Anda di halaman 1dari 80

Skripsi

STUDI FENOMENOLOGI :DAMPAK PERILAKU BULLYING


VERBALPADA REMAJA DI KOTA PALEMBANG

DiajukanSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaKeperawatan

JENNY RAMADONA PUTRI ARDI YUDHA


21115063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PENULIS

Nama : Jenny RamadonaPutriArdiYudha

Tempat / TanggalLahir : Palembang 22 Januari 1997

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : BelumMenikah

Nama Orang Tua : H.M.SupardidanHj.Nurhayati

Alamat : DesaRantau Jaya Rt.002 Rw.002

Kel.Rantau Jaya Kec.BelitangMadang

Raya.

Email : Jennyrpay@gmail.com

II. RIWAYAT HIDUP

SD N 04 BelitangTahun 2002-2009

SMP N 01 BelitangTahun 2009-2012

MA QodratullahLangkanTahun 2012-2015

PSIK StikesMuhammadiyah Palembang Tahun 2015-2019


ABSTRAK

Nama :
Jenny RamadonaPutriArdiYudha
NIM :
21115063
Program Studi :
Ilmu Keperawatan
Judul :
DampakPerilakuBullying Verbal PadaRemaja di Palembang
Tahun 2019
Jumlah Halaman : 65 Halaman

Latar Belakang :Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara


sadar serta disengaja yang mempunyai tujuan untuk menyakiti, seperti menakuti
melalui ancaman dan menimbulkan teror termasuk juga tindakan yang direncakan
maupun tindakan yang spontan dilakukan, bersifat nyata atau hampir tidak
terlihat, langsung di hadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk
diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan secara individu
atau dilakukan secara bersama dengan kelompok, bullying akan selalu melibatkan
adanya ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, dan teror. Tujuan
penelitian ini Tujuan Penelitian : ini untuk mengetahui dampak perilaku
bullying terhadap remaja di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.Metode
Penelitian: ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi, diharapkan deskripsi dari fenomena
yang tampak di lapangan dapat terlihat makna dan isinya lebih mendalam
mengenai makna dari ”Dampak Perilaku Bullying Pada Remaja di Palembang
Tahun 2019”. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 10 siswa yang merupakan
korban bullying, dengan jumlah sampel sebanyak 4. Hasil penelitian : ini yaitu
Tema yang pertama adalah bullying verbal dari 4 informan semuanya mengatakan
sering di ejek dan di remehkan oleh teman sekelas mereka.Tema yang kedua
psikologibullying dari hasil wawancara yang didapat dari 4 informan semuanya
mengatakan setelah mereka di bully mereka menjadi tidak percaya diri lagi dan 2
diantara nya mengatakan sakit hati kepada pelaku bullying, dan 2 nya mengatakan
ada peningkatan emosi yang terjadi pada dirinya. Tema yang ketiga adalah
Perilaku dalam menghadapi bullying dari hasil wawancara dari 4 informan
semuanya mengatakan bahwa cara mencegah perilakubullying adalah dengan cara
bercerita kepada guru di sekolah tersebut agar pelaku bullying tidak mengulangi
nya kembali dan mengatasi perilakubullying2 di antara nya mengatakan hanya
diam dan 2 nya mengatakan mengatasi nya dengan cara bersabar.Kesimpulan :
Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat aspek
kesengajaan untuk mendiminasi, menyakiti, atau menyingkirkan adanya
ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif,
keterampilan, maupun status social dan dampak dari perilaku bullying sangat lah
banyak, di anataranya yaitu perubahan pada psikologis korban bullying, dan akan
terjadi traumatik pada diri korban.

Kata kunci : Perilaku Bullying, Remaja


Daftar Pustaka : 54 (2000-2014)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“DampakPerilakuBullying PadaRemaja di Palembang Tahun 2019”. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi, C.P.,M.Kes selaku ketua STIKes Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu Anita Apriany, S.Kep.,Ns.,M.Bmd selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ibu AyuDekawaty, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I,dan
IbuInneYellisni,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II, atas bimbingan,
saran, waktu, dan kesabarannya yang telah diberikan kepada saya sejak awal
hingga selesai penulisan skripsi ini.
4. IbuPujiSetyaRini, S.Kep.,Ns.,M.Kesselakupenguji I, danIbuIlitPuspita,
S.Kep.,Ns.,M.Kepselakupenguji II.
5. TempatPenelitian SMA Muhammadiyah 2 Palembang.
6. DosensertaStaf Program StudiIlmuKeperawatanSTIKesMuhammadiyah
Palembang.
7. Kedua orang tuasaya yang
sangatsayacintaidansayangiBapakDrs.H.M.Supardi, M.B.A.,MM
danIbuHj.Nurhayati, S.Pdiyang selalumendukungsaya, memberikansemangat,
sertaselalumendo’akansaya agar menjadi yang terbaik, yang
selalubekerjakerassampaiakhirnyasayadapatmenyelesaikansemuanyahinggasa
atini. Kalian adalahorang tuaterhebatdari Allah yang
sangatsayabanggakandansangatsayasyukuri.
8. Adiksayasatu-satunya yang sangatsayabanggakanM.RedhoImana Putra
ArdiYudha yang
telahmemberimotivasikepadasayadalammengerjakanskripsiini.
9. Ayuksaya Fatimah PrytamiKarim yang sayasayangiyang
memberimotivasisertadukungandalammengerjakanskripsiini.
10. TemanterbaiksayaMelaPujiani, yang sayasayangi yang
selalumemberimotivasisertadukungandalammengerjakanskripsiini.
11. Sahabat-sahabatsayaMeidarsiUtami, Marina Arfa, Dian Apriani, ResviAdriza,
danWildaDwiUllayayang sayasayangi
yangtelahmemberimotivasisertadukungandalammengerjakanskripsiini.
12. Teman-temansatuangkatan 2015 PSIK A dan B yang
telahberjuangbersamasejak semester pertamahinggapenyusunanskripsiini.
13. Teman-temansatubimbinganLussy,KakArie, Rafiq, Riefky, KakRahma,
KakUlfi, danKakAmikyang telahberjuangbersamasejakpertama
14. penyusunanskripsiini.
15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawamanfaat untuk
pengembangan ilmu di STIKes Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Juli2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS...........................................v
HALAMAN PUBLIKASI..............................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................vii
ABSTRAK.......................................................................................................viii
ABSTRACT.....................................................................................................ix
KATA PENGANTAR....................................................................................x
DAFTAR ISI...................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN..........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 6
E. Ruang Lingkup........................................................................................7
F. Keaslian Penelitian..................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Remaja
1. PengertianRemaja...............................................................................11
2. TahapanRemaja..................................................................................12
3. Ciri-ciriMasaRemaja..........................................................................12
4. Tugas-tugasPerkembanganRemaja.....................................................14
5. Bentuk-bentukKenakalanRemaja.......................................................16
6. Faktor-faktor Yang MempengaruhiKenakalanRemaja......................16
7. PerubahanKejiwaanPadaMasaRemaja...............................................17
B. Bullying
1. PengertianBullying............................................................................18
2. Bentuk-bentukBullying......................................................................18
3. PenyebabTerjadinyaBullying............................................................20
4. KarakteristikBullying........................................................................22
5. DampakBullying................................................................................23
6. PenelitianTerkaitBullying..................................................................26
C. Kerangka teori.........................................................................................27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. DesainPenelitian......................................................................................28
B. PopulasidanResponden............................................................................29
C. TempatdanWaktu....................................................................................30
D. Metode, Alat, danPengumpulan Data.....................................................30
E. PengolahandanAnalisis Data...................................................................34
F. EtikaPenelitian........................................................................................35

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. GambaranUmum SMA Muhammadiyah 2 Palembang........................37
B. DeskripsiInformanPenelitian................................................................38
C. AnalisaTematik.....................................................................................41

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................57


KeterbatasanPenelitian.....................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................59
LAMPIRAN....................................................................................................63
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 KeaslianPenelitian..................................................................8


DAFTAR BAGAN

Bagan2.1 Kerangka Teori.......................................................................27


Bagan4.1Tema :Bullying Verbal.............................................................42
Bagan 4.2 Tema :PsikologiBullying........................................................45
Bagan 4.3 Tema :PerilakuDalamMenghadapiBullying...........................48
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent


Lampiran 2 : PedomanWawancara
Lampiran 3 : Transkripwawancara P1
Lampiran 4 : Transkripwawancara P2
Lampiran 5 : Transkripwawancara P3
Lampiran 6 : Transkripwawancara P4
Lampiran 7 : Hasilanalisatematik
Lampiran 8 : PermohonanSuratIzinPenelitian
Lampiran 9 : SuratPengambilan Data Awal
Lampiran 10 : SuratIzinPenelitian
Lampiran 11 : SuratTelahMelakukanPenelitian
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah
mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan
dewasa, dengan periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja
merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia, karena
pada masa remaja terdapat suatu periode peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa.Pada masa peralihan ini remaja merasakan
adanya perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri seperti perubahan
pada fisik, kognitif, dan sosial emosional.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-
kanak ke masa dewasa.Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan
mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional,keadaan
emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon.Penelitian yang dilakukan oleh Wan (2012),yang berjudul
cognitive and emotional determinantsof delinquency behaviour
menyatakan bahwa, emosi negatif berupa stress yang mampu
menyebabkan perilaku kenakalan remaja.Emosi remaja lebih
mendominasi dan menguasai diri mereka dari fikiran yang realistis
(Mansur,2009).
Menurut Slavin (2009), mengatakan bahwa remaja mengalami
kegoncangan emosi negatif yang disebabkan oleh tekanan-tekanan dan
ketegangan dalam mencapai kematangan fisik dan sosial.
MenurutUsman (2013), remaja yang memiliki konsep diri negatif
biasanya cenderung menjadi korban bullying. Hal tersebut dikarenakan
remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung menarik diri dari
lingkungannya (SEJIWA, 2008).
Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara
sadar serta disengaja yang mempunyai tujuan untuk menyakiti, seperti
menakuti melalui ancaman dan menimbulkan teror termasuk juga
tindakan yang direncakan maupun tindakan yang spontan dilakukan,
bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, langsung di hadapan seseorang
atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung
dibalik persahabatan, dilakukan secara individu atau dilakukan secara
bersama dengan kelompok, bullying akan selalu melibatkan adanya
ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, dan teror.
(Coloroso, 2007).
Bullying merujuk pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
pelaku (bully/bullies) yang memiliki kekuatan atau kekuasaan kepada
orang lain yang dianggap lemah. Istilah bullying merujuk pada perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok
siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa atau siswi lain yang
lebih lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri, dengan
tujuan menyakiti orang tersebut (Djuwita, 2008).
Sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan
kepribadian remaja, baik dalam cara mereka berpikir, bersikap maupun
cara mereka berperilaku. Dengan demikian diharapkan siswa tidak
melakukan hal yang tidak sesuai atau bahkan memperlihatkan perilaku
yang dapat merugikan orang lain. Konsep diri pada korban bullying
cenderung tidak mampu mempertahankan dirinya karena lemah
terhadap faktor internal dan faktor eksternal (Argiati, 2010).Tindakan
kekerasan dan perilaku bullying banyak muncul pada remaja di
kalangan pelajar sekolah, dikarenakan pada masa remaja muncul sifat
egois yang sangat tinggi. Meskipun begitu di masa ini seorang remaja
diharapkan mampu serta dapat mengontrol perasaan mereka dan
mampu untuk mengendalikan serta dapat memahami gejolak emosi
sehingga akan tercapai kondisi emosional dan mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan, dengan begitu remaja akan mampu menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan dengan baik (Paramitasari & Alfian, 2012).
Hasil survey yang dilakukan oleh The Health Behaviorin School
age Children (HBSC) tentang bullying di 40 negara menunjukan bahwa
Indonesia menempati ranking kedua didunia sebagai Negara tertinggi
untuk kasus bullying (WHO, 2006).Secara garis besar faktor penyebab
yang mempengaruhi perilaku bullying menurut Tumon (2014), yaitu
faktor keluarga, faktor sekolah, faktor teman sebaya. Menurut Usman
(2013), beberapa faktor yang menjadi pemicu perilaku bullying pada
remaja seperti jenis kelamin, tipe kepribadian anak, kepercayaan diri,
iklim sekolah serta peranan kelompok/teman sebaya.
Menurut Dewey (dalam Argiati, 2010), siswa berperilaku
bullying karena mereka memiliki keinginan kuat untuk diterima di
lingkungan sekitarnya sebagai bukti bahwa mereka cukup menarik bagi
lingkungan sekitar. Tindakan bullying dilakukan oleh seseorang yang
merasa dirinya berkuasa, pelaku bullying ingin memperlihatkan
kekuatan dan kekuasaannya di depan teman-temannya agar mereka
mengakuinya. Tindakan bullying terjadi secara terus menerus dengan
menyakiti, atau menganiaya korban.Bullying dilakukan secara fisik
(kasat mata), verbal (dengan menggunakan kata-kata), dan psikologis.
Bullying dapat terjadi di lingkungan mana pun. Bullying sangat tidak
memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga membuat para korban
bullying merasa takut diketahui tempat keberadaannya, rendah diri
serta tak berharga, sulit berkonsentrasi dalam proses belajar, tidak mau
bergerak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, malas untuk
bersekolah, menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan sulit
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, sulit berpikir jernih sehingga
prestasi akademiknya dapat merosot (Brooks, 2011).
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Provinsi Aceh menyatakan bahwa adanya peningkatan kasus
bullying di Aceh selama 3 tahun terakhir dari tahun 2013-2015, dimana
kasus bullying meningkat dua kali lipat dari 6 kasus meningkat menjadi
12 kasus. Lebih lanjut hasil survei tentang fenomena bullying di
lingkungan sekolah kota Banda Aceh yang dilakukan oleh para peneliti
Pulihers Institute, menyatakan bahwa persentase pelaku bullying
tertinggi terdapat pada kelompok siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
(38,37%), kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) (36,67%) dan
Sekolah Dasar (SD) (32,90%)3. Peringkat kedua ditempati kekerasan
verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul). Gambaran
kekerasan di SMP di tiga kota besar, yaitu Yogyakarta, 77,5%
(mengakui adanya kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada
kekerasan), Surabaya, 59,8% (ada kekerasan), Jakarta, 61,1% (ada
kekerasan) (Wiyani, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nusantara,
dkk (2008).Jenis-jenisperilaku yaitu, bullying fisik, bullying verbal,
bullying psikologis.Hasil penelitian tersebut, menunjukkan dari 105
siswa SMA X dan Y Palembang yang dijadikan subjek penelitian,
terdapat 63 siswa atau 60% yang memiliki perilaku bullying yang
tinggi dan 42 siswa atau 40% siswa yang perilaku bullying yang
rendah. Dari hasil kategori terlihat bahwa lebih banyak menujukan
perilaku bullying tinggi.Bullying secara fisik (menendang, mencubit,
menghukum dengan lari keliling lapangan, dan lain-lain), verbal
(mengatai, menjuluki, menghina, mencela, menfitnah, memaki, atau
mengancam), dan psikologi (menjauhi, meneror, mengintimidasi,
diskriminasi, mengabaikan, memelototi, dan lain-lain).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa perilaku
bullying berupa ancaman atau penggunaan kekuatan fisik dapat
mengakibatkan cedera, kerusakan fisik, gangguan perkembangan
bahkan kematian baik terhadap seorang maupun kelompok
(Turkmen.,et al, 2013).Dampak bullying akan menghambat dalam
mengaktualisasikan dirinya karena perilaku bullying tidak akan
memberi rasa aman dan nyaman, dan akan membuat para korban
bullying merasa takut dan terintimidasi, rendah diri, tak berharga, sulit
berkonsentrasi dalam belajar, serta tidak mampu untuk bersosialisasi
dengan lingkungannya (Sejiwa, 2008).
Bullying juga memiliki dampak secara jangka panjang dan
jangka pendek terhadap korban bullying.Dampak jangka pendek yang
ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami
penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah
yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti
kegiatan sekolah (Berthold dan Hoover, 2000). Sedangkan akibat yang
ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan
jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang
tidak menyenangkan dari teman-teman sebayanya (Berthold dan
Hoover, 2000).
Berdasarkan hasil peneliitian yang dilakukan oleh Hawker dan
Bulton (dalam Cowie & Jennifer, 2008), menemukan hasil bahwa
menjadi korban bullying sangat berkaitan dengan depresi, kesepian, dan
self-esteem yang rendah.Korban bullying, khususnya korban yang
kronis mengalami dampak peningkatan pada masalah kesehatan,
keuangan, dan sosial pada masa dewasa (Wolke et al., 2013).Bahkan
dampak terparah dari bullying dapat menyebabkan depresi yang
berujung pada bunuh diri. Berdasarkan sebuah studi longitudinal di
California yang mengambil sampel sebanyak 11 negara, menunjukkan
hasil bahwa orang dewasa cenderung melakukan bunuh diri ketika
mereka menjadi korban bullying di awal masa remaja (Copeland et al.,
2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 23
februari 2019, guru BK di SMA X (Neneng) mengatakan bahwa
perilaku bullying yang ada pada SMA tersebut dilakukan oleh siswa
laki-laki maupun perempuan. Data di sekolah tersebut menunjukkan
bahwa di SMA tersebut terdapat 85% bullying verbal, salah satunya
yang terjadi pada siswa yang bernama An.D , jenis bullying yang
dilakukan temannya adalah bullying verbal. Bullying di lakukan karena
anak tersebut memiliki badan yang cukup gemuk dan memiliki warna
kulit yang cukup hitam. Guru BK SMA X mengatakan, bahwa akibat
dari perilaku bullying temannya sehingga berdampak pada siswa ini
tidak mau masuk sekolah selama 2 minggu, karena merasa takut akan di
ejek oleh teman sekelasnya, dan siswa tersebut menyampaikan kepada
guru BK bahwa harga dirinya seperti di injak-injak karena selalu di ejek
temannya.Maka dari itu sesuai dengan studi pendahuluan di atas,
peneliti tertarik untuk mengambil penelitian tentang bullying di SMA
tersebut.
Berdasarkan teori di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku
bullying terjadi di kehidupan pergaulan remaja dengan usia 10-19
tahun, karena masa remaja tersebut terdapat peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa dengan perbahan sifat pada fisik, kognitif dan
social-emosional. Bullying sangat sering terjadi terutama di lingkungan
sekolah,karena sekolah merupakan faktor penentu perkembangan
kepribadian remaja dalam cara mereka berpikir maupun
berprilaku.bullying yang sering terjadi yaitu bullying secara verbal.
Bullying merupakan suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti
seseorang yang di lakukan berulang-ulang kali dengan sengaja, dampak
dari perilaku bullying tersebut mengakibatkan seorang korban bullying
merasa tidak aman dan dapat menurunkan tingkat percaya dirinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas dan menurut
studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti maka peneliti akan
melakukan penelitian tentang “Dampak Perilaku BullyingVerbal Pada
Remaja di kota Palembang”

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak perilaku
bullying verbal terhadap remaja di kota Palembang

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang
benar terkait dampak perilaku bullying pada remaja
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah bahan masukan untuk
mengembangkan ilmu dan keterampilan dalam bidang
keperawatan, khususnya ilmu keperawatan jiwa dan dapat menjadi
referensi bagi mahasiswa dalam proses belajar.
b) Bagi Pelajar dan Remaja
Diharapkan agar remaja tidak melakukan kembali perilaku
bullying pada teman sebaya baik di sekolah maupun diluar sekolah.
c) Bagi Orang Tua
Diharapkan agar orang tua selalu memperhatikan anak dan
selalu memberi arahan pendidikan dalam keluarga kepada anak
serta dapat memberikan kasih sayang kepada anak agar anak tidak
merasa kurang dalam mendapat kasih sayang dari orang tua.
d) Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini tentu peneliti ingin mengetahui
serta ingin memahami seputar Pengalaman Perilaku Bullying
Pada Remaja di Kota Palembang lebih mendalam dengan
menerapkan ilmu dan hasil pengalaman belajar selama
mengikuti pendidikan di STIkes Muhammadiyah Palembang.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini termasuk keperawatan jiwa yang
dilaksanakan untuk mengetahui apa saja “Dampak Perilaku Bullyingverbal
di kota Palembang”.Subjek yang yang menjadi informan penelitian adalah
siswa pelaku bullying pada siswa SMA Muhammadiyah 2 Palembang dan
akan dilakukan penelitian pada bulan maret-april.
Pengumpulan data secara mendalam untuk mengetahui apa saja
dampak dari korban bullyingyang terjadi pada siswa di SMA tersebut.
F. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Sampel Variabel Hasil Persamaan Perbedaan

1 Tiara Dias Hubungan 105 Hubunga Hasil Variabel Desainpenelit


Arista Antara orang n Antara penelitian penelitian ian
(2015) Asertivitas siswa Asertivit menunjukan (Perilaku sampling.
Dengan Perilaku as bahwa perilaku Bullying pada Waktu
Bullying Pada Dengan bullying pada Siswa SMA) penelitian
SMA X Dan Y Perilaku siswa SMA X Tempatpeneliti
Palembang Bullying dan Y an
(Studi kasus Pada Palembang
siswa di 2 SMA SMA X 60% memiliki
kota Palembang) Dan Y perilaku
Palemba bullying yang
ng tinggi.

2 Nanda Regulasi Emosi 5 orang Regulasi Hasil dari Desain - Judul


Diti Pada Korban siswa Emosi penelitian ini penelitian - Waktu
Ellisyani Bullying Di Sma Korban menunjukkan sampling
dan Kiki Muhammadiyah Bullying beberapa tema tempat
Cahaya 2 Palembang Di SMA dalam regulasi penelitian
Setiawa (Studi kasus Muham emosi pada
(2016) siswa di SMA madiyah remaja korban
Muhammadiyah 2 bullying
2 Palembang) Palemba
ng

3 Gitry Bullying verbal 210 Bullying Hasil dari Variable -judul


Marela, menyebabkan orang verbal penelitian ini penelitian (
- tempat
Abdul depresi remaja siswa menyeba menunjukkan bullying&
Wahab, SMA Kota bkan remaja lebih remaja) - waktu
dan Yogyakarta depresi banyak
Carla remaja mengalami
Raymon SMA bullying secara
dalexas Kota verbal yaitu
Marchir Yogyaka dipanggil
a (2017) rta dengan nama
yang tidak
disenangi
sebesar 47%
dan paling
sedikit
mengalami
cyber bullying
karena diejek
melalui media
sosial sebesar
3%. .

4 Kadek Bullying 246 Bullying From the 246 Variable -judul


Ayu Erika, behavior of remaja behavior penelitian
respondents -tempat
Dian adolescents of ( remaja/
who became
Atma based on gender adolesce adolescents) -waktu
bullying
Pertiwi, nts penelitian
subjects, there
Tuti based on
were some -sampling
Seniwati gender
adolescents
who became
actors in more
than one form
of bullying. Of
the 233 victims
of bullying, as
many as 83.7%
(195
adolescents)
were victims of
physical
bullying,
92.3% (215
adolescents)
were victims of
verbal
bullying,
67.4% (157
adolescents)
were victims of
bullying
psychosocially/
mentally, and
28.3% (66
respondents)
became victims
of cyber
bullying.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa latin dikenal dengan “adolescence” yang
artinya ialah tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa. Menurut World Health Organization (WHO)2017,
remaja adalah masa tumbuh kembang manusia setelah masa anak-anak
dan sebelum masa dewasa dalam rentang usia 10-19 tahun. Adolesence
merupakan istilah dalam bahasa Latin yang menggambarkan remaja,
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Adolescence sebenarnya merupakan istilah yang memiliki arti yang luas
yang mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik
(Hurlock, 2010).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara itu,
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan
universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa
remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa.
Menurut Hurlock (1993) dalam Marmi (2015), masa remaja adalah
masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf mencari identitas dan
merupakan periode yang paling berarti.Menurut Bissir (1995) dalam
Marmi (2015), remaja adalah mereka yang telah meniggalkan masa
kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab.
Remaja merupakan penggunaan istilah untuk menyebutkan masa
peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa, ada yang
memberi istilah puberty (Inggris), pubertiet (Belanda), pubertas (Latin)
yang berarti kedewasaan yang dilandasi olehs ifat dan tanda-tanda
kedewasaan.

