Anda di halaman 1dari 29

SKENARIO 1

KELOMPOK B3
2016 B
NAMA KELOMPOK

 Argun Banda Pratama 16700036


 I Gede Delta Bayu Vernanda 16700038
 Made Pasek Dionanta Febriawan 16700040
 Fricha Amelia Nugrahani 16700042
 Rambu Putri Mega P 16700044
 I Wayan Restu Teja Wiadnya 16700046
 Salman Alfarisi Kuddah 16700048
 Putro Wahyudi Dobonsolo 16700050
SKENARIO

Mahasiswi E, 29 tahun, datang ke Poliklinik FK-UWKS dengan keluhan demam, anoreksia,


mual, muntah, rasa tidak nyaman di perut kanan atas, nyeri otot, mata kuning dan kencing
warna gelap.
KATA KUNCI

 Demam
 Anoreksia
 Mual
 Muntah
 Rasa tidak nyaman di perut kanan atas
 Nyeti otot
 Mata kuning
 Kencing warna gelap
PROBLEM

 Apa diagnosa pada kasus ini?


 Bagaimana mekanisme penyakit pada kasus ini ?
 Penyakit apa saja yang berhubungan pada kasus ini?
 Bagaimana prinsip penatalaksanaan pada kasus ini?
 Bagaimana cara pencegahan pada kasusu ini?
 Komplikasi apa saja yg mungkin terjadi pada kasusu ini?
Anatomi

 Hepar merupakan kelenjar eksokrim terbesar yang memiliki fungsi untuk menghasilkan
empedu, serta juga memiliki fungsi endokrin. Secara garis besar, hepar dibagi menjadi 2
lobus, dextra dan sinistra , hepar dilapisi oleh kapsula fibrosa yang disebut Capsula
Glisson. Secara holotopi, hepar terletak di regio hypochondrium dextra, regio
epigastrium, regio hypochondrium sinistra.
Histologi
FISIOLOGI

Hepar menghasilkan empedu setiap harinya. Empedu penting dalam proses absorpsi dari
lemak pada usus halus. Setelah digunakan untuk membantu absorpsi lemak, empedu akan di
reabsorpsi di ileum dan kembali lagi ke hepar. Empedu dapat digunakan kembali setelah
mengalami konjugasi dan juga sebagian dari empedu tadi akan diubah menjadi bilirubin.
PATOMEKANISME HEPATITIS
Virus hepatitis masuk secara
Sel hepatosit mensekresi partikel HBV merangsang respon imun non
parenteral/seksual/vertikal Melalui aliran darah ke hati Replikasi virus di Hati virus, Hb, Ag, HbcAg spesifik

Kontak reseptor sel T dengan Merangsang respon imun spesifik


kompleks peptida HBV-MHC dengan mengaktivasi limfosit T dan
kelas 1 limfosit B

Aktivasi sel T dan CD 8

Eliminasi virus yang ada di dalam Sel T CD 4 kontak dengan peptida


sel hati (necrosis sel hati) HBV-MHC kelas II

Mekanisme Mekanisme
sitolitik nonsitolitik
Produksi Antibodi

Meningkatkan
Aktivitas
ALT
interveron gama
dan TNF alfa

Eliminasi virus
tanpa kerusakan
sel hati
Eliminasi
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

 Sirosis hati
Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi
dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul hepatosit. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul.
HIPOTESIS AWAL

 Hepatitis A
 Leptospirosis
 Hepatitis E
Nama:
Umur: 29 tahun

Anamnesa:
- Keluhan utama: demam, mual, mata kuning.
- Riwayat penyakit sekarang: badan lemas, mual muntah, demam, mata kuning, kencing
warna seperti teh.
- Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga: tidak ada yang sakit seperti ini di keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK PASIEN

Vital Sign :
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tensi : 110/70 mmHg
 Nadi : 66x/menit
 RR : 24x/menit
 Suhu : 37,5oC
 Kepala/leher : anemis (+), icterus (+), sianosis (-), Dyspneu (-)
 Paru : Suara napas vesikuler kanan dan kiri, gerak nafas simetris
 Jantung : S1-S2 tunggal, regular, murmur
 Abdomen : Teraba Hepar 2 jari bawah arkus aorta, nyeri tekan, asite -, bising
usus normal.
 Ekstermitas : akral hangat, dalam batas normal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PENYAKIT

 Darah Rutin
 Pemeriksaan enzim hati/fungsi faal hati
 Pemeriksaan serologi infeksi virus Hepatitis A
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)

Berdasarkan hasil dari diskusi kelompok kami, kami menyimpulkan pasien di diagnosa
mengidap penyakit Hepatitis A.
MEKANISME DIAGNOSIS
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

 Pada kasus tanpa komplikasi akut, umumnya cukup dengan perawatan suportif, berupa tirah
baring, diet, dan terapi simptomatik. Penderita sebaiknya tidak bekerja selama fase akut (hingga
10 hari dari sejak timbulnya ikterus), dianjurkan mengonsumsi diet tinggi kalori, menghindari
alkohol dan obat-obat hepatotoksik, seperti anti-kejang dan antituberkulosis.

