DiajukanSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaKeperawatan
I. IDENTITAS PENULIS
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : BelumMenikah
Raya.
Email : Jennyrpay@gmail.com
SD N 04 BelitangTahun 2002-2009
MA QodratullahLangkanTahun 2012-2015
Nama :
Jenny RamadonaPutriArdiYudha
NIM :
21115063
Program Studi :
Ilmu Keperawatan
Judul :
DampakPerilakuBullying Verbal PadaRemaja di Palembang
Tahun 2019
Jumlah Halaman : 65 Halaman
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“DampakPerilakuBullying PadaRemaja di Palembang Tahun 2019”. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi, C.P.,M.Kes selaku ketua STIKes Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Anita Apriany, S.Kep.,Ns.,M.Bmd selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ibu AyuDekawaty, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I,dan
IbuInneYellisni,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II, atas bimbingan,
saran, waktu, dan kesabarannya yang telah diberikan kepada saya sejak awal
hingga selesai penulisan skripsi ini.
4. IbuPujiSetyaRini, S.Kep.,Ns.,M.Kesselakupenguji I, danIbuIlitPuspita,
S.Kep.,Ns.,M.Kepselakupenguji II.
5. TempatPenelitian SMA Muhammadiyah 2 Palembang.
6. DosensertaStaf Program StudiIlmuKeperawatanSTIKesMuhammadiyah
Palembang.
7. Kedua orang tuasaya yang
sangatsayacintaidansayangiBapakDrs.H.M.Supardi, M.B.A.,MM
danIbuHj.Nurhayati, S.Pdiyang selalumendukungsaya, memberikansemangat,
sertaselalumendo’akansaya agar menjadi yang terbaik, yang
selalubekerjakerassampaiakhirnyasayadapatmenyelesaikansemuanyahinggasa
atini. Kalian adalahorang tuaterhebatdari Allah yang
sangatsayabanggakandansangatsayasyukuri.
8. Adiksayasatu-satunya yang sangatsayabanggakanM.RedhoImana Putra
ArdiYudha yang
telahmemberimotivasikepadasayadalammengerjakanskripsiini.
9. Ayuksaya Fatimah PrytamiKarim yang sayasayangiyang
memberimotivasisertadukungandalammengerjakanskripsiini.
10. TemanterbaiksayaMelaPujiani, yang sayasayangi yang
selalumemberimotivasisertadukungandalammengerjakanskripsiini.
11. Sahabat-sahabatsayaMeidarsiUtami, Marina Arfa, Dian Apriani, ResviAdriza,
danWildaDwiUllayayang sayasayangi
yangtelahmemberimotivasisertadukungandalammengerjakanskripsiini.
12. Teman-temansatuangkatan 2015 PSIK A dan B yang
telahberjuangbersamasejak semester pertamahinggapenyusunanskripsiini.
13. Teman-temansatubimbinganLussy,KakArie, Rafiq, Riefky, KakRahma,
KakUlfi, danKakAmikyang telahberjuangbersamasejakpertama
14. penyusunanskripsiini.
15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawamanfaat untuk
pengembangan ilmu di STIKes Muhammadiyah Palembang.
Palembang, Juli2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...........................................v
HALAMAN PUBLIKASI..............................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................vii
ABSTRAK.......................................................................................................viii
ABSTRACT.....................................................................................................ix
KATA PENGANTAR....................................................................................x
DAFTAR ISI...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
E. Ruang Lingkup........................................................................................7
F. Keaslian Penelitian..................................................................................8
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................59
LAMPIRAN....................................................................................................63
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah
mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan
dewasa, dengan periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja
merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia, karena
pada masa remaja terdapat suatu periode peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa.Pada masa peralihan ini remaja merasakan
adanya perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri seperti perubahan
pada fisik, kognitif, dan sosial emosional.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-
kanak ke masa dewasa.Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan
mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional,keadaan
emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon.Penelitian yang dilakukan oleh Wan (2012),yang berjudul
cognitive and emotional determinantsof delinquency behaviour
menyatakan bahwa, emosi negatif berupa stress yang mampu
menyebabkan perilaku kenakalan remaja.Emosi remaja lebih
mendominasi dan menguasai diri mereka dari fikiran yang realistis
(Mansur,2009).
Menurut Slavin (2009), mengatakan bahwa remaja mengalami
kegoncangan emosi negatif yang disebabkan oleh tekanan-tekanan dan
ketegangan dalam mencapai kematangan fisik dan sosial.
MenurutUsman (2013), remaja yang memiliki konsep diri negatif
biasanya cenderung menjadi korban bullying. Hal tersebut dikarenakan
remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung menarik diri dari
lingkungannya (SEJIWA, 2008).
Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara
sadar serta disengaja yang mempunyai tujuan untuk menyakiti, seperti
menakuti melalui ancaman dan menimbulkan teror termasuk juga
tindakan yang direncakan maupun tindakan yang spontan dilakukan,
bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, langsung di hadapan seseorang
atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung
dibalik persahabatan, dilakukan secara individu atau dilakukan secara
bersama dengan kelompok, bullying akan selalu melibatkan adanya
ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, dan teror.
(Coloroso, 2007).
Bullying merujuk pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
pelaku (bully/bullies) yang memiliki kekuatan atau kekuasaan kepada
orang lain yang dianggap lemah. Istilah bullying merujuk pada perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok
siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang
lebih lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri, dengan
tujuan menyakiti orang tersebut (Djuwita, 2008).
Sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan
kepribadian remaja, baik dalam cara mereka berpikir, bersikap maupun
cara mereka berperilaku. Dengan demikian diharapkan siswa tidak
melakukan hal yang tidak sesuai atau bahkan memperlihatkan perilaku
yang dapat merugikan orang lain. Konsep diri pada korban bullying
cenderung tidak mampu mempertahankan dirinya karena lemah
terhadap faktor internal dan faktor eksternal (Argiati, 2010).Tindakan
kekerasan dan perilaku bullying banyak muncul pada remaja di
kalangan pelajar sekolah, dikarenakan pada masa remaja muncul sifat
egois yang sangat tinggi. Meskipun begitu di masa ini seorang remaja
diharapkan mampu serta dapat mengontrol perasaan mereka dan
mampu untuk mengendalikan serta dapat memahami gejolak emosi
sehingga akan tercapai kondisi emosional dan mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan, dengan begitu remaja akan mampu menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan dengan baik (Paramitasari & Alfian, 2012).
Hasil survey yang dilakukan oleh The Health Behaviorin School
age Children (HBSC) tentang bullying di 40 negara menunjukan bahwa
Indonesia menempati ranking kedua didunia sebagai Negara tertinggi
untuk kasus bullying (WHO, 2006).Secara garis besar faktor penyebab
yang mempengaruhi perilaku bullying menurut Tumon (2014), yaitu
faktor keluarga, faktor sekolah, faktor teman sebaya. Menurut Usman
(2013), beberapa faktor yang menjadi pemicu perilaku bullying pada
remaja seperti jenis kelamin, tipe kepribadian anak, kepercayaan diri,
iklim sekolah serta peranan kelompok/teman sebaya.
Menurut Dewey (dalam Argiati, 2010), siswa berperilaku
bullying karena mereka memiliki keinginan kuat untuk diterima di
lingkungan sekitarnya sebagai bukti bahwa mereka cukup menarik bagi
lingkungan sekitar. Tindakan bullying dilakukan oleh seseorang yang
merasa dirinya berkuasa, pelaku bullying ingin memperlihatkan
kekuatan dan kekuasaannya di depan teman-temannya agar mereka
mengakuinya. Tindakan bullying terjadi secara terus menerus dengan
menyakiti, atau menganiaya korban.Bullying dilakukan secara fisik
(kasat mata), verbal (dengan menggunakan kata-kata), dan psikologis.
Bullying dapat terjadi di lingkungan mana pun. Bullying sangat tidak
memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga membuat para korban
bullying merasa takut diketahui tempat keberadaannya, rendah diri
serta tak berharga, sulit berkonsentrasi dalam proses belajar, tidak mau
bergerak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, malas untuk
bersekolah, menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan sulit
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, sulit berpikir jernih sehingga
prestasi akademiknya dapat merosot (Brooks, 2011).
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Provinsi Aceh menyatakan bahwa adanya peningkatan kasus
bullying di Aceh selama 3 tahun terakhir dari tahun 2013-2015, dimana
kasus bullying meningkat dua kali lipat dari 6 kasus meningkat menjadi
12 kasus. Lebih lanjut hasil survei tentang fenomena bullying di
lingkungan sekolah kota Banda Aceh yang dilakukan oleh para peneliti
Pulihers Institute, menyatakan bahwa persentase pelaku bullying
tertinggi terdapat pada kelompok siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
(38,37%), kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) (36,67%) dan
Sekolah Dasar (SD) (32,90%)3. Peringkat kedua ditempati kekerasan
verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul). Gambaran
kekerasan di SMP di tiga kota besar, yaitu Yogyakarta, 77,5%
(mengakui adanya kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada
kekerasan), Surabaya, 59,8% (ada kekerasan), Jakarta, 61,1% (ada
kekerasan) (Wiyani, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusantara,
dkk (2008).Jenis-jenisperilaku yaitu, bullying fisik, bullying verbal,
bullying psikologis.Hasil penelitian tersebut, menunjukkan dari 105
siswa SMA X dan Y Palembang yang dijadikan subjek penelitian,
terdapat 63 siswa atau 60% yang memiliki perilaku bullying yang
tinggi dan 42 siswa atau 40% siswa yang perilaku bullying yang
rendah. Dari hasil kategori terlihat bahwa lebih banyak menujukan
perilaku bullying tinggi.Bullying secara fisik (menendang, mencubit,
menghukum dengan lari keliling lapangan, dan lain-lain), verbal
(mengatai, menjuluki, menghina, mencela, menfitnah, memaki, atau
mengancam), dan psikologi (menjauhi, meneror, mengintimidasi,
diskriminasi, mengabaikan, memelototi, dan lain-lain).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa perilaku
bullying berupa ancaman atau penggunaan kekuatan fisik dapat
mengakibatkan cedera, kerusakan fisik, gangguan perkembangan
bahkan kematian baik terhadap seorang maupun kelompok
(Turkmen.,et al, 2013).Dampak bullying akan menghambat dalam
mengaktualisasikan dirinya karena perilaku bullying tidak akan
memberi rasa aman dan nyaman, dan akan membuat para korban
bullying merasa takut dan terintimidasi, rendah diri, tak berharga, sulit
berkonsentrasi dalam belajar, serta tidak mampu untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya (Sejiwa, 2008).
Bullying juga memiliki dampak secara jangka panjang dan
jangka pendek terhadap korban bullying.Dampak jangka pendek yang
ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami
penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah
yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti
kegiatan sekolah (Berthold dan Hoover, 2000). Sedangkan akibat yang
ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan
jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang
tidak menyenangkan dari teman-teman sebayanya (Berthold dan
Hoover, 2000).
