Anda di halaman 1dari 3

INSIDEN Covid-19 di Indonesia dari hari ke hari semaikin bertambah dan saat ini sudah memasuki bulan

keempat. Sudah waktunya harus melakukan proses refleksi yang bertujuan untuk mengenal asuhan dan
sebagai bahan upaya perbaikan terhadap asuhan. Salah satu tenaga kesehatan yang harus berbenah dan
membuat refleksi diri terhadap model asuhannya adalah tenaga perawat. Bukan mengesampingkan
tenaga kesehatan yang lain, namun penekanan pengenalan dan refleksi diri pada tenaga keperawatan
ini dikarenakan dalam 24 jam, tiga shift yaitu pagi, sore, malam, serta dalam tujuh hari full tidak ada
rumah sakit yang tidak ada perawatnya.

Perlu digaris bawah bahwa isolasi bukan obat dari Covid-19, tetapi isolasi adalah upaya memutus rantai
persebaran, sedangkan esensinya adalah perawatan, pengobatan, pemulihan, dan kerja sama pasien,
dengan perawat dan semua tenaga kesehatan dalam memulihkan kesehatan adalah komponen yang
sangat utama. Sebagai garda terdepan pada era Covid 19, menurut Liu, 2020 dalam The Lancet Global
Health , 20 , 1-9, perawat mempunyai peran dalam asesmen, meminimalkan komplikasi dengan
melaksanakan monitoring ketat, melaksanakan manajemen jalan napas, melakukan perubahan posisi,
melakukan edukasi dan kolaborasi dalam pemberian obat. Perawat juga akan membantu pasien dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk pemberian carian dan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB/BAK) dan juga kebersihan diri. Dari mulai skrining, tindakan kegawatdaruratan,
perawatan isolasi, sampai penanganan kasus kritis yang dilaksanakan secara berkolaborasi oleh tim
kesehatan merupakan tugas dari perawat.

Tidak hanya kebutuhan fisik yang harus dibantu, juga kebutuhan pemenuhan kebutuhan psikologis,
kebutuhan spiritual serta kebutuhan untuk didengar dan dimengerti menjadi esensi perawatan pasien.
Di sisi lain, terjadi suatu perubahan fenomena besar pada era Covid ini, di mana umumnya di Indonesia
model family empowerment saat keluarga dirawat sangat kental menjadi budaya di Indonesia, namun
pada era Covid-19 budaya ini berubah100 % atau dapat dikatakan budaya pelibatan keluarga dalam
asuhan di RS tidak bisa dilaksanakan karena adanya pembatasan untuk mencegah transmisi dan pasien
harus diisolasi sehingga tidak boleh ditungggu oleh keluarga. Dampak perawatan isolasi ini
menyebabkan perubahan yang sangat besar dan mendorong seluruh perawat untuk lebih melakukan
asuhan secara komprehensif dari seluruh komponen bio, psiko, sosial, spiritual, dan budaya.

Mungkin pernah mendengar testimoni yang beredar di medsos, di mana seorang profesor dari
universitas ternama di Jogja sangat merasa terbantu dengan adanya perawat, dokter, dan profesi
lainnya. Di sisi lain, ada juga keluhan yang menyampaikan adanya pasien yang merasa tidak diberikan
asuhan dengan caring oleh perawat. Kondisi inilah yang dapat menjadi refleksi diri yang harus diperbaiki
dan menjadi bukti bahwa asuhan keperawatan sangatlah dinanti.
Mengutip berita-berita di mana kehadiran asuhan dari perawat sangat dinanti, maka perlu ada
pembenahan positif dari aspek asuhan. Pandangan positif diberikan kepada perawat terkait bagaimana
perawat menyemangati pasien agar dapat beraktivitas secara sehat, seperti olahraga, terapi relaksasi
dengan bernyanyi ataupun mengerjakan aktivitas spiritual. Seyogianya bukan lagu atau mainan Tiktok
yang di blow-up , sejatinya hal tersebut adalah asuhan dan ada dasar ada ilmunya sehingga tidak
disalahartikan. Tiktok adalah salah satu media sosial yang dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu
melaksanakan relaksasi, menurunkan kesepian di ruang isolasi. Pemilihan media ini dimulai dengan
asesmen kebutuhan pasien yang memang seiring dengan berkembangnya era digitalisasi dan era
milenial, penetapan diagnosis, baru pelaksanaan intervensi.

