Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILEKTOMI DI KAMAR OPERASI 5 IBS RSUD


DR. MOWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :

NURUL ANWAR ANIS IKA MASRI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERAWAT KAMAR OPERASI

RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2019
A. PENGERTIAN

Tonsilitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan
pada populasi umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan
bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari
pasien yang datang berkunjung kepelayanan kesehatan terutama anak-anak ( Eadimaharti,
2003 ).

Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring, dapat disebabkan oleh
salah satu bakteri (streptokokus) atau virus (adenovirus). Saat bakteri dan virus masuk ke
dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan
datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis

B. ANOTOMI

Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipermukaan
oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot
yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar
tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. otot ini lebih
penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak
melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan paltum mole. Di
inferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring.
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30
kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil
terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali
makan.

C. ETIOLOGI

Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang
biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.

2. Streptokokus Viridans

Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang


baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki
kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka
mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.

3. Streptokokus Piogenes

Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus
Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari
infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit

4. Virus Influenza

Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus
influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia
gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapatmenyebabkan terjadinya
pneumonia
D. MANEFESTASI KLINIS

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama).
Gejala lain :
1.      Demam
2.      Tidak enak badan
3.      Sakit kepala
4.      Muntah
Menurut Mansjoer, A (2009) gejala tonsilitis antara lain :
1.      Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2.      Tenggorokan terasa kering
3.      Persarafan bau
4.      Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus
membesar dan terisi detritus
5.      Tidak nafsu makan
6.      Mudah lelah
7.      Nyeri abdomen
8.      Pucat
9.      Letargi
10.  Nyeri kepala
11.   Disfagia (sakit saat menelan)
12.  Mual dan muntah

E. KLASIFIKASI

a. Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)


1.  Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2.  Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih
kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang
buruk.
b. Macam-macam grading tongsilitis

Ukuran tonsil dibagi menjadi :

T0    :     Post tonsilektomi

T1    :     Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris

T2    :    Sudah melewati pilar anterior, tapi belum melewati garis paramedian


(pilar posterior)

T3    :     Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median

T4    :     Sudah melewati garis median


F. PATOFISIOLOGI

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.  Test laboratorium
Test laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam
rematik, glomerulunefritis dan demam jengkering.
2.   Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
3.  Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk
suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
I. TEKNIK OPERASI
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang masih
menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam. Pemilihan jenis teknik
operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca
operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baaru
ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik
Guillotine dan diseksi
1. Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untu mengangkat tonsil secara cepat dan praktis.
Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta
kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya
terangkat atau timbul perdarahan yang hebat.

Gambar 4 : Teknik Tonsilektomi Guillotine


2. Teknik Diseksi
Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi. Metode
pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi.
Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik kearah medial,
sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle
knifedilakukan pemotongan mukosa dari pilar tersebut.
gambar 4 : Teknik Tonsilektomi Diseksi
3. Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi
untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi
elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf atau jantung.
Gambar 4 : Teknik Tonsilektomi elektrokauter
4. Radiofrekuensi
Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung kejaringan. Densitas
baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka kerusakan bagian
jaringan melalui pembentukan panas. Selama periode 4-6 minggu, daerah jaringan
yang rusak mengecil dan total volume jaringan berkurang.
5. Skapel harmonik
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan
mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.

Gambar 4 : Teknik Tonsilektomi Skapel Harmonik


LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN OPERASI TONGSILEKTOMI DENGAN INDIKASI


TONGSILITIS PADA Nn.S DI KAMAR OPERASI 5 IBS RSUD DR.MOEWARDI
SURAKARTA

I. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Nn. S
UMUR : 20 Tahun
DIAGOSA : Tongsilitis
RENCANA TINDAKAN : Tongsilektomi

A. Alat tidak steril


1. Gunting verban / bandage scissors

2. Plat diatermi

3. Mesin diatermi
4. Mesin suction

5. Lampu operasi

6. Meja operasi

7. Meja mayo

8. Meja instrumen

9. Standar infus

10. Tempat sampah

a. Linen : plastik kuning besar


b. Medis : plastik kuning
c. Non medis : plastik hitam
d. Plabot dan spuit tanpa jarum : plastik warna coklat
e. Benda tajam : safety box

B. Alat Steril
1. Pack operasi
2. Com besar
3. Com cuci kulit
4. Bengkok
5. Hand lamp
6. Kassa steril
7. Hampis couter
C. Bahan habis pakai
1. Handscon 6,5 / 7 / 7,5 2/4/4

