Anda di halaman 1dari 14

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL HUKUM DAN ILMU SOSIAL KE - 2


“Merekontruksi Ilmu Hukum dan Ilmu Sosial dalam Membangun Karakter Bangsa”
http://eproceeding.undiksha.ac.id/index.php/SENAHIS/index
Tahun 2018 | Halaman 146-159

Pelatihan Penulisan Artikel Untuk Publikasi di Jurnal Ilmiah untuk


Meningkatkan Profesionalisme bagi Guru – Guru di Kecamatan
Kubutambahan Kabupaten Buleleng
Ketut Sedana Arta, S.Pd.,M.Pd1*
1
Jurusan Pendidikan Sejarah, FHIS, UNDIKSHA, Singaraja, Indonesia

* sedana.arta@gmail.com

Abstract. Tujuan utama dari kegiatan Pengabdian Masyarakat ini adalah: (1)
Meningkatkan pengembangan profesionalisme guru-guru dalam rangka persyaratan naik
pangkat, (2) Meningkatkan kemampuan para guru dalam menyusun dan
mempresentasikan karya tulis ilmiah, (3) Menghasilkan produk karya ilmiah yang siap
dimuat dalam jurnal ilmiah. Hasil yang diperoleh dari semua tahapan kegiatan
pelaksanaan P2M ini dapat dirinci sebagai berikut: guru-guru di setiap jenjang
kemampuan untuk menulis artikel ilmiah dirasakan masih kurang. Beberapa hasil
pengamatan dan wawancara kepada guru memberikan kejelasan mengapa guru belum
mampu, mau, dan biasa menulis ilmiah. Penyebab rendahnya kemampuan guru dalam
menulis karya ilmiah, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2) terbatasnya
sarana bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum
tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas pendidikan kabupaten
yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih terbatasnya penyelenggaraan lomba
menulis karya ilmiah yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan baik pada tingkat
nasional, tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya
motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah. Sehubungan dengan itu, ada
beberapa strategi yang ditawarkan salah satunya dengan mengadakan pelatihan artikel
untuk publikasi di jurnal. Setelah diberikan pelatihan oleh tim pakar dari Undiksha
Singaraja, para guru sekolah dasar mulai bisa menyusun dan mengemas artikel.

Kata kunci: artikel ilmiah, guru sejarah, profesionalisme guru

Proseding Senahis 2 | 146


1. Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan
sarat perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan yang
diamksud adalah perbaikan pada semua tingkat perlu secara terus menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan. Mutu atau standar kelulusan lembaga pendidikan erat
kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain: kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, evaluasi, sarana dan prasarana,
tenaga pendidik dan kependidikan, pembiayaan, manajemen sekolah, iklim kerja.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya tingkat SMK dan SMA di
Kabupaten Buleleng berbagai kegiatan sebagai upaya meningkatkan kualitas guru sebagai
pelaksana kurikulum telah dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan berkaitan
dengan PBM, Uji Kompetensi Guru, namun pelatihan mengenai penulisan artikel ilmiah untuk
jurnal ilmiah terutama bagi guru-guru di Kabupaten Buleleng dirasakan masih kurang.

Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi melalui kreativitas dan skeptisisme, keterbukaan


pada kontribusi ilmu baru, serta kegigihan dalam mempertanyakan kontribusi yang diberikan dan
konsensus keilmuan yang berlaku. Perkembangan teknologi tentunya juga mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan secara berarti. Dalam dunia informasi ada berbagai macam
bentuk penyampian informasi berita. Salah satu contonya adalah artikel. Artikel itu sendiri
memiliki banyak macam jenisnya.

Masuknya hasil penelitian yang merupakan pengetahuan individu ke dalam lingkup


pengetahuan ilmiah, terjadi setelah hasil penelitian dipresentasikan atau dikomunikasikan dengan
cara tertentu sehingga dapat dinilai kebenarannya. Cara yang efektif dan dijadikan standar dalam
mempresentasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian adalah dengan cara ditulis dalam
bentuk artikel (paper) ilmiah, dan dipublikasikan pada majalah / jurnal ilmiah yang di review.

