Profesi Keguruan
Tentang
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
Dr. Rahmi, MA
T. A 2020 M / 1441 H
KELOMPOK 1
KOMPETENSI GURU
A. KOMPETENSI PEDAGOGIK
1. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
lebih rinci dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru terkait
dengan Kompetensi Pedagogik. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu/diajarkan.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian guru dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai
guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
C. KOMPETENSI PROFESIONAL
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya.
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
pelajaran yang dimampu
2. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang dimampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
5. Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.
D. KOMPETENSI SOSIAL
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang,
peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah
titk optimal kemampuan fitrahnya.
Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik
tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang
ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada penyesuaian dengan
lingkungannya.
Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.[1]
Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat
perhatian dari guru, di antaranya:
1. Kebutuhan jasmaniah
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan kasih sayang
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan rasa bebas
6. Kebutuhan akan rasa sukses
7. Kebutuhan akan agama
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa. Masa remaja sering dikenal denga
masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah
karakteristik penting, yaitu:
1. Dengan memahami peserta didik, seorang guru akan dapat memberikan harapan
yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu
banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan
mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang
ditetapkan orangtua dan guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari
mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan
kemampuannya.
2. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan
respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
3. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam mengenali kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh,
perhatian dan perilakunya.
4. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan
bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik.
KELOMPOK 3
Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa
keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran saja
akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru. Guru juga memiliki
banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi pembelajaran yang
telah dilakukan.
Bisa dilihat bahwa guru memiliki banyak peran yang harus dikerjakan
bersamaan. Dari peran-peran yang dimiliki guru tersebut tentunya guru mengemban
tugas yang cukup kompleks, bukan hanya sekedar mengajar saja, sangat
pantas profesi guru diberikan apresisasi yang tinggi karena jasanya yang aktif dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang pada pembukaan UUD
1945.
Guru juga dipandang sebagai pekerjaan dan memiliki tanggung jawab moral di
masyarakat. Seorang yang memiliki profesi sebagai guru banyak dianggap sebagai
tokoh masyarakat dan layak untuk dijadikan panutan. Hal ini membuat peranan guru
semakin lengkap dan tidak sembarang orang dapat begitu saja menjadi guru.
KELOMPOK 4
A. Pengertian
Ruang lingkup rencana pembelajaraan paling luas mencakup satu kompetensi
dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali
pertemuan atau lebih.
Silabus adalah rencana pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata
pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,
pengelompokkan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan
berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat dan di dalamnya mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Silabus memuathal-hal yang
perlu dilakukan siswa untukmenuntaskan suatu kompetensi secarautuh, artinya di
dalam suatu silabusadakalanya beberapa kompetensi
yangsejalan akan disatukan sehingga perkiraanwaktunya belum tahu pasti berapa
pertemuan yang akan dilakukan.
Sementaraitu, rencana pelaksanaan pembelajaranadalah penggalan-
penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiappertemuan.
Di dalamnya harus terlihattindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru
untuk mencapai ketuntasankompetensi serta tindakan selanjutnyasetelah pertemuan se
lesai.
B. Tujuan Dan Fungsi RPP
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk: (1) mempermudah,
memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar, (2) dengan menyusun
rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru
akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program
pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.
Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih
terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, rencana pelaksanaan
pembelajaran berperan sebagai scenario proses pembelajaran. Oleh karena itu,
rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan
memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam
proses pembelajaran yang sesungguhnya.
1. Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta
materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan
di dalam silabus.
2. Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan
kecakapan hidup (lifeskill) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-
hari.
3. Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan
pengalaman langsung.
4. Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan
pada system pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan
silabus.
D. Komponen-Komponen RPP
Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
menurutPermendiknas Nomor 41 Tahun 2007Tentang Standar Proses terdiri dari :
1. Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program
keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar kompetensi, merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas danatau semester pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur dan atau
diobservasi untuk menunjukanketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi
dasar dan beban belajar.
8. Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indicator yang telah ditetapkan. Pemilihan
metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
9. Kegiatan pembelajaran, meliputi:
a) Pendahuluan
b) Inti
c) Penutup
10. Penilaian hasil belajar. Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indicator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar
penilaian.
11. Sumber belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
E. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
F. LANGKAH-LAGKAH PENYUSUNAN RPP
Langkah-langkah menyusun suaturencana pelaksanaan pembelajaranmeliputi beberapa hal,
sebagai berikut:
Tuliskan standar kompetensi dankompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.