Berdasarkan hasil peneliitian yang dilakukan oleh Hawker dan
Bulton (dalam Cowie & Jennifer, 2008), menemukan hasil bahwa
menjadi korban bullying sangat berkaitan dengan depresi, kesepian, dan
self-esteem yang rendah.Korban bullying, khususnya korban yang
kronis mengalami dampak peningkatan pada masalah kesehatan,
keuangan, dan sosial pada masa dewasa (Wolke et al., 2013).Bahkan
dampak terparah dari bullying dapat menyebabkan depresi yang
berujung pada bunuh diri. Berdasarkan sebuah studi longitudinal di
California yang mengambil sampel sebanyak 11 negara, menunjukkan
hasil bahwa orang dewasa cenderung melakukan bunuh diri ketika
mereka menjadi korban bullying di awal masa remaja (Copeland et al.,
2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23
februari 2019, guru BK di SMA X (Neneng) mengatakan bahwa
perilaku bullying yang ada pada SMA tersebut dilakukan oleh siswa
laki-laki maupun perempuan. Data di sekolah tersebut menunjukkan
bahwa di SMA tersebut terdapat 85% bullying verbal, salah satunya
yang terjadi pada siswa yang bernama An.D , jenis bullying yang
dilakukan temannya adalah bullying verbal. Bullying di lakukan karena
anak tersebut memiliki badan yang cukup gemuk dan memiliki warna
kulit yang cukup hitam. Guru BK SMA X mengatakan, bahwa akibat
dari perilaku bullying temannya sehingga berdampak pada siswa ini
tidak mau masuk sekolah selama 2 minggu, karena merasa takut akan di
ejek oleh teman sekelasnya, dan siswa tersebut menyampaikan kepada
guru BK bahwa harga dirinya seperti di injak-injak karena selalu di ejek
temannya.Maka dari itu sesuai dengan studi pendahuluan di atas,
peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang bullying di SMA
tersebut.
Berdasarkan teori di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku
bullying terjadi di kehidupan pergaulan remaja dengan usia 10-19
tahun, karena masa remaja tersebut terdapat peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa dengan perbahan sifat pada fisik, kognitif dan
social-emosional. Bullying sangat sering terjadi terutama di lingkungan
sekolah,karena sekolah merupakan faktor penentu perkembangan
kepribadian remaja dalam cara mereka berpikir maupun
berprilaku.bullying yang sering terjadi yaitu bullying secara verbal.
Bullying merupakan suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti
seseorang yang di lakukan berulang-ulang kali dengan sengaja, dampak
dari perilaku bullying tersebut mengakibatkan seorang korban bullying
merasa tidak aman dan dapat menurunkan tingkat percaya dirinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas dan menurut
studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti maka peneliti akan
melakukan penelitian tentang “Dampak Perilaku BullyingVerbal Pada
Remaja di kota Palembang”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perilaku
bullying verbal terhadap remaja di kota Palembang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang
benar terkait dampak perilaku bullying pada remaja
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah bahan masukan untuk
mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam bidang
keperawatan, khususnya ilmu keperawatan jiwa dan dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa dalam proses belajar.
b) Bagi Pelajar dan Remaja
Diharapkan agar remaja tidak melakukan kembali perilaku
bullying pada teman sebaya baik di sekolah maupun diluar sekolah.
c) Bagi Orang Tua
Diharapkan agar orang tua selalu memperhatikan anak dan
selalu memberi arahan pendidikan dalam keluarga kepada anak
serta dapat memberikan kasih sayang kepada anak agar anak tidak
merasa kurang dalam mendapat kasih sayang dari orang tua.
d) Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini tentu peneliti ingin mengetahui
serta ingin memahami seputar Pengalaman Perilaku Bullying
Pada Remaja di Kota Palembang lebih mendalam dengan
menerapkan ilmu dan hasil pengalaman belajar selama
mengikuti pendidikan di STIkes Muhammadiyah Palembang.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini termasuk keperawatan jiwa yang
dilaksanakan untuk mengetahui apa saja “Dampak Perilaku Bullyingverbal
di kota Palembang”.Subjek yang yang menjadi informan penelitian adalah
siswa pelaku bullying pada siswa SMA Muhammadiyah 2 Palembang dan
akan dilakukan penelitian pada bulan maret-april.
Pengumpulan data secara mendalam untuk mengetahui apa saja
dampak dari korban bullyingyang terjadi pada siswa di SMA tersebut.
F. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Sampel Variabel Hasil Persamaan Perbedaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa latin dikenal dengan “adolescence” yang
artinya ialah tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa. Menurut World Health Organization (WHO)2017,
remaja adalah masa tumbuh kembang manusia setelah masa anak-anak
dan sebelum masa dewasa dalam rentang usia 10-19 tahun. Adolesence
merupakan istilah dalam bahasa Latin yang menggambarkan remaja,
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Adolescence sebenarnya merupakan istilah yang memiliki arti yang luas
yang mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik
(Hurlock, 2010).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu,
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan
universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa
remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa.
Menurut Hurlock (1993) dalam Marmi (2015), masa remaja adalah
masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas dan
merupakan periode yang paling berarti.Menurut Bissir (1995) dalam
Marmi (2015), remaja adalah mereka yang telah meniggalkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab.
Remaja merupakan penggunaan istilah untuk menyebutkan masa
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa, ada yang
memberi istilah puberty (Inggris), pubertiet (Belanda), pubertas (Latin)
yang berarti kedewasaan yang dilandasi olehs ifat dan tanda-tanda
kedewasaan.
2. Tahapan Remaja
Menurut Widyastuti (2009) dalam Rischa (2016), tumbuh
kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikutnya :
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) umur 11-13tahun.
Dengan ciri khas yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya,
mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence)umur 14-16 tahun.
Dengan ciri khas yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence)umur 17-20 tahun. Dengan ciri
khas mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa
cinta, pengugkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang
konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap
mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak memiliki batasan yang jelas
karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatic pada remaja yaitu
peningkatan masa tulang, otot, masa lemak, kenaikan berat badan,
perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-
laki maupun perempuan walupun polanya berbeda.Selain itu
khususnya (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja
wanita dan rambut maka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.
a) Peningkatan emosional .
Peningkatan emosional ini merupaknan hasil dari perubahan
fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja
berada dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja
misalnya mereka di harapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-
anak, mereka harus lebih mandiri dan tanggung jawab.
b) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan
seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan
diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi
secara cepat baik perubahan internal maupun eksternal.Perubahan
internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi.Sedangkan perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
c) Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantiakan dengan hal menarik yang
baru dan lebih menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung
jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan
untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih
penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhungan dengan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
dewasa.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Harvighurs (Hurlock, 1990) dalam Ali dan Asrori (2012),
ada sejumlah tugas perkembanganyang harus diselesaikan dengan baik
oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita:
1) Hakikat tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan
anak laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa di antara orang dewasa
dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain.
2) Dasar biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu
laki-laki dan perempuan.Kematangan seksual dicapai selama masa
remaja.
3) Dasar psikologis
Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah
laku sebagaimamna orang dewasa. Adapun dalam kelompok lain
jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri
lebih cenderung cepat matang dari pada remaja putra dan lebih
cenderung tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa
tahun lebih tua. Kecendrungan ini akan berlangsung sampai mereka
kuliah diperguruan tinggi.
3) Dasar psikologis
Peran sosial pria dan wanita memang berbeda.Remaja putra
perlu menerima peran sebagai seorang pria dan remaja putri perlu
menerima peran sebagai seorang wanita.Tetapi remaja putri lebih
cenderung mengutamakan ketertarikanya kepada karir,
mengagumi ayah atau kakak dan ingin bebas dari peran sosialnya
sebagai istri atau ibu yang mendukung suami.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif
1) Hakikat tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan
kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta
mengunakanya secara efektif
2) Dasar biologis
Perkemangan remjaa disertai dengan pertumbuhan fisik dan
seksual.Laju pertumbuhan gadis lebih cepat dari pada pemuda.
3) Dasar psikologis
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disetai dengan
perubahan sikap dan minat remaja.Remaja suka memperhatikan
perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri.
2) Dasar biologis
Kematangan seksual individu. Individu yag tidak
memperoleh kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk
membangungkan ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa
berlangsung tanpa memngubah ikatan emosional yang meningkat
terhadap orang tua.
3) Dasar psikologis
Pada asa ini, remaja ingin bebas namum dirasa bahwa
dewasa itu cukup rumit dan asing baginya.Dalam keadaan
semacam ini, remaja masih mengaharapkan perlindungan orang
tua, sebaliknya orang tua mengiginkan anaknya berkembang
menjadi lebih dewasa.Keadaan inilah yang menjadikan remaja
sering memberontak pada otoritas orang tua.
B. Bullying
1. Pengertian Bullying
Olweus (Flynt & Morton, 2006) mengartikan bullying sebagai
suatu perilaku agresif yang diniatkan untuk menjahati atau membuat
individu merasa kesusahan, terjadi berulang kali dari waktu ke waktu dan
berlangsung dalam suatu hubungan yang tidak terdapat keseimbangan
kekuasaan atau kekuatan di dalamnya.Tindakan penculikan, penganiayaan
bahkan intimidasi atau ancaman halus bukanlah sekedar masalah
kekerasan biasa. Tindakan ini disebut bullying, karena tindakan ini sudah
bertahun-tahun dilakukan secara berulang, bersifat regeneratif, menjadi
kebiasaan atau tradisi yang mengancam jiwa korban, bullying
diidentifikasikan sebagai suatu perilaku yang tidak dapat diterima dan
kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan tindakan
agresif yang lebih jauh (Sejiwa, 2008).
Menurut Sulivan (2005), menambahkan definisi bullying sebagai
tindakan agresif adalah tindakan negative dan sering kali aggressive atau
manipulative yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang terhadaap
orang lain yang menjadi korban dalam kurun waktu tertentu dan biasanya
terdapat ketidakseimbangan kekuasaan antara kedua belah pihak.
Bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah,
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korabannya secara
fisik maupun emosional (Coloroso, 2017).
2. Bentuk-Bentuk Bullying
Menurut Coloroso (2007), Bentuk-bentuk bullying
Adaempatbentuk bullying yaitu (Pramudia, 2016) :
a. Physical bullying
Bentuk bullying yang paling dapat terlihat dan paling mudah untuk
diidentifikasi adalah bullying secara fisik.Bentuk ini meliputi
menampar, memukul, mencekik, mencolek, meninju, menendang,
menggigit, menggores, memelintir, meludahi, merusak pakaian atau
barang dari korban.
b. Verbal bullying
Kata-kata bisa digunakan sebagai alat yang dapat mematahkan
semangat anak yang menerimanya.Verbal abuse adalah bentuk yang
paling umum dari bullying yang digunakan baik anak laki-laki maupun
perempuan.Hal ini dapat terjadi pada orang dewasa dan teman sebaya
tanpa terdeteksi.Verbal bullying dapat berupa teriakan dan kericuhan
yang terdengar.Hal ini berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit pada
pelaku bullying dan dapat sangat menyakitkan pada korban bullying.