2. Tahapan Remaja
Menurut Widyastuti (2009) dalam Rischa (2016), tumbuh
kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan
seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikutnya :
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) umur 11-13tahun.
Dengan ciri khas yaitu ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya,
mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence)umur 14-16 tahun.
Dengan ciri khas yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan untuk
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence)umur 17-20 tahun. Dengan ciri
khas mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa
cinta, pengugkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang
konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap
mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak memiliki batasan yang jelas
karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatic pada remaja yaitu
peningkatan masa tulang, otot, masa lemak, kenaikan berat badan,
perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-
laki maupun perempuan walupun polanya berbeda.Selain itu
khususnya (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja
wanita dan rambut maka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.

3. Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja adalah suatu masa perubahan, pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan yang sangat pesat yakni baik secara fisik, maupun
psikologis, ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja ini
diantaranya:

a) Peningkatan emosional .
Peningkatan emosional ini merupaknan hasil dari perubahan
fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja
berada dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja
misalnya mereka di harapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-
anak, mereka harus lebih mandiri dan tanggung jawab.
b) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan
seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan
diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi
secara cepat baik perubahan internal maupun eksternal.Perubahan
internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi.Sedangkan perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.

c) Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantiakan dengan hal menarik yang
baru dan lebih menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung
jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan
untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih
penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain.
Remaja tidak lagi berhungan dengan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
dewasa.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Harvighurs (Hurlock, 1990) dalam Ali dan Asrori (2012),
ada sejumlah tugas perkembanganyang harus diselesaikan dengan baik
oleh remaja, yaitu sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita:
1) Hakikat tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan
anak laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa di antara orang dewasa
dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain.
2) Dasar biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu
laki-laki dan perempuan.Kematangan seksual dicapai selama masa
remaja.
3) Dasar psikologis
Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah
laku sebagaimamna orang dewasa. Adapun dalam kelompok lain
jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri
lebih cenderung cepat matang dari pada remaja putra dan lebih
cenderung tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa
tahun lebih tua. Kecendrungan ini akan berlangsung sampai mereka
kuliah diperguruan tinggi.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita


1) Hakikat tugas
Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminya
sebagai pria atau wanita.
2) Dasar biologis
Ditinjau dari kekuatan fisik, remaja putri menjadi orang
yang lebih lemah dibandingkan remaja putra. Tetapi terdapat
kekuatan lain selain kekuatan fisik.

3) Dasar psikologis
Peran sosial pria dan wanita memang berbeda.Remaja putra
perlu menerima peran sebagai seorang pria dan remaja putri perlu
menerima peran sebagai seorang wanita.Tetapi remaja putri lebih
cenderung mengutamakan ketertarikanya kepada karir,
mengagumi ayah atau kakak dan ingin bebas dari peran sosialnya
sebagai istri atau ibu yang mendukung suami.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif
1) Hakikat tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan
kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta
mengunakanya secara efektif
2) Dasar biologis
Perkemangan remjaa disertai dengan pertumbuhan fisik dan
seksual.Laju pertumbuhan gadis lebih cepat dari pada pemuda.
3) Dasar psikologis
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disetai dengan
perubahan sikap dan minat remaja.Remaja suka memperhatikan
perubahan tubuh yang sedang dialaminya sendiri.

d. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang


dewasa lainya.
1) Hakikat tugas
Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu
menggantungkan diri pada orang tua, mengembangkan sikap
perasaan tertentu kepada orang tua tanpa menggantungkan diri
padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang
dewasa tanpa mengganungkan dirinya

2) Dasar biologis
Kematangan seksual individu. Individu yag tidak
memperoleh kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk
membangungkan ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa
berlangsung tanpa memngubah ikatan emosional yang meningkat
terhadap orang tua.
3) Dasar psikologis
Pada asa ini, remaja ingin bebas namum dirasa bahwa
dewasa itu cukup rumit dan asing baginya.Dalam keadaan
semacam ini, remaja masih mengaharapkan perlindungan orang
tua, sebaliknya orang tua mengiginkan anaknya berkembang
menjadi lebih dewasa.Keadaan inilah yang menjadikan remaja
sering memberontak pada otoritas orang tua.

5. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja


Menurut Sarwono (2010), kenakalan remaja dibagi menjadi tiga bentuk,
yaitu :
a) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti,
perkelahian fisik, mengejek , perkosaan, perampokan, pembunuhan.
b) Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti, perusakan,
pemerasan, pencopetan, pencurian.
c) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain
seperti, pelacuran, penyalahgunaan obat-obatan, hubungan sex bebas.
d) Kenakalan yang melawan status seperti, mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, dan
membantah perintah.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kenakalan Remaja


Papalia (2004), mengatakan bahwa remaja yang kurang diawasi,
dijaga, dan diperhatikan oleh orang tuanya terutama ibu maka akan
cenderung berperilaku memberontak atau melakukan tindakan-tindakan
yang menyimpang.
Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kenakalan remaja
menurut (Yusuf, 2004) adalah :
a. Perceraian orangtua
b. Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home)
c. Kurangnya Perhatian dan Kasih Sayang dari Orang Tua
d. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhaddap anak
e. Pergaulan negative ( teman bergaul yang sikap dan perilakunya
kurang memperhatikan nilai-nilai moral)

7. Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja


Menurut Marmi (2015), proses perubahan kejiwaan berlangsung
lebih lambat dibandingkan perubakan fisik yang meliputi:
a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:
1) Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
2) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang
berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.

b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:


1) Remaja mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
2) Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin
mencoba-coba.
Perilaku ingin mencoba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh
rangsangan seksual dapat membuat remaja masuk pada hubungan
seks pra nikah dengan segala akibatnya, antara lain akibat
kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja
puteri di luar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit
kelamin, termasuk HIV/AIDS. Perilaku ingin mencoba-coba juga
dapat mengakibatkan remaja mengalami ketergantungan NAPZA
(narkotika, psikotropik, dan zat adiktif lainya, termasuk rokok dan
alkohol).

B. Bullying
1. Pengertian Bullying
Olweus (Flynt & Morton, 2006) mengartikan bullying sebagai
suatu perilaku agresif yang diniatkan untuk menjahati atau membuat
individu merasa kesusahan, terjadi berulang kali dari waktu ke waktu dan
berlangsung dalam suatu hubungan yang tidak terdapat keseimbangan
kekuasaan atau kekuatan di dalamnya.Tindakan penculikan, penganiayaan
bahkan intimidasi atau ancaman halus bukanlah sekedar masalah
kekerasan biasa. Tindakan ini disebut bullying, karena tindakan ini sudah
bertahun-tahun dilakukan secara berulang, bersifat regeneratif, menjadi
kebiasaan atau tradisi yang mengancam jiwa korban, bullying
diidentifikasikan sebagai suatu perilaku yang tidak dapat diterima dan
kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan tindakan
agresif yang lebih jauh (Sejiwa, 2008).
Menurut Sulivan (2005), menambahkan definisi bullying sebagai
tindakan agresif adalah tindakan negative dan sering kali aggressive atau
manipulative yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang terhadaap
orang lain yang menjadi korban dalam kurun waktu tertentu dan biasanya
terdapat ketidakseimbangan kekuasaan antara kedua belah pihak.
Bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah,
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korabannya secara
fisik maupun emosional (Coloroso, 2017).

2. Bentuk-Bentuk Bullying
Menurut Coloroso (2007), Bentuk-bentuk bullying
Adaempatbentuk bullying yaitu (Pramudia, 2016) :
a. Physical bullying
Bentuk bullying yang paling dapat terlihat dan paling mudah untuk
diidentifikasi adalah bullying secara fisik.Bentuk ini meliputi
menampar, memukul, mencekik, mencolek, meninju, menendang,
menggigit, menggores, memelintir, meludahi, merusak pakaian atau
barang dari korban.

b. Verbal bullying
Kata-kata bisa digunakan sebagai alat yang dapat mematahkan
semangat anak yang menerimanya.Verbal abuse adalah bentuk yang
paling umum dari bullying yang digunakan baik anak laki-laki maupun
perempuan.Hal ini dapat terjadi pada orang dewasa dan teman sebaya
tanpa terdeteksi.Verbal bullying dapat berupa teriakan dan kericuhan
yang terdengar.Hal ini berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit pada
pelaku bullying dan dapat sangat menyakitkan pada korban bullying.
Verbal bullying dapat berbentuk name-calling (memberi nama
julukan), taunting (ejekan), belittling (meremehkan), cruel criticsm
(kritikan yang kejam), personal defamation (fitnah secara personal),
racist slurs (menghina ras), sexually suggestive (bermaksud/bersifat
seksual) atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar). Hal ini juga
meliputi pemerasan uang atau benda yang dimiliki, panggilan telepon
yang kasar, mengintimidasi lewat e-mail, catatan tanpa nama yang
berisi ancaman, tuduhan yang tidak benar, rumor yang jahat dan tidak
benar.

c. Relational bullying
Bentuk ini adalah yang paling sulit untuk dideteksi, relational
bullying adalah pengurangan perasaan “sense‟ diri seseorang yang
sistematis melalui pengabaian, pengisolasian, pengeluaran,
penghindaran.Jenis bullying ini merupakan jenis bullying berupa
pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap yang
tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan mata, helaan nafas,
cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek..Relational
bullying paling sering terjadi pada tahun-tahun pertengahan, dengan
onset remaja yang disertai dengan perubahan fisik, mental, emosional,
dan seksual.Pada waktu inilah, remaja sering menggambarkan siapa diri
mereka dan mencoba menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

d. Cyber bullying
Cyber bullying adalah bentuk bullying yang terbaru karena
semakin berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada
intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari
pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial
lainnya.Bentuknya berupa mengirim pesan yang menyakitkan atau
menggunakan gambar , meninggalkan pesan voicemail yang kejam,
menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa
( silent calls ), membuat website yang memalukan bagi si korban, dan si
korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room.

3. Penyebab Terjadinya Bullying


Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti 2012) dan Kholilah
(2013), penyebab terjadinya bullying antara lain :
a. Faktor Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah,
orang tua yang sering menghukum anaknya dengan cara berlebihan,
atau situasi rumah yang penuh stress, dan permusuhan. Anak akan
mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap
teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan
terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan
perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.

b. Faktor Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini,
siswa-siswa sebagai pelaku bullyingakan mendapatkan penguatan
terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap siswa
lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah
sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa
hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

c. Faktor Teman Sebaya


Siswa-siswa ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman
di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying.
Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan
bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Bullying termasuk tindakan yang disengaja oleh pelaku pada


korbannya, yang dimaksudkan untuk menggangu seorang yang lebih
lemah. Faktor individu dimana kurangnya pengetahuan menjadi salah
satu penyebab timbulnya perilaku bullying, Semakin baik tingkat
pengetahuan remaja tentang bullying maka akan dapat meminimalkan
atau menghilangkan perilaku bullying.

d. Faktor Media
Saat ini media menjadi komponen kehidupan yang dapat
mempengaruhi pola kehidupan bagi seseorang baik itu media cetak
maupun elektronika, pengaruh yang ditimbulkan dapat saja positif atau
negative tergantung dari penggunaan media tersebut. Oleh karena itu
menggunakan media sesuai fungsi utamanya yaitu menjadi sumber
belajar harus menjadi pilihan utama dalam membimbing anak, sebab
jika lepas kendali akan dapat dipastikan anak memilih informasi dan
tontonan yang dapat merusak moral dan perilakunya. Diantara pengaruh
negative yang langsung atau tidak langsung adalah tindakan kekerasan
atau bullying yang terjadi pada peserta didik, seperti hasil penelitian
international mengindikasikan bahwa anak dan remaja yang melihat
kekerasan yang ada di TV, Video, dan film seringkali menjadi agresif
dan memiliki empati yang lebih rendah pada korban agresifitas
(Olweus, 1993). Dalam hal tersebut didukung oleh Pearce (2002), yang
menyatakan bahwa bagi beberapa anak yang menonton TV dapat
memancing agresivitas mereka.Dengan demikian yang disimpulkan
oleh Rahmadara (2012), bahwa media dapat menimbulkan tindakan
bullying yang meningkat pada anak.

4. Karakteristik Bullying
Menurut Anesty (2009),ciri-ciri pelaku bullyingmempunyai beberapa
karakteristik, antara lain:
a. Kurang pemahaman akan apa yang di katakan orang lain
b. Sering memuncul dugaan yang salah
c. Memiliki memori yang selektif
d. Sangat pencuriga
e. Terlihat cerdas namun penampilan sebenarnya tidak demikian
f. Tidak kreatif
g. Kebutuhan implusif untuk mengontrol orang lain
h. Tidak belajar dari pengalaman
Pelaku bullying dapat diartikan sesuai dengan pengertian bullying
yaitu bahwa pelaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku
dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Korban yang sudah
merasa menjadi bagian dari kelompok dan ketidakseimbangan pengaruh
atau kekuatan lain akan mempengaruhi intensitas perilaku bullying ini.
Semakin subjek yang menjadi korban tidak bisa menghindar atau
melawan, semakin sering perilaku bullying terjadi.Selain itu, perilaku
bullying dapat juga dilakukan oleh teman sekelas baik yang dilakukan
perseorangan maupun oleh kelompok (Wiyani, 2012).
Ciri korban bullying antara lain (Susanto, 2010) :
a. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak
menjadi korban atau sebaliknya.
b. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan
orang tua mereka.
c. Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai
orang yang bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah,
dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi.
d. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih
sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik.
Dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering
mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-kata atau
bullying verbal.
e. Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan
penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai
kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial. Korban bullying
kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak bersikap aktif
dalam sebuah aktifitas.

5. Dampak Bullying
Bullyingakanmenimbulkan dampak yang sangat merugikan, tidak
hanya bagi korban tetapi juga bagi pelakunya (Craig & Pepler, 2007).
Menurut Coloroso (2006), pelaku bullying akan terperangkap dalam peran
sebagai pelaku bullying, mereka tidak dapat mengembangkan hubungan
yang sehat, kurang cakap dalam memandang sesuatu dari perspektif lain,
tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai
sehingga dapat mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang
akan datang. Sementara dampak negatif bagi korbannya adalah akan
timbul perasaan depresi dan marah. Mereka marah terhadap diri sendiri,
pelaku bullying, orang dewasa dan orang-orang di sekitarnya karena tidak
dapat atau tidak mau menolongnya.Hal tersebut kemudian mulai
mempengaruhi prestasi akademik para korbannya. Mereka mungkin akan
mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan karena tidak mampu
mengontrol hidupnya dengan cara-cara yang konstruktif (Pramudia 2016).
Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh Trisnani & Wardani
(2016), perilaku bullying merupakan tindakan yang sangat berbahaya
dan tidak boleh ditiru karena membawa dampak traumatik luar biasa
yang dapat mempengaruhi kehidupan anak ataupun remaja pada tahap
perkembangan selanjutnya. Perilaku bullying harus segera di hentikan
meskipun dalam mewujudkannya membutuhkan bantuan dari berbagai
elemen pendidikan seperti guru, siswa sendiri, keluarga dan seluruh staf
sekolah, sehingga bullying tidak disikapi sebagai suatu tindakan wajar dan
bukan bentuk dari penyiksaan yang menimbulkan korban.
Menurut Peterson (dalam Berthold dan Hoover, 2000), bullyingakan
mempengaruhi self esteem korbannya dan hal tersebut merupakan
pengaruh yang ditimbulkan dari pengaruh jangka panjang. Demikian pula
Olweus (dalam Berthold dan Hoover, 2000) menyatakan bahwa bullying
memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan korbannya hingga dewasa.
Saat masa sekolah akan menimbulkan depresi dan perasaan tidak bahagia
untuk mengikuti sekolah, karena dihantui oleh perasaan cemas dan
ketakutan. Selain itu menurut Swearer dkk (2010), korban bullying juga
merasa sakit, menjauhi sekolah, prestasi akademik menurun, rasa takut
dan kecemasan meningkat, adanya keinginan bunuh diri, serta dalam
jangka panjang akan mengalami kesulitan-kesulitan internal yang meliputi
rendahnya self esteem, kecemasan, dan depresi. Korban bullying
cenderung merasa takut, cemas, dan memiliki self esteem yang lebih
rendah dibandingkan anak yang tidak menjadi korban bullying (Pramudia
2016).
Duncan (dalam Aluedse, 2006) juga menyatakan bila dibandingkan
dengan anak yang tidak menjadi korban bullying, korban bullying akan
memiliki self esteem yang rendah, kepercayaan diri rendah, penilaian diri
yang buruk, tingginya tingkat depresi, kecemasan, merasa tidak aman,
panik dan gugup di sekolah, konsentrasi terganggu, penolakan oleh rekan
atau teman, menghindari interaksi sosial, lebih tertutup, memiliki sedikit
teman, terisolasi, dan merasa kesepian. Penelitian yang dilakukan di
Swedia mengenai dampak bullying terhadap korbannya menunjukkan
bahwa remaja yang saat berusia 16 tahun pernah mengalami bullying
akan mengalami penurunan self esteem dan peningkatan kadar depresi
(Pramudia 2016).
Korban bullying cenderung menunjukkan gejala peningkatan
kecemasan dan depresi (Hodges & Perry dalam Arseneault dkk., 2009),
self esteem yang rendah dan keterampilan sosial yang buruk (Egan &
Perry, dalam Arseneault, dkk., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Riauskina dkk.(2005), juga menemukan bahwa korban merasakan banyak
emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak
nyaman, terancam) ketika mengalami bullying, namun tidak berdaya
menghadapi kejadian bullying yang menimpa mereka.Dalam jangka
panjang emosi-emosi tersebut dapat berujung pada munculnya perasaan
rendah diri dan merasa bahwa dirinya tidak berharga. (Pramudia 2016)
Korban akan merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam,
kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman dan merasa terancam saat
mengalami bullying, dan dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat
berujung pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak
berharga serta kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
Paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk
timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas
berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-
gejala gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder)
(Riauskina, 2005).
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas
cakupannya. Remaja yang menjadi korban bullying lebihberisiko
mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi
korban bullying , antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa
hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut
dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah,
dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Contoh kasus
terjadi pada seorang siswa sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung diri
menggunakan dasi karena dibully oleh teman sekolahnya. Bocah berumur
8 tahun ini menjadi korban bullying secara fisik.Ia kerap dipukuli oleh
teman-temannya di sekolah. Contoh lain datang dari Texas, seorang
remaja perempuan nekat menembakkan pistol ke dadanya sendiri hingga
tewas karena ia merasa dihujat habis-habisan di dunia maya.

6. Penelitian terkait Bullying


Dari penelitian yang dilakukan oleh tim penelitian payung skripsi
bullying (2008) dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia,
menemukan bahwa dari 563 siswa SMA di Jakarta, Yogyakarta, dan
Surabaya, 67,9% dari responden mengakui terjadi bullying di sekolahnya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koura, (2015) tentang
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di
SMK N 1 Manado. Didapatkan hasil orang tua yang memiliki pola asuh
otoriter dengan anak melakukan perilaku bullying berat (12,5%) dan
melakukan bullying ringan (27,1%). Orang tua yang memiliki pola asuh
permisif dengan anak yang melakukan perilaku bullying berat (27,1%)
dan anak yang melakukan perilaku bullying ringan (4,2%) . dan yang
melakukan perilaku bullying berat (14,6%) dan yang melakukan perilaku
bullying ringan (14,6%).
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku bullying
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Persentase
perilaku bullying lebih besar pada laki-laki (12,1% untuk SMA)
dibandingkan perempuan (dan 4,8% untuk SMA) (MMWR, 2011)

C. Kerangka Teori

Perkembangan Masa
Remaja
Masa remaja awal
Masa remaja pertengahan
Masa remaja lanjut (Rischa,
2016)

Penyimpangan pada remaja


Bullyingmerupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah,
dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korabannya
secara fisik maupun emosional (Coloroso, 2017).
Bentuk-bentuk bullying: Dampak Bullying( Pramudia,
Bullying fisik, bullying verbal 2016)
dan bullying relasional
Faktor-faktor (Pramudia, 2016) Terhadap korban
terjadinya
bullying (Kholilah, - Depresi, sedih dan frustasi
2013) - Merasa tidak berdaya dan tidak
percaya diri
1. Keluarga - Masalah akademis ( prestasi
2. Sekolah menurun)
3. Teman - Keinginan untuk bunuh diri
Sebaya
4. Media Terhadap pelaku

- Pelaku dapat mengalami


implikasi jangka panjang
antara lain peningkatan sikap
antisocial, kekerasan atau
prilaku criminal
- Prilaku akan kehilangan
dukungan teman sebaya

Bagan 2.1
Kerangka Teori

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Karena
metode kualitatif dianggap tepat untuk memperoleh gambaran dari
”Dampak Perilaku BullyingVerbal Pada Remaja di Kota Palembang”.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi, diharapkan deskripsi dari fenomena yang tampak di
lapangan dapat terlihat makna dan isinya lebih mendalam mengenai
makna dari ”Dampak Perilaku BullyingVerbal Pada Remaja di Kota
Palembang”.
MenurutCreswell dikutip Eddles-Hirsch(2015), yang menyatakan
bahwa definisi dari penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang
tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah
fenomena individu dalam dunia sehari-hari.
Fenomenologi adalah pendekatan yang dimulai untuk memahami
atau mempelajari pengalaman hidup manusia, pendekatan ini berevolusi
sebuah metode penelitian kualitatif yang matang dan dewasa selama
beberapa dekade pada abad ke dua puluh. Fokus umum penelitian ini
untuk memeriksa/meneliti esensi atau struktur pengalaman ke dalam
kesadaran manusia (Tuffour, 2017).Pendekatan fenomenologi adalah salah
satu ilmu tentang fenomena atau sesuatu yang nampak ditengah
masyarakat, untuk menggali makna esensi yang terkandung di dalamnya.
Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman
fenomenologikal, dan suatu studi yang mempelajari tentang kesadaran dari
prespektif pokok dari seseorang (Husserl dalam Moleong, 2013).
Menurut Alase (2017), fenomenologi adalah sebuah metodologi
kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan
kemampuan subjektivitas dan interpersonalnya dalam proses penelitian
eksploratori. Menurut Van Manen (2011), ada beberapa jenis pendekatan
fenomenologi yaitu, fenomenologi transenden, linguistik, eksistensial, dan
hermeneutik.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi transenden atau deskriptif, karena melalui
pendekatan tersebut akan dapat diperoleh gambaran yang jelas dan
mendalam untuk mengungkap pengalaman yang di rasakan individu terkait
dampak perilaku bullying pada remaja.

