Anda di halaman 1dari 26

BAB I

SKENARIO 1

Ny. R, 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan utama saat menelan


BAB II

KATA KUNCI

1. Nyeri saat menelan


BAB III

PROBLEM

1. Pada kasus ini apakah diagnosiAnya ?


2. Pada kasus ini apakah kemungkinan mekanisme terjadinya nyeri saat menelan
pada Ny. R?
3. Bagaimana prinsip penatalaksanaan pada kasus ini ?
4. Apakah kemungkinan komplikasi kelainan yang dapat di timbulkan pada nyeri
saat menelan?
5. Penyakit apa saja yang berhubungan dengan nyeri saat menelan?
BAB IV

PEMBAHASAN

A. BATASAN
1. Nyeri saat menelan
Nyeri adalah gejala utama dan terpenting yang selalu ada pada penyakit
apapun penyebabnya. Odinofagia atau biasa di sebut nyeri saat menelan biasanya
diakibatkan karena ulserasi mukosa pada orofaring atau esofagus. Nyeri berbeda pada
setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

B. ANATOMI/HISTOLOGI/FISIOLOGI/PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
1. Anatomi tonsil

Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing – masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsil, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada mushulus kontriktor faring
superior, sehingga tertekan setiap kali makan.

Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih


tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufiensi
velofaring atau obstruksi hidung, walau jarang di temukan. Arah perkembangan tonsil
tersering adalah kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terganggunya saat
tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur
utama:

1. Jaringan ikat / trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.


2. Jaringan interfolikuler yang terjadi jaringan limfoid dalam berbagai stadium.
Abses peri tonsil terjadi setalah serangan akut tonsilitis. Kira-kira seminggu
setelah permulaan sakit, penderita mulai merasa tidak sehat dan demam, serta disfagia
timbul kembali. Gejala karakteristik abses peri tonsil ialah adanya trimus, tanpa gejala
ini diagnosis abses peri tonsil mungkin salah.
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada
daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak lahirkan dan mulai
berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari
ibu mulai menghilang dari tubuh. Tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas
utama. Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
(limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh
kuman dan virus. Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid
terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel
yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulan ini akan
menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun
yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat
melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal
sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi).

2. Fisiologi Tonsil
Tonsil termasuk bagian Mucosal Associated Lymphoid TIssues (MALT),
Diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disentisisasi dan
berperan dalam sistem kekebalan permukaan mukosa. Tonsil mempunyai dua fungsi
utama, yaitu: menangkap dan mengumpulkan benda asing dengan efektif serta tempat
produksi antibodi. Sebagian besar terletak di sekitar kapiler intraepitel tonsil
palatina.
Limfosit terbanyak tonsil adalah limfosit B berkisar antara 50-65% dan limfosit T
berkisar 40% dari seluruh limfosit. Tonsil berfungsi mematangkan sel limfosit B
menuju mukosa dan kelenjar sekretori di seluruh tubuh.Tonsil selalu menerima
berbagai macam paparan antigen secara langsung.
Umur maksimal aktifitas tonsil 4-10 tahun. Tonsil mulai mengalami involusi
pada saat pubertas. Pada tonsilitis yang berulang dan inflamasi epitel kripteretikuler
terjadi perubahan epitel skuamosa berlapis, mengakibatkan rusaknya aktifitas sel
imun dan menurunkan aktifitas lokal sistem sel B serta menurunkan produksi
antibodi. Kepadatan sel B pada sentrum germinativum juga berkurang

3. Histologi Tonsil
Secara histologi gambaran mikroskopis tonsil memiliki tiga komponen, yaitu
jaringan ikat, jaringan interfolikuler, dan jaringangerminativum. Jaringan ikat
trabekula atau retikulum berfungsi sebagai penyokongtonsil. Trabekula merupakan
perluasan kapsul tonsil ke parenkim tonsil yang mengandung pembuluh darah, saraf
dan saluran limfetik eferen. Jaringangerminativum terletak di bagian tengah jaringan
tonsil, sebagai sel induk kelompok leukosit pembentuk sel-sel limfoid muda. Jaringan
interfolikuler terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai tingkat pertumbuhan.
4. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau
tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini
akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang
akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis
lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi
parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah
bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot,
kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi
yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan
terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir
setelah 72 jam.

Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
5. Patomekanisme

Invasi bakteri/ virus


patogen

Penyebaran limfogen

Menuju Faring dan Tonsil

Inflamasi

Hipertermi, banyak
berkeringat, batuk, Flu
TONSILITIS AKUT

Pembengkakan Tonsil dan


Adenoid

EDEMA TONSIL

INFEKSI Saluran
Obstruksi pada tuba Nafas
eustachius SEKUNDER Terganggu
Nyeri atau sulit saat
menelan
Mendengkur
Penderngaran menurun, OTITIS
saat tidur
sakit telinga MEDIA

Nafsu makan menurun


Suara sengau

Kekurangan Nutrisi Gangguan pada sensoris


pendengaran
C. JENIS JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN
1. Faringitis

Definisi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh


virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.
Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi local. Infeksi bakteri grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan toksin ekstraselular yang
dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup jantung, glomerulonephritis akut
karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Penularan infeksi melalui secret hidung dan ludah (droplet infection).

Patologi
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara
yang berasal dari pasien faringitis. Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan
eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada,
dan lengan. Bercak tersebut terjadi sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh
darah yang rusak akibat pengaruh toksin.

Faktor risiko dari faringitis yaitu:


- Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular
melalui udara
- Merokok, atau terpajan oleh asap rokok
- Infeksi sinus yang berulang

Gejala
- Suhu tubuh naik
- Suara serak
- Sakit pada otot leher
- Faring yang hiperemis
- Tonsil yang membesar
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan suhu tubuh
- Pemeriksaan tenggorokkan, sinus, telinga, hidung, dan leher

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap
- GABHS (bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A
- Throat culture

2. Tonsilitis

Definisi
Menurut Reeves (2001) tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan
akut pada tonsil atau amandel.

Patologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil
berperan sebagai filter dari bakteri dan virus .Hal ini akan memicu tubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
tonsil sudah kelelahan menahan bakteri atau virus. Infeksi dari bakteri dan virus
inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil. Infeksi tonsil dapat
menimbulkan gejala menelan. Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler). Abses besar
yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam
tinggi (39C-40C). Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan
kelenjar getah bening melemah di dalam daerah submandibuler, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.
Gejala
- Rasa gatal di tenggorokan
- Nyeri saat menelan
- Suara serak (bila laring terkena)
- Tonsil membengkak
- Anoreksia (karena nyeri telan)

Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi tenggorokkan
- Palpasi tenggorokkan

Pemeriksaan Penunjang
- Tes darah lengkap

3. Otitis Media Akut

Definisi
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.

Patologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan
bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri
mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Gejala
- Nyeri telinga
- Demam
- Diare
- Muntah
- Nyeri menelan

Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi telinga
- Inspeksi tenggorokkan
- Palpasi tenggorokkan

4. Laringitis

Definisi
laringitis Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang
membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi.

Patologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab
terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium
saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina
propria, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit,
limfosit, sel plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi pembengkakan
dan kemerahan dari saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding
lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh
kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam,
menjadikannya sempit, bahkan sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung
plika vokalis biasanya merah dan membengkak. Puncak terendah pada pasien
dengan laringitis berasal dari penebalan yang tidak beraturan sepanjang seluruh plika
vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa plika vokalis mengeras daripada menebal.
Pengobatan konservatif seperti yang disebutkan sebelumnya biasanya cukup
mengatasi inflamsi laring dan mengembalikan aktivitas vibrasi plika vokalis.

Gejala
- Sesak nafas dan stridor
- Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
- Gejala radang umum seperti demam, malaise
- Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
- Common cold

Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi tenggorokkan
- Palpasi tenggorokkan

Pemeriksaan Penunjang
- lariongoskop
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

a. Tonsilitis akut bakteri


b. Tonsilitis akut virus
c. Tonsilitis akut membrane
d. Laryngitis
BAB VI

ANALISIS DARI DEFFERENTIAL DIAGNOSIS

 ANAMNESIS
Nama : Ny. R
Usia : 40 tahun

KeluhanUtama :Nyeri saat menelan

 GEJALA KLINIS
1. Riwayat Penyakit Sekarang
- Saat ini rasa nyeri saat menelan
- Nyeri mulai 6 hari yang lalu
- Nyeri pada leher kanan dan kiri bagian dalam, seperti ada yang mengganjal
saat menelan
- Nyeri saat menelan dan tidak nyeri saat diam
- Rahang kanan dan kiri serasa ada benjolan
- Demam sejak 2 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- 2 bulan lalu pernah sakit seperti ini
- Pernah berobat lalu sembuh
- Asma (-)
- Hipertensi (-)
- Diabetes Mellitus (-)
3. Riwayat Keluarga

- Di keluarga tidak ada penyakit seperti ini


- Ibu punya riwayat Diabetes Mellitus
- Ayah meninggal karena sakit jantung

4. Riwayat Obat-obatan

- Belum meminum obat apapun


- Tidak ada alergi obat
5. Riwayat Penyakit sosial
- Suka makan pedas
- Kurang minum air putih
- Tidak suka berolahraga

 PEMERIKSAAN FISIK
- Vital Sign :
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tensi : 110/70 mmHg
3. Nadi : 82x/menit
4. RR : 18x/menit
5. Suhu : 38oC
6. A/I/C/D : -/-/-/-

- Status Lokalis :

Tonsil : T2 kanan dan kiri (Pembesaran, merah, nyeri bila disentuh), tidak ada
bercak selaput putih

Leher :Pembesaran Kejelenjar Getah Bening (+), Nyeri pada


Submandibularis kanan dan kiri

Thorax : normal

Abdomen : normal

Ekstremitas: normal
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Cek darah
Hb : 12gr/dl
HCT : 35%
Leukosit : 11.500/m2
Trombosit : 211.000/m2
LED : 40
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Berdasarkan hasil dari diskusi kelompok kami, kami menyimpulkan pasien di diagnosa
mengidap penyakit Tonsilitis Akut .
BAB IX

MEKANISME DIAGNOSIS

NYERI SAAT SAKIT TONSIL NYERI SAAT


MENELAN TENGGOROKKAN MEMBENGKAK DITEKAN

LARINGITIS TONSILITIS FARINGITIS

INSPEKSI NYERI DI KANAN PEMERIKSAAN


TENGGOROKKAN DAN KIRI DARAH LENGKAP
TENGGOROKKAN
BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

A. PENATALAKSANA

Setelah diagnosis ditegakkan, baik secara klinis, dengan maupun tanpa pemeriksaan
penunjang, maka langkah selanjutnya adalah memberikan pengobatan. Secara umum,
penatalaksaan tonsilitis adalah
 Terapi obat
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
Jika penyebab virus, maka diberikan anti viral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bias diberikan dalam bentuk suntikan.

2. Pemberian obat untuk penderita tonsilitis


a.Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klidomisin.
b.Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik
c.Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif.
d.Pemberian antipiretik

 Terapi Operasi (Tonsilektomi)

1. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:


a.Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b.Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
c.Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
d.Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik
2. Perawatan pra Operasi :

a) Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok secara seksama dan


dapatkan kultur yang diperlukan untuk menentukan ada tidak dan sumber
infeksi.
b) Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan praoperasi untuk menentukan
adanya risiko perdarahan : waktu pembekuan, pulasan trombosit, masa
protrombin, masa tromboplastin parsial
c) Lakukan pengkajian praoperasi :
Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status hidrasi, siapkan anak
secara khusus untuk menghadapi apa yang diharapkan pada masa
pascaoperasi, gunakan teknik-teknik yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak (buku,boneka, gambar), bicaralah pada anak tentang hal-
hal baru yang akan dilihat di kamar operasi, dan jelaskan jika terdapat
konsep-konsep yang salah, bantu orang tua menyiapkan anak mereka dengan
membicarakan istilah yang umum terlebih dahulu mengenai pembedahan dan
berkembang ke informasi yang lebih spesifik, yakinkan orang tua bahwa
tingkat komplikasi rendah dan masa pemulihan biasanya cepat,anjurkan
orang tua untuk tetap bersama anak dan membantu memberikan perawatan.

