DISUSUN OLEH:
IHSAN NASHIRUDDIN
P.278.20.415.071
JURUSAN KEPERAWATAN
SURABAYA
2018
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
TUBERCULOSIS DENGAN KEJADIAN TUBERCULOSIS DI WILAYAH
PUSKESMAS WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
DISUSUN OLEH:
IHSAN NASHIRUDDIN
P.278.20.415.071
JURUSAN KEPERAWATAN
SURABAYA
2018
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
Yang menyatakan
IHSAN NASHIRUDDIN
P.278.20.4150.71
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL : 2 OKTOBER 2018
Oleh
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan Sidoarjo
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji :
Tanty Wulandari, S.Kep. Ns. M.Kes (..................)
NIP: 19680114 199103 2 002
Penguji Anggota :
1. Dony Sulystiono, Ns. M.Kep (..................)
NIP : 19790928 200501 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan Sidoarjo
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tepat pada
waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Keperawatan di Program Studi
D3 Keperawatan Kampus Sidoarjo.
Adapun karya tulis ilmiah ini adalah berbentuk sebuah penelitian yang berjudul
“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
TUBERCULOSIS DENGAN KEJADIAN TUBERCULOSIS” walaupun
mengalami berbagai kendala dan keterbatasan, peneliti berusaha semaksimal
mungkin untuk menyusun karya tulis ilmiah ini dengan bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka tidak berlebihan kiranya bila peneliti menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang mendalam kepada:
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan penelitian selanjutnya. Semoga penelitian ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat menjadi acuan
bagi peneliti selanjutnya.
Sidoarjo, ...........................2018
Ihsan Nashiruddin
ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG
TUBERKULOSIS DENGAN KEJADIAN TUBERCULOSIS DI PUSKESMAS
WONOAYU
By : Ihsan Nashiruddin
Halaman
Halaman Sampul Depan. ......................................................................................... i
Halaman Sampul Dalam Dan Prasyarat .................................................................. ii
Halaman Pernyataan. ............................................................................................. iii
Halaman Persetujuan. ............................................................................................ iv
Halaman Penetapan Panitia Penguji ....................................................................... v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................. viii
Daftar Isi. ................................................................................................................ x
Daftar Bagan ........................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................... xv
Daftar Arti dan Lambang ..................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti ................................................................................... 6
2. Bagi Tempat Penelitian .................................................................. 7
3. Bagi Ilmu Keperawatan ................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Tuberculosis ............................................................................ 8
2.1.1. Pengertian Tuberculosis. ............................................................ 8
2.1.2. Etiologi/Penyebab ...................................................................... 9
2.1.3. Patofisiologi ............................................................................... 9
2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB............................... 11
2.1.5. Tanda Gejala ............................................................................ 16
2.1.6. Pencegahan TB......................................................................... 18
2.1.7 Komplikasi ................................................................................ 20
2.1.8 Pemeriksaan Diagnosis ............................................................. 21
2.1.9 Penatalaksanaan TB .................................................................. 26
2.1.10. Pengawas Minum Obat .......................................................... 33
2.2. Konsep Pengetahuan Tuberculosis .............................................................. 35
2.2.1. Pengertian Pengetahuan. .......................................................... 35
2.2.2. Pengertian Tentang Tuberculosis ............................................. 35
2.2.3. Penyebab Tuberculosis. ............................................................ 36
2.2.4. Cara Penularan Tuberculosis. ................................................... 37
2.2.5. Tanda dan Gejala Tuberculosis ................................................ 38
2.2.6 Cara Pencegahan Tuberculosis ................................................. 38
2.2.7 Komplikasi Tuberculosis .......................................................... 39
2.2.8 Pengobatan Tuberculosis .......................................................... 39
2.2.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Tuberculosis.......................... 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 42
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 54
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................ 54
5.1.2 Data Umum...................................................................... 55
5.1.3 Data Khusus ..................................................................... 60
5.2 Pembahasan ............................................................................... 62
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 69
6.2 Saran .......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ ..71
LAMPIRAN ................................................................................................... .....73
DAFTAR BAGAN
jaman.
