Anda di halaman 1dari 20

UJIAN TENGAN SEMESTER (UTS)

MANAJEMEN PENDIDIKAN DI MADRASAH

Oleh

Masykur Abdullah

1714010059

Dosen pembimbing :

Dra. Nini

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI-B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442 H/ 2020 M

1
Soal 1: Buatlah catatan pendek mengenai materi perkuliahan 1 sampai 3

I. KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Pengertian Manajemen Pendidikan


Manajemen berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan”, berarti
menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan
dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada.  Menurut Donnely
Gibson dan Ivancevich (1971:4), Manajemen sebagai suatu proses dimana suatu
individu dan kelompok dikoordiinasikan untuk mencapai tujuan bersama. 
Sedangkan pendidikan berasal dari kata Yunani “educare” yang berarti membawa
keluar yang tersimpan, untuk dituntut agar tumbuh dan berkembang. Dan dalam
bahasa arab dikenal dengan istilah “tarbiyah”, berasal dari kata “raba-yarbu” yang
berarti mengembang, tumbuh. Menurut Ivan Illich, Pendidikan adalah pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dapat
disimpulkan secara sederhana manajemen pendidikan adalah suatu lapangan dari
studi dan praktik yang terkait dengan organisasi pendidikan. Sehingga diharapkan
melalui kegiatan manajemen pendidikan tersebut, tujuan pendidikan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia
disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-
usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada
pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya
contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena
manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis.1

1
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, ( Bandung: Remaja  Rosdakarya, 2002), Hal. 13.

2
B. Prinsip – Prinsip Manajemen Pendidikan
Untuk menjamin keberhasilan sebuah usaha maka manajemen haruslah
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen. Prinsip-prinsip manajemen
adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah
manajemen.
Mnurut Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen
pendidikan sebagai berikut :
1. Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan
mekanisme kerja.
2. Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab
3. Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan
sifat-sifat dan kemampuannya
4. Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia
5.  Relativitas nilai-nilai
Prinsip-prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan
praktiknya harus memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai.

C. Fungsi manajemen pendidikan dibagi 4 macam:


1. Perencanaan
Perencanaan program pendidikan sedikitnya memiliki dua fungsi utama, yaitu
:
a. Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan
penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan organisasi atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-
sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan.
b. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau
menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien, dan efektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3
2. Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan
akan memiliki nilai jika dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
3. Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara
sistematis dan berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk,
pembinaan dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat; serta
memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci keberhasilan dalam
keseluruhan proses manajemen.
4. Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara
profesional semua unsur organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara efektif dan
efisien.2

D. Komponen-Komponen Dalam Manajemen Pendidikan


Komponen dan sub komponen Manajemen Pendidikan
Secara umum manajemen pendidikan dijabarkan melalui beberapa
komponen berupa perencanaan pendidikan, pengorganisasian pendidikan,
kepemimpinan pendidikan, penggiatan atau pelaksanaan pendidikan, pengendalian
atau pengawasan pendidikan.
Redja Mudyahardjo dalam Filsafat Ilmu Pendidikan mengemukakan 
manajemen pendidikan mencakup sub-sub komponen: (1) perencanaan; (2) sistem
pendidikan menurut tahap-tahap perkembangan (jenjang pendidikan) dan aspek-
aspek pengembangan (jenis pendidikan); (3) organisasi; (4) administrasi; (5)
2
Suryosubroto B, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004 ), Hlm. 43.

4
keuangan; (6) pemasokan tenaga pendidikan; (7) sistem evaluasi; dan (8)
penelitian.3

II. FUNGSI MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan fungsi paling awal dari keseluruhan fugsi


manajemen sebagaimana banyak dikemukakan oleh para ahli. Perencanaan adalah
proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Burhanuddin dalam buku Ara Hidayat dan Imam Machli


(2012:21) Istilah perencanaan mempunyai bermacam-macam pengertian antar
lain: perencanaan sebagai suatu proses kegiatan pemikiran yang sistematis
mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus di lakukan, langkah-
langkah, metode, pelaksana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan
pencapaian tujuan yang dirumuskan secara rasional dan logis serta berorientasi ke
depan

Menurut Sutisna dalam buku Ara Hidayat dan Imam Machali,(2012:21)


Perencaaan, meliputi beberapa hal, antara lain : a. penetapan tujuan-tujuan dan
maksud-maksud organisasi b. perkiraan lingkungan (suber-sumber dan hambatn)
dalam mana tujuan-tujuan dan itu harus dicapai c. penentuan pendekatan yang
akan mencapai tujuan-tujuan dan maksud itu.

Tujuan perencanaan dalam manajemen pendidikan :

3
Pidarta Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT
 Rineka Cipta, 2004), Hal. 54.

5
1. Standar pengawasan, mencocokan pelaksaan dengan perencaannya.
2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasi) baik kualifikasinya
maupun kuantitas.
4. Mendapatkan kegiatan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya,
Tenaga dan waktu.
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan
7. Menyerasikan dan memadukan sub kegiatan
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
9. Mengarahkan pencapaian tujuan

B. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan lanjutan dari fungsi perencanaan dalam


sebuah sistem manajemen. Pengorganisasian bisa dikatakan sebagai “urat nadi”
bagi seluruh organisasi atau lembaga, oleh karena itu pengorganisasia sangat
berpengaruh terhadap berlangsugnya suatu organisasi atau lembaga, termasuk
didalamnya lembaga pendidikan.

Terry menjelaskan bahwa pengorganisasian merupakan kegiatan dasar


manajemen. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan menyusun semua
sumber yang disyaratkan dalam rencana, terutama sumber daya manusia,
sedemikian rupa sehingga kegiatan pencapaian ttujuan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dengan pengorganisasian orang-orang
dapat disatukan dalam satu kelompok atau lebih untuk melakukan berbagai tugas.
Tujuan pengorganiasian adalah membantu orang-orang untuk bekerja sama secara
efektif dalam wadah organisasi atau lembaga. Sujana dalam buku Ara Hidayat dan
Imam Machli (2012:24)

6
C. Penggerakkan (actuating)

Dalam buku Ara Hidayat dan Imam Machli (2012:25) Penggerakkan


(actuating) adalah salah satu fungsi manajemen yang berfungsi untuk
merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian. Actuating adalah upaya
untukmenggerakkan atau mengarahkan tenaga kerja (man power) serta
mendayagunakan fasilitas yang ada yang dimaksud untuk melaksanakan pekerjaan
secara bersama. Actuating dalam organisasi juga bisa diartikan sebagai
keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikia rupa
sehingga mereka bersedia bekerja secara sungguh-sungguh demi tecapainya tujuan
organisasi.

D. Pengawasan (controlling)

Dalam buku Ara Hidayat dan Imam Machli (2012: 25) Pengawasan adalah
proses pengamatan dan pengukuran suatu kegiatan operasional dan hasil yang
dicapai dibandingkan dengan standar yang telah di tetapkan sebelumnya yang
terlihat dalam rencana. Pengawasan dilakukan dalam usaha menjamin bahwa
semua kegiatan terlaksana sesuai dengan kebijaksanaan, strategi, keputusan,
rencana dan program kerja yang telah dianalisis, dirumuskan dan ditetapkan
sebelumnya.

Pengawasan yang baik mmerlukan langkah-langjkah pengawasan yaitu :


1). Menentukan tujuan standar kualitaspekerjaan yang diharapkan. Standar
tersebut dapat berbentuk standar fisik, standar biaya, standarmodel, standar
penghasilan,standar program, standar yang sifatnya intangible, dan tujuan yang
relistis, 2). Mengukur dan menilai kegiatan-kegiatan atas dasar tujuan dan standar
yang ditetapkan. 3). Memutuskan dan mengadakan tindakan perbaikan. 4
4
Kasan, Tholib. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, ( Jakarta:
Studio Press, tt,)

