Anda di halaman 1dari 22

KASUS

Seorang laki-laki berusia 48 tahun dating ke UGD dengan keluhan nyeri dada. Pasien
mengeluhkan nyeri dada setelah beraktivitas, nyeri dirasakan dibagian tengah seperti di tekan
benda berat, menembus ke punggung disertai keringat dingin dan mual, leher seperti tercekik
disertai sesak. Nyeri + 30 menit, nyeri berulang dengan intensitas lebih tajam. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital TD 130/90 mmHg, RR30x/menit, HR
106x/menit, Suhu 36,50C. CRT > 3 detik. Pasien tampak pucat, mual tidak ada, muntah tidak
ada, lemas ada, pusing tidak ada. Riwayat merokok ada rata-rata 1 bungkus/hari. Riwayat
konsumsi alcohol tidak ada. Dari hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,7g/dl, Ht 43%,
leukosit 9700 mm3, CKMB 25, Troponin T 1 mg/dl. Urine out put 24 jam terakhir 500 ml.
hasil EKG: irama sinus, aksis normal, QRS rate 106x/menit, gelombang P 0,06”, 0,1 V, PR
interval 0,12”, QRS duration 0,08”, Q patologis (-), ST segmen elevasi di V1-V5, T inverted
di III, aVF, R/S di V1<1,SV1+RV5/6 <35 mm (EKG: Sinus rhytm, STEMI anterior luas,
iskemia interior).

A. IDENTIFIKASI MASALAH

DS :
1. pasien mengeluh nyeri dada setelah beraktivitas
2. nyeri dirasakan dibagian dada seperti ditekan benda berat
3. Leher seperti dicekik disertai sesak
4. Pasien merasakan keringat dingin dan mual
5. Riwayat pasien merokok 1 bungkus sehari
6. Riwayat pasien konsumsi alkohol tidak ada
7. Nyeri kurang lebih 30 mnt
8. Nyeri berulang dengan intensitas lebih tajam

DO :
1. Pasien tampak pucat
2. Mual tidak ada
3. Muntah tidak ada
4. Lemas ada
5. Pusing tidak ada.
6. TD : 130/90 mmHg
1
7. RR30x/menit,
8. HR 106x/menit,
9. Suhu 36,50C.
10. CRT > 3 detik.
11. Hb : 15,7 g/dl
12. Ht 43%,
13. leukosit 9700 mm3
14. CKMB 25,
15. Troponin T 1 mg/dl.
16. Urine out put 24 jam terakhir 500 ml.
17. hasil EKG: irama sinus,
18. aksis normal,
19. QRS rate 106x/menit,
20. gelombang P 0,06”, 0,1 V,
21. PR interval 0,12”,
22. QRS duration 0,08”,
23. Q patologis (-),
24. ST segmen elevasi di V1-V5,
25. T inverted di III,
26. Avf, R/S di V1<1,SV1+RV5/6 <35 mm (EKG: Sinus rhytm, STEMI anterior luas,
iskemia interior).

B. HIPOTESA
1. Nyeri akut b/d agens cidera biologis
DS :
a. Pasien mengeluh nyeri dada
DO:
a. CKMB 25,
b. Troponin T 1 mg/dl
c. HR : 106x/mnt
2. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai O2
DS :
a. Pasien mengeluhkan nyeri dada setelah beraktivitas

2
DO :
a. Lemas ada
b. HR : 106x/mnt
c. iskemia inferior
3. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi
DS :
a. Pasien mengatakan nyeri
DO :
a. RR : 30x/mnt
b. Ht : 43%
c. Urine out put 24 jam terakhir 500 ml.
4. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
DS :
a. pasien mengeluh nyeri dada setelah beraktivitas
DO :
a. HR : 106x/mnt
b. EKG: Sinus rhytm, STEMI anterior luas, iskemia interior).
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan ferifer b/d kurang pengetahuan tentang faktor
pemberat (mis, merokok)
DS :
a. Nyeri menembus bagian punggung
DO :
a. Pasien tampak pucat
b. CRT > 3 detik.
6. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
DS :
a. Nyeri disertai sesak
DO :
a. RR : 30x/mnt

3
C. MEKANISME
Merokok

Adanya plak

Thrombus
asterosklerosis

Obstruksi

Cardiac output menurun

Aliran darah menurun

SINDROM KORONER
AKUT (SKA)

Suplai O2 Penurunan Hipoksia Cardiac Aliran darah Terjadinya arus


menurun curah output menurun balik darah ke
jantung menurun paru-paru

Hipoksia Intoleran Aliran darah ke


aktivitas ginjal menurun
Gangguan Volume darah
perfusi di paru naik
Nyeri Stimulasi
jaringan
korteks adrenal
Edema paru

