Anda di halaman 1dari 87

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

Profesi Keguruan

Tentang

Resuman Materi Perkuliahan Semester VI

Disusun oleh :

Edo Putra Yani :1714010126

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Zulmuqim, MA

Dr. Rahmi, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI/B-VI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRERI

IMAM BONJOL PADANG

T. A 2020 M / 1441 H
KELOMPOK 1

KOMPETENSI GURU

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,


kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)

Standar Kompetensi Guru adalah beberapa indikator yang dapat dijadikan


ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional. Kompetensi guru
merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan
spiritual yang secara menyeluruh membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme.

Sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, disebutkan bahwa “Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

1. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dijelaskan


definisi dari masing-masing kompetensi:
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam.
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK
1. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
lebih rinci dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru terkait
dengan Kompetensi Pedagogik. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu/diajarkan.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian guru dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai
guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
3. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

C. KOMPETENSI PROFESIONAL
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
pelajaran yang dimampu
2. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang dimampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
5. Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.

D. KOMPETENSI SOSIAL

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul


secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar.

1. Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan


jenis kelamin, agara, raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
keluarga.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman
social budaya
4. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan
KELOMPOK 2

Memahami Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran

A. Pengertian Peserta Didik

Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk


‘homo educantum’, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini,
peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten,
sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengatualisasikannya agar ia dapat
menjadi manusia susila yang cakap.

Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut
fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang,
peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah
titk optimal kemampuan fitrahnya.

Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun


2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.” Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang
disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki
sejumlah karakteristik, diantaranya: Peserta didik adalah individu yang memiliki
potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia meruoakaninsane yang unik.

Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik
tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang
ditujukan kepada diri sendiri maupun yang diarahykan pada penyesuaian dengan
lingkungannya.
Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.[1]

B. Kebutuhan Peserta Didik

Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi


kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan inti kodrat manusia.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga
merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh
sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta
didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
melalui berbagai aktivitas kependidikan, termasuk aktivitas pembelajaran. Di samping
itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan
pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.

Berikut ini disebutkan beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat
perhatian dari guru, di antaranya:

1. Kebutuhan jasmaniah
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan akan kasih sayang
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan rasa bebas
6. Kebutuhan akan rasa sukses
7. Kebutuhan akan agama

C. Karakteristik Perkembangan Peserta didik (Usia Remaja)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang yang dewasa. Masa remaja sering dikenal denga
masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah
karakteristik penting, yaitu:

1. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya


2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagi pria atau wanita dewasa yang
menjunjung tinggi oleh masyarakat
3. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efaektif
4. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuannya
6. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan
memiliki anak
7. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan
sebagi warga Negara
8. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social
9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku
10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut menuntut adanya


pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan
guru, di antaranya: Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi, bahaya penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika Membantu
siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondidi dirinya
Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siwa mengembangkan keterampilan yang
sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olahraga, kesenian, dan sebagainya
Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah
dan mengambil keputusan. Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan
bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan. Menerapkan model pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan positif
Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta
Memupuk semangat keberagaman siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan
lebih toleran. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia
mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.

D. Pentingnya Memahami Peserta Didik

Pentingnya Pemahaman Guru Mengenai Peserta Didik diantaranya adalah :

1. Dengan memahami peserta didik, seorang guru akan dapat memberikan harapan
yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu
banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak mungkin akan
mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang
ditetapkan orangtua dan guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari
mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk lebih mengembangkan
kemampuannya.
2. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan
respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
3. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam mengenali kapan
perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai, sehingga guru dapat
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh,
perhatian dan perilakunya.
4. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam memberikan
bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik.
KELOMPOK 3

PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak bisa lepas dari


keberadaan guru. Tanpa adanya guru pembelajaran akan sulit dilakukan, apalagi
dalam rangka pelaksanaan pendidikan formal, guru menjadi pihak yang sangat vital.
Guru memiliki peran yang paling atif dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai
tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui
kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik atau siswa.

Siswa juga akan kesulitan dalam belajar ataupun menerima materi tanpa
keberadaan guru, hanya mengandalkan sumber belajar dan media pembelajaran saja
akan sulit dalam penguasaan materi tanpa bimbingan guru. Guru juga memiliki
banyak kewajiban dalam pembelajaran dari mulai merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, hingga melakukan evaluasi pembelajaran yang
telah dilakukan.

Dari semua proses pembelajaran mulai perencanaan hingga evaluasi


pembelajaran profesi guru memiliki banyak peran. Sardiman (2011: 143-144)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai peran-
peran yang dimiliki oleh guru, anttara lain adalah:
1. PreyKatz yang menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang
dapat memberikan nasihat-nasihan, motivator sebagai pemberi inspirasi dan
dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-
nilai, dan sebagai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai dalam
hubungan kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai kolega dalam
hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya
dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3. James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan
mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa.
4. Federasi dan Organsasi Profesional Guru Sedunia mengungkapkan bahwa peranan
guru di sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan
sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai peranan guru diatas, Sardiman


(2011: 144-146) merincikan peranan guru tersebut menjadi 9 peran guru. 9 peranan
guru dalam kegiatan belajar mengajar tersebut yaitu:

1. Informator. Sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan


dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2. Organisator. Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran
dan lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh
guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri guru
maupun siswa.
3. Motivator. peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu
memberikan rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan
potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas),
sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar.
4. Pengarah atau Director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide yang
dicetuskan hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didik.
6. Transmitter. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selakuk
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator. Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan pembelajaran
yang kondusif, seerasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar
mengajar berlangsung efektif dan optimal.
8. Mediator. Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi ketika
diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan sebagai
penyedia media pembelajaran, guru menentukan media pembelajaran mana yang
tepat digunakan dalam pembelajaran.
9. Evaluator. Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan
prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai peserta
didik, namun demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan objektif.
Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan dengan metode dan prosedur
tertentu yang telah direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

Bisa dilihat bahwa guru memiliki banyak peran yang harus dikerjakan
bersamaan. Dari peran-peran yang dimiliki guru tersebut tentunya guru mengemban
tugas yang cukup kompleks, bukan hanya sekedar mengajar saja, sangat
pantas profesi guru diberikan apresisasi yang tinggi karena jasanya yang aktif dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tertuang pada pembukaan UUD
1945.
Guru juga dipandang sebagai pekerjaan dan memiliki tanggung jawab moral di
masyarakat. Seorang yang memiliki profesi sebagai guru banyak dianggap sebagai
tokoh masyarakat dan layak untuk dijadikan panutan. Hal ini membuat peranan guru
semakin lengkap dan tidak sembarang orang dapat begitu saja menjadi guru.
KELOMPOK 4

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp)

Dan Fungsinya Dalam Pembelajaran

A. Pengertian
Ruang lingkup rencana pembelajaraan paling luas mencakup satu kompetensi
dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali
pertemuan atau lebih.

RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar.


Persiapan di sini dapat diartikan persiapantertulis maupun persiapan mental,
situasiemosional yang ingin dibangun, lingkunganbelajar yang produktif,
termasukmeyakinkan pembelajar untuk mau terlibatsecara penuh. Rencana Pelaksana
anPembelajaran dengan silabus mempunyaiperbedaan,meskipun dalam hal tertentume
mpunyai persamaan. 

Silabus adalah rencana pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata
pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,
pengelompokkan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan
berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat dan di dalamnya mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. 

Silabus memuathal-hal yang
perlu dilakukan siswa untukmenuntaskan suatu kompetensi secarautuh, artinya di
dalam suatu silabusadakalanya beberapa kompetensi
yangsejalan akan disatukan sehingga perkiraanwaktunya belum tahu pasti berapa
pertemuan yang akan dilakukan.

Sementaraitu, rencana pelaksanaan pembelajaranadalah penggalan-
penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiappertemuan.
Di dalamnya harus terlihattindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru
untuk mencapai ketuntasankompetensi serta tindakan selanjutnyasetelah pertemuan se
lesai.

B. Tujuan Dan Fungsi RPP
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk: (1) mempermudah,
memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar, (2) dengan menyusun
rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru
akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program
pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.

Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih
terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, rencana pelaksanaan
pembelajaran berperan sebagai scenario proses pembelajaran. Oleh karena itu,
rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan
memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam
proses pembelajaran yang sesungguhnya.

C. Unsur Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyusunan RPP

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyususnan rencana pelaksanaan


pembelajaran adalah :

1. Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta
materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan
di dalam silabus.
2. Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan
kecakapan hidup (lifeskill) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-
hari.
3. Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan
pengalaman langsung.
4. Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan
pada system pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan
silabus.
D. Komponen-Komponen RPP
Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
menurutPermendiknas Nomor 41 Tahun 2007Tentang Standar Proses terdiri dari :
1. Identitas mata pelajaran, meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program
keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar kompetensi, merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas danatau semester pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur dan atau
diobservasi untuk menunjukanketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi
dasar dan beban belajar.
8. Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indicator yang telah ditetapkan. Pemilihan
metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai
kelas 3 SD/MI.
9. Kegiatan pembelajaran, meliputi:

a)  Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan


pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan, guru :
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.

b)  Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi


dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan
secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

c) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktifitas


pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

10. Penilaian hasil belajar. Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indicator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar
penilaian.
11. Sumber belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.

E. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP

Prinsip-prinsip rencana pembelajaran menurut Permendinasno 41 tahun 2007


tentang standar proses terdiri dari :

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.


RPP disusun dengan memerhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial,emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik.

2. Mendorong Partisipasi aktif peserta didik.

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk


mendorong motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.

3. Mengembangkan Budaya Membaca dan menulis.

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran


membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam bentuk tulisan.

4. Memberikan Umpan Balik dan Tindak Lanjut.

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,


penguatan, pengayaan, remedi.

5. Keterkaitan dan Keterpaduan.

RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara


SK,KD, Materi Pembelajaran, Kegiatn Pembelajaran, Indikator Pencapaian
Kompetensi Penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.

RPP disusun dengan mempertimbangkan peneraan teknologi informasi


dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.

F. LANGKAH-LAGKAH PENYUSUNAN RPP

Langkah-langkah menyusun suaturencana pelaksanaan pembelajaranmeliputi beberapa hal,
sebagai berikut:

1.  Identitas Mata Pelajaran


Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dana lokasi waktu (jam pertemuan).

2.  Standar  Kompetensi dan  KompetensiDasar

Tuliskan standar kompetensi dankompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.

3.  Indikator

Pengembangan Indikator dilakukandengan beberapa pertimbangan berikut:

a. Setiap kompetensi dasar dikembangkanmenjadi beberapa indikator (lebih daridua).

b. Indikator menggunakan kata kerjaoperasional yang dapat diukur dan ataudiobservasi.

c. Tingkat kata kerja dalam indikator lebihrendah atau setara dengan kata


kerja dalamkompetensi dasar maupun standar kompetensi.

d. Prinsip pengembangan indikator adalahurgensi, kontinuitas, relevansi, dankontekstual.

e. Keseluruan indikator dalam satukompetensi dasar merupakan tanda-tanda, perilaku, dan


lain-lain untuk pencapaiankompetensi yang merupakan kemampuanbersikap,
berpikir dan bertindak secarakonsisten.

