Anda di halaman 1dari 89

METODE BIMBINGAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN

KEDISIPLINAN IBADAH SHALAT 5 WAKTU PADA ANAK DI DUSUN


KARANG JANGKONG DESA SINTUNG KECAMATAN PRINGGARATA
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

oleh
Lismiani Dewi
NIM. 15.3.14.4.043

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2018
METODE BIMBINGAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN
KEDISIPLINAN IBADAH SHALAT 5 WAKTU ANAK DI DUSUN KARANG
JANGKONG DESA SINTUNG KECAMATAN PRINGGARATA
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi
persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

oleh
Lismiani Dewi
NIM. 15.3.14.4.043

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2018
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Lismiani Dewi, NIM: 153.144.043 dengan judul “Metode Bimbingan
Orang Tua Dalam Peningkatan Kedisiplinan Ibadah Shalat 5 Waktu Anak Di Dusun
Karang Jangkong” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 2018

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Winengan M.Si Azwandi M.Hum


NIP.197612312005011007 NIP: 197712312007101001

iii
NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 2018
Hal : Ujian Skripsi

Yang Terhormat
Rector UIN Mataram
Di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara :
Nama Mahasiswa : LISMIANI DEWI
NIM : 153.144.043
Jusuran/Prodi : BIMBINGAN KONSELING ISLAM

Judul : METODE BIMBINGAN ORANG TUA DALAM


PENINGKATAN KEDISIPLINAN IBADAH SHALAT 5 WAKTU ANAK DI
DUSUN KARANG JANGKONG DESA SINTUNG KECAMATAN
PRINGGARATA LOMBOK TENGAH

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi


Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami
berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Wassalammu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Winengan M.Si Azwandi M.Hum


NIP.197612312005011007 NIP: 197712312007101001

iv
PENGESAHAN

Skripsi oleh: Lismiani Dewi, NIM 15.3.14.4.043 dengan judul: Metode Bimbingan
Orang Tua Dalam Peningkatan Kedisiplinan Ibadah Shalat 5 Waktu Anak di Dusun
Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah, telah
dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi UIN Mataram pada tanggal

vi
MOTTO

      


       

    


      
 
 

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.1

QS.at-Tahrim [66]:6.
1

vii
PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku,

ABDUL MUHID, ERNAWATI (Alm), kakakku MARIA

SOPIANA, ibu tiriku NURZAL HATI, Ulumudin,

Keluargaku, Sahabat-Sahabatku yang tidak bisa aku

sebutkan satu persatu serta almamaterku UIN Mataram”

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan

shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga

kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses

tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan

penghargaan setingi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah :

1. Dr. Winengan M.Si sebagai pembimbing I dan Azwandi, S.Ag, M.Hum

sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi

mendetail, terus-menerus dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam

suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. Dr. H. Nazar Na‟amy M.si dan H. M. Syarifuddin M.Pd sebagai penguji yang

telah memberikan saran dan kontribusi bagi penyempurnaan skripsi ini.

3. Rendra Khaldun, M.Ag sebagai ketua jurusan, dan Bapak, Ibu Dosen yang

selama ini telah memberikan penulis berbagai pengalaman dan pengetahuan

baru selama perkuliahan, semoga Allah Swt membalas segala kebaikan yang

telah diberikan, dan atas segala saran-saran dan bimbingannya.

4. Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA selaku dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan semua dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah membimbing dan mengajarkan arti kekeluargaan.

ix
5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah

memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan

dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kamus tanpa pernah selesai.

6. Kepala Dusun Karang jangkong, dan Kepala Desa Sintung yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian agar

penulis bisa menyelesaikan skripsi yang penulis buat.

7. Almamaterku tercinta UIN Mataram yang telah memberikan banyak sekali

kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu serta memberikan

pengalaman hidup yang berarti bagi penulis selama ini.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat-ganda dari Allah swt . dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.

Amin.

Mataram, 2018

Penulis,

Lismiani Dewi

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

NOTA DINAS PEMBIMBING.................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................ vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAPTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Dan Manfaat ................................................................... 6
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian ....................................... 8
E. Telaah Pustaka ............................................................................ 8

xi
F. Kajian Teori ............................................................................... 12
G. Metode Penelitian........................................................................ 26
H. Sistematika Pembahasan ............................................................. 37

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................... 39

A. Gambaran umum lokasi penelitian.............................................. 39


B. Metode bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan
ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa
Sintung Kecamatan Pringgarata Kab Lombok Tengah ? ............ 47
C. Aspek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat
5 waktu pada anak di Dusun karang jangkong Desa Sintung
Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah? ................ 52

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 57

A. Analisis metode bimbingan orang tua dalam peningkatan


kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang
Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten
Lombok Tengah ? ....................................................................... 57
B. Aspek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat
5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa
SintungKecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok
Tengah ? ...................................................................................... 62

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 66

A. Kesimpulan ................................................................................. 66
B. Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 69
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah RT dan Nama Ketua RT, 41.

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Desa Sintung, 39.

xiv
METODE BIMBINGAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN

KEDISIPLINAN IBADAH SHALAT 5 WAKTU PADA ANAK DI DUSUN

KARANG JANGKONG DESA SINTUNG KECAMATAN PRINGGARATA

KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh:
Lismiani Dewi
NIM: 153.144.043

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode bimbingan orang tua dalam
peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong
Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah, selain itu peneliti ini
bertujuan untuk mengetahui aspek penghambat dalam peningkatan kedisiplinan
ibadah shalat 5 waktu pada anak di D Dusun Karang Jangkong Desa Sintung
Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana peneliti
sebagai instrument kunci yang bisa memberikan pemaknaan terhadap semua data
yang terkumpul yang sudah memenuhi unsur reabilitas dan validitas sehingga data
yang diperoleh benar-benar akurat. Data yang digunakan berupa pemaparan dari
suatu peristiwa, realitas sosial, konstruksi sosial atau data deskriptif. Instumen
penilaian yang digunakan untuk mengetahui metode bimbingan orang tua dalam
peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak adalah observasi
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dalam bentuk data kualitatif, data
kualitatif dianalisis menggunakan validitas data.
Hasil dari penelitian ini adalah orang tua menggunakan bebrapa metode dalam
peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak antara lain. (1) metode
teladan, (2) metode pembiasaan, (3) metode praktik. Kemudian aspek penghambat
orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak yaitu (1)
faktor lingkungan, dan (2) faktor ekonomi. Pemaparan tentang metode bimbingan
orang tua dapat meningkatkan kedisiplinan anak dalam menjalankan ibadah shalat 5
waktu. Aspek yang menghambat orang tua dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5
waktu pada anak tidak menyurutkan semangat orang tua dalam membimbing dan
mengarahkan anak-anaknya untuk terus mengerjakan shalat 5 waktu.

Kata kunci: Metode, Bimbingan, Orang Tua, kedisiplinan, Shalat, Anak.

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keluarga adalah institusi pertama dalam kehidupan manusia dan

menjadi titik mula perjalanan manusia yang akan mempengaruhi seluruh fase

perjalanan hidup berikutnya. keluarga berperan dalam memberikan panduan

dan acuan yang penting bagi pembentukan individu. pembentukan individu

inilah yang di mulai dari dalam keluarga sejak dini. Salah satu anggota

keluarga yang sangat berperan adalah orang tua, di sini orang tua mempunyai

tugas yang mulia untuk memberikan asuhan, tugas, kasih sayang, dan

mengasah kemampuan anak agar menjadi manusia yang berkualitas termasuk

pendidikan.2

Peranan keluarga paling utama dan pertama yaitu dalam penanaman

nilai-nilai keagamaan, penanaman nilai-nilai agama yang dilakukan oleh

orang tua terhadap anaknya tidaklah mudah dan membutuhkan waktu serta

kesabaran yang tinggi. Tidak hanya sesekali, nilai-nilai agama ditanamkan

pada anak akan tetapi seharusnya secara terus menerus tidak terputus.

Keterlibatan dan tanggung jawab orang tua inilah yang benar-benar harus

diperhatikan oleh para orang tua. Orang tua harus mempercayai dan meyakini

Zaidan Abdul Baqi, Sukses Keluarga Mendidik Balita, (Solo: Era Intermedia,
2

2005),hlm.6.

1
bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua akan ditiru oleh anak-anaknya,

sebagai contoh jika orang tua rajin melaksanakan shalat, maka pengarahan

dan didikan dengan penuh kasih sayang serta memberikan pengartian kepada

anak maka anak tersebut akan mengikutinya tanpa ada paksaan dan paham

bahwa itu merupakan suatu kewajiban untuk menegakkan kedisiplinan.

Melalui disiplin anak akan diajarkan tentang bagaimana berperilaku

dengan cara-cara yanga sesuai dengan standar kelompok sosialnya, sesuai

dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya dimana anak itu

berasal. Maka jelaslah bahwa orang tua adalah orang pertama yang

bertanggung jawab terhadap pembentukan perilaku moral anak-anaknya

dirumah. Kesalahan atau ketidak taatan dalam penanaman kedisiplinan sangat

besar pengarunya terhadap pembentukan perilaku anak. Sedangkan

penanaman disiplin yang tepat akan menghasilkan terbentuknya perilaku

moral yang baik atau positif bagi anak.3 Dalam sebuah keluarga, tentunya

yang sangat berperan adalah ayah dan ibu (orang tua) dalam mendidik anak,

apa saja yang dilakukan oleh ayah dan ibu sebagai sebuah keluarga yang ideal

dalam mendidik anak dan mengembangkan potensi atau kemampuan anak-

anak. Sebagai orang tua harus memahami benar apa makna dari mendidik

sehingga tidak berpendapat bahwa mendidik adalah melarang, menasehati dan

memerintah anak.

Dini P. Daeng Sari, Metode Mengajar Di Taman Kanak-Kanak Bagian II, (Jakarta:
3

Depdikbud Dirjen Dikti, 1996),hlm.17.


2
Disiplin Shalat 5 waktu dapat tumbuh dan dibina melalui latihan,

pendidikan atau penanaman kebiasaan yang harus dimulai sejak dalam

lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh

berkembang sehingga menjadi disiplin yang semakin kuat. Allah SWT

memerintahkan kepada orangtua untuk mendidik anaknya sebagaimana

tertuang dalam firman Allah QS. At Tahrim ayat 6:

          


      

          

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.4

Sudah jelas bahwa mendidik adalah tanggung jawab orang tua kepada

anaknya. Dalam ajaran Islam shalat merupakan salah satu jenis kewajiban

yang menduduki peringkat kedua dalam rukun islam, yaitu setelah umat islam

bersyahadat, menyatakan diri bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa yang

hanya kepada Dia, umat Islam menyembah dan meminta pertolongan.

Kewajiban shalat diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui

perjalanan luar biasa yang tidak akan mampu dulakukan oleh semua makhluk

QS.at-Tahrim [66]:6.
4

3
Allah. Kewajiban menunaikan shalat tidak boleh ditinggalkan bilamana

waktunya telah tiba, di mana, kapan, dan bagaimanapun keadaannya.5

Shalat menentukan kehidupan umat islam yang senantiasa menjaga

waktu demi masa depannya yang baik, dengan terjaganya waktu tidak akan

ada kelalaian dan penyia-nyiaan kesempatan yang telah diberikan Allah

kepada kita sebagai hamba-Nya. Shalat juga akan mengubah pola hidup umat

Islam yang selalu menjauhkan diri dari kemaksiatan dan kemungkaran.

Dengan demikian shalat menjadi benteng bagi manusia untuk tidak

melakukan maksiat, jika anak rajin mengerjakan shalat kecil kemungkinan

anak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Orang tua yang

mengajarkan shalat kepada anak-anaknya mulai sejak dini berarti orang tua

tersebut sejak dini pula mengajarkan kepada anak untuk mencari pertolongan

kepada Allah melalui shalat.6 Shalat untuk membentuk kepribadian seorang

muslim yang tangguh, dalam shalat mengajarkan hidup disiplin , hidup sabar,

bermasyarakat, mengajarkan hidup sehat, hidup bersih lahir batin, menahan

diri dan pengendalian diri, berkomunikasi dengan Kholiqnya. Shalat juga

menjadi benteng bagi manusia untuk tidak melakukan maksiat, jika anak rajin

shalat kecil kemungkinan anak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh

Abdul Hamid. Ahmad Saebani, Fiqih Ibadah Refleksi Ketundukan Hamba Allah
5

Kepada Al-Khaliq Perspektif Al-Quran Dan As-Sunnah, (Bandung: Pustaka Setia,


2009),hlm.181.
Ibid.,hlm.184-185.
6

4
agama. Shalat yang dilakukan dan diajarkan sejak dini berarti mengajarkan

kepada anak untuk selalu mengingat Rabbnya.

Keadaan di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan

Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, setiap menjelang waktu shalat anak

di dusun karang jangkong selalu mengerjakan shalat walaupun anak tidak

shalat berjamaah di masjid, ada sebagian anak yang mengerjakan shalat di

rumah, ada juga yang mengerjakan shalat di mushalla dan di TPQ masing-

masing. Ada juga anak yang malas untuk mengerjakan shalat sehingga anak

sering mendapatkan omelan serta ocehan dari orang tuanya, tidak sedikit

orang tua yang memukul anaknya. Mendidik anak agar melaksanakan shalat

5 waktu merupakan hal yang tidak mudah. Orang tua membutuhkan kesabaran

untuk mendidik anak-anaknya. Dilihat dari bebrapa orang tua yang masih

mendidik anaknya dengan cara yang keras. Ada juga anak yang mandiri

mengerjakan shalat tanpa disuruh, ada juga anak yang mengerjakan shalat

harus dengan perintah orang tua mereka. Menurut salah satu orang tua, tanpa

perlu mengeluarkan kata-kata untuk menyuruh anaknya shalat, bila tiba

waktunya untuk shalat anaknya pun langsung pulang dan mengerjakan shalat

padahal anaknya masih kelas 2 sekolah dasar. Mayoritas masyarakat di

Dusun Karang Jangkong, Desa Sintung, Kecamatan Pringgarata Kabupaten

Lombok Tengah, berprofesi sebagai petani, buruh tani, kuli bangunan, dan

pedagang namun orang tua semangat untuk mendisiplinkan anak dalam hal

5
ibadah shalat, meskipun masih ada orang tua yang mendidik anaknya dengan

keras.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang Metode Bimbingan Orang Tua Dalam Peningkatkan Kedisiplinan

Ibadah Shalat 5 Waktu Pada Anak Di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung

Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah

yang digunakan peneliti untuk acuan dalam batasan penelitian yang dilakukan

yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana metode bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan

ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung

Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah?

2. Apa saja aspek penghambat dalam medisiplinkan ibadah shalat 5 waktu

pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan

Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah?

C. TUJUAN DAN MANFAAT

a. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui metode bimbingan yang di lakukan orang tua dalam

peningaktkan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun

6
Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok

Tengah.

2. Mengetahui aspek penghambat dalam peningkatkan kedisiplinan

ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa

Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah.

b. Manfaat penelitian

Adapun mamfaat dilakukan penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

a) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada

disiplin keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam mengenai

model bimbingan orang tua dalam peningkatkan kedisiplinan

ibadah shalat 5 waktu pada anak.

b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi mengenai

model bimbingan orang tua dalam peningkatkan kedisiplinan

ibadah shalat 5 waktu pada anak.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna dan

memberikan gambaran serta pengetahuan bagi pembaca dan

masyarakat tentang metode bimbingan orang tua dalam peningkatkan

kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak.

7
D. RUANG LINGKUP DAN SETTING PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini terarah dengan baik, maka peneliti membatasi

ruang lingkup dan setting penelitian yaitu hanya berfokus pada hal-hal

yang berkaitan dengan rumusan masalah sebagai mana telah diuraikan di

atas seperti Metode Bimbingan Orang Tua Dalam Peningkatakn

Kedisiplinan Shalat 5 waktu Anak.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung

Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah. Secara geografis

dusun ini terletak antara perbatasan desa bagu dengan sintung sehingga

lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini yaitu melihat bahwa

tingkat kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang

Jangkong tergolong baik sehingga peneliti tertarik meneliti tentang

metode bimbimban orang tua dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu

pada anak.

E. TELAAH PUSTAKA

Penelaahan pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian

yang sedang dilaksanakan (state affairs) diantara hasil-hasil penelitian dan

buku-buku terdahulu yang bertopik senada (prior research on the topic).

8
Tujuannya adalah untuk menegaskan kebaruan, orsinalitas, dan urgensi

penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait. Jadi telaah pustaka yang

ditelaah harus memiliki signifikansi dan relevansi dengan focus penelitian.

Mengenai pembahasan atau tulisan yang membahas tentang model

bimbingan orang tua dalam meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu

anak di lingkungan pedesaan belum banyak yang mengupas masalah tersebut.

1. Kalsum Hidayat, dengan Judul : Korelasi antara Disiplin Pengalaman

Ibadah Sholat dan Keluarga Dengan Disiplin Siswa Kelas II MTs

Nahdlatul Shaufiah Wanasaba Lombok Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Korelasi antara disiplin

pengalaman ibadah sholat dan keluarga dengan disiplin siswa. Oleh

karena itu hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat korelasi antara

pengalaman sholat dalam keluarga dengan disiplin siswa dalam mengikuti

peoses belajar mengajar di sekolah. Pelaksanaan ibadah sholat yang bisa

dikerjakan dengan tepat waktu dan berpengaruh pada siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar yakni siswa selalu tepat waktu masuk

sekolah. Kemudian dengan menjaga kebersihan dalam sholat berpengaruh

pula pada siswa baik kebersihan badan, pakaian dan lingkungannya.

9
Dengan demikian, siswa dapat mengindahkan tata tertib baik dilingkungan

keluarga, masyarakat maupun si sekolah.7

Persamaan dari penelitian ini yaitu terletak pada konteks penelitian

dimana penelitian tersebut membahas tentang kolerasi antara disiplin

pengalaman ibadah shalat dan keluarga dengan disiplin sisiwa sedangkan

peneliti dalam hal ini meneliti tentang metode bimbingan orang tua dalam

meningkatkan ibadah shalat 5 waktu pada anak. Perbedaannya terletak

pada setting penelitian dimana penelitian tersebut dilakukan MTs

Nahdlatul Shaufiah Wanasaba Lombok TImur sedangkan peneliti dalam

hal ini melakukan penelitian di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung

Kec Pringgarata Lombok Tengah

2. Skripsi Upaya Orang Tua Dalam Meningkatkan Disiplin Ibadah Salat

Fardhu Pada Anak (Studi Kasus Kelas VIII Mts Sambirejo Sragen),

Hasil penelitian ini menjelaskan tentang upaya orang tua untuk

membentuk sikap disiplin shalat pada anak, orang tua melakukan upaya

diantaranya: pembiasaan, keteladanan, penyadaran, dan pengawasan.

Faktor pendukung kedisiplinan shalat anak antara lain : keluarga,

lingkungan, pendidikan, dan pergaulan. Faktor keluarga dan pendidikan

menjadi faktor dominan yang mempengaruhi terbentuknya sikap disiplin

Kalsum Hidayat, “Korelasi antara Disiplin Pengalaman Ibadah Sholat dan


7

Keluarga Dengan Disiplin Siswa Kelas II MTs Nahdlatul Shaufiah Wanasaba Lombok
Timur”, (Skripsi, IAIN Mataram, 2014), hlm.60.
10
shalat anak. Keberhasilan orang tua mananamkan disiplin shalat anak

dapat dilihat melalui perilaku anak pada shalatnya, antara lain: tepat waktu

melaksanakan salat, tanggung jawab, memiliki kehendak untuk shalat

tanpa diperintah.8

Persamaan dari penelitian ini yaitu terletak pada konteks penelitian

dimana penelitian tersebut membahas tentang upaya orang tua dalam

meningkatkan disiplin ibadah shalat fardu pada anak sedangkan peneliti

dalam hal ini meneliti tentang model bimbingan orang tua dalam

meningkatkan ibadah shalat 5 waktu pada anak. Perbedaannya terletak

pada setting penelitian dimana penelitian tersebut dilakukan Mts

Sambirejo Sragen sedangkan peneliti dalam hal ini melakukan penelitian

di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kec Pringgarata Lombok

Tengah

3. Skripsi, Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Disiplin Shalat Pada Anak

Remaja Di Kelurahan Handil Bakti Kecamatan Alalak Kabupaten Barito

Kuala.

Hasil penelitian ini menjelaskan peran orang tua dalam

meningkatkan disiplin shalat pada anak remaja di kelurahan Handil Bakti

Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Pada keluarga sudah

Abdurrohman al farih,” Upaya Orang Tua Dalam Meningkatkan Disiplin Ibadah


8

Salat Fardhu Pada Anak (Studi Kasus Kelas VIII Mts Sambirejo Sragen), (skripsi, UIN
Muhammadiyah Surakarta, 2017).hlm.x.
11
terlaksana dengan cukup baik namun ada keluarga yang masih kurang

terlaksana, hal tersebut dikarenakan kurangnya peran mereka di rumah

sebagai orang tua dalam mendidik, membimbing, mengawasi,

memberikan reward dan punishment dan faktor yang tidak mendukung

yaitu latar belakan pendidikan, ekonomi, waktu dan pengalaman

keagamaan bagi orang tua terhadap anaknya. Sedangkan faktor yang

mendukung yaitu lingkungan.9

Persamaan dari penelitian ini yaitu terletak pada konteks penelitian

dimana penelitian tersebut membahas peran orang tua dalam

meningkatkan disiplin shalat pada remaja, sedangkan peneliti dalam hal

ini meneliti tentang model bimbingan orang tua dalam meningkatkan

ibadah shalat 5 waktu pada anak. Perbedaannya terletak pada tempat

penelitian dimana penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Handil Bakti

Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, sedangkan peneliti dalam hal

ini melakukan penelitian di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kec

Pringgarata Lombok Tengah.