2. Daftar Singkatan
RO : Resisten Obat
PENDAHULUAN
tuberculosis paru dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi
atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita
batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat,
karena penyakit infeksi dan telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia
menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang tinggal serumah, dan
berupa droplet. Pada saat penderita batuk atau bersin, kuman TB paru dan BTA
dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Kuman
ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau
lambat droplet yang mengandung unsur kuman tb akan terhirup oleh orang lain.
Apabila droplet ini telah terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang,
maka kuman ini akan mulai membelah diri atau berkembang biak sehingga dapat
menginfeksi dari satu penderita ke penderita yang lain. Sholeh S Naga, (2015),
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan
tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bias berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC
ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara
dari Tuberculosis adalah Batuk yang mengeluarkan darah. Dan apabila dibiarkan
Pneumothorax menjadi ancaman selanjtnya bagi penderita Tb. Dan akan menjadi
lebih parah jika penderita Tb mengalami gagal nafas dan gagal jantung. Kejadian
fatal ini merupakan ancaman yang menakutkan bagi penderita Tb. Terlebih jika
penderita tersebut tidak melakukan pengobatan secara rutin. Nurarif & Hardhi
Kusuma, (2015).
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif menurut yang paling terlihat
yaitu penderita TB mengalami batuk yang menahun lebih dari satu bulan. Batuk
tersebut terkadang disertai dengan bercak darah yang keluar. Dan penderita Tb
mengalami penurunan berat badan menjadi semakin kurus, postur tubuh yang
tampak terangkat pada kedua bahu. Hal tersebut karena nafsu makan menurun
yang disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan sering berkeringat pada malam
hari. Gejala tersebut merupakan yang dapat terlihat dari penderita Tb. terdapat juga
gejala yang dirasakan penderita yaitu sesak nafas yang disertai nyeri dada. Kedua
lingkungan hidup yang kurang sehat, padat, dan kumuh. Bakteri Tuberculosis
menurunkan daya tahan tubuh. Agar terhindar dari penyakit tuberculosis, setiap
hari harus menjalani pola hidup sehat secara alami seperti berpikir positif, menu
makan yang bergizi, olahraga secara rutin dan teratur, mendapat sinar matahari dan
kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9.6 juta dengan kematian akibat TB sebanyak
penderita TB terbesar berada di provinsi Jawa Barat sejumlah 23.774 orang dan
terendah berada di provinsi Kalimantan Utara dengan jumlah 507 orang. Jawa
penderita Tb dengan jumlah 21.660 orang. Dan jumlah tersebut diperkirakan akan
tuberculosis di Jawa Timur tahun 2016 sebanyak 21.660 orang. Data ini diambil
tersebut dihitung mulai januari hingga november. Jumlah tersebut apabila dirinci
berdasarkan jenis kelamin yaitu dengan jenis kelamin laki- laki berjumlah 12.736
orang ( 59% ) dan jenis kelamin perempuan sejumlah 8870 orang ( 41% ).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2016 tercatat
2292 orang penderita TB. Berdasarkan 5 besar penyakit tidak menular, tuberculosis
hipertensi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Wonoayu, pada tahun
2016 jumlah penderita Tuberculosis mencapai 97 orang. Dan pada tahun 2017
ini kembali muncul dengan adanya HIV-AIDS. Bebagai upaya telah dilakukan
melalui bermacam macam pendekatan untuk mengobati atau paling tidak
pengobatan yaitu faktor saran, faktor penderita dan faktor keluarga dan lingkungan.
seluruhnya 100% tidak patuh. Ada hubungan tingkat sedang antara tingkat
dengan nnilai p(0,024 0,005) dan r = 0,051 dengab arah korelasi yang positif.
Puskesmas Wonoayu.