4.  Materi  Pembelajaran

Cantumkan materi pembelajaran danlengkapi dengan uraiannya yang
telahdikembangkan dalam silabus.
Dalammenetapkan dan mengembangkan materiperlu diperhatikan hasil daripengembangan sil
abus, pengalaman belajar yang bagaimana yang ingin diciptakandalam proses pembelajaran
yang didukungoleh uraian materi untuk mencapaikompetensi tersebut. Hal yang
perludipertimbangkan dalam penyusunan materiadalah kemanfaatan, alokasi waktu,
kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisilingkungan masyarakat, kemampuan guru,
tingkat perkembangan peserta didik, danfasilitas.

Agar penjabaran dan penyesuaiankemampuan dasar tidak meluas danmelebar,
maka perlu diperhatikan criteriauntuk menyeleksi materi yang perludiajarkan sebagai berikut:

a. Sahih (valid), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar  telah
teruji kebenaran dan kesahihannya.

b. Relevansi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan kemampuan


dasar yang ingin dicapai.
c. Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar
dan standar kompetensi.

d. Adequasi (kecukupan), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan cukup


lengkap untuk tercapainya kemampuan yang telah ditentukan.

e. Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyan


berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari?  Penting untuk siapa? Di mana dan
mengapa penting ? dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang
yang benar-benar diperlukan oleh siswa.

f. Kebermanfaatan, artinya materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat, baik secara


akademis, maupun nonakademis.

g. Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek


tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.

h. Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat


memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.

5.  TujuanPembelajaran

Dalam tujuan pembelajarandijelaskan apa tujuan dari pembelajarantersebut.
Tujuan pembelajaran diambil dari indicator.

6.  Strategi atau Skenario Pembelajaran

Strategi atau skenario pembelajaranadalah strategi atau scenario apa danbagaimana dalam me
nyampaikan materipembelajaran kepada siswa secara terarah, aktif, efektif, bermakna,
danmenyenangkan. Strategi atau skenariopembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang
harus dilakukan oleh guru secaraberuntun untuk mencapai tujuanpembelajaran.
Penentuan urutan langkahpembelajaran sangat penting artinya bagimateri-materi yang
memerlukan prasyarattertentu.

Rumusan pernyataan dalam langkahpembelajaran minimal mengandung duaunsur yang


mencerminkan pengelolaanpengalaman belajar siswa, yaitu kegiatansiswa dan meteri. Syarat
penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi pembelajaran adalah
:
1. Hendaknya memberikan bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri
pengetahuan di bawah bimbingan guru.

2. Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan dalam
mata pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi di lingkungan sekitar.

3. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia.

4. Bervariasi dengan mengombinasikan antar kegiatan belajar perseorangan, pasangan,


kelompok, dan klasikal.

5. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan,


minat, latar belakang keluarga, sosial ekonomi, dan budaya, serta masalah khusus yang
dihadapai siswa yang bersangkutan.

7.  Sarana dan  Sumber Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar,


sarana pembelajaran sangat membantusiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang
dimaksud dengan saranapembelajaran dalam uraian ini lebihditekankan pada sarana dalam art
i media/alatperaga. Sarana memudahkanterjadinya proses pembelajaran. Sementaraitu,
sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sumber dalam proses
belajar mengajar. Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak, seperti buku,
brosur, majalah, poster, lembar informasi lepas, peta, foto, danlingkungan sekitar, baik alam,
system, maupun budaya.

8.  Penilaian dan  Tindak  Lanjut

Tuliskan sistem penilaian danprosedur yang
digunakan untuk menilaipencapaian belajar siswa berdasarkan system penilaian yang
telah dikembangkanselaras dengan pengembangan silabus.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatanuntuk memperoleh, menganalisis, danmenafsirkan
data tentang proses dan hasilbelajar peserta didik yang
dilakukan secarasistematis dan berkesinambungan, sehinggamenjadi informasi yang
bermakna dalampengambilan keputusan.
Penilaiandilakukan dengan menggunakan tes dannontes dalam bentuk tertulis maupun lisan,
pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasilkarya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Jenis penilaian yang dapat digunakandalam sistem penilaian berbasiskompetensi, antara lain
sebagai berikut.

a. Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang bersifat prinsip.
Biasanya dilakukan sebelum mata pelajaran dimulai, kurang lebih 15 menit. Kuis dilakukan
untuk mengungkap kembali penguasaan pembelajaran oleh siswa.

b. Pertanyaan lisan di kelas, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan


tujuan memperkuat pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori.

c. Ulangan harian, adalah ujian yang dilakukan setiap saat, misalnya 1 atau 2 materi pokok
selesai diajarkan.

d. Tugas individu, yaitu tugas yang diberikan kapan saja, biasanya untuk memeperkaya


materi pembelajaran, atau untuk persiapan program-program pembelajaran tertentu.

e. Tugas kelompok, yaitu tugas yang dikerjakan secara kelompok (5-7 siswa). Jenis tagihan
ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja sama di dalam kelompok.

f. Ujian sumatif, yaitu ujian yang dilakukan setiap satu standar kompetensi atau beberapa
satuan komptensi dasar.

Hal-hal yang harus diperhatikandalam menentukan penilaian adalahsebagai berikut:

a. Untuk mengukur pencapaian kompetensipeserta didik, yang
dilakukan berdasarkanindikator

b. Menggunakan acuan kriteria

c. Menggunakan system penilaianberkelanjutan

d. Hasil penilaian dianalisis untukmenentukan tindak lanjut

e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.


KELOMPOK 5

PENTINGNYA PEMBELAJARAN PAIKEM

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah


sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah menyampaikan
materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk menghafal semua pengetahuan.
Memang pembelajaran yangberorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari
bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala
cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat
dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak
boleh  semata – mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru
dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus diupayakan sendiri siswa yang
memanjat tangga itu. Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat
dikelompokkan mejadi delapan tipe belajar, yaitu :

1.Belajar isyarat

2.Stimulus-respon

3.Rangkaian gerak

4.Rangkaian Verbal
5.Membedakan

6.Pembentukan Konsep

7.Pembentukan aturan

8.Pemecahan masalah

Dilihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar
paling tinggi karena lebih kompleks. Dalam tipe belajar pemecahan masalah, siswa
berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu
untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih lanjut Gagne (1985)
mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan (discovery) dan kreativitas
kadang-kadang diasosisasikan sebagai pemecahan masalah.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran tergantung pada pendekatannya.
Hal ini sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan bahwa dalam
kegiatan inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai kompetensi dasar yang
harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a.   Pengertian PAIKEM

PAIKEM merupakan singkatan dari pembelajaran Aktif, Inspiratif, Inovatif,


Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik.
Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta
didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

b.  Tujuan PAIKEM

Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan


kemampuan berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis
adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapam sistematis dalam menilai,
memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi
dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk
meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau


kelompok diberi tugas untuk memecahkan masalah. Jika memungkinkan masalah
diidentifikasi dan dipilih siswa sendiri. Masalah yang diidentifikasi hendaknya yang
penting dan mendesak untuk diselesaikan sertta dilihat atau diamati oleh siswa
sendiri, upamanya masalah kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan
makanan, wabah penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam
setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi.

c.  Prinsip-Prinsip PAIKEM

Prinsip pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan yang


merujuk pada pembelajaran dengan basis kompetensi memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut :

1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensiyang diharapkan. Peserta


didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam
pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar
tersedia ruang dan waktu bagi peserta diddik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
2. Integral, agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara
utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan
terintegrasi menjadi satu kesatuan.
3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap
peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar
yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu
memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta
didiknya.
4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan
pembelajaran tuntas (masterylearning) sehingga mencapai ketuntasan yang
ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial,
sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada
kompetensi berikutnya.
5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik
menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan
dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan
lingkungan. Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi
keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah
suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (originality) dan ketajaman
pemahaman dalam mengembangkan sesuatu. Kemampuan memecahkan masalah
adalah kemampuan tahap tinggi siswa dalam mengatasi hambatan , kesulitan
maupun ancaman. Metode problem solving  (pemecahan masalah bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

d.  Karakteristik PAIKEM

Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada


siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks kehidupan
dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu :
1. mengalami (pengalaman belajar) antara lain :
a) melakukan pengamatan
b) melakukan percobaan
c) melakukan penyelidikan
d) melakukan wawancara
e) Siswa belajar banyak melalui berbuat
f) pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera

2. komunikasi, bentuknya antara lain :

a) mengemukakan pendapat
b) presentase laporan
c) memajangkan hasil kerja
d) ungkap gagasan

3. Interaksi, bentuknya antara laian :

a) diskusi
b) tanya jawan
c) lempar lagi pertanyaan
d) kesalahan makna berpeluang terkoreksi
e) makna yang terbangun semakin mantap
f) kualitas hasil belajar meningkat

4. Refleksi, yaitu kegiatan memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan.

a) mengapa demikian
b) apakah hal itu berlaku untuk ....
c) untuk perbaikan gagasan?makna
d) untuk tidak mengulangi kesalahan
e) peluang lahirkan gagasan baru

Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan


dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri
siswa, tetapi guru bertanggung dalam memberikan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar,
sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang haya

KELOMPOK 6

Pembelajaran Inkuiri dan Ekspositori

Pembelajaran Inkuiri
A. Konsep Dasar Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia
atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran inkuiri merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic,yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat
bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana
bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis
yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam
proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana
lazimnya dalam pengujian hipotesis.

B. Karakteristik Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri   memiliki beberapa ciri, di antaranya:
Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
materi pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (selfbelief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri
menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar,  tetapi lebih diposisikan
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan
melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Guru dalam
mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan,
teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman
kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum
tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi
pelajaran.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
1.        Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri
adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain
berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2.        Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa
dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.        Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran
ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping
itu, pada pembelajaran  ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya
dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang  dipelajarinya.
4.        Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan
tetapi belajar adalah proses berpikir (learninghowtothink), yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
5.        Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukannya.

D.  Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri


Proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.        Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap
masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.
2.        Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan
hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat
dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.
3.        Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa,
terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan
mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data,
menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat
hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan
keteraturan.
4.        Menarik kesimpulan;  kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna
hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
5.        Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

E.  Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena 
memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1.        Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,  sehingga
pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna.
2.        Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
3.        Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman.
4.        Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan
di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan,
di antaranya:
1.        Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.        Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
3.        Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.        Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran, maka  strategi  ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.

Pembelajaran Ekspositori

A. Konsep Dasar PembelajaranEkspositori


Pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa sehingga
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Menurut Killen (dalam Sanjaya, 2006)
model pembelajaran ekspositori ini sama dengan model pembelajaran langsung
(directinstruction) karena materi pembelajaran disampaikan secara langsung oleh guru.
Model pembelajaran Ekspositori menganut paham behavioristik yang menekankan mahwa
perilaku manusia pada dasarnya merupakan keterkaitan antara stimulus dengan respon,
sehingga dalam kegiatan pembelajaran peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan
faktor yang sangat menentukan. Pembelajaran ini menempatkan guru sebagai sumber dan
pemilik pengetahuan dan siswa bersifat pasif dengan hanya menerima pengetahuan dari guru.

Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang


berorientasi pada guru (teachercentered). Pembelajaran ekspositori berbeda dengan ceramah.
Perbedaan pembelajaran ekspositori dengan ceramah adalah dominasi guru yang dikurangi.
Pada pembelajaran ekspositori guru hanya memberikan informasi pada waktu-waktu tertentu
yang diperlukan siswa.
B. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik metode pembelajaran ekspositori di antaranya:
1.        Metode ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh
karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
2.        Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti
data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa
untuk berpikir ulang.
3.        Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar
dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Ekspositori


Beberapa Prinsip dari metode pembelajaran ekspositori, yaitu :
1.        Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran
ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa
tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini.
2.        Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses
penyampaian pesan dari seseorang (guru) kepada seseorang atau sekelompok orang (siswa).
Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan
disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaangingindicapai.
3.        Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita
harus memosisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk
menerima pelajaran.
4.        Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi
pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga
untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium),
sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri.
D.  Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan Metode ekspositori, yaitu:
1.        Persiapan (Preparation).
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat
tergantung pada langkah persiapan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
a. Memberikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
c. Bukalah file dalam otak siswa.
2.        Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah
bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh
siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah
ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan
siswa, dan (4) menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
3.        Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
4.        Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti {core) dari materi pelajaran
yang telah disajikan.
5.        Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru. Melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang
penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan
pada langkah ini di antaranya: (1) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi
yang telah disajikan, (2) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran
yang telah disajikan.

E. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ekspositori


Keunggulan Metode Pembelajaran Ekspositori, diantaranya :
1.        Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat  mengetahui
sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2.        Metode pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar
terbatas.
3.        Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4.        Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Kelemahan Metode Pembelajaran Ekspositori, diantaranya :


1.        Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti
itu perlu digunakan strategi lain.
2.        Metode ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3.        Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan
interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4.        Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang
dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan
kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak
mungkin berhasil.
5.        Kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan
sangat terbatas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


inkuiri adalah suatu pembelajaran yang membuka kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kreatifitas berpikir dan bertindak dalam pembelajran. Dalam hal ini
guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator belajar sehingga siswa dapat
menemukan sendiri jawaban dari sebuah permasalahan pembelajaran yang
dihadapinya. Sedangkan model pembelajaran ekspositori adalah suatu model
pembelajaran yang cara penyampaian materinya secara langsung oleh guru kepada
siswa dengan tujuan siswa dapat menguasai materi secara optimal. Materi yang
pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam model pembelajaran ekspositori
biasanya materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep
tertentu yang harus dihafal sehinga tidak menuntut siswa untuk terlalu banyak
mengembangkan kreatifitas berpikir dan bertindak dalam menemukan masalah dalam
pembelajaran yang dihadapinya.

KELOMPOK 7

STRATEGI PEMBELAJARAN EKPOSITORI DAN CTL

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok


kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia


saling asah, asih, asuh ( saling mencerdaskan ). Dengan pembelajaran kooperatif
diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta
masyarakat belajar ( learningcommunity ). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada
guru, tetapi dengan sesama siswa juga.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja


mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di
masyarakat.

3. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan.


Menurut  Lie ( 2004 ):

1) Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong


agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling
ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai
tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau
sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.

2) Interaksi tatap muka

Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka
akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman
sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan
teman sebaya.

3) Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.


Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada
kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat
mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-
rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya.
Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok
yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan.


Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran
dari guru juga siswa lainnya.

4. Unsur – Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson ada 5 unsur dalam model pembelajaran
kooperatif, yaitu :

a. Positiveinterdependence ( saling ketergangtungan positif )

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada 2


pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada
kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari
bahan yang ditugaskan tersebut.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu :

1) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam


kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai
tujuan.
2) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan
yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
3) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok
hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
4) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung
dan saling berhubungan, saling melengkapi dan saling terikat dengan peserta
didik lain dalam kelompok.
b. Personal responsibility ( tanggung jawab perorangan )

Tanggung jawab perorangan merupakan kunci untuk menjamin semua


anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

c. Facetofacepromotiveinteraction ( interaksi promotif )

Unsur ini penting untuk dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.


Ciri – ciri interaksi promotif adalah :

1) Saling membantu secara efektif dan efisien


2) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan
3) Memproses informasi bersama secara lebih effektif dan efisien
4) Saling mengingatkan
5) Saling percaya
6) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama

d. Interpersonalskill ( komunikasi antar anggota / ketrampilan )

Dalam unsur ini berarti mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam


pencapaian tujuan peserta didik, maka hal yang perlu dilakukan yaitu :

1) Saling mengenal dan mempercayai


2) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius
3) Saling menerima dan saling mendukung
4) Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Group processing ( pemrosesan kelompok )

Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok


dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari
anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota
dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai
tujuan kelompok.

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

a. Meningkatkan hasil belajar akademik


b. Penerimaan terhadap keragaman
c. Pengembangan ketrampilan sosial

6. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional


Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya siswa yang
membantu dan saling memberikan motivasi mendominasi kelompok atau
sehingga ada interaksi promotif. menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas individual sering diabaikan
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap sehingga tugas- tugas sering diborong oleh
anggota kelompok. Kelompok diberi umpan salah seorang anggota kelompok, sedangkan
balik tentang hasil belajar para anggotanya anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang saja’ diatas keberhasilan temannya yang
memerlukan bantuan dan siapa yang dapat dianggap ‘ pemborong’.
memberikan bantuan.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dsb sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan.
Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh
demokratis atau bergilir untuk memberikan guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pengalaman memimpin bagi para anggota pemimpinnya dengan cara masing-masing.
kelompok.
Ketrampilan social yang diperlukan dalam Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan
kerja gotong royong seperti kepemimpinan, secara langsung.
kemampuan berkomu nikasi, mempercayai
orang lain dan mengelola konflik secara
langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan intervensi
berlangsung, guru terus melakukan sering dilakukan oleh guru pada saat
pemantauan melalui observasi dan belajarkelompok sedang berlangsung.
melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Guru memperhatikan secara langsung proses Guru sering tidak memperhatikan proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok – kelompok yang terjadi dalam kelompok –
kelompok belajar. kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas tetapi juga hubungan interpersonal tugas.
(hubungan antar pribadi yang saling
menghargai).

7. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social


b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan
komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau  egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama
dan orientasi tugas

8. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

Fase – Fase Perilaku Guru


Fase 1 : presentgoalsand set Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan memper mempersiapkan peserta didik siap belajar.
siapkan peserta didik
Fase 2 : presentinformation Mempresentasikan informasi kepada
Menyajikan informasi paserta didik secara verbal.
Fase 3 : organizestudentsintolearningteams Memberikan penjelasan kepada peserta
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim didik tentang tata cara pembentukan tim
– tim belajar belajar dan membantu kelompok
melakukan transisi yang efisien.
Fase  4 : assistteamworkand study Membantu tim- tim belajar selama peserta
Membantu kerja tim dan belajar didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5 : testonthematerials Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi mengenai berbagai materi pembelajaran
atau kelompok- kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
 Fase 6 : providerecognition Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan atau penghargaan usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.

9. Teknik – Teknik Pembelajaran Kooperatif

a. Metode STAD ( StudentAchievementDivisions ) 

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan


dari universitas John Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk
mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik
melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :

1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki
anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan ( tinggi, sedang, rendah ).
2) Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan
ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi
tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang –
kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika
mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.

b.  Metode Jigsaw

Langkah – langkahnya :

1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5


siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap
siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan
akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya
berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut
(kelompok pakar / expertgroup).
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke
kelompok semula ( hometeams )untuk mengajar anggota lain mengenai
materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “ hometeams “ para
siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari.

c. Metode G ( Group Investigation )

Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh


Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam
menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode
ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
komunikasi dan proses memiliki kelompok.

Langkah-langkahnya :

1) Seleksi topik
2) Merencanakan kerjasama
3) Implementasi
4) Analisis dan sintesis
5) Penyajian hasil akhir
6) Evaluasi selanjutnya

d. Metode struktural

Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan


pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
– pola interaksi siswa.

Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :

1) Mencari Pasangan ( Make a Match )


2) Bertukar Pasangan
3) Berkirim Salam dan Soal

4) Bercerita Berpasangan

5) Dua Tinggal Dua Tamu ( Two Stay Two Stay )

6) Keliling Kelompok

7) Kancing Gemerincing

e. Think – Pair – Share

Langkah-langkah :

1) Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran


untuk dipikirkan oleh peserta didik.
2) Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member
kesempatan kepada pasangan – pasangan untuk berdiskusi.
3) Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya
dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan
terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan
secara integratif.
f. NumberedHeadsTogether

Langkah – langkahnya :

1) Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil


2) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap
kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan
kepalanya “ HeadsTogether” berdiskusi memikirkan jawaban.
3) Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap –
tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.
4) Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik
dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

g. BambooDancing

Langkah – langkahnya :

1) Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.


2) Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.
3) Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau
dibahas ( diskusi ).
4) Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti
arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan
baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali
kepasangan awal.
5) Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan
kepada seluruh kelas
6) Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya
jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan
menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

h. Point – Counter – Point

Langkah – langkahnya :

1) Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.


2) Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya
berhadap – hadapan.
3) Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi –
argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.
4) Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan
argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya.
Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain
perihal isu yang sama.
5) Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik
temu dari argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.

i. The Power of Two

Langkah – langkahnya :

1) Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.


2) Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara
perorangan.
3) Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling
menjelaskan jawabannya kemudian menyusun jawaban baru yang
disepakati bersama.
4) Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain
sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih
integrative.
5) Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan
konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan
selama diskusi.

j. Listening Team

Langkah-langkahnya :

1) Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.


2) Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap
kelompok memiliki peran masing – masing, misalnya:
Kelompok 1 : kelompok penanya

Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu

Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda


dari kelompok 2

Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat


kesimpulan dari hasil diskusi.

3) Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran


sehingga dikusi menjadi berkualitas.
4) Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan
oleh peserta didik dalam diskusi.