F. KERANGKA TEORI

1. Metode Bimbingan Orang Tua

a. Pengertian metode dan bimbingan

Husnulinayah,”Peran Oranag Tua Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada Anak


9

Remaja Di Kelurahan Handil Bakti Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala, (Skripsi,
Fkif, Uin Antasari Banjarmasin,2017).hlm.iv.
12
Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui

untuk pencapaian suatu tujuan, kata metode berasal dari kata meta

yang berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” dalam bimbingan dan

konseling bisa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan

dalam proses bimbingan dan konseling.10 Sedangkan

Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai bantuan

namun untuk sampai kepada pengertian sebenarnya kita harus ingat

bahwa tidak setiap bantuan dapat diartikan sebagai bimbingan,

bimbingan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris guidance, kata

guidance berasal dari kata kerja to guidance artinya menunjukkan,

membimbing, menuntun orang ke jalan yang benar. Jadi kata guidance

berarti pemberian petunjuk pemberian bimbingan pada orang lain yang

membutuhkan. Menurut Rochman Natawidjaja bimbingan dapat

diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu

yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesua dengan tuntutan dan

keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan

pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati

kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti

Http://belardobk.blokspot.com/2013/07/metode-bimbingan-dan-
10

konseling.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 April 2018, jam 09:15.


13
kepada kehodupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan dapat

membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal

sebagai makhluk sosial. Pakar bimbingan yang lain mengungkapkan

bahwa bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-

menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar

tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,

dalam mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian

diri dengan lingkungannya.11

Dalam hal ini metode bimbingan orang merupakan cara orang

tua dalam mendidik dan mengajarkan anak agar menjadi disiplin

dalam mengerjakan ibadah shalat 5 waktu. Metode bimbingan orang

tua sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu

anak, orang tua memiliki tanggung jawab mendidik, mengasuh, dan

membimbing anak-anaknya untuk mengerjakan agama terutama

mengajarkan tentang pentingnya disiplin shalat 5 waktu.

Adapun metode bimbingan yang harus diterapkan oleh orang

tua antara lain :

1. Metode Teladan

Metode ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran

dengan cara pendidik dalam hal ini (orang tua) memberikan contoh

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling


11

Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),hlm.36.


14
teladan yang baik kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan. Suri

teladan dari para pendidik merupakan faktor yang besar pengaruh

dalam pendidikan anak. Pendidik, terutama orang tua dalam rumah

tangga dan guru di sekolah adalah contoh ideal bagi anak. Salah

satu ciri utama anak adalah meniru, sadar atau tidak, akan

meneladani segala sikap, tindakan, dan perilaku orang tuanya, baik

dalam bentuk perkataan dan perbuatan maupun dalam pemunculan

sikap-sikap kejiwaan, seperti emosi, sentimen, kepekaan, dan

sebagainya.

2. Metode Pembiasaan

Islam mengajarkan bahwa anak berada dalam kondisi fitrah

(suci, bersih, belum berdosa) sejak lahir sampai balig. Fitrah

tersebut akan berkembang dengan baik dalam lingkungan yang

terbina secara agama, ketika teladan utama tercermin dalam segala

aspek kehidupan. Walau demikian, penampilan teladan tidak

memadai. Fitrah memerlukan pengembangan melalui usaha sadar

dan teratur serta terarah, yang secara umum disebut pendidikan.

Akan tetapi, untuk anak yang masih berumur dibawah 10

tahun, pambiasaan merupakan metode yang terbaik. Anak harus

dibiasakan mandi, makan, dan berpakaian dengan bersih dan

teratur, mendirikan shalat setiap waktu meskipun dengan cara yang

15
belum sempurna, hormat kepada orang tua, guru, dan tamu,

berkata dengan sopan, rajin belajar (bagi anak yang sudah sekolah)

dan sebagainya.

3. Metode Praktik

Dari segi psikologis dan metodologis metode ini sangat

menarik anak, sebab praktik dan peragaan merangsang banyak

indra anak, misalnya mata, telinga, dan minat atau perhatiannya.

Banyak ajaran islam seperti shalat, zakat, sedekah, akhlak mulia,

yang dapat dipraktikkan atau dengan sengaja diperagakan di depan

anak. Kecendrungan meniru akan mendorong anak melakukan

ajaran-ajaran yang dipraktikkan di depannya, meskipun dalam

bentuk dan cara yang belum seharusnya benar.

4. Metode Cerita

Salah satu metode terbaik untuk mengajari seorang anak

adalah melalui cerita. Anak-anak senang mendengar cerita

terutama anak yang masih berumur antara 3-12 tahun. „Abdu Al-

„Azlz „Abdu Al-Majdi menjelaskan bahwa anak sejak mulai

mengerti kata-kata sampai masa memasuki taman kanak-kanak,

sekolah dasar, dan menengah senang mendengar cerita. Dalam

kenyataan empiris, tidak hanya anak-anak yang senang

mendengarkan cerita, tetapi juga orang dewasa dan orang tua,

16
bedanya hanya terletak pada isi cerita. Melalui cerita dapat

disampaikan nilai-nilai yang diharapkan akan dianut, dihayati, dan

diamalkan oleh anak-anak.

5. Metode hukuman

Di antara anak ada yang sangat agresif, suka melawan,

berkelahi, senang menganggu, dan bandel, sehingga sukar

mengendalikannya melalui cara atau metode yang lazim digunakan

untuk sebagian besar anak-anak biasa. Untuk anak semacam itu

dapat menggunakan metode hukuman.

Pemberlakuan hukuman dapat dipahami, karena disatu sisi

Islam menegaskan bahwa anak adalah amanah yang dititipkan

Allah kepada orang tuanya, di sisi lain setiap orang tua yang

mendapatkan amanah wajib bertanggung jawab atas pemeliharaan

dan pendidikan anaknya agar menjadi manusia yang memenuhi

tujuan pendidikan Islam. Untuk itu orang tua harus melakukan

segala cara (metode, teknik), termasuk hukuman, umpamanya

dengan teknik : (1) mengasingkan anak beberapa jam dari

pergaulan rumah tangga; (2) mengurungnya beberapa jam di

kamar; (3) memukulnya dengan alat-alat yang diperkirakan tidak

membuat kulinya luka. Dengan demikian, selain untuk

memperbaiki kesalahan kepribadian anak, hukuman juga dapat

17
dipakai sebagai pengajaran bagi orang-orang yang ada

disekitarnya, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang telah

dilakukan.12

b. Pengertian orang tua

Menurut Hurlock, orang tua adalah orang dewasa yang

membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan.

Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke

kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang

tepat dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam

memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada

masing-masing orang tua karena setiap keluarga memiliki kondisi-

kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang

satu dengan keluarga yang lain.13

c. Tugas dan kewajiban orang tua

Menurut Zakiah Daradjat orang tua merupakan pendidik

pertama dan sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak.

Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidupnya merupakan unsur-

unsur pendidikan yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam

Dindin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam, (Bandung: CV


12

Pustaka Setia, 2013),hlm.71-75.


Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: PT Erlangga, 1999), Hlm. 32.
13

18
pribadi anak yang sedang tumbuh.14 Orang tua yang menyadari bahwa

anak adalah titiapan Allah SWT yang harus dijaga dengan baik, maka

akan menjalankan kewajiban dengan sepenuh hati. Maka hampir

dipastikan jika orang tua tidak memiliki kesadaran yang tinggi untuk

melaksanakan shalat, anak-anak pun sulit untuk diperintahkan shalat.

Berbeda jika orang tua yang memiliki kesadaran tinggi untuk

melaksanakan shalat, maka anak-anaknya pun dengan mudah untuk

diperintahkan shalat. Tidak dapat dipungkiri bahwa taladan dari orang

tua sangatlah penting terhadap perkembangan anak dalam beribadah

termasuk shalat 5 waktu.

Kewajiban orang tua untuk mendidik anaknya tidak hanya

pada pendidikan yang bersifat umum melainkan juga pendidikan yang

bersifat khusus pada keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar kelak anak

memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pendidikan

ibadah sangat penting diajarkan kepada anak oleh orang tua terutama

ibadah shalat. Pendidikan shalat tidak hanya terbatas pada bagaimana

cara menjalankan shalat, melainkan menanamkan nilai-nilai di balik

ibadah shalat tersebut. Dengan membiasakan shalat pada anak,

disamping memerintahkan anak untuk menjalankan perintah Allah

juga melatih kedisiplinan.

Zakiyah Dardjat, Ilmu Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990),hlm.56.


14

19
2. Kedisiplinan

a. Pengertian disiplin

Konsep disiplin merupakan suatu konsep yang berkaitan erat

dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang

melibatkan orang banyak). Kata disiplin berasal dari bahasa latin yaitu

“discere” yang berarti belajar. Dari kata dasar ini timbullah kata

“dicipulu” yang berarti murid atau pelajar dan kata “diciplinea” yang

berarti pengajaran. Namun seiring dengan perkembangannya, kata

disiplin berkembang kedalam dua pengertian pertama, disiplin

diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk terhadap

pengawasan atau pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang

bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri dari

berperilaku tertib.

Menurut wardati, disiplin dapat diartikan sebagai ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan

sebagainya. sedangkan menurut Meoliono dalam Zaenal Aki, disiplin

merupakan ketaatan atau kepatuhan kepada aturan tata tertib, atau

norma dan lain-lain.15

Disiplin merupakan bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi

yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksud

Kartini Muliana, “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Disiplin Siswa Di
15

SDN 1 Marje Kec. Lembar Kab. Lobar”, (Skripsi, IAIN Mataram, 2014).hlm 14-15.
20
dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena

kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dalam rapi serta

mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya.

Jadi disiplin ini bukanlah sesuatu yang harus atau tidak harus

dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan

yang ada.

Melalui disiplin, anak belajar untuk bersikap dan berperilaku

yang baik seperti yang diharapakn oleh masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya. Disiplin dapat ditanamkan secara otoriter melalui

pengendalian perilaku dengan menggunakan hubungan secara permisif

melalui kebebasan yang diberikan terhadap anak tanpa adanya suatu

hukuman atau bersifat demokratis melalui penjelasan, diskusi, dan

penalaran mengenai peraturan yang berlaku.

b. Unsur-unsur disiplin

Menurut Tulus Tu‟u, unsur-unsur disiplin adalah sebagai berikut :

a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.

b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya

kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan

keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut,

paksaan, dan dorongan dari luar dirinya.

21
c. Sebagai alat pendidikan untuk memperngaruhi, mengubah,

membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang

ditentukan atau diajarkan.

d. Hukuman yang berkaitan bagi yang melanggar ketentuan yang

berlaku, dalam rangka mendidik, mengendalaikan dan

memperbaiki tingkah laku.16

3. Tinjauan Tentang Shalat 5 Waktu

a. Pengertian shalat

Menurut A. Hasan, Bigha dkk shalat menurut bahasa Arab

berarti berdo‟a. ditambahkan oleh Ash-Shiddieqy, bahwa perkataan

shalat dalam bahasa Arab berarti doa memohon kebijakan dan pujuan,

sedangkan secara hakekat mengandung pengertian ”berharap hati

(jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta

menumbuhkan di dalam jiwa rasa keanggunan, kesabaran-Nya dan

kesempurnaan kekuasaan-Nya”. Secara dimensi fiqih shalat adalah

beberpa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita

Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Gramedia,
16

2004), hlm. 142.


