OLEH
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah : Penyakit radang pada tonsil yang dapat menyerang
pada semua umur.
Frekwensi tonsillitis akut sangat sering terjadi pada anak-
anak.Tonsilitis kronis kurang umum dan mungkin disalah artikan dengan
kelainan lain seperti alergi,asma dan sinusitis.
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus .
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu
serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional
tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang
sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esophagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel).
Tonsil
Merupakan kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring
di antara tiang tiang leung fauces. Tonsil di jelajahi pembuluh darah dan
pembuluh limfe serta mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi
membrane mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan
ini penuh dengan lekukan dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah
besar kelenjar penghasil mucus menuangkan sekresinya. Mucus ini
mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis
depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan
tenggorokan. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu
ketika terjadi tonsillitis (peradangan tonsil)
C. ETIOLOGI
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai
penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium
diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang
bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap
infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut
paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
C. Klasifikasi
1. Tonsillitis akut
2. Tonsilitis falikularis
Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-
sisa makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
5. Tonsilitis Kronik
F. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Bakteri Virus
(dalam udara & makanan) (dalam udara & makanan)
Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih
Tonsillitis
Bersihan jln nafas tidak efektif
Pembesaran tonsil
Peningkatan suhu tubuh
Obs. mekanik
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Tonsilektomi
anoreksia
G. TONSILEKTOMI
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan
kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan
menurun sejalan dengan perlambatan usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah
berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Serangan otitis media purulens berulang.
4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang
terjadidalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.
5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih
dari 3 kali, hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam
rheumatik dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis
kronik yang sukar diatasi dengan antibiotic.
7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau
dengan anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.
H. PENATALAKSANAAN
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan
dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu
dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan
kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu
makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan
operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari
perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic,
obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu
diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling
memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk
memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan
nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya
telah pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah
atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi
dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah.
Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt
operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung
dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang
operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika
tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini
akan menyebabkan nyeri tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan
larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang
kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama
beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan.
Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan
produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung
meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DX KEP NOC NIC
O
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji nyeri
pembengkaka R/Mengetahui daerah nyeri,
keperawatan selama
n jaringan factor pencetus, berat ringan
Diharapkan nyeri berkurang atau
tonsil nyeri yang dirasakan
hilang
2.Ajarkan teknik relaksasi
INDIKATOR IR ER R/Mengajarkan apabila nyeri
Mampu timbul
mengontrol nyeri 3.Obs TTV
Melaporkan R/Untuk mengetahui KU klien
4.Berikan analgetik sesuai
nyeri berkurang
Mampu program
R/Untuk mengurangi rasa nyeri
mengenali nyeri 5. Jelaskan pada pasien tentang
Menyatakan rasa
sebab-sebab timbulnya nyeri
nyaman R/ Pemahaman pasien tentang
TTV DBN penyebab nyeri yang terjadi
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ. JURNAL TERKAIT
CK.
CL. LAMPIRAN JURNAL
CM.
CN.
CO. PERIKARDITIS KONSTRIKTIF: KISAH SEORANG HATI
DIBATASI
CP.Abstrak:
CQ. Latar Belakang: Gejala dari perikarditis konstriktif
mungkin spesifik, menyesatkan dan dapat menunda atau mengarah ke
diagnosis yang salah.
CR. Kasusklinis: Kami menyajikan kasus seorang pria 28 tahun
yang dirawat di rumah sakit dengan dispnea progresif, nyeri dada dan
sejarah dari 25 kg berat badan selama 2 tahun terakhir. Dia dievaluasi pada
fasilitas lain dan presentasi klinis mengarah ke diagnosis yang keliru
penyakit hati primer (sirosis dan hipertensi portal). Pemeriksaan fisik
menunjukkan bahwa ia dispnea, kurus, telah menandai distensi vena
frontalis nya kranial, bunyi jantung berkurang, asites masif dan edema
kaki. Tes laboratorium melaporkan tes fungsi hati yang abnormal dan
ascites paracentesis chylous perut. Elektrokardiogram menunjukkan irama
sinus dengan perubahan repolarisasi umum tegangan rendah dan tidak
spesifik. Ukuran jantung normal pada radiografi dada. Ekokardiografi
Doppler dilatasi atrium bilateral melaporkan, sebuah perikardium menebal
dan perlambatan waktu singkat aliran transmitral. Sebuah perikardium
menebal dan kalsifikasi terlihat pada CT scan. Pericardiectomy dilakukan.
Poliuria spontan diamati selama dan setelah operasi dengan perbaikan
berikutnya asites dan edema. Perikardium ditemukan menjadi terlalu
menebal dan meradang.
CS.Kesimpulan: Clinician harus menyadari dari program lambat dan
progresif kegagalan ventrikel kanan, serta untuk mengenali perikarditis
konstriktif sebagai penyebab kronis aspek hemodinamik ascites.The dari
penyakit ini sangat penting untuk diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat.
sumber :http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=8f00d84c-32b5-4644-
9d9e-
9cedb802acb0%40sessionmgr104&vid=24&hid=127&bdata=JnNpdGU9Z
Whvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mnh&AN=21167101
CT. LAPORAN
CU. PBL KASUS I : PERIKARDITIS
CV.
CW.
CX.
CY. Disusun Oleh :
CZ.
DA. KELOMPOK I
DB.
DC.
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.
DL.
DM.
DN.
DO.
DP.
DQ.
DR.
DS.
DT.
DU. PROGRAM
STUDI S1/B
KEPERAWATAN
DV. STIKES BETHESDA YAKKUM
DW. YOGYAKARTA
DX. 2012
DY. ANGGOTA KELOMPOK
DZ.
1. ANTONIUS YOGI PRATAMA 1103001
2. BRAHMONO WIDIHARTO 1103004
3. CHICHILIA NUR ASIH 1103005
4. EKO WIDAYANTO 1103008
5. ELI SAMAN FITRY 1103009
6. HARTATI 1103011
7. LUCIA CORNELIA RETNO W1103013
8. NILA SARI CANDRA 1103017
9. NOVI AYU LESTARI 1103018
10. OKTALIA DAMAR P 1103019
11. SIJITRA 1103022
12. SUNAWAN BUDI UTOMO 1103023
13. VICTORINI EVELIN 1103025
EA.
EB.
EC.
ED.
EE.
EF.