Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................2
1. Latar Belakang..............................................................................................................................2
2. Permasalahan.................................................................................................................................3
3. Tujuan............................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
1. Media Massa; Realita Kekinian.......................................................................................................4
2. Media Massa dalam Kajian Marxisme Klasik.................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................................6
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Media massa merupakan istilah yang digunakan untuk mempertegas kehadiran suatu kelas, seksi
media yang dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai audiens yang sangat besar dan luas.
Pengertian media massa semakin luas penggunaanya sehubungan lahirnya percetakan oleh
Guttenberg di abad pertengahan dan disusul oleh penemuan radio pada tahun 1920. Di Indonesia,
sejarah media masa dimulakan pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang
kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der
Nouvelles”. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Dalam
periode ini media massa kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, media
massa yang terbit dan dikuasai oleh pendudukan sekutu, dan kedua media massa yang terbit
diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya.
Namun fakta menunjukkan bahwa media telah tumbuh bukan saja sebagai alat sosial, politik dan
budaya tapi juga sebagai perusahaan yang menekankan keuntungan ekonomi. Institusi media
harus dinilai sebagai dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Inilah
yang dimaksudkan bahwa media mempunyai dua karakter yang tak terpisahkan: karakter sosial-
budaya-politik dan karakter ekonomi. 
Banyak teori yang mencoba menjelaskan relasi antara kapitalisme dengan organisasi media, baik
dari perspektif Marxis ataupun non Marxis. Marxisme Klasik memandang media merupakan alat
produksi yang disesuaikan dengan tipe umum industri kapitalis beserta faktor produksi dan
hubungan produksinya. Pendekatan Marxisme Klasik memandang media cenderung dimonopoli
oleh kapitalis, yang penanganannya dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional
untuk memenuhi hasrat kelas tersebut.
2. Permasalahan
Dari sejak pasca reformasi 1998 digulirkan, Indonesia sekurangnya telah memiliki dua peraturan
dalam bentuk Undang-undang yang mengatur tentang pers dan media massa. Pertama, adalah
Undang-undang nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers; dan kedua, Undang-undang Nomor 32
tahun 2002 Tentang Penyiaran.
Tugas mulia pers dan/ atau media massa menjadi suara “tengah” yang membawa pesan-pesan
kebaikan dan nilai-nilai moral ini mestinya menjadi penyangga utama aktor-aktor media
melaksanakan kerja-kerjanya. Tapi faktanya, nyaris semua sektor industri selalu berkelindan
dengan kepentingan-kepentingan yang tak kasat mata, dan diketahui oleh khalayak umum.
Industri media juga tak luput dari hal itu. Mungkin, itulah salah satu hal mengapa nilai-nilai
“ilahiyah” media menjadi tergerus sedikit demi sedikit.
Marxisme Klasik memandang media merupakan alat produksi yang disesuaikan dengan tipe
umum industri kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan produksinya. Pendekatan
Marxisme Klasik memandang media cenderung dimonopoli oleh kapitalis, yang penanganannya
dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional untuk memenuhi hasrat kelas tersebut.

3. Tujuan
Adapun tujuan utama penulisan ini adalah agar kita memahami pemikiran Marxisme klasik 
dalam realitas komunikasi dan media massa di Indonesia dimana peranan dan kepentingan
kapitalis dalam industri media bertalian erat, dan secara tidak langsung sudah mengabaikan
kepentingan rakyat selaku audiens sebagaimana diatur dalam sistem perundang-undangan negara
ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Media Massa; Realita Kekinian


Dalam penjelasan UU Nomor 32 tahun 2002 tentang Pers disebutkan sebagai berikut:

“Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 adalah undang-undang yang mengatur tentang


prinsip-prinsip penyelenggaraan penyiaran yang berlaku di Indonesia. Hal itu mencakup
tentang asas, tujuan, fungsi dan arah penyiaran nasional, mengatur tentang
ketentuan Komisi Penyiaran Indonesia, jasa penyiaran, Lembaga Penyiaran
Publik, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Berlangganan, Lembaga
Penyiaran Komunitas, Lembaga Penyiaran Asing, stasiun penyiaaran dan jangkauan siaran,
serta perizinan dan kegiatan siaran”.

Berkembangnya media komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, dan terakhir media on-
line tentu saja merupakan hal positif selama tetap menghadirkan program yang berkualitas dan
mampu memberikan pencerahan bagi masyarakat. Namun, mengingat tingginya kecenderungan
kapitalisasi dan hegemoni korporasi pada sebagian besar media ini, menimbulkan pertanyaan
apakah kanal-kanal berita tersebut mampu mempertahankan komitmennya untuk memberikan
informasi dan program-program yang mendidik, serta mampu melepaskan diri dari konflik
kepentingan antara kebutuhan untuk memperoleh profit dan fungsi edukasinya. Apalagi pada
realita terkini, kepemilikan media-media ini hanya dikuasai segelintir orang, hingga membentuk
monopoli dan oligarki kekuasaan media. 
Bukti yang tak bisa dipungkiri adalah keberpihakan media kepada modal dibandingkan memihak
rakyat kebanyakan sebagaimana nilai-nilai demokrasi universal disemaikan, diusung dan
didaratkan dari oleh dan untuk rakyat. Padahal media selain sebagai pembentuk opini publik
media juga memiliki fungsi strategis yang lain yaitu sebagai kontrol sosial.
Hal ini patut dipahami karena dalam banyak kasus, media tak sekedar menjadi pembentuk
pendapat umum yang mengkritik pemerintah maupun kapital, namun keberadaan media dengan
pendapatnya itu sendiri merupakan ruang publik (public sphere) di mana permasalahan
kebijakan dibincangkan dan dirumuskan; permasalahan kebijakan perlu ditolak atau diperkuat.
Dari kondisi ini kontrol dapat ditegakkan dan partisipasi rakyat berjalan efektif, mutlak
diperlukan adanya kebebasan memperoleh informasi. Disamping itu, diperlukan adanya
kesediaan berbagi kekuasaan dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat, termasuk
dalam pengertian ini berbeda pandangan dengan pemerintah.