22
beribadah kepada Allah dan menurut syarat-syarat yang telah

ditentukan oleh agama.17

Shalat adalah sarana bersyukur kepada Tuhan atas segala

nikmat-nikmatnya, kedudukan shalat dalam islam adalah bendera, ia

merupakan tanda bagi agama Islam. Rasulullah Saw bersabda : “shalat

adalah dasar dan tiang agama”. Shalat menghapus segenap dosa

manusia, dalam hadis shalat diumpamakan seperti suangai, manusia

dapat mencuci dirinya di sana lima kali sehari sehingga kotoran badan

tidak lagi tinggal di badannya.18

Shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam agama islam,

baik dilihat dari perintah yang diterima oleh Muhammad secara

langsung dari Tuhan maupun dimensi-dimensi yang lain. Menurut Ash

Shiddieqy seluruh fardhu dan ibadah selain shalat diperintahkan oleh

Allah SWT, kepada Jibril untuk disampaikan kepada Muhammad.

Hanya perintah shalat ini Jibril diperintahkan menjemput Muhammad

untuk menghadap Allah. Quraish Shihab menambahkan bahwa kenapa

“oleh-oleh” yang dubawa Rasul dari perjalanan Isra‟ Mi‟raj adalah

kewajiban shalat, sebab shalat merupakan sarana penting guna

mensucikan jiwa dan memelihara ruhani. Diakui oleh Nasr bahwa ritus

Setnot Haryanto, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat,


17

(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003),hlm.59-60.


Muhsin Qira‟ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hodayah,
18

2006),hlm.82.
23
utama dalam agama Islam adalah shalat yang akan mengintegrasikan

kehidupan manusia ke dalam ruhaniah dan shalat ini disebut pula

sebagai tiang agama, serta amalan ibadah yang pertama kali akan

ditimbang di hari kemudian (akhirat).19 Ditambahkan oleh Syeh

Mustofa manshur shalat merupakan tiang, penyangga yang sekaligus

menjadi cirri Islam dan juga pembeda antara si kafir dan si muslim

serta salah satu wasiat terakhir Nabi Muhammad sebelum wafat adalah

“shalat…shalat dan budak yang kamu miliki”. (HR. Ibnu Majah dan

Ahmad)

b. Dasar dan hukum shalat

Dasar yang mewajibkan shalat banyak sekali baik dalam Al-

Qur‟an maupun dalam Hadits Nabi Saw. Dalil ayat-ayat Al-qur‟an

yang mewajibkan shalat antara lain Qs Al Baqarah ayat 43 :

          

Artinya ”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah


beserta orang-orang yang ruku’.”20

Shalat hukumnya fardhu „ain atas seorang mukallaf (akil,

baligh), anak-anak yang sudah berumur tujuh tahun harus sudah

diperintahkan shalat, dan dipukul ringan jika tidak mengerjakannya

Setnot Haryanto, Psikologi…,hlm.61.


19

QS. Al-Baqarah [2].43.


20

24
ketika mereka berumur sepuluh tahun, dengan tangan dan tidak

dengan kayu. Kaum muslimin sepakat bahwa shalat wajib atas setiap

muslim yang baligh, berakal, dan bersih. Artinya, tidak haid atau nifas,

tidak gila atau pingsan. Shalat adalah ibadah jasmani yang tidak bisa

digantikan, tidak boleh shalat seseorang menggantikan shalat orang

lain. Barang siapa yang menginkari kewajiban shalat ia adalah kafir,

murtad karena kewajiban ini sudah ditetapkan dengan nash yang pasti

dari Alquran, sunnah, dan ijma’.21

c. Syarat sah shalat

Ada beberapa syarat-syarat shalat diantaranya :

1. Beragama islam

Shalat tidak wajib bagi orang kafir, meskipun mereka akan

disiksa dengan siksa yang pedih karena meninggalkan-Nya.

2. Berakal

Shalat tidak wajib bagi orang gila atau orang pingsan, jika

gila dan pingsannya terjadi terus menerus sampai melewati waktu

shalat.

3. Baligh

Shalat juga tidak wajib bagi bayi sebelum dia baligh.

Hanya saja orang tuanya harus memerintahkannya untuk

Su‟ad Ibrahim Shalih, Fiqih Ibadah Wanita, (Jakarta: Amzah,2013),hlm.309-312.


21

25
melakukan shalat ketika telah berumur enam tahun dan sudah

mumayyi.

4. Sampai ajakan shalat kepadanya

Artinya, telah sampai kepadanya perintah nabi untuk

mengerjakan shalat. Sebagimana firman Allah berfirman: (Qs.Al-

Isra:15).

5. Tidak sedang haidh dan nifas

Wanita yang sedang haidh dan nifas tidak wajib shalat,

baik shalat pada waktunya atau menqadhanya. Berbeda dengan

puasa, maka dia wajib menggantinya.

6. Panca indera normal (sejak lahir)

Orang yang tidak normal panca inderanya, seperti buta dan

tuli sekaligus, maka tidak wajib shalat baginya.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan penelitian

Dalam melakukan penelitian ini pendekatan yang peneliti gunakan

adalah metode kualitatif, metode kualitatif menekankan analisis proses

dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika

hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan

logika ilmiah. Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep

sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang

26
berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan

mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang

dihadapi. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang

digunakan dalam mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja

organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan,

olah raga, seni, dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan

untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.22

Adapun beberapa pertimbangannya dilakukan penelitian kualitatif

seperti yang dijelaskan. Pertama, menggunakan penelitian kualitatif lebih

menarik. Kedua, metode ini secara langsung menyajikan hakikat

hubungan antara penelitian dengan responden dan metode ini juga lebih

cepat menyesuaikan diri terhadap pola-pola yang diamati. Sedangkan

alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena

a. pendekatan kualitatif, digunakan dalam penelitian ini karena peneliti

sebagai instrument kunci yang bisa memberikan pemaknaan terhadap

semua data yang terkumpul yang sudah memenuhi unsur reabilitas dan

validitas sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.

b. Data yang diinginkan berupa pemaparan dari suatu peristiwa, realitas

sosial, kontruksi sosial atau data deskriptif.

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,(Jakarta, Bumi


22

Aksara,2014).hlm.80.
27
2. Kehadiran peneliti

Tujuan peneliti hadir ke lokasi adalah untuk mendapatkan data

yang valid yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif agar lebih mudah

mendapatkan informasi dalam penelitian, sekaligus mengetahui metode

bimbingan orang tua dalam peningkatkan kedisiplinan ibadah shalat 5

waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan

Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

Pada saat melakukan obsevasi, peneliti akan melakukan penelitian

di dusun Karang Jangkong dan akan melakukan wawancara langsung

dengan orang tua terkait dengan fokus masalah yang sudah di paparkan di

atas. Peneliti akan melakukan wawancara setiap hari sampai data yang

dibutuhkan lengkap dan bisa menjawab permasalahan yang sedang diteliti.

Kehadiran peneliti ke lokasi penelitian dengan tata tertib yang berlaku di

lokasi penelitian dan mengedepankan sopan santun dalam melakukan

penelitian. Peneliti juga akan melihat kondisi lokasi yang mengizinkan

penelitian sehingga peneliti mudah melakukan wawancara atau

memperoleh data.

3. Sumber dan jenis data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata,

kalimat atau narasi-narasi. Data ini berhubungan dengan kategorisasi,

karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa perkataan. Berdasarkan

28
sumbernya data ini di peroleh dari wawancara mendalam dan observasi

serta tindakan yang selebihnya adalah data tambaha seperti dokumen dan

lain-lain. Sedangkan yang dimaksud sumber data adalah subjek dari mana

data yang diperoleh.23

Dalam penelitian ini sumber data yang diperlukan ada dua macam

yaitu :

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

data pertama atau tangan pertama di lapangan dengan wawancara.

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah

kepala dusun karang jangkong, orang tua, metode bimbingan orang tua

dalam peningkatkan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu anak, yang

menjadi objek penelitian ini dalam mendapat data yang valid.

b. Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber skunder. Data skunder juga dapat diperoleh dari buku

literature, internet, surat kabar, ataupun hasil penelitian terdahulu.

Data yang dihimpun dalam penelitian ini merupakan bagian yang

sangat penting dalam penelitian yang bersifat ilmiah. Dalam kegiatan

penelitian tentunya diperlukan suatu cara yang dapat digunakan dalam

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: CV


23

Alfabeta,2009),hlm.225.
29
pengumpulan data, data yang objektif dapat diperoleh sebelumnya

hanya dengan alat pengumpulan data yang tepat.24

4. Teknik pengumpulan data

Proses pengumpulan data dapat terarah sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memnuhi standar data yang

ditetapkan. Maka dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa metode

seperti :

a. Observasi

Metode observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mangadakan penelitian secara teliti serta

pencatatan secara sistematis. Menurut kartono pengertian observasi

ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang phenomena sosial

dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan.25

Observasi terdiri dari observasi partisipan dan observasi non

partisipan. Observasi partisipan adalah peneliti terlibat langsung

dengan aktivitas atau kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber peneliti, sefangkan observasi nin

Ibid.,hlm.225-226.
24

Imam Gunawan,Metode…,hlm.143.
25

30
partisipan peneliti tidak terlibat dalam penelitiannya tetapi hanya

sebagai pengamat independen. Adapun observasi yang dilakukan oleh

peneliti berupa observasi partisipan artinya disaat peneliti melakukan

observasi peneliti langsung terjun mengamati kegiatan subjek selama

kegiatan. Adapun data yang akan dijaring melallui metode observasi

adalah mengenai metode bimbingan orang tua dalam peningkatkan

kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu anak di Dusun Karang Jangkong

Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

b. Wawancara

Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Susan

Stainback mengemukakan dengan wawancara peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

mengiterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini

tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Esterberg mengemukakan bebrapa macam wawancara, antara

lain :

1. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

31
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara

pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun

telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data

mencatatnya.

2. Wawancara semiterstruktur

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat, dan ide-idenya, dalam melakukan wawancara peneliti

perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.

3. Wawancara tak berstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tdak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-

32
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara

tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa

yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan

apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis

terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti

dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih

terarah pada suatu tujuan.26

Bentuk wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah waawncara terstruktur. Jenis wawancara ini dipilih

karena wawancara ini dilakukan setelah peneliti mempersiapkan

atau menysun pedoman wawancara yang akan ditanyakan kepada

responden

Adapun komponen yang menjadi informan antara lain :

1. Kepala Dusun Karang Jangkong

2. Orang tua (tujuh orang)

Tentang metode bimbingan orang tua dalam peningkatan

kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang

Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten

Lombok tengah

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods), (Bandung: Alfabeta,


26

2014),hlm.316-319.
33
c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan

notulen rapat serta agenda. Definisi tersebut dapat diketahui bahwa

yang dimaksud dengan dokumentasi adalah metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan jalan mencari data berupa catatan, transktip

maupun berupa data-data penting yang dilakukan. Dalam hal ini

peneliti mengumpulkan dari dokumen-dokumen yang ada di Dusun

Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten

Lombok Tengah.