 Perawatan di rumah sakit diperlukan bila terdapat mual dan muntah disertai dehidrasi yang
memerlukan pemberian cairan intravena. Penderita dengan tanda / gejala gagal hati akut juga
perlu dirawat di rumah sakit. Parasetamol diberikan secara hati-hati untuk mengurangi rasa nyeri
dan / atau demam, dengan dosis maksimum 3-4 g/hari pada orang dewasa. Mual dan muntah
dapat diobati dengan anti-emetik. Terapi lainnya sesuai dengan komplikasi spesifik yang timbul.
PRINSIP TINDAKAN MEDIS

 Kelompok kami berpendapat bahwa tindakan medis yang paling tepat untuk Mahasiswa E
yaitu dengan menghindari minum alkohol merubah gaya hidup. Karena dengan minum
alkohol dapat merusak hepar, dan merubah gaya hidup contohnya seperti selalu mencuci
tangan sebelum makan, mencuci piring setelah makan. Jika ada yang terjangkit virus
hepatitis A gunakan peralatan makan dan minum yang berbeda atau sekali pakai.
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

 Hepatitis A memberikan prognosis yang baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis
A infeksi sembuh sendiri. Komplikasi terhadap hepatitis A hampir tidak ada kecuali pada
para lansia atau seseorang yang memang sudah mengidap penyakit hati kronis atau
serosis. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepati k akut fatal
CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS
KEPADA PASIEN/KELUARGA PASIEN

 Memberikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan tentang Hepatitis A


 Memberikan penjelasan yang detail dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien
tentang penyakitnya, bahwa Hepatis A harus segera diobati agar tidak bertambah parah
 Memberikan support, motivasi, dan nasehat maupun larangan-larangan kepada pasien
untuk untuk membantu di dalam penyembuhan penyakitnya.
TANDA UNTUK MERUJUK PASIEN

J​ ika prognosis ke depannya jelek dan ada komplikasi yang lebih berat, dengan sarana dan
prasarana yang tidak memadai, maka dokter harus merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang
relevan atau ke rumah sakit dengan instlasi yang lebih memadai
PERAN PASIEN/KELUARGA UNTUK
PENYEMBUHAN

Pencegahan penyakit ini sangat memerlukan peran keluarga di dalamnya. Peranan tiap anggota
keluarga dapat mengurangi prosentase tingkat penularan penyakit hepatitis A seperti :
 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
 Tidak memakai alat-alat pribadi secara bersamaan
 Saling mengingatkan untuk makan dan tidur teratur
 Tanggap terhadap gejala-gejala yang muncul
 Saling memberi semangat, dll
PENCEGAHAN PENYAKIT

 Pencegahan secara umum adalah dengan cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan
bersih ( hygiene perorangan). Misalnya menjaga kebersihan dan cara makan yang sehat, seperti
mencuci tangan sesudah ke toilet sebelum menyiapkan makanan, atau sebelum makan.

Pencegahan secara khusus dapat dilakukan dengan:


Imunisasi pasif ( antibodi )
 Diberikan sebagai pencegahan kepada aggota keluarga serumah yang kontak dengan
penderita atau orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang diolah atau
ditangani oleh individu yang terinfeksi dan diberikan kepada orang-orang yang akan
berpergian ke daerah endemis
KESIMPULAN

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis virus yang menyerang
dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Di Indonesia
penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis
A, B dan hepatitis C. Faktor yang paling berperan penting dalam menyebabkan penyakit
hepatitis adalah faktor genetika dan lingkungan. Seperti pada hepatitis A dimana tinja menjadi
faktor penyebar utama. Pada kasus ini, sanitasi Lingkungan merupakan faktor yang paling
penting.
DAFTAR PUSTAKA

 Eppy. 2018. Diagnosis dan Tatalaksana Hepatitis A. CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th.
2018.
 Hartini, S. 2009. Tindakan Pencagahan Penularan Penyakit Hepatitis B Yang Dilakukan
Oleh Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Jurnal
Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), Vol. 1 No.1, Desember 2009 : 46-53.
 Sudoyo A. 2007. Hepatiitis viral akut, Buku ajar ilmu penyakit dalam, Edisi 3, Jakarta
FKUI. Hlm; 251-256

Anda mungkin juga menyukai