2. Media Massa dalam Kajian Marxisme Klasik


Marxisme Klasik memandang media merupakan alat produksi yang disesuaikan dengan tipe
umum industri kapitalis beserta faktor produksi dan hubungan produksinya. Pendekatan
Marxisme Klasik memandang media cenderung dimonopoli oleh kapitalis, yang penanganannya
dilaksanakan baik secara nasional maupun internasional untuk memenuhi hasrat kelas tersebut.
Para kapitalis melakukan hal tersebut untuk mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen
secara material demi memperoleh keuntungan yang berlebihan.
Marxisme klasik berargumen bahwa sistem kelas yang hierarkis berada di akar semua masalah
sosial dan harus diakhiri dengan revolusi proletariat. Ada tiga pengertian yang harus dipahami
dalam teori marxis ini. Yakni basis (struktur bawah) masyarakat, dalam teori Marxis berarti alat-
alat produksi. Superstruktur, dalam teori Marxis berarti kebudayaan suatu masyarakat. Ideologi
berarti gagasan yang ada dalam suatu kebudayaan yang menyesatkan orang pada umumnya, dan
mendorong mereka untuk bertindak melawan kepentingan sendiri. 
Pemahaman lain dari teori ini adalah para elite tidak akan pernah menyerahkan kekuasaan;
kekuasaan harus diambil dari para elite. hampir tidak ada gunanya membuat perubahan kecil
dalam ideologi tanpa pertama-tama mendominasi alat-alat produksi. Dalam perspektif ini, media
massa dipandang sebagai alat produksi yang disesuaikan dengan industri umum kapitalis beserta
faktor produksi dan hubungan produksinya. Beberapa asumsi tentang media, yakni:
1. Media massa dimiliki oleh orang-orang atau kelompok borjuis (pemilik faktor produksi);
2. Media beroperasi sesuai dengn kepentingan umum kaum borjuis;
3. Media mempromosikan kesadaran palsu kepada para pekerja;
4. Media tidak membuka akses kepada kelompok-kelompok yang memiliki pandangan
politis yang berlawanan dengan kelompoknya;
5. Media dipandang sebagai arena pertarungan ideologi antar kelas;
6. Kontrol tertinggi sangan terkonsentrasi dalam monoopoli modal. Beberapa hal di atas
sudah membuktikan memang benar adanya bahwa media massa kini ini telah
dikapitalisasi oleh segelintir pemodal yang tentu saja untuk memberi keuntungan kepada
kelompok mereka.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian, ada tiga hal penting yang dapat digunakan sebagai patokan untuk mengidentifikasi
karakteristik suatu industri. Ketiga hal itu tersebut berkaitan dengan customer requirements,
competitive environment, dan social expectation. Pada umumnya keberpihakan kepada
kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan, mengingat media massa adalah mesin produksi
kapitalis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, apabila
keberpihakan media massa pada masyarakat, maka sudah tentu itu harus menghasilkan uang
untuk kantung kapitalis pula.  
Tidak jarang dalam menyiapkan sebuah materi pemberitaan, terjadi pertukaran kepentingan di
antara pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pihak-pihak yang berkepentingan dengan
sebuah pemberitaan, membeli halaman-halaman tertentu atau jam-jam tertentu dengan imbalan
pertukaran, bukan uang saja dan materi lain, akan tetapi bisa jadi sebuah blow up terhadap
pencitraan terhadap pihak-pihak yang membeli pemberitaan itu.
Persoalan modus komersialisasi industri media massa mengandung berbagai kelemahan bahkan
bisa jadi menyebabkan kontraproduktif bagi para kapitalis. Kelemahan itu sendiri seperti: pasar
yang ada sekarang ini lebih cenderung membentuk kekuatan oligopolistik, pasar didorong para
pemilik modal untuk menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya, pasar menunjukan
kedangkalan terhadap kebutuhan dan keinginan manusia serta kenyataan bahwa pasar bebas ide,
bebas nilai dan netral, berlaku bagi produk yang komersil dan tidak berbenturan dengan status
quo.
Berdasar kepentingan komersialisasi dan/ atau kapitalisasi, media massa boleh jadi akan
memoles, menggunting, atau malah memanipulasi suatu informasi dan objek pemberitaan.
Namun, kitalah penentunya. Sebab pada akhirnya, bagaimana cara bersikap terhadap terpaan
media, tergantung kepada diri kita sendiri. 
Daftar Pustaka
Bungin, B. 2008. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekonologi
Komunikasi di Masyarakat. Kencana. Jakarta 

Liliweri, A. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Kencana. Jakarta

Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Kencana. Jakarta 

Rivers, William L., et. al. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Kencana. Jakarta

Sutadi, H. 2009. Media Massa dalam Sistem Kapitalis. Makalah. Indonesia ICT Institute.
Jakarta 

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran

Wood, Julia T. 2013. Komunikasi Teori dan Praktik; Komunikasi dalam Kehidupan Kita
(Edisi ke 6). Penerbit Salemba Humanika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai