Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi masih menjadi indikator

keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Angka kematian ibu mengacu

pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan

nifas. Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) dalam

rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal selama

hamil dan melahirkan pada 2015, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102

per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar

dan kerja keras karena kondisi sekarang ini berdasarkan, Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI)

saat melahirkan adalah 248 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian

Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup dan (SDKI) 2012, menyebutkan

Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup

dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 32 per 1000 kelahiran.

Kematian ibu di rumah sakit disebabkan karena banyaknya kasus kegawat-

daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab langsung kematian ibu

yang terbanyak adalah: perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet,

infeksi dan komplikasi aborsi. Persalinan di rumah dan ditolong oleh dukun,
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi masih tingginya AKI di

Indonesia. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) dan trauma persalinan (asfiksia). Penyebab tidak langsung

sebagai akar masalah kematian ibu dan bayi baru lahir adal ah karena

kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi, budaya dan

kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut

memperberat permasalahan ini. Kondisi tersebut masih diperberat dengan adanya

faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan di tingkat

keluarga, terlambat merujuk dan terlambat menangani dan 4 Terlalu yaitu

melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu

dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4

kali) (Riskesdas, 2010).

Menurut KepMenKes RI No 900/MenKes/II/2002, menyatakan bahwa

bidan mempunyai kewenangan untuk memberi pelayanan kesehatan. Pelayanan

kesehatan tersebut meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana

dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kebidanan meliputi asuhan

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Kelahiran bayi merupakan

peristiwa yang sangat penting. Bidanpun memiliki posisi yang sangat berperan

untuk memberikan asuhan komprehensif dan berkesinambungan mulai dari

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas sampai keluarga berencana.

Berdasarkan uraian di atas, banyaknya kematian ibu dan bayi yang

disebabkan oleh beberapa faktor yang menyertai kehamilan, persalinan, nifas


dan bayi baru lahir. Maka, penulis dalam kesempatan ini, menyusun studi kasus

yaitu “Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada Ny. “Y” usia 25 tahun, dengan

postpartum di Ruang Bersalin Lavender RS Harapan Bunda”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Dapat mengerti, memahami dan melaksanakan manajemen asuhan

kebidanan nifas pada Ny. Y usia 25 tahun sesuai dengan manajemen tujuh

langkah Varney dan pendokumentasian SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengkajian terhadap masa nifas pada Ny.Y sesuai

dengan manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar di RB

Lavender RS Harapan Bunda

2. Dapat melakukan interpretasi masa nifas pada Ny. R sesuai dengan

manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar di RB Lavender

RS Harapan Bunda

3. Dapat melakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial pada

masa nifas pada Ny. sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan

secara baik dan benar di RB Lavender RS Harapan Bunda.

4. Dapat melakukan identifikasi kebutuhan tindakan segera pada masa

nifas pada Ny. sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara

baik dan benar di RB Lavender RS Harapan Bunda


5. Dapat melakukan perencanaan asuhan masa nifas pada Ny. Y sesuai

dengan manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar di RB

Lavender RS Harapan Bunda

6. Dapat melakukan pelaksanaan tindakan masa nifas pada Ny.Y sesuai

dengan manajemen asuhan kebidanan secara baik dan benar di RB

Lavender RS Harapan Bunda

7. Dapat mengevaluasi tindakan yang diberikan saat masa nifas pada

Ny. sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan secara baik dan

benar di RB Lavender RS Harapan Bunda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Nifas

A. Pengertian

Masa nifas (puerpurium) di mulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin,

2006).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono, Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, 2006).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menjaga kondisi ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan perawatan kesehatan diri, nutrisi,

KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan

bayi sehat

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (JNPK_KR, 2001).


C. Standar Pelayanan Nifas

Terdapat 3 standar pelayanan masa nifas ( Purwandari, 2008 ), yaitu :

Standar 1 : Perawatan bayi baru lahir

Standar 2 : Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan

Standar 3 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

D. Periode Masa Nifas

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan dihitung 24 jam setelah placenta lahir

2. Puerperium intermedial yaitu dihitung dari hari ke-7 setelah

melahirkan sampai kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang

lamanya 6-8 hari

3. Remote puerperium yaitu waktu yang perlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan (Mochtar, 2002 )

E. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas

Selama masa nifas terjadi berbagai perubahan yang terjadi pada ibu post

partum antaralain yaitu involusi uterus, pengeluaran lochea, perubahan

pada serviks dan vagina serta laktasi.

1. Involusi uterus
Proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan

bobot hanya 600 gram. Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama

persalinan mengalami kontraksi akan menjadi keras, sehingga dapat

menutup pembuluh darah yang bermuara pada bekas implansi

plasenta.

Tabel Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat ± 100 gram

Plasenta Lahir 2 jari dibawah pusat ± 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat ± 500 gram


simpisis
2 minggu Tidak teraba diatas ± 350 gram
simpisis
6 minggu Bertambah kecil ± 50 gram

8 minggu Sebesar normal ± 30 gram

2. Tempat implantasi plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dam kira-kira sebesar telapak tangan.

Pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas

1-2 cm.

3. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh

darah yang besar, tetapi setelah persalinan tidak diperlukan lagi


peredaran darah yang banyak, maka arteri mengecil kembali dalam

masa nifas.

4. Perubahan pada Servik dan Vagina

Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat

dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak

karena robekan dalam persalinan dan pada akhir minggu pertama

hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja. Setelah involusi selesai, ostium

eksternum tidak serupa seperti keadaan sebelum hamil.

Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun

mulai mencapai ukuran yang normal.

5. Abdomen

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu

lama, tetapi pulih kembali dalam waktu 6 minggu.

6. Saluran kencing

Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif, sehingga

kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine

residual. Dilatasi ureter akan normal kembali dalam waktu 2

minggu.

7. Laktasi

Keadaan payudara pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan

dalam kehamilan dimana payudara belum mengandung susu,


melainkan colostrums dan pada hari ke-3 payudara menjadi keras

dan nyeri yang menandakan sekresi air susu sudah dimulai.

8. Lochea

Cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina bagian dalam.Sifat

lochea adalah alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah

dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir.Lochea dibagi

menjadi 4 yaitu.

 Lochea Rubra (cruenta) : Terdapat pada hari pertama

sampai ketiga berwarna merah berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan

mekoneum.

 Lochea Sanguinolenta : Terdapat pada hari ke empat sampai

keenam dengan warna kecokelatan dan mengandung sel darah

tua sisa jaringan, berwarna kuning berisi darah dan lendir.

 Lochea serosa : Terdapat pada hari ketujuh sampai kesepuluh

dengan warna agak kuning berisi sel darah merah sedikit

desidua, leukosit dan, berwarna kuning.

 Lochea alba : Terdapat pada hari kesepuluh sampai ke enam

minggu, berwarna putih jernih atau kekuning-kuningan yang

mengandung leukosit, sel epitel, dan mukosa.

F. KunjunganMasa Nifas
Program dan kebijakan teknis yang diberikan oleh pemerintah

dalam asuhan masa nifas.Paling sedikit 4 kali kunjungan dalam

masa nifas dilakukan untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi

baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani

masalah-masalah yang terjadi.

Tabel Kunjungan Masa Nifas

Kunjunga Waktu Tujuan


n
1 6-8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas karena
setelah atonia uteri.
persalinan  Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut
 Memberikan konseling kepada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
perdarahan atonia uteri.
 Pemberian ASI awal.
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
 Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.

2 6 hari setelah  Memastikan involusi uterus berjalan


persalinan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
 Konseling KB mandiri.
3 2 minggu  Sama seperti diatas (6 hari setelah
setelah persalinan).
persalinan

4 6 minggu  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-


setelah penyulit yang ia atau bayi alami.
persalinan  Memberikan konseling untuk KB secara
dini.

Sumber: Saifuddin AB, 2002.

G. Tanda Bahaya Masa Nifas

1. Demam

2. Perdarahan aktif

3. Bau busuk dari vagina

4. Sakit kepala yang berat


5. Bengkak pada payudara

6. Tromboflebitis

H. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

1. Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus

uteri, pengeluaran ASI dan keadaan payudara, keadaan luka

jalan lahir, tingkat mobilisasi yang dilakukan ibu

2. Konseling tentang :

a. Kebersihan diri

Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh,

mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin

dan cara membersihkan luka laserasi, mengganti

pembalut minimal 2 kali sehari.

b. Istirahat

Menjelaskan akibat kurang istirahat dan menyarankan

ibu kembali melakukan aktivitas secara perlahan

c. Latihan

Menjelaskan manfaat dari latihan masa nifas

menyarankan ibu untuk melakukan latihan ringan

d. Gizi

Memberikan tablet besi untuk diminum ibu selama 40

hari nifas, menjelaskan ibu untuk mengkonsumsi


tambahan sumber kalori, protein dan vitamin setiap kali

menyusui

e. Keluarga Berencana (KB)

Menganjurkan ibu untuk berdiskusi bersama suami

tentang rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan

ibu setelah 6 minggu postpartum, menjelaskan tentang

pilihan alat kontrasepsi yang dapat dipilih ibu bersama

keuntungan atau efek sampingnya

f. Perawatan payudara

Menjaga payudara tetap bersih menggunakan bra yang

menyokong payudara, menyusui bayi sesering mungkin

unutk menghindari bendungan ASI.

