Anda di halaman 1dari 2

Tujuh sakramen dalam Katolik merupakan tanda akan sesuatu yang terjadi sekarang,

sesuatu yang terjadi di masa lampau, dan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang.
(Lihat St. Thomas Aquinas, Summa Theologica III, q. 60, art 3, dikutip dalam KGK 1130.)
Jadi semua sakramen tidak hanya membawa rahmat pengudusan (masa sekarang), namun
juga menghadirkan misteri paska Kristus yang menjadi sumber kekudusan (di masa lampau),
dan menjadi gambaran akan kebahagiaan surgawi sebagai akhir dari pengudusan kita (masa
yang akan datang). 

1.Sakramen Baptis
Peraturan sakramen baptis di daerah saya diberikan syarat diantaranya foto copy kartu
keluarga,toto copy surat perkawinan gereja katolik,orang tua dan saksi baptisan menghadiri
pertemuan pada jadwal yang ditentukan,saksi permandian 2 orang. Apabila ada pasangan
suami istri memiliki anak diluar hubungan pernikahan, maka pasangan suami istri itu harus di
nikahkan terlebih dahulu baru anaknya bisa dibaptis. Apabila anak itu berasal dari orang tua
tunggal (hidup bersama bapa sendiri/mama sendiri) maka anaknya bisa dibaptis dengan
perjanjian bahwa kedua orangtuanya tidak bisa lagi dinikahkan krena status anak didalam
surat baptis sebagai anak Illegal tidak bisa diubah lagi.
2.Sakramen Komunio Pertama
Sakramen komunio pertama didaerah saya ialah anak harus 4 SD dan anak memiliki
surat baptis. Dalam prakteknya DIWAJIBKAN kedua orang tua harus mengikuti pertemuan
yang diadakan oleh seksi katekese, setiap perayaan ekaristi hari minggu calon komuni
pertama bersama orangtua harus duduk dibangku yang sudah diatur sampai dengan puncak
perayaan komuni pertama,selesai perayaan ekaristi wajib mengikuti pembinaan bersama
Pastor. Hal ini bermaksud agar orangtua dan anak lebih rajin ke gereja dan diabsensi, karena
banyak orangtua yang biasanya muncul disaat perayaan komunio dan tidak mengikuti
pembinaan.
3.Sakramen Krisma
Syarat krisma umur minimal anak sekolah tingkat SMP, mempunyai surat baptis dan
pengisian formulir. Dalam prakteknya anak-anak harus mengikuti pembinaan selama 3 hari.
Kalau tidak datang klebih dari 2 hari maka anak tersebut ditunda untuk krisma sampai tahun
berikutnya. Walaupun sebenarnya keras, tetapi ini salah satu cara mendisiplinkan anak.
4.Sakramen Pernikahan
Di tempat saya tinggal syarat utamanya adalah surat permandian terbaru, status liber,
surat keluasan dari orang tua dan mengikuti kursus.
Pada prakteknya kedua calon mengikuti kursus,melakukan penyelidikan
kanonik,membayar biaya kepada pengurus gereja. Hal ini masih wajar, dan belum ditemukan
sesuatu yang tidak sinkron.
5.Sakramen Tobat
Melalui sakramen tobat, orang memperoleh pengampunan dari Allah dan sekaligus
didamaikan dengan Gereja (LG 11). Didaerah saya masih terlalu banyak umat yang tidak
mengikuti sakramen tobat. Paling-paling mengikuti sakramen saat ada keperluan, seperti
ingin komunio,pernikahan dan sebagainya.
6. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Di daerah saya Flores, masyarakat beranggapan bahwa penerimaan sakramen orang
sakit itu tanda bahwa orang itu tidak bisa tertolong lagi,sudah sekarat dan siap meninggal.
Padahal itu anggapan yang menurut saya salah besar ! Mengapa ? karena tujuan dari skramen
orang sakit itu sendiri adalah memberikan penguatan iman atas penyakit yang dideritanya.
"Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah
mencapai penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia
lanjut" (kanon 1004; KGK 1514)
7. Sakramen Ekaristi
1 Korintus 11:27 “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau
minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.”Ayat ini memberitahu
kita mengenai syarat untuk dapat ikut ambil bagian dalam perjamuan kudus. Bahwa kita
harus dalam keadaan layak untuk dapat menikmati perjamuan Tuhan. Dimaksud layak di sini
adalah mereka yang berada dalam kondisi rahmat atau tidak melakukan dosa berat
sebelumnya. Apabila tidak dalam keadaan rahmat, umat harus melakukan sakramen
pengakuan dosa terlebih dahulu. Dan kalau ia memaksakan untuk tetap mengikuti ekaristi
atau perjamuan kudus dalam keadaan tidak layak, itu artinya ia menghinakan Tuhan.
Dalam prakteknya banyak orang menyepelekan hal ini. Banyak yang melakukan dosa
tetapi tidak pernah pernah mengoreksi diri lalu menyantap hosti. 1 Korintus 11:28 “Karena
itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan
minum dari cawan itu.”
Ekaristi juga bukan sebagai kewajiban atau formalitas belaka (setiap minggu ikut
misa), melainkan sebagai kebutuhan di dalam hidup. Tetapi banyak yang mengikuti ekaristi
hanya untuk memamerkan bahwa mereka Katolik. Ada juga yang datang hanya untuk
menjadi tempat berduaan bersama pasangan/berpacara tanpa menghayati perayaan ekaristi.

Anda mungkin juga menyukai