Metode dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian in

bertujuan untuk memperoleh data yang berhubungan langsung dengan

data-data yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.27

Selain itu metode dokumentasi in peneliti gunakan untuk memperoleh

data-data skunder sebagai bukti bahwa peneliti benar melakukan

penelitian di lokasi tersebut.

Peneliti menggunakan metode ini untuk mencari data

mengenai dokumen-dokumen, baik dokumen berupa gambar arau foto,

benda-benda, tulisan dan sebagainya. adapun data yang diambil

melalui dokumentasi ini adalah :

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (bandung: Alfabeta, 2015),


27

hlm.88.
34
1. Profil dan struktur desa sintung

2. Jumlah penduduk dan jumlah RT di Dusun Karang Jangkong

5. Uji keabsahan data

Dalam pemeriksaan data kualitatif, terdapat beberapa kriteria yang

harus diperhatikan. Menurut Lexy J Moleong criteria keabsahan data ada

empat macam yaitu:28

a. Kepercayaan (Credibility)

Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang

berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik

untuk mencapai kredibilitas ialah teknik trianggulasi, sumber,

pengecekan anggota, diskusi teman sejawat, dan pengecekan

kecakupan referensi. Dalam rangka menguji dan membentuk

keabsahan data yang disajikan dalam bahasan ini, kriteria untuk

mendapatkan data yang abash atau kredibiitas antara lain:

1. Kekuatan pengamatan, pengamatan yang tekun sangat dibutuhkan

dalam pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk menghindari data

yang diperoleh tidak benar yang berasal dari responden.

2. Trianggulasi adalah tektik pemetiksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu keperluan

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: Rosda Karya, 2010),


28

Hlm.12.
35
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.29 Tujuan

melakukan trianggulasi dalam penelitian ini adalah untuk

mengecek keabsahan data tertentu untuk membandingkan data

yang diperoleh dari sumber lain.

3. Pemeriksaan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan cara

pengecekan data temuan dengan mendiskusikannya dengan rekan

sejawat sehingga temuan yang dimaksudkan memiliki lokasi yang

sama dengang penelitiannya, dan memberikan peluang untuk

mendiskusikannya secara intensif.

b. Keteralihan (Transferability)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akakan

terjadinya kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan

data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti

karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk

menetapkan bahwa proses pwnwlitian dapat dipertanggung jawabkan

melauli audit dependability oleh auditor independent oleh dosen

pembimbing.

Ibid,.hlm.330.
29

36
c. Kebergantungan (Defendibility)

Criteria ini merupakan pengganti kritetia rebility dalam

penelitian kualitatif. Reability tercapai apabila alat-alat ukur

digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya serupa. Dalam

penelitian kualaitatif alat ukur berupa benda, melainkan manusia atau

peneliti itu sendiri.

d. Kepastian (Confirmability)

Criteria ini digungakan untuk menilai hasil penelitian yang

dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi data dan

informasi serta interpretasi hsil penelitian yang didukung oleh materi

yang ada pada pada pelacakan audit.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Secara garis besar proposal skripsi ini terdiri dari beberapa BAB yaitu

BAB I membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penlitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka,

kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan dan daftar pustaka.

BAB II membahas tentang paparan data dan temuan, pada bagian ini

peneliti mengungkapkan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti

melalui metode penelitian yang peneliti gunakan. Dalam hal ini peneliti

berusaha menjaga jarak dan menahan diri untuk tidak mencampuri fakta

terlebih dahulu.

37
BAB III pada bagian ini peneliti mengungkapkan proses analisis

terhadap temuan penelitian sebagaimana dipaparkan di Bab II berdasarkan

pada perspektif penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana diungkapkan di

bagian pendahuluan. Jadi peneliti tidak menulis ulang data-data atau temuan

yang telah diungkapkan di Bab II.

BAB IV pada bab ini peneliti memberikan kesimpulan atas jawaban

dari rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian sebagaimana tertuang

dalam bab pendahuluan. Serta peneliti memberikan saran berdasarkan hasil

penelitian baik bersifat teoritis maupun praktis.

38
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Desa Sintung Tahun 2017

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara

dan studi dokumentasi, Desa Sintung adalah salah satu desa dari tujuh

desa yang ada di wilayah kecamatan Pringgarata yang terdiri dari 10

dusun dengan batas wilayah :

1. Sebelah Utara : Desa Presak Kec. Narmada

2. Sebelah Timur : Desa Arjangka

3. Sebelah Selatan : Desa Sisik

4. Sebelah Barat : Desa Bagu

Desa ini memilik luas wilayah ± 481,166 Ha, yang terdiri dari

perumahan atau pekarangan, sawah, kebun, bangunan umum, kuburan dan

lain-lain. Keadaan geografis desa Sintung ialah tanah dari permukaan laut

berada pada ketinggian ± 173 meter, banyaknya curah hujan ± 21,27

mm/th, dan suhu udara rata-rata 23-31 cº. Orbitrasi Desa Sintung, jarak

desa dari pusat pemerintahan kecamatan ± 3 km, jarak desa ke pusat

39
pemerintahan kabupaten ± 14 km, dan jarak desa ke pusat pemerintahan

provinsi ± 14 km.30

2. Struktur Desa Sintung

BPD Kepala desa


L Asroruddin S.pd

Sekretaris Desa

Mahdi

Kaur Kaur Keuangan Kaur Umum

H Saefudin Marjusi Suhirman

Staf Administrasi

Kasi pemerintahan Kasi kesra Kasi Pelayanan Saparwadi

Huzaefa Sapoan Misroq Suhaemi

Kadus Sintung Timur Kadus Esot Kadus Pidada kadus lempenge Kadus Sintung Barat

Maksum Ali H Baharudin H Dahriwahyudi Renah M Nuzul

Kadus Kr Jangkong Kadus dasan montong Kadus selakan Kadus kebon nyiur Kadus telaga rena

Abdul Muhid Ahyar Zaenuddin Sailah Hawadi Munawir Haris

Sumber: Struktur Desa Sintung

Data Monografi Desa Sintung, Diambil Pada Tanggal 23 Mei 2018, Pukul 10,13
30

40
3. Letak Geografis Dusun Karang Jangkong

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara

dan studi dokumentasi, Dusun Karang jangkong merupakan salah satu

dusun dari 10 dusun yang ada di Desa Sintung, Kec. Pringgarata, Kab.

Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Yang memiliki luas 1000

m2 dan suhu udara kira-kira 23-31 cº dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut :

1. Sebelah Timur : Dusun Sintung Barat

2. Sebelah Barat : Dusun Peneguk

3. Sebelah Selatan : Dusun Dasan Telage

4. Sebelah Utara : Dusun Selakan

Sedangkan jumlah penduduk yang terdapat di Dusun Karang

Jangkong sebanyak 1596 jiwa yang terbagi kedalam bebrapa RT/Banjar.

Dusun Karang Jangkong terbagai menjadi 5 RT/Banjar yang masing-

masing RT/Banjar dipimpin oleh kepala RT/Banjar. Untuk lebih jelasnya

tentang nama RT/Banjar dan ketua RT/Banjar yang terdapat di Dusun

Karang Jangkong, Desa Sintung, Kec. Pringgarata, Kab. Lombok Tengah

dapat di lihat pada tabel berikut :

41
Tabel 2.1 Jumlah RT dan Nama Ketua RT
No Nama RT/Banjar Ketua RT/Banjar
1 Banjar 1 H. Muhtar
2 Banjar 2 H. Hasan
3 Banjar 3 Majdi
4 Banjar 4 H. Multazam
5 Banjar 5 Rohdi
Sumber: Kepala Dusun Karang Jangkong, dikutip pada tanggal 25 April 201831

4. Keadaan Penduduk Dusun Karang Jangkong

a. Jenis Kelamin

Dari jumlah penduduk Dusun Karang Jangkong sebanyak 1596

jiwa, Jumlah penduduk yang berjenis kelamin Laki-Laki berjumlah

783 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin

Perempuan berjumlah 813 jiwa.

b. Pendidikan

Berdasarkan data dari kepala Dusun Karang Jangkong

menjelaskan bahwa masyarakat Karang Jangkong pendidikannya

hanya sampai tingkat SD, SMP, dan SMA hanya sedikit yang

melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Dikarenakan berbagai faktor

salah satunya yaitu faktor ekonomi.

c. Mata Pencaharian

Terkait dengan mata pencaharian masyarakat karang jangkong

merupakan masyarakat yang multi profesi, karena masyarakat

Abdul Muhid, Wawancara, Karang Jangkong, 30 mei 2018.


31

42
memmiliki latar belakan yang berbeda-beda, ada yang menjadi petani,

buruh tani, kuli bangunan, peternak, pedagang, karyawan swasta dan

guru. Diantara mata pencaharian tersebut yang paling dominan ialah

sebagai petani, buruh tani, pedagang, dan peternak. Jika melihat

kesetaraan antara sumber daya alam (SDA) seperti sawah dan kebun

dengan sumber daya manusia (SDM) sangat memungkinkan

masyarakat Karang Jangkokng untuk terjun dalam dunia pertanian.32

d. Sosial Keagamaan

Agama merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia

dengan tuhannya (hablumminallah), hubungan manusia dengan

manusia (hablumminannas), hubungan dengan alam (hablumminal

Alam). Dikalangan masyarakat, agama merupakan suatu hal yang

mempersatukan umat, dan para pemeluknya sebagai sebuah komunitas

yang kuat yang memiliki cirri khas serta karakter tersendiri bagi para

pemeluknya. Kaitannya dengan Dusun Karang Jangkong agama bagi

mereka merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar dan tidak

dapat diganggu gugat adanya, penduduknya 100% memeluk Agama

Islam. Jika dilihat dari tingkat ketaatan beragama masyarakat Dusun

Karang Jangkong sangat tinggi baik bagi orang, remaja maupun anak-

Ibid…,
32

43
anak, terbukti dengan kesadaran mereka menjalankan ibadah seperti

shalat berjamaah di masjid, Mushalla maupun TPQ tepat waktu

Tingkat ketaatan Agama masyarakat Karang Jangkong dapat

juga dilihat dari aspek lain, misalkan tingginya mutu pengajaran

Agama kepada anak-anak , remaja di diniyah dan perayaan-perayaan

hari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra‟ Mi‟raj

Nabi Muhammad SAW dan Nuzulul Quran. Kemudian shalat tarawih

dan shalat witir dibulan puasa, shalat Id di hari raya, kelompok zikiran

(yasinan dan istigosah) setiap malam jum‟at, dan malam rabu.33

e. Sosial Ekonomi

Seperti yang telah dijelaskan diatas, sebagian besar penduduk

Dusun Karang jangkong berprofesi sebagai petani, buruh tani, kuli

bangunan dan pedagang. Tentu kaitannya dengan keadaan ekonomi

masyarakat Karang Jangkong dapat dilihat dari hasil mereka dalam

menekuni bidangnya. Misalkan dalam hal pertanian masyarakat

memperoleh hasil yang banyak, namun karena menajemen hidup yang

kurang bagus sehingga membuat masyarakat Karang Jangkong tidak

dapat dikatakan berhasil secara kualitas. Begitu juga masyarakat yang

menjadi buruh tani dan kuli bangunan mereka memperoleh hasil yang

pas-pasan, walaupun terkadang merekan memperoleh penghasilan

Ibid..,
33

44
yang lebih, tetapi untuk membeli kebutuhan yang lain masih kurang.