2.2 Pendokumentasian Kebidanan

A. Pengertian

Pendokumentasian adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan

informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua

yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Purwandari, 2008)

B. Tujuan

1) Sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan

2) Merupakan data untuk penggantian biaya yang wajar dan informasi

penghemat biaya
3) Bermanfaat bagi peneliti

4) Mempunyai aspek legal

2.3 Model Dokumentasi

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem

pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai saran komunikasi antara tenaga kesehatan, saran untuk dapat mengikuti

perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan

pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang syah. Model

pendokumentasian yang biasa digunakan ada 2 yaitu teknik SOAP dan teknik 7

langkah Varney (Purwandari, 2008).

1) SOAP

S = Subjektif

Langkah ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa, yaitu dengan menanyakan langsung pada klien.

Informasi ini kemudian dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang berhubungan dengan diagnosa.

O = Objektif

Langkah ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment. Apa yang


dapat diobservasi oleh Bidan akan menadi komponen yang berarti dari

diagnosa yang akan ditegakkan.

A = Assesment

Langkah ini menggambarkan pendokumentasian dari hasil analisa dan

intepretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi. Masalah

atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi yang

subjektif maupun objektif yang telah dikumpulkan dan disimpulkan

P = Planning

Langkah ini menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi berdasarkan assessment.

2) Langkah Varney

Langkah I (Pertama) : Tahap Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan.

Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah

Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah

diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.

Langkah IV (Keempat) : Menetapkan Kebutuhan Terhadap

Tindakan Segera, untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan

Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah V (Kelima) : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah awal diagnosa yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi

Langkah VI (Keenam) : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan

Efisien dan Aman

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana)

Langkah VII (Ketujuh) : Mengevaluasi

Pada langkah ke VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya

(Varney’s, 2000).
Laporan kasus asuhan kebidanan pada pasien postpartum spontan
Pengkajian Kebidanan
Data subjektif
Identitas
Nama pasien : Ny. Yesi Novaryanti
Tanggal lahir : 14-11-1994
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.
No telfon/HP :
Anamnesa
4-9-2020, J. 22.00 : Pasien datang dengan keluhan mulas-mulas teratur
5-9-2020, J. 22.50 : Pasien melahirkan secara spontan,
Jenis Kelamin : Perempuan, BB 2765 gram, A/s : 9/10
Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri luka jahitan
Riwayat kesehatan : tidak pernah dirawat
Riwayat alergi obat : tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi (Ayah)
Riwayat psikologis : Status psikologis : tenang
Status mental : kooperatif
Sistem sosial : Hubungan pasien dengan keluarga : baik
Tinggal Bersama : suami
HPTH : 10-11-2019
Tafsiran Persalinan : 17-9-2020
Riwayat kehamilan :
N Tahun persalinan Cara persalinan/penolong Jenis kelamin/Hidup (+/-) BB bayi (gram) penyulit
o
1. 2019 Spontan/RS Laki-laki / hidup 2000 Riwayat premature
2. 2020 Spontan/RS Perempuan/Hidup 2765 Tidak ada
Sistem eliminasi : BAK : normal , 6-7x sehari
BAB : 1x sehari
Pengkajian nyeri : ada, lokasi : luka perenium
Kapan nyeri mulai timbul : saat mobilisasi
Faktor pencetus/memperberat nyeri : mobilisasi
Upaya Tindakan untuk mengurangi nyeri : relaksasi, pemberian terapi
Gambaran nyeri : tertusuk benda tajam
Penyebaran nyeri : disatu lokasi tertentu
Skala nyeri : 2 (nyeri ringan)
Status fungsional (Barthel index) : 20 (mandiri)
Pengkajian risiko jatuh (Morse) : 20 (risiko rendah)
Pengenalan dini kegawatan pasien kebidanan (MEOWS) :0
Kebutuhan edukasi : diagnosa dan manajemen nyeri
Data penunjang :
1. Pemeriksaan tanggal 23/07/2020
a. HIV : NR
b. HBSAG : NR
2. Pemeriksaan tanggal 4/09/2020
a. H2TL :
 Hemoglobin : 10,5 g/dl
 Hematokrit : 29,6 %
 Trombosit : 198
 Leukosit : 6.7
b. MP2 :
 Masa perdarahan : 2 mnt
 Masa pembekuan : 8 mnt
c. Rapid Covid-19 : NR
S : Ibu mengatakan masih terasa mulas

O : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital :

- TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,5ºC

- RR : 20/menit Nadi : 81x/menit

 Kontraksi uterus : Baik

 TFU : 2 jari dibawah pusat

 Kandung kemih : kosong

 Perdarahan : ± 250 cc

 Luka jalan lahir : grade II

A : P2A0 partus kala IV dengan laserasi grade II

P :

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini

keadaan ibu baik., ibu mengerti

2. Mendampingi dokter melakukan penjahitan luka jalan lahir. Hecting

sudah dilakukan

3. Mengajarkan ibu dan keluarga cara massage rahim yaitu dengan gerakan

memutar dari dalam keluar, bila kontraksi bagus uterus akan teraba keras,

dan bila teraba lembek berarti kontraksi uterus jelek, dan segera laporkan

ke bidan. Ibu dapat melakukannya


4. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas yaitu sakit kepala yang hebat,

pandangan mata berkunang-kunang, nyeri epigastrium, keringat dingin,

perdarahan. Ibu mengerti dan akan melapor ke bidan jika mengalami

tanda tersebut

5. Menganjurkan ibu minum dan makanan . Ibu minum air teh dan makan

roti

6. Melakukan pengawasan kala IV, TD, nadi, TFU, kontraksi uterus,

kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan

setiap 30 menit pada 1 jam kedua dan suhu setiap 1 jam sekali sarta tetap

memperhatikan keadaan umum pasien. Hasil terlampir

7. Memberikan terapi oral mefinal 3x1 tab, sporetic 2x1 tab. Ibu bersedia

mengkonsumsi

8. Memberitahu ibu tidak menahan BAK. Ibu mengerti

9. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini. Ibu akan melakukannya

10. Kolaborasi DPJP


Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 Jam

S : Ibu mengatakan nyeri luka jahitan grade II

O :

a. Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Compos mentis

- Keadaan emosional : Stabil

- Skala Nyeri : derajat 2 (ibu tampak meringis saat mobilisasi)

- Tanda vital

- TD : 110/70mmHg Nadi : 80x/menit

- Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,1 °C

- Kontraksi : Baik TFU : 2 jari di bawah pusat

- Kandung kemih : Kosong

- Lochea : Rubra

- Perineum : Ada luka jahit tertutup rapi

- Perdarahan pervaginam : Normal ± 200 cc

A : P2A0 nifas 2 jam

P :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. ibu mengerti.

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, mengganti pembalut

minimal 4x sehari

3. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti


4. Memberikan terapi sesuai jadwal. Mefinal 3x1 tab, sporetik 2x1 tab. Ibu

minum obat

5. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti

6. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dengan gizi seimbang dan

memperbanyak minum air putih. Ibu mengerti dan akan

melaksanakannya

7. Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya minimal 2-3 jam

sekali. Ibu mengerti dan akan melaksanakannya

8. Mengajarkan ibu teknik menyusui. Ibu dapat menyusui dengan baik dan

benar.

9. Kolaborasi DPJP

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 Jam

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O : Keadaan ibu : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,5oC

Mammae : Tidak bengkak, pengeluaran ASI (+)

Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat

Luka Jahitan : Baik perdarahan : Normal ±150 cc

Lochea : Rubra BAK/BAB : BAK (sudah), BAB (belum)


A : P2A0 nifas 6 jam

P :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu mengerti.

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, mengganti pembalut

minimal 4x sehari

3. Mengiatkan kembali kepada ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti

4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dengan gizi seimbang dan

memperbanyak minum air putih. Ibu mengerti dan akan

melaksanakannya

6. Memberikan terapi sesuai jadwal mefinal 3x1 tab, spoterik 2x1 tab. Ibu

minum obat

7. Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya minimal 2-3 jam

sekali. Ibu mengerti dan akan melaksanakannya

8. Mengiatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan payudara. Ibu

mengerti

9. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya nifas. Ibu mengerti

10. Kolaborasi DPJP

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 1 hari

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O : Keadaan ibu : Baik Kesadaran : Compos mentis


TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 20x/menit Suhu : 36,7oC

Mammae : Tidak bengkak, pengeluaran ASI (+)

Kontraksi : Baik TFU : 2 jari dibawah pusat

Luka Jahitan : Baik Lochea : Rubra

Perdarahan pervaginam : normal ± 100 cc

BAK/BAB : BAK (+) BAB (-)

A : P2A0 nifas 1 hari

P :

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, mengganti pembalut

minimal 2x sehari

3. Mengiatkan kembali kepada ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti

4. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dengan gizi seimbang dan

memperbanyak minum air putih. Ibu mengerti dan akan

melaksanakannya

6. Memberikan terapi mefinal 3x1 tab, spoterik 2x1 tab. Ibu minum obat

7. Menganjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya minimal 2-3 jam

sekali. Ibu mengerti dan akan melaksanakannya

8. Mengiatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan payudara. Ibu

mengerti
9. Mengingatkan kembali kepada ibu tanda bahaya nifas. Ibu mengerti

10. Memastikan bahwa bayi dapat menyusu dengan baik dan benar

11. Memberitahu ibu bahwa ibu dalam keadaan baik dan diperbolehkan untuk

pulang. Ibu mengerti

12. Mengiatkan ibu untuk kontrol ulang1 minggu tanggal . Ibu mengetahui

jadwal kunjungan ulang

Anda mungkin juga menyukai