Pelepasan
aldusteron
Ketidakefektifan
pola napas
Retensi Na, air
meningkat, dan
kalium

Kelebihan
volume
4 cairan
D. MORE INFO
1. Pengobatan/penatalaksanaan :
1) Tehnik relaksasi
2) Obat analgesik untuk menghilangkan nyeri (mis:morfin)
3) Obat anti diuretik untuk mengurangi edema
4) Obat digitalis untuk meningkatkan kontraktilitas jantung
2. Pemeriksaan EKG

Sadapa
Sudut Pandang
n Dada
V1, V2 Lateral Kanan Jantung
V3,V4 Septum
V5,V6 Lateral Kiri Jantung

Lead ekstremitas melihat jantung secara vertikal.


Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut:

Penjelasan:

1) Sebagai contoh: lead II melihat/mengintip jantung dari sudut pandang apex


jantung.
2) Setiap aliran listrik tersebut menuju ke arah sudut pandang tempat melihat
EKG, maka pada lead tersebut harus positif. Sebagai contoh adalah lead II
yang melihat jantung dari sudut pandang di  sekitar apex. Maka normalnya
lead ini harus positif.
3) Karena otot jantung kiri lebih besar dari otot jantung kanan, maka yang
terekam dominan pada EKG adalah bagian jantung kiri.
5
INTERPRESTASI EKG

 Pola Interprestasi EKG :


1. Lihat apakah EKG tersebut berirama sinus atau tidak. Irama sinus memiliki ciri
sebagai berikut:
a. Berasal dari SA node
b. Karena adanya gelombang P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi
anda harus bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai bentuk
gelombang P yang sama.
c. Selalu ada satu gelombang P yang diikuti oleh satu komplek QRS dan satu
gelombang T
2. Lihat irama yang terbentuk. Apakah reguler atau aritmia/disritmia. Caranya adalah
memperhatikan gelombang R. Jarak antar gelombang R atau R-R harus sama. Atau
jarak gelombang P/P-P harus sama untuk sebuah EKG yang normal.
3. Lihat HR. Cara ini tidak perlu dijabarkan tersendiri karena setiap anak kedokteran
pasti tahu menghitung HR pada sebuah EKG.
4. Lihat Axis.

Untuk menentukan axis caranya adalah:

1) Titik tengah merupakan titik 0.


2) Lihat lead I. Kurangi kotak untuk gelombang R dengan kotak untuk
gelombang S jika hasilnya positif letakkan di lead I mengarah ke lead I, jika
negatif arahkan sebaliknya.
3) Dengan pola yang sama tarik garis pada lead aVF.
4) Hasil Cotangen dari lead tersebut adalah arah axis.
5) Batas Normal sumbu jantung berada antara -30 0  sampai +900. Jika lebih besar
dari -300 maka deviasi ke kiri, dan jika lebih besar dari +90 0 maka sumbu
jantung deviasi ke kanan.

Interpretasi: axis ke kiri
1. Lihat gelombang P, adakah kelainan dari gelombang P. Lihat pula bentuknya
apakah P mitral atau P pulmonal. (kelainan akan dijabarkan tersendiri)

6
2. Hitung PR interval. Normalnya PR interval bernilai kurang dari 0,2 second. Jika
PR interval memanjang curiga sebagai suatu block jantung. (satu kotak kecil
bernilai 0,04 second). Tentang tipe dari blok jantung akan dijabarkan tersendiri)
3. Hitung dan lihat bentuk QRS kompleks. Adanya kelainan kompleks QRS
menunjukkan adanya kelainan pada ventrikel (bisa suatu block saraf jantung atau
kelainan lainnya) karena komplek ini dibentuk oleh aliran listrik jantung di daerah
ventrikel. (Beberapa kelainan akan dijabarkan tersendiri)
4. Lihat apakah ada perubahan pada segmen ST dan gelombang T. (kelainannya
akan dijabarkan tersendiri)
5. Hitung jumlah kotak R di V5 atau V6 kemudian tambahkan dengan jumlah
kotak  S yang ada di V1. Normalnya akan bernilai dibawah 35. Jika > 35 maka
bisa dianggap suatu LVH. Hati-hati, terkadang voltase tidak mencapai 10mV.
Maka harus dikonversi dulu ke 10 mV (contoh: pada EKG tertulis 5 mV maka,
untuk menjadi 10 mV, kotak tersebut harus dikalikan 2)
6. Hitung jumlah kotak gelombang R di V5 atau V6 kemudian dibagi dibagi
dengan jumlah kotak S di V5 atau V6 tersebut. (untuk yang ini tidak
diperlukan konversi). Normalnya kurang dari 1. Jika lebih, maka dicurigai suatu
RVH.
Gelombang P:
Normalnya:
1. Tinggi tidak lebih dari 3 kotak kecil
2. Lebar tidak lebihb dari 3 kotak kecil
3. Positif kecuali di aVR
4. Gelombang simetris