B. Populasi dan Responden


1. Populasi
Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan
melalui suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek.
Objek tersebut bisa termasuk orang, dokumen, atau catatan yang
dipandang sebagai objek penelitian.Sugiyono (2016), menyatakan
bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.Jumlah populasi di SMA Muhammadiyah Palembang
pada bulan april tanggal 6 april 2019 terdiri dari 4 orang korban
bullyingverbalyaitu 1 orang dari kelas X IPA , 2 orang dari kelas XI
IPS, dan 1 orang dari kelas XI IPA.

2. Responden
Responden adalah semua orang baik secara individu maupun
kolektif yang akan dimintai keterangan yang diperlukan oleh pencari
data.Jumlah partisipan yang dijadikan sampel dalam penelitian
kualitatif sangat ditentukan oleh adanya pengulangan informasi atau
saturasi data. Saturasi data artinya tidak ada lagi informasi yang
didapatkan pada pertanyaan yang sama pada partisipan berikutnya.
Jika tidak ada informasi yang didapatkan lagi maka pengambilan data
dapat dihentikan (Moleong, 2013).

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat atau lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di SMA
Muhammadiyah Palembang.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan terhitung dari bulan Maret - April Tahun
2019.

D. Metode, Alat dan Pengumpulan Data


1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara mendalam (indepth interview) dan dilengkapi
dengan catatan lapangan (field notes). Wawancara mendalam adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai. Bentuk pertanyaan yang diajukan
adalah open ended interview (daftar pertanyaan terbuka).
Peneliti mempersiapkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan
sebelumnya, wawancara dilakukan langsung kepada informan untuk
mendapatkan informasi. Wawancara dilakukan dengan posisi duduk
berhadapan, dengan kontak mata langsung kepada informan, pada saat
proses wawancara, pembicaraan antara peneliti dan informan direkam
melalui handphone.

2. Alat Pengumpulan Data


a. Data Primer
Lofland dalam Moleong (2006), data primer adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari
lapangan.Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah :
1) Peneliti sebagai instrumen
Salah satu fungsi utama bagi seorang peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah berperan sebagai instrumen dalam
penelitian.Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadikan dirinya
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan antara dirinya dengan
penelitian yang dilakukkanya dari awal hingga akhir penelitian
(Apiyanti, 2014). Peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan catatan untuk mengidentifikasi respon non verbal
dan situasi selama proses wawancara, proses wawancara
menggunakan alat perekam menggunakan handphone untuk
memperoleh informasi dari informan sebanyak mungkin serta
mudah dalam pengoperasiannya baik selama proses perekaman
maupun saat pemutaran ulang untuk membuat transkrip
wawancara.
Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk
mengumpulkan data dimana peneliti melakukkan tanya jawab
secara lisan dan berhadapan muka (face to face) untuk
memperoleh informasi. Jenis wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview)
yang dilakukkan secara informal dengan menggunakan pedoman
wawancara.

2) Pedoman Wawancara
Dalam melakukkan wawancara sebelumnya peneliti harus
menyiapkan pedoman wawancara berupa pertanyaan semi
terstruktur untuk membantu peneliti agar pertanyaan yang
diajukan tetap mengarah pada tujuan penelitian dan mengamati
kondisi lingkungan selama proses wawancara.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data
sekunder adalah catatan atau dokumentasi yang ada di lokasi
penelitian tersebut. (Uma Sekaran, 2011)

3. Prosedur Pengumpulan Data


a. Tahap Persiapan
Penelti mengajukan surat ke bagian Biro Administrasi
Akademik Kemahasiswaan (BAAK) untuk permohonan studi
pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukkan setelah mendapat izin
dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Setelah mendapatkan
izin, peneliti melakukan sosialisasi kepada staf guru di SMA
Muhammadiyah 2 Palembang untuk mendapatkan dukungan dan
masukan untuk pengambilan data penelitian.
Peneliti selanjutnya melakukan pendekatan dan informed
consent kepada calon partisipan yang memenuhi kriteria agar dapat
berpartisipasi dalam penelitian ini. Pendekatan dilakukan untuk
membina trust dengan partisipan agar partisipan bersedia
memberikan informasi sesuai tujuan penelitian. Setelah partisipan
memahami manfaat dan prosedur penelitian, serta penjaminan hak-
hak partisipan dalam penelitian, partisipan menandatangani
informed consent, peneliti melengkapi data partisipan.Kemudian
peneliti melakukan kontrak waktu, tempat, dan durasi wawancara
sesuai keinginan partisipan.

b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dibagi dalam 2 tahap, yaitu:
1) Fase Orientasi
Fase ini dilakukkan setelah informan setuju untuk menjadi
informan penelitian dengan menandatangani informed consent
sebagai bukti persetujuan menjadi informan setelah diberikan
penjelasan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menanyakan
kondisi informan dan kesiapan informan untuk melakukkan
wawancara.Peneliti juga menciptakan suasana lingkungan yang
nyaman bagi informan.Penciptaan lingkungan yang meliputi
posisi berhadapan, suasana nyaman, dan tidak bising.Sebelum
melakukan wawancara peneliti menyiapkan terlebih dahulu
lembar pedoman wawancara, alat tulis, serta handphone yang
diletakkkan tidak jauh dari informan agar suara terekam dengan
jelas serta dokumentasi menggunakan kamera (handphone).

2) Fase Kerja
Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang sudah
disiapkan sebelumnya untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Urutan
wawancara tidak tergantung pada pedoman wawancara tetapi
sesuai dengan arah pembicaraan informan.Apabila informan
tidak dapat memberikan informasi maka peneliti memberikan
contoh, atau perumpamaan untuk memudahkan informan
memahami maksud pertanyaan peneliti. Proses wawancara
berhenti apabila informasi yang didapat sudah sesuai dengan
tujuan penelitian. Wawancara berlangsung kurang lebih 60 - 90
menit. Selain itu peneliti juga harus membuat catatan lapangan
selama proses wawancara untuk menggambarkan suasana, sikap
non verbal yang ditampilkan informan ketika menyampaikan
pengalamananya, serta peristiwa yang akan ditemukan pada saat
wawancara berlangsung.

c. Tahap Terminasi
Tahapan ini dilakukkan setelah informasi yang diberikan oleh
informan sudah sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti menutup
wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas kerja samanya
dan peneliti melakukkan kontrak kembali setelah transkrip selasai
untuk validasi data.

E. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Pada Jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus
dilakukan setelah data terkumpul.Dalam hal ini, data sementara yang
terkumpulkan, data yang sudah ada dapat diolah dan dilakukan analisis
data secara bersamaan.Pada saat analisis data, dapat kembali lagi ke
lapangan untuk mencari tambahan data yang dianggap perlu dan
mengolahnya kembali. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa
tema sesuai fokus penelitannya. (Suyanto, 2006)
Menurut Creswell (2010), penelitian kualitatif merupakan metode-
metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh
sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan.
2. Analisis Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif didasarkan pada penafsiran
data.Peneliti menafsirkan setiap informasi yang didapatkan dari
partisipan dan mencoba menyimpulkan beberapa informasi yang sesuai
dengan tujuan dari penelitian.Peneliti mengumpulkan sejumlah data
yang sangat besar yang kemudian dikurangi menjadi suatu pola
tertentu, kategori, dan tema (Creswell, 2013).

Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah


dengan metode Creswelldengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan dan mengorganisasikan data untuk dianalisis.
Langkah ini melibatkan transkrip wawancara, menscaning materi,
mengerti data lapangan atau memilah-milah dan menyusun data
tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung sumber
informasi.
2. Menulis catatan khusus atau gagasan umum tentang data yang di
peroleh.
3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data. Koding
merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen
tulisan sebelum memaknainya.
4. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-
orang kategori, dan tema-tema yang dianalisis.
5. Menunjukkan bagimana deskripsi dan tema-tema ini akandisajikan
kembali dalam narasi atau laporan.
6. Memvalidasi keakuratan hasil penelitian.

F. Etika Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukkan, peneliti perlu
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan etika penelitian. Adapun
etika penelitian menurut(Polit&Beck, 2012) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat (Beneficence)
Penelitian ini harus mengutamakan kebaikan dan manfaat yang
diperoleh informan dengan cara memperhatikan hak informan untuk bebas
dari kerugian dan ketidaknyamanan. Manfaat pada penelitian ini bagi
informan adalah penelitian ini membantu partisipan mengenali
perasaannya mengenai dukungan yang diberikan keluarga serta beban
yang dirasakan partisipan.

2. Prinsip menghormati martabat (Respect for human dignity)


Prinsip menghormati martabat pada penelitian yang artinya
memberi kebebasan penuh pada informan.Peneliti dalam hal ini harus
memperhatikan dan menghargai hak-hak informan, dimana informan
berhak memutuskan mengambil bagian dalam penelitian ini, informan
juga berhak untuk menolak menjadi informan penelitian dan berpartisipasi
dalam penelitian atau tidak, serta berhak menolak memberikan informasi.
Pada penelitian ini peneliti menanyakan terlebih dahulu apakah partisipan
bersedia menjadi informan dalam penelitian, jika tidak maka peneliti tidak
akan memaksa partisipan untuk menjadi informan penelitian.

3. Prinsip keadilan (justice)


Pada penelitian ini prinsip keadilan yang dimaksud adalah
informan penelitian berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan tidak
melakukkan diskriminasi terhadap informan. Informan di berikan hak
yang sama dengan tidak membeda-bedakan informan satu dengan
informan yang lainnya. Pada penelitian ini partisipan mempunyai hak
untuk diperlakukkan seadil- adilnya tanpa membedakan dengan partisipan
lain.

4. Lembar Persetujuan (Informed Consent)


Lembar Persetujuan (Informed consent) merupakan lembar
persetujuan antara peneliti dan informan secara tertulis. Sebelum
penelitian dilakukkan, informan terlebih dahulu diberi penjelasan tentang
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukkan sehingga
informan mengerti tujuan penelitian, manfaat penelitian dan menjaga
kerahasian privasi informan. Setelah informan mengerti maksud dan
tujuan dari penelitian ini, informan harus menandatangani informed
consent sebagai bukti tertulis bahwa informan bersedia menjadi informan
dalam penelitian ini.

5. Anonim (tanpa nama)


Tanpa nama dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti
menjamin kerahasian identitas infoman dengan tidak memberikan identitas
informan melainkan menggunakan kode informan yaitu identitas informan
dituliskan inisial saja dengan kode “P” yaitu setiap informan penelitian
diberi kode “P” dan diberi nomor urut sesuai urutan peserta wawancara.
Peneliti menjamin kerahasian informasi Informan dengan menuliskan
nama mereka dengan inisial dan informasi tersebut peneliti simpan dalam
folder pribadi peneliti dan informasi tersebut hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian ini.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Palembang


SMA Muhammadiyah Palembang didirikan pada tahun 1970 oleh
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Ilir Barat 1 Palembang yang terletak
di tempat yang cukup strategis di tengah kota Palembang, tepatnya di
Jalan K.H Ahmad Dahlan No. 23 B Palembang.
JABATAN DALAM SMA
NO NAMA UNSUR
2 Muhammadiyah

1 Muhammad Yunus GURU Kepala TU

2 Dra. Elisya GURU/SEKOLAH Wakasek Bid.Kurikulum

3 Ahmad Yani,S.Kom GURU/SEKOLAH Wakasek Bid. Kesiswaan

4 Dra. Sutriati GURU/SEKOLAH Wakasek Bid.Ismuba

Neneng Kurniasih,
5 GURU/SEKOLAH Pembina Ekstrakurikuler
S.Pd

Visi, Misi, Motto Dan Tujuan Sekolah


1. Visi
- Kokoh dalam Imtag, terpuji dalam akhlak, Unggul dalam Ilmu dan
Budaya Islami
2. Misi
a) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan bagi anak didik
b) Menumbuhkan semangat disiplin kepada seluruh warga
sekolah
c) Menumbuhkan penghayatan terhadap pelajaran ISMUBA
sehingga menjadi sumber kearifan dalam berpikir, bertindak,
dan berakhlaq mulia
d) Membimbing dan mendidik siswa agar lebih berprestasi dalam
bidang akademik,olahraga berprestasi, ketrampilan, dan seni
budaya Islami
e) Meningkatkan mutu lulusan untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi

3. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah


a) Terwujudnya manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap,
percaya kepada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dan
Negara, beramal menuju terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya
b) Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk memajukan umat Islam dan pembangunan
masyarakat serta Negara RI yang berazaskann pancasila dan
UUD 1945
c) Membantu pemerintah memajukan penyelenggaraan
pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan UUD 1945.

