Anda di halaman 1dari 39

SESAK & DEMAM

KELAS : C

KELOMPOK 1

1. Muhajrin Saputra Djibran (841419117)


2. Aditya Yusuf (841419136)
3. Indriyani (841419116)
4. Risdayanti (841419138)
5. Indah Cahyani Mamu (841419133)
6. Shania Khansa A. Pomalingo (841419093)
7. Debby Tri vani Pangulimang (841419124)
8. Nabila Khairunnisa Badoe (841419095)
9. Adelina Adam (841419079)
10. Ade Pratiwi Suma (841419118)
11. Reski Virginia Mokodompit (841419101)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TA 2020/2021
SKENARIO 5

SESAK & DEMAM

Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit kepala demam dan
badan lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi ronchi +/+ basah kasar seluruh lapang paru,
wheezing +/+, sputum +. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit, frekuensi napas 28
kali/menit, Suhu 38oC , akral hangat, CRT <3detik. Pasien juga mengatakan cemas memikirkan
nasib anak dan istrinya di rumah. Hasil pemeriksaan Laboratorium Hb 12,2 gr/dl, Hematokrit
35,7%, Leukosit 11.000, trombosit 223.000UL, neutrofil 84,7%, Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1),
AGD :pH 7,47, pCO2 32 mmHg, HCO3 24 mmol/l, saturasi O2 96%, GDS 117mg/dl. Hasil
Rontgen Pneumonia, Hasil Rapid IgG reaktif.

1. Klarifikasi Dan Istilah -Istilah Penting


1) Ronchi merupakan suara napas tambahan yang bernada rendah yang terjadi akibat
adanya penyumbatan jalan napas biasanya akibat adanya lendir. Ronkhi dapat
terjadu pada inspirasi (saat mengambil napas) maupun ekspirasi. Ronkhi sendiri
terdiri dari 2 jenis yaitu ronkhi basah dan ronkhi kering. ( Sylvia, 2017 )
2) Wheezing merupakan suara pernapasan berfrekuensi tinggi yang nyaring, dimana
terdengar di akhir ekspirasi / saat menghembuskan napas. Wheezing terjadi oleh
karena adanya penyempitan saluran pernapasan bagian ujung / dalam. ( Sylvia,
2017 )
3) Sputum adalah pemeriksaan dahak untuk mendeteksi adanya bakteri penyebab
infeksi saluran pernafasan, terutama infeksi paru-paru (pneumonia). Dahak
merupakan cairan yang diproduksi oleh saluran pernafasan, dan dikeluarkan dari
saluran pernafasan saat batuk. Selain bakteri, pemeriksaan kultur dahak juga dapat
mendeteksi infeksi jamur.  ( Tjin, 2018 )
4) Frekuensi nadi adalah berapa kali arteri (pembuluh darah bersih) mengembang
dan berkontraksi dalam satu menit sebagai respons terhadap detak jantung.
(Kevin, 2018)
5) Frekuensi napas perrnafasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas
didalam jaringan pernafasan dalam yang terjadi didalam paru-paru disebut

1
pernafasan luar. Pada pernafasan melalui paru-paruatau respirasi ekternal oksigen
dihisap melalui batang tenggorokan atau trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan
erat hubungan dengan kapiler pulmonalis atau keluar masuknya udara ke dalam
dan keluar paru normalnya 12-24 x/menit dan suara nafas normsl adalah
vesikuler.(Herru & Priatna. 2015)
6) Suhu menunjukkan derajat panas benda.Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu
benda, semakin panas benda tersebut.Secara mikroskopis, suhu menunjukkan
energi yang dimiliki oleh suatu benda.( Jarvien, 2010; Hildebrand dkk, 2005;
gionati 2015)
7) Akral hangat, akral adalah ujung ekstremitas. Ekstremitas adalah tangan dan kaki.
Ujung tangan dan kaki adalah jari. Maka ujung jari itulah adalah akral. Sebagai
tambahan, Akral hangat = ujung jari baik kaki/tangan yg hangat. (David, 2009)
8) CRT (Capillary Refill Time) adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar
kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan. CRT yang
memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien. Ini diperkuat jika disertai
dengan turgor kulit dan pola pernapasan yang abnormal. Namun, CRT yang
memanjang juga harus diperhatikan dalam hubungannya dengan tanda-tanda
klinis lainnya seperti hemodinamik tidak stabil. Normal CRT adalah kurang dari
dua detik (Asmadi, 2009).
9) Hemoglobin (Hb) adalah protein kaya zat besi dalam sel darah merah yang
bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Protein ini juga berfungsi memberi
warna merah pada darah. Agar dapat berfungsi dengan baik, kadar hemoglobin
dalam darah harus berada dalam kisaran normal.Kadar Hb normal untuk laki-laki
dewasa adalah 14-18 g/dL (gram per desiliter). Sementara kadar Hb normal
wanita dewasa adalah 12-16 g/dL.(Kevin, 2019)
10) Hematokrit Hematokrit adalah kadar sel darah merah dalam darah. Kadar sel
darah merah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menjadi pertanda Anda
sedang menderita penyakit tertentu, misalnya anemia atau dehidrasi. Hematokrit
(Ht) menunjukkan jumlah persentase perbandingan sel darah merah terhadap
volume darah. Sel darah merah ini memiliki peranan penting bagi kesehatan