Kelainan Gelombang P:
1. Pulmonal / Runcing: R
2. Mitral / berlekuk lebar: LAH
PR interval
1. normalnya 0,12-0,2 second.
2. Jika memanjang berarti ada block jantung karena interval ini terbentuk saat aliran
listrik jantung melewati berkas HIS.

7
Gelombang Q:
 Normal:
1. Lebar kurang dari 0,04 second
2. Tinggi < 0,1 second
Patologis:
1. Panjang gelombang Q > 1/3 R
2. Ada QS pattern dengan gelombang R  tidak ada.
3. Adanya gelombang Q patologis ini menunjukkan adanya Old Miocard infark (OMI).
Bila gelombang ini belum ada (tetapi sudah ada ST depresi) berarti iskemik belum
lama  terjadi (< 12 jam), masih ada KEMUNGKINAN diselamatkan.
Kompleks QRS:
1. Lebar jika aliran listrik berasal dari ventrikel atau terjadi blok cabang berkas
2. Normal R/S =1 di lead V3 dan V4
3. Rotasi menurut arah jarum jam menunjukkan penyakit paru kronik. Artinya
gelombang QRS menjadi berbalik. Yang tadinya harus positif di V5 + V6 dan negatif
di V1 dan V2 maka sekarang terjadi sebaliknya.

Segmen ST
Normalnya:
1. Isoelektrik
2. Di V1-V6 bisa naik 2 kotak kecil atau turun 0,05 kotak kecil.
Patologis:
1. Elevasi: AMI atau perikarditis
2. Depresi: Iskemia atau terjadi setelah pemakaian digoksin

Gelombang T
Normal
1. Sama dengan gelombang P
2. Dapat positif di lead I, II, V3-V6 dan negatif di VR

Patologis:
1. Runcing: Hiperkalemia
2. Tinggi lebih dari 2/3 R dan datar: Hipokalemia
3. Inversi: bisa normal (di lead III, VR, V1, V2 dan V3 (pada orang kulit hitam) atau
iskemia, infark, RVH dan LVH, emboli paru, Sindrom WPW, dan Block cabang
berkas.
8
Blok jantung:
1) Derajat 1:
a. satu gel P: satu Kompleks QRS interval PR > 0,2 Second.
2) Derajat 2:
a. Weckenbach: PR interval awalnya noramal dan makin lama makin panjang
lalu tidak ada gelombang P, kemudian siklus berlanjut lagi.
b. Mobitz 2: P timbul kadang-kadang
3) Derajat 3 (total):
a. QRS lebar, Frekuensi QRS < 50 kali/menit.
b. P dan QRS tidak berhubungan.
4) RBBB:
a. QRS > 0,12 second,
b. pola RSR’.
c. R’ dominan di V1.
5) LBBB:
a. QRS > 0,12 second
b. Pola M di lead V6
6) Bifascular: Hemiblok anterior kiri (Axis kiri dengan S dalam pada sadapan II dan III)
ditambah RBBB

3. Pemeriksaan laboratorium
Berikut beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat mendeteksi adanya
kelainan pada jantung:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap:
Pemeriksaan darah lengkap atau darah rutin ini memang pemeriksaan yang umum
dilakukan, bukan hanya dapat mendeteksi adanya gangguan pada jantung. Tapi
juga dapat mendeteksi adanya infeksi, adanya demam berdarah, bahkan adanya
anemia.

Pemeriksaan darah rutin hampir selalu dilakukan pada setiap penderita penyakit
jantung dan pembuluh darah. Pada pemeriksaan darah lengkap (leukosit,
hemaglobin, hematokrit dan trombosit) kita dapat menggali adanya gangguan
pada jantung. Pada pemeriksaan hemaglobin dan hematokrit darah dapat

9
mendeteksi  adanya anemia yang dapat menyertai atau menjadi salah satu
penyebab penyakit jantung.

Pada anak-anak, pemeriksaan hemaglobin dan hematokrit dapat mengaetahui


adanya kelainan jantung bawaan. Bila terlihat peningkatan kadar hemoglobin dan
hematokrit, ini merupakan petunjuk adanya penurunan aliran darah ke paru.
Sedangkan pada peningkatan leukosit (12.000 sampai 15.000), pada penderita
dengan infark miokard (kematian otot jantung) akut dapat ditemukan dalam darah
selama 5-7 hari.

2. Pemeriksaan Troponin T: Peningkatan kadar Troponin T dapat menjadi penanda


kejadian koroner akut pada penderita angina pektoris tak stabil. Pada saat terjadi
kerusakan miokard (otot jantung) akibat iskemia (kekuarang oksigen), Troponin T
dari sitoplasma dilepas ke dalam darah. Masa pelepasan Troponin T ini
berlangsung 30-90 jam dan setelah itu menurun. Itu sebabnya, pada seseorang
yang mengalami serangan jantung pemeriksaan ini segera dilakukan.

3. Pemeriksaan Isoenzim CK-MB: pemeriksaan ini merupakan tes yang paling


spesifik pada nekrosis (kerusakan) otot jantung. Peningkatan konsentrasi enzim
ini pasti menunjukkan adanya infark miokard.

4. Pemeriksaan SGOT: enzim ini akan dilepaskan oleh sel otot miokard yang rusak
atau mati.konsentrasi dalam serum akan meningkat dalam 8-12 jam setelah
serangan, mencapai puncaknya pada 18-36 jam dan mulai turun kembali kenormal
setelah 3-4 hari.
5. Pemeriksaan Hiperlipidemia: adalah salah satu faktor resiko penyakit jantung
koroner. Hampir semua kasus hiperlipoproteinemia dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Untuk mendapatkan
hasil terbaik, penderita diharuskan puasa 14 jam sebelum pengambilan sampel
darah

10
E. DON’T KNOW
1. Seberapa umumkah sindrom koroner akut?
Penderita yang terkena sindrom koroner akut biasanya:
a. Orang yang berusia 45 tahun ke atas (pria) dan 55 tahun ke atas (wanita)
b. Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung
c. Merokok
d. Berat badan berlebih dan jarang berolahraga
e. Diabetes( diabetes mellitus)
f. Tekanan darah tinggi
g. Tingkat kolesterol tinggi di dalam darah,kolesterol normal dalam darah adalah 125-
200 mg %
h. Mengonsumsi banyak makanan berlemak

2. Apa penyebab sindrom koroner akut?


Penyebab sindrom koroner akut yaitu termasuk:
a. Terhambatnya aliran darah menyebabkan otot jantung tidak memperoleh suplai
oksigen
b. Adanya kontraksi pada pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah ke
jantung
c. Aterosklerosis yang disebabkan oleh adanya endapan lemak (plak) pada
dinding pembuluh darah. Semakin tebal plak, maka pembuluh darah semakin sempit
dan dapat mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah secara total.
d. Kondisi abnormal pada katup jantung dan irama detak jantung (aritmia) dapat
mengganggu proses pemompaan aliran darah ke jantung dan ke pembuluh darah
koroner.
3. Apa yang meningkatkan risiko untuk terkena sindrom koroner akut?
Faktor-faktor yang menyebabkan risiko terhadap sindrom koroner akut sama dengan
penyakit jantung lainnya yaitu:
a. Orang-orang usia lanjut (umur 45 tahun ke atas untuk pria dan 55 tahun ke atas untuk
wanita)
b. Tekanan darah tinggi
c. Kadar kolestrol tinggi
d. Merokok

11
e. Jarang berolahraga
f. Diabetes tipe 2
g. Riwayat keluarga: jika ada anggota keluarga kandung Anda yang memiliki sakit dada,
penyakit jantung, stroke, atau meninggal mendadak.

4. Apa saja tes diagnostik atau pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk sindrom
koroner akut?
Melakukan tes diagnostik yaitu berupa:
a. Pemeriksaan EKG (elektrokardiografi)
b. Stres test
c. Tes darah : selama serangan terjadi,sel sel otot jantung akan mati dan pecah sehingga
protein protein tertentu keluar masuk aliran darah.berikut pemeriksaan laboratorium
yang dapat perlu dilakukan yaitu : kreatini pospokinase (CPK),LDH,Iso enzim
LDH,Troponin T, dan pengukuran serial enzim jantung. Modul Basic Trauma Cardia
Life Support.Edisi Revisi.AGD 118 DINKES Jakarta.2012
d. Angiografi koroner : pemeriksaan khusus dengan memakai sinar x pada pembuluh
daah dan jantung. Pemeriksaan ini berfungsi untuk menemukan letak sumbatan pada
arteri koroner. Modul Basic Trauma Cardia Life Support.Edisi Revisi.AGD 118
DINKES Jakarta.2012
e. Kateterisasi jantung : merupakan bagian dari angiografi koroner yang dilakukan
dengan cara memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha jantung dan
dimasukannya zat kontras yang dapat tampak melalui sinar x yang di suntukan melalui
ujung kateter pada aliran darah Modul Basic Trauma Cardia Life Support.Edisi
Revisi.AGD 118 DINKES Jakarta.2012

F. LEARNING ISUE
Dikutip dari jurnal:
Judul : Antithrombotic therapy for long-term secondary
prevention of acute coronary syndrome
in high-risk patients
Penulis : Steen Husted

12
PICO :
Problem :Syindrom koroner akut (SKA)
Intervention :Antikoagulan parenteral,Terapi dual antiplatelet
Comparation :-
Outcome :Mengatasi SKA

Kesimpulan :
Pasien dengan sindrom koroner akut (ACS) merupakan beban klinis utama,
karena mereka cenderung mengalami kejadian iskemik berulang. Manajemen akut pasien
dengan ACS meliputi terapi kombinasi antitrombotik terdiri dari antikoagulan parenteral
dandual-antiplatelet terapi. Terapi dual-antiplatelet juga dianjurkan untuk jangka panjang
sekunder pencegahan ACS. Meskipun kemajuan dalam terapi antitrombotik tersedia, uji
klinis menunjukkan bahwa pasien dengan ACS masih menghadapi risiko ~ 10% dari acara
lain dalam 12-15 bulan secara indeks. Populasi pasien tertentu, seperti pasien lansia dan
pasien dengan kerusakan ginjal atau gagal jantung, berada pada risiko yang lebih tinggi
dari peristiwa ACS berulang, karena pasien ini memiliki vaskular lebih untuk faktor risiko
iskemik dan perdarahan dari kebanyakan pasien lain.
Ulasan ini merangkum standar saat perawatan untuk pasien dengan ACS, dengan
fokus pada antitrombotik sekunder jangka-panjang strategi. data registri digunakan untuk
mengidentifikasi populasi pasien berisiko tinggi yang antiplatelet baru-baru ini
dan antikoagulan Tahap III Data uji coba dirangkum untuk menyorot setiap populasi
pasien yang menerima manfaat yang lebih besar atau lebih kecil dari spesifik strategi
antitrombotik jangka panjang.Garis pedoman rekomendasi dibahas dan saran yang
diberikan untuk membantu meningkatkan pelaksanaan strategi pencegahan sekunder
jangka panjang dan prognosis pasien setelah acara ACS.
Data klinis menunjukkan bahwa banyak berbeda-beda berisiko tinggi populasi pasien
dari manfaat berbagai antiplatelet dan rejimen antikoagulan yang tersedia, misalnya, lebih
kuat P2Y 12 inhibitor ticagrelor dan prasugrel.
Selain itu, hasil dari ATLAS ACS 2 TIMI 51 telah menyebabkan persetujuan Eropa
dengan dosis rivaroxaban 2,5 mg dua kali sehari dalam kombinasi dengan ASA sendiri atau
ASA ditambah clopidogrel atau tiklopidin pada pasien dengan ACS dan biomarker jantung
meningkat dan tidak ada riwayat stroke sebelumnya atau TIA. 24,25 Penggunaan terapi
triple-antitrombotik dengan ditambah rivaroxaban 2,5 mg dua kali sehari, di pedoman STEMI

13
terakhir untuk pencegahan sekunder jangka-panjang pada pasien tertentu. 6 Dalam
beberapa kasus tertentu (misalnya, pasien dengan ACS dan AF bersamaan), data tentang
jangka panjang yang terbaik.

