Anda di halaman 1dari 4

PERTEMUAN KE XIII TANGGAL 6 MEI 2020

8. Pemeriksaan Setempat (Disente)

Pemeriksaan setempat adalah proses pemeriksaan persidangan yang semestinya


dilakukan di ruang sidang gedung pengadilan, dipindahkan atau dilakukan di tempat lain, yaitu
di tempat letak obyek barang yang di sengketakan (Pasal 153 HIR dan SEMA No. 7 Tahun 2001
serta Putusan MA No.3537 KPdt/1984. Pemeriksaan setempat tidak termasuk alat bukti namun
penting untuk membuktikan lokasi dan ukuran serta batas-batas obyek sengketa.

9. Kesimpulan

Kesimpulan perkara perdata dibuat oleh kedua belah pihak yang masing-masing akan
menjelaskan kesimpulan dengan bahasa dan versi mereka baik penggugat maupun tergugat
secara lisan atau tertulis . Kesimpulan ini biasanya dibuat oleh advokat/pengacara yang sudah
mendapatkan kuasa khusus dari orang yang berperkara serta sebagai pendamping atau mewakili
dalam persidangan.

10. Musyawarah Majelis Hakim

Musyawarah majelis hakim merupakan perundingan untuk mengambil keputusan


terhadap perkara yang sedang diperiksa dan akan diambil putusan terhadap perkara tersebut.
Musyawarah ini dilakukan secara rahasia, apa yang dihasilakan dalam masyarakat tersebut hanya
diketahui oleh majelis hakim yang memeriksa perkara tersebut sampai putusan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum. Tujuan musyawarah ini adalah untuk menyamakan persepsi
agar perkara yang sedang diadii dapat dijatuhkan putusan yang seadil-adilnya.

Ketua majelis hakim memimpin musyawarah tersebut, dan memberikan kesempatan


pertama kepada hakim anggota yunior untuk mengemukakan pendapatnya, kemudian kepada
hakim anggota senior dan terkhir ketua majelis hakim. Dalam musyawarah setiap hakim
mempunyai hak yang sama dalam hal sbb:

a. Tahap konstatir,   berarti melihat, mengakui atau membenarkan telah terjadi peristiwa yang
telah diajukan tersebut
b. Tahap kualifikasi, berarti menilai peristiwa yang telah dianggap benar-benar terjadi itu
termasuk hubungan hukum apa atau yang mana, dengan perkataan lain: menemukan
hukumnya bagi peristiwa yang telah dikonstatir

c. dan tahap konstituir, berarti hakim harus mengkonstituir atau memberi kontitusinya atau
hukumnya.

Putusan peradilan Agama

1. Pengertian Putusan

Putusan adalah suatu pernyataan oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi
wewenang untuk itu dan diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum dengan tujuan
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antar pihak yang berperkara. Keputusan Hakim baru
sah apabila diputus dalam sidang terbuka untuk umum dan disidangkan oleh 3 (tiga) orang hakim
dan salah seorangnya menjadi ketua sidang.

2. Asas-Asas Putusan

a. Memuat alasan dan dasar yang jelas dan rinci;

b. Wajib mengadili seluruh bagian gugatan;

c. Tidak boleh mengabulkan melebihi tuntutan (Ultra petitum partium);

d. Dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum.

3. Sistematika Isi Putusan

a. Kepala putusan terdiri dari: nomor putusan, kemudian kata-kata

‫بس<<<م هللا ال<<<رحمن ال<<<رحيم‬, kemudian dilanjutkan dengsn kalimat DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; b. Identitas para pihak; c. Duduk
perkara; d. Pertimbangan hukum; e. Amar putusan; f. Bagian Penutup/Kaki Putusan.

Penyitaan

1. Sita Jaminan
Sita jaminan adalah tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa dalam
penjagaan berdasarkan perintah peradilan atau hakim, selama pemeriksaan berlangsung sampai
ada putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap yang menyatakan sah atau tidak tindakan
penyitaan. (Pasal 195,197, 198, 199, 224, 226 dan 22u HIR, Pasal 211, 213, 214, 260 R.Bg,
SEMA No. 2 Tahun 1962 , Pasal 50 UU No.1 Tahun 2004, Pasal 24 ayat (2) PP No. 9 Tahun
1975, Pasal 95 KHI).

Macam-macam Sita:

a. Sita jaminan terhadap barang tergugat (Conservatoir beslaag)

b. Sita revindicatoir, penyitaan terhadap barang bergerak milik penggugat yang berada di
tangan tergugat.

c. Sita harta bersama yaitu sita yang diletakkan atas harta bersama yang berada pada suami
ataupun isteri dalam perkara permohonan cerai, gugat cerai atau gugatan bersama.

d. Sita eksekusi, yaitu sita yang dilakukan sebagai bagian dari pelaksanakan putusan.

e. Sita persamaan , apabila barang yang akan disita telah diletakkan sita oleh pengadilan
lain, maka juru sita tidak dapat melakukan penyitaan lagi, tetapi juru sita dapat
melakukan penyitaan bersama.

f. Sita buntut adalah permohonan sita yang diajukan setelah putusan Pengadilan tingkat
pertama dijatuhkan dan perkaranya dimintakan banding.

Anda mungkin juga menyukai