JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Joseph S. Roucek dalam Abullah Idi, mengatakan bahwa “Suatu kelompok
meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interasi yang dapat
dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.” Sedangkan menururt Mayor
Polak dalam Abdullah Idi, mengatakan bahwa “Kelompok sosial adalah suatu group, yaitu
sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai
sebuah struktur.”[2] Hal tersebut juga dikatakan oleh Sajogyo dan Pujiwati Sajogyo bahwa
“Kelompok terbentuk karena adanya relasi sosial yang bersifat langsung antara anggota-
anggotanya dalam soal-soal yang pokok atau penting.”[3]
Menurut Rogers dalam Abdul Rahmat, mengemukakan bahwa kelompok adalah
“Composed of People, in interaction or communication and, together physically, with common
interest or goals.”[4] Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kelompok adalah sekumpulan
dari beberapa orang yang berinteraksi atau berkomunikasi dan hidup bersama dengan
kepentingan atau tujuan yang sama.
Berdasarkan definisi kemompok di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah
sebagai suatu kumpulan dari dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan terstruktur dan
saling berinteraksi satu sama lain, sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa solidaritas antar
sesama anggota.
Menurut Charles Harton Colley dalam Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati
membagi kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok primer (Primary Group) dan kelompok
sekunder (Secondary Group).
“Kelompok primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana,
di mana anggotanya saling mengenal serta ada kerja sama yang erat. Contohnya keluarga,
kelompok sepermainan, dan lain-lain. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi
dan juga tidak langgeng. Contohnya hubungan kontrak jual beli.”[5]
Jadi, hubungan dan interaksi di dalam sebuah keluarga dan hubungan antar teman dekat
merupakan bagian dari kelompok primer, di mana mereka saling mengenal dengan baik sosok
pribadi tersebut sehingga terjalin kedekatan antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan,
hubungan yang terjadi antara seorang pembeli dan penjual merupakan bagian dari kelompok
sekunder, di mana hubungan mereka hanya sebatas interaksi saling membutuhkan dalam
hubungan jual beli.
Jadi, sebuah prasangka yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu kelompok seharusnya
diminimalkan, karena prasangka itu mengakibatkan terjadinya hubungan yang tidak harmonis
antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Selain itu, prasangka juga menimbulkan
masalah-masalah sosial dan kesenjangan sosial dalam suatu masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kelompok adalah sebagai suatu kumpulan dari dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan terstruktur dan saling berinteraksi satu sama lain, sehingga mengakibatkan tumbuhnya
rasa solidaritas antar sesama anggota.
2. Menurut Homans dalam Abdul Rahmat mengemukakan bahwa ada tiga konsep tentang
kelompok sosial, yaitu kegiatan, interaksi dan perasaan. Ketiga konsep tersebut dapat
meningkatkan rasa solidaritas antar anggota kelompok.
3. Masalah yang terjadi dalam hubungan antar kelompok dapat diselesaikan melalui pendidikan.
Di mana, dalam pendidikan diajarkan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia dan
bagaiamana menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka kemampuan dalam menyelesaikan masalah semakin mudah diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan,Gorontalo: Ideas Publishing, 2012, hlm. 45.
[2] Abullah Idi, Sosiologi Pendidikan : Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 117.
[3] Sajogyo dan Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan,Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 1996, hlm 105.
[4] Abdul Rahmat, Op.Cit., hlm.45
[5] Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013, hlm. 116.
[6] Abdul Rahmat, Op. cit., hlm. 45.
[7] S. Nasution, Sosilogi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm. 48.
[8] Ibid., hlm. 49.
[9] Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Op.cit., hlm. 107.
[10] Abdullah Idi, Op cit., hlm. 126-127.
[11] Ibid., hlm. 127.
[12] Abdullah Idi, Loc cit.
[13] Ibid., hlm. 128.