RS HARAPAN BUNDA
DI SUSUN OLEH:
1. DELIMA
2. RAYA MONITA
3. DJONI FAISAL
4. SUCI AMALIA
5. NURUL ANWAR
6. IRFANGI
JAKARTA TIMUR
2020
A. PENGERTIAN
Tonsilitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan
pada populasi umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan
bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari
pasien yang datang berkunjung kepelayanan kesehatan terutama anak-anak ( Eadimaharti,
2003 ).
Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring, dapat disebabkan oleh
salah satu bakteri (streptokokus) atau virus (adenovirus). Saat bakteri dan virus masuk ke
dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan
datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis
B. ANOTOMI
Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipermukaan
oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot
yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar
tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. otot ini lebih
penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak
melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan paltum mole. Di
inferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring.
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30
kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil
terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali
makan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang
biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus
Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari
infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit
4. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus
influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia
gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapatmenyebabkan terjadinya
pneumonia
D. MANEFESTASI KLINIS
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
5. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
6. Tenggorokan terasa kering
7. Persarafan bau
8. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar
dan terisi detritus
9. Tidak nafsu makan
10. Mudah lelah
E. KLASIFIKASI
Reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman
Epitel terkikis
tonsilitis
Pembengkakan tonsil
v
Sumbatan jalan nafas
tonsilektomi
Resiko Peningkatan
perubahan suhu tubuh
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
F. PATOFISIOLOGI
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test laboratorium
Test laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam
rematik, glomerulunefritis dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk
suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
J. TEKNIK OPERASI
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang masih
menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam. Pemilihan jenis teknik
operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca
operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baaru
ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik
Guillotine dan diseksi
1. Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untuk mengangkat tonsil secara cepat dan praktis.
Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta
kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya
terangkat atau timbul perdarahan yang hebat.
Gambar 4 : Teknik Tonsilektomi Guillotine
2. Teknik Diseksi
Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi. Metode
pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi.
Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik kearah medial,
sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle
knifedilakukan pemotongan mukosa dari pilar tersebut.
gambar 2 : Teknik Tonsilektomi Diseksi
3. Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi
untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi
elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf atau jantung.
2. Pasca bedah
a. Nyeri akut b.d engan injuri fisik: kerusakan jaringan
b. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
c. PK: perdarahan
2. Medication
administration
Definisi : penggunaan
agen farmakologi untuk
menghentikan atau
mengurangi nyeri.
Intervensi :
a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya nyeri
f. Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
g. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
i. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
j. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)
2. Infection Protection
Deinisi :
Pencegahan dan deteksi
dini infeksi pada pasien
yang beresiko
Intervensi :
TINJAUAN KASUS
RS HARAPAN BUNDA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama : An.D
b. Umur : 17 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Pelajar
e. Pendidikan : SMA
f. No. RM : 610509
g. Dx Medis : Tonsilitis Kronis
h. Tindakan Operasi : Tonsilektomi
i. Tanggal Operasi : 21 Agustus 2020
j. Tanggal pengkajian : 21 Agustus 2020 (Jam: 10.00 wib)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. Vital sign :
TD : 125/74 mmHg
N : 86x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,6 0C
d. Keluhan utama:
Pasien mengatakan takut.
e. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien mengatakan di bawa ke ruang operasi untuk dilakukan operasi amandel, pasien
sebelumnya mengeluh sering radang tenggorokan berulang, terakhir kambuh satu
bulan yang lalu.
f. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan mengalami penyakit ini sejak SD 5 tahun yang lalu dan tidak ada
riwayat penyakit lain.
g. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan ibunya menderita penyakit yang sama dengan pasien
3. Data Fokus :
a. Pemeriksaan fisik
Kepala : Mesocephal, simetris, rambut bersih hitam
Mata : Simertis, konjungtiva merah muda
Hidung: Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik
Telinga: Bersih, fungsi pendengaran baik
Mulut : kondisi gigi kurang bersih, mukosa bibir kering, ada nyeri telan, ukuran
tonsil di T3 (Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis
median)
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak ada rektaksi dada
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, irama jantung reguler, S1&S2 tunggal
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak tampak benjolan
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL 20tpm di tangan kiri, akral hangat
Bawah : Akral hangat, kekuatan otot (+)
b. Pengkajian pola fungsional
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting harus selalu di jaga.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan puasa mulai jam 08.00 wib
3) Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan beraktivitas seperti biasa jika pasien minum es maka radang
tenggorokan nya akan kambuh.
4) Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena akan dilakukan operasi.
5) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik. Pasien banyak bertanya
terhadap tindakan operasi yang akan dilakukan.
6) Pola reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki –laki.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien mengatakan semoga dengan di operasi penyakitnya tidak akan kambuh lagi.
8) Pola mekanisme koping
Pasien tampak berdoa untuk kelancaran operasinya.
9) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan meyakini penyakitnya akan sembuh karena Allah.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (Tanggal 21-08-2020)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
H2TL
Hemoglobin 14.7 g/dL 13.3 – 16.6
Hematokrit 41.1 % 41.3 – 52.1
Leukosit 6.8 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 318 10^3/uL 150 – 440
HEMOSTASIS
Masa Perdarahan (BT) 1.30 Menit 1.00 – 7.00
Masa Pembekuan (CT) 8.00 Menit 4.00 – 10.00
KARBOHIDRAT
GDS 104 mg/dL < 200
FUNGSI HATI
SGOT (AST) 16 U/L 0 – 45
SGPT (ALT) 13 U/L 0 – 41
FUNGSI GINJAL
Ureum darah 20 mg/dL 17 – 49
BUN 9.0 mg/dL 8.0 – 23.0
Kreatinin Darah 0.83 mg/dL 0.67 – 1.17
Egfr 128 mL/min/1.73 m^2 >=90 : normal
60-89 : ringan
30-59 : sedang
15-29 : berat
<=15 : gagal
ginjal
Seroimunologi
Anti HIV Skrining
Anti HIV Rapid 1 Non Reaktif Non Reaktif
Anti HIV Rapid 2 - Non Reaktif
Anti HIV Rapid 3 - Non Reaktif
Rapid Test
Covid Non Reaktif
Non Reaktif
5. Persiapan Pre-Operasi
a. Cairan parenteral : Infus RL 20 tpm
b. Jenis anestesi : Umum
c. Pencukuran daerah op : Tidak dilakukan
d. Puasa : 8 jam sebelum operasi
e. Antibiotik : Taxegram 1gr
f. Informed consent : Sudah
g. Baju operasi : Sudah
h. Persiapan mental : Berdoa sebelum masuk kamar operasi
i. Latihan : Pasien sudah diajari teknik nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri.
6. Persiapan intra operasi
Persiapan pasien di meja operasi
a. Posisi pasien : Supine
b. Pemasangan bedside monitor
c. Operator : Dr. Mediana Sp.THT-BKL
d. Anestesi : Dr. Panji Sp.An
e. Penata anestesi : Br. Faisal
f. Asisten : Zr. Teti
g. Instrumen : Zr. Teti
h. On loop : Zr. Lastri
i. Waktu operasi : 16.00 wib – 16.26 wib
Persiapan perawat
B. ANALISA DATA
Hari/Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Masalah
Jumat, 21-08- DS : Tonsilitis Ansietas
2020 Pasien mengatakan takut
16.00 wib DO : Proses
Pasien banyak bertanya pembedahan
tentang tidakan yang akan
dilakukan. Ansietas
Jumat,21-08- DS : - Pembedahan Resiko
2020 DO : perdarahan
16.00 wib Akan dilakukan tindakan Insisi bedah
Tonsilektomi
Hasil hemostatis Terputusnya
BT : 1.30 menit jaringan
CT : 8.00 menit
Resiko perdarahan
Jumat,21-08- DS : - Pembedahan Resiko
2020 DO : infeksi
16.00 wib Akan dilakukan tindakan Prosedur infasiv
tonsilektomi pembedahan
Leukosit : 6.8 10^3/uL
Pot the entry
Resiko infeksi
Jumat,21-08- DS : - Insisi bedah Resiko
2020 DO : nyeri
16.00 wib Akan dilakukan tindakan Terputusnya
tonsilektomi jaringan
Akan dilakukan insisi pada
tonsil Resiko nyeri
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d proses pembedahan
2. Resiko nyeri b.d terputusnya jaringan (pembedahan)
3. Resiko infeksi b.d prosedur infasiv pembedahan
4. Resiko perdarahan b.d terputusnya jaringan dan pembuluh darah
D. INTERVENSI
No Dx. Kep Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi
1 Ansietas b.d Setelah dilakukan edukasi 1. Kaji tingkat kecemasan
proses selama 10 menit diharapkan pasien
pembedahan ansietas berkurang. 2. Jelaskan semua
Kriteria hasil: prosedur yang akan
Pasien memahami dilaksanakan
tindakan pembedahan 3. Instruksikan pasien
yang akan dilakukan melakukan teknik
distraksi dan relaksasi
4. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
terapi obat untuk
mengurangi kecemasan
2 Resiko nyeri Setelah dilakukan edukasi 1. Kaji pengetahuan
b.d terputusnya selama 10 menit, pasien pasien tetntang nyeri
jaringan mampu mengontrol nyeri. 2. Jelaskan semua
(pembedahan) Kriteria hasil: prosedur yang akan
Pasien mampu mengontrol dilaksanakan
nyeri 3. Instruksikan pasien
Melaporkan nyeri melakukan teknik
berkurang setelah distraksi dan relaksasi
melakukan manajemen 4. Kolaborasi dengan
nyeri dokter pemberian
terapi obat untuk
mengurangi nyeri
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi proses
b.d prosedur pembedahan selama 60 pembedahan
infasiv menit resiko infeksi tidak 2. Lakukan cuci tangan
pembedahan terjadi. steril sebelum tindakan
Kriteria hasil : pembedahan
Klien bebas dari infeksi 3. Lakukan teknik steril
dalam proses
pembedahan
4. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian terapi
antibiotik
4 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tindakan
perdarahan b.d pembedahan selama 60 pembedahan
terputusnya menit perdarahan dapat di 2. Lakukan ligasi untuk
jaringan atasi. menghentikan
Kriteria hasil : perdarahan
Tidak terjadi kehilangan 3. Pantau kadar Hb
darah yang berlebihan sebelum dan sesudah
Hb dalam batas normal operasi
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi untuk
mengatasi perdarahan.
Total nilai 10 9
DAFTAR PUSTAKA
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. P emberian penyuluhan kesehatan dalam masyarakat, khususnyabagi pasien post
op tonsilitis akut diharapkan diberikan perawatan yang lebih intensive agar lebih
terpantau dalam proses keperawatan
2. mayra