Puskesmas Wonoayu
1.4.1 Penulis
meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang pada bidang
keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan
yang berupa droplet. Hal ini tentunya sangat menular dan berbahaya bagi
lingkungan penderita. Pada saat penderita batuk atau bersin, kuman Tb paru
dan BTA positif yang berbentuk droplet sangat kecil akan betertebangan di
udara. Droplet yang sangat kecil ini kemudian mengering dengan cepat dan
bertahan di udara selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau lambat
droplet yang mengandung kuman tuberculosis akan terhirup oleh orang lain
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Basil ini sukar diwarnai, tetapi berbeda dengan basil lain, setelah
diwarnai tidak dapat dibersihkan lagi dari fuchin atau metileenblauw oleh cairan
asam sehingga biasanya disebut basil tahan asam (BTA). Pewarnaan Ziehl Neelsen
biasanya digunakan untuk menampakkan basil ini. Ada dua macam mikobakteria
penyebab tuberculosis, yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosa, dan bila diminum, dapat
menyebabkan tuberkulosa usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah
(droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru terbuka. Orang yang rentan
dapat terinfeksi TB paru bila menghirup bercak ini. Ini merupakan cara penulran
2.1.3 Patofisiologi
Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak dan
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup an mati yang dikelilingi
massa jaringan fibrosa. Bagan tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya
membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necroting caseososa). Hal ini
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit
akan menjadi lebih parah, penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang
atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon
selular ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan
menimbulakn respins berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu
1. Tingkat Pengetahuan
salah satu faktor yang sangat penting dalam penularan TB. Dengan kurangnya
pengetahuan tetang penyakit TB akan melahirkan suatu perilaku yang tidak baik
antara lain batuk tanpa menutup mulut, kebiasaan meludah sembarangan, dan
pengobatan yang tidak teratur. Bagi yang belum terdiagnosis terkena Tb maka
kebiasaan buruk menyepelekan tanda dan gejala tuberculosis seperti batuk yang lebih
dari 2 minggu. Dengan ketidak tahuan itu maka akan memperparah kondisi pasien
2. Faktor Umur
umur, jenis kelamin, ras, asal Negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil
meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosisi paru
Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. (Sholeh S.Naga,2015)
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan
28,9% pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB Paru laki-laki cenderung
meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%.
TB Paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-
terjangkitnya TB Paru.
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor resik apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di
(kontruksi rumah). Kepala kelurga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan
mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi
setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan
kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah
5. Kebiasaan Merokok
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relative tergantung dari kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10
m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk
mencegah penularan penyakit pernafasan, jarak anatara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lainnya minimum 90 cm. kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari
dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. untuk menjamin
volume udara yang cukup, disyaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.
7. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang
leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sanagt penting karena dapat
rumah yag sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas
pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux, kecuali
untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis cahaya dapat
mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk
setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna
dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat daripada yang melalui kaca
berwarna. Penularan kuman TB Paru relative tidak tahan pada sinar matahari. Bila
sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko
8. Ventilasi
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembapan ini akan
penyebab penyakit, misalnya kuman TB. Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk
itu di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh
udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan
9. Kondisi Rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
Tb paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman.
Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,
sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembang biaknya kuman
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab.
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan
orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan
berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologis terhadap
konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status
gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga
12. Perilaku
penderita TB Paru yang kurang tenatng cara penularan, bahaya dan cara pengobatan
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya
malah banyak pasien ditemukan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Keluhan terbanyak adalah: (Sholeh S Naga 2015)
1. Demam
panas badan dapat mencapai 40-41°C. serangan demam pertama dapat sembuh
timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infesi kuman tuberculosis yang masuk. . (Sholeh
S.Naga,2015)
2. Batuk/Batuk Darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena iritasi pada bronkus.
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. . (Sholeh S.Naga,2015)
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
5. Malaise
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (BB turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
yang kurang sehat, padat, dan kumuh. Bakteri Tb menyebar melalui udara
(kondisi kurang gizi) yang akan melemahkan atau menurunkan daya tahan tubuh.
