Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH PADA An.

DENGAN TINDAKAN TONSILEKTOMI DI RUANG IBS

RS HARAPAN BUNDA

DI SUSUN OLEH:

1. DELIMA
2. RAYA MONITA
3. DJONI FAISAL
4. SUCI AMALIA
5. NURUL ANWAR
6. IRFANGI

RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA

JAKARTA TIMUR
2020

A. PENGERTIAN

Tonsilitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan
pada populasi umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi saluran pernapasan
bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga, adalah jumlah terbesar dari
pasien yang datang berkunjung kepelayanan kesehatan terutama anak-anak ( Eadimaharti,
2003 ).

Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di rongga faring, dapat disebabkan oleh
salah satu bakteri (streptokokus) atau virus (adenovirus). Saat bakteri dan virus masuk ke
dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring
menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan
datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis

B. ANOTOMI

Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipermukaan
oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot
yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar
tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. otot ini lebih
penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak
melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan paltum mole. Di
inferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring.
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30
kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris,
daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil
terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali
makan.

C. ETIOLOGI

Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang
biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.

2. Streptokokus Viridans

Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang


baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat . Viridans memiliki kemampuan
yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi
agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.

3. Streptokokus Piogenes

Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus
Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari
infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit

4. Virus Influenza

Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus
influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia
gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung
tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapatmenyebabkan terjadinya
pneumonia

D. MANEFESTASI KLINIS

Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama).
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
5. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
6. Tenggorokan terasa kering
7. Persarafan bau
8. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar
dan terisi detritus
9. Tidak nafsu makan
10. Mudah lelah
E. KLASIFIKASI

a. Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)


1.  Tonsillitis akut
Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2.  Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak
putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih
kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang
buruk.
b. Macam-macam grading tongsilitis

Ukuran tonsil dibagi menjadi :

T0    :     Post tonsilektomi

T1    :     Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris

T2    :    Sudah melewati pilar anterior, tapi belum melewati garis paramedian


(pilar posterior)

T3    :     Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median

T4    :     Sudah melewati garis median


Invasi kuman patogen (bakteri/virus)

Reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

tonsilitis

Pembengkakan tonsil

v
Sumbatan jalan nafas

tonsilektomi

Pre operasi Post operasi

Nyeri saat Respon Kurang Syaraf pemajanan perdarahan


menelan inflamasi pengetahuan menurun
terputusnya
jaringan
Resiko Resiko
Mikroorganisme
Luka infeksi gangguan
cemas menurun
Anoreksia terputusnya keseimbangan
pembuluh cairan dan
darah Penumpukan elektrolit
Intake tidak termoregulasi sekret
adekuat hipotalamus
reflek batuk
Resiko
dan
jalan nafas
menelan meningkat tidak
efektif

Resiko Peningkatan
perubahan suhu tubuh
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
F. PATOFISIOLOGI

Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.  Test laboratorium
Test laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam
rematik, glomerulunefritis dan demam jengkering.
2.   Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
3.  Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk
suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :

1. tonsilitis kronis
2. otitis media

J. TEKNIK OPERASI
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang masih
menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam. Pemilihan jenis teknik
operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca
operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baaru
ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik
Guillotine dan diseksi

1. Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untuk mengangkat tonsil secara cepat dan praktis.
Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta
kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya
terangkat atau timbul perdarahan yang hebat.
Gambar 4 : Teknik Tonsilektomi Guillotine

2. Teknik Diseksi
Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi. Metode
pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi.
Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik kearah medial,
sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle
knifedilakukan pemotongan mukosa dari pilar tersebut.
gambar 2 : Teknik Tonsilektomi Diseksi

3. Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi
untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi
elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang
digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz.
Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi
saraf atau jantung.