Penulisan karya ilmiah merupakan kegiatan yang sangat penting bagi seorang guru yang
professional. Kegiatan ini tidak saja perlu dilakukan dalam rangka memperolah angka kredit
untuk kenaikan jabatan atau untuk keperluan akreditasi tetapi yang lebih besar adalah untuk
peningkatan profesionalisme guru. Tulisan ilmiah yang berisi hasil penelitian, hasil pengkajian,
hasil pemikiran, dan karya guru lainnya, sangat potensial sebagai wahana komunikasi dan
diseminasi karya kepada guru atau pihak-pihak yang terkait dengan dunia pendidikan.

Namun kenyataan guru-guru di setiap jenjang kemampuan untuk menulis artikel ilmiah
dirasakan masih kurang. Beberapa hasil pengamatan dan wawancara kepada guru memberikan
kejelasan mengapa guru belum mampu, mau, dan biasa menulis ilmiah. Penyebab rendahnya
kemampuan guru dalam menulis karya ilmiah, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan, pemahaman,
dan keterampilan guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2)
terbatasnya sarana bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3) belum

Proseding Senahis 2 | 147


tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas pendidikan kabupaten yang bisa
menampung tulisan para guru, (4) masih terbatasnya penyelenggaraan lomba menulis karya
ilmiah yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan baik pada tingkat nasional, tingkat provinsi
maupun pada tingkat kabupaten, dan (5) masih rendahnya motivasi guru untuk mengikuti lomba
menulis karya ilmiah. Sehubungan dengan itu, ada beberapa strategi yang ditawarkan salah
satunya dengan mengadakan pelatihan artikel untuk publikasi di jurnal.

Upaya untuk mendorong guru-guru melakukan penulisan artikel ilmiah Menteri


Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah mengeluarkan PermenPANRB
No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November, maka mulai tahun 2011 bagi guru PNS yang akan
mengusulkan kenaikan pangkatnya harus memenuhi kriteria perolehan angka kredit yang didapat
dari: (1) Kegiatan pengembangan diri (Pelatihan atau Kegiatan Kolektif, (2) Karya Tulis yang
berupa karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pembelajaran, karya teknologi/seni.
Peraturan menteri tersebut makin menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu guru melalui
kegiatan pengembangan diri dan penulisan karya ilmiah.

Artikel ilmiah merupakan bagian dari Karya Tulis Ilmiah (KTI) adalah laporan tertulis
tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan
kegiatan ilmiah (KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, tulisan
ilmiah populer, buku, diktat dan lain- lain (Suhardjono dkk, 1996). Untuk membantu guru-guru
sejarah alumni Jurusan Pendidikan Sejarah dalam mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau
gagasan pemikiran kritisnya tentang pembelajaran sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah
membentuk suatu Media Komunikasi Candra Sengkala. Selain oleh guru-guru sejarah publikasi
hasil-hasil penelitian dan pemikiran kritis tentang pendidikan sejarah dapat dimanfaatkan untuk
oleh pemangku kepentingan, diantaranya Dinas Pendidikan, MGMP Sejarah dan Perguruan
Tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Metode
Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka peningkatan
wawasan dan keterampilan guru-guru sejarah di Kabupaten Buleleng dalam memahami PTK
dengan sistim jemput bola. Untuk kepentingan pencapaian tujuan program ini, maka rancangan
yang dipandang sesuai untuk dikembangkan adalah “RRA dan PRA” (rural rapid appraisal dan
participant rapid appraisal). Di dalam pelaksanaannya, program ini akan mengacu pada pola
sinergis antara tenaga pakar dari Undiksha dengan kalangan birokrasi dan administrasi Pemkab.
Buleleng, khususnya Kasubdin Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Nasional
Kabupaten Buleleng. Di sisi lain, program ini juga diarahkan pada terciptanya iklim kerjasama
yag kolaboratif dan demokratis dalam dimensi mutualis antara dunia perguruan tinggi dengan
masyarakat secara luas di bawah koordinasi pemerintah Kabupaten setempat, khususnya dalam