3. Indikator
Pengembangan Indikator dilakukandengan beberapa pertimbangan berikut:
Cantumkan materi pembelajaran danlengkapi dengan uraiannya yang
telahdikembangkan dalam silabus.
Dalammenetapkan dan mengembangkan materiperlu diperhatikan hasil daripengembangan sil
abus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakandalam proses pembelajaran
yang didukungoleh uraian materi untuk mencapaikompetensi tersebut. Hal yang
perludipertimbangkan dalam penyusunan materiadalah kemanfaatan, alokasi waktu,
kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisilingkungan masyarakat, kemampuan guru,
tingkat perkembangan peserta didik, danfasilitas.
Agar penjabaran dan penyesuaiankemampuan dasar tidak meluas danmelebar,
maka perlu diperhatikan criteriauntuk menyeleksi materi yang perludiajarkan sebagai berikut:
a. Sahih (valid), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah
teruji kebenaran dan kesahihannya.
5. TujuanPembelajaran
Dalam tujuan pembelajarandijelaskan apa tujuan dari pembelajarantersebut.
Tujuan pembelajaran diambil dari indicator.
6. Strategi atau Skenario Pembelajaran
Strategi atau skenario pembelajaranadalah strategi atau scenario apa danbagaimana dalam me
nyampaikan materipembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif, bermakna,
danmenyenangkan. Strategi atau skenariopembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh guru secaraberuntun untuk mencapai tujuanpembelajaran.
Penentuan urutan langkahpembelajaran sangat penting artinya bagimateri-materi yang
memerlukan prasyarattertentu.
2. Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan dalam
mata pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi di lingkungan sekitar.
3. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia.
Tuliskan sistem penilaian danprosedur yang
digunakan untuk menilaipencapaian belajar siswa berdasarkan system penilaian yang
telah dikembangkanselaras dengan pengembangan silabus.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatanuntuk memperoleh, menganalisis, danmenafsirkan
data tentang proses dan hasilbelajar peserta didik yang
dilakukan secarasistematis dan berkesinambungan, sehinggamenjadi informasi yang
bermakna dalampengambilan keputusan.
Penilaiandilakukan dengan menggunakan tes dannontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasilkarya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Jenis penilaian yang dapat digunakandalam sistem penilaian berbasiskompetensi, antara lain
sebagai berikut.
a. Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang bersifat prinsip.
Biasanya dilakukan sebelum mata pelajaran dimulai, kurang lebih 15 menit. Kuis dilakukan
untuk mengungkap kembali penguasaan pembelajaran oleh siswa.
c. Ulangan harian, adalah ujian yang dilakukan setiap saat, misalnya 1 atau 2 materi pokok
selesai diajarkan.
e. Tugas kelompok, yaitu tugas yang dikerjakan secara kelompok (5-7 siswa). Jenis tagihan
ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja sama di dalam kelompok.
f. Ujian sumatif, yaitu ujian yang dilakukan setiap satu standar kompetensi atau beberapa
satuan komptensi dasar.
Hal-hal yang harus diperhatikandalam menentukan penilaian adalahsebagai berikut:
a. Untuk mengukur pencapaian kompetensipeserta didik, yang
dilakukan berdasarkanindikator
b. Menggunakan acuan kriteria
c. Menggunakan system penilaianberkelanjutan
d. Hasil penilaian dianalisis untukmenentukan tindak lanjut
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari
bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala
cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat
dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak
boleh semata – mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru
dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan sendiri siswa yang
memanjat tangga itu. Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat
dikelompokkan mejadi delapan tipe belajar, yaitu :
1.Belajar isyarat
2.Stimulus-respon
3.Rangkaian gerak
4.Rangkaian Verbal
5.Membedakan
6.Pembentukan Konsep
7.Pembentukan aturan
8.Pemecahan masalah
Dilihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar
paling tinggi karena lebih kompleks. Dalam tipe belajar pemecahan masalah, siswa
berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu
untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih lanjut Gagne (1985)
mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery) dan kreativitas
kadang-kadang diasosisasikan sebagai pemecahan masalah.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada pendekatannya.
