Anda di halaman 1dari 14

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I
DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Capaian Pembelajaran
Setelah membaca dan mengkaji bab ini, pembaca akan mampu:
1. Memahami pengertian pajak dengan baik dan benar.
2. Mengetahui fungsi pajak dan pembagian jenis pajak.
3. Mengetahui pengertian, pembagian dan kedudukan hukum pajak dengan hukum
lainnya.
4. Memahami tata cara pemungutan pajak
5. Mengetahui teori pemungutan pajak
6. Mengetahui tarif pajak, saat timbul dan berakhirnya utang pajak

Pajak memiliki peran yang besar dalam penyelenggaraan negara, yaitu sebagai
kontributor utama dan terbesar dalam mengisi kas negara. Besarnya penerimaan
negara dari sektor pajak bisa dilihat dari besarnya persentase penerimaan pajak
dibandingkan dengan persentase penerimaan negara dari sektor lainnya dalam
APBN. Untuk meningkatkan penerimaan pajak diperlukan perangkat hukum yang
mengatur tata cara pemungutan pajak yang jelas dan memudahkan pelaksanaan hak
dan kewajiban di bidang perpajakan baik dari sisi Wajib Pajak maupun aparat
perpajakan (fiskus). Untuk memudahkan pemahaman lebih lanjut tentang
perpajakan, pada bab I ini akan dibahas tentang definisi, fungsi, dan pembagian
pajak serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan dasar-dasar perpajakan.

1.1 DEFINISI PAJAK


Definisi pajak telah banyak dikemukakan oleh para pakar baik dari dalam
negeri maupun luar negeri, diantaranya adalah:
a. Leroy Beaulieu, dalam bukunya Traite de La Sciencedes Finances, 1906:
Pajak merupakan kontribusi langsung maupun tidak langsung, yang
pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh kekuasaan publik baik terhadap
masyarakat maupun atas barang untuk pembiayaan belanja negara (Judissuseno,
1997).
b. Mr. Dr. N. J. Feldmann, dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia,
1949:

1
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Pajak adalah utang prestasi kepada pemerintah yang dapat dipaksakan


berdasarkan norma umum, tanpa adanya kontraprestasi dan digunakan untuk
menutupi pengeluaran pemerintah (Judissuseno, 1997).
c. Prof. Dr. Rochmat Soemitro,S.H., dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak
dan Pajak Pendapatan:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrapretasi), yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum(Judissuseno, 1997).
Definisi pajak menurut UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam definisi pajak mengandung unsur:
a. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual atau balas jasa secara langsung dari pemerintah.
c. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam
rangka menjamin kesejahteraan masyarakat.
Unsur-unsur yang terdapat dalam definisi pajak di atas bisa dijadikan dasar untuk
membedakan pajak dengan jenis pungutan negara lainnya (Resmi, 2011) seperti:
a. Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan
menggunakan benda materai ataupun benda lain.
b. Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang-barang
yang dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai barang itu
atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan. Bea keluar adalah pungutan yang
dilakukan atas barang yang dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif
yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan barang.

2
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

c. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang sudah
ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu. Contoh : tembakau, gula,
bensin, minuman keras, dan lain-lain.
d. Retribusi, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada
pembayar. Contoh : parkir, pasar, jalan tol, dan lain-lain.
e. Iuran, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau
fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok
atau golongan pembayar.
f. Pungutan lain yang sah/legal berupa sumbangan wajib.

1.2 FUNGSI PAJAK


Ada dua fungsi pajak, yaitu:
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan negara dalam bidang sosial dan ekonomi, serta
sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar
bidang keuangan (Tjahjono & Husein, 2005). Beberapa contoh penerapan
pajak sebagai fungsi pengatur adalah:
- Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada saat terjadi
transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu barang maka
tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang tersebut semakin mahal
harganya. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berlomba-
lomba untuk mengonsumsi barang mewah atau mengurangi gaya hidup
mewah (Resmi, 2011).
- Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan : dimaksudkan agar
pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberikan kontribusi

3
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

(membayar pajak) yang tinggi pula, sehingga terjadi pemerataan


pendapatan (Resmi, 2011).
- Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para pengusaha
terdorong mengekspor hasil produksinya di pasar dunia sehingga dapat
memperbesar devisa negara (Resmi, 2011).
- Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil industri
tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja, dan lain-lain
: dimaksudkan agar terdapat penekanan produksi terhadap industri
tersebut karena dapat mengganggu lingkungan atau polusi
(membahayakan kesehatan).
- Pemberlakuan tax holiday : dimaksudkan untuk menarik investor asing
agar menanamkan modalnya di Indonesia (Resmi, 2011).
- Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras (Mardiasmo, 1997).

1.3 PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN HUKUM PAJAK


Hukum pajak ( hukum fiskal ) adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang meliputi wewenang pemerinta untuk mengambil kekayaan seseorang dan
mennyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui Kas Negara. Hukum Pajak
merupakan bagian dari Hukum Publik yang mengatur hubungan antara Negara dan
orang-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (wajib
pajak). Hukum Pajak memuat pula unsur-unsur hukum tata Negara dan hukum
pidana.
Hukum pajak dibagi menjadi dua (Tjahyono dan Husein, 2005), yaitu :
a. Hukum Pajak Materiil
Hukum pajak materiil mengatur tentang norma-norma yang menerangkan
keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan, dan peristiwa-peristiwa hukum yang
harus dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, dan berapa besar
pajaknya. Dengan kata lain, hukum pajak materiil mengatur tentang timbulnya,
besarnya, dan hapusnya utang pajak beserta hubungan hukum antara pemerintah
dan Wajib Pajak. Termasuk dalam hukum pajak materiil adalah peraturan yang
memuat kenaikan, denda, sanksi atau hukuman dan cara-cara pembebasan dan

4
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

pengembalian pajak, serta ketentuan yang memberi hak tagihan utama kepada
fiskus. Contoh: UU PPh, UU PPN dan PPn BM.
b. Hukum pajak Formil
Hukum pajak formil mengatur tentang cara-cara mengimplementasikan hukum
materiil menjadi suatu kenyataan. Di dalamnya mengatur tentang
penyelanggaraan mengenai penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh
pemerintah terhadap penyelanggaranya, kewajiban para Wajib Pajak (sebelum
dan sesudah menerima surat ketetapan pajak), kewajiban pihak ketiga, dan
prosedur dalam pemungutannya. Hukum pajak formil dimaksudkan untuk
melindungi fiskus dan Wajib Pajak serta memberi jaminan bahwa hukum
materiilnya dapat diselenggarakan dengan tepat. Contoh: UU KUP

1.4 TEORI YANG MENDUKUNG HAK NEGARA UNTUK MEMUNGUT


PAJAK
Beberapa teori yang mendukung hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya,
antara lain :
a. Teori Asuransi
Toeri ini mengasumsikan pembayaran pajak sama dengan pembayaran premi
asuransi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha
melindungi orang dari segala kepentingannya (misalnya keselamatan dan
keamanan).
b. Teori Kepentingan
Teori ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat yang
didasarkan pada kepentingan setiap orang dalam tugas pemerintah, termasuk
perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh kerena itu pengeluaran Negara untuk
melindunginya dibebankan kepada masyarakat melalui pajak.
c. Teori Gaya Pikul
Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak
dalam jasa-jasa yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat berupa
perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu untuk kepentingan
perlindungan, masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul (kekuatan)

5
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Wajib Pajak. Untuk mengukur gaya pikul seseorang bisa digunakan jumlah
penghasilan, kekayaan, belanja, dan jumlah keluarga.
d. Teori Bhakti (Teori Kewajiban Pajak Mutlak)
Menurut teori ini, Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di
lain pihak masyarakat menyadari bahwa membayar pajak sebagai kewajiban
intuk membuktikan tanda baktinya terhadap Negara. Sehingga dasar hukum
pajak terlerak pada hubugan masyarakat dengan Negara.
e. Teori Asas Daya Beli
Menurut teori ini, fungsi pemungutan pajak disamakan dengan pompa, yaitu
mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga
negara, dan kemudian menyalurkannya kembali masyarakat dengan maksud
untuk memelihara hidup masyarakat dan untuk membawanya ke arah tertentu.
Teori ini mengajarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat inilah
yang dapat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak.

1.5 JENIS DAN PEMBAGIAN PAJAK


Pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan,
menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya.
a. Menurut Golongan:
- Pajak Langsung, yaitu pajak yang pembebananya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang
bersangkutan,. Misalnya PPh.
- Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan
ke pihak lain, contohnya PPN.
b. Menurut Sifatnya:
- Pajak subjektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada subjeknya, yang selanjutnya
dicari syaray objektifnyaa, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak, misalnya PPh.
- Pajak Objektif, yaitu pajak yang didasarkan pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak, misalnya PPN dan PPn BM.
c. Menurut Lembaga Pemungutnya:

6
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

- Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai Rumah Tangga Negara. Contohnya adalah PPh, PPN &
PPn BM dan Bea Materai.
- Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya adalah Pajak
Reklame serta Pajak hotel dan Restoran.

1.6 TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1.6.1 Stelsel Pajak

Cara pemungutan pajak didasarkan pada tiga stelsel, yaitu :


1. Stelsel Nyata (riil stelsel)
Pengenaan Pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata,
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
setelah penghasilan yang sesungguhnya dapa diketahui. Kelebihan stelsel
ini lebih realistis. Kelemahannya pajak baru dapat dikenakan pada akhir
periode (setelah penghasilan riil diketahui).
2. Stelsel Anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
UU, misalnya penghsilan satu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan. Kelebihan stelsel ini
adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu
pada akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sebenarnya.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel
anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar
daripada menutut anggapan, WP harus melunasi kekurangannya. Demikian
pula sebaliknya, apabila lebih kecil WP dapat meminta kembali kelebihan
pajak yang telah dibayar.
7
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

1.6.2 System Pemungutan


1. Official Assessment System
System ini memberi kewenangan pemerintah untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment adalah :
a. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak terutang berada pada
fiscus.
b. Wajib Pajak bersifat Pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya SKP oleh fiskus.
2. Self Assessment System
System ini memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3. Witholding System
System pemungutan pajak ini memberi kewenangan kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.
1.6.3 Asas Pemungutan Pajak
1. Asas tempat tinggal
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak dari seluruh panghasilan
wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak.
2. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara. Asas ini
diperlukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
untuk membayar pajak.
3. Asas sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang
bersumber dari suatu negara yang memungut pajak.
1.7 TARIF PAJAK
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu
tarif pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau
persentase tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi (Resmi, 2012):

8
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

1.7.1 Tarif Tetap


Tarif tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa pun besarnya
dasar pengenaan pajak.
Contoh :
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak
1 Rp 1.000.000 Rp 6.000
2 Rp 2.000.000 Rp 6.000
3 Rp 5.750.000 Rp 6.000
4 Rp 50.000.000 Rp 6.000

Di Indonesia, tarif tetap diterapkan pada bea materai. Pembayaran dengan


menggunakan cek atau bilyet giro untuk berapa pun jumlahnya dikenakan pajak
sebesar Rp 6.000. Bea materai juga dikenakan atas dokumen-dokumen atau surat
perjanjian tertentu yang ditetapkan dalam peraturan tentang Bea Meterai.
1.7.2 Tarif Proporsional (sebanding)
Tarif proporsional adalah tarif berupa persentase tertentu yang sifatnya tetap
terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan
pajak maka semakin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara
proporsional atau sebanding.Contoh :
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Utang Pajak
1 Rp 1.000 10% Rp 100
2 Rp 20.000 10% Rp 2.000
3 Rp 500.000 10% Rp 50.000
4 Rp 90.000.000 10% Rp 9.000.000

Di Indonesia, tarif proporsional diterapkan pada PPN (tarif 10%), PPh Pasal 26
(tarif 20%),PPh Pasal 23 (tarif 15% dan 2% untuk jasa lain), PPh WP badan dalam
negeri dan BUT (tarif Pasal 17 ayat (1) b atau 28%) dan lain-lain.
1.7.3 Tarif Progresif (Meningkat)
Tarif progresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin meningkat
dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Tarif progresif dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
1. Tarif Progresif-Proporsional, tarif berupa persentase tertentu yang
semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan
kenaikan persentase tersebut adalah tetap.

9
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Contoh :
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan %
Tarif
1 Sampai dengan Rp 10.000.000 15% -
2 Di atas Rp 10.000.000 s/d Rp
25.000.000 25% 10%
3 Di atas Rp 25.000.000 35% 10%

Tarif Progresif-Proporsional pernah diterapkan di Indonesia untuk


menghitung PPh. Tarif ini diberlakukan sejak tahun 1984 sampai dengan
tahun 1994 dan diatur dalam Pasal 17 UU No. 7 Tahun 1983.
1. Tarif Progresif-Progresif : tarif berupa persentase tertentu yang semakin
meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikan
persentase tersebut juga semakin meningkat. Contoh:
Cont
No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan %
Tarif
1 Sampai dengan Rp 50.000.000 5% -
2 Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp
250.000.000 15% 10%
3 Di atas Rp 250.000.000 s/d Rp
500.000.000 25% 15%

Tarif progresif-progresif pernah diterapkan di Indonesia untuk menghitung


Pajak Penghasilan. Tarif ini diberlakukan sejak tahun 1995 sampai dengan
tahun 2000 dan diatur dalam Pasal 17 UU No. 10 Tahun 1994. Mulai tahun
2001, jenis tarif ini masih diberlakukan sampai dengan akhir tahun 2008
tetapi hanya untuk Wajib Pajak dan bentuk usaha tetap, dengan perubahan
pada dasar pengenaan pajak sebagai berikut :