Proseding Senahis 2 | 148


rangka peningkatan kinerja dan profesionalisme guru-guru sejarah di Kabupaten Buleleng secara
cepat namun berkualitas bagi kepentingan pembangunan pendidikan di Kabupaten Buleleng.
Berdasarkan rasional tersebut, maka program ini merupakan sebuah langkah inovatif dalam
kaitannya dengan dharma ketiga perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan workshop pelatihan penulisan artikel untuk publikasi di jurnal ilmiah untuk
meningkatkan profesionalisme bagi guru - guru di Kecamatan Kubutambahan menggunakan:

a. Metode ceramah, materi yang diberikan adalah penjelasan tentang karya ilmiah, etika
penulisan karya ilmiah, teknik penulisan karya ilmiah, penelusuran referensi melalui
internet, penyusunan karya ilmiah.
b. Diskusi, pada tiap materi yang disampaikan peserta dapat berdialog dan berdiskusi
dengan tim pengabdi tentang materi yang disampaikan.
c. Tugas menyusun karya tulis ilmiah, tugas tersebut diberikan pada guru-guru dari latar
belakang sejarah, sosiologi, antropologi, dan IPS dan sebagai syarat untuk memperoleh
sertifikat peserta. Pada penyusunan karya ilmiah ini dilakukan pendampingan oleh tim
pengabdi.
Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai permasalahan
menyangkut kualitas dan kinerja guru sejarah di Kabupaten Buleleng, yang saat ini tengah
berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga kependidikan di
berbagai pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan
dilaksanakan dengan sistim jemput bola, dimana tim pelaksana akan menyelenggarakan program
peningkatan wawasan dan keterampilan guru-guru sejarah, sosiologi, antropologi, dan IPS di
Kecamatan Kubutambahan dalam memahami karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel untuk
jurnal dengan tuntutan dan kebutuhan kurikulum tahun 2013 pada guru-guru yang
membutuhkan, yaitu di Kabupaten Buleleng dengan mendatangkan para pakar dan praktisi
pendidikan yang berkualifikasi secara standar di bidang kurikulum sejarah/Antropologi dan IPS.
Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) sebagaimana
layaknya sistim perkualiahan.

3. Hasil dan Pembahasan

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para guru-guru di SMA dan SMK serta
IPS di SMP di Kecamatan Kubutambahan dan Tejakula khususnya dan Kabupaten Buleleng
pada umumnya, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan
pelatihan penulisan artikel untuk publikasi di jurnal ilmiah untuk meningkatkan profesionalisme
bagi guru – guru di Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng.

Untuk memberikan informasi kepada guru-guru SMA/SMK sekabupaten Buleleng perlu


dilakukan pelatihan penelitian dan penulisan PTK dilakukan tanggal 24-26 Juni 2016 bertempat
di ruang rapat guru-guru SMAN 2 Tejakula, Kabupaten Buleleng. Acara ini dimulai dengan
sambutan ketua pelaksana kegiatan melaporkan bahwa pelatihan penelitian dan penulisan artikel

Proseding Senahis 2 | 149


untuk publikasi di Jurnal Ilmiah untuk meningkatkan profesionalisme guru dilakukan untuk
memberikan masukan bagaimana cara membuat dan menulis artikel ilmiah yang baik dan benar.
Apalagi untuk kenaikan pangkat bagi guru-guru PNS wajib untuk membuat karya tulis, namun
disisi lain terdapat kebingungan di kalangan guru-guru bagaimana membuat artikel ilmiah dari
pembuatan judul, latar belakang, tujuan, manfaat, kajian pustaka, metode penelitian, sampai
penulisan hasil penelitian dan pembahasan. Materi Pelatihan meliputi: (1) Etika dalam Penulisan
Karya Ilmiah, (2) Hakikat Karya Ilmiah, (3) Anatomi Artikel Ilmiah, (4) Komponen Artikel
Ilmiah.

Guru Sebagai Profesi


Mengacu pada Undang-undang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005 dijelaskan pada pasal 1
ayat 1 bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab guru merupakan sebagian
dari kompetensi profesionalisme guru. Moh Uzer Usman (2000:7) mengemukakan tiga tugas
guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. (a) mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup, (b) mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, (c) melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
DG Armstrong dalam Nana Sudjana (2000:69) mengemukakan ada lima tugas dan tanggung
jawab pengajar, yakni tanggung jawab dalam (a) pengajaran, (b) bimbingan belajar, (c)
pengembangan kurikulum, (d) pengembangan profesinya, dan (e) pembinaan kerjasama dengan
masyarakat.
Mohamad Ali (2000:4-7) mengemukakan tiga macam tugas utama guru, yakni (a) merencanakan
tujuan proses belajar mengajar, bahan pelajaran, proses belajar mengajar yang efektif dan efisien,
menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan pengajaran tercapai atau tidak, (b) melaksanakan
pengajaran, (c) memberikan balikan (umpan balik). Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan tentang tugas guru yaitu (a) tugas pengajaran, bimbingan dan latihan
kepada siswa, (b) pengembangan profesi guru, (c) pengabdian masyarakat.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki
beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai
bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang
mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Menurut Mc.
Load dalam Moh Uzer Usman (2000:14) Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedang yang
dimaksud dengan kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan seorang guru
dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan
tugas-tugas sebagai pengajar yang dilakukan secara bertanggung jawab dan layak.
Glasser dalam Nana Sudjana (2000:69) mengemukakan empat jenis kompetensi tenaga pengajar,
yakni (a) mempunyai pengetahuan belajar dan tingkah laku manusia, (b) menguasai bidang ilmu
yang dibinanya, (c) memiliki sikap yang tepat tentang dirinya sendiri dan teman sejawat serta
bidang ilmunya , (d) keterampilan mengajar.

Proseding Senahis 2 | 150


Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat
bahwa guru adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu. Usaha
profesionalisasi merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru.
Profesi guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal, dan
sosial. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu
berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif),
tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang
didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional,
pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif. Pengembangan wawasan dapat dilakukan
melalui forum pertemuan profesi, pelatihan ataupun upaya pengembangan dan belajar secara
mandiri.
Sejalan dengan hal di atas, seorang guru harus terus meningkatkan profesionalismenya melalui
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran
maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan belajar,
mencakup keterampilan dalam memperoleh pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam
pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu
(learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara
harmonis (learning to live together). Berangkat dari makna dan syarat-syarat profesi
sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu, maka dalam rangka pengembangan
profesionalisme guru secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan berbagai strategi antara lain:
a. Berpartisipasi didalam pelatihan atau in servie training.
Bentuk pelatihan yang fokusnya adalah keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh guru
untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Pelatihan ini cocok dilaksanakan pada salah
satu bentuk pelatihan pre-service atau in-service. Model pelatihan ini berbeda dengan
pendekatan pelatihan yang konvensional, karena penekanannya lebih kepada evaluasi
performan nyata suatu kompetensi tertentu dari peserta pelatihan.
b. Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah lainnya.
Dengan membaca dan memahami banyak jurnal atau makalah ilmiah lainnya dalam
bidang pendidikan yang terkait dengan profesi guru, maka guru dengan sendirinya dapat
mengembangkan profesionalisme dirinya. Selanjutnya untuk dapat memberikan
kontribusi kepada orang lain, guru dapat melakukan dalam bentuk penulisan
artikel/makalah karya ilmiah yang sangat bermanfaat bagi pengembangan
profesionalisme guru yang bersangkutan maupun orang lain.
c. Berpartisipasi di dalam kegiatan pertemuan ilmiah.
Pertemuan ilmiah memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran (up to date)
hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru. Tujuan utama dari kegiatan pertemuan ilmiah
adalah menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam suatu bidang tertentu.
Partisipasi guru pada kegiatan tersebut akan memberikan kontribusi yang berharga dalam
membangun profesionalisme guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
d. Melakukan penelitian seperti PTK.
Penelitian tindakan kelas yang merupakan studi sistematik yang dilakukan guru melalui
kerjasama atau tidak dengan guru lain dalam rangka merefleksikan dan sekaligus
meningkatkan praktek pembelajaran secara terus menerus juga merupakan strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru. Berbagai kajian yang bersifat reflektif
oleh guru yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya, dan

Proseding Senahis 2 | 151


memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran berlangsung akan bermanfaat sebagai
inovasi pendidikan. Dalam hal ini guru diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa
profesional secara mandiri dengan penuh percaya diri. Jika proses ini berlangsung secara
terus menerus, maka akan berdampak pada peningkatan profesionalisme guru.
e. Partisipasi di dalam organisasi/komunitas profesional.
Ikut serta menjadi anggota orgnisasi profesional juga akan meningkatkan profesionalisme
seorang guru. Organisasi profesional biasanya akan melayani anggotanya untuk selalu
mengembangkan dan memelihara profesionalismenya dengan membangun hubungan
yang erat dengan masyarakat. Dalam hal ini yang terpenting adalah guru harus pandai
memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat memberi manfaat utuh bagi
dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga. Pilih secara bijak organisasi yang
dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya.
f. Kerjasama dengan tenaga profesional lainnya di sekolah
Seseorang cenderung untuk berpikir dari pada keluar untuk memperoleh pertolongan atau
informasi mutakhir akan lebih mudah jika berkomunikasi dengan orang-orang di dalam
tempat kerja yang sama. Pertemuan secara formal maupun informal untuk mendiskusikan
berbagai isu atau permasalahan pendidikan termasuk bekerjasama berbagai kegiatan lain
(misalnya merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program sekolah)
dengan kepala sekolah, orang tua peserta didik (komite sekolah), guru dan staf lain yang
profesional dapat menolong guru dalam memutakhirkan pengetahuannnya.
Berpartisipasi di dalam berbagai kegiatan tersebut dapat menjaga keaktifan pikiran dan
membuka wawasan yang memungkinkan guru untuk terus memperoleh informasi yang
diperlukannya dan sekaligus membuat perencanaan untuk mendapatkannya. Semakin guru
terlibat dalam prolehan informasi, maka guru semakin merasakan akuntabel, dan semakin guru
merasakan akuntabel maka ia semakin termotivasi untuk mengembangkan dirinya.

Karya Ilmiah
Menurut Munawar Syamsudin (1994), tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas suatu
masalah tertentu, atas dasar konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian
tertentu secara utuh, teratur dan konsisten. Menurut Suhardjono (1995), tidak semua karya tulis
merupakan karya tulis ilmiah. Ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan. Suatu karya tulis,
apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku, maupun terjemahan, baru dapat disebut ilmiah
apabila memenuhi tiga syarat, yakni:

a. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.


b. Menggunakan metode ilmiah atau cara berpikir ilmiah.
c. Sosok penampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu tulisan
keilmuan.
Selanjutnya, yang dimaksud pengetahuan ilmiah adalah segala sesuatu yang kita ketahui
(pengetahuan) yang dihimpun dengan metode ilmiah (Kemeny dalam The Liang Gie, 1997).
Pengetahuan ilmiah ini selanjutnya disebut dengan “ilmu”. Para filsuf memiliki pemahaman
yang sama mengenai ilmu, yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang tersusun
secara sistematis (The Liang Gie, 1997).

