Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TONSILITIS


DI POLI THT RSUD PAMBALAH BATUNG AMUNTAI
TANGGAL 06 MARET S/D 11 MARET 2017

OLEH

MUHAMMAD MEINI ISRAZIANOR, S. Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2016/2017
TONSILITIS

KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah : Penyakit radang pada tonsil yang dapat menyerang
pada semua umur.
Frekwensi tonsillitis akut sangat sering terjadi pada anak-
anak.Tonsilitis kronis kurang umum dan mungkin disalah artikan dengan
kelainan lain seperti alergi,asma dan sinusitis.
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus .
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu
serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional
tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang
sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esophagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel).
Tonsil
Merupakan kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring
di antara tiang tiang leung fauces. Tonsil di jelajahi pembuluh darah dan
pembuluh limfe serta mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi
membrane mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan
ini penuh dengan lekukan dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah
besar kelenjar penghasil mucus menuangkan sekresinya. Mucus ini
mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis
depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan
tenggorokan. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu
ketika terjadi tonsillitis (peradangan tonsil)

C. ETIOLOGI
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai
penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium
diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang
bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap
infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut
paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
C. Klasifikasi

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan


streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi


bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.

Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-
sisa makanan yang tersangkut.

3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)


permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut


menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,


makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.
D. TANDA DAN GEJALA
Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan
merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai
dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan
menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang
detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane
semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak
melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak-anak.
Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga
mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an
pernafasan bising.

E. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK


1. TesLaboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam kejang
2. Pemeriksaanpenunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebardan sulfonamide, antipiretik,
dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

F. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Bakteri Virus
(dalam udara & makanan) (dalam udara & makanan)
Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Tonsillitis
Bersihan jln nafas tidak efektif

Pembesaran tonsil
Peningkatan suhu tubuh

Benda asing di jln nafas


Diprose
s

Obst. Jln nafas


Kekurangan vol. cairan

Obs. mekanik
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

Bersihan jln nafas tdk efektif Resiko kerusakan


menelan

Tonsilektomi

anoreksia

Kurang pemahaman Resiko


perdarahan
Resiko perub. Nutrisi
kurang dari kebutuhan
Kurang pengetahuan Darah di sal. nafas

Bersihan jln nafas tidak efektif

G. TONSILEKTOMI
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan
kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan
menurun sejalan dengan perlambatan usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah
berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Serangan otitis media purulens berulang.
4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang
terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.
5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih
dari 3 kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam
rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.
7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau
dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.

H. PENATALAKSANAAN
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan
dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu
dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan
kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu
makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan
operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari
perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic,
obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu
diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling
memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk
memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan
nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya
telah pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah
atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi
dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah.
Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt
operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung
dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang
operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika
tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini
akan menyebabkan nyeri tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan
larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang
kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama
beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan.
Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan
produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung
meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Nyeri telan, sakit tenggorok, serak, demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya,
apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan
3. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi,
penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, ataupenyakit yang timbul
bersamaan
4. Aktivitas / Istirahat
a. Gejala: kelelahan, kelemahan.
b. Tanda: takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala: nyeri telan dan nyeri tekan.
b. Tanda: perilaku distraksi, misal gelisah
6. Pernapasan
a. Gejala: napas pendek, kesulitan bernapas.
b. Tanda: dispnea, batuk, pernapasan dangkal, stridor
7. Keamanan
a. Gejala: riwayat infeksi virus, jamur, bakteri, penurunan system imun.
b. Tanda : demam

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DX KEP NOC NIC
O
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji nyeri
pembengkaka R/Mengetahui daerah nyeri,
keperawatan selama
n jaringan factor pencetus, berat ringan
Diharapkan nyeri berkurang atau
tonsil nyeri yang dirasakan
hilang
2.Ajarkan teknik relaksasi
INDIKATOR IR ER R/Mengajarkan apabila nyeri
Mampu timbul
mengontrol nyeri 3.Obs TTV
Melaporkan R/Untuk mengetahui KU klien
4.Berikan analgetik sesuai
nyeri berkurang
Mampu program
R/Untuk mengurangi rasa nyeri
mengenali nyeri 5. Jelaskan pada pasien tentang
Menyatakan rasa
sebab-sebab timbulnya nyeri
nyaman R/ Pemahaman pasien tentang
TTV DBN penyebab nyeri yang terjadi