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Kenaikan %


Pajak Tarif
1 Sampai dengan Rp 50.000.000 10% -
2 Di atas Rp 50.000.000 s/d Rp
100.000.000 15% 5%
3 Di atas Rp 100.000.000 30% 15%

10
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Tarif 2. Progresif-Degresif : tarif berupa persentase tertentu yang semakin


meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan
persentase tersebut semakin menurun. Contoh :

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak Kenaikan %


Tarif
1 Rp 50.000.000 10% -
2 Rp 100.000.000 15% 5%
3 Rp 200.000.000 18% 3%

2. Tarif Degresif (Menurun) : tarif berupa persentase tertentu yang semakin


menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. Contoh :

No Dasar Pengenaan Pajak Tarif Pajak


1 Rp 50.000.000 30%
2 Rp 100.000.000 20%
3 Rp 200.000.000 10%

1.8 TIMBULNYA UTANG PAJAK


Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting karena
berkaitan dengan :
1. Pembayaran pajak
2. Memasukkan surat keberatan
3. Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu daluwarsa
4. Memerlukan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan lain-lain
5. Menentukan besarnya denda maupun sanksi administrasi lainnya.
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya
utang pajak), yaitu :
1.8.1 Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena diberlakukannya
undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini seseorang akan secara aktif
menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan penerapan self assessment
system.

11
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

1.8.2 Ajaran Formil


Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak yang timbul karena dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah
seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan
kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan pajak
tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan official assessment system.

1.9 BERAKHIRNYA UTANG PAJAK


Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai berikut (Resmi
2011):
1.9.2 Pembayaran/Pelunasan
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan/pemungutan oleh
pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh
Wajib Pajak ke kantor penerima pajak (bank-bank persepsi dan kantor pos).
1.9.3 Kompensasi
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.
a. Contoh penerapan kompensasi karena kerugian yang dapat
menyebabkan terhapusnya atau berakhirnya utang pajak :
Pada awal kepemilikan tahun 2010 Wajib Pajak A menderita kerugian
sebesar Rp 10.000.000. Pada tahun 2011 mulai memperoleh laba
sebesar Rp. 5.000.000. Seharusnya pada tahun 2011, Wajib Pajak A
terutang pajak penghasilan sebesar persentase tertentu dari laba tahun
2011. Akan tetapi utang pajak tahun 2011 terhapus karena jumlah
kerugian pada tahun 2010 dapat dikompensasikan atau dikurangkan dari
laba tahun 2011.
Kerugian suatu usaha dapat dikompensasikan pada tahun-tahun
setelahnya dengan jangka waktu palaing lama adalah 5 (lima) tahun
setelah tahun terjadinya kerugian tersebut.
b. Contoh penerapan kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak yang
dapat menyebabkan terhapusnya atau berkhirnya utang pajak :

12
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

1) Wajib Pajak B pada tahun 2010 membayar pajak sebesar Rp


8.000.000. Setelah dilakukan perhitungan kembali pada akhir tahun
2010 ditemukan bahwa pajak yang sebenarnya terutang oleh Wajib
Pajak B adalah Rp 5.000.000. Kelebihan pembayaran sebesar Rp
3.000.000 di tahun 2010 tersebut dapat dikompensasikan atau
dikurangkan dari total pajak pada tahun 2011.
2) Wajib Pajak C kelebihan membayar PPh tahun 2010 sebesar Rp
1.000.000, sedangkan untuk jenis PPN terdapat kekurangan pajak
sebesar Rp 1.500.000. Kelebihan pembayaran PPh tahun 2010
sebesar Rp 1.000.000 tersebut dapat dikompensasikan pada
kekurangan PPN di tahun yang sama sehingga utang PPN yang
sebesar Rp 1.000.000 pada tahun 2010 menjadi terhapus. Sisa utang
PPN menjadi Rp 500.000.
1.9.3 Daluwarsa
Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu
tertentu, suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka utang
pajak tersebut dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih
lagi. Dalam UU No. 17 Tahun 2000, utang pajak akan daluwarsa setelah
melewati waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan.
1.9.4 Penghapusan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus
karena setelah dilakukan penyidikan ternyata Wajib Pajak tidak mampu lagi
memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak
mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.

13
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN
BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

14
____________________________________________________________________________________________
POLITEKNIK NEGERI MALANG-JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM D-IV / AKUNTANSI MANAJEMEN

Anda mungkin juga menyukai