Gambar 4 : Teknik Tonsilektomi elektrokauter

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


TONSILITIS
A. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan
tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok dan nyeri sekitar mata dan pada
kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung
tersumbat dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan
gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat
menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk
gejala tersebut juga identifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit
yang timbul bersamaan. Tonsil diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti
warna kemerahan, asimetris atau adanya drainase, ulserasi atau pembesaran.
B. MASALAH LAZIM YANG MUNCUL
1. Prabedah
a. Ansietas b.d rencana operasi
b. Gangguan pola tidur b.d kecemasan

2. Pasca bedah
a. Nyeri akut b.d engan injuri fisik: kerusakan jaringan
b. Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan
c. PK: perdarahan

No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Tujuan Tindakan Rencana Tindakan
1 Nyeri akut b.d engan injuri NOC : 1.        Manajemen nyeri :
fisik: kerusakan jaringan Pain Level, Pain Control, Definisi : mengurangi
Definisi : Comfort Level nyeri dan menurunkan
Sensori yang tidak Pain : Disruptive Effects tingkat nyeri yang
menyenangkan dan Kriteria Hasil : dirasakan pasien.
pengalaman emosional yang Intervensi :
1. Menggunakan
muncul secara aktual atau
skala nyeri untuk a. Lakukan
potensial kerusakan jaringan
mengidentifikasi pengkajian nyeri
atau menggambarkan adanya
tingkat nyeri secara
kerusakan (Asosiasi Studi
2. Melaporkan komprehensif
Nyeri Internasional): serangan
bahwa nyeri termasuk lokasi,
mendadak atau pelan
berkurang dengan karakteristik,
intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat menggunakan
durasi, frekuensi,
diantisipasi dengan akhir yang manajemen nyeri.
kualitas dan faktor
dapat diprediksi dan dengan 3. Melaporkan
presipitasi
durasi kurang dari 6 bulan. kebutuhan tidur
b. Observasi reaksi
Batasan karakteristik : dan istirahat
nonverbal dari
          Laporan secara verbal atau tercukupi
ketidaknyamanan
non verbal 4. Mampu
c. Gunakan teknik
          Fakta dari observasi menggunakan
komunikasi
          Posisi antalgic untuk metode non
terapeutik untuk
menghindari nyeri farmakologi untuk
mengetahui
          Gerakan melindungi mengurangi nyeri
pengalaman nyeri
          Tingkah laku berhati-hati
pasien
          Muka topeng
d. Kaji kultur yang
          Gangguan tidur (mata
mempengaruhi
sayu, tampak capek, sulit atau
respon nyeri
gerakan kacau, menyeringai)
e. Evaluasi
          Terfokus pada diri sendiri
pengalaman nyeri
          Fokus menyempit
masa lampau
(penurunan persepsi waktu,
f. Evaluasi bersama
kerusakan proses berpikir,
pasien dan tim
penurunan interaksi dengan
kesehatan lain
orang dan lingkungan)
tentang
          Tingkah laku distraksi,
ketidakefektifan
contoh : jalan-jalan, menemui
kontrol nyeri masa
orang lain dan/atau aktivitas,
lampau
aktivitas berulang-ulang)
g. Bantu pasien dan
          Respon autonom (seperti
keluarga untuk
diaphoresis,
mencari dan
menemukan
dukungan
h. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
k. Kaji tipe dan
sumber nyeri
perubahan tekanan darah, untuk menentukan
perubahan nafas, nadi dan intervensi
dilatasi pupil) l. Ajarkan tentang
          Perubahan autonomic teknik non
dalam tonus otot (mungkin farmakologi
dalam rentang dari lemah ke m. Berikan analgetik
kaku) untuk mengurangi
          Tingkah laku ekspresif nyeri
(contoh : gelisah, merintih, n. Evaluasi
menangis, waspada, iritabel, keefektifan kontrol
nafas panjang/berkeluh kesah) nyeri
-       Perubahan dalam nafsu o. Tingkatkan
makan dan minum istirahat
Faktor yang berhubungan : p. Kolaborasikan
Agen injuri (biologi, kimia, dengan dokter jika
fisik, psikologis) ada keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
q. Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri

2. Medication
administration

Definisi : penggunaan
agen farmakologi untuk
menghentikan atau
mengurangi nyeri.
Intervensi :

a. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
e. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya nyeri
f. Tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian,
dan dosis optimal
g. Pilih rute
pemberian secara
IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
i. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
j. Evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala (efek
samping)