Sama halnya dengan pedagan karena terlalu banyak saingan membuat

mereka harus berusaha lebih keras lagi untuk memcukupi kehidupan

sehari-hari mereka.

Jika dilihat dari segi ekonomi masyarakat Karang jangkong

mempunyai beberapa keragaman tingkat ekonomi yaitu masyarakat

tergolong kaya dan menengah kebawah. Masyarakan yang tergolong

kaya masih dapat dihitung dengan jari, sedangkan yang tergolong

menengah kebawah hampir semua masyarakatnya selain dar

masyarakat golongan kaya. Jika dilihat dari kebutuhan dasar,

masyarakat Karang Jangkong rata-rata sudah tercukupi, terbukti

dengan adanya persiapan makanan seperti beras sayur-mayur dan lain-

lain. Jadi, persoalan sosial ekonomi masyarakat Dusun Karang

Jangkong dapat dijamin lancar.34

f. Sosial Politik

Dari segi sosial politik masyarakat Karang Jangkong sudah

menerapkan demokrasi penuh, hal ini dapat dibuktikan dari kegiatan

pemilihan kepala dusun maupun pemilu lainnya. Masyarakat sangat

antusias dan damai dalam mengikuti pesta rakyat. Begitu juga drngan

pengetahuan masyarakat Karang Jangkong tentang politik sangat

Observasi, pada tanggal 20 Mei 2018.


34

45
tinggi terbukti dengan adanya masyarakat yang ikut serta sebagai

anggota KPU, PPS, KPPS, maupun saksi masing-masing partai. Selain

itu, ada juga masyarakat Karang Jangkong yan telah bergabung

menjadi kader partai (Demokrat, PDIP, Nasdem, dll), mereka inilah

yang memberikan pemahaman politik kepada warga masyarakat. 35

g. Sosial Budaya

Kaitannya dengan budaya, masyarakat Karang Jangkong

termasuk yang melestarikan budaya local yakni gotong royong, tolong

menolong dan kerjasama tinggi. Mereka selalau mengedepankan

tanggung jawabnya sebagai masyarakat penguyuban dengan cara-cara

yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Keberadaan sifat

kerjasama gotong royong dan tolong menolong merupakan budaya

yang masih kuat dimasyarakat Karang jangkong. Hal ini terbukti

dengan adanya begawe atau ada kegiatan nyongkolan semua warga

ikut berpartisipasi.

Sebagai makhluk sosial, masyarakat Karang Jangkong masih

membudayakan musyawarah sebagai jalan utama menyelesaikan

masalah. Mereka memandang bahwa musyawarah inilah jalan satu-

satunya dalama menyelesaikan persoalan. Pada dasarnya musyawarah

juga merupakan ajaran agama Islam. Budaya semacam inilah yang

Sapri, Wawancara, Karang Jangkong 02 juni 2018.


35

46
dianut oleh masyarakat Karang Jangkong dalam menjalankan

kehidupan sosial.36

B. Metode Bimbingan Orang Tua Dalam Peningkatan Kedisiplinan Ibadah


Shalat 5 Waktu Pada Anak Di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung
Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah
Orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk dan

membimbing anak-anaknya baik dari segi psikologis maupun pisiologis.

Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan, mendidik dan

membimbing anaknya agar anak menjadi disiplin dalam menjalankan ibadah,

terutama ibadah shalat 5 waktu.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan, peneliti

memperoleh data tentang model bimbingan orang tua dalam peningkatan

kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu anak dan aspek penghambat dalam

mendisiplinkan ibadah shalat anak di Dusun Karang Jangkong. Metode

bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu

anak di Dusun Karang Jangkong, agar anak mengerjakan shalat tepat waktu

dan anak tetap mengerjakan shalat yaitu orang tua memberikan contoh teladan

yang baik kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan, kemudian membiasakan

anak untuk mengerjakan shalat setiap waktu meskipun dengan cara yang

belum sempurna, serta memberikan praktik secara langsung oleh orang tua

ataupun di tempat TPQ.

Abdul Muhid, Wawancara, Karang Jangkong, 30 mei 2018.


36

47
Dalam memberikan bimbingan kepada anak-anaknya untuk disiplin

mengerjakan shalat tepat waktu dan tetap mengerjakan shalat, yaitu dengan

menggunakan beberapa metode antara lain :

a. Metode teladan

Metode ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran dengan

cara pendidik dalam hal ini (orang tua) memberikan contoh teladan yang

baik kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa model

bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5

waktu pada anak diantaranya dengan metode teladan hal ini dibuktikan

dengan hasil wawancara dari Bapak Marwi yang menyatakan

“saya mulai membiasakan anak saya untuk mengerjakan shalat


sejak usia 2 tahun, dan anak saya sudah bisa mengerjakan shalat
ketika berumur 3 tahun, saya memberikan contoh dengan
keteladanan atau perbuatan, karena memberikan contoh dengan
perbuatan itu lebih penting dari pada hanya menyuruh, karena
bagaimanapun sebagai orang tua kita harus memberikan contoh
yang baik kepada anak-anak kita. Kita sebagai orang tua juga
disuruh oleh Rasulullah Saw bahwa perintahkan anak mu untuk
shalat jika sudah berumur 7 tahun dan pukul mereka jika sudah
berumur 10 tahun itu prinsip dalam keluarga saya”.37

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hasan

“sejak umur 5 tahun anak saya sudah disiplin untuk mengerjakan


shalat, anak saya lebih sering mengerjakan shalat di tempat
mengaji (TPQ), saya mengajak anak saya untuk ikut shalat
berjamaah baik dirumah atau di mushalla. Karena saya selalu

Marwi, Wawancara, Karang Jangkong, 23 Mei 2018


37

48
memberikan contoh teladan yang baik apalagi menyangkut dengan
ibadah shalat 5 waktu”.38

Dari pernyataan tersebut menjelaskan bahwa orang tua dalam

meningkatkan kedisiplinan anak untuk mengerjakan shalat 5 waktu

menggunakan metode teladan, menurut mereka metode teladan adalah

metode yang paling cocok digunakan untuk mengajarkan dan

mendisiplinkan shalat anak, tidak hanya dengan kata-kata atau menyuruh

anak-anak untuk melaksanakan shalat. Bahwa ketika orang tua

memberikan teladan dan contoh yang baik kepada anak maka anak akan

meneladani segala sikap, tindakan dan perilaku orang tuanya.

b. Metode praktik

Dari segi psikologis dan metodologis metode ini sangat menarik

anak, sebab praktik dan peragaan merangsang banyak indra anak,

misalnya mata, telinga, dan minat atau perhatiannya. Banyak ajaran islam

seperti shalat, zakat, dan lain-lain yang dapat dipraktikkan atau dengan

sengaja dipragakan di depan anak. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan Ibu Salmah

“anak saya ada dua dan Alhamdulillah mereka rajin mengerjakan


shalat meskipun anak saya masih kecil, anak-anak saya melihat
secara langsung bagaimana saya mengarjakan shalat, dengan cara
seperti itu anak-anak akan terbiasa dan disiplin dalam mengerjakan
shalat 5 waktu, sebagai orang tua kita harus mempunyai banyak
cara untuk mendisiplinkan ibadah shalat anak salah satunya
dengan menjanjikan sesuatu atau memberi hadiah jika mereka mau

Hasan, Wawancara, Karang Jangkong, 24 Mei 2018.


38

49
mengerjakan shalat, dan metode seperti itu bisa membuat anak
saya rajin mengerjakan shalat”.39

Begitu juga diungkapkan oleh Bapak H Madani

“mula-mula saya mengajarkan dari bacaan-bacaan shalat kemudian


kalau sudah bisa bacaan-bacaanya sudah tentu sama praktinya.
Kemudian dengan memberikan contoh yang positif maka anak
juga akan mengikuti kebiasaan positif yang kita lakukan setiap
hari”.40

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Mariani

“Saya sering mengajak anak untuk shalat berjamaah di rumah,


karena dengan cara seperti itu anak saya akan terbiasa untuk
mengerjakan shalat”.41

Metode praktik yang digunakan orang tua merupakan metode yang

tepat karena kecendrungan meniru akan mendorong anak melakukan

ajaran-ajaran yang dipraktikkan di depannya, meskipun dalam bentuk dan

cara yang belum sepenuhnya benar. Jika anak-anak sudah mulai mencoba

meniru atau melakukan yang dipraktikkan dan dipragakan, hendaknya

orang tua memberikan pujian karena pujian merupakan perangsang yang

sangat mendorong anak untuk mengulanginya lagi.

c. Metode pembiasaan

Islam mengajarkan bahwa anak berada dalam kondisi fitrah (suci)

sejak lahir sampai balig. Fitrah tersebut akan berkembang dengan baik

39
Salmah, Wawancara, Karang Jangkong, 27 Mei 2018.
40
H Madani, Wawancara, Karang Jangkong, 28 Mei 2018.
41
Mariani, Wawancara, Karang Jangkong, 29 Mei 2018.
50
dalam lingkungan yang terbina secara agama. Pembiasaan merupakan

metode yang terbaik, anak harus dibiasakan mandi, makan, berpakaian,

medirikan shalat setiap waktu.

Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara bahwa metode

bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5

waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong, bahwa orang tua

menggunakan metode pembiasaan. Hal ini dibuktikan dengan wawancara

dari Bapak H Zulhuddin.

“biasanya saya menggunakan metode pembiasaan dalam


mendisiplinkan anak saya, karena sejak kelas 3 SD saya sudah
membiasakan anak saya untuk mengerjakan shalat tepat waktu.
Anak saya sering mengerjakan shalat di masjid dan di mushalla
dan terkadang mengerjakannya di rumah, dalam mendisiplinkan
ibadah shalat anak saya tidak menggunakan kekerasan saya hanya
menyuruh dan membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah
shalat”42

Sedangkan menurut wawancara dengan Ibu Nurul

“saya sudah membiasakan anak saya untuk mengerjakan shalat 5


waktu sejak usia 4 tahun. Karena jika tidak dibiasakan dari kecil
mereka akan malas nantinya untuk mengerjakan shalat, anak-anak
saya sering mengerjakan shalat di masjid di mushalla dan lebih
sering dirumah. Saya juga tidak pernah melakukan kekerasan
dalam mendisiplinkan shalat anak saya. Saya hanya menyuruhnya
saja dan tanpa disuruh pun mereka mengerjakan shalat”.43

Kaitannya dengan metode bimbingan orang tua dalam peningkatan

kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong,

42
H Zulhuddin, Wawancara, Karang Jangkong, 25 Mei 2018.
43
Nurul, Wawancara, Karang Jangkong, 26 Mei 2018
51
anak akan terbiasa mengerjakan shalat 5 waktu dengan pembiasaan yang

dilakukan oleh orang tuanya sejak kecil. Oleh sebab itu orang tua harus

selalu memberikan bimbingan kepada anak-anaknya sejak kecil sehingga

anak akan terbiasa mengerjakan seseuatu tanpa harus disuruh ketika

mereka sudah beranjak dewasa.