10. Metode-Metode Pendukung Pengembangan Pembelajaran Kooperatif

a. PQ4R

Pengalaman awal dapat dibangun melalui aktivitas membaca sehingga


peserta didik akan memiliki stockknowledge. Langkah – langkahnya :

1) P ( Preview ) yaitu peserta didik menemukan ide – ide pokok yang


dikembangkan dalam bahan bacaan.
2) Q ( Question ) yaitu peserta didik merumuskan pertanyaan – pertanyaan
untuk dirinya sendiri yang diarahkan pada pembentukan pengetahuan
deklaratif, structural dan pengetahuan procedural.
3) R ( Read ) yaitu peserta didik membaca secara detail dari bahan bacaaan
yang dipelajarinya sehingga paerta didik diarahkan mencari jawaban
terhadap semua pertanyaan yang dirumuskannya.
4) R ( Reflect ) yaitu peserta didik memahami apa yang dibacanya.
5) R ( Recite ) yaitu peserta didik merenungkan kembali apa yang dibacanya
dan mampu merumuskan konsep – konsep, menjelaskan hubungan antar
konsep dan mengartikulasikan pokok – pokok penting yang telah
dibacanya.
6) R ( Review ) yaitu peserta didik merangkum atau merumuskan intisari dari
bahan yang telah dibacanya. Peserta didik mampu merumuskan
kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah
diajukannya.

b. GuidedNoteTaking

Merupakan metode catatan terbimbing yang dikembangkan agar


metode ceramah yang dibawakan guru mendapat perhatian siswa. Langkah –
langkahnya :

1) Memberikan bahan ajar misalnya yang berupa handout dari materi ajar
yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik.
2) Mengosongi sebagian poin – poin yang penting sehingga terdapat bagian –
bagian yang kosong dalam handout tersebut
3) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam
handout memang sengaja dibuat agar peserta didik tetap berkonsentrasi
mengikuti pelajaran.
4) Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta untuk mengisi bagian
yang kosong tersebut.
5) Setelah penyampaian materi selesai, minta peserta didik membacakan
handoutnya.

c. SnowballDrilling

Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang


diperoleh peserta didik dari membaca bahan – bahan bacaan. Peran guru
adalah mempersiapkan paket soal – soal pilihan ganda dan menggelindingkan
bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi. Langkah
– langkahnya :

1) Peserta didik di tunjuk arau diundi satu persatu untuk menjawab


pertanyaan yang diberikan guru.
2) Jika peserta didik pertama berhasil menjawab maka paserta didik
tersebut berhak menunjuk teman yang lainya untuk menjawab soal
berikutnya. Tetapi jika peserta tersebut gagal manjawab pertanyaan
pertama maka  dia harus menjawab pertanyaan berikutnya hingga
berhasil menjawab.
3) Diakhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah
dipelajari peserta didik.

d. ConceptMapping

Langkah – langkahnya :

1) Guru mempersiapkan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep


– konsep utama.
2) Guru membagikan potongan – potongan kartu yang bertuliskan konsep –
konsep utama kepada peserta didik.
3) Memberi keempatan kepada peserta didik untuk mencoba membuat peta
yang menggambarkan hubungan antar konsep. Dan membuat garis hubung
serta menuliskan kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar
konsep.
4) Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik dan bandingkan dengan konsep
yang benar dan dibahas satu persatu.
5) Ajak seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi dan rumukan
beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari.

e. Giving Questionand Getting Answer

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan


keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan.

Langkah – langkahnya :

1) Bagikan 2 potongan kertas pada peserta didik, kemudian minta kepada


peserta didik untuk menuliskan dikartu itu (1) kartu menjawab, (2) kartu
bertanya.
2) Ajukan pertanyaan baik dari peserta didik maupun guru tulis pada kartu
bertanya.
3) Minta kepada peserta didik untuk memberi jawab dan menuliskannya pada
kartu menjawab dan serahkan pada guru.
4) Jika sampai akhir masih ada peserta didik yang memegang 2 kartu maka
minta mereka untuk membuat resume atas proes tanya jawab yang sudah
berlangsung.

f. Question StudentHave

Dilakukan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan bertanya.


Langkah – langkahnya :

1) Membagi kelas menjadi 4 kelompok.


2) Bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.
3) Minta peserta didik menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang hal
– hal yang dipelajari.
4) Putar kartu searah jarum jam sehingga ketika setiap kartu diedarkan pada
anggota kelompok, anggota tersebut harus membacanya dan memberikan
tanda (v) jika pertanyaan terebut dianggap penting. Putar hingga ampai
kapada pemiliknya kembali.
5) Periksa pertanyaan mana yang memperoleh suara yang banyak dan
bandingkan dengan perolehan anggota lain. Pertanyaan yang mendapat
suara terbanyak menjadi milik kelompok.
6) Setiap kelompok melaporkan pertanyaan tersebut secara tertulis dan guru
memeriksa. Setelah diseleksi pertanyaan dikembalikan kepada peserta
didik untuk dijawab secara mandiri maupun kelompok.

g. TalkingStick

Metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan


pendapat. Langkah – langkahnya :

1) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari.


2) Peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi
tersebut.
3) Guru meminta kepada peserta didik untuk menutup bukunya. Kemudian
guru mengambil tongkat dan diberikan kepada salah satu peserta didik.
Peserta didik yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan
yang diberikan guru, dan demikian seterusnya.
4) Guru memberkeempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi
terhadap materi yang telah dipelajari dan guru member ulasan terhadap
seluruh jawaban yang diberikan peserta didik dan selanjutnya bersama –
sama merumuskan kesimpulan.

h. EveryoneisTeacher Here

Metode ini merupakan cara yang tepat untuk mendapatkan partisipasi


kelas secara keseluruhan maupun individual dan member kesempatan kepada
siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman – temannya. Langkah –
langkahnya :

1) Bagikan kertas/ kartu indeks kepada seluruh peserta didik.


2) Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai meteri
pelajaran yang sedang dipelajari di kelas.
3) Kumpulkan kertas dan acak kemudian bagikan kepada setiap peserta didik
dan pastikan tidak ada yang mendapatkan soalnya sendiri.
4) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dalam hati
dan minta untuk memikirkan jawabannya.
5) Minta kepada peserta didik untuk membaca pertanyaan tersebut dan
menjawabnya.
6) Setelah dijawab, minta kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan
jawabannya.

i. Tebak Pelajaran

Dikembangkan untuk menarik pehatian siswa selama mengikuti


pembelajaran. Langkah – langkahnya :

1) Tulislah atau tayangkan melalui LCD subjectmatter dari pelajaran yang


akan disampaikan.
2) Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata – kata kunci apa saja yang
diprediksikan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh
guru.
3) Sampaikan meteri pembelajaran secara interaktif.
4) Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka
yang sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.
5) Diakhir pelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.

11. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam


pembelajarannya, antara lain :

a. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling


melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang
diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila
tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
b. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang
berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat
dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
c. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah
yang membutuhkan pemikiran bersama.
d. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah
memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman –
temannya.
e. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas
sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.

12. Kelemahan Pembelaajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki


kelemahan – kelemahan antara lain :

a. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat


bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan
karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
b. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang
hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
c. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus
saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat
dan pandangan yang dianggap benar.
d. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan
teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.

B. Pendekatan Kontekstual (CTL)

Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang membantu guru atau


dosen mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini
memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas, dan
penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat.

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL)

Pendekatan kontekstual (ContextualTeachingandLearning/CTL) merupakan


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara meteri yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Hasil atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya
dilihat dari tampilan kuantitatif, melainkan dilihat dari sisi kualitas penguasaan dan
aplikasinya dalam kehidupan yang nyata. Dengan skema konseptual yang seperti itu,
hasil pembelajaran bukan sekedar wacana melangit, akan tetapi merupakan hal yang
harus membumi dan lebih bermakna bagi siswi.

2. Karakteristik ContextualTeachingandLearning

Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang


menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu (a) Melakukan hubungan yang
bermakna,(b) Mengerjakan pekerjaan yang berarti,(c) Mengatur cara belajar sendiri,
(d) Bekerja sama, (e) Berpikir kritis dan kreatif, (f) Mengasuh atau memelihara
pribadi siswa, (g) Mencapai standar yang tinggi, dan (h) Menggunakan penilaian
sebenarnya.
Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas
karakteristik antara lain yaitu (a) Kerja sama, (b) Saling menunjang,
(c)Menyenangkan, (d) Belajar dengan bergairah, (e) Pembelajaran terintegrasi, (f)
Menggunakan berbagai sumber, (g) Siswa aktif, (h) Sharing dengan teman, (i) Siswa
aktif, guru kreatif, (j) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya
siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, serta (k) Laporan kepada orang
tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan
siswa, dan lain-lain.

Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan


CTL memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran


diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam
konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real lifesetting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas yang bermakna (meaningfullearning).
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa melalui proses mengalami (learningbydoing).
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi
(learning in a group).
e. Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam
merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
(learningtoknow eachotherdeeply).
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja
sama (learningtoask, toinquiry, toYorktogether).
g. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as
anenjoyactivity).
3. Komponen Contextual Teachingand Learning

Pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu


sebagai berikut :

a. Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang
menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-
konyong). Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan
dengan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep konstruktivisme
menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru pada
pengetahuan tertentu.

Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri


konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif,
kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari
pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-
ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

b. Inkuiri (Inquiry)

Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan pembelajaran


kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan
sendiri.Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apa pun materinya.

Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula


dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun
teori atau konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep
atau fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk
menghasilkan temuan. Priyatni (2002:2) menjelaskan bahwa inkiri dimulai dari
kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis),
mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir.

c. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam


pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,
mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada
aspek yang belum diketahui. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya
jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai
wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa
dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang
lain yang didatangkan ke kelas.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar dalam


pembelajaran kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok belajar
yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan
gagasan. Aplikasinya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau
kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan teman-
teman lainnya. Belajar bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan dengan
belajar sendiri.Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi
pengalaman antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak
tahu.

Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar


yang anggotanya heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja sama antara
siswa yang pandai dengan siswa yang lambat. Kegiatan masyarakat belajar
difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan orang lain.

Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa aspek kerja sama dengan orang lain
untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran
yang menerapkan learningcommunity.

e. Pemodelan (Modelling)

Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran


kontekstual. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu
materi pelajaran agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau
melakukan dengan model yang diberikan.

Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, siswa


juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model. Priyatni (2002:3)
menyatakan bahwa kegiatan pemberian model bertujuan untuk membahasakan
gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan
para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar siswa
melakukannya.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran


kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah
dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang
dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya
ide-ide baru.

Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman


dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang
belum diketahui. Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang
diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran pada hari itu.

Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan


memikirkan apa yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua
kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan
memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data


dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses


pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh
dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses
pembelajarannya.

Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa


secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes,
portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian
yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata.
Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya
membantu siswa agaramamapu mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh
informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang
berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.

4. Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan


menanamkan bekal keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia bukan hanya
memberikan pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia harus dibuat semenarik
mungkin agar siswa antusias mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia menghendaki sebuah proses pragmatik, bukan teoritik belaka.

Pembelajaran yang memanfaatkan CTL sangat diperlukan. Menurut


Endraswara (2003:58) pendekatan kontekstual memang cukup strategis karena
menghendaki (1) terhayati fakta yang dipelajari, (2) permasalahan yang akan
dipelajari harus jelas, terarah, rinci, (3) pragmatika materi harus mengacu pada
kebermanfaatan secara konkret, dan (4) memerlukan belajar kooperatif dan mandiri.

Penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek
membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun
bersastra dipaparkan sebagai berikut :

a. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Membaca

Membaca menurut Komaruddin (2005:21) adalah mengeja atau


melafalkan apa yang tertulis atau melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Membaca merupakan salah
satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Kegiatan membaca
tersusun dari empat komponen, yaitu strategi, kelancaran, pembaca, dan teks.