Verbal bullying dapat berbentuk name-calling (memberi nama
julukan), taunting (ejekan), belittling (meremehkan), cruel criticsm
(kritikan yang kejam), personal defamation (fitnah secara personal),
racist slurs (menghina ras), sexually suggestive (bermaksud/bersifat
seksual) atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar). Hal ini juga
meliputi pemerasan uang atau benda yang dimiliki, panggilan telepon
yang kasar, mengintimidasi lewat e-mail, catatan tanpa nama yang
berisi ancaman, tuduhan yang tidak benar, rumor yang jahat dan tidak
benar.
c. Relational bullying
Bentuk ini adalah yang paling sulit untuk dideteksi, relational
bullying adalah pengurangan perasaan “sense‟ diri seseorang yang
sistematis melalui pengabaian, pengisolasian, pengeluaran,
penghindaran.Jenis bullying ini merupakan jenis bullying berupa
pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap yang
tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas,
cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek..Relational
bullying paling sering terjadi pada tahun-tahun pertengahan, dengan
onset remaja yang disertai dengan perubahan fisik, mental, emosional,
dan seksual.Pada waktu inilah, remaja sering menggambarkan siapa diri
mereka dan mencoba menyesuaikan diri dengan teman sebaya.
d. Cyber bullying
Cyber bullying adalah bentuk bullying yang terbaru karena
semakin berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada
intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari
pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial
lainnya.Bentuknya berupa mengirim pesan yang menyakitkan atau
menggunakan gambar , meninggalkan pesan voicemail yang kejam,
menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa
( silent calls ), membuat website yang memalukan bagi si korban, dan si
korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room.
b. Faktor Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini,
siswa-siswa sebagai pelaku bullyingakan mendapatkan penguatan
terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap siswa
lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa
hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
d. Faktor Media
Saat ini media menjadi komponen kehidupan yang dapat
mempengaruhi pola kehidupan bagi seseorang baik itu media cetak
maupun elektronika, pengaruh yang ditimbulkan dapat saja positif atau
negative tergantung dari penggunaan media tersebut. Oleh karena itu
menggunakan media sesuai fungsi utamanya yaitu menjadi sumber
belajar harus menjadi pilihan utama dalam membimbing anak, sebab
jika lepas kendali akan dapat dipastikan anak memilih informasi dan
tontonan yang dapat merusak moral dan perilakunya. Diantara pengaruh
negative yang langsung atau tidak langsung adalah tindakan kekerasan
atau bullying yang terjadi pada peserta didik, seperti hasil penelitian
international mengindikasikan bahwa anak dan remaja yang melihat
kekerasan yang ada di TV, Video, dan film seringkali menjadi agresif
dan memiliki empati yang lebih rendah pada korban agresifitas
(Olweus, 1993). Dalam hal tersebut didukung oleh Pearce (2002), yang
menyatakan bahwa bagi beberapa anak yang menonton TV dapat
memancing agresivitas mereka.Dengan demikian yang disimpulkan
oleh Rahmadara (2012), bahwa media dapat menimbulkan tindakan
bullying yang meningkat pada anak.
4. Karakteristik Bullying
Menurut Anesty (2009),ciri-ciri pelaku bullyingmempunyai beberapa
karakteristik, antara lain:
a. Kurang pemahaman akan apa yang di katakan orang lain
b. Sering memuncul dugaan yang salah
c. Memiliki memori yang selektif
d. Sangat pencuriga
e. Terlihat cerdas namun penampilan sebenarnya tidak demikian
f. Tidak kreatif
g. Kebutuhan implusif untuk mengontrol orang lain
h. Tidak belajar dari pengalaman
Pelaku bullying dapat diartikan sesuai dengan pengertian bullying
yaitu bahwa pelaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku
dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Korban yang sudah
merasa menjadi bagian dari kelompok dan ketidakseimbangan pengaruh
atau kekuatan lain akan mempengaruhi intensitas perilaku bullying ini.
Semakin subjek yang menjadi korban tidak bisa menghindar atau
melawan, semakin sering perilaku bullying terjadi.Selain itu, perilaku
bullying dapat juga dilakukan oleh teman sekelas baik yang dilakukan
perseorangan maupun oleh kelompok (Wiyani, 2012).
Ciri korban bullying antara lain (Susanto, 2010) :
a. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak
menjadi korban atau sebaliknya.
b. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan
orang tua mereka.
c. Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai
orang yang bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah,
dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi.
d. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih
sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik.
Dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering
mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-kata atau
bullying verbal.
e. Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan
penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai
kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial. Korban bullying
kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak bersikap aktif
dalam sebuah aktifitas.
5. Dampak Bullying
Bullyingakanmenimbulkan dampak yang sangat merugikan, tidak
hanya bagi korban tetapi juga bagi pelakunya (Craig & Pepler, 2007).