2 Resiko Infeksi b.d kerusakan NOC : 1. Infection Control


jaringan Immune Status Definisi :
Definisi : Peningkatan resiko Knowledge : Infection Meminimalkan
masuknya organisme patogen Control mendapatkan infeksi dan
Faktor-faktor resiko : Risk Control trasmisi agen infeksi
          Prosedur Infasif Kriteria Hasil : Intervensi :               
          Ketidakcukupan
1. Klien bebas dari a. Bersihkan
pengetahuan untuk
tanda dan gejala lingkungan setelah
menghindari paparan patogen
infeksi dipakai pasien lain
          Trauma
2. Menunjukkan b. Pertahankan
          Kerusakan jaringan dan
kemampuan untuk teknik isolasi
peningkatan paparan
mencegah c. Batasi pengunjung
lingkungan
timbulnya infeksi bila perlu
          Ruptur membran amnion
3. Jumlah sel darah d. Instruksikan pada
          Agen farmasi
putih dalam batas pengunjung untuk
(imunosupresan)
normal mencuci tangan
          Malnutrisi
saat berkunjung
          Peningkatan paparan
Menunjukkan perilaku
dan setelah
lingkungan patogen
hidup sehat (menjaga
berkunjung
          Imonusupresi
kebersihan) seperti
meninggalkan
          Ketidakadekuatan imum
mencuci tangan,
pasien
buatan
perawatan mulut, dan
e. Gunakan sabun
          Tidak adekuat pertahanan
lain-lain.
antimikrobia untuk
sekunder (penurunan Hb,
cuci tangan
Leukopenia, penekanan
f. Cuci tangan setiap
respon inflamasi)
sebelum dan
          Tidak adekuat pertahanan
sesudah tindakan
tubuh primer (kulit tidak utuh,
kperawtan
trauma jaringan, penurunan
g. Gunakan baju,
kerja silia, cairan tubuh statis,
sarung tangan
perubahan sekresi pH,
sebagai alat
perubahan peristaltik)
pelindung
          -      Nyeri kronis
h. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama
pemasangan alat
i. Ganti letak IV
perifer dan line
central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
j. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
k. Tingktkan intake
nutrisi
l. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu

2. Infection Protection
Deinisi :
Pencegahan dan deteksi
dini infeksi pada pasien
yang beresiko
Intervensi :

a. Monitor tanda dan


gejala infeksi
sistenikmdan lokal
b. Monitor hitung
granulosit, WBC
c. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
f. Partahankan
teknik aspesis
pada pasien yang
beresiko
g. Pertahankan
teknik isolasi k/p
h. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
j. Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
k. Ambil kultur
l. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
m. Dorong masukan
cairan
n. Dorong istirahat
o. Monitor
perubahan tingkat
energi
p. Dorong
peningkatan
mobilitas dan
latihan
q. Dorong batuk dan
napas dalam
r. Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotik
sesuai resep
s. Ajarkan pasien
dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
t. Ajarkan cara
menghindari
infeksi
u. Batasi buah segar,
sayuran dan
merica pada pasien
nertipenia
v. Jauhkan bunag dan
tanaman dari
lingkungan pasien
w. Berikan ruangan
pribadi
x. Yakinkan
keamanan air
dengan
hiperklorinasi dan
pemanasan
y. Laporkan
kecurigaan infeksi
z. Laporkan kultur
positif

3 Gangguan menelan NOC : Aspiration Precaution


Definisi : Swallowing Status Definisi: Mencegah atau
Fungsi tubuh yang tidak Kriteria Hasil : meminimalkan faktor
normal dalam mekanisme risiko pasiko pasien
1. Menunjukkan
menelan berkaitan dengan mengalami aspirasi
kemampuan
gangguan fungsi dalam mulut,
menelan dengan a. Monitor
paryng, atau struktur
efektif tanpa tingkatkesadaran,
esophagus.
tersedak atau refleks batuk dan
Batasan karakteristik :
batuk kemampuan
Kerusakan pada tahap pharyng
2. Pasien terhindar mengunyah
:
dari aspirasi b. Monitor status
          Perubahan pada posisi
(misalnya paru- paru
kepala
paru bersih, suhu c. Pelihara jalan
          Tidak adekuatnya elevasi
dalam batas napas
laryng
normal) d. Makan dalam
          Makan tidak masuk
jumlah cukup
          Demam yang tidak jelas
          Keterlambatan menelan
          Kambuhnya infeksi paru
          Cegukan
          Reflux ke hidung
          Tercekik, batuk terus
menerus atau tersumbat
          Multiple swallows
          Ketidaknormalan pada
tahap pharyngeal
Kerusakan pada tahap
esophageal :
          Heart burn atau nyeri
epigastrik
          Nafas berbau asam
          Ketidakstabilan sekitar
waktu makan yang tidak dapat
dijelaskan
          Muntah di bantal
          Tersedak saat menelan
          Muntahan isi lambung atau
WET BURPS
          Bruxism
          Batuk malam hari atau
terbangun
          Observasi kesulitan
menelan (misal : tertahannya
makanan di rongga mulut,
batuk/tercekik)
          Kepala hiperoklusi,
menunduk selalu atau sesudah
makan
          Ketidaknormalan phase
esophageal dalam proses
menelan
          ODYNOPHAGIA
          Menolak makan/konsumsi
sedikit
          Mengeluh ketika menelan
          Hematemesis
          Muntah
Kerusakan pada tahap oral :
          Kurangnya/keterbatasan
gerak lidah untuk membentuk
bolus
          Kelemahan dalam
menghisap atau tidak efisien
dalam proses menyusu
          Bibir menutup tidak
sempurna
          Makanan terdorong keluar
mulut
          Pembentukan bolus yang
terlambat
          Makanan jatuh dari mulut
          Bolus yang masuk
sempurna
          Ketidakmampuan
membersihkan rongga mulut
          Lama mengunyah
dengan konsumsi sedikit
          Reflek hidung
          Batuk, tercekik, tersumbat
sebelum menelan
          Ketidaknormalan dalam
fase oral
          PLACENEAL
DEGLUTITION
          Kurang pengunyahan
          Menumpuk dalam rongga
mulut bagian samping
Siallorhea atau ngiller
           
Faktor yang berhubungan :
Defisit Kongenital :
          Anomali jalan nafas bagian
atas
          Kegagalan perkembangan
atau Protein Energy Malnutrisi
(PEM)
          Kondisi dengan hypotoni
(kekuatan tonus yang rendah)
yang signifikan
          Gangguan respirasi
          Riwayat NGT
          Masalah berhubungan
dengan perilaku makan
          Perilaku merusak diri
          Kelemahan neuromuskular
(misal : Penurunan atau tidak
adanya reflek menelan,
penurunan kekuatan atau
kesalahan dalam mengunyah,
kesalahan perseptual, paralisis
otot muka)
          Obstruksi mekanis (misal :
oedema, trachesotomi, tumor)
          Penyakit jantung bawaan
          Kelemahan syaraf kranial
Masalah neurologi :
1. Anomali jalan nafas
bagian atas
2. Ketidaknormalan laring
3. Akalasia
4 PK: perdarahan Setelah dilakukan asuhan a. Monitor keadaan
keperawatan selama....x24 umum pasien
jam perawat dapat b. Monitor tanda-
meminimalkan tanda vital
perdarahan dan mencegah c. Monitor jumlah
komplikasi dengan perdarahan pasien
kriteria : d. Kaji kondisi luka
          tidak terjadi post operasi
perdarahan e. Awasi jika terjadi
          vital sign normal anemi
          Anemis (-) f. Kolaborasi dengan
dokter mengenai
masalah yang
terjadi berhubungan
perdarahan :
pemberian tranfusi,
medicasi dll.