Dalam pembelajaran membaca, guru dapat menciptakan masyarakat


belajar di kelas. Masyarakat belajar berfungsi sebagai wadah bertukar pikiran,
bertukar informasi, tanya jawab tentang berbagai permasalahan belajar yang
dihadapi, dan pada akhirnya dicari solusi tentang permasalahan tersebut.

Guru seharusnya menjadi model yang mendemonstrasikan teknik


membaca yang baik di kelas. Guru juga harus memonitor pemahaman siswa.
Memonitor pemahaman penting untuk mencapai sukses membaca. Salah satu hal
yang terkait dalam proses memonitor ini adalah kemampuan siswa dalam
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan guru. Guru harus seimbang baik
posisinya sebagai pendamping siswa maupun pengembang keterampilan siswa
dalam pemahaman bacaan.

b. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Berbicara

Berbicara merupakan salah satu kompetensi dasar yang berusaha


mengungkapkan gagasan melalui bahasa lisan. Berbicara merupakan kegiatan
menghubungkan antara semata dengan kepercayaan diri untuk tampil
mengungkapkan gagasan. Suasana kelas memiliki peran dalam pembelajaran
berbicara.

Pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik belajar dalam konteks


interaksi kelompok (cooperating). Guru membuat suatu kelompok belajar
(learningcommunity).

Dalam komunitas tersebut siswa berusaha untuk mengutarakan pikirannya,


berdiskusi dengan teman. Konsep dasar dalam teknik ini adalah menyatukan
pengalaman-pengalamn dari masing-masing individu. Teknik ini memacu siswa
untuk berkomentar, mengungkapkan gagasannya dalam komunitas belajar. Tahap
pertama, siswa diberikan peluang untuk berbicara. Apabila terdapat kesalahan
penggunaan bahasa, guru dapat memberikan pembenaran selanjutnya.
Menumbuhkan keterampilan berbicara, dimulai dengan menumbuhkan
kepercayaan diri pada diri siswa.
Prinsip CTL memuat konsep kesalingbergantungan para pendidik, siswa,
masyarakat, dan lingkungan. Prinsip tersebut memacu siswa untuk turut
mengutarakan pendapat dalam memecahkan masalah. Prinsip diferensiasi dalam
CTL membebaskan siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, membebaskan siswa
untuk belajar dengan cara mereka sendiri. CTL merupakan salah satu alternatif
pembelajaran inovatif, kreatif, dan efektif.

Keterampilan berbicara menggunakan bentuk penilaian berupa unjuk


kerja. Siswa diberikan instrumen yang dapat membuatnya berbicara atau
berkomentar. Berpidato, menceritakan kembali, berkomentar, bertanya merupakan
salah satu kegiatan dalam berbicara. Penilaian yang dilakukan guru harus sesuai
dengan fakta di kelas. Siswa yang pandai berbicara layak mendapatkan nilai tinggi
dalam kompetensi berbicara dibandingkan siswa yang frekuensi berbicaranya
rendah.

c. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Mendengarkan

Mendengarkan adalah proses menangkap pesan atau gagasan yang


disampaikan melalui ujaran. Keterampilan mendengarkan membutuhkan daya
konsentrasi lebih tinggi dibanding membaca, berbicara, dan menulis. Ciri-ciri
mendengarkan adalah aktif reseptif, konsentratif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran
mendengarkan dalam CTL mengharuskan guru untuk membiasakan siswanya
untuk
mendengarkan.

Mendengarkan dapat melalui tuturan langsung maupun rekaman.


Kemudian siswa diberikan instrumen untuk menjawab beberapa pertanyaan.

Teknik-teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui perkembangan


siswa pada keterampilan mendengarkan dapat menggunakan teknik observasi.
Observasi dilakukan guru dengan melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan
dengan perkembangan menyimak siswa. Proses perekaman dapat dilakukan guru
menggunakan buku atau lembar observasi untuk siswa. Rekaman observasi ini
berisi perilaku siswa saat pembelajaran menyimak berlangsung dan pembelajaran
keterampilan yang lain.
Teknik kedua adalah dengan portofolio merupakan kumpulan hasil karya
siswa dalam satu periode waktu tertentu, misalnya satu semester yang
menggambarkan perkembangan siswa dalam keterampilan menyimak. Data yang
didapat dari portofolio digunakan untuk mengetahui perkembangan belajar
menyimak siswa.

Teknik ketiga adalah jurnal dalam mendengarkan. Jurnal digunakan untuk


merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik
kunci yang dipahami, perasaan siswa terhadap pembelajaran menyimak, kesulitan
yang dialami atau keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang dipelajari.
Jurnal dapat berupa diary, atau catatan siswa yang lain.

d. Penerapan CTL dalam Pembelajaran Menulis

Menulis merupakan penyampaian gagasan dalam bentuk bahasa tulis.


Salah satu keterampilan pembelajaran menulis adalah pembelajaran menulis
kreatif.

Keterampilan menulis kreatif bukan hanya berpusat pada guru sebagai


informan melainkan siswa sendiri yang harus berperan aktif dalam pembelajaran.
Guru hanya memberikan instruksi kepada siswa untuk membuat karangan kreatif
tanpa ada penguatan sebelumnya.

Salah satu tujuan pembelajaran kontekstual adalah mempertemukan


konsep-konsep yang dipelajari di dalam ruang kelas dengan kenyataan aktual yang
dapat dipahami dengan konsep-konsep teoretis itu dalam kenyataan lingkungan
terdekatnya. Guru seharusnya dapat memberikan ruang bebas untuk siswa agar
dapat mengungkapkan gagasannya, tanpa perlu dibatasi.

Komponen CTL berwujud refleksi adalah berusaha untuk menghubungkan


apa yang telah dipelajari dengan realitas sehari-hari siswa. Instrumen yang
diberikan guru dapat berupa pemberian tugas menuliskan kegiatan sehari-hari
dalam sebuah diary yang pada nantinya dapat dijadikan sebuah dokumen
portofolio. Isi diary adalah tentang apa yang dipelajari hari itu, permasalahan apa
yang dihadapi, serta proses pencarian jawaban tentang permasalahan tersebut.
Setelah siswa menulis diary dalam periode tertentu, guru dapat melakukan
penilaian tentang tulisan siswa tersebut dan pada akhirnya ditentukan keputusan
siswa tersebut telah dapat memenuhi kompetensi atau belum.

KELOMPOK 8

Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat penting untuk dilakukan oleh
seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar mengajar yang
baik. Segala aspek pendidikan pengajaran berproses, guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya.
Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan
kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu
penting sekali bagi seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar
mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam
kegiatan pembelajaran kemampuan pengelolaan kelas merupakan salah satu faktor
yang juga harus dikuasai oleh seorang guru, di samping faktor-faktor
lainnya.Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola
kelas.

"Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan rombongan belajar


(lingkungan emosional)", dikemukakan oleh purnomo.

Lingkungan fisik meliputi :

(1)   ruangan,

(2)   keindahan kelas,

(3)   pengaturan tempat duduk,

(4)   pengaturan sarana dan alat pengajaran,

(5)   ventilasi dan pengaturan cahaya.

Sedangkan lingkungan sosio-emosionalmeliputi:

(1)   tipe kepemimpinan guru,


(2)   sikap guru,

(3)   suara guru,

(4)   pembinaan hubungan yang baik.

Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan
pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan
siswa dengan guru.

Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas
atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan
kelas yang baik dan terencana. Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya
berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas,
menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi
yang tepat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam
mencegah timbulnya perilaku peserta didik yang mengganggu jalannya proses.

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan


pendidikan dan se cara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi bermacam.macam kegiatan belajar siswa sehingga peserta didik
terhindar dari permasalah mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan
tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain
sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan
kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di
dalam kelas sehingga siswa dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga
guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai hasil
belajar yang diinginkan.

KELOMPOK 9

SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN

A.     PENGERTIAN SERTIFIKASI GURU

Dalam undang-undang republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru
layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi


professional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam
upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon atau guru yang ingin
memperoleh pengakuan atau meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya.

Pada hakikatnya, sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta
tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

Karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional:

1.      Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik

2.      Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat

3.      Mampu bekerja untuk mewujudkan tujua pendidikan di sekolah

4.      Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.

B.     PENTINGNYA SERTIFIKASI GURU

Sertifikasi guru sangat penting sekali yaitu untuk pemberdayaan guru menuju guru yang
professional. Pemberdayaan guru dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru
dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain
yang lebih mapan kehidupannya. Sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan
adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan
keadilan dikalangan guru dan tenaga kependidikan.

Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan  menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan sertifikasi menurut Wibowo (2004) adalah sebagai berikut:


1.      Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan

2.      Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak
citra pendidik dan tenaga kependidikan

3.      Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan


rambu-ranbu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten

4.      Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan

5.      Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan

Adapun manfaat dari sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan adalah sebagai berikut:

1.      Pengawasan mutu

a.       Lembaga serifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat


kompetensi yang bersifat unik

b.      Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan
tingkat kompetensinya secara berkelanjutan

c.       Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk
organisasi profesi maupun pengembangan karir selanjutnya

d.      Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha
belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme

2.      Penjaminan mutu

a.       Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi
akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap
organisasi profesi beserta anggotanya.

b.      Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan / pengguna yang
ingin memperkerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Jalal dan Tilaar (2003: 382-391), mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju
profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan
kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru, pembinaan dan peningkatan karir guru.

Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan insentif yang diperoleh. Kenaikan gaji
dilakukan bersamaan dengan perbaikan pada aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu prosedur
kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir, penghargaan terhadap
tugas atau peran keguruan.

Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan dengan
mempertimbangkan hal-hal berikut:

1.      Kesulitan tempat bertugas

2.      Kemampuan, keterampilan, dan kreativitas guru

3.      Fungsi, tugas dan peranan guru di sekolah

4.      Prestasi guru dalam mengajar, menyiakan bahan ajar, menulis, meneliti, dan
membimbing,

Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat mengingat
banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diinginkannya. Pendidikan dan
pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui beberapa cara yaitu pendidikan prajabatan,
pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.

Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republic Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertumuan ilmiah seperti seminar,
diskusi panel dan symposium.

KELOMPOK 10

Ada beberapa alasan mengapa PTKmerupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk


meningkatkan profesional seorang guru :
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia
dan muridnya

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama
bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di
bidangnya.

3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses


pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi
di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual
dan faktual yang berkembang di kelasnya.

4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu
meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi
dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk
melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan
teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk


memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara
berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan
keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan
instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial
Amerika yang bernama KurtLewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang
selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart,
John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-
mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,
dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran
yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan
tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

D. Jenis dan Model PTK

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif
agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian
naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis
penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan
eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis
digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian
eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap
subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan.
Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1)
didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi
dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4)
bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5)
dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik
dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek
(Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik
PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan
kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu
upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga
dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia


melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia
melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang
merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi
internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan
mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak
lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan
kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia
juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau
kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu
proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang
yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap
sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut
pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara
tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak.
Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap
sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah
sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan
bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai
yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang
mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk
melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian,
aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan
sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya
menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur


tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki
struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau
kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti
harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh,
seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya
harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi
belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori
dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan
dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian
konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah.
Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat
digunakan dan dikembangkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk
penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun
paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan,
terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

E. Jenis Penelitian Tindakan Kelas

Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan
(4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat
mengenai keempat jenis PTK tersebut.

