DISUSUN OLEH :
A. Definisi
Gagal ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal yang mendadak dengan
akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat
penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan metabolit persenyawaan nitrogen seperti
ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kriteria
tambahan lain untuk menegakkan diagnosis GGA yaitu terjadinya peningkatan kadar
kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dl per hari dan peningkatan kadar ureum darah
sekitar 10-20 mg/dl per hari(1).
GGA dapat bersifat oligurik dan non-oligurik. Oliguria ialah produksi urin <1
ml/kgBB/jam untuk neonatus dan <0,8 ml/kgBB/jam untuk bayi dan anak. GGA tanpa
penyakit penyerta menunjukan angka kematian sekitar 10-20%, sedangkan GGA yang
disertai penyakit penyerta seperti sepsis, syok, dan pembedahan jantung menunjukkan
angka kematian sampai >50%(1).
B. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian, pada neonatus, insidensi dari GGA bervariasi antara 8%
sampai 24% dari neonatus, dan GGA umumnya terjadi pada bayi yang akan menjalani
operasi bedah jantung. Neonatus dengan asfiksia berat memiliki insidensi yang tinggi dari
GGA dibandingkan bayi dengan asfiksia sedang. Beberapa penelitian juga
mencantumkan bahwa bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat rendah (<1500 gram),
dengan APGAR skor rendah, terdapatnya patent ductus arteriosus (PDA) dan ibu yang
menerima antibiotik dan mengkonsumsi obat anti inflamasi non steroid dihubungkan
dengan berkembangnya kejadian GGA(2).
C. Etiologi dan Klasifikasi(3)
1. GGA prarenal
Perdarahan, luka bakar, dehidrasi.
Kehilangan cairan melalui gastrointestinal; muntah, drainase bedah, diare.
Kehilangan cairan melaui ginjal; diuretik, diuresis osmotik (e.g diabetes melitus),
insufisiensi adrenal.
Pengumpulan pada ruang ekstravaskular; pankreatitis, peritonitis, trauma, luka
bakar, hipoalbuminemia berat.
a) Penurunan cardiac output
Penyakit miokardium, katup, dan perikardium; aritmia, tamponade
Lainnya; hipertensi pulmonal, embolus pulmoner masif.
b) Gangguan rasio tahanan vaskular sistemik ginjal
Vasodilatasi sistemik: sepsis, antihipertensi, reduktor afterload, anestesi,
anafilaksis
Vasokonstriksi renal: hiperkalsemia, norepinefrin, epinefrin, siklosporin,
tacolimus, amfoterisin B
Sirosis dengan asites (sindrom hepatorenal)
2. GGA renal/intrinsik
Obstruksi renovaskular (bilateral atau unilateral)
a) Obstruksi arteri renalis; trombosis, embolus, vaskulitis
b) Obstruksi vena renalis; trombosis, kompresi
Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal
a) Glomerulonefritis dan vaskulitis
b) Sindrom hemolitik uremik, trombotik trombositopenik purpura, koagulasi
intravaskular disseminata, lupus eritematosus sistemik (SLE), skleroderma
Nekrosis tubular akut
a) Iskemia; untuk GGA prarenal (hipovolemia, curah jantung rendah,
vasokonstriksi renal, vasodilatasi sistemik)
b) Toksin
Eksogen; radiokontras, siklosporin, antibiotik (e.g aminoglikosida), kemoterapi
(e.g cisplatin), pelarut organik (e.g etilen glikol), asetaminofen.
Endogen; rhabdomiolisis, hemolisis, asam urat, oksalat, plasma cell dyscrasia
(e.g; myeloma)
3. GGA pascarenal (obstruktif)
Ureteral
Kalkulus, bekuan darah, peluruhan papila, kanker, kompresi eksternal (e.g; fibrosis
retroperitoneal)
Kandung kemih
Neurogenic bladder, hipertrofi prostat, kalkulus, kanker, bekuan darah
Urethra
Striktur, katup kongenital, phimosis
D. Patofisiologi(3)
Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Setiap nefron terdiri dari
kapsula Bowman yang mengitari kapiler glomerolus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri ke duktus
pengumpul. Dalam keadaan normal aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerolus relatif
konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua mekanisme
yang berperan dalam autoregulasi ini adalah :
- Reseptor regangan miogenik dalam otot polos vascular arteriol aferen
- Timbal balik tubuloglomerular
Selain itu norepinefrin, angiotensin II, dan hormon lain juga dapat mempengaruhi
autoregulasi.
H. Komplikasi
Komplikasi metabolik berupa kelebihan cairan, hiperkalemia, asidosis metabolik,
hipokalsemia, serta peningkatan ureum yang lebih cepat pada keadaan hiperkatabolik.
Pada oligurik dapat timbul edema kaki, hipertensi dan edema paru, yang dapat
menimbulkan keadaan gawat. Hiperkalemia terjadi karena beberapa hal seperti ekskresi
melalui ginjal terganggu, perpindahan kalium keluar sel, kerusakan sel akibat proses
katabolik, trauma, sepsis, infeksi, atau dapat juga disebabkan karena asupan kalium yang
berlebih, keadaan ini berbahaya karena bisa menyebabkan henti jantung dalam keadaan
diastolik. Asidosis terjadi karena bikarbonat darah menurun akibat ekskresi asam
nonvolatile terganggu dimana juga meningkatkan anion gap. Hipokalsemia sering terjadi
pada awal GGA dan pada fase penyembuhan GGA
I. Prognosis
Mortalitas akibat GGA bergantung keadaan klinik dan derajat gagal ginjal. Perlu
diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek prognosanya, adanya infeksi yang
menyertai, perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan memperburuk
prognosa. Penyebab kematian tersering adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama
saluran cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%), dan gagal multiorgan
dengan kombinasi hipotensi, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan GGA yang
menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%, karena itu pencegahan, diagnosis
dini, dan terapi dini perlu ditekankan(5).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis IDAI edisi II. Pedoman
Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI; 2011. 41–45 p.
3. Price, Wilson SA. Gagal Ginjal Akut in Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4. Hurianti, N S, P W, DA M, editors. Jakarta: EGC; 1995.
4. Boediwarsono. Gagal Ginjal Akut: Segi Praktis Pengobatan Penyakit Dalam. Surabaya:
PT Bina Indra Karya; 1985. 163–168 p.
5. Markum M.H.S. Gagal Ginjal Akut in Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4.
Sudoyo AW SB, editor. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006. 285–289 p.
6. Rahardjo JP. Kegawatan pada Gagal Ginjal. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan
FKUI; 2000. 67–69 p.