B. Deskripsi Informan Penelitian


Semua data pada penelitian ini bersumber dari informan yang
terdiri dari 4 orang informan.Penelitian ini mengungkap tentang
pengalaman perilaku bullying pada siswa SMA Muhammadiyah
Palembang. Sebelum mengulas hasil penelitian secara lebih lanjut,
peneliti akan memperkenalkan identitas ketigas informan yang diteliti.

1. Informan Berinisial U-1

Informan 1 adalah seorang remaja perempuan berusia 17


tahun, beragama islam dan bertempat tinggal di KM 5 Palembang.
Saat ini informan duduk dikelas X IPA. Informan mulai menjadi
korban bullyingsejak awal masuk Sekolah Dasar (SD). Informan
1bisa menjadi korban bullying karena informan tidak bisa menyebut
huruf r dan juga kondisi ibu nya yang menjual makanan
keliling.Informan 1 mempunyai badan yang kurus dan
pendek.Wawancara mendalam dilakukan pada tanggal 14 Mei 2019.
Proses wawancara dilakukan di ruang BK SMA Muhammadiyah 2
Palembang.Peneliti dan informan bertemu dan menjelaskan
mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan meminta
ketersediannya menjadi informan dan selanjutnya peneliti langsung
meminta ketersediaan informan untuk langsung di wawancara , dan
informan menyetujuinya.

2. Informan Berinisial E-2

Informan 2 adalah seorang remaja laki-laki berusia16 tahun,


beragama islam dan bertempat tinggal di Pasar Gubah Palembang.
Saat ini informan duduk di kelas XI.IPS. Informan mulai menjadi
korban bullying sejak ia berada di Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Informan 2 bisa menjadi korban bullying karena informan di
anggap teman sekelasnya bodoh dan pendiam.Informan 2
mempunyai badan yang pendek, dan kondisi mata yang
juling.Wawancara mendalam dilakukan pada tanggal 14 Mei 2019.
Proses wawancara dilakukan di ruang BK SMA Muhammadiyah 2
Palembang .Peneliti dan informan bertemu dan menjelaskan
mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan meminta
ketersediannya menjadi informan dan selanjutnya peneliti langsung
meminta ketersediaan informan untuk langsung di wawancara , dan
informan menyetujuinya

3. Informan Berinisial R-3

Informan 3 adalah seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun,


beragama islam dan bertempat tinggal di Jln Embacang Palembang.
Saat ini informan duduk dikelas XI.IPS. Informan mulai menjadi
korban bullying sejak berada di Taman Kanak-kanak (TK) .Informan
3 bisa menjadi korban bullying karena informan mempunyai postur
tubuh yang tinggi dan informan pendiam.informan mempunyai ciri-
ciri fiik postur tubuh yang tingggi dan mempunyai warna kulit yang
hitam.Wawancara mendalam dilakukan pada tanggal 15 Mei 2019.
Proses wawancara dilakukan di ruang BK SMA Muhammadiyah 2
Palembang .Peneliti dan informan bertemu dan menjelaskan
mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan meminta
ketersediannya menjadi informan dan selanjutnya peneliti langsung
meminta ketersediaan informan untuk langsung di wawancara , dan
informan menyetujuinya.

1. Informan Berinisial H-4

Informan 4 adalah seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun,


beragama islam dan bertempat tinggal di Pipa Reja Palembang. Saat
ini informam duduk di kelas XI IPA.Informan menjadi korban
bullying sejak pertama kali pindah ke SMA ini, sebelumnya di SMA
yang lama pernah menjadi korban bullying juga , informan
mempunyai ciri-ciri fiik postur tubuh yang lumayan tinggi, berisi
dan informan menggunakan peci berwarna hitam saat di temui untuk
waawancara, informan memang tampak cedal dan susah untuk
berkomunikasi , informan 4 ini tampak terbuka dan menceritakan
seluruh kejadian bukkying yang pernah di alami nya sejak pertama
pindah ke SMA tersebut. .Wawancara mendalam dilakukan pada
tanggal 15 Mei 2019. Proses wawancara dilakukan di ruang BK
SMA Muhammadiyah 2 Palembang .Peneliti dan informan bertemu
dan menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti dan meminta ketersediannya menjadi informan dan
selanjutnya peneliti langsung meminta ketersediaan informan untuk
langsung di wawancara , dan informan menyetujuinya.

C. Analisa Tematik

1.Tema :Bullying Verbal

Proses Analisa Data

Kata Kunci Kategori Tema

 “…ya, karena aku ngga bisa sebut “R” jadi anak-anak kelas
ngetawain aku semua…” P.1
 “…aku di katain teman sekelas karena badan aku tinggi dan
kulit ku hitam di banding teman sekelas lainnya …” P.2 Verbal
 “…ngatain aku dengan omongan kotor, ngejek aku pendek,..” taunting
(ejekan)
P.3
 “…mereka ngatain anak baru ngomongnya ngga jelas
tertawa mengejek-ejek…” P.4
 “…pernah waktu itu di katain oleh kakak kelas kusok cantik
…” P.1 Cruel critism Bullying
 “…teman aku ngatain ngga usah ikut ekskul lagi,kata teman Verbal
(kritikan yang
aku, aku ngga bisa apa-apa sok-sokan mau ikut lomba…” P.2 kejam)
 “…mereka ngatain aku bodoh, plin plan dan ngga bisa apa-
apa …” P .3
 “…teman sekelas aku itu bilang aku cupu, culun, dan
harusnya aku sekolah di SLB …” P.4

 “…jadi aku kadang di panggil anak-anak tu U”R”, juga


Memberi
pernah di panggil si cungkring...” P.1 nama julukan
 “…teman aku sering manggil dengan sebutan misalnya “oi
ngak” ..”P.2
 “…manggil dengan sebutan mata juling (sambil memegang
mata) sama di panggil anak bodoh…” P.3
 “…aku di panggil mereka dengan sebutan culun…” P.4

Bagan 4.1
Tema :Bullying Verbal

Dari hasil wawancara mendalam di dapatkan tema yang pertama yaitu


bullying verbal dengan tiga kategori yaitu, verbal taunting (ejekan),
meremehkan, dan memberi nama julukan

Pada kategori pertama informan menggungkapkan ungkapan sebagai


berikut :

- Waktu perkenalan , saya kan ngga bisa ngomong “R” waktu sekali
ngomong mau perkenalan itu jelas banget kalo aku ngga bisa sebut “R”
jadi anak-anak itu ngetawain semua. (P.1)
- ya, karena badan aku tinggi dan kulit ku hitam di banding teman sekelas
lainnya jadi aku di katain (P.2)
- ngatain aku dengan omongan kotor, ngejek aku pendek.(P.3)
- sampai setelah perkenalan , aku duduk di bagian tengah yang duduk di
belakang aku anak-anak yang satu geng kak, jadi aku dengar mereka
ngatain aku anak baru ngomong ngga jelas sambil seperti tertawa
mengejek-ejek gitu kak..(P.4)

Pada kategori kedua informan mengungkapkan ungkapan sebagai berikut:


- iya mereka ngatain aku sok cantik kak , katanya“ kamu sok cantik banget,
orang ngomong ngga kamu jawab” dari pada aku tanggepi mereka makin
jadi (P.1)
- di katain temen aku katanya ngga usah ikut ekskul lagi, ngga bisa apa-apa
sok-sokan mau ikut lomba(P.2)
- yaa…… mereka ngatain “ oy bodoh” ya kayak gitulah , mereka kayak
beranggapan kalo aku itu lelet banget orangnya, plin plan , terus ngga
bisa apa-apa. (P.3)
- teman sekelas aku ngatain aku culun, cupu, dan pantasnya sekolah di SLB
aja sambil seperti tertawa mengejek-ejek(P.4)

Pada kategori ketiga informan mengungkapkan ungkapan sebagai berikut:


- jadi, aku itu di kelas kadang dipanggil anak-anak U “R”, dan pernah juga
di panggil si cungkring(P.1)
- teman aku sering manggil dengan sebutan misalnya “oi ngak” (P.2)
- memanggil dengan sebutan mata juling (sambil memegang mata) dan
juga sering di panggil anak bodoh (P.3)
- aku di panggil mereka dengan sebutan culun (P.4)
2. TEMA : Psikologi Bullying

Kata Kunci Kategori Tema


Tema

 “…dalam kelas ngga percaya diri…”P.1


 “…terus tu jadi ngga percayo diri juga..”P.2
Harga diri
“…jadi aku ngga percaya diri..” P.
rendah
“..semenjak pindah di sini aku jadi ngga percaya diri…”P.4
 “…kesel, kadang tu rasanya dendam...” P.1 Psikologi
 “…jujur mbak, sakit hati , dendam juga sebenarnya…” P.2 Emosi negatif
Bullying
 “…yaa.. sakit lah hati ni ..” P.3
 “…kesal kak sama mereka yang mengejek aku…” P.4

 “…aku, kayak males temenan sama anak-anak kelas..” P.1


 “…dulukan sering berbaur sama temen, sekarang enak
sendiri…” P.2
Traumatik
 “…ngga percaya di kelas, malu sama anak kelas karena
kondisi mata..” P.3
 “…aku sering ngga masuk sekolah kak karena takut di ejek-
ejek sama mereka…” P.4

Bagan 4.2

TEMA : Psikologi Bullying

Dari hasil wawancara mendalam di dapatkan tema yang kedua yaitu


psikologi bullying dengan tiga kategori yaitu, harga diri rendah, emosi negatif,
dan traumatik. Pada kategori pertama informan menggungkapkan ungkapan
sebagai berikut :

- kadang ngga percaya diri kalo di suruh guru maju kedepan (P.1)
- iya, jadi tambah emosi tapi emosinya ngga aku liatin, mendem sendiri,
terus tu jadi ngga percayo diri juga. (P.2)
- ada dampaknya aku nya jadi ngga percaya diri (P.3)
- iya kak, aku ngerasa ada perubahan dalam percaya diri kak. Aku tu di
SMA yang sebelumnya anaknya lumayan percaya diri, sering maju ke
depan kelas nulis kalo di suruh guru. Nah, semenjak pindah di sini aku
jadi ngga percaya diri karena aku takut kak kalo aku maju nanti malah di
ejek mereka kak.(P.4)

Pada kategori kedua informan mengungkapkan ungkapan sebagai berikut:


- kesel,kadang dendam rasanya (P.1)
- mm.. jujur mbak ya, sakit hati, sebenarnya juga dendam . tapi, aku tetap
sabar walaupun di katain. Mama juga dulu seperti itu di kampung sering
di katain, di hina, ini aja sampek pindah rumah (P.2)
- ya sakitlah, tahan aja dan aku tetap sabar. Kita yang dapat pahala dia
yang dapat dosa (P.3)
- perasaan aku sedih kak yang jelas karena pada saat itu kan baru pindah
udah di ejek-ejek , terus kesal kak sama mereka yang mengejek aku. (P.4)

Pada kategori ketiga informan mengungkapkan ungkapan sebagai berikut:


- aku jadi malas temenan sama anak-anak kelas kak , takut di bully. Dari
pada aku di bully mending aku sendirian aja, cemas kak. (P1)
- terus waktu itu kan aku sering berbaur sama teman nih kak, sekarang
enakan sendirian. Jadi minder gitu loh kak gara-gara tinggi sendiri di
kelas. (P2)
- yaa.. begitulah kak, ngga percaya diri dikelas, malu sama anak kelas
karena kondisi mataku, setiap hari aku merasa cemas, takut di bully kak,
kadang takut jika mau berangkat sekolah. (P3)
- kalo awal-awal dulu , aku sering ngga masuk sekolah kak karena takut di
ejek-ejek sama mereka . terus sering di nasehati kan oleh ibu di rumah
biar harus masuk sekolah walaupun sering di ejek, karena kalo aku ngga
sekolah yang ngejk-ngejek malah semakin senang.(P.4)
3. Tema : Perilaku dalam menghadapi bullying

Kata Kunci Kategori Tema


Tema
 “…pernah waktu di panggil ke ruang BK, jadi aku ceritain
semua ke guru BK…”P.1
 “…kadang tu ngelapor sama guru, kalo anak-anak ada yang
ngejek..”P.2
 “…kalo ada guru yang nanya, baru aku ceritain ke guru..”
Cara
mencegah
P.3 secara verbal
 “…pernah cerita sama guru bahasa Indonesia kalau aku
sering di ejek di kelas..” P.4
4.
5.aja kak...” P.1
 “…iya, cuma diam
 “…yaa.. diam aja Sikap dalam
6. kak, dan sabar karena sabar di sayang
Cara menghadapi
Allah…” P.2 mengatasi
 “…paling diam kak, karena takut juga ..” P.3 menjaga Bullying
perasaan
 “…hadapi dengan sabar aja kak…”P.4

 “…ngga aku hirau kan kak orang-orang yang bully..” P.1


 “…biarin aja kak orang mau ngatain kita apa, ngga usah di
hirauin…” P.2
motivasi

 “…yaaa.. ngga aku peduliin lah mereka…” P.3


“…ingat kata-kata ibuBagan 4.3 ngga usah respon
aku untuk
mereka…”.P.4 Tema : Perilaku dalam menghadapi bullying

Dari hasil wawancara mendalam di dapatkan tema yang ketiga yaitu


perilaku dalam menghadapi bullyingdengan tiga kategori yaitu, cara mencegah
secara verbal, cara mengatasi menjaga perasaan, dan motivasi. Pada kategori
pertama informan menggungkapkan ungkapan sebagai berikut :
- kadang cuma diam, paling ngga cerita sama orang terdekat atau yang
lebih nyaman. Pernah waktu itu di panggil keruang BK, jadi aku ceritain
semua sama guru BK biar dapat solusi (P.1)
- kadang ngelapor juga sama guru kalo anak-anak kelas ada yang sering
ngejek-ngejek (P.2)
- paling diam kak, karena takut. kalau ada guru yang nanya-nanya baru
cerita ke guru itu. Tapi, kalo mau langsung cerita ke guru takut kak (P.3)
- iya kak, waktu itu aku diam-diam nemui guru bahasa Indonesia aku, terus
aku cerita sama ibu itu kalau di kelas aku sering di ejek-ejek, jadi Bu S
kasih tau ke Bu N (guru BK). (P.4)
Pada kategori kedua informan mengungkapkan ungkapan sebagai berikut:

- sebenarnya mau di lawan gimana, makanya sering diam aja , kalo kesal
juga sering aku bentak balik (P.1)
- sabar aja, walaupun sering di katain, di hina dan sebagainya. Sama
seperti mama dulu, mama dulu juga seperti itu di katain oleh keluarga
mama, tapi mama cuma sabar, mama ngajarin buat sabar kecuali kalau
sudah kelewatan batas (P.2)
- aku pernah ngomong ke mereka “ ngga usah kayak itu “ , tapi masih gitu.
Jadi ya aku diamin ajalah buat ngatasi nya. (P.3)
- tapi yaudahla hadapi dengan sabar aja kak, semua nanti akan berubah
sendiri.(P.4)

Pada kategori ketiga informan mengungkapkan ungkapan sebagai berikut:

- ngga aku hirau kan kak orang-orang yang bully, mungkin mereka lebih
sempurna dari pada aku (P.1)
- yaa biarin aja kak orang mau ngatain kita apa, ngga usah di hirauin terus
sambil ngomong dalam hati kita harus sabar, karena sabar itu di sayang
Allah (P.2)
- caranya yaaa..misal nya mereka masih ngatain aku, aku nya sabar terus
ngga aku peduliin lah mereka (P.3)
- kalo aku kak, cara memotivasi diri aku ya aku ingat terus kata-kata ibu
aku. jadi aku kalo setiap di ejek mereka aku langsung ingat kata-kata ibu
aku untuk ngga usah respon mereka. (P.4)
BAB V

PEMBAHASAN

Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan


remaja.Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku
bullyingakan mengintimidasi atau mengejek kawannya sehingga
kawannya tersebut jengkel. Korban bullying akan mengalami depresi dan
hingga timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena
bullying mengakibatkan korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke
sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku. Selain itu,
bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun prestasinya karena
merasa tertekan sering di bully oleh pelaku.Sekalipun bullying telah
menjadi sebuah masalah selama berabad-abad, bullying tidak menerima
perhatian penelitian signifikan sampai tahun 1970-an (Olweus, 1978).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pada bab sebelumnya


mengenai Dampak Perilaku Bullying Verbal Pada Remajadi Palembang
Tahun 2019. Dari hasil analisis data diperoleh kategorisasi hasil penelitian
dari wawancara sebagai berikut :

1. Bullying Verbal

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa


terdapat kesamaan dari beberapa informan diantaranya adalah, informan di
bullying dengan cara di verbal taunting (ejek) , dan di remehkan.

Menurut Sullivan (2011),bullying adalah tindakan agresif atau


manipulasi atau pengucilan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
berulang-ulang oleh individu atau kelompok kepada individu atau
kelompok lain. Siswa yang mengalami tindakan bullying memiliki tingkat
asertifitas yang rendah sehingga memiliki rasa ketakutan dan kecemasan
dan tidak mempunyai kemampuan mempertahannkan hak pribadinya
(Soedjojo, 2009)

Dengan presentase mencapai 70 persen dari seluruh kasus


bullying.Bullying verbal mudah dilakukan dihadapan teman sebaya tanpa
terdeteksi. Dapat terjadi saat situasi keramaian dikelas sehingga dianggap
hanya dialog yang biasa dan tidak ada teman sebaya yang simpatik.Terjadi
secara cepat dan tidak menyakitkan pelaku, namun dapat sangat melukai
target.Bullying verbal bisa berupa pemberian julukan nama, celaan, fitnah,
kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial),
pernyataan-pernyataan berupa ajakan atau pelecehan seksual, perampasan
uang saku atau barang-barang, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, desas
desus keji yang tidak benar, serta gossip.
Dari berbagai definisi yang telah disampaikan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku yang ditujukan untuk
menyakiti individu atau sekelompok individu dengan berbagai bentuk baik
fisik, verbal ataupun psikologis yang dilakukan secara sengaja dan
berulang kali oleh individu atau sekelompok individu yang lebih kuat.

Hal ini di perkuat dengan hasil penelitian ahli intervensi bullying,


Dr. Anny Huneek (2008), mengatakan bahwa sebanyak 10-60% siswa
yang berada di Indonesia mengatakan mengalami bullyinggangguan,
ejekan, dihindari teman-temannya, mendapat tonjokan, cubitan atau
dorongan sedikitnya satu kali dalam seminggu.

2. Psikologis Bullying

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa


terdapat kesamaan dari beberapa informan diantaranya adalah, informan
setelah di bullying merasakan tidak percaya diri atau merasa harga diri
rendah dan emosi negatif. Informan yang telah di wawancarai mengaku
adanya perubahan psikologis pada diri mereka, seluruh informan
mengatakan bahwa informan merasa kurang percaya diri karena sering
percaya diri dan mereka merasa kesal kepada pelaku bullying, salah satu
informan juga mengatakan pernah mengalami depresi sehingga membuat
informan tidak berangkat ke sekolah karena informan merasa takut akan di
bully oleh pelaku bullying yang sering membully nya.

Bullying tidak mengenal tempat dan waktu, korban yang menjadi


target bullying memiliki ciri-ciri yaitu, lebih lemah dari pada pelaku,
biasanya lebih muda atau bahkan teman sebaya. Bahaya bullying yaitu,
memberikan dampak psikologis seperti mengalami depresi, meras rendah
diri, merasa kesal , dendam dan akhirnya menarik diri dari lingkungan
social, serta dapat memperburuk prestasi akademik.

Dampak psikologis terhadap korban bullying yaitu kehilangan


nafsu makan, prestasi belajar menurun, tidak bersemangat untuk
melakukan kegiatan yang disukai, depresi, gangguan pengendalian
diri.Dampak sosial yang ditimbulkan terhadap anak korban bullying yaitu,
anak menutup diri dari lingkungan sosialnya, tidak percaya diri dan
memilih menyendiri tidak mau bergabung dengan teman yang lainnya.

Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention


Resource Center Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan
bahwa bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan,
mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk
menghindari sekolah.Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang
lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial,
memunculkan perilaku menarik diri, tidak ingin berbaur dengan teman-
taman, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa
tidak aman.Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat
mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau
melakukan bunuh diri (commited suicide).

Menurut Coloroso, (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying


menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para
korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, ia marah terhadap
dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di
sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau
menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi
akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang
konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih
jauh lagi ke dalam pengasingan.

Hal ini di perkuat dengan penelitian yang dilakukan di India


(Sandhu, 2015), mengambil sampel 200 siswa dan siswi yang menjadi
korban bullying di kota Bargadi, India. menemukan bahwa para korban
bullying ini mengalami penurunan harga diri, depresi, mengalami luka –
luka fisik pada tubuh, dan hilangnya kepercayaan pada dirinya.Dari
penelitian yang dilakukan Riauskina dkk., ketika mengalami bullying,
korban merasakan banyak emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan,
takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam) namun tidak berdaya
menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung
pada munculnya perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.

Kepercayaan diri merupakan salah satu sifat kepribadian yang


sangat menentukan dalam kehidupan seseorang. Menurut Taylor (2011),
rasa percaya diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang
dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target
tertentu. Menurut Lauster (2002),mengungkapkan aspek-aspek dari
kepercayaan diri itu sendiri meliputi kemampuan pribadi, interaksi sosial,
konsep diri, sikap optimis, objektif.

3. Sikap dalam menghadapi bullying

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa


terdapat kesamaan dari beberapa informan diantaranya adalahcara
informan memotivasi diri dalam menghadapi bullyingadalah dengan cara
diam dan bersabar. Informan yang sudah di wawancarai mengatakan sikap
dalam menghadapi bullying lebih baik tidak di respon karena akan
membuat pelaku bullying merasa capek dan bosan sendiri.

Korban bullying juga memerlukan penangan khusus. Menurut


Nusantara, (2008) menyatakan bahwa korban bullying mungkin lebih
cendrung menutup diri dan diam, agar terhindar dari perilaku bullying.
Patut diingat bahwa bullying tidak dapat dihadapi dengan bullying,
karenanya korban bullying harus diajari untuk menghadapi bullying
dengan tegas tapi peduli. Korban bullying dapat menanggapi ejekan
dengan tegar dan bersifat tak acuh mendiamkan ejekan yang di lakukan
pelaku bullying sertakemungkinan besar tidak memasukkan ke dalam hati,
sehingga pelaku bullying akan melihat dirinya sebagai pribadi yang kuat
dan tidak akan mengganggunya lagi

Setelah mengenali dan menyadari bahwa perilaku bullying telah


terjadi, maka perlu ada upaya untuk mengatasi perilaku bullying tersebut.
Penanganan tidak hanya ditujukan kepada korban bullying, akan tetapi
pelaku bullying juga perlu penanganan khusus agar tidak mengulangi
tindakannya tersebut.

Nusantara (2008), menyatakan bahwa pelaku bullying harus


ditangani dengan sabar,.Tumbuhkan empatinya, agar pelaku dapat
merasakan perasaan sang korban saat menerima perlakuan bullying.

Hal ini di perkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh


Mustikasari (2015), menyebutkan bahwa salah satu upaya penanganan
bullying di sekolah adalah dengan cara adanya peranan guru disekolah
adalah sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai pendidik
dalam hubungannya dengan siswa, sebagai pengatur disiplin, dan sebagai
pengganti orangtua. Seorang guru difungsikan untuk mengendalikan,
memimpin dan mengarahkan siswa di sekolah.

Guru menjadi orang yang pertama kali yang seharusnya menangani


kasus bullying. Guru di sekolah mempunyai peran yang cukup penting
untuk memberikan pengetahuan tentang bullying dan membuat suatu
kebijakan yang tegas dan konsisten terhadap perilaku ini.Selain itu, guru
juga mempunyai peran penting untuk dapat memunculkan dukungan yang
baik terhadap pelaku maupun korban bullying (Siswati &Widayanti,
2009). Oleh karena itu, sebelum guru menangani perilaku bullying, guru
harus memahami perilaku bullying terlebih dahulu, memahami ciri-ciri
pelaku dan korban bullying, dan memahami bagaimana cara memberikan
instruksi kepada siswa untuk menghadapi peristiwa bullying (Rock,
Hammond, & Rasmussen, 2004).
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Bullying merupakan prilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya


terdapat aspek kesengajaan untuk mendiminasi, menyakiti, atau
menyingkirkan adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia,
kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status social, serta dilakukan
secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain
(Margaretha, 2013)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dari hasil penelitian yang dilakukan di
SMA Muhammadiyah 2 Palembang dengan Judul Dampak perilaku Bullying
verbal pada remaja di SMA Muhammadiyah 2 Palembang tahun 2019 di
dapatkan 3 tema dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 3 informan.

Tema yang pertama adalah bullying verbal dari 3 informan semuanya


mengatakan sering di ejek dan di remehkan oleh teman sekelas mereka.

Tema yang kedua dampak bullying dari hasil wawancara yang didapat dari
3 informan semuanya mengatakan setelah mereka di bully mereka menjadi
tisak percaya diri lagi dan 2 diantara nya mengatakan sakit hati kepada
pelaku bullying, dan 1 nya mengatakan ada peningkatan emosi yang terjadi
pada dirinya.

Tema yang ketiga adalah Perilaku dalam menghadapi bullying dari hasil
wawancara dari 3 informan semuanya mengatakan bahwa cara mencegah
perilakubullying adalah dengan cara bercerita kepada guru di sekolah tersebut
agar pelaku bullying tidak mengulangi nya kembali dan mengatasi
perilakubullying2 di antara nya mengatakan hanya diam dan 1 nya
mengatakan mengatasi nya dengan cara bersabar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan informasi yang


telah diperoleh selama proses penelitian, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
Saran bagi guru :
1. Guru hendaknya menjadi acuan dalam meningkatkan peran, dalam
pelaksanaan strategi untuk mengatasi perilaku bullying, serta
meningkatkan pengawasan terhadap siswa dan kerja sama dengan
orangtua siswa untuk melakukan kontrol terhadap siswanya.
2. Guru, serta orang dilingkungan sekolah melakukan tindakantindakan
preventiv untuk meminimalisir bahkan menghilangkan fenomenabullying
yang terjadi di sekolah semisal dengan memberikan sosialisasi /
penyuluhan mengenai bullying.

Saran bagi siswa :


1. Siswa hendaknya lebih selektif dalam memilih teman dan dalam bergaul
dengan teman sebaya. Sekalipun terlanjur telah berteman dengan dengan
mereka yang sering melakukan tindakan menyimpang, maka alangkah
baiknya jika siswa dapat lebih bisa memilih mana yang pantas untuk
diikuti dan mana yang tidak.
2. Siswa hendaknya lebih meningkatkan kesadaran beragama sebagai
benteng pertahanan agar tidak mudah terpengaruh melakukan halhal buruk
yang dilakukan oleh teman disekelilingny.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Dampak Perilaku Bullying Verbal


pada Remaja di Palembang Tahun 2019” ini terdapat keterbatasan dalam
penelitian, yaitu :

1. Peneliti hanya dapat melakukan wawancara dengan informan di


lingkungan sekolah.

2. Peneliti sulit mencari waktu untuk wawancara karena keterbatasan


waktu di sekolah tersebut.

3. Peneliti kurang jeli dalam melakukan wawancara karena keterbatasan


waktu yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Arya, Lutfi. (2018). Melawan Bullying: Menggagas Kurikulum Anti Bullying


di Sekolah. Surabaya: Universitas Hang Tuah Surabaya.
Arista, Dias Tiara(2015).Hubungan Antara Asertivitas Dengan Perilaku
Bullying Pada SMA X dan Y Palembang.
digilib.binadarma.ac.id/download.php?id=661.Diakses pada 09 februari 2019.
Astuti, Ponny Retno. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif
Menanggulangi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Cakrawati, F. (2015).Bullying Siapa Takut ?: Panduan Untuk Mengatasi
Bullying. Solo: Tiga Ananda.
Caloroso, B. (2006). Penindasan, Tertindas Penonton : Resep Memutus Rantai
Kekerasan Anak Dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta. PT. Ikrar Abadi
Mandiri.
Caloroso, B (2007). Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak Dari
Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
Ellisyani, Diti Nanda & Setiawan, Cahaya Kiki. (2016). Regulasi Emosi Pada
Korban Bullying di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/view/1057/891.Diakses
pada tanggal 09 februari 2019.

Erika, Ayu Kadek dkk.(2017). Bullying Behaviour Of Adolescents Based On


Gender, Gang and Family.
https://media.neliti.com/media/publications/119469-EN-bullying-behaviour-of-
adolescents-based.pdf. Diakses pada tanggal 31 januari 2019.
Fahrudin, A & Husmiati Y. (2012). Perilaku Bullying : Assesment
Multidimensi dan Intervensi Sosial. Jurnal Psikologi.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/6701/5486.Diakse
s pada tanggal 2 februari 2019.
Fudyartanta, ki.(2013).Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hughes, dkk . (2015). Bullying Preventions And Respons : A Guide For
Schools.
Koura dkk, 2015.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying
Pada Remaja SMK Negeri 1 Manado. (Online)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/7474 di akses pada
tanggal 09 februari 2019
Koura dkk, (2015).Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying
Pada Remaja SMK Negeri 1 Manado. (Online)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/7474. Diakses pada
tanggal 09 februari 2019
Lester., dkk. (2012). Australian Covert Bullying Prevalence Study (ACBPS).
Child Health Promotion Research Centre, Edith Cowan University. Perth.
Maghfirah, U & Rahmawati, M.A. (2009).Hubungan Antara Iklim Sekolah
Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying.Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya. Universitas Islam Indonesia
Nanda, P.H. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Bullying Pada Remaja. 11.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/6440/5277. Diakses pada
tanggal 15 juni 2019
Ningrum, dkk. (2015). Studi Tentang Perilaku Bullying Di Sekolah Menengah
Pertama Se-Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto Serta Penanganan
Oleh Guru Bk. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
https://media.neliti.com/media/publications/187389-ID-faktorfaktor-yang-
berhubungan-dengan-per.pdf. Diakses pada tanggal 16 juni 2019.
Notoatmodjo.S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurfadli, Ahmad. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bullying
dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.
Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika
Rusnoto, dkk, (2017).Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
Bullying Pada Anak Sekolah di MTS Yayasan Pendidikan Islam Klambu
Kabupaten Grobongan, Kudus.
file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8w
ekyb3d8bbwe/TempState/Downloads/331-948-1-PB%20(1).pdf. Diakses
pada 31 januari 2019.
Rakhmat, J. (2007). Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Dengan
Contoh Analistik Statistik. Bandung:Rosdakarya.
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi tiga, jilid 2). Jakarta:
Salemba Humanika.
Sejiwa. (2008). Bullying:Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
Sekitar Anak. Jakarta: PT. Grasindo.
Salsa, W. (2010).Hubungan Antara Pola Asuh Authoritative Orang Tua
Dengan Empati Anak Pada Bystander Bullying.Skripsi.Yogyakarta :
Fakultas Psikologi UGM
Sari, D.J. (2017).Latar Belakang Remaja Melakukan Bullying. 8.
Sari, Puspita. (2010). Coping Stress Pada Remaja Korban Bullying Di Sekolah
X .Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 2

Sarwono, Sarlito W, (2016). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.


Simbolon, M. (2013).Perilaku Bullying pada Mahasiswa Berasrama.Jurnal
psikologi Volume 39.No. 2. Hal: 233 – 243.

Soedjatmiko dkk, (2013).Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan


Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar.(Online)
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/6440/5277 . Diakses pada
tanggal 11 juni 2019
Tawalujan, Eunike Aprilia dkk.(2018). Hubungan Bullying Dengan
Kepercayaan Diri Pada Remaja di SMP N 10 Manado.E-Journal
Keperawatan Vol.6 No.1 Universitas Sam Ratulangi.
file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Packages/Microsoft.MicrosoftEdge_8w
ekyb3d8bbwe/TempState/Downloads/19478-39390-1-SM%20(1).pdf.
Diakses tanggal 31 januari 2019.
Tumon, (2014).studi deskriptif perilaku bullying pada remajavol. 3 no 1.

Usman, I. (2013). Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim


Sekolah Dan Perilaku Bullying. 12.

Wiyani, A.N.( 2014). School Bullying.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Wulandari, A.W. (2016) Karakteristik Pelaku Dan Korban Bullying. 11.


LAMPIRAN
Lampiran1
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawahini :


Nama :.......................................................................
Umur :.......................................................................
Telahmenerimadanmengertipenjelasantentang
“DampakPerilakuBullyingPadaRemaja di SMA Muhammadiyah 2 Palembang
Tahun 2019” termasukpenyebab, sertaefeksamping yang
dapatditimbulkandariperilakubullying.Denganpenuhkesadaransertatanpapaksaan,
sayabersediamenjadipesertapenelitiantersebut.Demikianlahsuratpersetujuaninisaya
perbuatdenganpenuhkesadarandantanpapaksaansiapapun.

Palembang, Mei 2019

Penulis Yang menyatakan persetujuan

(Jenny RamadonaPutri A.Y) ( )


PEDOMAN WAWANCARA

Dampak Perilaku Bullying pada Remaja di SMA Muhammadiyah 2


Palembang Tahun 2019

A. Pedoman Umum Wawancara


1. Ucapkan terima kasih atas ketersediaan dan kehadirannya
2. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
3. Wawancara dilakukan oleh peneliti
4. Dalam wawancara informan bebas mengeluarkan pendapat
5. Lakukan perkenalan antara peneliti dan informan

B. Pelaksanaan
1. Identitas Informan
a. Nama Inisial :
b. Alamat :
c. Jenis Kelamin :
d. Umur :

2. Keterangan Pewawancara
a. Nama Pewawancara :
b. Tanggal Pewawancara :
c. Lama Pewawancara :
d. Situasi Pewawancara :

C. Pertanyaan Wawancara
1. Coba anda jelaskan bullying seperti apa saja yang pernah anda
rasakan?
2. Coba anda jelaskan apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anda
menjadi di bullying?
3. Bagamaina menurut anda cara mengatasi perilaku bullying?
4. Bagaimana perasaan anda terhadap orang yang membully anda?
5. Apakah perilaku bullying itu membuat mental anda down?
6. Coba anda ceritakan seberapa sering anda di bullying?
7. Apakah anda pernah melapor ke orang tua tentang perilaku
bullying yang anda rasakan?
8. Bagaimana cara memotivasi diri anda sendiri dalam menghadapi
bullying?
9. Bagaimana cara anda mencegah perilaku bullying yang dilakukan
teman anda?
10.Apakah dampak bullying yang anda rasakan?

Anda mungkin juga menyukai