1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang
dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti
mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai
contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik
yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.

2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila
orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak
penencananpanelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat,
dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil
panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada
butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan
terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.

3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa
yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan
penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.

4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila


PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan
kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang
ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk
mencapai tujuan pengajaran.

F. Model-model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan,
di antaranya: (1) Model KurtLewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John
Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.

1. Model KurtLewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali


diperkenalkan oleh KurtLewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh
KurtLewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1)
Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4)
refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang
dikemukakan oleh KurtLewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating)
(Ernest, 1996).

2. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas,
yaitu Model KurtLewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih
detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan
terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-
mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya
terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau
proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi
atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan
setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi
akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun
model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti
dikemukakan berikut ini.

SIKLUS PELAKSANAAN PTKG. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun
secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait
dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
 Identifikasi masalah

 Analisis masalah

 Rumusan masalah

 Rumusan hipotesis tindakan

Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan
disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu
penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan
tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.

1. Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?

2. Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?

3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?

4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa
yang terjadi?

5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?

Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada
dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja,
namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi
belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.

Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.

1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada


tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan
yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci.
Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang
mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi,
dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga
diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi
berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat
berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.

2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari


semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah
realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan
sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum
yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan
kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi
dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses
refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan
relevan.
3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan
tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil
intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang
dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan
beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam
melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap
observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan
kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat
kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan
mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi
terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam
observasi, diantaranya: (a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus
observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria
bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil
pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat
diantaranya: (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya
keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan
balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris

4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data
yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan
dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini
dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat
observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih
tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman,
pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang
dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat
ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang
sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang
tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi
penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan
umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu
PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan
keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi
yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang
miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan
kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya.
Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai
observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.

Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus.
Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah
spiral.

KELOMPOK 11

Undang-Undang No 14 Tahun 2005 ( Analisis Terhadap Hal-Hal Yang Terkait Dengan


Guru/Pendidik)
A. Pengertian Guru
Dalam bahasa inggris ditemukan dalam beberapa kata untuk seorang guru,
teacher, tutor, educator, dan instruktor. Semua kata ini berdekatan dengan sebutan guru.
Dalam kamus Webster, teacher diartikan seseorang yang mengajar, tutor diartikan
seseorang guru yang memberikan pengajaran terhadap siswa, instrukto diartikan
seseorang yang mengajar, sedangkan educator diartikan dengan seseorang yang
mempunyai tanggungjawab mendidik yang lain.
Term guru dalam bahasa Arab, dijumpai kata ustadz, mudarrits, mu’allum,
mu’addib. Kata ustadz berarti teacher (guru), profesor (gelar akademik), jenjang di
beidang intelektual, pelatih, dan penulis. Kata mudarrits berarti teacher (guru), instruktor
(pelatih), lecturer (dosen). Selanjutnya kata mu’allim berarti guru, pelatih, dan trainer
(pemandu).

Jadi, dapat disimpulkan guru adalah seseorang yang menjalankan tugas utamanya
yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi
muridnya dalam pendidikan.

B. Tugas Utama Guru


Tugas adalah tanggungjawab yang diamanahkan kepada seseorang untuk
dilaksanakan atau dikerjakan. Berikut ini adalah tugas utama dan utama seorang guru:
1. Membaca
Seorang guru harus belajar membaca dengan sifat Allah agar seluruh
kepentingannya lebur sesuai dengan “kehendak” Allah. Membaca dengan sifat Allah
juga mengandung pengertian menganalisis dan mengevaluasi. Ini artinya, guru boleh
bersifat kritis sepanjang itu untuk kebaikan banyak orang dan tidak keluar dari koridor
(syariat) yang telah Allah tetapkan, juga tidak mencederai integritasnya sebagai
seorang pendidik.
2. Mengenal
Setelah membaca, maka tugas tugas guru berikutnya adalah mengenal. Mengenal
secara sederhana dapat diartikan sebagai mengetahui secara tepat, pasti, jelas dan
benar. Jadi mengenal bukan sekedar mengetahui,tetapi juga harus tepat, pasti, jelas
dan benar. Seperti seorang ibu yang mengenal anak kandungnya sendiri, karena dialah
yang melahirkannya.
Dengan tugas kedua ini, yaitu mengenal, diharapkan guru dapat menggunakan
semua potensi kemusiaannya untuk mencurahkan ilmunya kepada murid. Dia akan
mendekati muridnya dengan hatinya, bukan dengan mulutnya. Dia akan mengenali
murid-muridnya dengan kelembutan seorang ibu yang penuh kasih sayang, bukan
dengan kekuatan (power), dan tidak juga dengan kekuasaannya yang membuat dia
menjadi otoriter.oleh sebab itu, guru yang mengenal akan menganggap tugasnya
sebagai wujud nyata pengabdiannya kepada Allah, bukan untuk mengukuhkan
eksistensinya (keberadaannya) atau untuk menunjukkan kehebatannya.
3. Berkomunikasi
Setelah membaca dan mengenal, maka tugas guru berikutnya adalah
berkomunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, komunikasi
diartikan sebagai:1
a. Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami
b. Hubungan, kontak.
Selain itu, komunikasi dapat diartikan sebagai mengadakan atau melakukan
komunikasi, berhubungan dengan satu orang atau lebih dalam rangka menyampaikan
pikiran atau menerima pesan.
Dari pengertian di atas, maka dapat dikatakan komunikasi adalah melakukan
hubungan timbal balik yang mempunyai makna dan nilai. Namun, dalam konteks
pendidikan karakter bagi guru, komunikasi menjadi bagain dari tugas seorang guru.
Komunikasi dalam artian di sini adalah bagaimana seorang guru menyampaikan
pelajaran atau ilmu kepada murid dengan landasan sifat Allah. Dia (pendidik) akan
mendekati murtid-muridnya dengan senang hati dan rasa tanggungjawab. Komunikasi
yang terjalin adalah komunikasi dua arah, sehingga murid menjadi penerima yang
aktif.
C. Syarat-syarat Guru atau Pendidik
Dalam UUD No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005
BAB 6 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan memuat tentang persyaratan
menjadi guru seperti dimuat dalam pasal 28 yaitu:
1. Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilikikemapuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tingkat pendidikan menimal
yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menegah
serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial.
4. Seseorang yang tidak memilki ijazah atau sertifikat keahlian sebagaiamana dimaksud
pada ayat 2 tetapi memilki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat
menjadi guru setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
D. Prinsip-prinsip Profesional Guru
Dalam UU Guru dan Dosen (UU No. 14 Tahun 2005) Pasal (7) ayat (1) dikatakan
bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan
prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

1
Ibid., hlm. 25-27
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya
3. Memenuhi kode etik profesi
4. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas
5. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasinya
6. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secar berkelanjutan
7. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya
8. Memiliki oganisas profesi yang berbadan hukum.
E. Isi UU No. 14 Tahun 2005
1. Hak dan Kewajiban Guru dan Dosen
Guru merupakan jabatan profesional, maka setiap guru harus memgetahui dengan
benar hak-hak dan kewajibannya selaku tenaga profesional. Pasal 14 UU GD No. 14
Tahun 2005 menegaskan:2
Ayat (1) menegaskan:
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraann sosial
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual
d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi
e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan
f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan
g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
h. Memiliki kebebasan berserikat dalam organisasi profesi
i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan
j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kulaifikasi
akademik dan kompetensi
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Sementara pasal 15 menegaskan:

2
Ali, Mudlofir, Pendidikan Profesional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 112-114
1) Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 berupa penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan profesional,
tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
2) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakata kerja bersama.

Sementara itu, kewajiban guru menurut UU GD No. 14 Tahun 2005 Pasal 20 adalah:
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yag bermutu,
serta menilai dan engevaluasi hasil pembelajaran.
b. Meningkatka dan mengambangan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan mengukuh persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Kebutuhan dan Pengangkatan Guru


Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Paal 24 ayat (1-3) menyatakan bahwa
pemerintah, baik Pusat, Provinsi maupun Kabupatenwajib memenuhi kebutuhan guru,
baik dalam jumlah, kualifikasi akademik maupun dalam kompetensi secara merata
untuk menjamin keberlangsngan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan menengah, pendidikan khusus yang diselenggarakan
pemerintah.
Dalam kaitan pengangkatan guru, maka harus dilakukan secara obyektif,
transparan sesuia dengan perundang-undangan pasal 25 ayat (1). Pengangkatan guru
untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah sesuai dengan peraturan
pemerintah ( pasal 5 ayat 2) dan pengangkatan guru pada satuan yang diselenggarakan
masyarakat, dilakukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutang berdasarkan
perjanian kerja atau kesepakatan kerja bersama (pasa 25 ayat 3).

3. Mutasi dan Pemberhentian


a. Mutasi
Guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat dipindah
tugaskan antar provinsi, antar kabupaten/kota, antar kecamatan, maupun antar
kesatuan pendidikan karena alasan kebutuhan satuan pendidikan dan/atau promosi
(pasal 28 ayat 1).
Guru yang diangkat oleh pemerintah dapat mengajukan permohonan pinadah
tugas, baik antar provinsi, antar kabupaten/kota, antar kecamatan, maupun antar
kesatuan pendidikan sesuai dengan perundang-undangan (pasal 28 ayat 2).
Dalam hal permohonan kepindahan dikabulkan, pemerintah atau pemerintah
daerah memfasilitasi kepindahan guru tersebut sesuai dengan kewenangan (pasal
28 ayat 3). Sedangakn perpindahan guru pasa satuan pendidikan yang
diselenggarakan masyarakat, diatur oleh penylenggara pendidikan sesuai dengan
perjanjian kerja atau kesepakatan bersama (pasal 28 ayat 4).

b. Pemberhentian
Guru dapat diberhentikan degan hormat dari jabatannya sebagai guru karena:
1) Meninggal dunia
2) Mencapai batas usia pensiun atas permintaan sendiri
3) Sakit jasmani atau rohani sehingga tidak dapat melaksanakn tugas secara terus-
menerus selama 12 bulan
4) Berakhirnya perjaniian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara guru dan
penyelenggra pendidikan (pasal 30 ayat 1)
Sedangkan pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatan sebagai guru
dapat dilakukan karena:
1) Melanggar sumpah dan jani jabatan
2) Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
3) Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 bulan atau lebih
secara terus-menerus (pasal 30 ayat 2)
Sedangkan pemberhentian guru dari jabatannya karena batas usia pensiun
sebagaiman dimaksud pasal 30 ayat (1) huru (b), dilakukan pada usia 60 tahun
(pasal 30 ayat 4). Ini artinya daerah yang memuat peraturan daerah (Perda) yang
menetapkan usia pensiun guru di bawah usia 60 tahun dapat dinyatakan batal
karena bertentangan dengan UU tersebut.

4. Kompetensi Kinerja Profesi Keguruan


Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasi
oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalnnya. Kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada
IV Pasal 10 ayat (91), yang menyatakan bahwa “Kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Kompetensi guru di Indonesia juga telah dikembangkan oleh Proyek
Pembinaan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dimana
terdapat sepuluh kompetensi guru , yaitu:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar-mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media/sumber belajar
e. Menguasai landasan kependidikan
f. Mengelola interkasi belajar-mengajar
g. Menilai prestasi belajar
h. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitia guna memahami keperluan
pengajaran.

Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga


Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dan Peraturan Nomor 74 Tahun 2008, standar
kompetensi guru merupakan seperangkat penegtahuan, keterampilan dan perilaku
yang harsu dimiliki, diahayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
F. Analisa UU No. 14 Tahun 2005
1. Kekuatan (Strength)
a. Adanya kebijakan yang menopang kesejahtearaan guru, antara lain: tunjangan
profesi dan tunjangan khusus dan lainnya.
b. Adanya pasal yang mengatur tentang perlindungan bagi guru dalam menjalankan
tugas profesinya.
c. UU guru dan Dosen memberikan stimulus dan motivasi kepada guru untuk
meningkatkan kualifikasi akademik, kompetensi serta kemampuan dan hal yang
dipersyaratkan dalam rangka menjadi Guru Profesional.
d. Dengan lahirnya UU ini, maka profesi guru dan dosen tidak bisa dipandang
sebelah mata lagi
2. Kelemahan (Weakness)
a. Minimnya agggaran dana untuk pelaksanaan sertifikasi menyebabkan sertifikasi
sering mengalami masalah teknis, seperti terbatasnya dana bagi assesor atau
penundaan pelaksanaan sertifikasi.
b. Dalam rangka sertifikasi pendidik, masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan di
antanya sebagai berikut:
1) Para guru banyak kesulitan mengumpulkan bukti-bukti dokumen portofolio
yang dipersyaratkan, karena banyak yang tidak disiplin menyimpan SK,
pengalaman organisasi termasuk piagam-piagam penghargaan
2) Penilaian yang berisfat subjektif, yang hanya disandarkan pada penilaian
portofolio bukan padan keadaan yang sebenarnya.
c. Tidak dimuatnya pasal yang mengatur eksistensi guru swasta sehingga UU ini
seperti memperlihatkan perbedaan kedudukan dan hak mendapatkan kesejahteraan
antara guru swasta dan guru PNS, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 15 ayat (2)
yang berbunyi:
“Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan
perundang-undangan ini.”
3. Peluang (Opportunity)
a. UU ini memberikan peluang bagi setiap guru untuk meningkatkan kompetensi
serta kualifiasi yang dipersyaratkan sehingga dapat memenuhi standar kualifikasi
seorang guru.
b. Dengan adanya UU ini, maka membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk
meningkatkan mutu guru dengan mengadakan berbagai diklat guru.
c. UU ini memberikan motivasi bagi Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kualitas
SDM pengajaran pada peserta didik.
d. UU ini dapat melahirkan guru yang profesional, berkualitas dan kompoten dalam
bidangnya.

KELOMPOK 12

KodeEtik Guru Dan HubungannyaDenganPeningkatanMutuPendidikanDi Indonesia

A. Pengertian Kode Etik Guru


1. Pengertian Etik
Secara etimologi kata “etik” berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat-istiadat (Kebiasaan). Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Etika termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku yang
berarti juga :
a. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban.
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkaitan dengan tingkah laku manusia.
c. Nilai mengenai benar-salah, halal-haram, sah-batal, baik-buruk, dan kebiasaan-
kebiasaan yang dianut suatu golongan masyarakat.
Secara terminologi istilah etika dikemukakan oleh para ahli dengan ungkapan
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Berikut ini pandangan para ahli
mengenai etika:
a. Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh manusia, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat.
b. Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan
tentang baik buruk, berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan
pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
c. Asmaran AS mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia untuk menentukan nilai-nilai perbuatan tersebut baik atau buruk,
sedangkan ukuran menetapkan nilainya adalah pakai akal pikiran manusia.
d. Hamzah Ya’cub menyatakan etika sebagai ilmu yabg menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Dari beberapa defenisi etika tersebut di atas dapat di ketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal yaitu dilihat dari obyek pembahasannya, dari segi
sumbernya, dari segi hubungan dengan ilmu lain, dan dari fungsinya.
2. Pengertian Kode Etik
Kode etik berasal dari dua kata yaitu “kode” dan “etik”. Kode berarti
kumpulan peraturan atau prinsip yang sistematis, dan etik berarti azas akhlak
( moral). Sedangkan kode etik diartikan dengan norma dan azas yang diterima oleh
suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan


pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai
dengan nilai-nilai, dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu. Jika kode etik itu dijadikan standar, aktivitas anggota profesi, kode etik
tersebut sekaligus sebagai pedoman, bahkan sebagai pedoman bagi masyarakat
untuk mengantisipasi terjadinya biar interaksi antara masyarakat dengan anggota
profesi tersebut.

3. Pengertian Kode Etik Guru


Ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Sardiman, kode etik guru adalah suatu statement formal yang
merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.
b. Menurut Asnawir, kode etik guru sebagai sekumpulan peraturan atau
perundang-undangan mengenai etika seorang guru sebagai tenaga pendidik yang
mengandung unsur moral, etika, adat istiadat dan kebiasaan.
Dari defenisi diatas bahwa kode etik guru dapat diartikan sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain dapat
dipahami bahwa kode etik guru merupakan semacam rambu-rambu atau pegangan
bagi seorang pendidikan agar tidak berperilaku menyimpang. Kode etik guru juga
merupakan perangkat untuk mempertegas atau mengkristalisasi kedudukan dan
peranan pendidik serta sekaligus untuk melindungi profesinya.
Pekerjaan keguruan tidak lepas dari nilai-nilai yang berlaku. Atas dasar nilai
yang dianut oleh guru, peserta didik (siswa), dan masyarakat, maka kegiatan layanan
pendidikan yang diberikan oleh guru dapat berlangsung dengan arah yang jelas dan
atas keputusan-keputusan yang berlandaskan nilai-nilai. Dalam hubungan inilah
guru seharusnya memahami dasar-dasar kode etik guru sebagai landasan moral
dalam melaksanakan tugasnya.

B. Dasar Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia merupakan usaha pendidikan untuk mencapai cita-cita
luhur bangsa dan negara Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945
yang mutlak diperlukan sebagai sarana yang teratur dan tertib sebagai pedoman yang
merupakan tanggung jawab bersama.
Dengan demikian Kode Etik Guru Indonesia disusun haruslah merupakan sendi
dasar norma-norma tertentu dari kode etik tersebut.
Sebabdalamfalsafahnegaraituterkandungmaksuddantujuandarinegaratersebut. KodeEtik
Guru Indonesia harusdisusunberdasarkanantara lain kepada:
1. Dasarfalsafahnegara, yaitu Pancasila.
SebabPancasilajugamerupakandasarpendidikandanpenganjaran Nasional. Sila-
siladariPancasila di sampingmerupakannorma-norma fundamental
jugamerupakannormanormapraktis, sila-
silatersebutmenyatakanadanyaduamacaminteraksiantarahubungansecara horizontal
(manusiadengansesamamakhluk) danhubungansecaravertikal
(antaramanusiadenganTuhan). Hubungan horizontal
tersebutmerupakanrealisasidarisila-silasampaidengankelima.
Sedangkanhubunganvertikaladalahmerupakanrealisasidarisilapertama.
PancasilamerupakandasardaripadaKodeEtik Guru Indonesia, yang
harusditanamkandanmenjiwaisetiappendidikdanprofesinyabaiksebagaimanusia,
sebagaiwarganegara yang bertanggungjawab.
2. TujuanPendidikandanpengajaranNasionalsesuaidengan TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 yang berbunyi :
“TujuanpendidikanadalahmembentukmanusiaPancasilasejati yang
berdasarkanketentuan yang dikehendakiolehPembukaan UUD 1945 dan Isi UUD
45.”
Tap MPR No. II/1983 Peraturan-praturanPemerintahmisalnyamenurut PP
Nomor 10 tahun 1979
tentangPenilaianPelaksanaanPekerjaanPegawaiNegeriSipilmaupun PP Nomor 30
tahun 1980 tentangDisiplinPegawaiNegeriSipil.
Semuadasarinidijadikanpedomandalamrangkamembinaaparaturnegara agar
penuhkesetiaandanketaatankepadaPancasiladan UUD 45
dankepadapemerintahuntukbersatupadubermentalbaik, berwibawa, berdayaguna,
berhasilguna, bersihmutudanpenuhtanggungjawabdalammelaksanakantugas-
tugasnyadalampembangunan.
C. Fungsi dan Tujuan Kode Etik
Secara umum kode etik guru berfungsi sebagai berikut:
a. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
b. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
c. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
d. Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, sehingga jasa
profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat.
e. Agar profesi ini membantu dalam memecahkan masalah dan mengembangkan diri,
dan
f. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah. Tujuan
Kode Etik sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
b. Unutk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
PenetapanKode Etik
Kodeetikhanyadapatditetapkanolehsuatuorganisasiprofesi yang
berlakudanmengikatparaanggotanya. Penetapankodeetiklazim di
tetapakanpadasuatukongresorganisasiprofesi. Dengandemikian,
penetapankodeetiktidakdapatdilakukansecaraperseorangan, tetapiharusdilakukanoleh
orang-orang yang diutusuntukdanatasnamaanggotaprofesidariorganisasitersebut.
Padaorganisasiasosiasi professional yang
telahmapanbiasanyaterdapatsuatuDewanatauMajelisKodeEtik yang
mempunyaitugasuntukbertindaksebagaipenegaknya (Law enforcement)
sehinggakodeetiktersebutberlakusecaraefektifdengankekuatanhukumnya.

D. Kode Etik Guru Indonesia


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru berpedoman kepada dasar-dasar
sebagai berikut:
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
h. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdiannya.
i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Kodeetik guru di Indonesia padagarisbesarnyamengaturhal-halsebagaiberikut:
a. Mengaturhubungan guru dengan murid.
b. Mengaturhubungan guru dengantemansekerjanya.
c. Mengaturhubungan guru dengan orang tuadanamsyrakat.
d. Mengaturhubungan guru denganjabatanatauprofesinya.
e. Mengaturhubungan guru denganpemerintah.