Bahwa dalam Undang-undang Keperawatan No 38/2014 disampaikan bahwa asuhan keperawatan


adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien (pasien dan keluarga) dan lingkungannya untuk
memenuhi pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya. Memenuhi
kebutuhan dan kemandirian di sinilah letak peran utama perawat. Pemenuhan kebutuhan dihargai,
kesepian di dalam isolasi inilah yg dipenuhi oleh perawat saat bersama aktivitas dan relaksasi bermain
Tiktok. Ada esensi asuhan di sini bukan hanya main-main, sehingga seharusnya apa pun asuhannya
dimulai dari proses asesmen dan penetapan diagnosis, target, dan planning- nya, pelaksanaan dan
evaluasinya. Pemilihan media seperti tiktok bisa dipilih sesuai budaya dan karakter pasien, dan ada
batasan-batasan di mana tidak keluar dari standar pencegahan dan pengendalian infeksi seperti duduk
di lantai atau bahkan membawa-bawa alat kebersihan seperti yang beredar di medsos.

Sejatinya asuhan selalu dilandasi dengan konsep dan teori, salah satu pendekatan asuhan disampaikan
oleh Henderson yang dikenal dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu pemenuhan
kebutuhan bernapas dengan normal, makan dan minum, eliminasi (BAK/BAB), pergerakan, serta
istirahat dan tidur, kebersihan diri, berpakaian dan kestabilan termoregulator/suhu. Kalau dianalisis dari
delapan kebutuhan pasien dari Henderson, maka hal ini sangat relevan dengan kebutuhan pada pasien
Covid-19. Di mana perawat harus memenuhi kebutuhan bernapas pasien, sesuai tingkat kebutuhannya,
dari mulai pengkajian pernapasan, pemberian oksigen sampai kebutuhan yg harus dikolaborasikan
untuk mendapatkan perawatan intensif menggunakan ventilator. Demikian juga bagaimana memelihara
kestabilan suhu pasien, kebutuhan makan dan minum, membantu pemenuhan kebutuhan BAB, BAK,
kebersihan diri dan lingkungan, pergerakan seperti olahraga dan istiharat serta tidur dengan nyaman.

Enam kebutuhan selanjutnya terdiri atas kebutuhan akan keamanan, yaitu terhindar dari risiko jatuh
dan cedera di RS, kebutuhan berkomunikasi dan jika diperluas termasuk hubungan sosial dan kebutuhan
psikologis, beribadah, kebutuhan beraktivitas secara produktif, rekreasi, dan kebutuhan akan belajar.
Enam kebutuhan ini juga sangat relevan dengan asuhan di era Covid-19 di mana kondisi pasien yang
tidak stabil mempunyai risiko jatuh, pengkajian risiko jatuh, pendampingan perawat saat ke kamar
mandi, dan pemantauan pembatas tempat tidur serta perlindungan lingkungan menjadi manajemen
risiko yang harus dilaksanakan kepada pasien. Sisi beraktivitas secara produktif, komunikasi, psikologis,
rekreasi, dan kebutuhan edukasi juga merupakan asuhan yang sangat penting karena akan
meningkatkan motivasi dan belajar beradaptasi serta siap untuk merawat dirinya ketika pasien pulang
dari RS.

Lalu bagaimana asuhan yang telah dilakukan di pelayanan? Perlu ada refleksi diri yang harus dilakukan
oleh perawat dan pimpinan keperawatan agar pengelolaannya lebih baik. Bahwa sejatinya caring dan
pemenuhan kebutuhan diri pasien merupakan tugas mulia yang harus diemban oleh perawat. Pengelola
keperawatan harus melakukan pengarahan dan monitoring apakah aspek asuhan keperawatan sudah
dijalankan dan bagaimana terus mendorong pencapaian peningkatan mutu asuhan.

Refleksi kedua yang harus dilakukan adalah refleksi oleh semua masyarakat agar mengenal dan
memahami bahwa sejatinya perawat bukan pembantu dokter yang kerjanya hanya membagi obat,
mengukur suhu, sehingga bisa digantikan dengan perawat robot. Robot bukan perawat karena robot
hanya alat bantu, seperti halnya Tiktok, yg mungkin bisa bantu membagi obat atau makanan yang
digunakan untuk membantu mengurangi tranmisi infeksi pada era Covid-19. Robot tidak bisa merespons
curhatan pasien yang kateternya rembes karena posisinya bergeser, atau kebutuhan seorang pasien
dengan Covid-19 yang sedang sedih dan kangen dengan keluarganya. Belum lagi aktivitas yang
mebutuhkan critical thinking terkait asuhan kritis dan emergensi yang berbasis dari respons kebutuhan
pasien yang waktunya sangat cepat dan butuh pengetahuan, dan keterampilan tinggi. Robot adalah
teknologi alat bantu bagi tenaga kesehatan untuk pelaksanaan tugas terstuktur sedangkan esensi caring
dan bagaimana interaksi perawat dalam memenuhi kebutuhan dan menyiapkan kemandirian pasien
tidak akan tergantikan. Mari kita melakukan refleksi asuhan agar lebih memberikan pelayanan yang
terbaik.

sumber : https://today.line.me/id/pc/article/Refleksi+Asuhan+Keperawatan+pada+Era+Covid+19-
MjlB53

Anda mungkin juga menyukai