Keterangan : akan mengurangi ketegangan


1. Kuat 6. Atur posisi pasien senyaman
2. Berat mungkin sesuai keinginan
3. Sedang
4. Ringan pasien
5. Tidak ada R/ Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin
2 7. Bantu pasien dalam
identifikasi faktor pencetus
Ketidakseimba
R/ nyeri dipengaruhi oleh;
ngan nutrisi
kecemasan, ketegangan, suhu,
kurang dari Setelah dilakukan tindakan
distensi kandung kemih dan
kebutuhan keperawatan selama berbaring lama
1. Kaji nutrisi klien
tubuh b/d Diharapkan nutrisi terpenuhi
R/Untuk mengetahui kebutuhan
pembengkaka INDIKATOR IR ER
nutrisi klien
n pada tonsil Intake makanan 2. Jelaskan pada klien tentang
dan cairan pentingnya nutrisi tubuh
Energi R/Menembah pengetahuan klien
Berat badan
tantang nutrisi
Keterangan :
3. Anjurkan makan sedikit tapi
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat sering
3. Keluhan sedang R/Meningkatkan intake nutrisi
4. Keluhan ringan
klien
5. Tidak ada keluhan
4. Anjurkan makan selagi
3 hangat
R/Meningkatkan nafsu makan
klien
5. Anjurkan hygiene mulut
Hipertermi R/Meningkatkan nafsu makan
berhubungan klien
Setelah dilakukan tindakan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan proses
R/Untuk mengetahui gizi yang
keperawatan selama
penyakit
seimbang
Diharapkan suhu tubuh DBN
INDIKATOR IR ER 1. Kaji factor penyebab
Intake makanan hipertermi
dan cairan R/untuk mengetahui penyebab
Energi 2. Obs. TTV
Berat badan R/Dapat menentukan
Suhu tubuh DBN perkembangan perawatan
Keterangan : 3. Pertahankan suhu tubuh
1. Kuat normal
2. Berat R/Dapat dipengaruhi suhu
4 3. Sedang
4. Ringan lingkungan, aktivitas
5. Tidak ada 4. Beri kompres hangat
R/Perpindahan panas secara
konduktif
5. Berikan pakaian yang tipis
Intoleransi
yang menyerap keringat
aktivitas R/Proses konveksi akan
berhubungan terhalang pakaian yang ketat.
dengan Setelah dilakukan tindakan 6. Kolaboraso dalam pemberian
kelemahan keperawatan selama antipiretik
R/Menurunkan panas pada pusat
fisik Diharapkan klien toleransi
hipotalamus
terhadap aktivitas
INDIKATOR IR ER 1. Monitor keterbatasan
TTV DBN aktivitas
Langkah berjalan R/Merencanakan intervensi
Jarak jalan
dengan tepat
Kuat
2. Bantu klien dalam aktivitas
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim sendiri
2. Keluhan berat R/Klien dapat memilih dan
3. Keluhan sedang merencanakan nya sendiri
4. Keluhan ringan 3. Catat tanda vital
5. Tidak ada keluhan R/Mengkaji sejauh mana
perubahan selama aktivitas
4. Menentukan penyebab
intoleransi aktivitas
R/Menentukan intervensi
5 5. Monitor intake output
R/Sumber energy klien
6. Kaji tingkat intoleransi klien
R/ Untuk mengetahui tingkat
aktivitas klien guna intervensi
selanjutnya
7. Anjurkan klien untuk
Gangguan
melakukan aktivitas yang
persepsi
ringan
sensori : R/Aktivitas yang ringan dapat
Setelah dilakukan tindakan
pendengaran membantu mengurangi energy
keperawatan selama
b/d obstruksi yang keluar
Diharapkan klien toleransi 8. Ajurkan klien untuk istirahat
pada tuba
terhadap aktivitas yang cukup
eustaki
INDIKATOR IR ER R/Istirahat yang cukup dapat
Tidak ada distorsi mebantu meminimalkan
pendengaran pengeluaran energy
Komunikasi yang
dilakukan dapat
1. Orientasi dengan kenyataan
diterima R/Menimbulkan mental klien
Keterangan : yang positif
1. Keluhan ekstrim 2. Memberikan dukungan
2. Keluhan berat
secara emosional
3. Keluhan sedang
R/Meyakinkan klien bahwa
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan klien tidak sendiri dan ada yang
memperhatikan nya
3. Ajarkan klien perawatan
telinga sesuai indikasi
R/Agar tidak memperparah
penurunan pendengaran
4. Memperbaiki cara
komunikasi dengan biacar
pelan didekat klien dan tidak
berteriak
R/Kebisingan dapat
mempengaruhi pendengaran
5. Berikan posisi yang nyaman
dan tidak bising
R/ Agar telinga klien tidak
tambah sakit karena kebisingan
dapat menjadi faktor pencetus
nyeri telinga dan penurunan
pendengaran
6. Observasi ketajaman
pendengaran, catat apakah
kedua telinga terlibat