Proseding Senahis 2 | 152


Selanjutnya berpikir ilmiah mengandung makna bahwa orang yang berpikir ilmiah selalu
memiliki sikap skeptis, analitis, dan kritis dalam menghadapi fenomena masyarakat yang terjadi.
Sementara itu, dengan metode ilmiah berarti bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan prosedur
atau langkah-langkah dan struktur yang rasional (The Liang Gie, 1997). Dalam kegiatan ilmiah
tercermin adanya proses kerja yang menggunakan metode keilmuan yang ditandai dengan
adanya argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan, serta dukungan fakta empirik. Di
samping itu juga ada analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoretik dengan
fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji. Kegiatan ilmiah dapat berupa: (1) Penelitian
(research), (2) Pengembangan (development), dan (3) Evaluasi (evaluation).

Karya ilmiah atau karangan ilmiah atau scientific paper adalah sebuah laporan yang secara
tertulis dan diterbitkan dengan memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah
dilakukan oleh seseorang atau dalam sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan
yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Atau karya ilmiah ini dapat diartikan
sebagai karangan yang mengungkapkan buah pikiran hasil pengamatan, dalam bidang tertentu
dengan sistematika penulisan bersantun bahasa yang kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan.

Menurut Munawar Syamsudin (1994), tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas suatu
masalah tertentu, atas dasar konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian
tertentu secara utuh, teratur dan konsisten. Menurut Suhardjono (1995), tidak semua karya tulis
merupakan karya tulis ilmiah. Ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan.

Adapum jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium atau
paper, artikel ilmiah, naskah publikasi, tugas akhir, skripsi, tesis, dan artikel jurnal yang pada
dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

Ciri Karya Ilmiah

a. Struktur sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan),
bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar
ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan
yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan
pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.

b. Komponen dan substansi


Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah
mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang
dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

c. Sikap penulis

Proseding Senahis 2 | 153


Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa
menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.

d. Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari
pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

e. Tahapan Metode Penulisan


Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti tahap-
tahapan tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh
beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian. Schluter (1996) memberikan 15
tahap dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Tahap-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.


2) Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin
dipecahkan.
3) Membangun sebuah bibliografi.
4) Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5) Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6) Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan
data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7) Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-
pokok dasar dalam masalah.
8) Menentukan apakah data atau bukti yang diperuntukan tersedia atau tidak.
9) Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10) Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11) Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12) Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13) Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14) Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15) Menulis laporan penelitian.

Adapun tahapan – tahapan dalam menulis metode ilmiah/karya ilmiah yaitu:

Tahap Persiapan.

a. Pemilihan masalah / topik, mempertimbangkan:


1) Harus berada disekitar kita.
2) Harus topik yang paling menarik perhatian.
3) Terpusat pada segi lingkup yang sempit dan terbatas.
4) Memiliki data dan fakta yang obyektif.
5) Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, meskipun serba sedikit.
6) Harus memiliki sumber acuan / bahan kepustakaan yang dijadikan referensi.

Proseding Senahis 2 | 154


7) Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut.
8) Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum.
b. Pembatasan topik/penentuan judul
1) Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah.
2) Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah/setelah
penulisan karya ilmiah selesai.
3) Penentuan judul karya ilmiah: pertanyaan yang mengandung unsur 4W+1H
yaitu What (apa), Why (mengapa), When (kapan), Where (di mana) dan How
(bagaimana).
c. Pembuatan kerangka karangan (outline).
1) Membimbing penyusun karya ilmiah.
2) Pedoman penulisan karya ilmiah sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam
penganalisisannya.
3) Pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah.

Tahap Pengumpulan data

a. Pencarian keterangan dari bahan bacaan/referensi.


b. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah.
c. Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti.
d. Percobaan di laboratorium/pengujian di lapangan.