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH PADA An.D

DENGAN TINDAKAN TONSILEKTOMI DI RUANG IBS

RS HARAPAN BUNDA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Nama : An.D
b. Umur : 17 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pekerjaan : Pelajar
e. Pendidikan : SMA
f. No. RM : 610509
g. Dx Medis : Tonsilitis Kronis
h. Tindakan Operasi : Tonsilektomi
i. Tanggal Operasi : 21 Agustus 2020
j. Tanggal pengkajian : 21 Agustus 2020 (Jam: 10.00 wib)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmetis
c. Vital sign :
TD : 125/74 mmHg
N : 86x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,6 0C
d. Keluhan utama:
Pasien mengatakan takut.
e. Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien mengatakan di bawa ke ruang operasi untuk dilakukan operasi amandel, pasien
sebelumnya mengeluh sering radang tenggorokan berulang, terakhir kambuh satu
bulan yang lalu.
f. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan mengalami penyakit ini sejak SD 5 tahun yang lalu dan tidak ada
riwayat penyakit lain.
g. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan ibunya menderita penyakit yang sama dengan pasien
3. Data Fokus :
a. Pemeriksaan fisik
Kepala : Mesocephal, simetris, rambut bersih hitam
Mata : Simertis, konjungtiva merah muda
Hidung: Tidak ada sekret, fungsi penciuman baik
Telinga: Bersih, fungsi pendengaran baik
Mulut : kondisi gigi kurang bersih, mukosa bibir kering, ada nyeri telan, ukuran
tonsil di T3 (Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis
median)
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak ada rektaksi dada
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, irama jantung reguler, S1&S2 tunggal
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak tampak benjolan
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL 20tpm di tangan kiri, akral hangat
Bawah : Akral hangat, kekuatan otot (+)
b. Pengkajian pola fungsional
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting harus selalu di jaga.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pasien mengatakan puasa mulai jam 08.00 wib
3) Pola aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan beraktivitas seperti biasa jika pasien minum es maka radang
tenggorokan nya akan kambuh.
4) Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena akan dilakukan operasi.
5) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik. Pasien banyak bertanya
terhadap tindakan operasi yang akan dilakukan.
6) Pola reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki –laki.
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien mengatakan semoga dengan di operasi penyakitnya tidak akan kambuh lagi.
8) Pola mekanisme koping
Pasien tampak berdoa untuk kelancaran operasinya.
9) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan meyakini penyakitnya akan sembuh karena Allah.

4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (Tanggal 21-08-2020)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
H2TL
Hemoglobin 14.7 g/dL 13.3 – 16.6
Hematokrit 41.1 % 41.3 – 52.1
Leukosit 6.8 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 318 10^3/uL 150 – 440
HEMOSTASIS
Masa Perdarahan (BT) 1.30 Menit 1.00 – 7.00
Masa Pembekuan (CT) 8.00 Menit 4.00 – 10.00
KARBOHIDRAT
GDS 104 mg/dL < 200
FUNGSI HATI
SGOT (AST) 16 U/L 0 – 45
SGPT (ALT) 13 U/L 0 – 41
FUNGSI GINJAL
Ureum darah 20 mg/dL 17 – 49
BUN 9.0 mg/dL 8.0 – 23.0
Kreatinin Darah 0.83 mg/dL 0.67 – 1.17
Egfr 128 mL/min/1.73 m^2 >=90 : normal
60-89 : ringan
30-59 : sedang
15-29 : berat
<=15 : gagal
ginjal
Seroimunologi
Anti HIV Skrining
Anti HIV Rapid 1 Non Reaktif Non Reaktif
Anti HIV Rapid 2 - Non Reaktif
Anti HIV Rapid 3 - Non Reaktif
Rapid Test
Covid Non Reaktif
Non Reaktif

5. Persiapan Pre-Operasi
a. Cairan parenteral : Infus RL 20 tpm
b. Jenis anestesi : Umum
c. Pencukuran daerah op : Tidak dilakukan
d. Puasa : 8 jam sebelum operasi
e. Antibiotik : Taxegram 1gr
f. Informed consent : Sudah
g. Baju operasi : Sudah
h. Persiapan mental : Berdoa sebelum masuk kamar operasi
i. Latihan : Pasien sudah diajari teknik nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri.
6. Persiapan intra operasi
Persiapan pasien di meja operasi
a. Posisi pasien : Supine
b. Pemasangan bedside monitor
c. Operator : Dr. Mediana Sp.THT-BKL
d. Anestesi : Dr. Panji Sp.An
e. Penata anestesi : Br. Faisal
f. Asisten : Zr. Teti
g. Instrumen : Zr. Teti
h. On loop : Zr. Lastri
i. Waktu operasi : 16.00 wib – 16.26 wib
Persiapan perawat

a. Membantu proses pembiusan


b. Melakukan cuci tangan steril
c. Memakai baju dan sarung tangan steril
d. Memeriksa kelengkapan instrumen
e. Melakukan desinfeksi daerah operasi
f. Memasang draping
g. Membacakan time out
h. Membantu pelaksanaan tindakan pembedahan
Membantu memberikan alat insisi, jumlah perdarahan ±20cc
i. Mengecek kembali kelengkapan instrumen
j. Membersihkan area setelah operasi.
k. Memastikan tidak ada tampon yang tertinggal.
7. Perawatan Post Operasi
a. Memindahkan pasien ke ruang pemulihan
b. Monitoring pasien
Pasien mengatakan kepalanya pusing, pasien bedrest total 12 jam
c. Memantau TTV secara berkala
d. Menanjurkan pasien untuk nafas dalam jika muai terasa nyeri
e. Mencatat setiap tindakan dan pemberian obat dalam status pasien.

B. ANALISA DATA
Hari/Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Masalah
Jumat, 21-08- DS : Tonsilitis Ansietas
2020 Pasien mengatakan takut
16.00 wib DO : Proses
Pasien banyak bertanya pembedahan
tentang tidakan yang akan
dilakukan. Ansietas
Jumat,21-08- DS : - Pembedahan Resiko
2020 DO : perdarahan
16.00 wib Akan dilakukan tindakan Insisi bedah
Tonsilektomi
Hasil hemostatis Terputusnya
BT : 1.30 menit jaringan
CT : 8.00 menit
Resiko perdarahan
Jumat,21-08- DS : - Pembedahan Resiko
2020 DO : infeksi
16.00 wib Akan dilakukan tindakan Prosedur infasiv
tonsilektomi pembedahan
Leukosit : 6.8 10^3/uL
Pot the entry

Resiko infeksi
Jumat,21-08- DS : - Insisi bedah Resiko
2020 DO : nyeri
16.00 wib Akan dilakukan tindakan Terputusnya
tonsilektomi jaringan
Akan dilakukan insisi pada
tonsil Resiko nyeri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d proses pembedahan
2. Resiko nyeri b.d terputusnya jaringan (pembedahan)
3. Resiko infeksi b.d prosedur infasiv pembedahan
4. Resiko perdarahan b.d terputusnya jaringan dan pembuluh darah
D. INTERVENSI
No Dx. Kep Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi
1 Ansietas b.d Setelah dilakukan edukasi 1. Kaji tingkat kecemasan
proses selama 10 menit diharapkan pasien
pembedahan ansietas berkurang. 2. Jelaskan semua
Kriteria hasil: prosedur yang akan
 Pasien memahami dilaksanakan
tindakan pembedahan 3. Instruksikan pasien
yang akan dilakukan melakukan teknik
distraksi dan relaksasi
4. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
terapi obat untuk
mengurangi kecemasan
2 Resiko nyeri Setelah dilakukan edukasi 1. Kaji pengetahuan
b.d terputusnya selama 10 menit, pasien pasien tetntang nyeri
jaringan mampu mengontrol nyeri. 2. Jelaskan semua
(pembedahan) Kriteria hasil: prosedur yang akan
 Pasien mampu mengontrol dilaksanakan
nyeri 3. Instruksikan pasien
 Melaporkan nyeri melakukan teknik
berkurang setelah distraksi dan relaksasi
melakukan manajemen 4. Kolaborasi dengan
nyeri dokter pemberian
terapi obat untuk
mengurangi nyeri
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi proses
b.d prosedur pembedahan selama 60 pembedahan
infasiv menit resiko infeksi tidak 2. Lakukan cuci tangan
pembedahan terjadi. steril sebelum tindakan
Kriteria hasil : pembedahan
 Klien bebas dari infeksi 3. Lakukan teknik steril
dalam proses
pembedahan
4. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian terapi
antibiotik
4 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tindakan
perdarahan b.d pembedahan selama 60 pembedahan
terputusnya menit perdarahan dapat di 2. Lakukan ligasi untuk
jaringan atasi. menghentikan
Kriteria hasil : perdarahan
 Tidak terjadi kehilangan 3. Pantau kadar Hb
darah yang berlebihan sebelum dan sesudah
 Hb dalam batas normal operasi
4. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi untuk
mengatasi perdarahan.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Dx Jam
1 23-09-19 1. Menanyakan kepada pasien S:
09.40wib penyebab cemas yang di Pasien mengatakan paham
rasakannya O:
2. Menjelaskan kepada pasien Pasien paham terhadap
tentang prosedur prosedur yang akan
pembedahan yang akan dilaksanakan
dilaksanakan A:
3. Mengintruksikan pasien Masalah teratasi sebagian
untuk melakukan nafas P:
dalam Intervensi dihentikan
4. Berkolaborasi dengan Awasi adanya perubahan status
dokter pemberian terapi ansietas.
obat untuk mengurangi
kecemasan