R/ Mengetahui tingkat
ketajaman pendengaran pasien
dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya
7. Anjurkan pasien dan
keluarganya untuk mematuhi
program terapi yang
diberikan
R/ Mematuhi program terapi
akan mempercepat proses
penyembuhan
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TONSILITIS
D. E. DIAGNOSA F. TUJUAN DAN H. INTERVENSI I. RASIONALISASI
N KEPERAWATA KRITERIA
N G. HASIL
J. K. Hipertemia L. Setelah dilakukan 1. Observasi suhu tubuh
1. Suhu 38,9 41,1 menunjukkan
1 berhubungan tindakan keperawatan ( derajat dan pola) perhatikan proses penyakit infeksius,pola
dengan proses selama......... menggigil atau tidak demam dapat membantu dalam
P. diagnosis
inflamasi pada diharapkan suhu tubuh 2. Observasi suhu lingkungan
2. Suhu ruangan harus diubah
faring dan tonsil menjadi normal Q. untuk mempertahankan suhu
dengan kriteria: mendekati normal
M. Suhu tubuh 37 -37,5 R. 3. Dapat membantu mengurangi
derajat 3. Beri kompres hangat demam
S. 4. Asupan yang adekuat membuat
N. Tidak menggigil 4. Berikan asupan cairan yang
O. Turgor elastis badan lebih segar sehingga panas
adekuat
akan turun
T.
W.
5. Untuk mempertahankan suhu
U.
5. Anjurkan penggunaan kain, tubuh pasien mendekati normal
6. Untuk mengurangi demam
pakaian yang ketat yang
dengan aksi sentralnya pada
dikenakan pasien
6. Kolaborasi dokter untuk hipotalamus,meskipun demam
pemberian anti piretik mungkin dapat berguna dalam
V. membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
auto distruksi dari sel sel yang
terinfeksi
X. Y. Nyeri akut Z. Setelah dilakukan 1. Observasi nyeri (skala, 1. Untuk menentukan intervensi
2 berhubungan tindakan keperawatan intensitas,kedalaman, yang tepat
frekuensi) AE.
dengan selama ..... diharapkan
2. Berikan posisi tidur yang 2. Kelemahan otot diakibatkan oleh
pembengkakan nyeri berkurang tindakan pembedahan, kurang
nyaman ( sokong kepala dan
tonsil sampai hilang dengan sokongan mengakibatkan
leher dengan bantal)
kriteria: AC. ketidaknyamanan
AA. Wajah rileks 3. Menelan menyebabkan aktifitas
AB. Tekanan darah AD. otot, yang dapat menimbulkan
normal 3. Anjurkan pasien untuk nyeri karena oedem
mengeluarkan saliva dengan 4. Derajat nyeri sehubungan
hati - hati bila tidak mampu dengan inflamasi dapar
menelan berkurang dengan pemberian
4. Kolaborasi dokter untuk analgetik
pemberian analgetik
AF.DAFTAR PUSTAKA
AG.
AH. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan .
Jakarta :
AI. EGC
AJ.
AK. Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman
AL. Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Jakarta : EGC
AM.
AN. Mansjoer, et all. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
AO.
AP.Sjamsuhidajat ; R & Jong, W.D. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ;
AQ. EGC
AR.
AS. Smeltzer, Suzanne & Bare, B E. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal
AT. Bedah, Brunner & Suddarth, ed. 8. Jakarta ; EGC
AU.
AV.
AW.
AX.
AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.
BN.
BO.
BP.Konsep Advokasi Dan Legal Etik Keperawatan Terkait Dengan
Penyakit
BQ.
BR. Perawat memiliki peran sebagai advokat klien dalam menjalankan tugas
keperawatannya, salah satunya yaitu terkait dengan pasien yang memiliki masalah
penyakit tonsilitis. Dalam hal ini perawat bertanggung jawab untuk memberikan
informasi menyeluruh terkait dengan penyakit tersebut termasuk alternative
tindakan dan sumber pembiayaan (mencari asuransi pemerintah misalnya
Jamkesda, Jamkesta, dll) ketika diperlukan tindakan pembedahan.
BS. Dari segi legal keperawatan, apabila akan dilakukan tindakan keperawatan
maupun medis maka harus memintakan inform consent sebelumnya.
BT. Dari segi moral etik kepererawatan yang terkait dengan kasus tersebut
yaitu :
a Memberikan kebebasan kepada pasien/keluarga untuk memilih dan
memutuskan tindakan yang akan dilakukan.
b Kejujuran memberikan informasi tentang penyakit dan factor yang terkait
misalnya menyangkut ekonomi keluarga.

BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ. JURNAL TERKAIT
CK.
CL. LAMPIRAN JURNAL
CM.
CN.
CO. PERIKARDITIS KONSTRIKTIF: KISAH SEORANG HATI
DIBATASI
CP.Abstrak:
CQ. Latar Belakang: Gejala dari perikarditis konstriktif
mungkin spesifik, menyesatkan dan dapat menunda atau mengarah ke
diagnosis yang salah.
CR. Kasusklinis: Kami menyajikan kasus seorang pria 28 tahun
yang dirawat di rumah sakit dengan dispnea progresif, nyeri dada dan
sejarah dari 25 kg berat badan selama 2 tahun terakhir. Dia dievaluasi pada
fasilitas lain dan presentasi klinis mengarah ke diagnosis yang keliru
penyakit hati primer (sirosis dan hipertensi portal). Pemeriksaan fisik
menunjukkan bahwa ia dispnea, kurus, telah menandai distensi vena
frontalis nya kranial, bunyi jantung berkurang, asites masif dan edema
kaki. Tes laboratorium melaporkan tes fungsi hati yang abnormal dan
ascites paracentesis chylous perut. Elektrokardiogram menunjukkan irama
sinus dengan perubahan repolarisasi umum tegangan rendah dan tidak
spesifik. Ukuran jantung normal pada radiografi dada. Ekokardiografi
Doppler dilatasi atrium bilateral melaporkan, sebuah perikardium menebal
dan perlambatan waktu singkat aliran transmitral. Sebuah perikardium
menebal dan kalsifikasi terlihat pada CT scan. Pericardiectomy dilakukan.
Poliuria spontan diamati selama dan setelah operasi dengan perbaikan
berikutnya asites dan edema. Perikardium ditemukan menjadi terlalu
menebal dan meradang.
CS.Kesimpulan: Clinician harus menyadari dari program lambat dan
progresif kegagalan ventrikel kanan, serta untuk mengenali perikarditis
konstriktif sebagai penyebab kronis aspek hemodinamik ascites.The dari
penyakit ini sangat penting untuk diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat.
sumber :http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=8f00d84c-32b5-4644-
9d9e-
9cedb802acb0%40sessionmgr104&vid=24&hid=127&bdata=JnNpdGU9Z
Whvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mnh&AN=21167101
CT. LAPORAN
CU. PBL KASUS I : PERIKARDITIS
CV.
CW.
CX.
CY. Disusun Oleh :
CZ.
DA. KELOMPOK I
DB.
DC.
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU. PROGRAM
STUDI S1/B

KEPERAWATAN
DV. STIKES BETHESDA YAKKUM
DW. YOGYAKARTA
DX. 2012
DY. ANGGOTA KELOMPOK
DZ.
1. ANTONIUS YOGI PRATAMA 1103001
2. BRAHMONO WIDIHARTO 1103004
3. CHICHILIA NUR ASIH 1103005
4. EKO WIDAYANTO 1103008
5. ELI SAMAN FITRY 1103009
6. HARTATI 1103011
7. LUCIA CORNELIA RETNO W1103013
8. NILA SARI CANDRA 1103017
9. NOVI AYU LESTARI 1103018
10. OKTALIA DAMAR P 1103019
11. SIJITRA 1103022
12. SUNAWAN BUDI UTOMO 1103023
13. VICTORINI EVELIN 1103025
EA.
EB.
EC.
ED.
EE.
EF.

Anda mungkin juga menyukai