Made Pirdata, mengemukakanupaya yang dapatdilakukanuntukmengatasihambatan


yang menyebabkansejumlahbutirkodeetikpendidiktidakterlaksanadenganbaik,
yaitusebagaiberikut:
a. Para pendidikdiberikesempatanseluas-luasnya,
selamamerekamampuuntukmelanjutkanstudike S1, S2, atau S3.
Denganmenimbailmulebihbanyaksertameningkatkansikapdanpribadinyasebagaipend
idik, diharpakankodeetikpendidikitulebihdisadarikeharusannyauntuk di
taatidandilaksanakan.
b. Membangunperpustakaanpendidik di lembaga-lembagapendidikan yang
belummampumemilikiperpustakaansepertiitu.
c. Meningkatkankesejahteraanpendidik.
d. Sejalandenganmeningakatkankesejahteraanpendidik,
jugadibutuhkankerjasamalembagapendidikandengan orang tuadandengantokoh-
tokohmasyarakat.
e. Fungsi DP3 perludibenahidan di tingkatkan.
f. Selaindengan DP3, pelaksanaanetikapendidikdapatjuga di
tingkatkandenganmengintensifkanpengawasan.
g. Tatkalaparapendidik yang melanggarkodeetikpendidiktidakmempan di
nasehatidanhimbauolehpimpinanlembaga,
makaparapemimpinitudapatmemberikansanksikepadamerekasesuaidneganaturan
yang berlakuatausesuaidenganperaturanlembaga yang bersangkutan yang
sudahdisepakatibersama.
Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan
Kode Etik Guru Indonesia. Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban
mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan,
masyarakat dan pemerintah. Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja ataupun tidak.
Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang atau tidak melaksanakan Kode Etik
Guru Indonesiab dan ketentuan perundangan yang berlaku dan berkaitan dengan profesi
guru.
Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara.
Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang dan berat. Tentu saja, guru tidak
secara serta-merta dapat disanksi karena tudingan melanggar Kode Etik profesinya.
Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi objektif. Pemberian
rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik
Guru Indonesia merupkan wewenang Dewan Khormatan Guru Indonesia. Pemberian
sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia harus objektif, tidak diskriminatif, dan
tidak bertentangan dengan anggaran dasra organisasi profesi serta peraturan perundang-
undangan.
Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia wajib dilaksankan oleh
organisasi profesi guru. Tentu saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud
merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelnggaran dan untuk
menjaga harkat dan martabat profesi guru. Selain itu, siapapun yang mengetahui telah
terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib melapor kepada Dewan
Kehoramatan Guru Indonesia. Organisasi profesi guru atau pejabat yang berwenang.
Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan atau penasehat hukum sesuai jenis pelanggaran yang
dilakukan di hadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

E. Hubungan Kode Etik Guru dengan Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia


1. PemahamanPendidikanBermutu
Orang menilai pendidikan bermutu dari berbagai sisi. Mutu dipahami sebagai
reputasi, yaitu hasil penilaian lembaga yang memiliki otoritas terhadap sekolah
seperti lembaga akreditasi sekolah. Sekolah-sekolah yang dinilai telah memenuhi
standar mutu diberi julukan sekolah unggul atau bermutu atau favorit.
2. Hubungan Kode Etik Guru dengan Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia
Pendidik merupakan salah satu komponen terpenting dalam sistem pendidikan.
Ia dianggap sebagai motor penggerak laju atau tidaknya suatu pendidikan. Ibarat
sebuah mobil, pendidik merupakan pengemudinya yang bertugas mengarahkan dan
menuntun laju tidaknya mobil tersebut. Kemanapun arah laju pendidikan, ditentukan
oleh pendidik sebagai pengemudi dan pengatur perjalanan mobil
tersebut.Keberadaan pendidik dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab
terhadap perkembangan potensi dari peserta didiknya. Hal ini bisa dilaksanakan
melalui berbagai upaya serius dan sistematis untuk mengembangkan kemampuan
peseserta didiknya baik dalam bidang kognitif, psikomotorik, maupun
psikomotoriknya. Dalam dimensi ini menunjukan bahwa arti vital keberadaan
pendidik sebagai salah satu bagian yang paling bertanggungjawab terhadap peserta
didiknya untuk dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut. Dengan demikian, guru
memiliki kedudukan yang sangat penting dan tanggung jawab yang sangat besar
dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan, kalau boleh dikatakan
sedikit secara ideal, baik atar buruknya suatu bangsa di masa mendatang banyak
terletak di tangan guru.

KELOMPOK 13

Tantangan Guru Dalam Era Global, Problema Dan Solusi

.       Pengertian Problematika Guru


Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang
artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal
yang belum dapat dipecahkan, yang menimbulkan masalah, permasalahan, situasi yang dapat
didefinisi sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan.  Jadi,
problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses
pembelajaran, baik yang datang dari individu guru (faktor eksternal) maupun dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di sekolah (faktor intern).
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang  yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, dirumah, dan sebagainya.  Guru
merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan
yang dimaksud dengan guru agama adalah "orang dewasa yang  bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan memberikan pertolongan terhadap mereka dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat  kedewasaan, mampu berdiri
sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba atau khalifah Allah maupun sebagai makhluk
sosial serta makhluk individu yang mandiri".
Jadi problematika guru adalah persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses
pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik hingga
memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan agama islam.

II.2.          Guru dan Tantangan Globalisasi


Globalisasi telah  mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga
masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus
globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni di menempatkan dirinya dan
berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan
terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dan
berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini tugas dan
peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat berperan.
Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut
untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di dekolah diharapkan
mampu menghasilkan peserta didik  yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi
tantangan  hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.  Sekarang dan ke
depan, sekolah (pendidikan) harus menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik
secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. Oleh karena itu, dibutuhkan
sekolah yang unggul yang memiliki ciri-ciri:
1.      Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan  kemerdekaan memimpin
menuju visi keunggulan masa pendidikan.
2.      Memilki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan
jelas.
3.      Guru-guru yang kompeten dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam
melaksanakan tugas profesionalnya secara inovatif.
4.      Siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku
pembelajaran.
5.      Masyarakat dan orang tua yang berperan serta dalam menunjang pendidikan.
Beberap tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan  mengedepankan
profesionalisme adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.
2.      Krisis moral yang melanda bangsa negara Indonesia.
3.      Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dam kemiskinan yang
terjadi dalam masyarakat.
4.      Krisi identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia.
5.      Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.

II.3.          Problematika Guru secara Umum


Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut:
1.      Rendahnya penguasaan IPTEK
Memasuki era persaingan global sekarang ini, penguasaan IPTEK menyebabkan rendahnya
kualitas nilai SDM. Hal ini merupakan ancaman sekaligus tantangan yang nyata bagi guru
khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya dalam menjaga eksistensi guru dimasa
depan.

2.      Rendahnya kesejahteraan guru


Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh guru adalah rendahnya gaji
guru sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya secara memadai. Seringkali
orientasi kerja guru dituntut hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk kepentingan
profesi dan mengabaikan kebutuhan dasar tersebut. Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan
timbulah keinginan memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga dan
pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya dari pada tuntutan profesinya.
3.      Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya dengan melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi
kelonggaran dan dukungan sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-
luasnya.
4.      Rendahnya minat baca.
Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan wawasan keilmuan dan
pengetahuan serta kemajuan dalam dunia pendidikan sehingga guru bisa memiliki tingkat
intelektual yang matang.
5.      Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah mengajar dalam
pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus
menunjukkan bahwa diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar
dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi
keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru
yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pelaksanaan
maupun dalam evaluasi pembelajaran.
6.      Aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada
umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya sehingga
menuntut materi yang berbeda pula.
7.      Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan
berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.
Dalam hal ini, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat
membimbing peserta didik secara optimal.
8.      Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan
mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya dalam berbagai alasan,
banyak guru mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika melakukan
pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan

9.      Sering terjadi persiapan pembelajaran (MallEducative).


Banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis
kesalahan. Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas yang  harus dikerjakan peserta
didik diluar kelas (pekerjaan rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan
siswa dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran untuk kemajuan
peserta didik. Seharusnya guru menerapkan kedisiplinan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
10.  Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik.
Sebagaimana diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan individual yang  sangat
mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang
sangat variatif dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak aneh. Setiap peserta
didik memiliki perbedaan yang  unik, memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian
yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan,
membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, inteligensi, dan daya kompetensinya.

Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban seorang guru,
bahwa hak seorang guru adalah:
1.      Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan
social.
2.      Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3.      Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4.      Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
5.      Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan.
6.      Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan
dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan
peraturan perundang undangan.
7.      Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8.      Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
9.      Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
10.  Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi; dan/atau
11.  Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

II.4.          Solusi untuk menyelesaikan problematika guru


Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerjasama dari kita semua untuk
dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari
keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri media
pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan
meningkat.
Semoga guru-guru dapat mengatasi sendiri problematika yang dihadapinya. Jangan menyerah
dan pasrah dengan keadaan yang ada. Justru gurulah yang harus menjadi motivator dan
inspirator bagi lingkungannya. Dan untuk mengantisipasinya perlulah seorang guru memiliki
profil yang mampu menampilkan sosok kualitas personal, sosial dalam menjalankan
tugasnya.
II.5.          Pengembangan Aplikatif
Misi dan visi, aksi, dan dedikasi, akan menjamin terlaksananya pelayanan profesi guru secara
terarah, konsisten dan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui Depdiknas harus berupaya membangun sistem
pengembangan profesi guru yang aplikatif, operasional dan berfungsi. Yakni sistem
pengembangan profesi yang terintegrasi, menyeluruh, dan mendukung penyelenggaraan
pendidikan profesi, penjaminan mutu, manajemen, remunerasi dan berbagai pendukung
pengembangan profesi guru.
Dengan adanya sistem pengembangan profesi guru yang berfungsi efektif dan dilaksanakan
secara konsisten diharapkan dapat mendukung terwujudnya guru yang cerdas, berbudaya,
bermartabat, sejahtera, canggih, elok, unggul dan professional. Yakni para guru yang
mengedepankan nilai-nilai budaya mutu, keterbukaan, demokrasi, dan akuntabilitas publik
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sehari-hari dalam kerangka pencapaian visi, misi, dan
tujuan pendidikan nasional.
Harapan ke depan akan dapat diwujudkan guru yang kompeten, terstandar, profesional, dan
sejahtera dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan nasional. Profesi guru yang terstandar
kualifikasi dan kompetensinya, serta mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara
profesional. Program Diklat guru yang terstandar, kredibel dan akuntabel dalam pelaksanaan
fungsi dan tugasnya. Ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan, termasuk guru yang
kompeten, terstandar, profesional dan sejahtera merupakan harapan semua lapisan
masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan.
Untuk memacu para penyelenggara dan satuan pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya
dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu, pemerintah menetapkan Peraturan
Pemerintah No 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang memuat kriteria
minimal tentang komponen pendidikan. Komponen pendidikan yang harus terstandar,
meliputi standar isi, standar proses, kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan.
Dengan menggunakan standar nasional pendidikan sebagai acuan setiap satuan pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan pendidikannya secara optimal sesuai dengan karakteristik
dan kekhasan programnya. Sejalan dengan itu pemerintah membentuk Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang bertanggung jawab kepada Mendiknas.
BSNP merupakan lembaga mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi
untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar
nasional pendidikan, akan dapat diwujudkan pendidikan bermutu dan dilaksanakan oleh
tenaga-tenaga yang profesional.

Anda mungkin juga menyukai