2
tubuh, yaitu sebagai pembawa oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh.
(Kevin, 2020)
Setiap manusia memiliki rentang normal hematokrit yang berbeda-beda.
Perbedaan ini umumnya dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, dan
laboratorium tempat dilakukannya pengujian. Secara garis besar, rentang nilai
normal hematokrit berdasarkan usia dan jenis kelamin, yaitu:
o Bayi baru lahir: 55%–68%
o Usia 1 minggu: 47%–65%
o Usia 1 bulan: 37%–49%
o Usia 3 bulan: 30%–36%
o Usia 1 tahun: 29%–41%
o Usia 10 tahun: 36%–40%
o Pria dewasa: 42%–54%
o Wanita dewasa: 38%–46%
11) Leukosit adalah istilah medis untuk sel darah putih. Komponen ini berperan
penting dalam melawan infeksi yang menyerang tubuh. Sehingga, nilai leukosit
yang tinggi menandakan kelainan atau gangguan yang sedang terjadi di tubuh
Anda. Jumlah sel darah putih di tubuh sebenarnya hanya sedikit.Jumlah Leukosit
Normal Bayi yang baru lahir umumnya memiliki jumlah leukosit antara 9.000–
30.000 per mikroliter (mcL) darah. Rentang jumlah leukosit normal ini akan
berubah seiring dengan bertambahnya usia hingga hanya menjadi 5.000–10.000
mcL saat dewasa.(Reni, 2019)
12) Trombosit adalah sel darah yang fungsi utamanya adalah membantu proses
pembekuan darah. Nah, di dalam dunia medis, kondisi saat jumlah trombosit yang
rendah disebut trombositopenia. Jumlah trombosit normal dalam darah adalah
150.000–400.000 trombosit per mikroliter darah.(Gabrellia, 2019)
13) Neutrofil adalah salah satu jenis sel darah putih yang ada di dalam tubuh
manusia. Tubuh membutuhkan neutrofil untuk membantu melawan infeksi,
sekaligus melindungi tubuh dari ancaman berbagai penyakit. (Moris, 2017)
14) Lymphosit Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih. Seperti halnya sel
darah putih lainnya, limfosit berfungsi sebagai bagian dari sistem daya tahan
3
tubuh. Limfosit terdiri dari tiga jenis yaitu sel B, sel T, dan sel natural killer.
(Kevin, 2018)
15) NLR ( Neutrofil Limfosit Rasio ) adalah salah satu parameter yang diperlukan
untuk prognosis infeksi, inflamasi dan beberapa jenis kanker. Netrofil sendiri
berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba atau fagositosis. Sel ini
mempunyai peranan penting terhadap diagnosis inflamasi dan infeksi. ( Yusnia,
2020 )
16) AGD ( Analisa gas darah ) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan
untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga
dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. ( Ahmad,
2019 )
17) pCO2 darah merupakan komponen respiratorik. Kadar normal pCO2 adalah 35 -
45 mmHg. Asidosis respiratorik terjadi bila kadar pCO2> 45 mmHg dan alkalosis
respiratorik akan terjadi bila kadar pCO2 < 35 mmHg. (Silvia, 2018)
18) HCO3 Kadar HCO3- Kadar HCO3- merupakan indikator untuk gangguan karena
proses metabolik. Kadar normal HCO3 adalah 22 - 28 mmol/l. (Silvia, 2018)
19) saturasi O2 adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam
arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran ,
oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk mengukur
persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah.(Hidayat,
2009)
20) GDS merupakan kadar gula darah yang diambil kapan saja alias tidak
memperhatikan waktu makan, jadi setiap saat di luar puasa dan dua jam setelah
makan. Kadar Normal Kadar Terbaik Gula darah sewaktu (GDS) < 200 mg/dL.
(Ahmad, 2019)
21) Rapid IgG Rapid test adalah sebuah metode skrining awal yang digunakan untuk
mendeteksi antibodi seseorang, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh
untuk melawan virus corona. Sedangkan IgG (Immunoglobulin G) adalah
antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah dan cairan tubuh lainnya.
Antibodi ini bertugas melindungi Anda dari infeksi dengan “mengingat” kuman,
bakteri, atau virus yang pernah Anda hadapi sebelumnya. ( Maretta, 2020 )

4
2. Kata Kunci
1) Keluhan sesak nafas.
2) Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu
3) Sakit kepala
4) Demam
5) Badan lemas
6) Bunyi ronchi +/+ basah kasar seluruh lapang paru
7) Wheezing +/+
8) Sputum +
9) Tekanan darah : 110/80 mmHg
10) Frekuensi nadi 98 kali/menit
11) Frekuensi napas 28 kali/menit
12) Suhu 38oC
13) Akral hangat
14) CRT <3detik
15) Cemas
16) Laboratorium Hb 12,2 gr/dl
17) Hematokrit 35,7%
18) Leukosit 11.000
19) Trombosit 223.000UL
20) Neutrofil 84,7%
21) Lymphosit 7,0%
22) (NLR = 12,1)
23) AGD :pH 7,47
24) pCO2 32 mmHg
25) HCO3 24 mmol/l
26) saturasi O2 96%
27) GDS 117mg/dl
28) Hasil Rontgen Pneumonia
29) Hasil Rapid IgG reaktif.

5
3. Mind Map
Sesak & Demam

Asma Pneumonia Covid 19


Asma adalah Infeksi yang Coronavirus atau virus corona
jenis penyakit jangka menimbulkan peradangan merupakan keluarga besar virus
panjang atau kronis pada kantung udara di salah yang menyebabkan infeksi saluran
pada saluran satu atau kedua paru-paru, pernapasan atas ringan hingga
pernapasan yang yang dapat berisi cairan. sedang, seperti penyakit flu.
ditandai dengan
Etiologi : Etiologi :
peradangan dan
penyempitan saluran Pneumonia bisa Infeksi coronavirus disebabkan
napas yang disebabkan oleh infeksi oleh virus corona itu sendiri.
menimbulkan sesak bakteri, virus, ataupun
atau sulit bernapas. Manifestasi Klinis :
jamur. Umumnya,
Etiologi : pneumonia terjadi saat - Batuk.
kuman yang masuk ke - Sakit tenggorokan.
Asma dapat dalam saluran pernapasan - Demam.
disebabkan oleh debu, mengalahkan sistem - Merasa tidak enak badan.
asap rokok, bulu kekebalan tubuh dan - Batuk dengan lendir.
binatang, udara dingin, akhirnya menyebabkan - Sesak napas.
aktivitas fisik, infeksi infeksi. - Nyeri dada atau sesak saat
virus atau bahkan bernapas dan batuk.
terpapar zat kimia. Manifestasi Klinis :

Manifestasi klinis : - Demam


- Batuk kering, batuk
- Sulit bernapas berdahak kental berwarna
(terkadang bisa kuning dan hijau, atau
membuat penderita batuk berdarah
megap-megap) - Sesak napas
- Batuk-batuk - Berkeringat
- Dada yang terasa sesak - Menggigil
- Mengi (suara yang - Nyeri dada ketika menarik
dihasilkan ketika udara napas atau batuk
mengalir melalui - Mual atau muntah