2 23-09-19 1. Menanyakan kepada pasien S:


09.40wib terhadap nyeri dan cara Pasien mengatakan paham
mengatasinya O:
2. Menjelaskan kepada pasien Pasien paham terhadap proses
proses pembedahan yang nyeri yang akan dirasakannya
akan dilakukan Pasien mampu melakukan
3. Menganjurkan pasien untuk teknik relaksasi nafas dalam
melakukan nafas dalam jika untuk mengurangi nyeri
terasa nyeri A:
4. Berkolaborasi dengan Masalah teratasi sebagian
dokter dalam pemberian P:
terapi analgetik Lanjutkan intervensi no 3 & 4

3 23-09-19 1. Mengobservasi proses S:-


10.30wib pembedahan tetap steril O:
2. Melakukan cuci tangan Perawat melakukan cuci tangan
steril dengan sabun dan air sebelum tindakan pembedahan
mengalir sebelum tindakan dan memakai baju dan sarung
pembedahan tangan steril
3. Melakukan teknik steril Injeksi Taxegram 1gr
dengan menggunakan baju A:
dan sarung tangan steril, Masalah teratasi sebagian
serta melakukan desinfeksi P:
daerah operasi Lanjutkan intervensi no.4
4. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi antibiotik Taxegram
1gr

4 23-09-19 1. Mengobservasi tindakan S:-


10.30wib pembedahan terhadap O:
jumlah perdarahan pasien Perdarahan ±20cc
2. Melakukan ligasi untuk Tidak terdapat rembesan
menghentikan perdarahan perdarahan
3. Melakukan pemantauan Hb pre-op 14.7 g/dL
kadar Hb sebelum dan A:
sesudah operasi Masalah teratasi sebagian
4. Berkolaborasi dengan P:
dokter dalam pemberian Lanjutkan intervensi no.3 & 4
terapi obat Asam Awasi tanda-tanda perdarahan
Traneksamat jika perlu post-op
Skor Aldrettle Untuk Pasien Anestesi Umum (Bila>8, pasien dipindahkan keruangan)

Kriteria 2 1 0 Masuk Keluar

Warna kulit Merah muda Pucat Sianosis 2 2

Pernapasan Napas dalam & Napas dangkal Apnea/Obstru 2 2


batuk ksi

Sirkulasi Simpangan < Simpangan 20- Simpangan > 2 2


20% 50 % 50%

Kesadaran Sadar dan Bangun dan Tidak 2 1


orientasi baik tertidur berespon

Aktivitas ekstremitas Semua dapat Dua ekstremitas Tidak 2 2


digerakan bergerak bergerak

Total nilai 10 9

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner dan Suddarth, 2016, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 1, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Johnson M, 2014, Nursing Outcomes Clasifications (NOC), Second editions, Mosby
Inc, Iowa.
3. McCloskey. J.C, 2010, Nursing Interventions Clasifications (NIC), Second editions,
Mosby Inc, Iowa.
4. Linda Jual Carpenito, 2011, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 6 EGC, Jakarta.
5. NANDA, 2001, Nursing Diagnosis: Defenitions and Clasificatiion 2001-2002,
Philadelphia.
6. Soepardi E.A, Iskandar N, 2015, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok, edisi 4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
7. Amin Huda Nurarif, S.Kep.,Ns, Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction Jogja
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tonsilitis merupakan penyakit dan masalah kesehatan yang paling banyak


ditemukan pada populasi umum. Keluhan seperti nyeri tenggorokan, infeksi
saluran pernapasan bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga,
adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang berkunjung kepelayanan kesehatan
terutama anak-anak ( Eadimaharti, 2003 ).

B. SARAN
1. P emberian penyuluhan kesehatan dalam masyarakat, khususnyabagi pasien post
op tonsilitis akut diharapkan diberikan perawatan yang lebih intensive agar lebih
terpantau dalam proses keperawatan
2. mayra

Anda mungkin juga menyukai