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan

bahwasanya orang tua menggunakan beberapa metode untuk

mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu anak diantaranya menggunakan (1)

metode teladan, dimana orang tua memberikan contoh teladan yang baik

kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan. (2) metode pembiasaan, dengan

membiasakan anak untuk mengerjakan shalat 5 waktu sejak usia dini

maka anak akan terbiasa disiplin dalam mengerjakan shalat ketika sudah

beranjak dewasa. (3) metode praktik yang digunakan oleh orang tua

merupakan metode yang tepat karena kecendrungan meniru akan

mendorong anak melakukan ajaran-ajaran yang dipraktikkan di depannya.

C. Aspek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada


anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata
Kabupaten Lombok Tengah
Dalam memberikan bimbingan terhadap peningkatan kedisiplinan

ibadah shalat 5 waktu pada anak, orang tua di Dusun Karang Jangkong selalu

berusaha untuk memberikan bimbingan dan arahan agar anak-anak mereka

disiplin dalam mengerjakan ibadah shalat 5 waktu. Namun dalam


52
membimbing anak-anak mereka, tidak sedikit orang tua yang kesulitan dalam

membimbing dan mengarahkan anak-anaknya baik itu dari orang tua sendiri

maupun dari anak-anaknya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

tentang apsek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada

anak diantaranya :

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan salah satu aspek yang menghambat

orang tua dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada anak. Anak

akan sulit untuk mengerjakan shalat ketika sedang asik bermain bersama

teman-temannya, menonton televisi, bermain plastasion dan bahkan

bermain gadget. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan bapak H

Zulhuddin

“biasanya anak saya sulit untuk mengerjakan shalat jika anak saya
sedang asik bermain PS dan bermain bersama teman-temannya
disaat libur sekolah, disitulah baru saya menyuruh dan
mengingatkannya untuk mengerjakan shalat”.44

Begitu juga yang diungkapkan oleh bapak Marwi

“saya tidak terlalu sulit untuk mendisiplinkan ibadah shalat anak,


akan tetapi ketika anak saya sedang asik bermain anak saya agak
sedikit sulit untuk diajak shalat, tetapi anak saya tidak pernak
menolak ketika diajak shalat”.45

44
H Zulhuddin, Wawancara, Karang Jangkong, 25 Mei 2018.
45
Marwi, Wawancara, Karang Jangkong, 23 Mei 2018.
53
Selain pernyataan dari bapak H Zulhuddin dan bapak Marwi,

pernyataan yang hampir mirip adalah wawancara dengan ibu Mariani yang

menyatakan bahwa.

“kendala dalam mendisiplinkan ibadah shalat anak, ketika anak


saya sedang bermain dan menonton tv dan saat itu baru saya
menyuruh mereka untuk mengerjakan shalat, selain itu tidak ada
kendala dalam mendisiplinkan ibadah shalat anak saya. Karena
saya hanya seorang ibu rumah tangga jadi pekerjaan saya hanya
mendidik anak dan mengurus rumah tangga ”.46

Dari ketiga wawancara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

aspek kendala orang tua dalam mendisiplinkan ibadah shalat anak adalah

faktor lingkungan dimana anak-anak mereka sedang asik bermain dan dan

menonton televisi bersama teman-temannya.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan apsek penghambat ke dua dalam

mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu anak. Orang tua yang disibukkan

oleh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya

seringkali menjadi kendala dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu

anak-anaknya. Seperti yang dikemukakan oleh Bapak H Madani

“Saya juga disibukkan dengan pekerjaan saya, saya lebih sering


berada di sawah karena saya adalah seorang petani itulah yang
menjadi kendala dalam mendisiplinkan ibadah shalat anak saya.
Dan ketiaka anak saya sudah mengantuk maka anak saya akan
malas untuk mengerjakan shalat dan lebih sulit untuk diajak shalat
terlebih lagi jika anak-anak saya ingin belanja”.47

46
Mariani, Wawancara, Karang Jangkong, 29 Mei 2018.
47
H Madani, Wawancara, Karang Jangkong, 28 Mei 2018.
54
Lain halnya dengan ibu salmah yang menyatakan bahwa ibu

salmah harus bekerja menjadi tukang jahit untuk membatu suaminya.

Karena suaminya sekarang belum mendapat pekerjaan tetap atau masih

bekerja serabutan, itu semua dilakukan oleh ibu salmah untuk membantu

perekonomian keluarganya.

“kendala utama dalam mendisiplinkan anak saya itu adalah ketika


saya disibukkan oleh pekerjaan karena saya, dimana saya sekarang
bekerja di luar rumah, karena suami saya belum mendapat
pekerjaan tetap. Anak saya dirumah juga disibukkan oleh
permainan yang ada di gadgetnya dan menonton televisi.
Walaupun saya disibukkan oleh pekerjaan tapi saya tetap berusaha
untuk memberikan bimbingan dan arahan untuk mendisiplinkan
ibadah shalat anak-anak saya .”.48

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Nurul

“kalau kendala dalam mendisiplinkan ibadah shalat anak jika saya


sedang pergi bekerja di sawah dan pulang terlambat, kemudian
anak-anak saya sedang asik bermain bersama teman-temannya
sehingga lupa waktu”.49

Begitu juga yang diungkapkan oleh Bapak Hasan

“anak saya jika sudah menonton tv maka mereka lupa waktu dan
saya suka marah jika mereka sudah menonton tv apalagi ada acara
kesukaannya, selain itu tidak ada kendala yang berarti meskipun
saya sibuk berkerja”.50

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa aspek yang menghambat oerang tua dalam

mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada anak yaitu, (1) faktor

48
Salmah, Wawancara, Karang Jangkong, 27 Mei 2018.
49
Nurul, Wawancara, Karang Jangkong, 26 Mei 2018.
50
Hasan, Wawancara, Karang Jangkong, 24 Mei 2018.
55
lingkungan, dimana anak akan sulit untuk mengerjakan shalat ketika anak

sedang asik bermain bersama teman-temanya, menonton televisi bermain

plastasion dan bahkan bermain gadget. (2) faktor ekonomi, orang tua yang

disibukkan oleh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarganya seringkali menjadi kendala dalam mendisiplinkan ibadah

shalat anak.

Meskipun begitu, orang tua melakukan segala cara agar anak mau

mengerjakan ibadah shalat. Usaha orang tua untuk membimbing anak agar

disiplin dalam mengerjakan shalat membutuhkan kesabaran dan juga

ketekunan. Meskipun orang tua disibukkan oleh tuntutan pekerjaan yang

mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

56
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya, peneliti telah memaparkan secara terperinci paparan

data dan temuan yang peneliti temukan di tempat penelitian. Pada bab III ini peneliti

akan menganalisis berbagai data dan temuan secara teoritik dengan teori-teori yang

sudah peneliti sampaikan pada kajian teori. Adapun hal-hal yang akan menjadi bahan

kajian analisis dari peneliti pada bab ini adalah (1) metode bimbingan orang tua

dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang

Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, (2)

Aspek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun

Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

A. Analisis Metode Bimbingan Orang Tua Dalam Peningkatan Kedisiplinan

Ibadah Shalat 5 Waktu Pada Anak Di Dusun Karang Jangkong Desa

Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah

Berdasarkan paparan data dan temuan hasil penelitian yang sudah

diungkapkan pada bab sebelumnya, peneliti mencoba menggambarkan dan

mencocokkan data yang ada, juga mengemukakan mengenai bagaimana metode

bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada

anak di Dusun Karang Jangkong atau bimbingan yang ada pada teori-teori yang

sudah peneliti siapkan sebagai bahan analisa.

57
Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk

pencapaian suatu tujuan, kata metode berasal dari kata meta yang berarti

“melalui” dan hodos berarti “jalan” dalam bimbingan dan konseling bisa

dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan

dan konseling.51 Sedangkan Bimbingan yang berarti menunjukkan, membimbing,

menuntun orang ke jalan yang benar. Menurut Rochman Natawidjaja bimbingan

dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan supaya intividu tersebut dapat memahami

dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

secara wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingungan sekolah, keluarga,

dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.52

Dalam hal ini metode bimbingan orang merupakan cara orang tua dalam

mendidik dan mengajarkan anak agar menjadi disiplin dalam mengerjakan ibadah

shalat 5 waktu. Metode bimbingan orang tua sangat berpengaruh terhadap

kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu anak, orang tua memiliki tanggung jawab

mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya untuk mengerjakan agama

terutama mengajarkan tentang pentingnya disiplin shalat 5 waktu.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

maka peneliti dapat menarik beberapa metode bimbingan orang tua dalam

Http://belardobk.blokspot.com/2013/07/metode-bimbingan-dan-
51

konseling.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 April 2018, jam 09:15.


52
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm.36.
58
peningkatan kedisiplinan ibadah shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang

Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah

yaitu:

Orang tua memberikan bimbingan kepada anak-anaknya agar

mengerjakan shalat tepat waktu dan tetap mengerjakan shalat menggunakan

beberapa metode, antara lain:

a. Metode teladan

Metode teladan merupakan metode pendidikan dan pengajaran dengan

cara pendidik dalam hal ini (orang tua) memberikan contoh teladan yang baik

kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan.53

Dari pemaparan bebrapa warga sebelumnya, metode teladan yang

dilakukan oleh orang tua untuk mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada

anak merupakan metode yang cukup efektif, karena metode teladan ini

merupakan metode yang paling cocok digunakan untuk mengajarkan dan

mendisiplinkan shalat anak. Orang tua yang menjadi teladan bagi anak adalah

orang tua yang pada saat bertemu atau bersama anak senantiasa berperilaku

yang taat terhadap nilai-nilai moral, keteladana orang tua tidak mesti harus

berupa ungkapan kalimat-kalimat, namun memerlukan suatu contoh nyata dari

orang tua.

53
Didin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2013), hlm. 71-75.
59
Dari contoh tersebut anak akan melaksanakan suatu perbuatan seperti

yang dicontohkan orang tua pada anaknya. Dalam memberikan keteladanan

pada anak, orang tua juga dituntut menaati terlebih dahulu nilai-nilai yang

akan diupayakan pada anak. Jadi ketika orang tua memrintah anak untuk

segera melaksanakan shalat maka orang tua harus memberikan teladan

terlebih dahulu kepada anak yakni dengan melaksanakan shalat terlebih

dahulu atau mengajak anak untuk mengerjakan shalat berjamaah baik di

masjid atau dirumah.

b. Metode praktik

Metode ini sangat menarik anak, sebab praktik dan peragaan

merangsang banyak indra anak, misalnya mata, telinga, dan minat atau

perhatiannya. Banyak ajaran islam seperti shalat, zakat, dan lain-lain yang

dapat dipraktikkan atau dengan sengaja dipragakan di depan anak.54

Sebagai orang tua harus mempraktikan kepada anak-anak mereka

mengenai tata cara shalat yang baik menurut islam. Karena tanpa mengajarkan

bagaimana tata cara shalat yang baik maka anak akan mengerjakan shalat

dengan cara yang tidak sempurna. Orang tua sangat berpengaruh dalam

mengajarkan anak untuk shalat, karena orang tua merupakan pendidik

pertama dan utama dalam keluarga. Orang tua harus mengajarkan kepada

54
Didin Jamaluddin., hlm.73.
60
anak-anaknya tentang syarat sah shalat dan memberikakn pemahaman tentang

dasar dan hukum shalat.