6
4. Pertanyaan – pertanyaan penting
1. Mengapa pasien mengalami sesak nafas ?
2. Mengapa pasien merasakan sakit kepala ?
3. Apa yang menyebabkan bunyi ronchi pada pasien ?
4. Mengapa pasien mengalami takipnea ?
5. Mengapa suhu tubuh pasien tinggi ?
6. Apa yang menyebabkan akral pasien teraba hangat ?
7. Apa yang menyebabkan hasil lab. Hb pasien rendah?
8. Apa yang menyebabkan hasil lab. Hematokrit rendah?
9. Apa yang menyebabkan hasil lab. Neutrofil tinggi ?
10. Apa yang menyebabkan hasil rontgen pasien pneumonia ?
11. Apa yang menyebabkan hasil rapid IgG pasien reaktif ?
5. Jawaban pertanyaan
1. Sesak napas terjadi ketika bagian-bagian tubuh tersebut harus bekerja ekstra untuk
bernapas lantaran kurangnya oksigen atau udara yang masuk. Seperti halnya rasa
sakit, sesak napas adalah sinyal yang memperingatkan tubuh akan kondisi medis
yang terjadi. Sesak napas atau kesulitan bernapas bisa menjadi tanda adanya
gangguan pada paru-paru atau masalah kesehatan lain.
2. Sakit kepala terjadi akibat aktifnya saraf nyeri di kepala. Kondisi ini dapat dipicu
oleh beberapa perilaku sehari-hari, seperti kurang tidur atau telat makan. Sakit
kepala juga dapat dipicu oleh sejumlah penyakit, antara lain sakit gigi, infeksi
telinga, migrain atau migrain pada anak, hipertensi, atau tumor otak.
3. Ronkhi merupakan suara napas tambahan yang bernada rendah yang terjadi akibat
adanya penyumbatan jalan napas biasanya akibat adanya lendir. Ronkhi dapat
terjadi pada inspirasi (saat mengambil napas) maupun ekspirasi.
4. Takipnea mungkin memiliki penyebab fisiologis atau patologis. Kedua kategori
ini akan mencakup daftar besar penyebab individu. Misalnya, penyebab fisiologis
takipnea termasuk olahraga . Di antara penyebab patofisiologis, takipnea dapat
menjadi gejala sepsis , kompensasi untuk ketoasidosis diabetik atau asidosis
metabolik lainnya, pneumonia , efusi pleura , keracunan karbon monoksida, 
emboli paru , asma , PPOK , spasme laring , reaksi alergi yang menyebabkan

7
edema saluran napas, aspirasi benda asing , tracheobronchomalacia , gagal
jantung kongestif , keadaan cemas , atau banyak masalah medis lainnya.
5. Kenaikan suhu tubuh ini disebabkan oleh berbagai hal seperti adanya infeksi
dibagian tubuh, kondisi yang menyebabkan inflamasi, efek samping dari
penggunaan obat, kanker, vaksin, penyakit autoimun, dan lain sebagainya.
6. Akral hangat terjadi bisa jadi karena peningkatan aliran darah, infeksi, atau
kondisi medis tertentu.
7. 1). Produksi Hb menurun
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan produksi Hb
dalam tubuh berkurang antara lain:
 Anemia defisiensi besi.
 Anemia aplastik.
 Kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah,
seperti vitamin B12 atau asam folat.
 Gagal ginjal kronis atau kerusakan hati berat.
 Kanker darah
 Hipotiroidisme
 Efek samping obat-obatan tertentu, seperti obat kemoterapi dan obat
antiretroviral (ARV) untuk infeksi HIV.
2). Kelainan pada hemoglobin
Beberapa kelainan dapat merusak hemoglobin lebih cepat dibandingkan
kemampuan tubuh dalam membuatnya. Kondisi kelainan tersebut dapat berupa:
 Porfiria.
 Splenomegali atau pembengkakan limpa.
 Vaskulitis atau radang pada pembuluh darah.
 Anemia hemolitik.
 Thalassemia.
 Anemia sel sabit.

3).Tubuh kehilangan darah

8
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan tubuh kehilangan darah, di
antaranya:

 Perdarahan akibat cedera atau operasi.


 Perdarahan di saluran cerna akibat tukak lambung, wasir, atau kanker
usus.
 Perdarahan di saluran kemih.
 Menorraghia atau menstruasi berat.
 Terlalu sering melakukan donor darah.
 Infeksi kronis, misalnya cacingan.
8. Penyebab dan Penanganan Hematokrit Rendah
Hematokrit rendah sering kali merupakan pertanda anemia. Kondisi ini bisa
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
 Kehilangan darah
Kehilangan darah secara berlebihan akibat kecelakaan, prosedur operasi,
perdarahan, atau menstruasi berat dapat membuat level hematokrit rendah.
Jika hematokrit rendah disebabkan oleh beberapa penyebab di atas, maka
dokter perlu mencari sumber perdarahan dan menghentikannya.
Kehilangan darah yang sudah berat hingga menyebabkan syok juga
biasanya perlu ditangani dengan pemberian transfusi darah.
 Kekurangan nutrisi
Anemia atau hematokrit rendah bisa disebabkan oleh kekurangan zat besi
(anemia defisiensi zat besi) atau kekurangan folat dan vitamin B12
(anemia defisiensi folat dan vitamin B12).
Untuk mengatasi kondisi ini, biasanya dokter akan merekomendasikan
Anda untuk mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung zat
besi, folat, dan vitamin B12.
 Gangguan atau kerusakan sumsum tulang
Kerusakan pada sumsum tulang akibat racun, radiasi, kemoterapi, infeksi,
atau efek samping obat-obatan tertentu dapat membuat level hematokrit
menjadi rendah. Begitu pula halnya dengan penyakit pada sumsum tulang,

9
seperti anemia aplastik, sindrom mielodisplasia, atau kanker, seperti
leukemia, limfoma, atau kanker dari organ tubuh lain yang menyebar ke
sumsum tulang (metastasis).
 Penyakit ginjal
Penyakit ginjal yang parah atau sudah berlangsung lama dapat
menyebabkan anemia dan menurunnya hematokrit. Hal ini disebabkan
oleh berkurangnya jumlah hormon pembentuk sel darah merah
(eritropoietin) yang dihasilkan di ginjal. Anemia atau hematokrit rendah
yang disebabkan oleh penyakit ginjal kronis biasanya dapat diobati dengan
pemberian obat epoetin alfa atau darbepoetin alfa melalui suntikan.
 Penurunan kadar hemoglobin
Hemoglobin atau Hb merupakan protein di dalam sel darah merah yang
bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika jumlah hemoglobin
tidak cukup, maka sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan baik dan
hancur. Hal ini dapat membuat kadar hematokrit menjadi lebih rendah.
9. Kadar neutrofil di dalam darah yang melebihi batas normal, disebut sebagai
neutrofilia. Jumlah neutrofil biasanya meningkat ketika jumlah leukosit tinggi.
Kondisi ini bisa terjadi karena adanya infeksi, gangguan jantung, penggunaan
obat golongan steroid, cedera, mengalami stres berat, kanker darah, kebiasaan
merokok, atau melakukan olahraga berat.
10. Pneumonia adalah kondisi di mana seseorang mengalami infeksi yang terjadi pada
kantung-kantung udara dalam paru-paru orang tersebut. Infeksi yang ditimbulkan
pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung
udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen).
Infeksi virus, bakteri, ataupun jamur adalah penyebab utama pneumonia.
Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia.
11. Rapid IgG reaktif Hasil karena antibodi ditubuh menurun, Spesifiknya antibodi
Immunoglobulin M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG).
6. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
Setelah mempuat laporan ini kami berharap bisa lebuih mengerti dan dapat
memahami mengenai diagnosa dari penyakit covid 19, Asma, Efusi pleura, PPKO, TB.

10
7. Informasi Tambahan
a. Jurnal kebijakan kesehatan indonesia. 2020. Mencari kelompok beresiko tinggi
terinfeksi virus corona dengan discourse network. Vol 09. No. 02
b. Angga wijaya. 2020. Pandemi COVID-19: Struktur Umur dan Risiko Kematian
8. Klarifikasi Informasi
Penyebaran Virus Corona merupakan ancaman kesehatan global paling serius
dalam beberapa dekade terakhir. Sejak pertama kali kasus penyakit Virus Corona ini
dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 8 Desember 2019, wabah virus yang
kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCOV2)
dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) terus menyebar
secara luas di berbagai negara. Sehingga pada Rabu, 11 Maret 2020, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 menjadi pandemi global mengingat
penyebaran Virus Corona yang cepat hingga ke wilayah yang jauh dari pusat wabah dan
sudah banyak negara di berbagai belahan dunia melaporkan adanya kasus positif
COVID-19 ini. Bahkan per tanggal 10 April 2020, WHO mencatat ada 212
negara/kawasan telah terkena dampak COVID-19 dengan total kasus positif COVID-19
berjumlah 1.439.516 orang dan 85.711 kematian.
Semua orang sebenarnya berpotensi terinfeksi Virus Corona namun beberapa
kelompok orang tertentu memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terpapar Virus
Corona hingga bisa membawa kepada kematian. Dengan metode Discourse Network
Analysis, studi ini telah berhasil menemukan kelompok-kelompok berisiko tinggi
terinfeksi Virus Corona yaitu antara lain kelompok lansia, penderita penyakit kronis,
perokok dan penghisap vape, kaum pria dan orang bergolongan darah A.
Dari temuan ini diharapkan ada panduan pencegahan dan pengendalian Virus
Corona yang dapat mengakomodasi kepentingan dan keunikan masing-masing kelompok
rentan tersebut. Sehingga temuan studi ini dapat dipakai sebagai catatan ilmiah oleh
pemerintah, tenaga medis dan masyarakat untuk mempertimbangkan perbedaan
kerentanan kelompok ini dalam upaya mitigasi dan perawatan pasien terinfeksi Virus
Corona ataupun wabah virus lainnya yang sekerabat dengan Virus Corona.
https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/download/55475/27989
di akses pada tanggal 23 oktober 2020

11
Berkenaan dengan pandemi COVID-19, komposisi penduduk, khususnya struktur
umur memegang peranan penting untuk mengetahui intensitas dampak COVID-19.
Terlebih untuk memahami kelompok masyarakat yang berisiko paling tinggi, dan
menjelaskan penyebaran COVID-19 (Dowd dkk, 2020).
Pada beberapa kasus, kontak fisik antarwarga yang berbeda umur memiliki
kecenderungan dalam eskalasi transmisi COVID-19 dimana para warga pada kelompok
usia tertentu rentan untuk tertular. Dengan kata lain, dengan mengetahui struktur umur
pada masyarakat, maka dapat membantu menjelaskan kelompok masyarakat yang rentan
tertular di kala pandemi.
Secara global, berkaitan dengan struktur umur, peningkatan dampak risiko
penularan COVID-19 berbanding lurus dengan peningkatan umur. Hasil studi Davies
dkk. (2020) menunjukkan bahwa persentase pasien pada usia 10 tahun kebawah/anak-
anak sebesar 20% berbanding terbalik dengan pasien usia dewasa (diatas usia 70 tahun)
yang mencapai angka 70%. Dampak COVID-19 menunjukkan bahwa tingkat penularan
pada kelompok usia dewasa/tua secara persentase lebih tinggi dibandingkan kelompok
usia muda/anak-anak. Terdapat kecenderungan bahwa semakin bertambahnya usia
seseorang berkorelasi positif dengan risiko tertular COVID-19.
Selain itu, kategori umur menjadi tolok ukur dalam melihat tingkat kematian
akibat COVID-19. Tingkat kematian (fatality rates) yang terkait dengan COVID-19
bervariasi secara substansial, baik lintas negara maupun di dalam negara seiring
berjalannya waktu, namun strukur umur pada suatu populasi mengindikasikan kualitas
kesehatan yang memburuk dimana tingkat kematian cenderung naik seiring dengan
bertambahnya pasien pada kelompok umur tertentu Pada banyak kasus, kelompok umur
lansia menempati proporsi terbesar pasien dan dengan tingkat kematian tertinggi. (Dudel
dkk., 2020).
https://kependudukan.lipi.go.id/id/berita/53-mencatatcovid19/1025-pandemi-covid-19-
struktur-umur-dan-risiko-kematian
di akses pada tanggal 23 oktober 2020
9. Analisa & Sintesa Informasi
Berdasarkan hasil diskusi kelompok yang merujuk pada kasus yang ada dimana
terdapat Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas.

