Anda di halaman 1dari 5

PERMASALAHAN ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK

Anak bermasalah usia TK 4-6 tahun yang memiliki perilaku non normatif (perilaku)


dilihat dari tingkat perkembangannya, atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
diri baik pada waktu belajar (konsentrasi) maupun dalam aktivitas bermain di sekolah atau di
rumah (sosial). 
Untuk mengetahui apakah anak bermasalah atau tidak, pendidik (orang tua, guru, orang
dewasa disekitar anak) perlu memahami tahapan perkembangan anak dalam segala aspek.
Pemahaman tersebut dapat membantu menganalisis dan mengelompokkan anak pada kategori
bermasalah atau tidak.

B. Karakteristik anak TK
1. Perkembangan motorik
Berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan
motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot
besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan menaiki. Motorik halus berkaitan dengan
gerakan yang menggunakan otot halus, seperti ; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce,
dan lain sebagainya.
Ciri khas perkembangan motorik anak TK adalah :
 memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu mampu mengkombinasikan gerakan
motorik dengan seimbang. Keterampilan koordinasi motorik kasar terbagi atas tiga kelompok
yaitu keterampilan lokomotorik (berlari, melompat, menderap, meluncur, berguling, berhenti,
berjalan setelah berhenti sejenak, menjatuhkan diri, dan mengelak), keterampilan nonlokomotorik
(menggerakan anggota tubuh dengan posisi tubuh diam ditempat, berayun, berbelok,
mengangkat, bergoyang, merentang, memeluk, melengkung, memutar dan mendorong), dan
keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima (dapat dilihat pada waktu anak
menangkap bola, menggiring bola, melempar bola, menendang bola, melambungkan bola,
memukul dan menarik).
 Anak memiliki motivasi instrinsik sehingga tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik baik yang
melibatkan gerakan motorik halus maupun motorik kasar.

2. Perkembangan kognitif
Berarti proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia
sedang berpikir, berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf
yang berada di pusat susunan syaraf.
Ciri khas perkembangan kognitif anak TK adalah :
 Anak sudah mampu menggambarkan objek yang secara fisik tidak hadir, seperti anak mampu
menyusun balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menggambar, dll.
 Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir orang lain (egosentris), seperti ketika
menggambar anak menunjukkan gambar ikan dari sudut pengamatannya.
 Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian, seperti anak tidak
mampu menjawab alasan mengapa menyusun balok seperti ini dll.
3. Perkembangan bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat diwujudkan dengan tanda
isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan sendiri.
Ciri khas perkembangan bahasa anak TK adalah
 Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak dapat menggunakan
kalimat dengan baik dan benar.
 Telah menguasai 90% dari fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata
seperti kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang
mengandung arti contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis (tata bahasa, misal saya memberi
makan ikan” bukan ”ikan saya makan beri”) bahasa yang digunakan.
 Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain
berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
 Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
 Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut; warna, ukuran, bentuk, rasa, bau,
keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus)
 Mampu menjadi pendengar yang baik.
 Percakapan yang dilakukan telah menyangkut berbagai komentar terhadap apa yang dilakukan
oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
 Sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.

4. Perkembangan psikososial
Merupakan perkembangan yang membahas tentang perkembangan kepribadian manusia,
khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan kepribadian.
Ciri khas perkembangan psikososial anak TK adalah
 Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri.
 Sudah dapat merasakan kelucuan (misalnya, ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada
hal-hal yang lucu).
 Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung sampai usia 5 tahun.
 Keinginan untuk berdusta mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk melakukannya.
 Perasaan humor berkembang lebih lanjut.
 Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah.
 Sudah dapat menengkan diri
 Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering berperilaku seperti boss (atasan),
medominasi situasi, akan tetapi dapat menerima nasihat.
 Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali.
 Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah.
 Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan sudah dapat menerima
peraturan dan disiplin.