3. Perawatan pascaoperasi

a) Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai indikasi.


b) Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan pasca operasi.
c) Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal untuk berjaga-jaga seandainya
terjadi kedaruratan.
d) Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri posisi
telungkup atau semi telungkup pada anak dengan kepala dimiringkan ke
samping untuk mencegah aspirasi
e) Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri setelah ia sadar
(orangtua boleh menggendong anak ).
f) Pada awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika diperlukan
pengisapan, hindari trauma pada orofaring.
g) Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan tenggorok kecuali
jika perlu.
h) Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2 jam setelah
sadar dari anestesi. Saat muntah susah berhenti, berikan air jernih dengan
hati-hati.
i) Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah yang paling baik
ditoleransi pada saat ini, kemudian berikan es loli dan air dingin selama 12
sampai 24 jam pertama.
j) Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pemberian susu dan es
krim pada malam pembedahan : dapat menenangkan dan mengurangi
pembengkakan, tetapi dapat meningkatkan produksi mukus yang
menyebabkan anak lebih sering membersihkan tenggorokanya,
meningkatkan risiko perdarahan.
k) Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah, lepas collar es
tersebut.
l) Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin.

B. PRINSIP TINDAKAN MEDIS

Kelompok kami berpendapat bahwa tindakan medis yang paling tepat untuk Ny. R
yaitu terapi obat. Tindakan terapi obat dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan
Tonsilitis Akut yang terjadi dan apabila tonsilits terjadi berulang kali dalam periode
kurang dari 1 tahun, baru pasien bisa dianjurkan untuk melakukan operasi
pengangkatan tonsil (tonsilektomi).
BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien/Keluarga Pasien

1. Mengatakan kepada keluarga bahwa Ny. R menderita pada Tonsilitis Akut.

2. Mengatakan kepada Ny. R untuk minum obat secara teratur agar mempercepat proses
penyembuhan

3. Mengatakan kepada Ny. R bahwa tonsilitis akut dapat sembuh tanpa operasi. Namun
apabila terjadi terus menerus dalam periode 1 tahun bisa disarankan untuk menjalani
operasi

Tanda untuk merujuk pasien

Beberapa faktor resiko terjadinya tonsilitis akut adalah:

• Komplikasi dari Tonsilitis Akut yang diderita Ny. R jika tidak segera di obati yaitu abses
tonsilitis.

Peran Pasien/Keluarga untuk Penyembuhan

1. Keluarga membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari selama proses penyembuhan

2. Mengingatkan pasien untuk meminum obat dan banyak minum air putih serta mengurangi
makan makanan yang pedas dan berminyak.

3. Mengatakan kepada pasien untuk beristirahat agar demam yang dideritanya menurun

4. Mengatakan kepada pasien untuk makan makanan yang halus agar tidak menimbulkan
iritasi lebih lanjut pada tonsil.
Pencegahan

Pencegahan: Tonsilitis Akut Viral dapat dicegah dengan cara seperti berikut :

a. Perbanyak minum air putih

b. Kurangi makan makanan yang terlalu pedas maupun berminyak

c. Olahraga yang teratur

d. Meminum vitamin untuk kesehatan

e. Istirahat yang cukup agar daya tahan tubuh tetap optimal


DAFTAR PUSTAKA

1. Mal, R.K., A.F. Oluwasanmi, dan J.R. Mitchard. 2012. Tonsillar Crypts and Bacterial
Invasion of Tonsils: A Pilot Study.NEJM : England p: 567-569

2. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: 2012; h.212-6

3. Pommerville JC. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Ed ke-9. Sudbury: Jones


& Bartlett Publisher; 2012; h.304-5
4. Babaiwa, U.F., Onyeagwara N.C., dan Akerele J.O. 2013. Bacterial tonsillar
microbiota and antibiogram in recurrent tonsillitis. Japan . Page : 1012-1105
5. Soepardi, E.A. et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; hal 223-4.

6. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2012; h.217-9

7. Savitri V. 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan


Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi. FK Jambi
TUGAS PBL
SKENARIO 1

KELOMPOK 13

NAMA NPM

Argun Banda P (16700032)


Putu Diah Ratnasari (16700036)
I Gede Delta Vernanda (16700038)
Frischa Amelia (16700040)
Rambu Putri M.B.P (16700042)
Dionanta Febriawan (16700044)
I Wayan Restu Tedja (16700046)
Salman Alfarisi Kuddah (16700048)
Putro Wahyudi Dobonsolo (16700050)

Pembimbing Tutor :

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai