Anda di halaman 1dari 2

Menjelaskan tentang penyebab erjadi perubahan global yang disebabkan oleh

fregmentasi dan hilangnya habitat mengancam fungsi keanekaragaman hayati darat yang
diperkirakan akan menyebabkan tingkat kepunahan spesies lebih lanjut dalam waktu lebih
dekat . Hal ini dikarenakan spesises terhubung melalui tropik dalam jaring makanan
kompleks, kepunahan spesies dapat menyebar bahkan membesar melalui kepunahan sekunder
atau berjenjang. Sehingga menyebabkan respons sistem alami terhadap hilangnya spesies
bergantung pada urutan kepunahan dan struktur trofik sistem. Ciri-ciri terkait jaring makanan
yaitu:

1. Terjadi perluasan trofik yang sempit


2. Terjadi peningkatan trofik yang lebih tinggi

Fragmentasi habitat pada dasarnya bersifat spasial. Efek negatif yang ditimbulkan dari
hilangnya habitat fragmentasi pada keanekaragaman spesies lebih nyata terjadi pada spesies
spesialisasi konsumen dan ketersediaan sumber daya umum. Di Argentina tengah,
fregmentasi hutan Choco Serrano berkurang sekitar 6% dari aslinya. Hal ini menyebabkan
hilangnya spesies dalam komunitas serangga yang melibatkan penambang daun dan
parasitoidnya. Untuk mengetahui apakah habitat Choco Serrano mengakibatkan perubahan
matriks jaringan makanan, jika mengakibatkan perubahan jumlah spesies apa saja yang
terlibat dan apakah jaringan inang-parasitoid dan tumbuhan herbivora juga terpengaruh.
Maka dilakukan beberapa metode penilitian yaitu:

1. Menggunakan metode area studi dan pengumpulan data


Disini diketahui bahwa 19 sisa-sisa hutan Choco Serrano di Argentina Tengah
( 31° 10’S hingga 31° 30’S dan 64° 30’W ) pada ketinggian 700m. Tiga dari situs
mewakili hutan berkelanjutan (1000 ha), lainnya membentang dengan gradien ukuran
117 sampai 0,13 ha. Dari hutan terdekat diketahui sebagian besar didominasi oleh
gandum di musim dingin dan jagung di musim panas, dan hal ini tidak berpengaruh
terhadap keanekaragaman dan proses ekologi.
2. Menggunakan metode statistik web makanan
Disini dibangun jaringan biparti plant-leafminer dan leafminer-parasitoid untuk versi
kuantitatif dan kualitatif. Statistik jaring makanan kuantitatif dihitung menggunakan
paket Bipartit berjalan di lingkungan R untuk komputasi statistik. Kemerataan
kekuatan interaksi dihitung menggunkan indeks Shanon
3. Menggunakan metode tingkat interaksi
Disini dibangun matriks dengan sisa-sisa hutan sebagai kolom dan hubungan makan
antara pasangan spesies sebagai baris, diperkirakan bahwa spesifikasi konsumen
sebagai derajat sepesies, sedangkan ukuran ketersediaan ditentukan oleh frekuensi
regional atau jumlah lokasi spesies sumber daya ada.
4. Mengggunakan metode analistik statistik
Pada metode ini digunakan untuk mengevaluasi ketergantungan dance statistik jaring
makanan pada ukuran hutan ( log10 daerah ). Semua variabel diubah menjadi log
untuk mencapai normalitas reksidul dan memfasilitasi deteksi hubungan linier. Peran
area sisa dalam mengatur struktur interaksi spasial dinilai dengan menghubungkan
area fragmen dengan posisi dalam matriks dikemas maksimal, diketahui matriks
tersarang signifikan, korelasi statistik antara posisi ordinal dari setiap sisa hutan
dalam matriks area sisa dapat mempengaruhi pengaturan sarang dari jaring makanan.

Dari ke empat metode yang digunakan dapat diketahui bahwa posisi interaksi yang
dikemas secara maksimal maka akan berkorelasi paling kuat dengan frekuensi regional di
jaringan herbivora sedangkan pada frekuensi penambang daun menunjukkan korelasi lebih
kuat dengan posisi interaksi pada jaring makanan parasitoid, meskipun adanya pengaruh
derajat dua kali lipat dari frekuensi inang. Diketahui bahwa di setiap sisa antara 73 dan 134
spesies tumbuhan penambang daun dan 59-123 penambang daun parasitoid terlibat dalam
jaringan interaksi yang kompleks kurang lebih 120.000 interaksi tercatat. Kompleksitas lebih
tinggi dalam inang parasitoid dari pada interaksi tumbuhan herbivora. Sekitar 40% spesies
lebih sedikit berinteraksi di sisa-sia kecil dibandingkan hutan berkelanjutan. Hubungan yang
meningkat pada sisa-sisa berpengaruh pada jaring makan kualitatif herbivora dan parasitoid.
Interaksi tanaman herbivora dan inang parasitoid di sisa-sisa hutan menunjukkan organisasi
bersarang secara spasial dengan suhu jauh lebih rendah dari yang di perkirakan. Adanya
perbedaan indeks dipengaruhi oleh jenis interaksi. Pada inang parasitoid tidak menunjukkan
bukti peningkatan sensitivitas pada tingkat trofik lebih tinggi. Trofik parasitoid sangat luas
hingga memakan 72 inang dalam area studi.

Dengan adanya peningkatan kawasan hutan dan kekayaan spesies menujukkan bahwa
jaring makan yang jumlahnya lebih sedikit maka lebih tamak interaktif dalam sisa-sisa lebih
kecil tetapi hal ini juga bergantung pada skala. Adanya peningkatan sisa-sisa secara kecil
maka dapat menahan efek fragmentasi habitat. Pada jaring makan tumbuhan herbivora lebih
terlihat berkotak-kotak dibandingkan dengan inang parasitoid. Hal ini menyebabkan
herbivora dapat mengisolasi efek cescading dari gangguan, sehingga mengurangi penyebaran
pada jaring makanan. Jaring makanan inang parasitoid menunjukkan penurunan kerentanan
yaitu lebih sedikit spesies parasitoid yang menyerang spesies inang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hilangnya habitat tentu menyababkan terjadi kontraksi jaringan makanan
di sekitar inti pusat yang saling terhubung, pada tumbuhan herbivora dan pada setiap inang
parasitoid.

Anda mungkin juga menyukai