C. Batasan-batasan bermasalah
Anak bermasalah di TK dapat dilihat dari :
1. Frekuensi perilaku menyimpang yang tampak, maksudnya seberapa banyak tingkah laku yang
menimbulkan masalah muncul, misalnya anak ngambek setiap hari , malah beberapa kali dalam
sehari maka hal itu pertanda anak bermasalah.
2. Intensitas perilaku maksudnya tingkat kedalaman perilaku anak yang bermasalah, misalnya,
rentang perhatian anak untuk konsentrasi sangat pendek, anak mudah beralih perhatiannya baik
dalam belajar atau bermain.
3. Usia anak yaitu tingkah laku anak yang mencolok yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan
anak seusianya.
4. Ukuran norma budaya, maksudnya, anak dikatakan bermasalah sangat bergantung pada ukuran
budaya setempat.
Apakah anak TK yang terlambat perkembangannya sama artinya dengan anak yang bermasalah?
Jawabannya ya dan tidak
Ya, jika anak yang terlambat dalam perkembangan tersebut sulit untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial dan rumah.
Tidak, jika anak berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya (anak berkembang dengan
iramanya masing-masing).
Untuk tahu apakah anak tersebut bermasalah maka pendidik harus memperhatikan kekhasan
perilaku anak. Berikut ini pertanyaan yang dapat mengidentifikasi apakah anak tersebut bermasalah atau
tidak.
1. Apakah frekuensi tingkah laku yang menyimpang tersebut terlihat setiap waktu?
2. Apakah perilaku tersebut mengganggu aktivitas anak baik dalam belajar maupun bermain?
3. Jika tingkah laku tersebut tidak diatasi dengan segera apakah akan menimbulkan masalah dalam
perkembangan anak secara menyeluruh?

Jika semua pertanyaan tersebut dijawab ”ya”


maka besar kemungkinan anak tersebut bermasalah.

D. Respon guru TK dalam menghadapi anak TK yang bermasalah


1. Menghadapi emosi-emosi negatif anak, dan saat emosi negatif anak muncul sebaiknya guru
menciptakan hubungan yang akrab
2. Sabar menghadapi anak yang sedih, marah, atau ketakutan, dan tidak menjadi marah jika
menghadapi emosi anak.
3. Sadar dan menghargai emosi-emosinya sendiri.
4. Melihat emosi negatif sebagai arena yang penting dalam mengasuh anak.
5. Peka terhadap keadaan emosi anak, walaupun ungkapan emosinya tidak terlalu kelihatan.
6. Tidak bingung atau cemas menghadapi ungkapan-ungkapan emosional anak.
7. Tidak menanggapi lucu atau meremehkan perasaan negatif anak.
8. Tidak memerintahkan apa yang harus dirasakan oleh anak.
9. Tidak merasa bahwa guru harus membereskan semua masalah bagi anak.
10. Menggunakan saat-saat emosional sebagai saat untuk mendengarkan anak, berempati dengan
kata-kata yang menyejukkan, menolong anak memberi nama emosi yang sedang dirasakan,
menentukan batas-batas dan mengajarkan ungkapan emosi yang dapat diterima, dan
mengajarkan anak untuk terampil dalam menyelesaikan masalah.

E. Masalah anak TK
a. Penakut
Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak wajar maka perlu diperhatikan.
Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian,
monster, lamunan, sekolah, angin topan, dll.
Rasa takut yang berlebihan terlihat dalam gejala-gejala seperti berikut :
1. Gejala psikis, seperti ; gangguan makan, tidur, perut, sulit bernafas, dan sakit kepala.
2. Gejala emosional, seperti ; rasa takut, sensitif, rendah diri, ketidakberdayaan, bingung, putus
asa, marah, sedih, bersalah.
3. Gejala tingkah laku seperti : gangguan tidur, mengisolasi diri, prestasi kurang di sekolah, agresi,
mudah tersinggung, menghindari pergi keluar, ketergantungan pada suatu benda, dan terus
berada di kamar orang tua.

Penyebab anak memiliki rasa takut :


1. Intelegensi (anak-anak yang tingkat intelegensi tinggi cenderung punya rasa takut yang sama
dengan anak yang berusia lebih tua, demikian pula sebaliknya).
2. Jenis kelamin (anak perempuan lebih takut dibanding laki-laki karena lingkungan sosial lebih
menerima rasa takut perempuan).
3. Keadaan fisik (anak cenderung takut bila dalam keadaan lelah, lapar atau kurang sehat).
4. Urutan kelahiran (anak sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang berlebihan).
5. Kepribadian anak (anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih penakut).
6. Adanya contoh yang dilihat anak, seperti ; tontonan TV, atau ibu yang takut.
7. Trauma yang dialami anak-anak, seperti ; tabrakan mobil, angina topan, bencana alam, dll.
8. pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut anak seperti ; paksaan, hukuman, ejekan,
ketidakperdulian, dan pelindungan diluar batas.

Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik


1. Mendengarkan cerita anak
2. Lindungi dan hibur anak
3. Ajari kenyataan
4. Memberi hadiah
5. Memberi contoh teladan (guru sebagai model)
6. Coping model (adalah salah satu cara seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus
melewati rasa takut itu. Salah satu cara dengan bicara pada diri sendiri).
7. Mendongeng
8. Melakukan aktivitas penuh tantangan
9. Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian
10. Menggambar
b. Agresif
Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai
pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit,
mencakar, atau memukul. Bertambahnya usia diekspresikan dengan mencela, mencaci dan memaki.
Gejala anak yang agresif :
1. Sering mendorong, memukul, atau berkelahi.
2. Menyerang dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya untuk mengganggu permainan yang
dilakukan teman-teman.
3. Menyerang dalam bentuk verbal seperti ; mencaci, mengejek, mengolok-olok, berbicara kotor dengan
teman.
4. Tingkah laku mengganggu muncul karena ingin menunjukkan kekuatan kelompok. Biasanya
melanggar aturan atau norma yang berlaku di sekolah seperti; berkelahi, merusak alat permainan milik
teman, mengganggu anak lain.
Penyebab anak agresif
1. Pola asuh yang keliru (melakukan kekerasan terhadap anak, otoriter terhadap anak dan terlalu
protektif, terlalu memanjakan anak (orang tua selalu mengijinkan atau membenarkan permintaan anak)
2. Reaksi emosi terhadap frustasi (banyaknya larangan yang dibuat guru atau orang tua (kecemasan yang
berlebihan), sementara anak melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya).
3. 3. Tingkah laku agresif sebelumnya (tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat
penguatan dari keluarga atau guru).
Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
1. Bermain peran
2. Belajar mengenal perasaan
3. Belajar berteman melalui permainan beregu
4. Beri penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya
5. Perbanyak kegiatan yang menggunakan gerakan motorik
c. Pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibatnya
adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Ciri anak pemalu adalah :
1. Kurang berani bicara dengan guru atau orang dewasa
2. Tidak mampu menatap mata orang lain ketika berbicara
3. Tidak bersedia untuk berdiri di depan kelas
4. Enggan bergabung dengan anak-anak lain
5. Lebih senang bermain sendiri
6. Tidak berani tampil dalam permainan
7. Membatasi diri dalam pergaulan
8. Anak tidak banyak bicara
9. Anak kurang terbuka

Penyebab anak pemalu


1. Keadaan fisik
2. Kesulitan dalam bicara
3. Kurang terampil berteman
4. Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5. Pola asuh yang mencela
Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
1. Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangka
2. Belajar bergabung melalui permainan
3. Mengajar cara mulai berteman
4. Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok
Daftar pustaka
Dra. Rosmala Dewi, M.Pd. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Departemen Pendidikan Nasional,
Dirjen Dikti. Jakarta 2005
Dr. Martini Jamaris, M.Sc. Ed. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Program
PAUD PPS UNJ. Jakarta 2005

Anda mungkin juga menyukai