Agar terhindar dari penyakit tuberculosis, setiap hari harus menjalani pola hidup
1. Berpikir positif
Berpola pikir positif dapat membuat terhindar dari stress yang dapat
dengan mudah menurunkan daya tahan tubuh sehingga segala jenis penyakit dapat
seluruh jaringan tubuh mendapatkan cukup makanan. Hal ini juga akan menjadikan
ada di udara maupun pada benda. Cukup mendapatkan sinar matahari dan udara
segar menjadi hal penting untuk terhindar dari tuberculosis. Hal ini menjadikan
paru-paru, kulit, dan saluran getah bening, agar proses pembuangan racun bisa
berjalan dengan baik dan sempurna. Di samping itu, menjaga hati agar fungsi
detoksifikasi berjalan dengan baik, makan makanan yang benar, yakni makanan yang
bersifat tidak meracuni sel sel hati, serta tidak minum minuman beralkohol.
penyakit Tuberculosis yang aktif. Menjaga dan menerapkan standar hidup yang baik,
caranya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung nilai
gizi yang tinggi, menjaga lingkungan agar tetap sehat dan baik di dalam rumah serta
di tempat bekerja. Kebugaran tubuh menjadi hal yang tidak kalah penting dalam
menjaga agar tidak terinfeksi. Salah satunya dengan meluangkan waktu secara rutin
berolahraga. Dan untuk balita pemberian vaksin BCG menjadi hal wajib. Pemberian
vaksin ini bertujuan untuk membantu mencegah terjadinya infeksi tuberculosis lebih
berat lagi. Pemberian vaksin ini diberikan secara rutin kepada balita melalui
sesuai dengan yang dianjurkan oleh pihak dokter atau kesehatan. Mengurangi
kegiatan yang berhubungan dengan orang lain sebaiknya dikurangi. Sifat dari bakteri
tuberculosis adalah mudah menyebar pada ruangan tertutup dan dimana udara tidak
dapat bergerak. Sehingga mewujudkan rumah dengan ventilasi yang baik menjadi
syarat wajib bagi penderita tuberculosis. Selalu menggunakan apd berupa masker
2.1.7 Komplikasi
Tb adalah Batuk yang mengeluarkan darah. Dan apabila dibiarkan tanpa pengobatan
ancaman selanjtnya bagi penderita TB. Dan akan menjadi lebih parah jika penderita
Tb mengalami gagal nafas da gagal jantung. Kejadian fatal ini merupakan ancaman
yang menakutkan bagi penderita Tb. Terlebih jika penderita tersebut tidak
1.Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin mungkin
ditemukan konjugtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam
(subfebris), badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksan fisis pasien
sering tidak menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau
yang sudah terinfiltrasi. Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah
bagian apeks (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrate yang agak luas, maka
didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan didapatkan
juga suara napas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila
infiltrate ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesicular
melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersnor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik. (Nurarif & Hardhi
Kusuma,2015).
2. Pemeriksaan Radiologis
apeks paru (segmen apikal lobus atas atu segemen apikal lobus bawah) tetapi dapt
pula mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupi tumor
paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial). Pada awal penyakit saat lesi masih
seperti awandan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi
jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi
bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), masa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura/empiema),
yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.Darah
kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah
leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai
turun ke arah normal lagi. Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga : anemia
kadar natrium darah menurun pemeriksaan tersebut di atas nilainya juga tidak
spesifik.
b. Sputum
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.. Dalam hal ini
dianjurkan dalam satu hari sebelum pemeriksaan sputum dianjurkan minum air
sebanyak ±2ltr dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
garam hipertonik selama 20 – 30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoleh
dengan cara bronkoskopi di ambil dengan brushing atau bronchial washing atau
BAL (broncho alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga di dapat dengan cara
bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit
kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain 5000 kuman dalam 1mL sputum.
Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara Tan Thiam Hok yang merupakan
cara Bactec (Bactec 400 Radiometric System), dimana kuman sudah dapt dideteksi
dalam 7-10 hari. Disamping itu dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
dapat dideteksi DNA kuman TB dalam waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M.
tuberculosae yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Dari hasil biakan biasanya
pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu pendek. Untuk pemeriksaan
BTA sediaan mikroskopis biasa dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum
dapat juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan
c. Tes Tuberkulin
dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U. (first strength. Kadang-kadang bila denga 5 T.U.
masih memberikan hasil negatif dapat diulangi dengan 250 T.U.(second sterngth).