Menurut Coloroso (2006), pelaku bullying akan terperangkap dalam peran
sebagai pelaku bullying, mereka tidak dapat mengembangkan hubungan
yang sehat, kurang cakap dalam memandang sesuatu dari perspektif lain,
tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai
sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang
akan datang. Sementara dampak negatif bagi korbannya adalah akan
timbul perasaan depresi dan marah. Mereka marah terhadap diri sendiri,
pelaku bullying, orang dewasa dan orang-orang di sekitarnya karena tidak
dapat atau tidak mau menolongnya.Hal tersebut kemudian mulai
mempengaruhi prestasi akademik para korbannya. Mereka mungkin akan
mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan karena tidak mampu
mengontrol hidupnya dengan cara-cara yang konstruktif (Pramudia 2016).
Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh Trisnani & Wardani
(2016), perilaku bullying merupakan tindakan yang sangat berbahaya
dan tidak boleh ditiru karena membawa dampak traumatik luar biasa
yang dapat mempengaruhi kehidupan anak ataupun remaja pada tahap
perkembangan selanjutnya. Perilaku bullying harus segera di hentikan
meskipun dalam mewujudkannya membutuhkan bantuan dari berbagai
elemen pendidikan seperti guru, siswa sendiri, keluarga dan seluruh staf
sekolah, sehingga bullying tidak disikapi sebagai suatu tindakan wajar dan
bukan bentuk dari penyiksaan yang menimbulkan korban.
Menurut Peterson (dalam Berthold dan Hoover, 2000), bullyingakan
mempengaruhi self esteem korbannya dan hal tersebut merupakan
pengaruh yang ditimbulkan dari pengaruh jangka panjang. Demikian pula
Olweus (dalam Berthold dan Hoover, 2000) menyatakan bahwa bullying
memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan korbannya hingga dewasa.
Saat masa sekolah akan menimbulkan depresi dan perasaan tidak bahagia
untuk mengikuti sekolah, karena dihantui oleh perasaan cemas dan
ketakutan. Selain itu menurut Swearer dkk (2010), korban bullying juga
merasa sakit, menjauhi sekolah, prestasi akademik menurun, rasa takut
dan kecemasan meningkat, adanya keinginan bunuh diri, serta dalam
jangka panjang akan mengalami kesulitan-kesulitan internal yang meliputi
rendahnya self esteem, kecemasan, dan depresi. Korban bullying
cenderung merasa takut, cemas, dan memiliki self esteem yang lebih
rendah dibandingkan anak yang tidak menjadi korban bullying (Pramudia
2016).
Duncan (dalam Aluedse, 2006) juga menyatakan bila dibandingkan
dengan anak yang tidak menjadi korban bullying, korban bullying akan
memiliki self esteem yang rendah, kepercayaan diri rendah, penilaian diri
yang buruk, tingginya tingkat depresi, kecemasan, merasa tidak aman,
panik dan gugup di sekolah, konsentrasi terganggu, penolakan oleh rekan
atau teman, menghindari interaksi sosial, lebih tertutup, memiliki sedikit
teman, terisolasi, dan merasa kesepian. Penelitian yang dilakukan di
Swedia mengenai dampak bullying terhadap korbannya menunjukkan
bahwa remaja yang saat berusia 16 tahun pernah mengalami bullying
akan mengalami penurunan self esteem dan peningkatan kadar depresi
(Pramudia 2016).
Korban bullying cenderung menunjukkan gejala peningkatan
kecemasan dan depresi (Hodges & Perry dalam Arseneault dkk., 2009),
self esteem yang rendah dan keterampilan sosial yang buruk (Egan &
Perry, dalam Arseneault, dkk., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Riauskina dkk.(2005), juga menemukan bahwa korban merasakan banyak
emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak
nyaman, terancam) ketika mengalami bullying, namun tidak berdaya
menghadapi kejadian bullying yang menimpa mereka.Dalam jangka
panjang emosi-emosi tersebut dapat berujung pada munculnya perasaan
rendah diri dan merasa bahwa dirinya tidak berharga. (Pramudia 2016)
Korban akan merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam,
kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman dan merasa terancam saat
mengalami bullying, dan dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat
berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak
berharga serta kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk
timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas
berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-
gejala gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder)
(Riauskina, 2005).
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas
cakupannya. Remaja yang menjadi korban bullying lebihberisiko
mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi
korban bullying , antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa
hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut
dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah,
dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Contoh kasus
terjadi pada seorang siswa sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung diri
menggunakan dasi karena dibully oleh teman sekolahnya. Bocah berumur
8 tahun ini menjadi korban bullying secara fisik.Ia kerap dipukuli oleh
teman-temannya di sekolah. Contoh lain datang dari Texas, seorang
remaja perempuan nekat menembakkan pistol ke dadanya sendiri hingga
tewas karena ia merasa dihujat habis-habisan di dunia maya.
C. Kerangka Teori
Perkembangan Masa
Remaja
Masa remaja awal
Masa remaja pertengahan
Masa remaja lanjut (Rischa,
2016)
Bagan 2.1
Kerangka Teori
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Karena
metode kualitatif dianggap tepat untuk memperoleh gambaran dari
”Dampak Perilaku BullyingVerbal Pada Remaja di Kota Palembang”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi, diharapkan deskripsi dari fenomena yang tampak di
lapangan dapat terlihat makna dan isinya lebih mendalam mengenai
makna dari ”Dampak Perilaku BullyingVerbal Pada Remaja di Kota
Palembang”.
MenurutCreswell dikutip Eddles-Hirsch(2015), yang menyatakan
bahwa definisi dari penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang
tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena individu dalam dunia sehari-hari.
