Luka Bakar
Luka Bakar
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH :
PRODI S1 KEPERAWATAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta Rahmat dan
Karunia -Nya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ” Askep Luka
Bakar “dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca untuk makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar – besarnya.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan tugas komunikasi
Program Studi Sarjana Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Lamongan. Dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh
karena itu ,penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.4 Pathway..........................................................................................................................................7
2.5 Manifestasi
Klinik............................................................................................................................8
2.6 Komplikasi......................................................................................................................................9
3.1 Pengkajian...............................................................................................................................13
3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................................14
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................16
4.2 Saran......................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di amerika serikat setiap tahunnya.
Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat
di rumah saki. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat lua bakar. Lebih dari separuh
kasus-kasus luka bakar yang di rawat di rumah sakit seharusnya dapat di cegah. Perawat dapat
memainkan peran yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengerjakan
konsep-konsep pencegahan dan mempromoskan ndang-undang tentang pangamanan kebakaran.
Luka bakar dapat dialami siapa saja, an apat terjadi dimana sja baik dirumah, ditempat kerja
bahkan dijalan atau di tempat-tempat lain.penyebab lukabakarpun bermacam-macam bias berupa
api, cairan panas, uap panas, bahan kimia, aliran listrik danlain-lain
Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan ondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat
mmempengaruhi berbagai system tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan dengan peyebab luka
bakar, luas luka bkar dan bagian tubuh yang terkena.
PEMBAHASAN
2. 2 Etiologi
Berbagai factor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar juga
dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas(misal suhu bnda yang
membara, jenis pakaian yang terbakar, sumberpanas : api, air panas dan minyak panas), lisytik,
zat kimia, radiasi, kondisi raungan data terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup. Luka bakar
dikategorikan, menurut mekanisme injurinya meliputi :
1. Luka bakar suhu tinggi (Themal Burn)
Luka bakar termal (panas) disebabkan karn terpapar kontak dengan api, cairan panas atau
objek-objek panas lainnya. (gas, cairan, bahan padat/solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar disebabkan oleh kontak kulit dengan asana tau basa kuat. Konsentrasi zat
kimia, lamanya kontak den banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri
karena zat kimia ini.
3. Luka bakar sengatan listrik
Luka bakar sengatan listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari enrgi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringanya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak,
tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injur ini
serngkali berhubunga dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau dari sumber
radiasi untuk keperluas terapiutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiaso
(Brunner&suddart, 2002)corwin, 2009) (Hundak, 2008)
2.3 Patofisiologi
1. Respon sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka baar yang berat selama awal periode
syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hupofungsi organ yang terjadisekunder
akibat penurunan curah jantung dan diikuti oleh fase hiperdinamik serra hipermetabolik. Pasien
yang luka bakar tidak mencapai 20% dari luas total permukan tubuh akan memperlihatkan repon
yang trutama bersifat local. Nsideni, intensitas dari durasi perubahan petofisiologik pada luka
bakar sebanding dengan luasnya luka bakar dengan respon maksimal terlihat pada luka bakar
yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuhnya. Kejadian sistemik awal sesudah
luka bakar yang berat adalah ketidak setabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kpiler
dan kemudian terjadinya perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intervaskuer ke
dalam ruang interstisial.
2. Respon kardiovaskulat
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada vlume darah terlihat
jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah
jantung akan terus turun dan terjadi penurunan teknan darah. Keadaan ini merupakan awitan
syok luka bakar. Sebagai respon system saraf simpatik akan melepaskan ketokolamin ang
meingkatkan resistensi parifer dn frekuensi denyut nadi.
Resusitasi cairan ang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanna darah
kisaran normal yang rendah sehingga surah jantung membaik. Meskipun sudah dilakukan
resusitasi cairan yang adekuat, tekanna pengisian jantung tekanan vena sentral, tknan artri
pulonalis dan tekanan biji arteri pulmonalis tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika
resitasi cairan tidak adekuat, akan terjadi syok distributive.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar dalam 24jam higga 36 jam pertama sesuai
luka bakar mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam. Dengan terjadinya pemulihan
integritas kapiler syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali kedalam
kompertemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Jika fungsi renal akan kediak masih
memadai haluaran darah akan meningat.
Sebagimana disebutkan sebelumnya, pada luka bakar yang kurang 30% luas total permukaan
tubuh, maka ganguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu
sendiri sehingga pembentukan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien
dengan luka nakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yng massif.
3. Respon pulmoner
Sepertiga dari pasien – pasien luka bakar akan mengenai pulmonner yang berhubungan
dengan luka bakar. Meskipun tidak cedera pulmoner, hipoksia dapat dijumpai. Pada luka bakar
yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat 2 kali lipat sebagai
akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon local (white, 1993). Untuk memastikan
tersedianya oksigen bagian jaringan, mungkin di perlukan suplemen oksigen.
Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi bebrapa katergori: cedera saluran napas, cedera
saluran napas bawah glottis yang mencakup keracunan karbon menoksida dan defek restriksi.
Dalam melakukan pengujian yang harus menjadi pertimbangan secara khusus adalah
lokasi luka bakar : muka, tanggan, kaki, dan genetalia karena kemungkinan hilangnya
fungsi.
- Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini seseorang penderita
akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life theretening. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brethimg (mekanisme
bernafas), dan circualition (sirkulasi), gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernapasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam paska trauma. Cidera inhalasi adalah
penyabab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolip akibat cedera termal yang berdampak
sistemik problema sirkulasi yang berawal dengan kondidi syok (terjadinya ketidak
seimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang
bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keaadan hiperdinamik yang masih ditingkahi
dengan problema instabilitas sirkulasi.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan :
a. proses infamasi dan infeksi
b.problem penutupan lukan dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada stuktur atau organ-organ fungsional.
c.keadaan hipermetabolisme.
- Fase lanjut
Akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas
dan konteaktur(Carwin,2009)
2.5 Komplikasi
1. infeksi
Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis.
Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikostroid jangan
dierikan larna bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), Keculi pada keadaan tertetu.
Misalnya pada edema larings berat demi kepetingan penyelamatan jiwa penderita.
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5-10 terjadi ulkus pada
duodenum, atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Anatasida harus diberikan
secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita
luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
Paling dini muncul dibandiankan komplikasi lainya, muncul pada hari pertama. Terjadi
karena inhalasi, aspirasi, adema paru dan infeksi. Penanganan dengan jelas membersihkan
jalan nafas, memberikn oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid tinggi dan anti
biotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konfulsi. Hal ini disebabkan oleh
ketidak seimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisirin, aminofili,
difenhidramin) dan 33%oleh sebeb yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan fungsi pergeraan.
2.6 Prognosis
1.) Masa inkubasi yangpendek ( kurang dari 7 hari).
2.) Neonatus dan usia tua (lebih dari 55 tahun).
3.) Frekuensi kejang yang tinggi.
4.) Kenaikan suhu badan yang tingi.
5.) Pengobatan yang terambat.
6.) Periode trismus dan kejang yang sering.
7.) Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas.
1. Darah
Glukosa Darah:Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
BUN:Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik
akibat dari pemberian obat.
Elektrolit:K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
2. Skull Ray:Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
3. EEG:Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk
mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Riwayat kehamilan prenatal ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.
c. RiwayatRiwayat natal ditanyakan.
Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu membedakan persalinan yang
bersih/hygienis atau tidak. Alat potong tali pusat, tempat persalinan.
d. Riwayat postnatal
Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat menyusu( inhubation period).
Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menyusu dengan gejala kejang yang pertama(
period of onset)
Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir diberikan.
f. Riwayat psikososial
g. Pemeriksaan fisik
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa
menyusu dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar menyusu, mulut mencucu seperti
mulut ikan. Risuss sardonikus dan kekakuan otot ektremitas. Tanda tanda infeksi tali pusat kotor.
Hipoksia dan sianosis. Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan
kesukaran untuk membuka mulut(Trismus).
Pada wajah : risus sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi
mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut keluar dan kebawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot pinggang, semua
trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum mula-mula terjadi setelah dirangsang
lambat laun pada anak jatuh dalam status konvulsius. Pada daerah ektremitas apakah ada luka
tusuk, luka lengan nanah atau gigitan binatang.
2) Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tratcheostomy.
3.2Diagnosa Keperawatan
1.Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (mis. Infeksi)
2.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
3.Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
Terapeutik :
Kolaborasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi :
Kolaborasi :
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya
infeksi melalui tali pusat yang tidk bersih. Penyakit ini disebabkan oleh karena clostridium tetani
yang bersifat anaerob dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen dan pemotongan
tali pusat yang tidak steril . tanda dan gejala meliputi kejang sampai pada otot pernafasan, leher
kaku, dinding abdomen keras, mulut mencucu seperti mulut ikan, dan suhu tubuh dapat
meningkat. Komplikasi dari penyakit tetanus neonatorum seperti bronkopnemonia, asfiksia akibat
obstruksi secret pada saluran pernafasan , sepsis neonatorum. Pemeriksaan penunjangnya adalah
pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit, pemeriksaan cairan otak biasanya normal
dan pemeriksaan eletroniogram.
4.2 Saran
Sebaiknya para perawat dan tenaga medis lainnya lebih meningkatkan dalam pehaman
tetanus neonatorum dan menjaga hygine saat membantu persalinan agar tidak terjadi kasus
tetanus neonatorum. Untuk mahasiswa keperawatan harus mencari banyak sumber tentang
masalah tetanus neonatorum agar lebih paham tentang tetanus neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/34642065/Askep_tetanus_neonatorum
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: definisi dan indicator