai kawasan
pertanian lahan basah dengan
Kawasan dimana dilakukan mempertimbangkan daya dukung
seluruh kegiatan yang lingkungan; Dilarang menyelenggarakan pemanfaatan Mempertahankan tanaman keras
meliputi usahahulu, usaha lahan untuk fungsi-fungsi yang berdampak Penyediaan sarana dan yang ada. Budidaya lain yang
tani, agroindustri, Pengusahaan tanaman keras yang
negatif terhadap keseimbangan ekologis; prasarana jalan, listrik, air diperkenankan pada kawasan
pemasaran, dan jasa sesuai dengan syarat tumbuh tanaman KDB yang diijinkan 50-
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan minum, jaringan irigasi, pipa budidaya > 8 % perlu mengacu pada
penunjang pengelolaan dan dapat diberikan hak guna usaha; 60%, KLB 50-180 dan
penyediaan sarana dan prasarana jalan, listrik, minyak dan gas yang tidak SK Menteri Pertanian No.
sumber daya alam hayati Dapat diubah menjadi lahan basah KDH 40-50% menurunkan daya dukung 175/KPT/RC-200/54/1987 tentang
dalam agroekosistem yang air minum, jaringan irigasi, serta pipa
dengan memperhatikan potensi fisik kawasan perkebunan. Pedoman Pola Pembangunan
sesuai dan berkelanjutan, minyak/gas dengan syarat tidak menurunkan
kawasan dan rencana pengembangan Pertanian di daerah Aliran Sungai.
dengan bantuan teknologi, kualitas lingkungan.
jaringan irigasi;
modal, tenaga kerja, dan
Penyediaan sarana dan prasarana
manajemen untuk
jalan, listrik, air minum, jaringan irigasi,
mendapatkan manfaat
pipa minyak dan gas yang tidak
sebesar-besarnya bagi
menurunkan daya dukung kawasan
kesejahteraan masyarakat
pertanian.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Pengembangan jalan tol dengan


kriteria :
~ mempunyai tingkat pelayanan
keamanan dan kenyamanan
yang lebih tinggi
~ untuk lalu lintas antarkota
didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling
rendah 80 (delapan puluh) Prasarana pengolahan hasil pertanian
kilometer per jam, dan untuk (bangunan industri) yang ramah
jalan tol di wilayah perkotaan lingkungan;
didesain dengan kecepatan
rencana paling rendah 60 Pengelolaan limbah yang tidak
(enam puluh) kilometer per mencemari lingkungan;
jam Lembaga keuangan;
~ mampu menahan muatan Kelembagaan petani (kelompok tani,
sumbu terberat (MST) paling koperasi dan asosiasi) yang berfungsi
rendah 8 (delapan) ton sebagai Sentra Pembelajaran dan
~ harus dilakukan pemagaran, Pengembangan Agribisnis (SPPA);
Pengembangan agroindustri dengan mesin dan dilengkapi dengan fasilitas
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
berat dan limbah berbahaya; ~ penyeberangan jalan dalam yang berfungsi sebagai Klinik
KDB yang diijinkan 50- bentuk jembatan atau
Pengembangan Agropolitan Industri dengan limbah yang dapat diolah 60%, KLB 50-180 dan Konsultasi Agribisnis (KKA);
terowongan
untuk kepentingan agropolitan. KDH 40-50% Pengkajian teknologi agribisnis;
Pengembangan jaringan irigasi;
Pusat berbagai kegiatan final
Pengembangan telekomunikasi manufacturing industri pertanian
dengan penyebaran BTS (packing), stok pergudangan dan
bersama; perdagangan bursa komoditas;
Penyediaan listrik yang Pusat berbagai kegiatan tertier agro-
memadai; bisnis, jasa perdagangan, asuransi
Penyediaan air baku untuk air pertanian, perbankan dan keuangan;
bersih dan air minum; Pusat berbagai pelayanan (general
Pengembangan sub – sub agro-industry services);
terminal pada pusat kawasan Penyediaan pupuk dan obat – obatan
agropolitan; tanaman pertanian dan perkebunan.
Sentra pemasaran hasil
agropolitan (pasar).
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Tidak diperkenankan pemanfaatan lahan


untuk fungsi-fungsi non perkebunan;
Tidak diperkenankan pemanfaatan lahan
untuk fungsi-fungsi yang berdampak negatif
terhadap keseimbangan ekologis;
Kegiatan perkebunan tidak diperkenankan
dilakukan di dalam kawasan lindung;
Dilarang memindahkan hak atas tanah usaha
c. Kawasan Peruntukan Diijinkan untuk penanaman tanaman perkebunan yang mengakibatkan terjadinya
Perkebunan perkebunan secara terus menerus satuan usaha yang kurang dari luas minimum
sesuai dengan pola tanam tertentu dan (sesuai Peraturan Menteri);
Kawasan dimana dilakukan
segala kegiatan yang kesesuaian daya dukung lahannya; Dalam kawasan perkebunan dan perkebunan
mengusahakan tanaman Diijinkan untuk pengembangan rakyat tidak diperkenankan penanaman jenis
tertentu pada tanah komoditas baru yang potensial dan tanaman perkebunan yang bersifat menyerap Penyediaan sarana dan
dan/atau media tumbuh memiliki kesesuaian lahan dengan air dalam jumlah banyak, terutama kawasan prasarana jalan, listrik, air
lainnya dalam ekosistem kategori sesuai; perkebunan yang berlokasi di daerah KDB yang diijinkan 50-
minum, jaringan irigasi, pipa
yang sesuai, mengolah dan hulu/kawasan resapan air; 60%, KLB 50-180 dan
Kegiatan penelitian diijinkan; minyak dan gas yang tidak
memasarkan barang dan KDH 40-50%
Bagi kawasan perkebunan besar tidak menurunkan daya dukung
jasa hasil tanaman tersebut, Pemanfaatan untuk pembangunan
diperkenankan merubah jenis tanaman kawasan perkebunan.
dengan bantuan ilmu infrastruktur penunjang kegiatan
perkebunan yang tidak sesuai dengan
pengetahuan dan teknologi, perkebunan;
perizinan yang diberikan;
permodalan serta Sebelum kegiatan perkebunan besar
manajemen untuk Dalam kawasan perkebunan besar dan
dilakukan diwajibkan untuk dilakukan
mewujudkan kesejahteraan perkebunan rakyat diperkenankan adanya
studi kelayakan dan studi AMDAL yang
bagi pelaku usaha bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari
perkebunan dan perkebunan dan jaringan prasarana wilayah;
lembaga yang berwenang.
masyarakat Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi
fungsi lainnya dapat dilakukan sepanjang
sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

d. Kawasan Peruntukan
Peternakan
Kawasan dimana dilakukan
segala urusan yang Pemanfaatan lahan untuk kegiatan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri Pembangunan prasarana yang
KDB yang diijinkan 50%,
berkaitan dengan sumber pemeliharaan, pembiakan dan pengolahan pakan dan hasil ternak secara dibutuhkan untuk kegiatan
KLB 50% dan KDH 50%
daya fisik, benih, bibit penyediaan pakan. permanen. peternakan
dan/atau bakalan, pakan,
alat dan mesin peternakan,
budi daya ternak, panen,
pascapanen, pengolahan,
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

pemasaran, dan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan


pengusahaannya penelitian/pengembangan teknologi
peternakan yang tidak merusak
lingkungan.
Pembangunan prasarana yang
dibutuhkan untuk kegiatan peternakan Untuk memasok kebutuhan makanan
bagi peternakan hewan besar perlu
unggas;
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan-kegiatan pengembangan jenis tanaman
Dapat dibangun bangunan hunian, lainnya yang berdampak negatif terhadap makanan ternak (diversifikasi
fasilitas sosial dan ekonomi secara produktifitas peternakan dan terhadap kualitas tanaman makanan ternak dan
terbatas dan sesuai kebutuhan lingkungan. pengolahan limbah tanaman pangan)
Perlu dibangun infrastruktur penunjang agar kelangsugnan usaha
peternakan secara memadai pengembangan peternakan terjaga.
Kawasan peternakan dikembangkan
pada kawasan yang tidak menimbulkan
gangguan terhadap permukiman.

B2. Kawasan Peruntukan Perikanan


Kegiatan pemijahan, pemeliharaan dan
pendinginan ikan serta penelitian yang
bertujuan untuk pengembangan
kegiatan budidaya perikanan dan
ecotourisme yang tidak merusak
lingkungan;
Sarana dan prasarana pendukung Perlu pemeliharaan air untuk menjaga
budidaya ikan dan kegiatan perikanan Tidak diperkenankanpemanfaatan lahan untuk kelangsungan usaha pengembangan
Kawasan dimana dilakukan lainnya; fungsi-fungsi non perikanan; perikanan. Diusahakan lokasi di luar
kegiatan yang berhubungan Dalam kawasan perikanan masih kawasan yang mudah tergenang air;
Tidak diperkenankanpemanfaatan lahan untuk
dengan pengelolaan dan diperkenankan adanya kegiatan lain fungsi-fungsi yang berdampak negatif Untuk perairan umum perlu diatur
pemanfaatan sumber daya yang bersifat mendukung kegiatan Sarana dan prasarana jenis dan alat tangkapnya untuk
terhadap keseimbangan ekologis; KDB yang diijinkan 50-
ikan dan lingkungannya perikanan dan pembangunan sistem pendukung budidaya ikan dan menjaga kelestarian sumber hayati
secara berkelanjutan, mulai jaringan prasarana sesuai ketentuan Kawasan budidaya perikanan tidak 60%, KLB 50-180 dan kegiatan perikanan lainnya. perikanan;
dari praproduksi, produksi, yang berlaku; diperkenankan berdekatan dengan kawasan KDH 40-50%
yang bersifat polutif; Kegiatan yang sudah ada dan tidak
pengolahan sampai dengan
Kawasan perikanan diperkenankan sejalan dengan kegiatan perikanan
pemasaran yang dilaksanakan Kegiatan perikanan tidak diperkenankan
untuk dialihfungsikan sesuai dengan tetap dipertahankan dengan syarat
dalam suatu sistem bisnis dilakukan di dalam kawasan lindung.
ketentuan peraturan perundang- tidak melakukan perluasan dan
perikanan
undangan yang berlaku; pengembangan.
Dalam kawasan perikanan masih
diperkenankan dilakukan kegiatan
wisata alam secara terbatas, penelitian
dan pendidikan;
Dapat dibangun bangunan hunian,
fasilitas sosial dan ekonomi secara
terbatas dan sesuai kebutuhan.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Prasarana pengolahan hasil


perikanan (bangunan industri) yang
Pengembangan jaringanjalan
ramah lingkungan
Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi non (arteri, kolektor dan tol)
perikanan; KDB yang diijinkan 50- Pengelolaan limbah yang tidak
Pengembangan pelabuhan
Kegiatan Minapolitan 60%, KLB 50-180 dan mencemari lingkungan
Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi yang Sentra pemasaran (TPI)
berdampak negatif terhadap keseimbangan KDH 40-50% Lembaga keuangan
ekologis. Cold Storage
Kelembagaan nelayan (kelompok
nelayan, koperasi dan asosiasi)
Pengkajian teknologi minapolitan
Pusat berbagai kegiatan final
manufacturing industri perikanan
(packing), stok pergudangan dan
perdagangan bursa komoditas;
Pengembangan budidaya perikanan

B5. Kawasan Peruntukan Pertambangan


Kegiatan yang sudah ada yang tidak
Kegiatan yang diijinkan adalah menunjang kegiatan penambangan
Pemanfaatan lahan yang berpotensi
penelitian, penambangan, pengolahan dan membahayakan kegiatan
mengganggu kegiatan produktifitas pertanian.
awal dan pengemasan, pengangkutan, tersebut, secara bertahap
Kawasan dimana dilakukan pengelolaan dan pemantauan kawasan. dipindahkan dengan penggantian
sebagian atau seluruh yang layak;
tahapan kegiatan dalam Kegiatan penambangan yang sudah
rangka penelitian, Jenis bangunan yang diijinkan selesai diselenggarakan hendaknya
pengelolaan dan adalah bangunan pengolahan melakukan konservasi dan rehabilitasi
pengusahaan mineral atau dan penunjang, fasilitas lahan seingga lahan bekas tambang
KDB yang diijinkan 20%, dapat berbahaya dan dapat
batubara yang meliputi pengangkutan dan
KLB 20% dan KDH 80% dimanfaatkan untuk kegiatan produktif
penyelidikan umum, Jenis bangunan yang diijinkan adalah penunjangnya, pos pengawasan
eksplorasi, studi kelayakan, bangunan pengolahan dan penunjang, Kegiatan pertambangan yang tidak bernilai dan kantor pengelola, balai lainnya;
konstruksi, penambangan, fasilitas pengangkutan dan ekonomi tinggi dan mengabaikan kelestarian penelitian Perlu dilakukan peninjauan secara
pengolahan dan pemurnian, penunjangnya, pos pengawasan dan lingkungan. periodik mengenai kelangsungan
pengangkutan dan penjualan, kantor pengelola, balai penelitian. kegiatan penambangan. Bila tidak
serta kegiatan pascatambang memiliki nilai lebih hendaknya
kegiatan penambangan dihentikan
dan dikembalikan fungsinya menjadi
kawasan yang sesuai dengan
peruntukan budidaya lainnya.

