Di indonesia tentu tidak asing dengan yang namanya hukum, orang yang bertindak
kejahatan pasti diberi hukuman ibaratnya seperti ibu dan anak, contohnya ketika anak bandel
ibu pasti memberikan hukuman, untuk memberi peringatan kepada anak tersebut agar dia
tidak bandel lagi. Sama halnya seperti hukum di Indonesia itu untuk memberi batasan
perilaku atau sikap ke semua orang agar masyarakat tidak bertindak semena-mena.
Apa itu Hukum? Seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur
serta menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia
khususnya dalam bidang perdagangan. Serangkaian peraturan yang berkaitan secara langsung
maupun tidak langsung dengan urusan-urusan perusahaan dalam menjalankan roda
perekonomian. Hukum adalah seperangkat kaidah atau aturan yang mengatur kehidupan
manusia yang berupa perintah dan larangan, jika dilanggar akan mendapatkan sanksi baik
secara pidana maupun perdata. Hukum adalah aturan-aturan yang dapat diberlakukan untuk
mengatur hubungan-hubungan antar manusia dan antara manusia dengan
masyarakatnya. Hukum dapat dipahami sebagai perangkat asas dan aturan yang diberlakukan
oleh negara untuk mengatur suatu perilaku dan atau diterapkan oleh hakim untuk
menyelesaikan perkara
Pembagian Hukum
Hukum Publik Hukum Pidana, Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi negara, hukum
Internasional, Hukum Laut Internasional. Hukum Privat Hukum Perdata, Hukum Dagang,
Hukum Perdata Internasional. Hukum Privat inilah yang melahirkan apa yang disebut
sebagai hukum ekonomi atau hukum bisnis.
Fungsi Hukum dan Tujuannya
Apa yang hendak dicapai oleh hukum ?
- Ketertiban
- Keadilan
- Kepastian
Fungsi Hukum : Sebagai alat/ sarana dalam mencapai tujuan hukum.
Sarana menciptakan ;
- Ketertiban
- Keadilan
- Kepastian
Pengertian hukum bisnis
Terdapat beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai ruang lingkup, secara garis
besar hukum bisnis terdiri dari sebagai berikut: Kontrak bisnis, bentuk-bentuk badan usaha,
perusahaan go publik dan pasar modal, jual beli perusahaan, penanaman modal asing,
kepailitan dan likuidasi, Merger, konsilidasi dan akuisisi, Perkreditan dan pembiayaan,
Jaminan hutang, Surat-surat berharga, Ketenagakerjaan atau perburuhan, Hak atas kekayaan
intelektual, Larangan monopoli dan persaingan usaha yang sehat, Perlindungan konsumen,
Keagenan dan distribusi, Asuransi, Perpajakan, Penyelesaian sengketa bisnis, Bisnis
internasional, Hukum pengangkutan (darat, laut, udara).
Apa hubungan bisnis dengan akuntansi? Dalam dunia bisnis bahasa akuntansi
tentunya sudah tidak asing lagi untuk didengar, dengan adanya akuntansi, sebuah
perusahaan dapat mengetahui perkembangan perusahaan dengan cepat.Tapi banyak
perusahaan yang belum menyadari pentingnya software akuntansi untuk
perusahaan.
Salah satu faktor yang paling sering dilupakan pebisnis sebagai contoh adalah
faktor biaya. Apakah Kamu masih menghitung laba hanya dari harga pokok penjualan
saja. Sebagai contoh Kamu membeli barang seharga Rp. 2.500.000 dan menjual
barang tersebut seharga Rp. 3.000.000 , berarti keuntungan Kamu adalah Rp. 500.000
pertanyaannya apakah Kamu sudah menghitung biaya seperti biaya listrik, biaya
ongkos kirim, biaya lain lain, atau gaji Kamu sendiri?
Kalau semua biaya sudah Kamu perhitungkan tentunya Kamu akan tahu apakah
bisnis Kamu untung atau tidak. Disinilah software akuntansi berperan, software
akuntansi berperan memperkecil kesalahan manusia , data transaksi hanya tinggal
input dan dapat dilihat langsung reportnya, lebih efisien. Jadi masalah bisnis seperti
diatas tentunya akan dengan mudah teratasi dan dapat dipindai keadaannya.
Manusia merupakan mahluk yang rasional. Maka dalam berbisnis, mereka cenderung
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh. Dengan segala cara,
mereka akan berusaha untuk mendapatkan untung setinggi dan kerugian serendah mungkin.
Menggunakan bahan baku dengan kualitas yang rendah, bahkan berbahaya, hanya untuk
menekan biaya produksi. Juga, dengan mencantumkan peringatan di awal bahwa walaupun
barang yang telah dibeli ternyata mengandung kerusakan, penjual tidak bertanggung jawab.
Kedua hal tersebut dilakukan demi mendapatkan keuntungan yang maksimal, dengan
kerugian yang minimal. Tak peduli apakah hal itu dapat merugikan konsumen atau
melanggar hukum.
Prinsip di atas sejalan dengan sebuah prinsip ekonomi yang mengatakan bahwa
kegiatan ekonomi manusia berpusat pada konsep melakukan usaha dengan pengorbanan
sekecil-kecilnya (minimal) untuk mendapatkan hasil sebesar-besarnya (maksimal). Sesuai
dengan prinsip ekonomi, orientasi visi seorang pebisnis yang jujur tetap akan terfokus pada
langkah-langkah untuk memaksimalkan produk dengan menghindari sekecil mungkin adanya
kerugian, baik kerugian yang timbul akibat penurunan permintaan, biaya produksi yang lebih
tinggi dari pendapatan penjualan, ataupun kerugian akibat bergolaknya stabilitas ekonomi
yang disebabkan oleh kebijakan Pemerintah atau kondisi eksternal yang memaksa. Namun,
seorang pebisnis yang jujur dan peduli akan kepentingan konsumennya akan mendedikasikan
waktu, pikiran dan tenaganya untuk menghasilkan produk yang diminati oleh pasar,
mengukuhkan citra positif produk untuk menjaga kepuasan konsumen terhadap produk, dan
menciptakan inovasi teknologi sedemikian rupa agar biaya produksi dapat ditekan.
Untuk mencegah para pebisnis dengan niat buruk, maka kegiatan bisnis harus dibatasi
oleh hukum. Kita mengibaratkan hukum mempunyai sanksi yang setara dengan biaya
ekonomis yang harus dikorbankan sebagai konsekuensi perbuatan tertentu. Seseorang akan
merespon kenaikan harga barang dengan mengurangi konsumsi terhadap barang tersebut.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa seseorang juga akan merespon sanksi hukum dengan
menghindari tindakan yang dilarang. Sebagai contoh, seorang pemilik prabrik mengetahui
bahwa produk-nya berpotensi melanggar hukum karena membahayakan konsumen.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, relasi antara ilmu ekonomi dan ilmu hukum dapat
saling menguntungkan secara timbal-balik. Ilmu ekonomi dapat mengukur keefektifan hukum
yang berlaku. Di satu sisi, hukum dibentuk dengan harapan aturan akan berlaku efektif
sehingga pebisnis dapat mengubah pola perilakunya dan dapat berkegiatan usaha dengan
sehat dan jujur agar tidak hanya menguntungkan dirinya saja tapi menguntungkan bagi
konsumen maupun pesaing.