7
III.TUGAS dan TANGGUNG JAWAB KEPALA SEKOLAH

A. Pengertian Kepala Sekolah


Secara etimologi kepala sekolah adalah guru yang memimpin sekolah.
Berarti secara terminology kepala sekolah dapat diartikan sebagai tenaga
fungsional guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah di
mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi di sekolah. Pola
kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan
sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah
merupakan jabatan strategis dalam mencapai tujuan pendidikan.5

B. Peran Kepala Sekolah

Penelitian tentang harapan peranan kepala sekolah sangat penting bagi


guru-guru dan murid-murid. Pada umumnya kepala sekolah memiliki tanggung
jawab sebagai pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan kurikulum,
administrasi kesiswaan, administrasi personalia staf, hubungan masyarakat,
administrasi school plant, dan perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam
memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan
kunci keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada
peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang
sekolah. Cara kerja kepala sekolah dan cara ia memandang peranannya
dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan pengalaman profesionalnya, serta
ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah di bidang

5
Satrijo Budiwibowo, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2018), hal. 23.

8
pengajaran. Pelayanan pendidikan dalam dinas bagi administrator sekolah dapat
memperjelas harapan-harapan atas peranan kepala sekolah.6

Menurut Purwanto, bahwa seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh


macam peranan, yaitu : “Sebagai pelaksana, perencana, seorang ahli, mengawasi
hubungan antara anggota-anggota, menwakili kelompok, bertindak sebagai
pemberi ganjaran, bertindak sebagai wasit, pemegang tanggung jawab, sebagai
seorang pencipta, dan sebagai seorang ayah.”

C. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Menurut Dirawat, tugas dan tanggungjawab kepala sekolah dapat


digolongkan kepada dua bidang, yaitu:

1. Tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi


Dapat digolongkan menjadi enam bidang yaitu:
a. Pengelolaan pengajaran

Pengelolaan pengajaran ini merupakan dasar kegiatan dalam


melaksanakan tugas pokok. Kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan ini antara lain:

1) Pemimpin pendidikan hendaknya menguasai garis-garis besar program


pengajaran untuk tiap bidang studi dan tiap kelas.
2) Menyusun program sekolah untuk satu tahun.
3) Menyusun jadwal pelajaran.
4) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan
pengajaran.
5) Mengatur kegiatan penilaian.
6
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,  (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal 41.

9
6) Melaksanakan norma-norma kenaikan kelas.
7) Mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar murid.
8) Mengkoordinir kegiatan bimbingan sekolah.
9) Mengkoordinir program non kurikuler.
10) Merencanakan pengadaan.
11) Memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan alat-
alat pelajaran.
b. Pengelolaan kepegawaian
Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan
yang berhubungan dengan penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat,
cuti, perpindahan dan pemberhentian anggota staf sekolah, pembagian
tugas-tugas di kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan kesehatan
dan ekonomi, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan,
masalah penerapan kode etik jabatan.
c. Pengelolaan kemuridan

Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan


penyelenggaran murid baru, pembagian murid atas tingkat-tingkat, kelas-
kelas atau kelompok-kelompok (grouping), perpindahan dan keluar
masuknya murid-murid (mutasi), penyelenggaraan pelayanan khusus
(special services) bagi murid, mengatur penyelenggaraan dan aktivitas
pengajaran, penyelenggaran testing dan kegiatan evaluasi, mempersiapkan
laporan tentang kemajuan masalah disiplin murid, pengaturan organisasi
siswa, masalah absensi, dan sebagainya.

d. Pengelolaan gedung dan halaman

Pengelolaan ini menyangkut usaha-usaha perencanaan dan


pengadaan, inventarisasi, pengaturan pemakaian, pemeliharaan,
rehabilitasi perlengkapan dan alat-alat material sekolah, keindahan serta

10
kebersihan umum, usaha melengkapi yang berupa antara lain gedung
(ruangan sekolah), lapangan tempat bermain, kebun dan halaman sekolah,
meubel sekolah, alat-alat pelajaran klasikal dan alat peraga, perpustakaan
sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi, fasilitas pemeliharaan sekolah,
perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus, transportasi sekolah, dan alat-
alat komunikasi,

e. Pengelolaan keuangan

Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-


guru dan staf sekolah, urusan penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan
uang sekolah dan uang alat-alat murid-murid, usaha-usaha penyediaan
biaya bagi penyelenggaraan pertemuan dan perayaan serta keramaian.

f. Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat

Untuk memperoleh simpati dan bantuan dari masyarakat termasuk


orang tua murid-murid, dan untuk dapat menciptakan kerjasama antara
sekolah-rumah- dan lembaga-lembaga sosial.7

2. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi

Supervisi pada dasarnya pelayanan yang disediakan oleh kepala


sekolah untuk membantu para guru dan karyawan agar menjadi semakin
cakap/terampil dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan
perkembangan jaman. Supervisi adalah usaha yang dilakukan oleh kepala
sekolah dalam membantu guru-guru agar semakin mampu mewujudkan
proses belajar mengajar.[7] Di mana Kepala Sekolah bertugas memberikan
bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang

7
Wahjosumindjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: Grafindo Persada, 2005), hal.
32.

11
berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan
pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan
pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar. Tugas ini antara
lain :

a. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami secara jelas tujuan-


tujuan pendidikan pengajaran yang hendak dicapai dan hubungan antara
aktivitas pengajaran dengan tujuan-tujuan.
b. Membimbing guru-guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang
persoalan-persoalan dan kebutuhan murid.
c. Menyeleksi dan memberikan tugas-tugas yang paling cocok bagi setiap
guru sesuai dengan minat, kemampuan bakat masing-masing dan
selanjutnya mendorong mereka untuk terus mengembangkan minat, bakat
dan kemampuannya.
d. Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja sekolah berdasarkan
standar-standar sejauh mana tujuan sekolah itu telah dicapai.8

Soal 2: Pada kali ini saya mendapatkan urutan kelompok ke 2 berdasarkan


NIM, Materi tentang:

MANAJEMEN PESERTA DIDIK DI SEKOLAH

A. Pengertian Manajemen Peserta Didik


8
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal.
99.

12
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan
terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai
dengan mereka lulus sekolah. Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta
didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan
perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar
kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.

Secara sosiologis, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan. Adanya


kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang melahirkan kensekuensi
kesamaan hak-hak yang mereka punyai. Kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh
anak itulah, yang kemudian melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui
sistem persekolahan (schooling). Dalam sistem demikian, layanan yang diberikan
diaksentuasikan kepada kesamaan-kesamaan yang dipunyai oleh anak. Pendidikan
melalui sistem schooling dalam realitasnya memang lebih bersifat massal
ketimbang bersifat individual.

Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak yang bersifat


massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat dengan pandangan
psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu pada hakekatnya adalah
berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka membutuhkan layanan-layanan
pendidikan yang berbeda.

Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut


dipertanyakan, dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan
yang berbeda pada sistem schooling tersebut. Adanya dua tuntutan pelayanan
terhadap siswa, yakni aksentuasi pada layanan kesamaan dan perbedaan anak,
melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta didik untuk mengatur
bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah.
Baik layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan peserta

13
didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuannya.9

B. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik

Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu
lembaga pendidikan. Manajemen peserta didik termasuk salah satu bagian dari
manajemen sekolah secara keseluruhan, dan menduduki tempat yang sangat
penting. Dikatakan demikian itu karena siswa atau peserta didik adalah objek
sekaligus subjek dalam pendidikan, baik yang berkenaan dengan manajemen
pengajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan, hubungan
sekolah dengan masyarakat maupun layanan khusus pendidikan.

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembagkan


potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi
dirinya baik pada aspek akademik maupun non akademik melalui proses
pembelajaran yang diselenggarakan. Manajemen peserta didik adalah suatu
penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,
yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga.

Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta


didik di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus,
bahkan menjadi alumni. Manajeme peserta didik bertujuan mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar,
tertib, dan teratur. Dengan demikian manajemen peserta didik bukanlah dalam

9
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 67..

14
bentuk kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik saja, melainkan meliputi
meliputi aspek yang lebih luas lagi, yang secara operasional dapat digunakan
untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
melalui proses pendidikan.10

C. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik

1. Tujuan

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-


kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
belajar mengajar di sekolah, agar proses belajar mengajar di sekolah dapat
berjalan dengan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara
keseluruhan.

Sedangkan tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai


berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.

b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan),


bakat dan minat peserta didik.

c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

Dengan terpenuhinya tujuan khusus pada poin 1, 2, dan 3 di atas


maka diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup dan dapat belajar dengan baik serta tercapainya cita-cita peserta didik.
10
Rohiat, Manajemen Sekolah, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal. 65.

15
2. Fungsi

Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai wahana


bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya,
segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.

Sedangkan fungsi khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta


didik.

b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta


didik.

c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta


didik.11

Fungsi-fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan


kesejahteraan peserta didik tersebut ialah agar peserta didik sejahtera dalam
hidupnya. Kesejahteraan tersebut sangat penting karena dengan demikian ia
akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

D. Pinsip-prinsip Manajemen Peserta Didik

Prinsip adalah suatu pedoman yang harus diikuti dalam melaksanakan


tugasnya. Jadi prinsip manajemen peserta didik adalah pedoman yang harus diikuti
dalam melakukan pengelolaan peserta didik, prinsip-prinsip tersebut adalah:

11
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
78.

16
1. Manajemen peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan manajemen
sekolah, sehingga harus mempunyai kesamaan visi, misi dan tujuan
manajemen sekolah secara keseluruhan.

2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik harus mengemban visi


pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.

3. Kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk mempersatukan


peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya bakat
perbedaan.

4. Kegiatan manajemen peserta didik harus dipandang sebagai upaya


pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.

5. Kegiana manajemen peserta didik harus mendorong dan memacu


kemandirian peserta didik.12

6. Segala kegiatan yang diupayakan oleh manajemen peserta didik harus


bersifat fungsional bagi peserta didik di sekolah maupun bagi masa depan.

Selain prinsip-prinsip di atas, seorang pendidik juga harus memperhatikan


kebutuhan peserta didik. Seorang pendidik diharapkan dapat mendidik dan
mengembangkan anak didiknya ke arah potensi sesuai dengan yang telah
diciptakan pada diri mereka yang setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.

E. Pendekatan Manajemen Peserta Didik

12
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hal.
45.

17
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik
(Yeager, 1994).

1. Pendekatan kuantitatif (the quantitative approach).

Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi administratif dan


birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian, peserta didik
diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan-harapan lembaga
pendidikan di tempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini
adalah, bahwa peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginannya,
manakala dapat memenuhi aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan
yang diminta oleh lembaga pendik.

Wujud pendekatan ini dalam manajemen peserta didik secara


operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik
di sekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi,
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan demikian,
memang teraksentuasi pada upaya agar peserta didik menjadi mampu.

2. pendekatan kualitatif (the qualitative approach).

Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan


peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta didik
mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik
senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta didik senang dan
sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk
mengembangkan diri mereka sendiri di lembaga pendidikan seperti sekolah.
Pendekatan ini juga menekankan perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan
menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.

Di antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan


tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu

18
demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-tuntutan birokratik
dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi lain sekolah juga
menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraannya. Di satu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-
tugas berat yang berasal dari lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan
iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan
dengan kalimat terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif,
pemberian layanan-layanan yang andal adalah dalam rangka mendisiplinkan
peserta didik, penyelesaian tugas-tugas peserta didik.13

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Kasan Tholib. Tt. Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan.  Jakarta:


Studio Press.
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
13
Muhammad Faturahman, Memahami Manajemen Kesiswaan dalam Lembaga Pendidikan,
(Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2014), Hal. 87.

19
Muhammad Faturahman. 2014. Memahami Manajemen Kesiswaan dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja  Rosdakarya.
Pidarta Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Rohiat. 2009. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.

Satrijo Budiwibowo. 2018. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: ANDI OFFSET.


Suryosubroto B. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Wahjosumindjo. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Grafindo Persada.

20

Anda mungkin juga menyukai