B6. Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan dimana dilakukan Pemanfaatan lahan untuk Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi yang Pemanfaatan Jenis bangunan yang diijinkan Perbuatan hukum diperkenankan
kegiatan ekonomi yang pembangunan bangunan dan berdampak negatif terhadap keseimbangan permukiman, adalah bangunan apabila calon subjek mempunyai niat
mengolah bahan mentah, infrastruktur yang menunjang kegiatan ekologis. perdagangan dan jasa produksi/pengolahan dan untuk melakukan kegiatan industri
bahan baku, barang setengah industri. serta fasilitas umum penunjang, fasilitas melalui pengesahan kawasan industri.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

jadi, dan/atau barang jadi maksimum25% dari luas pengangkutan dan Penguasaan/pemilikan tanah yang
menjadi barang dengan nilai areal yang ada penunjangnya, pos pengawasan telah ada & tidak sejalan dengan
yang lebih tinggi untuk KDB yang diijinkan 50%, dan kantor pengelola kegiatan industri tetap dapat
Penguasaan/pemilikan tanah yang telah
penggunaannya, termasuk KLB 50% dan KDH 50% dipertahankan dengan syarat tidak
ada dan tidak sejalan dengan kegiatan
kegiatan rancang bangun dan diintensifkan atau diekstensifkan ke
industri, dengan syarat tidak
perekayasaan industri kawasan industri. Selama kawasan
diintensifkan atau diperluas pada
belum digunakan untuk kegiatan
kawasan industri.
industri, pemiliki tanah masih dapat
meneruskan usaha yang telah
diselenggarakan.
Pemerintah wajib menyediakan
prasarana di luar dan menuju
kawasan industri serta
mempromosikan kawasan kepada
Untuk kegiatan atau bangunan baru yang tidak investor baik dalam maupun luar
serasi dengan kegiatan industri seperti negeri;
permukiman, pertanian, perusahaan dan jasa Perusahaan kawasan wajib memiliki
perkantoran yang tidah ada hubungannya persetujuan prinsip, izin lokasi dan
dengan industri tidak diperkenankan. HGB Industri. Jika HGB induk belum
Penguasaan/pemilikan penggunaan diterbitkan, perusahaan industri dapat
dan pemanfaatan lahan yang telah ada mengajukan permohonan HGB untuk
sepanjang mendukung kegiatan utama kaplingnya. Permohonan hak tanah
diijinkan pada kawasan industri. dan perpanjangan izin lokasi dan
HGB Induk. Jika HGB induk belum
diterbitkan, perusahaan industri dapat
mengajukan permohonan HGB untuk
kaplingnya;
Kegiatan industri wajib dikenakan
AMDAL. Limbah yang keluar harus
berada dibawah ambang yang
diperkenankan sebelum air limbah
disalurkan ke drainase umum.

B7. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Jenis bangunan yang diijinkan Untuk mempertahankan kawasan
Pemanfaatan
adalah gardu pandang, restoran wisata diperlukan pengawasan dan
Kegiatan yang diijinkan adala permukiman,
dan fasilitas penunjang lainnya, pengendalian daya tampung kegiatan
Kawasan dengan luas tertentu kunjungan atau pelancongan, olahraga Vandalisme dan tindakan-tindakan lainnya perdagangan dan jasa
fasilitas rekreasi,olahraga, pariwisata agar tetap terjamin
yang dibangun atau didirikan dan rekreasi, pertunjukan dan hiburan, yang dapat mengurangi nilai obyek wisata serta fasilitas umum
tempat pertunjukan, pasar dan kenyamanan dan keamanan
untuk memenuhi kebutuhan komersial, menginap/bermalam, serta dapat mencemari lingkungan. maksimum 20% dari luas
pertokoan wisata, serta fasilitas lingkungannya; menguasai dan
pariwisata pengamatan, pemantauan, lahanyang ada dengan
parkir, fasilitas pertemuan, hotel, mengendalikan kegiatan pariwisata
pengawasan dan pengelolaan kawasan. KDB yang diijinkan 30%,
cottage, kantor pengelola dan agar tidak mengganggu kelancaran
KLB 30% dan KDH 70%
pusat informasi serta bangunan lalu lintas regional;
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Jenis bangunan yang diijinkan adalah lainnya yang dapat mendukung


gardu pandang, restoran dan fasilitas upaya pengembangan wisata
penunjang lainnya, fasilitas yang ramah lingkungan,
rekreasi,olahraga, tempat pertunjukan, disesuaikan dengan karakter dan
pasar dan pertokoan wisata, serta Untuk kegiatan ecotourism, pengembangan lokasi wisata yang akan
fasilitas parkir, fasilitas pertemuan, yang dilakukan tidak bertentangan dengan dikembangkan
hotel, cottage, kantor pengelola dan fungsi kawasan, sehingga harus disesuaikan
pusat informasi serta bangunan lainnya dengan fungsi kawasan tersebut, terutama
yang dapat mendukung upaya pada kawasan lindung.
pengembangan wisata yang ramah
lingkungan, disesuaikan dengan
karakter dan lokasi wisata yang akan
dikembangkan

B8. Kawasan Peruntukan Permukiman

Pengembangan permukiman perkotaan


yang layak huni dan sesuai dengan
kemampuan lahan.
Penyediaan infrastruktur yang memadai Pemanfaatan
pada permukiman padat, penyediaan perdagangan dan jasa
perumahan baru, dan penyediaan serta fasilitas umum
Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri. maksimum 20% dari luas
Peningkatan kualitas lingkungan lahan yang ada
permukiman perkotaan melalui
Untukpermukiman
perbaikan jalan lingkungan dan jalan Pengembangan permukiman yang tidak Perlu adanya pengawasan dari
perkotaan KDB yang
setapak, saluran pembuangan air hujan,
dilengkapi dengan pembangunan infrastruktur diijinkan 60-70%, KLB 60- pemerintah serta kerja sama antara
pengadaan sarana lingkungan, Semua jenis bangunan dapat
penunjang permukiman serta yang tidak 210% dan KDH 30-40% pihak pemerintah-developer untuk
pembangunan sarana MCK (mandi, dikembangkan kecuali untuk
a. Kawasan Peruntukan sesuai dengan peruntukan lahan dan merusak Kawasan perdagangan pengembangan permukiman yang
cuci, kakus) dan pelayanan air bersih; industri-industriberpolutan yang
Permukiman Perkotaan lingkungan. dan jasa di lingkungan layak huni.
mengancam kualitas kehidupan
Diijinkan untuk pengembangan permukiman masyarakat akibat limbah yang
kawasan permukiman baru dan harus perkotaanKDB yang dihasilkan baik cair, padat
disertai dengan penyediaan infrastruktur diijinkan 70-80%, KLB 70- maupun asap
yang memadai, seperti penyediaan 240% dan KDH 20-30%
jaringan drainase dan pematusan,
pelayanan jaringan listrik, telepon, air Kawasan fasilitas umum
bersih dan sistem sanitasi yang baik. di lingkungan permukiman
Kawasan permukiman baru harus perkotaan KDB yang
menghindari pola enclave. diijinkan 50-60%, KLB 50-
180% dan KDH 40-50%
Perlu adanya pengawasan ketat dari
Dilarang merusak atau mengalihfungsikan
Diijinkan alihfungsi bangunan pemerintah mengenai pemanfaatan
kawasan yang terdapat bangunan lama/ kuno
lama/kuno asalkan tidak merusak kawasan khusus seperti kawasan
yang merusak bentuk dan kondisi
bentuk dan kondisi bangunannya. pelestarian bangunan
bangunannya.
kuno/bersejarah.
b. Kawasan Peruntukan Diarahkan perkembangan permukiman Perkembangan kawasan permukiman yang Semua jenis bangunan dapat
Kawasan Permukiman
Permukiman Perdesaan yang membentuk cluster dengan menggunakan lahan peruntukan lindung atau dikembangkan kecuali untuk
Perdesaan KDB yang -
pembatasan pengembangan peruntukan pertanian. industri-industri berpolutan yang
diijinkan 50-60%, KLB 50-
permukiman pada kawasan lindung. Perkembangan permukiman perdesaan yang mengancam kualitas kehidupan
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Pengembangan kawasan permukiman tidak sesuai denganperuntukan lahan dan 180% dan KDH 40-50% masyarakat akibat limbah yang
perdesaan yang memiliki potensi tidak memiliki jaminan ketersediaan prasarana Kawasan perdagangan dihasilkan baik cair, padat
sebagai penghasil produk unggulan penunjang bagi masyarakat. dan jasa di lingkungan maupun asap
pertanian atau sebagai kawasan sentra permukiman perdesaan
produksi dan dilengkapi dengan KDB yang diijinkan 60-
lumbung desa modern, juga pasar 70%, KLB 60-210% dan
komoditas unggulan. KDH 30-40%
Perkembangan kawasan permukiman
baru yang memperhatikan kesiapan Kawasan fasilitas umum
lahan, kesesuaian peruntukan dan daya di lingkungan permukiman
dukung lahan, jaminan ketersediaan air, perdesaan KDB yang
terbentuknya kelompok pendukung diijinkan 50-60%, KLB 50-
pembangunan perumahan dan 180% dan KDH 40-50%
permukiman yang tidak hanya
mendukung usaha peningkatan kualitas
lingkungan hidup, namun juga usaha
peningkatan kesehatan masyarakat,
serta sasaran strategis yang telah
disepakati.
Diijinkan pengembangan kawasan
unggulan perdesaan sebagai kawasan
terpilih pusat pengembangan.
B9. Kawasan Peruntukan Lainnya
pembangunan kawasan perdagangan Kawasan perdagangan
dan jasa harus sesuai dengan dan jasa di lingkungan
a. Kawasan Perdagangan peraturan teknis dan peraturan lainnya permukiman Perlu adanya pengendalian yang ketat
dan jasa yang berlaku (KDB, KLB, sempadan perkotaanKDB yang dan pemberian sangsi bagi yang
- -
bangunan, dan lain sebagainya; dan diijinkan 70-80%, KLB 70- melanggar ketentuan yang telah
kegiatan pembangunan tidak 240% dan KDH 20-30% ditetapkan
diperkenankan dilakukan di dalam
kawasan lindung.
pembangunan kawasan pertahanan
KDB, KLB dan KDH
dan keamanan harus sesuai dengan
b. Kawasan peruntukan menyesuaikan dengan
peraturan teknis dan peraturan lainnya Perlu adanya pengendalian yang ketat
pertahanan dan jenis peruntukkan yang
yang berlaku (KDB, KLB, sempadan dan pemberian sangsi bagi yang
keamanan - akan dilakukan -
bangunan, dan lain sebagainya; dan melanggar ketentuan yang telah
sebagaimana ketentuan
kegiatan pembangunan tidak ditetapkan
yang ditetapkan
diperkenankan dilakukan di dalam
sebelumnya
kawasan lindung.

C. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana

C.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Utama


Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan


provinsi tidak diperkenankan adanya kegiatan
yang dapat menimbulkan hambatan lalu
lintas regional;
sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan
provinsi tidak diperkenankan adanya akses KDB, KLB dan KDH
Kegiatanbudidaya yang dapat
langsung dari bangunan ke jalan; menyesuaikan dengan
dikembangkan sepanjang Perlu adnaya pengendalian terutama
a. Sistem Jaringan bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan jenis peruntukkan yang
memperhatikan Rumija, Rumaja dan - IMB yang dikeluarkan oleh
Transportasi darat nasional dan provinsi harus memilki akan dilakukan
Garis sempadan yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah
sempadan bangunan yang sesuai dengan sebagaimana ketetapan
oleh pemerintah setempat
ketentuan setengah ruas milik jalan ditambah sebelumnya
1 (satu); dan
lokasi terminal tipe A dan B diarahkan lokasi
yang strategis dan memiliki akses ke jalan
arteri primer sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.
Perlintasan rel KA dengan jalan yang
memiliki volume lalu lintas yang tinggi KDB, KLB dan KDH
diusahakan agar tidak berada dalam menyesuaikan dengan
satu bidang; dan jenis peruntukkan yang
b. Sistem Perkeretaapian - - -
Bangunan di sepanjang lintasan rel KA akan dilakukan
harus berada di luar garis sempadan rel sebagaimana ketetapan
sesuai dengan undang-undang sebelumnya
perkeretaapian nasional.

C.2. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Permukiman,
perdagangan jasa dan
fasilitas umum dapat
dikembangkan di sekitar
prasarana energi dengan
Perlu adanya pengendalian yang
radius 20-25 meter dari
a. Prasarana Energi dan Kegiatan budidaya dapat dilakukan ketat dan pemberian sangsi bagi yang
- prasaranan energi -
Kelistrikan dengan persyaratan tertentu melanggar ketentuan yang telah
KDB, KLB dan KDH
ditetapkan
menyesuaikan dengan
jenis peruntukkan yang
akan dilakukan
sebagaimana ketetapan
sebelumnya
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

Permukiman,
perdagangan jasa dan
fasilitas umum dapat
dikembangkan di sekitar
prasarana energi dengan
radiun 20-25 meter dari
prasaranan
telekomunikasi
Perlu adanya pengendalian yang
KDB, KLB dan KDH
b. Prasarana Kegiatan budidaya dapat dilakukan ketat dan pemberian sangsi bagi yang
- menyesuaikan dengan -
Telekomunikasi dengan persyaratan tertentu melanggar ketentuan yang telah
jenis peruntukkan yang
ditetapkan
akan dilakukan
sebagaimana ketetapan
sebelumnya
Ketinggian tower tidak
boleh lebih dari 52 meter
berdasarkan ketetapan
yang dikeluarkan
pangkalan TNI AU

Kegiatan yang dilakukan diluar kegiatan


Ketentuan tentang
yang menunjang prasarana sumber
sempadan sebagaimana Perlu adanya pengendalian terutama
c. Prasarana Sumber daya air dilarang
- ditetapkan dalam - IMB yang dikeluarkan oleh
Daya Air Kegiatan yang boleh berkembang
ketentuan sempadan Pemerintah Daerah
adalah kegiatan pertanian, perkebunan,
sungai dan waduk
hutan dan RTH

Berupa pemanfaatan PDAM untuk


d. Sistem penyediaan air
melayani kebutuhan air minum - - - -
minum
perkotaan.

pemanfaatan ruang yang diperbolehkan


di kawasan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPST) meliputi kegiatan
bongkar muat sampah, pemilahan dan
pengolahan sampah, kegiatan budidaya
pertanian dan kegiatan lain yang
mendukung;
e. Sistem jaringan pemanfaatan ruang di sekitar di
- - - -
persampahan kawasan TPA dan TPST sebagai ruang
terbuka hijau;
pemanfaatan ruang yang tidak
diperbolehkan di sekitar kawasan TPA
dan TPST adalah kegiatan permukiman;
dan
pelarangan kegiatan yang menimbulkan
pencemaran lingkungan di kawasan
TPA dan TPST.
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kawasan
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Ketentuan Umum Prasarana
Kabupaten Ketentuan Umum Lainnya
Diperbolehkan/Diizinkan Dilarang/Diizinkan Dengan Syarat Intensitas Bangunan Minimum

pemanfaatan ruang yang diperbolehkan


ruang terbuka hijau;
Perlu adanya pengendalian yang ketat
kegiatan yang diperbolehkan berupa
f. Sistem pengelolaan air dan pemberian sangsi bagi yang
kegiatan pembangunan dan - - -
limbah melanggar ketentuan yang telah
pemeliharaan jaringan; dan
ditetapkan
kegiatan yang dilarang berupa kegiatan
yang merusak jaringan air limbah.

kegiatan yang diperbolehkan berupa


kegiatan pembangunan dan
pemeliharaan jaringan;
Perlu adanya pengendalian yang ketat
kegiatan yang tidak diperbolehkan
dan pemberian sangsi bagi yang
g. Sistem drainase meliputi: - - -
melanggar ketentuan yang telah
kegiatan yang menimbulkan
ditetapkan
pencemaran saluran; dan
kegiatan yang menutup dan
merusak jaringan drainase.

pemanfaatan ruang yang diizinkan


ruang terbuka hijau;
Perlu adanya pengendalian yang ketat
kegiatan yang diperbolehkan berupa
h. Jalur dan ruang dan pemberian sangsi bagi yang
perhubungan dan komunikasi; dan - - -
evakuasi bencana melanggar ketentuan yang telah
kegiatan yang dilarang berupa kegiatan
ditetapkan
yang menghambat kelancaran akses
jalur evakuasi

BUPATI PRINGSEWU,

SUJADI

Anda mungkin juga menyukai