Fenomenologi adalah pendekatan yang dimulai untuk memahami
atau mempelajari pengalaman hidup manusia, pendekatan ini berevolusi
sebuah metode penelitian kualitatif yang matang dan dewasa selama
beberapa dekade pada abad ke dua puluh. Fokus umum penelitian ini
untuk memeriksa/meneliti esensi atau struktur pengalaman ke dalam
kesadaran manusia (Tuffour, 2017).Pendekatan fenomenologi adalah salah
satu ilmu tentang fenomena atau sesuatu yang nampak ditengah
masyarakat, untuk menggali makna esensi yang terkandung di dalamnya.
Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman
fenomenologikal, dan suatu studi yang mempelajari tentang kesadaran dari
prespektif pokok dari seseorang (Husserl dalam Moleong, 2013).
Menurut Alase (2017), fenomenologi adalah sebuah metodologi
kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan
kemampuan subjektivitas dan interpersonalnya dalam proses penelitian
eksploratori. Menurut Van Manen (2011), ada beberapa jenis pendekatan
fenomenologi yaitu, fenomenologi transenden, linguistik, eksistensial, dan
hermeneutik.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi transenden atau deskriptif, karena melalui
pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran yang jelas dan
mendalam untuk mengungkap pengalaman yang di rasakan individu terkait
dampak perilaku bullying pada remaja.
2. Responden
Responden adalah semua orang baik secara individu maupun
kolektif yang akan dimintai keterangan yang diperlukan oleh pencari
data.Jumlah partisipan yang dijadikan sampel dalam penelitian
kualitatif sangat ditentukan oleh adanya pengulangan informasi atau
saturasi data. Saturasi data artinya tidak ada lagi informasi yang
didapatkan pada pertanyaan yang sama pada partisipan berikutnya.
Jika tidak ada informasi yang didapatkan lagi maka pengambilan data
dapat dihentikan (Moleong, 2013).
2) Pedoman Wawancara
Dalam melakukkan wawancara sebelumnya peneliti harus
menyiapkan pedoman wawancara berupa pertanyaan semi
terstruktur untuk membantu peneliti agar pertanyaan yang
diajukan tetap mengarah pada tujuan penelitian dan mengamati
kondisi lingkungan selama proses wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data
sekunder adalah catatan atau dokumentasi yang ada di lokasi
penelitian tersebut. (Uma Sekaran, 2011)
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dibagi dalam 2 tahap, yaitu:
1) Fase Orientasi
Fase ini dilakukkan setelah informan setuju untuk menjadi
informan penelitian dengan menandatangani informed consent
sebagai bukti persetujuan menjadi informan setelah diberikan
penjelasan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menanyakan
kondisi informan dan kesiapan informan untuk melakukkan
wawancara.Peneliti juga menciptakan suasana lingkungan yang
nyaman bagi informan.Penciptaan lingkungan yang meliputi
posisi berhadapan, suasana nyaman, dan tidak bising.Sebelum
melakukan wawancara peneliti menyiapkan terlebih dahulu
lembar pedoman wawancara, alat tulis, serta handphone yang
diletakkkan tidak jauh dari informan agar suara terekam dengan
jelas serta dokumentasi menggunakan kamera (handphone).
2) Fase Kerja
Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang sudah
disiapkan sebelumnya untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Urutan
wawancara tidak tergantung pada pedoman wawancara tetapi
sesuai dengan arah pembicaraan informan.Apabila informan
tidak dapat memberikan informasi maka peneliti memberikan
contoh, atau perumpamaan untuk memudahkan informan
memahami maksud pertanyaan peneliti. Proses wawancara
berhenti apabila informasi yang didapat sudah sesuai dengan
tujuan penelitian. Wawancara berlangsung kurang lebih 60 - 90
menit. Selain itu peneliti juga harus membuat catatan lapangan
selama proses wawancara untuk menggambarkan suasana, sikap
non verbal yang ditampilkan informan ketika menyampaikan
pengalamananya, serta peristiwa yang akan ditemukan pada saat
wawancara berlangsung.
c. Tahap Terminasi
Tahapan ini dilakukkan setelah informasi yang diberikan oleh
informan sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti menutup
wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas kerja samanya
dan peneliti melakukkan kontrak kembali setelah transkrip selasai
untuk validasi data.