12
Keluhan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit
kepala demam dan badan lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi ronchi +/+ basah
kasar seluruh lapang paru, wheezing +/+, sputum +. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi
98 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, Suhu 380C , akral hangat, CRT <3detik.
Pasien juga mengatakan cemas memikirkan nasib anak dan istrinya di rumah. Hasil
pemeriksaan Laboratorium Hb 12,2 gr/dl, Hematokrit 35,7%, Leukosit 11.000, trombosit
223.000UL, neutrofil 84,7%, Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1), AGD :pH 7,47, pCO2 32
mmHg, HCO3 24 mmol/l, saturasi O2 96%, GDS 117mg/dl. Hasil Rontgen Pneumonia,
Hasil Rapid IgG reaktif.
Berdasarkan informasi dan pemeriksaan yang didapatkan berdasarkan kasus
bahwa tanda dan gejala yang diraskan pasien menunjukkan pasien mengalami masalah
pada sistem respirasi, dimana dilihat dari tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien,
kemudian dari hasil pengkajian dan tanda-tanda vital.Berdasarkan hal tersebut dapat
timbul beberapa diagnosa banding untuk mengidentifikasi lebih lanjut sebelum
ditetapkan penyakit yang dialami oleh pasien. Diagnosa bandingnya adalah asma,
pneumonia, covid 19, Tb, efusi pleura, dan ppok.Ke tujuh diagnosa tersebut terdapat
beberapa manifestasi klinis yang sesuai dengan tanda dan gejala yang diraskan oleh
pasien serta berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, dari ketiga diagnosa tersebut
yang paling sesuai dengan tanda dan gejala serta pemeriksaan yang didapatkan yaitu
covid 19. Dimana dari tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien serta hasil pengkajian
yang ditandai dengan adanya keluhan sesak nafas Keluhan dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit kepala demam dan badan lemas.
Tanda-tanda vital dan hasil laboratorium mengalami gejala gejala gangguan sistem
Respirasi .Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditetapkan diagnosa utama dari diagnosa
pembanding bahwa pasien mengalami kelainan sistem Respirasi yang merujuk pada
Covid19 sebagai diagnosa utama.
10. Laporan Diskusi
(terlampir)

13
BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi
COVID-19 adalah jenis baru corona virus yang dapat menyebabkan penyakit
pernapasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti pneumonia dan
pada akhirnya menyebabkan kematian terutama pada kelompok rentan seperti orang tua,
anak-anak dan orang dengan kondisi tidak sehat.
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinonaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
B. Etiologi

Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama


spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang
positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein
yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM
dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein
nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)
selubung, dan protein aksesoris lainnya.
Faktor Risiko
Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui secara menyeluruh. Faktor
risiko utama dari penyakit COVID-19 adalah:
1. Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19
2. Kontak langsung terhadap pasien yang sudah dikonfirmasi COVID-19[10]
Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko mortalitas pada pasien
COVID-19, antara lain:

1. Usia >50 tahun

14
2. Pasien imunokompromais, seperti HIV
3. Hipertensi
4. Diabetes mellitus
5. Penyakit keganasan, seperti kanker paru
6. Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung
7. Penyakit paru obstruktif kronis
8. Disfungsi koagulasi dan organ
9. Wanita hamil
10. Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi
11. Neutrofilia
C. Manifestasi klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem
koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan
tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.

D. Patofisiologi
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel
manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi
gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada
inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan
perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan
reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada traktus
respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk.
Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia.

15
Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain (RBD).
Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel
inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel
inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk
kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan
menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan
tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion
kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi
melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal,
hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian
menyebabkan gejala pada pasien.
E. Klasifikasi
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul
berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu,
pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan.
Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis
atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.
Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak
berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas
cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia berat Pada pasien dewasa
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas

16
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar. Kriteria
definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP) menurut Diseases
Society of America/American Thoracic Society (Burhan dkk,2020).
Pada pasien anak-anak:
 Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi berikut:
- Sianosis central atau SpO2 <90%
- Distress napas berat (retraksi dada berat)
- Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum; letargi atau
penurunan kesadaran; atau kejang)
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui
kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia.
Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen
inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg (Burhan dkk,2020).
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks,
CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan:
opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru atau
nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau
kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk
mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko.
Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam
menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada
pasien ARDS (Burhan dkk,2020).
Dewasa:
 ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau
CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
 ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi
 ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi

17
 Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS (termasuk pasien
tanpa ventilasi)
Anak:
 Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah : PaO2/FiO2 ≤
300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
 ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5 ≤ OSI <
7.5
 ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation index
using SpO2 (OSI) < 12.3
 ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.3
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi
atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ
perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen
rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral
dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium
koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24
dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan oksigen
atau fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin meningkat),
kardivaskular (hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan
Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi kreatinin). Sepsis
didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment
(SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria
systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu
abnormal atau hitung leukosit (Burhan dkk,2020).
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat
sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan
serum laktat > 2 mmol/L (Burhan dkk,2020).

18
Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil
5 atau >2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti
dengan 2-3 kondisi berikut :
 Perubahan status mental
 Bradikardia atau takikardia - Pada balita: frekuensi nadi 160x/menit - Pada
anak-anak: frekuensi nadi 150x/menit
 Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan
bounding pulse
 Takipnea
 Kulit mottled atau petekia atau purpura
 Peningkatan laktat
 Oliguria
 Hipertemia atau hipotermia
F. Prognosis
Prognosis pasien COVID-19 umumnya tergantung pada usia dan penyakit penyerta.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks Pada pencitraan
dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps
paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple
plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan
kemudian berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di
kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung”
dan efusi pleura (jarang) (Burhan dkk,2020).
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
 Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)
 Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal)
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
19
 Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung
jenis limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
 Analisis gas darah
 Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
 Fungsi ginjal
 Gula darah sewaktu
 Elektrolit
 Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer meningkat
 Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
 Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan
bronkus, cairan pleura) dan darah, Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya
sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan
menunggu hasil kultur darah).
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan).
H. Penatalaksanaan
1) Isolasi pada semua kasus Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan
maupun sedang. Pasien bed-rest dan hindari perpindahan ruangan atau pasien.
2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4) Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan SARI, distress napas,
hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5l/menit dengan target SpO2
≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil. Tidak ada napas atau
obstruksi, distress respirasi berat, sianosis sentral, syok, koma dan kejang merupakan
tanda gawat pada anak. Kondisi tersebut harus diberikan terapi oksigen selama
resusitasi dengan target SpO2 ≥ 94%, jika tidak dalam kondisi gawat target SpO2 ≥
90%. Semua area pasien SARI ditatalaksana harus dilengkapi dengan oksimetri,
sistem oksigen yang berfungsi, disposable, alat pemberian oksigen seperti nasal
kanul, masker simple wajah, dan masker dengan reservoir. Perhatikan pencegahan

20
infeksi atau penularan droplet atau peralatan ketika mentataksana atau memberikan
alat pemberian oksigen kepada pasien.
5) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar oksigen
termasuk gagal napas hipoksemia berat. Pasien masih menunjukkan usaha napas
yang berat walaupun sudah diberikan oksigen dengan masker dengan reservoir
(kecepatan aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas hipoksemia pada ARDS
biasanya gagalnya ventilasi-perfusi intrapulmonar dan biasanya harus
mendapatkan ventilasi mekanik (Burhan dkk,2020).
6) Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien
dengan SARI harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian
cairan terlalu agresif dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi.
Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Pemberian antibiotik empiris.
8) Terapi simptomatik Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk
dan lainnya jika memang diperlukan.
9) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
10) Observasi ketat
Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda-tanda perburukan klinis,
kegagalan respirasi progresif yang cepat, dan sepsis sehingga penanganan
intervensi suportif dapat dilakukan dengan cepat.
11) Pahami komorbid pasien
Kondisi komorbid pasien harus dipahami dalam tatalaksana kondisi kritis dan
menentukan prognosis. Selama tatalaksana intensif, tentukan terapi kronik mana
yang perlu dilanjutkan dan mana yang harus dihentikan sementara. Jangan
lupakan keluarga pasien harus selalu diinformasikan, memberi dukungan,
informed consent serta informasi prognosis.
I. Komplikasi

21
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS. Komplikasi lain yang
telah dilaporkan adalah syok sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID),
rabdomiolisis, hingga pneumomediastinum.
J. Pencegahan
Saat ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID 19. Cara terbaik
untuk mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan
tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa
upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
 Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
 Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
 Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
 Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda
sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak
beraktifitas di luar.
 Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
 Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
 Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang
dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-
usaha pencegahan lainnya.

22
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Data demografi
1. Nama : Tn. x
2. Umur : 49 Thn
3. Agama : Tidak dikaji
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Status : Tidak dikaji
6. Pendidikan : Tidak dikaji
7. Pekerjaan : Tidak dikaji
8. Suku bangsa : Tidak dikaji
9. Alamat : Tidak dikaji
10. Tanggal masuk : Tidak dikaji
11. Tanggal pengkajian : Tidak dikaji
12. No. register : Tidak dikaji
13. Diagnosa medis : Covid19
b. Keluhan Utama : keluhan sesak nafas. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu
yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit kepala demam dan badan
lemas.
c. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) Tanda-tanda Vital
a) TD : 110/80 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
b) N : 98 X/ mnt (normal: 60-100 x/menit)
c) RR : 28x/ m (normal: 16-24 x/menit)
d) Suhu : 38oC
3) Keadaan fisik
a) Kepala : Tidak dikaji
b) Mata : Tidak dikaji

23
c) Leher : Tidak dikaji
d) Dada
 Paru : Tidak dikaji
 Jantung : Tidak dikaji
e) Payudara dan ketiak : Tidak dikaji
f) Abdomen : Tidak dikaji
g) Genetalia : Tidak dikaji
h) Integumen : Kulit menghitam
i) Ekstermitas : Bengkak pada ekstremitas bawah
j) Neurologis
 Status mental dan emosi : Tidak dikaji
 Pengkajian saraf kranial : Tidak dikaji
 Pemeriksaan reflex : Tidak dikaji
d. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan :
- Hematokrit : 35,7% (normal : 41.5%-50.4%)
- Hemoglobin : 12,2 mg/dL (normal : 12.1-15.8 g/dL)
- Trombosit : 223.000 UL (normal : 150000-450000 trombosit/mcl)
- Leukosit : 11.000 cell/mcl (normal : 4500-11000 cell/mcl)
- Neutrofil : 84,7 %
- Lymphosit : 7,0 %
- NLR : 12,1
- AGD : pH 7,47
- pCo2 : 32 mmHg
- HCO3 : 24 mmol 1/1
- Saturasi O2 : 96 %
- GDS : 117 mg/dl
2) Pemeriksaan Radiologi
- Rogent : pneumonia
- Rapid : IgG reaktif

24
B. Analisis Data

No Problem Etiologi Symptom

DS : Covid 19 Gangguan
pertukaran gas
- Pasien mengeluhkan sesak nafas, Interferon memicu aliran protein
keluhan dirasakan sejak 1 minggu ke sumber infeksi
yang lalu
Protein tidak tepat sasaran
DO :
- Ronchi +/+ basah kasar seluruh Sistem imun tidak dapat
lapang paru menghentikan virus bereprikasi
- Wheezing +/+
Virus meriang melawan sistem
-AGD :
imun
pH 7,47
pCO2 32 mmHg Jaringan paru-paru rusak dan
bengkak

Pertukaran oksigen dan


karbondioksida terganggu

Gangguan pertukaran gas

DS : Covid 19

- pasien juga mengatakan Sel pneumosit 2 rusak Hipertermia


merasakan sakit kepala demam
Reaksi inflamasi
dan badan lemas
DO : Makrofag
- TTV :
Sitokin

RR : 28 kali/menit CNS
S : 38oC
Hipotalamus

25
Prostaglandin (PGE-2)

Termoregulasi

Suhu tubuh

Demam

Hipertermia

DS : Covid 19

- pasien mengatakan badannya Interferon memicu aliran protein Intoleransi


lemas ke sumber infeksi Aktivitas
DO :
Protein tidak tepat sasaran
-
Sistem imun tidak dapat
menghentikan virus bereprikasi

Virus meriang melawan sistem


imun

Jaringan paru-paru rusak dan


bengkak

Pertukaran oksigen dan


karbondioksida terganggu

Suplai O2 ke jaringan tidak


adekuat

Lemas

Intoleransi aktivitas

DS : Covid 19

- pasien juga mengatakan Interferon memicu aliran protein Nyeri Akut


merasakan sakit kepala

26
- Pasien juga mengatakan cemas ke sumber infeksi
memikirkan nasib anak dan
Protein tidak tepat sasaran
istrinya di rumah
DO : Sistem imun tidak dapat
- TTV : menghentikan virus bereprikasi
RR : 28 kali/menit
Virus meriang melawan sistem
- Hasil pemeriksaan Laboratorium
imun
Neutrofil 84,7%
Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1), Jaringan paru-paru rusak dan
bengkak

Pertukaran oksigen dan


karbondioksida terganggu

Suplai O2 di otak tidak adekuat

Metabolism anaerob

Penimbunan asam laktat

Sakit kepala

Nyeri akut

27
C. Pathway

Covid 19

Interferon memicu Sel pneumosit 2 rusak


aliran protein ke
sumber infeksi
Reaksi Inflamasi
Protein tidak Suplai O2 di
Metabolisme
tepat sasaran otak tidak ade
anaerob Makrofag
kuat

Sistem imun tidak


dapat menghentikan Penimbunan Sitokin
virus bereprikasi asam laktat

CNS
Virus meriang Sakit kepala
melawan
sistem imun Hipotalamus
Dx Nyeri Akut

Jaringan paru- Suplai O2 ke


Prostaglandin (PGE-2)
paru rusak jaringan tidak Lemas
dan bengkak ade kuat

Termoregulasi
Pertukaran oksigen dan Dx Gangguan
karbondioksida terganggu pertukaran gas Dx
Intoleransi
aktivitas Suhu tubuh

Demam

Dx Hipertermia

28
D. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas ( D.0003 )
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
2. Hipertermia ( D. 0130 )
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
3. Intoleransi aktivitas ( D. 0056 )
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan istirahat
4. Nyeri akut ( D. 0077 )
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
E. Intervensi
No Diagnosa (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasio
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Observasi :
(D.0003) keperawatan selama 3 x 24 - Untuk meng
respirasi
jam Kelebihan atau frekuensi, ir
Definisi : kekuangan oksigenasi Observasi kedalaman,
Kelebihan atau kekuangan dan/atau eliminasi nafas.
- Monitor frekuensi,
oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada - Untuk meng
karbondioksida pada membran membran alveolus-kapiler irama, Kedalaman
alveolus-kapiler. normal. pola nafas
dan upaya napas
(sepertibrad
Gejala dan tanda mayor : Dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas
Subjektif - Tingkat kesadaran takipnea,
• Dispnea meningkat Dispnea (seperti bradipnea,
hiperventila
menurun takipnea,
Objektif - Bunyi napas tambahan Kussmaul, C
• PCO2meningkat/menurun menurun hiperventilasi,
Stokes,Biot,
• PO2 menurun - Pusing menurun Kussmaul, Cheyne-
• Ph arteri meningkat/menurun - Gelisah menurun - Untuk meng
• Bunyi nafas tambahan. - Napas cuping hidung Stokes,Biot, ataksik)
adanya sumb
menurun - Monitor adanya
Gejala dan tanda minor : - PCO2 membaik nafas.
Subjektif - PO2 membaik sumbatan jalan napas
- Untuk Mend

29
- - pH arteri membaik - Auskultasi bunyi bunyi nafas
- Pola napas membaik pada pasien.
napas
Objektif - Untuk meng
 Gelisah - Monitor saturasi saturasi oksi
 Napas cuping hidung - Untuk meng
oksigen
 Pola napas abnormal niali AGD
(cepat/lambat, - Monitor nilai AGD
regular/iregular, Terapeutik
Terapeutik
dalam/dangkal) -
- Atur interval
Edukasi
pemantauan respirasi
- Memberikan
sesuai kondisi pasien tujuan dan p
pemantauan.
Edukasi
- Untuk
- Jelaskan tujuan dan menginform
hasil pemant
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
2. Hipertermia(D.0130) Setelah dilakukan tindakan Manajamen Observasi:
Hipertermi - untuk meng
Definisi : keperawatan selama 3 x 24
penyebab hi
Suhu tubuh meningkat diatas jam suhu tubuh menjadi Observasi (mis. dehidr
- Identifikasi penyebab terpapar ling
rentang normal tubuh. normal.
hipertermia (mis. panas, pengg
Gejala tanda mayor : Dengan kriteria hasil : dehidrasi, terpapar inkubator)
lingkungan panas, - Untuk meng
Subjektif :- -Menggigil menurun
penggunaan perkembang
Objektif -Kejangmenurun inkubator) tubuh pasien
- Monitor suhu tubuh - Untuk meng
Suhu tubuh diatas nilai normal -Akrosianosismenurun
- Monitor kadar kadar elektro
Gejala tanda minor : -Konsumsí oksigenmenurun elektrolit - Untuk meng
- Monitor keluaran volume urin
Subjektif -Piloereksimenurun urine keluarkan
- - Monitor komplikasi - Untuk meng
-Vasokonstriksi
akibat hipertermia komplikasi y
Objektif
perifermenurun timbulkan o
 Takipnea Terapeutik hipertermia.
-Pucat menurun
- Longgarkan atau
 Kulit terasa hangat lepaskan pakaian Terapeutik
-Takikardimenurun
- Basahi dan kipasi - untuk menu
-Takipneamenurun permukaan tubuh suhu tubuh.
-Bradikardimenurun - Berikan cairan oral - Untuk meng

30
-Dasar kuku - Ganti linen setiap keringat ber
hari atau lebih sering hiperhidrolis
-Sianolikmenurun jika mengalami - Untuk menu
-Hipoksiamenurun hiperhidrosis suhu tubuh u
(keringat berlebih). mencegah
- Lakukan pendinginan hiperhidrolis
-Suhu tubuh membaik eksternal (mis. - Untuk meng
selimut hipotermia efek sampin
-Suhu kuiitmembaik atau kompres dingin obat.
pada dahi, leher,
-Pengisiaan kapilermembaik
dada, abdomen, Edukasi
-Ventilasimembaik aksila) - Menjelaskan
- Hindari pemberian yang nyama
Tekanan darahmembaik antipiretik atau hipertemia
aspirin

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring.

Kolaborasi
- pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi Observasi:
(D.0056) keperawatan selama 3 x 24 - Untuk meng
jam respon fisiologis Observasi gangguan fu
Definisi : terhadap aktivitas yang - Identifikasi gangguan tubuh yang
Ketidakcukupan energi untuk membutuhkan tenaga fungsi tubuh yang menyebabka
melakukan aktivitas sehari- normal. mengakibatkan kelelahan.
hari. kelelahan - Untuk Meng
Dengan kriteria hasil : - Monitor kelelahan kelelahan fis
Gejala dan Tanda mayor : - Kemudahan dalam fisik dan emosional emosional.
Subjektif melakukan - Monitor pola dan jam - Untuk meng
- aktivitas sehari-hari tidur pola dan jam
Objektif meningkat - Monitor lokasi dan - Untuk meng
- - Perasaan lemah menurun ketidaknyamanan lokasi dan
- Dipsniea saat aktivitas selama melakukan ketidaknyam
Gejala dan Tanda minor : menurun aktivitas selama mela
Subjektif - Dipsniea setelah aktivitas aktivitas
 Dispnea saat/setelah menurun Terapeutik
aktivitas. - Lakukan latihan Terapeutik
 Merasa tidak nyaman setelah rentang gerak pasif - Untuk
beraktivitas dan/atau aktif mempertaha
 Merasa lemah - Berikan aktivitas memperkuat
distraksi yang otot

