Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau
revolusi industri dunia keempat dimana, teknologi informasi telah menjadi basis
dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless) dengan
penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited) (Hodie, at.al:
2018). Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di
satu upaya menghadapi era revolusi industri 4.0 yaitu diperlukan sumberdaya
suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif
seharusnya tidak hanya berfokus pada pengetahuan, sikap, dan kemampuan tetapi
penting di abad ke-21 harus relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup
17
keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti
belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas belajar yang
pembelajaran student-centered.
suatu terobosan baru baik di bidang teknologi, olahraga, maupun bidang lain yang
kreativitas seseorang yang baik pula (Arthur I. Miller: 2009). Kreativitas seseorang
bukan didapatkan dari lahir, melainkan diciptakan dengan cara latihan (Daniela
Pusca & Derek O. Northwood, 2018). Maka dari itu jika melalui pendidikan,
keterampilan berpikir kritis dan kreativitas siswa dilatih dengan baik dan tepat,
artinya akan tercipta generasi bangsa yang memiliki kreativitas yang berkualitas.
18
Hasil salah satu evaluasi literasi sains berskala internasional yaitu
kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia masih cukup rendah. Hasil PISA
2014). Di samping itu kemampuan kreativitas siswa yang tergolong rendah saat ini,
kreativitas siswa, yaitu seperti kemampuan intelektual, bakat, aspek afektif dan
dan kreativitas siswa selama ini tidak mengalami peningkatan yang baik bahkan
yang tepat dalam mengatasi keadaan yang buruk ini. Padahal jelas bahwa critical
thinking skills (kemampuan berpikir kritis) dan kreativitas yang dimiliki oleh siswa
merupakan salah satu kemampuan utama yang memegang peranan penting dalam
19
utama yang terlibat dalam inovasi (Cropley, Kaufman, & Cropley, 2011; Reiter-
Palmon, 2011), stimulasi kreativitas dan pemikiran kritis dalam konteks pendidikan
tetap sangat penting. Hasil dari studi yang dilakukan oleh Organization of
, dan pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai kompetensi utama abad ke-
2018)
Critical thinking atau berpikir kritis tidak berarti hanya orang yang suka
berdebat dengan mempertentangkan pendapat atau asumsi yang keliru, akan tetapi
berfikir kritis juga dapat memberikan suatu solusi dari permasalahan dan pendapat
yang disampaikan memiliki dasar yang tepat, rasional dan hati-hati (Zuhur F: 2017).
penting untuk membantu siswa berpikir secara logis, membuat keputusan dan
berpikir secara rasional untuk menentukan apa yang harus dipercaya atau apa yang
harus dilakukan (Ennis: 2013). Ini termasuk mengoreksi diri, kesadaran konteks,
evaluasi, penarikan kesimpulan, proses penalaran deduktif dan induktif (Facione &
20
pertimbangan kontekstual (Facione: 2013). Seorang siswa yang berpikir kritis akan
dan merumuskan masalah (Finken & Ennis, 1993). Ia juga akan dapat
abstrak, memiliki pikiran terbuka, dan berkomunikasi secara efektif dengan orang
lain (Duncan, 2016, Duron et al, 2006). Pemikiran kritis haruslah diasuh dan diasah
bagi siswa semenjak sekolah dasar hingga mahasiswa di perguruan tinggi sehingga
Tingkatan berfikir ada dua tingkat yaitu, berfikir tingkat dasar (LOTS-low
order thinking skills) dan tingkat tinggi (HOTS-high order thinking). Berfikir
tingkat tinggi meliputi berfikir kritis dan berfikir kreatif. Berfikir kritis yaitu proses
berfikir membuat keputusan yang tepat sedangkan berfikir kreatif proses berfikir
untuk menemukan atau menciptakan ide yang baru (Abdul Halim Abdullah.at.all,
2017).
mengkombinasi karya-karya yang telah ada sebelumnya, menjadi sesuatu yang baru
21
berpikir kritis, mempunyai banyak ide, mampu menggabungkan sesuatu gagasan
yang belum pernah tergabung sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan ide
Kreativitas tidak hanya harus menciptakan sesuatu yang baru dan belum
pernah ada sebelumnya, melainkan siswa dapat menyalurkan ide dengan membuat
sesuatu yang menurutnya berbeda dari yang lain melalui kombinasi dari data atau
informasi yang tersedia sebelumnya, sehingga ada kebanggaan sendiri dari siswa
dalam menciptakan karyanya (Paul J. Silvia: 2011). Secara umum kreativitas dapat
ditingkatkan melalui seluruh proses mata pelajaran, namun tidak seluruh konsep
mata pelajaran berhasil meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini dikarenakan tahap
yang menyenangkan serta disukai oleh siswa sangat penting demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh sebab itu, guru harus mampu
2018). Selain guru, sarana dan prasarana, metode hingga bahan ajar yang digunakan
juga harus memiliki standar yang sesuai dengan kebutuhan, agar dapat menunjang
kinerja seorang guru dalam menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan
yang dimana tujuan utamanya adalah membuat anak mulai berpikir kritis disetiap
22
mata pelajaran yang ia dapat di sekolah. Meskipun kenyataannya, masih banyak
juga sekolah yang belum menerapkan atau setengah menerapkan. Dari hasil
penelitian Alifa (2012) kita bisa lihat bahwa pada kenyataannya, pembelajaran di
sekolah lebih bersifat menghafal atau pengetahuan faktual, hal ini menjadikan
merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan, untuk dapat melatih siswa memiliki
keterampilan berpikir yang dapat menciptakan hasil-hasil yang kreatif disetiap hasil
pembelajaran.
meningkatkan critical thinking skills dan kreativitas siswa, hal ini dikarenkan
semua mata pelajaran memiliki tujuan Pendidikan yang sama, akan tetapi pada
praktiknya semua mata pelajaran belum mampu mencapai tingkat tujuan tersebut
dan pada saat melaksanakannya akan terjadi perilaku pribadi yang terkait dengan
sikap (afektif) seperti kedisiplinan, kejujuran, percaya diri, dan ketangguhan serta
perilaku social seperti kerjasama dan saling tolong menolong (Dwinanto: 2014).
23
Untuk menciptakan SDM yang berkualitas melalui pendidikan jasmani dan
yang hanya untuk meningkatkan keterampilan dan kebugaran jasmani, namun lebih
ini dulunya dikenal dengan beberapa nama lain seperti materi senam irama,
aktivitas senam ritmik, dan lainya. Hal ini dikarenakan aktivitas ritmik merupakan
aktivitas rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam ikatan pola irama,
mengkuti iringan musik atau ketukan diluar musik (Margono & Agus, 2009).
pemahaman dan keluwesan gerak tubuhnya. Siswa dapat mengekspresikan diri dan
memilih apa yang disukainya dan yang hendak dilakukanya, berarti kita telah
mereka
kemampuan kreativitas siswa dalam belajar, hal ini dapat langsung dinilai oleh guru
24
pengalaman penulis pada saat masih mengajar disalah satu sekolah SMP swasta di
Provinsi Jambi, serta observasi awal yang telah dilakukan pada pertemuan
Progo, Yogyakarta yang dihadiri oleh 26 guru PJOK SMP, dengan cara melakukan
wawancara tidak terstruktur terhadap beberpa guru PJOK yang bersedia untuk
aktivitas ritmik, yang bertujuan peningkatan critical thinking skills dan kreativitas
siswa.
beberapa kesimpulan sebagai berikut; (1) model aktivitas ritmik yang selama ini
digunakan oleh guru PJOK masih belum efektif untuk meningkatkan critical
thinking skills dan kreativitas siswa, serta lebih dominan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani siswa, seperti senam SKJ 2012, senam Angguk, senam
Pramuka, dan lainya; (2) guru PJOK merasa kesulitan dalam mengembangkan
model aktivitas ritmik yang telah ada dalam mengajar, karena pada umumnya
model yang digunakan berupa senam kebugaran yang telah baku/senam baku; (3)
Guru PJOK kesulitan untuk mengembangkan penilaian critical thinking skills dan
kreativitas siswa; (4) guru PJOK membutuhkan keterbaruan model aktivitas ritmik
ritmik ini siswa tidak hanya dituntut untuk bisa melakukan gerakan senam secara
umum saja saja, namun siswa juga harus mampu berpikir dengan kritis untuk dapat
25
dengan Kompetensi Inti (KI) 3 dan 4, Kompetensi Dasar (KD) 3.8 dan 4.6 pada
pembelajaran PJOK kelas VIII yang diatur dalam Kurikulum 2013 yaitu;
yang penulis temukan seperti diatas sebelumnya, membuat guru PJOK kesulitan
untuk mencapai tujuan pembelajaran aktivitas ritmik yang sesuai dengan KI dan
Aktivitas Ritmik untuk Critical Thinking Skills dan Kreativitas Siswa SMP”,
dengan bentuk produk yang dihasilkan berupa sebuah senam yang diberi nama
“Senan Siswa Kreatif (SENSITIF)”. Produk tersebut nantinya akan dikemas dalam
3 bentuk yaitu VCD, link video, dan buku panduan. Produk ini juga dibuat sesuai
dengan kebutuhan guru PJOK dalam mengajar aktivitas ritmik, guna membantu
26
B. Identifikasi Masalah
dalam belajar
C. Pembatasan Masalah
merasa perlu untuk mengatasinya, agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai
yang diinginkan, oleh sebab itu perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini.
Maka dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah pengembangan aktivitas
ritmik untuk meningkatkan critical thinking skills dan kreativitas siswa SMP.
27
D. Rumusan Masalah
meningkatkan critical thinking dan kreativitas siswa SMP. Secara khusus rumusan
E. Tujuan Pengembangan
bertujuan:
28
F. Spesifik Produk yang Dikembangkan
SMP daripada model pembelajaran penjas yang sudah ada. Karena model
pembelajarn penjas yang sudah ada tujuannya lebih menekan pada aspek
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru-guru PJOK sebagai salah satu solusi bahan ajar dalam
kreativitas siswa.
29
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
untuk membantu siswa berpikir secara logis, membuat keputusan dan memecahkan
diciptakan dengan cara latihan. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan terdapat hasil yang menunjukan bahwa model aktivitas ritmik pada
pembelajaran Penjas yang ada pada saat ini, masih berbentuk struktur yang
monoton sehingga tidak mampu untuk meningkatkan critical thinking skills dan
kreativitas siswa. Atas dasar inilah peneliti berasumsi bahwa pentingnya untuk
saja.
saja, peneliti belum tau apakah model senam ini dapat digunakan untuk para
30
digunakan sebagai senam pemanasan oleh instruktur aerobik pada saat
memimpin senam.
31