Pemecahan masalah

Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:

a. Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bnntuk yang sistematis dan logis.
Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah.
b. Prosedur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat.
c. Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan.
d. Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang
digunakan.
e. Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah.
f. Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase
penelitian.

Tahap Pengorganisasian & pengonsepan

a. Pengelompokan bahan, untuk memgorganisasikan bagian mana yang didahulukan


dan mana yang termasuk bagian terakhir. Data yang sudah terkumpul diseleksi dan
dikelompokan sesuai jenis, sifat atau bentuk.
b. Pengonsepan karya ilmiah dilakukan sesuai dengan urutan dalam kerangka
karangan yang telah ditetapkan.

Proseding Senahis 2 | 155


Pemeriksaan / Penyuntingan konsep (editing)

Bertujuan untuk:

a Melengkapi yang kurang.


b Membuang yang kurang relevan.
c Menghindari penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih (overlapping).
d Menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, misalnya dalam penulisan dan
pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan paragraf, maupun penerapan
kaidah ejaan.

Penyajian

Teknik penyajian karya ilmiah harus memperhatikan:

a Segi kerapian dan kebersihan.


b Tata letak (layout) unsur-unsur dalam format karya ilmiah, misalnya halaman muka
(cover), halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar
pustaka dan lain-lain.
c Standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya standar penulisan
kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan bahasa indonesia
sesuai EYD.
d Bagian inti karya ilmiah.
1) Bagian Pendahuluan.

2) Latar belakang dan masalah.

3) Tujuan pembahasan.

4) Ruang lingkup / pembatasan masalah.

5) Asumsi, hipotesis dan kerangka teori.

6) Sumber data.

7) Metode & teknik.

8) Bagian analisis atau pembahasan.

Kesimpulan

Proseding Senahis 2 | 156


a Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin
diperoleh.
b Berikan implikasi dari kesimpulan.
c Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.

4. Kesimpulan
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian masyarakat pada guru SMA/SMK di Kecamatan


Kubutambahan, Kabupaten Buleleng dapat ditarik beberapa konsklusi, yaitu:

1. Beberapa hasil pengamatan dan wawancara kepada guru memberikan kejelasan mengapa
guru belum mampu, mau, dan biasa menulis ilmiah. Penyebab rendahnya kemampuan
guru dalam menulis karya ilmiah, yaitu: (1) kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan guru dalam menulis karya ilmiah, khususnya menulis artikel ilmiah, (2)
terbatasnya sarana bacaan ilmiah terutama yang berupa majalah ilmiah atau jurnal, (3)
belum tersedianya majalah atau jurnal di lingkungan sekolah atau dinas pendidikan
kabupaten yang bisa menampung tulisan para guru, (4) masih terbatasnya
penyelenggaraan lomba menulis karya ilmiah yang diselenggarakan oleh dinas
pendidikan baik pada tingkat nasional, tingkat provinsi maupun pada tingkat kabupaten,
dan (5) masih rendahnya motivasi guru untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa strategi yang ditawarkan salah satunya dengan
mengadakan pelatihan artikel untuk publikasi di jurnal.
2. Setelah diberikan pelatihan oleh tim pakar dari Undiksha Singaraja, para guru sekolah
dasar mulai bisa menyusun dan mengemas artikel. Hal ini dapat diketahui dari hasil
pelatihan penulisan artikel ilmiah untuk meningkatkan profesi bagi guru sejarah yang
mereka buat. Selain itu para guru mengaku memahami mengapa seorang guru wajib
melakukan penulisan artikel itu bukan merupakan beban tapi merupakan suatu kewajiban.
(3) Pemberian masukan berupa ide dan saran akademik bertalian dengan penyempurnaan
penulisan artikel ilmiah bagi guru-guru di Kabupaten Buleleng mulai dari tahap
perencanaan sampai refleksi sangat didukung dengan baik. Tuntutan profesi guru untuk
membuat artikel dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dan tuntutan dari
Dinas Pendidikan untuk mendukung kenaikan jabatan dan golongan bagi guru PNS yang
akan naik pangkat yang lebih tinggi.
Saran