Bila dengan 250 T.U. masih memberikan hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat
disingkirkan. Umumnya tes mantuox dengan 5 T.U. saja sudah cukup berarti. Setelah
48-72 jam setelah tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara
humoral, makin besar pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang
ditimbulkan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, hasil test mantoux ini dibagi dalam:
positif.
buruk selanjutnya.
terbagi dalam dua (2) tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai
oleh penderita TB. Dalam hal ini penderita Tb harus secara teratur untuk
1. Tahap Awal:
secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan
awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya
dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan
kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga
pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Pada tahap ini
Gangguan gastrointestinal,
Pirazinamid Bakterisidal gangguan fungsi hati, gout
(Z) arthritis.
D2 ▪ OAT ▪ Bedaquiline
baru (Bdq)
▪ Delamanid
(Dlm)*
▪ Pretonamid
(PA-824)*
Grup Golongan Jenis Obat
D3 ▪ OAT ▪ Asam para
tamb aminosalisilat
ahan (PAS)
▪ Imipenem- silastatin
(Ipm)*
▪ Meropenem
(Mpm)*
▪ Amoksilin
clavulanat
(Amx-Clv)*
▪ Thioasetazon
(T)*
Keterangan:
*Tidak disediakan oleh program
**Tidak termasuk obat suntik lini kedua, tetapi dapat diberikan pada
kondisi tertentu dan tidak disediakan oleh program
digunakan adalah;
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E.
Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini
Delamanid dan obat TB baru lainnya serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and
etambutol. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk
paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam 1 (satu)
Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid
(H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) yang dikemas dalam
bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk pasien yang tidak
kepatuhan pasien.
Tabel 2.3 Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1 (2(HRZE)/4(HR))
Badan
Selama 56 hari Selama 16 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
kuman resistan obat. Agar hal hal tersebut tercapai, sangat penting
memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat yang diberikan sesuai
Apabila tidak ada faktor penyulit, pengobatan dapat diberikan secara rawat
1. Persyaratan PMO
petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
dengan pasien.
dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau
selesai pengobatan.
telah ditentukan.
mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan. Pada saat pasie mengambil obat,
diupayakan bahwa dosis hari itu ditelan di depan petugas keseheatan. Pada
pasien.
pencegahannya.
d. Cara pemberian pengobatan pasien ( tahap Intensif dan lanjutan )
Pengetahuan ialah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,).
keterlibatan keluarga sebagai orang yang terdekat dengan pasien terutama pasien
tercipta keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Wahid Iqbal, 2014).
Fungsi keluarga dalam upaya kesehatan terdiri dari dua aspek yaitu pemeliharaan
dan promotif (peningkatan kesehatan) oleh sebab itu, kesehatan promotif harus selalu
diupayakan mengandung makna kesehatan seseorang kelompok individu dan harus
fungsi yaitu mengenal masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga perlu mengenal kesehatan dan perubahan. Hal hal yang harus diketahui
oleh keluarga berupa penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, pencegahan, dan
komplikasi.
perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada
saat penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh
penyakit tuberculosis paru. Dan cara penularan tuberculosis dimulai saat proses
TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya.
mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan
batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Pada Tb
kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung. Infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apical paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian
S.Naga,2015)
Tanda dan gejala pada klien secara obyektif menurut yang paling terlihat
yaitu penderita TB mengalami batuk yang menahun lebih dari satu bulan. Batuk
tersebut terkadang disertai dengan bercak darah yang keluar. Dan penderita Tb
mengalami penurunan berat badan menjadi semakin kurus, postur tubuh yang
tampak terangkat pada kedua bahu. Hal tersebut karena nafsu makan menurun
yang disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan sering berkeringat pada malam
hari. Gejala tersebut merupakan yang dapat terlihat dari penderita TB. terdapat
juga gejala yang dirasakan penderita yaitu sesak nafas yang disertai nyeri dada.
Kedua gejala tersebut menyebabkan penderita Tb merasa sangat tersiksa dengan
penyakit TB menyebar dan menular dengan cepat akibat lingkungan hidup yang
kurang sehat, padat, dan kumuh. Bakteri Tb menyebar melalui udara pernapasan (
ini, karena kemiskinan akan mudah menyebabkan malnutrisi (kondisi kurang gizi)
yang akan melemahkan atau menurunkan daya tahan tubuh. Agar terhindar dari
penyakit tuberculosis, setiap hari harus menjalani pola hidup sehat secara alami
seperti berpikir positif, menu makan yang bergizi, olahraga secara rutin dan
teratur, mendapat sinar matahari dan menjaga fungsi organ pembuangan. (Sholeh
S.Naga,2015)
2.2.7 Komplikasi
komplikasi dini dari Tb adalah pleuritis, efusi pleura.. Dan apabila dibiarkan tanpa
menjadi ancaman selanjtnya bagi penderita TB. Dan akan menjadi lebih parah jika
penderita Tb mengalami gagal nafas da gagal jantung. Kejadian fatal ini merupakan
ancaman yang menakutkan bagi penderita Tb. Terlebih jika penderita tersebut tidak
2.2.8 Pengobatan TB
a. Tujuan Pengobatan Tuberculosis adalah:
kualitas hidup.
buruk selanjutnya.
efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB. Pengobatan yang
resistensi.
dalam dua (2) tahap yaitu tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai
TB akan melahirkan suatu perilaku yang tidak baik antara lain batuk tanpa menutup
mulut, kebiasaan meludah sembarangan, dan pengobatan yang tidak teratur. Jika
tanda gejala dan pencegahan penularan Tb. Hal hal yang dapat diterapkan di rumah
Selain hal di rumah tentu menerapkan sikap sehat seperti memakai masker jika dalam
keadaan batuk. Hal kecil tersebut tentu dapat mengurangi resiko tertular atau
buruk menyepelekan tanda dan gejala tuberculosis seperti batuk yang lebih dari 2
minggu. Jadi dari uraian diatas dapat bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan
berdasarkan pada teori yang ada. Kerangka konsep memberikan gambaran sederhana
dan keterkaitan antar variabel (Sopiyudin, 2012) .Berikut ini adalah sajian kerangka
Tingkat Pengetahuan
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Merokok
Kepadatan Hunian
Kejadian Tuberculosis
Pencahayaan
Ventilasi
Kondisi Rumah
Gizi
Status Ekonomi
Perilaku
dapat dijelaskan bahwa ada konsep utama tentang faktor yang mempengaruhi
terjadinya tuberculosis yaitu tingkat pengetahuan. Terdapat pula faktor lain yaitu
kondisi rumah, status gizi, status ekonomi, dan perilaku sehari hari.
BAB 4
METODE PENELITIAN
energi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan
sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh proses penelitian. Dalam
satu waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara
pengumpulan data.
4.2.1 Populasi
pada penelitian ini berjumlah sama dengan total populasi banyaknya 30 orang.
perbedaan. Variabel merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu
penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian dapat konkret dan secara
langsung bisa diukur. Di bawah ini dijelaskan variabel independen dan variabel
dependen, yaitu :
4.3.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)
diukur untuk diketahui pengaruhnya terhadap variabel lain. Pada penelitian ini
tuberculosis
akibat dari variabel independen atau variabel bebas. Pada penelitian ini yang
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Pengetahuan
Pengetahuan Tentang
tentang Tuberculosis
Tuberculosis meliputi:
a. Baik :
adalah segala - Pengertian
Tingkat 17 - 24
hal yang harus - Penyebab
Pengetahuan b. Sedang :
diketahui oleh - Tanda dan Kuisioner Ordinal
Pasien Tentang 9 - 16
seseorang Gejala
Tuberculosis c. Kurang :
tentang - Penularan
0-8
tuberculosis - Pencegahan
- Komplikasi
- Pengobatan
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Tuberculosis
adalah
penyakit
Hasil TB (+) :
infeksi yang
Pemeriksaan Rekam Skor 1-2
Tuberculosis disebabkan Ordinal
BTA dan Foto Medis Pasien TB (-) :
oleh bakteri
Rontgen Skor 0
Mycobacteriu
m tuberculosis
yang akan diamati dan diukur melalui penelitian yang akan diukur melalui
Simpulan
Instrumen penelitian adalah alat ukur dan cara pengumpulan data yang baik,
sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, reliable dan akurat.