31
Objektif menenangkan - Untuk penga
- menjauhkan
Edukasi klien terhad
- Anjurkan tirah baring yang di hada
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara Edukasi
bertahap - Untuk mem
- Anjurkan fungsi semu
menghubungi klien
perawat jika tanda - agar perawa
dan gejala kelelahan berkolabora
tidak berkurang dokter untuk
- Ajarkan strategi tersebut
koping untuk - untuk menin
mengurangi kemampuan
kelelahan klien untuk
mengurangi
Kolaborasi nyeri.
- Kolaborasi dengan - Untuk meni
ahli gizi tentang cara asupan mak
meningkatkan asupan bergizi untu
makanan.
4. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri Observasi
keperawatan selama 3 x 24 - Untuk meng
Definisi : jam nyeri yang dirasakan Observasi lokasi, karak
Pengalaman sensorik atau berkurang. - Identifikasi lokasi, durasi, freku
emosional yang berkaitan karakteristik, durasi, kualitas, inte
dengan kerusakan jaringan Dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, nveri
aktual atau fungsional, dengan - Kemampuan menuntaskan intensitas nveri - Untuk meng
onset mendadak atau lambat aktivitas meningkat - Identifikasi skala skala nyeri
dan beritensitas ringan hingga - Keluhan nyeri menurun nyeri - Untuk meng
berat yang berlangsung kurang - Gelisah menurun - Identifikasi respons respons nye
dari 3 bulan. - Kesulitan tidur menurun nyeri non verbal verbal
- Pola napas membaik - Identifikasi faktor - Untuk meng
Gejala dan Tanda Mayor : - Pola tidur membaik yang memperberat faktor yang
Subjektif dan memperingan memperbera
 Mengeluh nyeri nyeri memperinga
- Identifikasi - Agar klienm
Objektif pengetahuan dan pengetahuan
 Gelisah keyaninan tentang keyaninan te
Gejala dan Tanda Minor : nyeri nyeri
Subjektif - Identifikasi pengaruh - Untuk meng
- nyeri pada kualitas pengaruh ny
Objektif hidup kualitas hidu
 Pola napas berubah - Monitor keberhasilan - Mengontrol
 Proses fikir terganggu terapi komplementer keberhasilan

32
yang sudah diberikan komplement
- Monitor efek sudah diberi
samping penggunaan - Mengontrol
analgetik samping pen
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik Terapeutik
nonfarmakologis - Untuk meng
untuk mengurangi banyak asup
rasa nyeri (mis. analgetik pe
TENS, hipnosis, yang dapat
akupresur, terapi memberikan
musik, biofeedback, samping
terapi pijat, - Untuk mem
aromaterapi, teknik lingkungan
imajinasi terbimbing, nyaman untu
kompres mengurangi
hangat/dingin, terapi - Agar istraha
bermain) lebih nyama
- Kontrol lingkungan
yang memperberat Edukasi
rasa nyeri (mis. suhu - Memberikan
ruangan, informasi te
pencahayaan, penyebab, p
kebisingan) dan pemicu
- Fasilitasi istirahat - Agar klien d
dan tidur melakukan s
untuk mered
Edukasi nyeri
- Jelaskan penyebab, - Agar klien d
periode, dan pemicu memonitor n
nyeri secara mand
- Jelaskan strategi
- Memberikan
meredakan nyeri
informasi un
- Anjurkan memonitor
menggunaka
nyeri secara mandiri
analgetik se
- Anjurkan
- Menjelaskan
menggunakan
nonfarmako
analgetik secara tepat
untuk meng
- Ajarkan teknik
rasa nyeri
nonfarmakologis
untuk mengurangi
Kolaborasi
rasa nyeri
- Berkolabora
Kolaborasi tenaga keseh
- Kolaborasi untul pembe
analgetik ya

33
pemberian analgetik, serta dosis y
jika perlu untuk meng
efek sampin

F. Implementasi & Evaluasi


KODE DX IMPLEMENTASI EVALUASI

(D.0003) Observasi S : klien mengatakan keluhannya


telah teratasi
- Memonitor frekuensi, irama,
O : tanda yang dialami klien
Kedalaman dan upaya napas telah normal
A : masalah telah teratasi
- Momonitor pola napas (seperti P : intervensi dihentikan
bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes,Biot,
ataksik)
- Memonitor adanya sumbatan jalan
napas
- Mengauskultasi bunyi napas
- Memonitor saturasi oksigen
- Memonitor nilai AGD
- Memonitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Mengatur inteval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Menginformasikan hasil pemantauan,
jika perlu
(D.0130) Observasi S : klien mengatakan keluhannya
- Mengidentifikasi penyebab hipertermia telah teratasi
(mis. dehidrasi, terpapar lingkungan O : tanda yang dialami klien
panas, penggunaan inkubator) telah normal
- Memonitor suhu tubuh A : masalah telah teratasi
- Memonitor kadar elektrolit P : intervensi dihentikan

34
- Memonitor keluaran urine
- Memonitor komplikasi akibat
hipertermia

Terapeutik
- Menyediakan li ngkungan yang dingin
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
- Memberikan cairan oral
- Mengganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih).
- Melakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
- Menghindari pemberian antipiretik atau
aspirin
Edukasi
- Menganjurkan tirah baring Kolaborasi

Kolaborasi
-Memberikan cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
(D.0056) Observasi S : klien mengatakan keluhannya
- Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh telah teratasi
yang mengakibatkan kelelahan O : tanda yang dialami klien
- Memonitor kelelahan fisik dan telah normal
emosional A : masalah telah teratasi
- Memonitor pola dan jam tidur P : intervensi dihentikan
- Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas

Terapeutik
- Melakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Menganjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan tidak

35
berkurang
- Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
(D.0077) Observasi S : klien mengatakan keluhannya
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, telah teratasi
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas O : tanda yang dialami klien
nveri telah normal
- Mengidentifikasi skala nyeri A : masalah telah teratasi
- Mengidentifikasi respons nyeri non P : intervensi dihentikan
verbal
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
- Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
- Memonitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Memontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi
- Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Mengnjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

36
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Burhan,Erlina.2020.Pneumonia Covid 19.Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

37
Adityo susilo, dkk. PeningkatanCoronvirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini.

Jurnal kebijakan kesehatan indonesia. 2020. Mencari kelompok beresiko tinggi terinfeksi virus
corona dengan discourse network. Vol 09. No. 02

Angga wijaya. 2020. Pandemi COVID-19: Struktur Umur dan Risiko Kematian

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-disease-2019-covid-19

https://gustinerz.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-covid-19/

38

Anda mungkin juga menyukai