Hal ini sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar yang
harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) mengemukakan pendapat
b) presentase laporan
c) memajangkan hasil kerja
d) ungkap gagasan
a) diskusi
b) tanya jawan
c) lempar lagi pertanyaan
d) kesalahan makna berpeluang terkoreksi
e) makna yang terbangun semakin mantap
f) kualitas hasil belajar meningkat
a) mengapa demikian
b) apakah hal itu berlaku untuk ....
c) untuk perbaikan gagasan?makna
d) untuk tidak mengulangi kesalahan
e) peluang lahirkan gagasan baru
KELOMPOK 6
Pembelajaran Inkuiri
A. Konsep Dasar Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia
atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran inkuiri merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic,yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat
bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana
bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis
yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam
proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana
lazimnya dalam pengujian hipotesis.
Pembelajaran Ekspositori
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi
pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga
untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium),
sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri.
D. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan Metode ekspositori, yaitu:
1. Persiapan (Preparation).
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat
tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
a. Memberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
c. Bukalah file dalam otak siswa.
2. Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh
siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah
ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan
siswa, dan (4) menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
3. Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran
yang telah disajikan.
5. Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru. Melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang
penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan
pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi
yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.
KELOMPOK 7
A. Pembelajaran Kooperatif
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka
akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman
sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan
teman sebaya.
3) Akuntabilitas individual
Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu :
1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).
2) Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan
ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi
tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang –
kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika
mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
b. Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
Langkah-langkahnya :
1) Seleksi topik
2) Merencanakan kerjasama
3) Implementasi
4) Analisis dan sintesis
5) Penyajian hasil akhir
6) Evaluasi selanjutnya
d. Metode struktural
4) Bercerita Berpasangan
6) Keliling Kelompok
7) Kancing Gemerincing
Langkah-langkah :
Langkah – langkahnya :
g. BambooDancing
Langkah – langkahnya :
Langkah – langkahnya :
Langkah – langkahnya :
j. Listening Team
Langkah-langkahnya :
a. PQ4R
b. GuidedNoteTaking
1) Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar
yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik.
2) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian –
bagian yang kosong dalam handout tersebut
3) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam
handout memang sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi
mengikuti pelajaran.
4) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian
yang kosong tersebut.
5) Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan
handoutnya.
c. SnowballDrilling
d. ConceptMapping
Langkah – langkahnya :
Langkah – langkahnya :
f. Question StudentHave
g. TalkingStick
h. EveryoneisTeacher Here
i. Tebak Pelajaran
2. Karakteristik ContextualTeachingandLearning
a. Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang
menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-
konyong). Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan
dengan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep konstruktivisme
menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru pada
pengetahuan tertentu.
b. Inkuiri (Inquiry)
c. Bertanya (Questioning)
Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa aspek kerja sama dengan orang lain
untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran
yang menerapkan learningcommunity.
e. Pemodelan (Modelling)
f. Refleksi (Reflection)
Penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek
membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun
bersastra dipaparkan sebagai berikut :
KELOMPOK 8
Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat penting untuk dilakukan oleh
seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar mengajar yang
baik. Segala aspek pendidikan pengajaran berproses, guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya.
Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan
kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu
penting sekali bagi seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar
mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam
kegiatan pembelajaran kemampuan pengelolaan kelas merupakan salah satu faktor
yang juga harus dikuasai oleh seorang guru, di samping faktor-faktor
lainnya.Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola
kelas.
(1) ruangan,
(2) keindahan kelas,
(3) suara guru,
Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan
pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan
siswa dengan guru.
Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas
atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan
kelas yang baik dan terencana. Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya
berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas,
menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi
yang tepat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam
mencegah timbulnya perilaku peserta didik yang mengganggu jalannya proses.
KELOMPOK 9
Dalam undang-undang republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru
layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.
Pada hakikatnya, sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta
tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Sertifikasi guru sangat penting sekali yaitu untuk pemberdayaan guru menuju guru yang
professional. Pemberdayaan guru dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru
dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain
yang lebih mapan kehidupannya. Sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan
adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan
keadilan dikalangan guru dan tenaga kependidikan.
Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak
citra pendidik dan tenaga kependidikan
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan
5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan
Adapun manfaat dari sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebagai berikut:
b. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan
tingkat kompetensinya secara berkelanjutan
c. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk
organisasi profesi maupun pengembangan karir selanjutnya
d. Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha
belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme
a. Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi
akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap
organisasi profesi beserta anggotanya.
b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan / pengguna yang
ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Jalal dan Tilaar (2003: 382-391), mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju
profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan
kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru, pembinaan dan peningkatan karir guru.
Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang diperoleh. Kenaikan gaji
dilakukan bersamaan dengan perbaikan pada aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu prosedur
kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir, penghargaan terhadap
tugas atau peran keguruan.
Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
4. Prestasi guru dalam mengajar, menyiakan bahan ajar, menulis, meneliti, dan
membimbing,
Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat mengingat
banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diinginkannya. Pendidikan dan
pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu pendidikan prajabatan,
pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.
Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republic Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertumuan ilmiah seperti seminar,
diskusi panel dan symposium.
KELOMPOK 10
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di
bidangnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu
meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi
dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk
melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan
teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika yang bernama KurtLewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang
selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart,
John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-
mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,
dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran
yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan
tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif
agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian
naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis
penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan
eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis
digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian
eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap
subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan.
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1)
didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi
dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4)
bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5)
dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik
dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek
(Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik
PTK tersebut.
1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu
upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga
dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak
lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan
kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia
juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau
kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu
proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang
yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap
sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut
pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara
tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak.
Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap
sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah
sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan
bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai
yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang
mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk
melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian,
aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan
sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya
menyebabkan pandangannya berubah.
6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori
dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan
dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian
konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah.
Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat
digunakan dan dikembangkan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk
penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun
paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan,
terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan
(4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat
mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti
mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai
contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik
yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila
orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencananpanelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat,
dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil
panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada
butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa
yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan
penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan,
di antaranya: (1) Model KurtLewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John
Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
2. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas,
yaitu Model KurtLewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih
detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan
terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-
mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya
terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau
proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi
atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan
setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi
akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun
model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti
dikemukakan berikut ini.
Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun
secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait
dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
Identifikasi masalah
Analisis masalah
Rumusan masalah
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan
disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu
penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan
tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa
yang terjadi?
Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada
dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja,
namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi
belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data
yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan
dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini
dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat
observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih
tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang
dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang
sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang
tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi
penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan
umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu
PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan
keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi
yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang
miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan
kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya.
Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai
observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.
Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus.
Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah
spiral.
KELOMPOK 11
Jadi, dapat disimpulkan guru adalah seseorang yang menjalankan tugas utamanya
yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi
muridnya dalam pendidikan.
1
Ibid., hlm. 25-27
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya
3. Memenuhi kode etik profesi
4. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas
5. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasinya
6. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secar berkelanjutan
7. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya
8. Memiliki oganisas profesi yang berbadan hukum.
E. Isi UU No. 14 Tahun 2005
1. Hak dan Kewajiban Guru dan Dosen
Guru merupakan jabatan profesional, maka setiap guru harus memgetahui dengan
benar hak-hak dan kewajibannya selaku tenaga profesional. Pasal 14 UU GD No. 14
Tahun 2005 menegaskan:2
Ayat (1) menegaskan:
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraann sosial
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
h. Memiliki kebebasan berserikat dalam organisasi profesi
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kulaifikasi
akademik dan kompetensi
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
2
Ali, Mudlofir, Pendidikan Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 112-114
1) Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 berupa penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan profesional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
2) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakata kerja bersama.
Sementara itu, kewajiban guru menurut UU GD No. 14 Tahun 2005 Pasal 20 adalah:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yag bermutu,
serta menilai dan engevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatka dan mengambangan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan mengukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Pemberhentian
Guru dapat diberhentikan degan hormat dari jabatannya sebagai guru karena:
1) Meninggal dunia
2) Mencapai batas usia pensiun atas permintaan sendiri
3) Sakit jasmani atau rohani sehingga tidak dapat melaksanakn tugas secara terus-
menerus selama 12 bulan
4) Berakhirnya perjaniian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara guru dan
penyelenggra pendidikan (pasal 30 ayat 1)
Sedangkan pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatan sebagai guru
dapat dilakukan karena:
1) Melanggar sumpah dan jani jabatan
2) Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
3) Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 bulan atau lebih
secara terus-menerus (pasal 30 ayat 2)
Sedangkan pemberhentian guru dari jabatannya karena batas usia pensiun
sebagaiman dimaksud pasal 30 ayat (1) huru (b), dilakukan pada usia 60 tahun
(pasal 30 ayat 4). Ini artinya daerah yang memuat peraturan daerah (Perda) yang
menetapkan usia pensiun guru di bawah usia 60 tahun dapat dinyatakan batal
karena bertentangan dengan UU tersebut.
KELOMPOK 12
KELOMPOK 13
Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban seorang guru,
bahwa hak seorang guru adalah:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan
social.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
5. Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan.
6. Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan
dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan
peraturan perundang undangan.
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.