Ada dua karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti yaitu validitas
tuberculosis.
penelitian, yaitu :
∑(0 − 𝑒 2 )
𝑥2 =
𝐸
Keterangan :
0 : Frekuensi
E : Frekuensi Harapan
2 2
diterima bila 𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑥𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .
segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah data yang harus diperhatikan
tersebut dan jika menolak untuk diteliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormatinya.
nama responden pada lembar alat ukur dan menuliskan kode pada lembar
4.9.4 Keterbatasan
Pada bab ini akan menguraikan hasil penelitian tentang hubungan antara
Penyajian data dimulai dari data umum tentang karakteristik responden meliputi
pendidikan terakhir, umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Data khusus yang
Wonoayu.
data tersebut diolah dan dikelompokkan dalam bentuk tabel tentang hubungan
Bulan Juni sebanyak 30 pasien. Pasien tersebut berasal dari wilayah kerja
tersebut terdapat 15 pasien berjenis kelamin laki laki dan 15 pasien berjenis
berjumlah 30 responden.
1. Umur
1 10 – 20 2 6,7%
2 21 – 30 2 6,7%
3 31 – 40 4 13,3%
4 41 – 50 5 16,7%
5 51 – 60 10 33,3%
6 61 – 70 6 20%
Jumlah 30 100%
dengan teori yang menyatakan bahwa pada usia lanjut lebih dari 50
Ratulangi pada tahun 2014 melakukan penelitian dan dihasilkan bahwa ada
2. Jenis Kelamin
kelamin.
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di
Puskesmas Wonoayu Sidoarjo
1. Perempuan 15 50%
Jumlah 30 100%
sejumlah 15 responden (50 %). Hal ini sesuai dengan teori yang
3. Pekerjaan
PNS 1 3.3%
Petani 5 16.7%
Pelajar 2 6.7%
Jumlah 30 100%
SD 8 26.7%
SMP 11 36.7%
SMA 10 33.3%
Jumlah 30 100%
kelakuan yang baik dan sehat, mempelajari norma atau aturan yang
dipatuhi.
menjadi lebih baik karena salah satu fungsi dari pendidikan adalah
Data khusus ini di peroleh dari lembar yang telah dijawab oleh
No Tingkat
Pengetahuan Frekuensi Presentase
1 Baik 22 73.3%
2 Sedang 8 26.7%%
Jumlah 30 100%
Jumlah 30 100%
Kejadian Tuberculosis
Tingkat Pengetahuan
BTA Positif Rontgen Positif Total
Tentang Tuberculosis
∑ ∑ ∑
5.2 Pembahasan
melahirkan suatu perilaku yang tidak baik antara lain batuk tanpa
batuk yang lebih dari 2 minggu. Dengan ketidak tahuan itu maka akan
S.Naga,2015)
dari hasil output diperoleh nilai RR=1,857 lebih besar dari 1 (95% CI:
risiko untuk terkena TB sebesar 1,857 kali lebih besar dari orang yang
penderita tuberculosis.
dengan hasil Rontgen Paru Positif (80%). Dari jumlah tersebut dapat
Sehingga saat di lakukan foto ronten paru dihasilkan paru paru yang
tidak segera diobati atau imun seseorang sedang tidak baik, bakteri
pada paru paru. Pada ruang inilah akan terjadi produksi dahak yang
sputum basil tahan asam. Apabila hasil BTA Positif maka seseorang
Rontgen Paru. Apabila hasil foto rontgen paru didapati terdapat tanda
BTA negatif.
kejadian tuberculosis
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penularan TB.
suatu perilaku yang tidak baik antara lain batuk tanpa menutup mulut,
tuberculosis. Hal ini berbeda dengan teori yang telah dijelaskan. Hal
penelitian ini.
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang
sebagai berikut:
6.1 Kesimpulan
akan menyimpulkan beberapa hal berdasarkan tujuan yang hendak dicapai sebagai
berikut:
6.2 Saran
yang belum terinfeksi tuberculosis. Bukan hanya pada penderita yang telah
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Jendra F.J Dutulong. 2014. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin dan
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Desa Wori
Kecamatan Wori. Manado. Universitas Sam Ratulangi
Kemenkes RI. 2015. Info Datin tahun 2016 Tentang Tuberkulosis Temukan Obati
Sampai Sembuh. Jakarta: Depkes RI.
Naga, S Sholeh. 2015. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta:
DIVA press
R. Sjamsuhidajat and Wim de Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Jakarta: EGC. hlm. 896.
Tiara Purba. 2016. Analisis Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Kontak
Serumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di wilayah
kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Manado. Universitas Sam
Ratulangi
Wahad Iqbal. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta.
Salemba Medika
Lampiran 1
Kepada
Yth. Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Program Studi D3 Keperawatan
Kampus Sidoarjo, akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Pasien Tentang Tuberculosis dengan Kejadian Tuberculosis di
Puskesmas Wonoayu Kabupaten Sidoarjo”.
NAMA : Ihsan Nashiruddin
NIM : P27820415071
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan tingkat pengetahuan
pasien tentang tuberculosis dengan kejadian tuberculosis berdasarkan teori.
Bersama ini saya mohon kesediaan Saudara/i untuk menjadi responden dalam
penelitian ini. Jawaban yang anda berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Data yang anda berikan akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang keperawatan dan tidak dipergunakan untuk
maksud yang lain.
Atas kesediaan anda sebagai responden kami ucapkan banyak terima
kasih.
Sidoarjo, .........................2018
Hormat Saya
Lampiran 2
Inisial Nama :
Umur :
Alamat :
sebagai salah satu tugas akhir Program Studi D3 Keperawatan Sidoarjo Politeknik
Surat pernyataan ini dibuat dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
Sidoarjo, ......................2018
( )
Lampiran 3
Kuisioner
Pengetahuan Tentang Tuberculosis
Nama :……………………………………..Pendidikan :…………………………..
Keterangan :
Apabila jawaban A mendapat Skor 3
Apabila jawaban B mendapat Skor 2
Apabila jawaban C mendapat Skor 1
1 17 - 24 Baik
2 9 – 16 Sedang
3 0-8 Rendah
Lampiran 4
NO Nama Alamat BTA (-) BTA (+) Foto Rontgen (-) Foto Rontgen (+) Total Skor
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki Laki 15 50.0 50.0 50.0
Perempuan 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 - 20 2 6.7 6.7 6.7
21 - 30 2 6.7 6.7 13.3
31 - 40 4 13.3 13.3 26.7
41 - 50 5 16.7 16.7 43.3
51 - 60 10 33.3 33.3 76.7
61 - 70 6 20.0 20.0 96.7
Lebih dari 70 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 1 3.3 3.3 3.3
SD 8 26.7 26.7 30.0
SMP 11 36.7 36.7 66.7
SMA 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja 9 30.0 30.0 30.0
PNS 1 3.3 3.3 33.3
Petani 5 16.7 16.7 50.0
Swasta 9 30.0 30.0 80.0
Ibu Rumah Tangga 4 13.3 13.3 93.3
Pelajar 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sedang 8 26.7 26.7 26.7
Baik 22 73.3 73.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pemeriksaan Laboratorium
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rotgen positif 24 80.0 80.0 80.0
BTA positif 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Point
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Probabilit
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) y
Pearson Chi-Square 2.727(b) 1 .099 .155 .126
Continuity
1.289 1 .256
Correction(a)
Likelihood Ratio 4.242 1 .039 .155 .126
Fisher's Exact Test .155 .126
Linear-by-Linear
Association 2.636(c) 1 .104 .155 .126 .126
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.60.
c The standardized statistic is 1.624.
Lampiran 12
Lembar Konsultasi