Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang


memberikan gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan
kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan
kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh
darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga
dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit lainnya
(Syahrini et al., 2012). Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah
berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata
dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan
penderitanya (Gunawan, 2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro
(2006), hipertensi tidak mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh
penderitanya. Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah
tinggi.
Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan
mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil
riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor
resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49%
serangan jantung setiap tahunnya (Corwin, 2007). Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil
riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat
tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang
dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi (Riskesdas, 2008). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh 2 Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan prevalensi
hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh Kalimantan Selatan
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) (Riskesdas, 2013).
Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah stres. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap tekanan
atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan (Sadock & Sadock, 2003).

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Hipertensi?
b. Bagaimana etiologi dari Hipertensi?
c. Bagaimana manifestasi klinik dari Hipertensi?
d. Bagaimana penatalaksanaan dari Hipertensi?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Hipertensi?
f. Apa saja komplikasi dari Hipertensi?
g. Bagaimana ASKEP Keluarga pada penderita hipertensi?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain :
a) Mampu menjelaskan definisi dari hipertensi
b) Mampu menjelaskan etiologi dari hipertensi
c) Mampu menjelaskan manifestasi klinik dari hipertensi
d) Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari hipertensi
e) Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari hipertensi
f) Mampu menjelaskan komplikasi dari hipertensi
g) Mampu memahami, menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan pasien dengan hipertensi

2
BAB 2

PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam
arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan darah


meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan dinding
pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke seluruh tubuh.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis
miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan
puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi
sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut.

2.2 Tanda dan gejala Hipertensi

Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai tanda-
tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang tersebut.
Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan,
atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-tanda
tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala, pusing, gugup, dan palpitasi

Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi
komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan

3
bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang
ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil(edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur.
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang
mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan berdengung
ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnyadapat terjadi
pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki
tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf
lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala,
pusing, napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur.

2.3 Etiologi hipertensi

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok, serta polisitemia.
2.  Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma,
koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

2.4 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi
hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi,
hipertensi derajat I dan derajat II.
Tabel 1.

4
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 –139 80 –89
Hipertensi derajat I 140 –159 90–99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Tabel 2.
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sedang 160 –179 100 –109
Hipertensi ringan 140 –159 90 –99
Hipertensi perbatasan 120 –149 90 –94
Hipertensi sistolik perbatasan 120 –149 < 90
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80

2.5 Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke

5
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tekanan perifer.

6
7
2.6 Komplikasi Hipertensi
Komplikasi Hipertensi Menurut Elisabeth J Corwin komplikasi hipertensi terdiri dari
stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancyincluded
hypertension (PIH) (Corwin, 2005). 1. Stroke Stroke adalah gangguan fungsional otak
fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak
dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke dengan defisit neurologik
yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik
disebabkan oleh oklusi 24 fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai
oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi (Hacke, 2003). Stroke dapat
timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi.
1. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Corwin,
2005).
2. Infark miokardium Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan perubahaan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin, 2005).
3. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada bagian 25 yang
menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik
oleh karena penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron
(RAA) (Chung, 1995). Menurut Arief mansjoer (2001) hipertensi berisiko 4 kali lebih
besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami hipertensi (Mansjoer, 2001).
4. Ensefalopati (kerusakan otak) Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat
tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke

8
dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya
kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga koma serta
kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa
hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita hipertensi (Corwin, 2005).

2.7 Pemeriksan penunjang hipertensi

1. Pemeriksaan darah. Untuk memeriksa kadar kalium, glukosa, kreatinin, sodium,


kolestrol, trigliserida, dan nitrogen urea (BUN) dalam darah.
2. Pemeriksaan urine. Untuk memeriksa adanya kondisi kesehatan lain yang memicu
naiknya tekanan darah.
3. Ultrasonografi. Untuk mendapatkan gambaran ginjal dan arterinya menggunakan
gelombang suara.
4. Elektrokardiogram. Untuk memeriksa fungsi jantung, apabila ada kecurigaan bahwa
gangguan jantung merupakan penyebab hipertensi.

2.8 Penatalaksanaan hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non
farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas fisik, larangan merokok dan
pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologis dapat diberikan antihipertensi tunggal maupun
kombinasi. Pemilihan obat anti hipertensi dapat didasari ada tidaknya kondisi khusus (komorbid
maupun komplikasi).
a. Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya
hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi
dapat ditunda pada pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit
kardiovaskular rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target
atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian
medikamentosa sebaiknya dimulai.

Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut :

9
 Penurunan berat badan. Target penurunan berat badan perlahan hingga mencapai
berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan aktivitas fisik dengan
latihan jasmani.
 Mengurangi asupan garam. Garam sering digunakan sebagai bumbu masak serta
terkandung dalam makanan kaleng maupun makanan cepat saji. Diet tinggi garam akan
meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/ hari.
 Diet. Diet DASH merupakan salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada
intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak.[3]
Pemerintah merekomendasikan diet hipertensi berupa pembatasan pemakaian garam dapur ½
sendok teh per hari dan penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti soda
kue. Makanan yang dihindari yakni otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing, makanan
yang diolah menggunakan garam natrium (crackers,  kue, kerupuk, kripik dan makanan
kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, buah-buahan
dalam kaleng), makanan yang diawetkan, mentega dan keju, bumbu-bumbu tertentu (kecap
asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus sambal, tauco dan bumbu penyedap lainnya) serta
makanan yang mengandung alkohol (durian, tape).
 Olah raga. Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur sebanyak 30
menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.
 Mengurangi konsumsi alkohol.Pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas
per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat menurunkan hipertensi.
 Berhenti merokok. Merokok termasuk faktor risiko penyakit kardiovaskular. Oleh
karena itu penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok demi menurunkan risiko
komplikasi penyakit kardiovaskular.

10

Anda mungkin juga menyukai