Metode praktik yang digunakan orang tua merupakan metode yang

tepat karena kecendrungan meniru akan mendorong anak melakukan ajaran-

ajaran yang dipraktikkan di depannya. Jika anak sudah mulai mencoba meniru

atau melakukan apa yang dipraktikkan dan dipragakan oleh orang tuanya,

hendaknya orang tua memberikan pujian karena pujian merupakan

perangsang yang sangat mendorong anak untuk mengulanginya lagi.

a. Metode pembiasaan

Metode pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dalam

mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu anak, akan membuat anak terbiasa

untuk mengerjakan shalat. Karena pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua

sejak kecil. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam

meningkatkan kedisiplinan ibadah shalat anak, oleh karena itu orang tua perlu

membiasakan anak untu mengerjakan shalat 5 waktu mulai sejak usia dini.

Jika orang tua tidak membiasakan anak untuk melakukan shalat 5

waktu mulai sejak dini, maka anak akan sulit untuk disiplin dalam

mengerjakan shalat 5 waktu. Karena sejak usia dini anak tidak terbiasa

diajarkan untuk disiplin mengerjakan shalat 5 waktu. Islam mengajarkan

bahwa anak berada dalam kondisi fitrah (suci) sejak lahir sampai balig. Fitrah

tersebut akan berkembang dengan baik dalam lingkungan yang terbina secara

61
agama. Pembiasaan merupakan metode yang terbaik, anak harus dibiasakan

mandi, makan, berpakaian, medirikan shalat setiap waktu.55

Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik dan medisiplinkan

ibadah shalat 5 waktu anak. Oleh sebab itu orang tua harus selalu memberikan

bimbingan kepada anak-anaknya sejak kecil sehingga anak akan terbiasa

mengerjakan seseuatu tanpa harus disuruh ketika mereka sudah beranjak

dewasa. Dengan demikian orang tua telah melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagai pendidik pertama dan utama terhadap anak-anaknya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teladan dari orang tua sangatlah penting

terhadap perkembangan anak dalam beribadah termasuk shalat 5 waktu, serta

pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dan mempraktikkan tata cara

shalat yang benar menurut islam. Pemaparan tentang metode bimbingan orang

tua diatas dapat meningkatkan kedisiplinan anak dalam menjalankan ibadah

shalat 5 waktu,

B. Aspek Penghambat Dalam Mendisiplinkan Ibadah Shalat 5 Waktu Pada

Anak Di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata

Kabupaten Lombok Tengah.

Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya tidak hanya pada

pendidikan yang bersifat umum melainkan juga pendidikan yang bersifat khusus

pada keagamaan. Pendidikan ibadah sangat penting diajarkan kepada anak oleh

55
Didin Jamaluddin., hlm.72.
62
orang tua terutama ibadah shalat. Pendidikan shalat tidak hanya terbatas pada

bagaimana cara mengerjakan shalat, melainkan mnanamkan nilai-nilai dibalik

ibadah shalat tersebut. Dengan membiasakan shalat pada anak, disamping

memerintahkan anak untuk menjalankan perintah Allah juga melatih kedisiplinan.

Dalam memberikan bimbingan terhadap peningkatan kedisiplinan ibadah

shalat 5 waktu pada anak, tidak sedikit orang tua di Dusun Karang Jangkong yang

mengalami kesulitan dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya, baik

itu dari orang tua sendiri maupun dari anak-anaknya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

tentang apsek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada

anak, antara lain :

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap kedisiplinan

anak dalam menjalankan ibadah shalat 5 waktu, sebagian besar orang tua

menyatakan bahwah kedala utama dalam mendisiplinkan ibadah shalat anak

adalah dimana anak sering lupa waktu ketika anak sudah berada dalam

lingkungan permainan, ditambah lagi dengan kegiatan-kegiatan bersama

teman-temannya, menontot televisi dan bermain gadget akan membuat anak

lalai dalam mengerjakan shalat 5 waktu.

Menurut penuturan dari salah satu orang tua, anak-anaknya akan sulit

untuk diajak mengerjakan shalat ketika anak-anaknya sedang menonton

63
televisi dan bermain gadget, hal ini yang membuat orang tua melakukan

tindakan yang kurang disukai oleh anak-anaknya.

Disitu pentingnya bimbingan orang tua harus dilaksanakan, ketegasan

orang tua dalam memberikan bimbingan juga harus dilaksanakan demi

mewujudkan anak yang disiplin dalam mengerjakan ibadah shalat 5 waktu.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga menjadi penghambat orang tua dalam

mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu anak, karena orang tua harus pergi

bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu orang tua harus

tetap memberikan bimbingan terhadap anaknya agar anaknya tetap disiplin

dalam mengerjakan ibadah shalat 5 waktu.

Menurut penuturan ibu salmah bahwa ibu salmah harus bekerja

menjadi tukang jahit untuk membantu suaminya, karena suaminya sekarang

belum mendapat pekerjaan tetap atau masih bekerja serabutan. Itu semua

dilakukan oleh ibu salmah untuk membantu perekonomian keluarganya,

walaupun memiliki kesibukan ibu salmah tetap berusaha untuk membimbing

anaknya untuk mengerjakan shalat 5 waktu. Meskipun orang tua disibukkan

oleh pekerjaannya, tetapi orang tua tetap semangat menjalankan tugas dan

kewajibannya untuk membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk

tetap disiplin dalam mengerjakan shalat 5 waktu.

64
Pemaparan tentang aspek yang menghambat orang tua dalam

mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada anak tidak menyurutkan semangat

orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk terus

mengerjakan shalat, orang tua selalu berusaha semaksimal mungkin untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada anak-anaknya agar disiplin dalam

mengerjakan shalat 5 waktu.

65
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peneliti dapat menyimpulkan Metode Bimbingan Orang Tua Dalam

Peningkatan Kedisiplinan Ibadah Shalat 5 Waktu Pada Anak Di Dusun

Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah,

serta Aspek Penghambat Dalam Mendisiplinkan Ibadah Shalat 5 Waktu Pada

Anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata

Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut:

1. Metode bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah

shalat 5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung

Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah yaitu dengan menggunakan

beberapa metode antara lain: (a) metode teladan, (b) metode praktik (c)

metode pembiasaan.

2. Aspek penghambat dalam mendisiplinkan ibadah shalat 5 waktu pada

anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan Pringgarata

Kabupaten Lombok Tengah yakni:

66
a. Faktor Lingkungan

Ketika anak mereka sedang asik bermain dengan teman-

temannya dan menonton tv, hal tersebut yang membuat anak sulit

untuk mengerjakan shalat, terlebih lagi ketika menonton acara

kesukaannya.

a. Faktor Ekonomi

Kesibukan orang tua juga menjadi salah satu kendala dalam

mendisiplinkan ibadah shalat anak karena anak harus ditinggal sendiri

dirumah dan sementara itu orang tua harus pergi bekerja untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian

berikutnya misalnya, terhadap metode bimbingan orang tua dalam ruang

lingkup yang berbeda.

2. Bagi orang tua sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan ibadah shalat

anak, karena orang tua merupakan pendidik pertama dalam kehidupan

anak, oleh sebab itu maka harus jeli dalam segala hal yang berkaitan

dengan kedisiplinan ibadah shalat anak.

67
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna dan memberikan

gambaran serta pengetahuan bagi pembaca dan masyarakat tentang

metode bimbingan orang tua dalam peningkatan kedisiplinan ibadah shalat

5 waktu pada anak di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan

Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

68
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid. Ahmad Saebani, Fiqih Ibadah Refleksi Ketundukan Hamba


Allah Kepada Al-Khaliq Perspektif Al-Quran Dan As-Sunnah,
(Bandung: Pustaka Setia, 2009).

Abdurrohman al farih,” Upaya Orang Tua Dalam Meningkatkan Disiplin


Ibadah Salat Fardhu Pada Anak (Studi Kasus Kelas VIII Mts
Sambirejo Sragen), (skripsi, UIN Muhammadiyah Surakarta, 2017).

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan


Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Dini P. Daeng Sari, Metode Mengajar Di Taman Kanak-Kanak Bagian II,


(Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti, 1996).

Dindin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak Dalam Islam, (Bandung:


CV Pustaka Setia, 2013).

Elizbeth. B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Erlangga, 1999).

Http://belardobk.blokspot.com/2013/07/metode-bimbingan-dan-
konseling.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 April 2018, jam 09:15.

Husnulinayah,”Peran Oranag Tua Dalam Meningkatkan Ibadah Shalat Pada


Anak Remaja Di Kelurahan Handil Bakti Kecamatan Alalak
Kabupaten Barito Kuala, (Skripsi, Fkif, Uin Antasari
Banjarmasin,2017).

Imam Gunawan,Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik,(Jakarta: Bumi


Aksara,2014).

Kalsum Hidayat, “Korelasi antara Disiplin Pengalaman Ibadah Sholat dan


Keluarga Dengan Disiplin Siswa Kelas II MTs Nahdlatul Shaufiah
Wanasaba Lombok Timur”, (Skripsi, IAIN Mataram, 2014).

Kartini Muliana, “hubungan pola asuh orang tua dengan disiplin siswa di
SDN 1 Mareje kec. Lembar Kab. Lobar”,(skripsi, IAIN Mataram,
2014).

69
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung: Rosda Karya,
2010).

Muhsin Qira‟ati, Pancaran Cahaya Shalat, (Bandung: Pustaka Hodayah,


2006).

Setnot Haryanto, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah


Shalat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003).

Su‟ad Ibrahim Shalih, Fiqih Ibadah Wanita, (Jakarta: Amzah,2013).

Sugiyono, Metododologi Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,


(Bandung: CV Alfabeta,2009).

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods), (Bandung: CV


Alfabeta, 2014).

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (bandung: Alfabeta, 2015).

Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta:
Gramedia, 2004).

Zaidan Abdul Baqi, Sukses Keluarga Mendidik Balita, (Solo: Era Intermedia,
2005).

Zakiyah Dardjat, Ilmu Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990).

70
DAFTAR LAMPIRAN

Wawancara dengan ibu Mariani

Wawancara dengan ibu Nurul

Wawancara dengan bapak H zulhuddin

71
Wawancara dengan Ibu Salmah

Wawancara dengan bapak H Madani

Wawancara dengan bapak Hasan

72
Wawancara dengan bapak Marwi

73
74
75

Anda mungkin juga menyukai