Berdasarkan pelatihan yang telah dilaksanakan pada guru-guru di SMA/SMK Kecamatan


Sukasada, Kabupaten Buleleng, ada beberapa saran yang layak dipertimbangkan, yaitu :

1. Bagi guru-guru SMA/SMK di Kabupaten Buleleng hendaknya terus melatih diri sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu memberikan
keterampilan yang memadai pada siswa terutama dalam penelitian PTK yang hasilnya
bias dituangkan dalam bentuk jurnal ilmiah yang menghasilkan poin angka kredit

Proseding Senahis 2 | 157


2. Bagi Dinas pendidikan setempat, semestinya mengusahakan program-program pelatihan
PTK dan penulisan artikel di jurnal ilmiah bagi para guru-guru SMA/SMK, sehingga
kemampuan dan keterampilan mereka memadai untuk mengembangkan PTK dan
menuliskan hasilnya pada dalam bentuk artikel pada jurnal ilmiah yang didukung
perangkat pembelajara, model pembelajar, dan model evaluasi sesuai dengan kurikulum
2013

Daftar Pustaka

[1] Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.


[2] Danim, Sudarwan, 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
[3] Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah
dan Umum.
[4] Direktorat Profesi Pendidik, 2008. Pedoman Penilaian Guru Berprestasi. Jakarta:
Depdiknas.
[5] Djohar. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah
Kejuruan. (Disertasi, tidak diterbitkan). Bandung: PPS UPI.
[6] Hasan. (1992). An Evaluation of the 1975 General Senior Secondary Social Studies
Curriculum Implementation in Bandung Municipality. Disertasi Doctor dari Macquary
University. Tidak diterbitkan.
[7] Hopkin, David. 1993. A Teacher’ Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open
University Press.
[8] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Kurikulum 2013.
Jakarta: Kemendiknas.
[9] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
BPP.
[10] Kunadar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
[11] Lasmawan, W. (2010). Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual-Empirik.
Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.
[12] MaLaughin. (1987). Implementing of ESEA Title I. New York: Columbia University.
[13] Miller, J. and Wayne S. (1985). Curriculum: Perspective and Practice. New York:
Longman.
[14] Nana, S. (2005). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek Tahun. Bandung:
RoSejarahakarya.
[15] Pantiwati, y. 2001. Upaya peningkatan Profesionalisme Kepemimpinan. Malang: PSSJ
PPS Universitas Malang.
[16] Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2011). Buleleng dalam Angka. Buleleng: Pemda
Buleleng.
[17] Pidarta, Made, 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: Renika Cipta.
[18] Sagor, R. 1992. How to Conduct Collaborative Action Research. Alexandria: Association
for Supervision and Curriculum Development.

Proseding Senahis 2 | 158


[19] Samani, Muchlas, dkk, 2003. Pembinaan Profesi Guru. Jakarta: Depdiknas.
[20] Semiawan, C.R. 1991. Strategi Pengembangan Diri Untuk Menjadi Pemimpin Jakarta:
Grasindo.
[21] Soetjipto, 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
[22] Sudjana, Nana, 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
[23] Suhardjono, Azis Hoesein. 1996. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang
Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Depdikbud,
Diskdasmen.
[24] Surapranata. (2006). Penilaian Portofolio. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT.
Remaja RoSejarahakarya.
[25] T. Raka Joni. Penelitian Tindakan Kelas: Beberapa Permasalahan. Jakarta: PCPPPGSM:
Dirjen Dikti.
[26] Usman, Moh. Uzer, 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[27] Wina Sanjaya. 2010. Kurikulum Pembelajaran (Teori dan Praktik KTSP).
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Proseding Senahis 2 | 159

Anda mungkin juga menyukai