G. PROBLEM SOLVING

No Diagnosa NOC NIC Rasional

1 Nyeri akut b/d agen 1. Kontrol nyeri 1. Pemberian 1. Pemberian analgesic


cedera Setelah dilakukan analgesic a. Jika obat
biologis,ditandai tindakan a. Cek perintah diberikan dengan
dengan: keperawatan selama pengobatan dosis dan
DS: 2x24 jam nyeri meliputi frekuensi yang
1. Pasien pasien akan obat,dosis,dan tepat maka akan
mengeluh nyeri menurun,dengan frekuensi obat meningkatkan
dada criteria hasil sebagai analgesic yang kemungkinan
DO : berikut : disarankan untuk sembuh
1. CKMB :25 a. Mengenali kapan b. Berikan b. Jika obat
2. Troponin T 1 nyeri terjadi,dari analgesic sesuai diberikan tepat
mg/dl skala 2(jarang waktu paruhnya waktu maka akan
3. HR :106x/menit menunjukkan) terutama pada mengurangi
3(kadang nyeri yang berat resiko nyeri
menunjukkan) c. Berikan bertambah
b. Menggambarkan kebutuhan c. Apabila
factor kenyamanan kenyamanan
penyebab,dari daan aktivitas pasien baik maka
skala 3(kadang lain yang dapat pasien tidak
menunjukkan) membantu hanya berfokus
4 (sering relaksasi ntuk pada nyeri
menunjukkan) memfasilitas tersebut sehingga
c. Mengenali apa penurunan nyeri tingkat nyeri
yang terkait 2. Manajemen nnyeri berkurang
dengan gejala a. Pastikan 2. Manajemen nyeri
nyeri,dari skala perawatan a. Apabila

14
2(jarang analgesic bagi pemantauan
menunjukkan) pasien dilakukan dilakukan secara
4 (sering dengan ketat mengurangi
menunjukkan) pemantauan resiko kesalahan
2. Tingkat nyeri yang ketat dalam pemberian
Setelah dilakukan b. Gali bersama obat
tindakan pasien factor b. Dengan
keperawatan selama factor yang dapat mengenali factor
2x24 jam,tingkat menurunkan / penyebab nyeri
nyeri pasien akan memperberat maka pasien bisa
membaik dengan nyeri menghindari hal
criteria sebagai c. Gunakan tersebut
berikut : tindakan c. Dengan
a. Nyeri yang pengontrol nyeri mengontrol nyeri
dilaporkan,dari sebelum nyeri maka nyeri tidak
skala 2(cukup bertambah akan bertambah
berat) parah
3(sedang)
b. Panjangnya
episode
nyeri,dari skala
1(berat) 3
(sedang)
c. Mengeluarkan
keringat,dari
skala 2(cukup
berat)
4(ringan)
2. Intoleran aktivitas Toleransi terhadap 1. Terapi aktivitas 1. Terapi aktivitas
b/d aktivitas a. Pertimbangkan a.dengan melakukan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan kemampuan aktivitas yang tepat
suplai O2,ditandai tindakan klien dalam akan melatih kerja
dengan: keperawatan selama berpartisipasi jantung untuk
DS : 3x 24 jam,aktivitas melalui aktivitas memompa darah
15
3. Pasien pasien akan normal secara normal
mengeluh nyeri membaik dengan b. Dorong aktivitas b.dengan adanya
dada setelah criteria sebagai kreatif yang aktivitas yang kreatif
beraktivitas berikut : tepat akan membantu
DO : d. Frekuensi nadi c. Bantu klien dan pasien untuk berlatih
1. Lemas ada ketika keluarga untuk melakukan aktivitas
2. HR : beraktivitas,dari megidentifikasi yang normal
106x/menit skala 3(cukup kelemahan c. dengan melakukan
3. Iskemia inferior terganggu) dalam level aktivitas pada level
4(sedikit aktivitas tertentu yang benar maka
terganggu) 2. Manajemen energy akan sesuai dengan
e. Frekuensi a. Kaji status suplai O2 yang ada
pernapasan fisiologis 2. manajemen energy
ketika pasien yang a. dengan mengenali
beraktivitas menyebabkan status fisik pasien
3(cukup kelelahan kita bisa
terganggu) 4 sesuai dengan menentukan
(sedikit konteksia dan energy / kalori yang
terganggu) perkembangan dibutuhkan pasien
f. Kemudahan b. Gunakan b.dengan instrument
bernapas ketika instrument yang yang valid maka
beraktivitas,dari valid untuk kelelahan dapat di
skala 2(banyak mengukur ukur dangan benar
terganggu) kelelahan c. dengan aktivitas
4(sedikit c. Tentukan jenis yang tepat maka
terganggu) dan banyaknya tidak akan
g. Temuan / hasil aktivitas yang memperberat kerja
EKG(elektrokard dibutuhkan jantung pasien
iogram ),dari untuk menjaga
skala 2(banyak ketahanan
terganggu)
4(sedikit
terganggu)
3 Penurunan curah 2. Keefektifan pompa 1. Perawatan jantung 1.perawatan jantung
16
jantung b/d jantung a. Secara rutin a. jika di cek dengan
perubahan Setelah dilakukan mengecek rutin maka keadaan
frekuensi tindakan pasien baik pasien bisa
jantung,ditandai keperawatan selama secara fisik dan diketahui
dngan : 4 x 24 psikologis mengalami
DS : jam,keefektifan sesuai dengan penurunan atau
1. Pasien pompa jantung akan kebijakan tiap peningkatan
mengeluh dada membaik dengan agen/penyedia b. dengan EKG maka
setelah criteria sebagai layanan kita mengetahui
beraktivitas berikut: b. Monitor kelaiann yang ada
DO : d. Denyut nadi EKG,adakah pada jantung
1. HR :106x / perifer,dari skala perubahan c. dengan mengenali
menit 3(deviasi sedang segmen keadaan jantung
2. EKG :sinus dari normal) 4 ST,sebagaiman maka kita bisa
rhtym,STEMI (deviasi ringan a mestinya menentukan
interior dari normal) c. Catat tanda dan aktivitas yang tepat
luas,iskemia e. Urin output,dari gejala untuk pasien
inferior skala 2(deviasi penurunan d. dengan mengenali
cukup besar dari curah jantung status pernapasan
normal) 4 d. Monitor status maka kita bisa
(deviasi ringan pernapasan mengetahui adanya
dari normal) pasien terkait kelainan pada kerja
c. Dipsnea dengan dengan adaanya jantung
aktivitas gejala gagal e. dengan
ringan,dari skala jantung mengetahui adanya
2(cukup berat) e. Monitor sesak sesak napas
4(ringan) napas,kelelahan ,kelelahan,dan
2.Status sirkulasi ,takipnea,dan takipnea,dan
Setelah dilakukan ortopnea ortopnea maka kita
tindakan keperawatan f. Lakukan terapi bisa mengetahui
selama 3x24 jam relaksasi,sebaga adanya penurunan
status sirkulasi pasien imana mestinya curah jantung
akan membaik 2. Pengaturan f. dengan melakukan

17
dengan criteria hemodinamik terapi relaksasi bisa
sebagai berikut: a. Berikan obat mengatur kerja
a. Urin output,dari obat inotropik jantung
skala 2(deviasi positif dan obat- 2. Pengaturan
cukup besar dari obat hemodinamik
normal) 4 kontraktilitas a.dengan obat
(deviasi ringan b. Monitor asupan tersebut maka akan
dari normal) dan meningkatkan
b. Capillary pengeluaran,out kontraktilitas otot
refill,dari skala put urin, dan jantung untuk
4(deviasi ringan berat badan menghasilkan curah
dari normal) 5 pasien jantung yang
(tidak ada deviasi) normal
c. Kelelahan ,dari b. dengan
skala 2(cukup mengetahui output
berat) 4 urin dan BB pasien
(ringan) maka dapat
diketahui adanya
retensi urin atau
tidak
4 Kelebihan volume 1. Keseimbangan 1. Manajemen 1.Manajemen
cairan b/d cairan hipervolemia hipervolemia
gangguan Setelah dilakukan a. Timbang berat a. dengan menimbang
mekanisme tindakan badan tiap hari BB pada waktu yang
regulasi,di tandai keperawatan selama dengan waktu sama maka bisa
dengan : 2x 24 yang mengetahui
jam,keseimbangan tepat/sama,misal perbandingan nya
DO : caian pasien akan nya setelah b. dengan monitor
1. RR :30 x/ m membaik dengan buang air kecil suara jantung dapat
2. Ht :43 % criteria sebagai b. Monitor suara mengetahui adanya
3. Urin output 24 berikut : jantung kelainan pada
jam terakhir 500 a. Keseimbangan abnormal jantung
ml intake dan c. Monitor edema c.dengan memantau
outputdalam 24 perifer adanya edema
18
jam,dari skala 2. Manajemen perifer maka bisa
2(banyak elektrolit diketahui adanya
terganggu) a. Monitor penurunan curah
4(sedikit manifestasi jantung
terganggu) ketidakseimbang 2.manajemen elektrolit
b. Hematokrit an selektrolit a. dengan adanya
,dari skala b. Tempatkan ketidakseimbangan
4(sedikit monitor jantung elektrolit bisa
terganggu) 5 dengan tepat mengetahui adanya
(tidak terganggu) keadaan tidak
normal pada volume
2. Eleminasi urine cairan tubuh
Setelah dilakukan b.bila memantau
tindakan jantung dilakukan
keperawatan selama dengan tepat maka
2x24 jam,eleminasi hasil yang
urine akan didapatkan akan
normal,dengan benar
criteria sebagai
berikut :
a. Jumlah urine,dari
skala 3(cukup
terganggu) 4
(sedikit
terganggu)
b. Intake cairan,dari
skala 4(sedikit
terganggu) 5
(tidak terganggu)
c. Retensi urin,dari
skala 3(sedang)
4 (ringan)
5 Ketidakefektifan Status pernapasan 1. Manajemen jalan 1.manajemen jalan
pola napas b/d :ventilasi napas napas
19
hiperventilasi,ditan Setelah dilakukan a. Posisikan a. dengan ventilasi
dai dengan : tindakan pasien untuk yang maksimal
DS : keperawatan,status memaksimalka maka akan
1. Nyeri di sertai pernapasan pasien di n ventilasi memenuhi
sesak harapkan akan b. Posisikan untuk kebutuhan O2 pada
DO : membaik dengan meringankan tubuh
1. RR :30x/m criteria sebagai sesak napas b. dengan posisi yang
berikut : c. Monitor status tepat sesak napas
a. Frekuensi pernapasan dan pada pasien akan
pernapasan,dari oksigenasi,seba berkurang
skala 3(deviasi gaimana c. dengan memantau
sedang dari mestinya status pernapasan
normal) 2. Monitor pernafasan dan oksigenasi yang
4(deviasi ringan a. Monitor tepat maka
dari normal) kecepatan,irama, kebutuhan O2 akan
kedalaman,dan terpenuhi
b. Dipsnea saat kesulitan 2. Monitor pernapasan
latihan,dari skala bernapas a. dengan memantau
2(berat) 3 b. Monitor pola kecepatan,irama,ked
(cukup) napas alaman,dan
(misalnya kesulitan bernapas
:takipnea) kita bisa mengetahui
adanya gangguan
pernapasan
b.dengan memantau
adanya pola napas
seperti takipnea kita
bisa mengetahui
suplai O2 pada
pasien kurang
6 Ketidakefektifan 1. Perfusi jaringan: 1. Perawatan 1.Perawatan sirkulasi
perfusi jaringan perifer sirkulasi :indesufisiensi arteri
perifer b/d kurang Setelah dilakuukan :insufisiensi arteri a. dengan memeriksa
pengetahuan tindakan a. Lakukan denyut nadi perifer kita
20
tentang factor keperawatan selama pemeriksaan bisa mengetahui
pemberat 3x24 jam,perfusi fisik sitem keadaan kerja jantung
(misal:merokok),di jaringan perifer kardiovaskuler b.bila indeks ankle
tanai dengan : pasien akan membaik atau penilaian bronchial dilakukan
DS : dengan criteria yang dengan tepat maka
1. Nyeri sebagai berikut : komprehensif pernapasan pasien akan
menembus a. Edema perifer,dari pada sirkulasi membaik
punggung skala 3 (sedang) perifer 2.perawatan sirkulasi
DO : 5(tidak ada) (misalnya :insufisiensi vena
1. Pasien tampak b. Muka pucat,dari :memeriksa a. dengan mengetahui
pucat skala 3(sedang) denyut nadi nilai odem dan nadi
2. CRT > 3 detik 4 (ringan) perifer ) parifer kita bisa
2. Tanda – tanda vital b. Tentukan mengetahui keadaan
Setelah dilakukan indeks ankle curah jantung
tindakan bronchial b. dengan memantau
keperawatan selama (ankle ketidaknyamanan dan
2x 24 jam,tanda- bronchial index nyeri kita bisa
tanda vital pasien ) dengan tepat mengetahui adanya
akan membaik 2. Perawatan keadaan abnormal
dengan criteria sirkulasi:insufisien pada perfusi jaringan
sebagai berikut : si vena c.meninggikan kaki
a. Denyut nadi a. Nilai dengan 20 º atau lebih
radial,dari skala odem,nadi maka dapat mencegah
3(deviasi perifer adanya edema pada
sedang dari b. Monitor kaki serta
normal) 4 ketidaknyaman mengalirkan darah
(deviasi ringan an atau nyeri secara merata
dari normal) c. Tinggikan kaki 3.pengecekan kulit
b. tingkat 20 º atau lebih a. dengan mengetahui
pernapasan dari tinggi dari kaki perubahan pada
skala 3 (deviasi 3. Pengecekan kulit membrane mukosa kita
sedang dari a. Dokumentasi dapat mengetahui
normal) 4 perubahan adanya hipoksia

21
(deviasi ringan membran
dari normal) mukosa
c. Irama jantung
apical,dari skala
3(deviasi
sedang dari
normal)
4(deviasi ringan
dari normal)

22

Anda mungkin juga menyukai