SKENARIO 1
KATA KUNCI
PROBLEM
PEMBAHASAN
A. BATASAN
1. Nyeri saat menelan
Nyeri adalah gejala utama dan terpenting yang selalu ada pada penyakit
apapun penyebabnya. Odinofagia atau biasa di sebut nyeri saat menelan biasanya
diakibatkan karena ulserasi mukosa pada orofaring atau esofagus. Nyeri berbeda pada
setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
B. ANATOMI/HISTOLOGI/FISIOLOGI/PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
1. Anatomi tonsil
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing – masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsil, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada mushulus kontriktor faring
superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
2. Fisiologi Tonsil
Tonsil termasuk bagian Mucosal Associated Lymphoid TIssues (MALT),
Diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disentisisasi dan
berperan dalam sistem kekebalan permukaan mukosa. Tonsil mempunyai dua fungsi
utama, yaitu: menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif serta tempat
produksi antibodi. Sebagian besar terletak di sekitar kapiler intraepitel tonsil
palatina.
Limfosit terbanyak tonsil adalah limfosit B berkisar antara 50-65% dan limfosit T
berkisar 40% dari seluruh limfosit. Tonsil berfungsi mematangkan sel limfosit B
menuju mukosa dan kelenjar sekretori di seluruh tubuh.Tonsil selalu menerima
berbagai macam paparan antigen secara langsung.
Umur maksimal aktifitas tonsil 4-10 tahun. Tonsil mulai mengalami involusi
pada saat pubertas. Pada tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripteretikuler
terjadi perubahan epitel skuamosa berlapis, mengakibatkan rusaknya aktifitas sel
imun dan menurunkan aktifitas lokal sistem sel B serta menurunkan produksi
antibodi. Kepadatan sel B pada sentrum germinativum juga berkurang
3. Histologi Tonsil
Secara histologi gambaran mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen, yaitu
jaringan ikat, jaringan interfolikuler, dan jaringangerminativum. Jaringan ikat
trabekula atau retikulum berfungsi sebagai penyokongtonsil. Trabekula merupakan
perluasan kapsul tonsil ke parenkim tonsil yang mengandung pembuluh darah, saraf
dan saluran limfetik eferen. Jaringangerminativum terletak di bagian tengah jaringan
tonsil, sebagai sel induk kelompok leukosit pembentuk sel-sel limfoid muda. Jaringan
interfolikuler terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai tingkat pertumbuhan.
4. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau
tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini
akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang
akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis
lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi
parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah
bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot,
kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi
yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan
terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir
setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
5. Patomekanisme
Penyebaran limfogen
Inflamasi
Hipertermi, banyak
berkeringat, batuk, Flu
TONSILITIS AKUT
EDEMA TONSIL
INFEKSI Saluran
Obstruksi pada tuba Nafas
eustachius SEKUNDER Terganggu
Nyeri atau sulit saat
menelan
Mendengkur
Penderngaran menurun, OTITIS
saat tidur
sakit telinga MEDIA
Definisi
Patologi
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara
yang berasal dari pasien faringitis. Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan
eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada,
dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh
darah yang rusak akibat pengaruh toksin.
Gejala
- Suhu tubuh naik
- Suara serak
- Sakit pada otot leher
- Faring yang hiperemis
- Tonsil yang membesar
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan suhu tubuh
- Pemeriksaan tenggorokkan, sinus, telinga, hidung, dan leher
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap
- GABHS (bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A
- Throat culture
2. Tonsilitis
Definisi
Menurut Reeves (2001) tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan
akut pada tonsil atau amandel.
Patologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil
berperan sebagai filter dari bakteri dan virus .Hal ini akan memicu tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
tonsil sudah kelelahan menahan bakteri atau virus. Infeksi dari bakteri dan virus
inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil. Infeksi tonsil dapat
menimbulkan gejala menelan. Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler). Abses besar
yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam
tinggi (39C-40C). Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan
kelenjar getah bening melemah di dalam daerah submandibuler, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.
Gejala
- Rasa gatal di tenggorokan
- Nyeri saat menelan
- Suara serak (bila laring terkena)
- Tonsil membengkak
- Anoreksia (karena nyeri telan)
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi tenggorokkan
- Palpasi tenggorokkan
Pemeriksaan Penunjang
- Tes darah lengkap
Definisi
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.
Patologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan
bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Gejala
- Nyeri telinga
- Demam
- Diare
- Muntah
- Nyeri menelan
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi telinga
- Inspeksi tenggorokkan
- Palpasi tenggorokkan
4. Laringitis
Definisi
laringitis Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang
membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi.
Patologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab
terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium
saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina
propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit,
limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi pembengkakan
dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding
lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh
kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam,
menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung
plika vokalis biasanya merah dan membengkak. Puncak terendah pada pasien
dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak beraturan sepanjang seluruh plika
vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis mengeras daripada menebal.
Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan sebelumnya biasanya cukup
mengatasi inflamsi laring dan mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis.
Gejala
- Sesak nafas dan stridor
- Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
- Gejala radang umum seperti demam, malaise
- Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
- Common cold
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi tenggorokkan
- Palpasi tenggorokkan
Pemeriksaan Penunjang
- lariongoskop
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
ANAMNESIS
Nama : Ny. R
Usia : 40 tahun
GEJALA KLINIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
- Saat ini rasa nyeri saat menelan
- Nyeri mulai 6 hari yang lalu
- Nyeri pada leher kanan dan kiri bagian dalam, seperti ada yang mengganjal
saat menelan
- Nyeri saat menelan dan tidak nyeri saat diam
- Rahang kanan dan kiri serasa ada benjolan
- Demam sejak 2 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- 2 bulan lalu pernah sakit seperti ini
- Pernah berobat lalu sembuh
- Asma (-)
- Hipertensi (-)
- Diabetes Mellitus (-)
3. Riwayat Keluarga
4. Riwayat Obat-obatan
PEMERIKSAAN FISIK
- Vital Sign :
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tensi : 110/70 mmHg
3. Nadi : 82x/menit
4. RR : 18x/menit
5. Suhu : 38oC
6. A/I/C/D : -/-/-/-
- Status Lokalis :
Tonsil : T2 kanan dan kiri (Pembesaran, merah, nyeri bila disentuh), tidak ada
bercak selaput putih
Thorax : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas: normal
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Cek darah
Hb : 12gr/dl
HCT : 35%
Leukosit : 11.500/m2
Trombosit : 211.000/m2
LED : 40
BAB VII
Berdasarkan hasil dari diskusi kelompok kami, kami menyimpulkan pasien di diagnosa
mengidap penyakit Tonsilitis Akut .
BAB IX
MEKANISME DIAGNOSIS
A. PENATALAKSANA
Setelah diagnosis ditegakkan, baik secara klinis, dengan maupun tanpa pemeriksaan
penunjang, maka langkah selanjutnya adalah memberikan pengobatan. Secara umum,
penatalaksaan tonsilitis adalah
Terapi obat
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
Jika penyebab virus, maka diberikan anti viral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bias diberikan dalam bentuk suntikan.
3. Perawatan pascaoperasi
Kelompok kami berpendapat bahwa tindakan medis yang paling tepat untuk Ny. R
yaitu terapi obat. Tindakan terapi obat dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan
Tonsilitis Akut yang terjadi dan apabila tonsilits terjadi berulang kali dalam periode
kurang dari 1 tahun, baru pasien bisa dianjurkan untuk melakukan operasi
pengangkatan tonsil (tonsilektomi).
BAB X
2. Mengatakan kepada Ny. R untuk minum obat secara teratur agar mempercepat proses
penyembuhan
3. Mengatakan kepada Ny. R bahwa tonsilitis akut dapat sembuh tanpa operasi. Namun
apabila terjadi terus menerus dalam periode 1 tahun bisa disarankan untuk menjalani
operasi
• Komplikasi dari Tonsilitis Akut yang diderita Ny. R jika tidak segera di obati yaitu abses
tonsilitis.
2. Mengingatkan pasien untuk meminum obat dan banyak minum air putih serta mengurangi
makan makanan yang pedas dan berminyak.
3. Mengatakan kepada pasien untuk beristirahat agar demam yang dideritanya menurun
4. Mengatakan kepada pasien untuk makan makanan yang halus agar tidak menimbulkan
iritasi lebih lanjut pada tonsil.
Pencegahan
Pencegahan: Tonsilitis Akut Viral dapat dicegah dengan cara seperti berikut :
1. Mal, R.K., A.F. Oluwasanmi, dan J.R. Mitchard. 2012. Tonsillar Crypts and Bacterial
Invasion of Tonsils: A Pilot Study.NEJM : England p: 567-569
2. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: 2012; h.212-6
6. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2012; h.217-9
KELOMPOK 13
NAMA NPM
Pembimbing Tutor :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017/2018