2. Betadine 2

3. Selang suction 1

4. Kassa steril 30 lb

5. Benang multifilamen absobabel Cromic no. 1 2


6. Kassa depres sckp

D. Persiapan pasien
1. Persetujuan operasi
2. Alat-alat dan obat-obatan
3. Puasa
4. Lavement
5. Foto rogsen

Setelah pasien dilakukan anesthesi

1. Mengatur posisi supinasi (terlentang)


2. Memasang folley cathetera (kalau perlu)
3. Memasang foto rogsen
E. Instrumen
Set Dasar Yang Disiapkan
1. Gunting benang 1
2. Klem bengkok 3
3. Hak tonsil 1
4. Sluder binder 1
5. Rouder binder 2
6. Mouth gag ganin 1
7. Kanul section 1
8. Tong spatel 1

F. Prosedur Tindakan
1. Posisiskan pasien dengan posisi supinasi
2. Dilakukan sign in sebelum pasien di anestesi
3. Team melakukan cuci tangan dan dilanjutkan dengan gouning dan gloving sesuai
prosedur
4. Perawat instrumen menyiapkan instrumen operasi yang akan digunakan sedangkan
asisten melakukan tindakan aseptik menggunakan Nacl dan betadine.
5. Setelah itu melakukan penutupan area operasi menggunakan duk sedang, duk kecil
kemudian difiksasi dengan duk klem dan pasang duk besar.
6. Pasang dan atur selang suction, klem dengan duk klem dan memberitahu operator
bahwa sudah siap dipergunakan
7. Jika persiapan sudah berjalan dengan baik, maka dilakukan time out/konfirmasi
oleh perawat sirkuler meliputi :
a. Nama pasien
b. No. RM
c. Prosedur Operasi
d. Lokasi insisi sudah benar
e. Sudahkah dilakukan pemberian profilaksis antibiotic
f. Bagaimana mencegah kejadian tidak diharapkan yang meliputi bidang bedah
dan anastesi
g. Pemeriksaan jumlah dan jenis instrument dan BHP
h. Memastikan alat-alat yang digunakan steril dan berfungsi dengan baik
8. Beri operator tong spatel dan section untuk membersihkan area mulut.
9. Beri operator mouth gag ganin beserta suspensi untuk menjepit mouth gag untuk
memperluas lapangan operasi.
10. Setelah itu identifikasi tonsil kanan, kemudian beri operator tongspatel untuk
menyibah lidah dan sluder binder untuk menggambil tonsil. Tongsil dimasukan di
lubang sluder setelah masuk semua ditekan sampai tongsil terjepit dengan teknik
endorotasi ekstorasi sampai tonsil terlepas
11. Beri pilar hak, beri asisten section dan klem+kassa untuk menekan perdarahan.
12. Setelah tonsil terdiseksi, kemudian beri klem untuk mengklem perdarahan disekitar
area yang telah diseksi.
13. Kemudian beri rouder binder pada operator yang sudah diberi benang chromic No.
1 dengan dipotong jarumnya untuk meligasi perdarahan.
14. Beri gunting benang kepada asisten untuk menggunting benang.
15. Setelah semua jaringan diligasi, observasi perdarahan sampai teratasi.
16. Setelah itu beri kassa tonsil yang sudah diberi betadin untuk menekan sisa
perdarahan.
17. Kemudian lakukan pada tonsil yang sebelah kiri dengan prosedur sesuai diatas.
18. Identifikasi tonsil kiri, kemudian beri operator tongspatel untuk menyibah lidah
dan sluder binder untuk menggambil tonsil. Tongsil dimasukan di lubang sluder
setelah masuk semua ditekan sampai tongsil terjepit dengan teknik endorotasi
ekstorasi sampai tonsil terlepas
19. Beri pilar hak, beri asisten section dan klem+kassa untuk menekan perdarahan.
20. Setelah tonsil terdiseksi, kemudian beri klem untuk mengklem perdarahan disekitar
area yang telah diseksi.
21. Kemudian beri rouder binder pada operator yang sudah diberi benang chromic No.
1 dengan dipotong jarumnya untuk meligasi perdarahan.
22. Beri gunting benang kepada asisten untuk menggunting benang.
23. Setelah semua jaringan diligasi, observasi perdarahan sampai teratasi.
24. Setelah itu beri kassa tonsil yang sudah diberi betadin untuk menekan sisa
perdarahan.
25. Lepaskan mouth gag.
26. Operasi selesai, inventaris alat dan kasa.
27. Alat - alat instrumen dirapikan dan dibawa ke bagian CSSD.

EVALUASI
a. Proses operasi.
b. Kelengkapan instrument.
c. Kelengkapan alat-alat penunjang operasi.
d. Kelengkapan status pasien.
e. Pemulihan kesadaran pasien.
f. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
g. Evaluasi pendarahan.

Anda mungkin juga menyukai