F. Etika Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukkan, peneliti perlu
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan etika penelitian. Adapun
etika penelitian menurut(Polit&Beck, 2012) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat (Beneficence)
Penelitian ini harus mengutamakan kebaikan dan manfaat yang
diperoleh informan dengan cara memperhatikan hak informan untuk bebas
dari kerugian dan ketidaknyamanan. Manfaat pada penelitian ini bagi
informan adalah penelitian ini membantu partisipan mengenali
perasaannya mengenai dukungan yang diberikan keluarga serta beban
yang dirasakan partisipan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Neneng Kurniasih,
5 GURU/SEKOLAH Pembina Ekstrakurikuler
S.Pd
C. Analisa Tematik
“…ya, karena aku ngga bisa sebut “R” jadi anak-anak kelas
ngetawain aku semua…” P.1
“…aku di katain teman sekelas karena badan aku tinggi dan
kulit ku hitam di banding teman sekelas lainnya …” P.2 Verbal
“…ngatain aku dengan omongan kotor, ngejek aku pendek,..” taunting
(ejekan)
P.3
“…mereka ngatain anak baru ngomongnya ngga jelas
tertawa mengejek-ejek…” P.4
“…pernah waktu itu di katain oleh kakak kelas kusok cantik
…” P.1 Cruel critism Bullying
“…teman aku ngatain ngga usah ikut ekskul lagi,kata teman Verbal
(kritikan yang
aku, aku ngga bisa apa-apa sok-sokan mau ikut lomba…” P.2 kejam)
“…mereka ngatain aku bodoh, plin plan dan ngga bisa apa-
apa …” P .3
“…teman sekelas aku itu bilang aku cupu, culun, dan
harusnya aku sekolah di SLB …” P.4
Bagan 4.1
Tema :Bullying Verbal
- Waktu perkenalan , saya kan ngga bisa ngomong “R” waktu sekali
ngomong mau perkenalan itu jelas banget kalo aku ngga bisa sebut “R”
jadi anak-anak itu ngetawain semua. (P.1)
- ya, karena badan aku tinggi dan kulit ku hitam di banding teman sekelas
lainnya jadi aku di katain (P.2)
- ngatain aku dengan omongan kotor, ngejek aku pendek.(P.3)
- sampai setelah perkenalan , aku duduk di bagian tengah yang duduk di
belakang aku anak-anak yang satu geng kak, jadi aku dengar mereka
ngatain aku anak baru ngomong ngga jelas sambil seperti tertawa
mengejek-ejek gitu kak..(P.4)
Bagan 4.2
- kadang ngga percaya diri kalo di suruh guru maju kedepan (P.1)
- iya, jadi tambah emosi tapi emosinya ngga aku liatin, mendem sendiri,
terus tu jadi ngga percayo diri juga. (P.2)
- ada dampaknya aku nya jadi ngga percaya diri (P.3)
- iya kak, aku ngerasa ada perubahan dalam percaya diri kak. Aku tu di
SMA yang sebelumnya anaknya lumayan percaya diri, sering maju ke
depan kelas nulis kalo di suruh guru. Nah, semenjak pindah di sini aku
jadi ngga percaya diri karena aku takut kak kalo aku maju nanti malah di
ejek mereka kak.(P.4)
- sebenarnya mau di lawan gimana, makanya sering diam aja , kalo kesal
juga sering aku bentak balik (P.1)
- sabar aja, walaupun sering di katain, di hina dan sebagainya. Sama
seperti mama dulu, mama dulu juga seperti itu di katain oleh keluarga
mama, tapi mama cuma sabar, mama ngajarin buat sabar kecuali kalau
sudah kelewatan batas (P.2)
- aku pernah ngomong ke mereka “ ngga usah kayak itu “ , tapi masih gitu.
Jadi ya aku diamin ajalah buat ngatasi nya. (P.3)
- tapi yaudahla hadapi dengan sabar aja kak, semua nanti akan berubah
sendiri.(P.4)
- ngga aku hirau kan kak orang-orang yang bully, mungkin mereka lebih
sempurna dari pada aku (P.1)
- yaa biarin aja kak orang mau ngatain kita apa, ngga usah di hirauin terus
sambil ngomong dalam hati kita harus sabar, karena sabar itu di sayang
Allah (P.2)
- caranya yaaa..misal nya mereka masih ngatain aku, aku nya sabar terus
ngga aku peduliin lah mereka (P.3)
- kalo aku kak, cara memotivasi diri aku ya aku ingat terus kata-kata ibu
aku. jadi aku kalo setiap di ejek mereka aku langsung ingat kata-kata ibu
aku untuk ngga usah respon mereka. (P.4)
BAB V
PEMBAHASAN
1. Bullying Verbal
2. Psikologis Bullying
A. Simpulan
Tema yang kedua dampak bullying dari hasil wawancara yang didapat dari
3 informan semuanya mengatakan setelah mereka di bully mereka menjadi
tisak percaya diri lagi dan 2 diantara nya mengatakan sakit hati kepada
pelaku bullying, dan 1 nya mengatakan ada peningkatan emosi yang terjadi
pada dirinya.
Tema yang ketiga adalah Perilaku dalam menghadapi bullying dari hasil
wawancara dari 3 informan semuanya mengatakan bahwa cara mencegah
perilakubullying adalah dengan cara bercerita kepada guru di sekolah tersebut
agar pelaku bullying tidak mengulangi nya kembali dan mengatasi
perilakubullying2 di antara nya mengatakan hanya diam dan 1 nya
mengatakan mengatasi nya dengan cara bersabar.
B. Saran
C. Keterbatasan Penelitian
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/1057/891.Diakses
pada tanggal 09 februari 2019.
B. Pelaksanaan
1. Identitas Informan
a. Nama Inisial :
b. Alamat :
c. Jenis Kelamin :
d. Umur :
2. Keterangan Pewawancara
a. Nama Pewawancara :
b. Tanggal Pewawancara :
c. Lama Pewawancara :
d. Situasi Pewawancara :
C. Pertanyaan Wawancara
1. Coba anda jelaskan bullying seperti apa saja yang pernah anda
rasakan?
2. Coba anda jelaskan apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anda
menjadi di bullying?
3. Bagamaina menurut anda cara mengatasi perilaku bullying?
4. Bagaimana perasaan anda terhadap orang yang membully anda?
5. Apakah perilaku bullying itu membuat mental anda down?
6. Coba anda ceritakan seberapa sering anda di bullying?
7. Apakah anda pernah melapor ke orang tua tentang perilaku
bullying yang anda rasakan?
8. Bagaimana cara memotivasi diri anda sendiri dalam menghadapi
bullying?
9. Bagaimana cara anda mencegah perilaku bullying yang dilakukan
teman anda?
10.Apakah dampak bullying yang anda rasakan?