Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tentang

Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme dan Essesialisme

Disusun Oleh

Kelompok 10:

Lailatul Rahmi 1814040045


Triyola Monika 1814040061
Vivi Annur 1814040077

Dosen Pengampu:

Muhammad Zalnur

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA (B)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN IMAM BONJOL PADANG

1441 H / 2020 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Para filsuf melalui karya filsafat pendidikannya,
berusaha menggali ide-ide baru tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat
ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar
geografis, sosiologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut pandang keberadaan manusia akan
menimbulkan aliran Perenialis, Realis, Empiris, Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari
sudut geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis, Tradisionalis,
Progresivis, dan Rekonstruksionis.
Berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut di atas, memberi dampak terciptanya konsep-
konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung
masing-masing filsafat pendidikan itu. Dalam memangun teori-teori pendidikan, filsafat
pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan di atas kebenaran berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan
hasil-hasil penelitian ilmiah. Pada kesempatan kali ini pemakalah akan menjelaskan bagian
aliran filsafat pendidikan progresivisme dan essesialisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan progresivisme dan esensialisme?
2. Apa saja ciri-ciri aliran filsafat pendidikan progresivisme dan esensialisme?
3. Siapa saja tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme dan esensialisme?
4. Apa saja prinsip-prinsip aliran filsafat pendidikan progresivisme dan esensialisme?
5. Pandangan aliran filsafat pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam bidang
pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Pengertian, Ciri- ciri, Tokoh-tokoh dan Prinsip-prinsip aliran filsafat
pendidikan progresivisme dan esensialisme, Serta untuk mengetahui bagaimana pandangan
aliran filsafat pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam bidang pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme


a. Pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme berasal dari kata progres yang berarti kemajuan. Secara harfiah dapat
diartikan sebagai aliran yang mengiginkan kemajaun secara cepat. Dalam arti lain,
progresivisme adalah aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar
pemberian sekumpulan pengetahuan kepada peserta didik tetapi berisi aktivitas yang
mengarah kepada pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa sehingga mereka
dapat berfikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti memberikan analisis,
pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif. Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berpusat pada anak (child-centered).Sebagai reaksi terhadap pelaksanan pendidikan yang
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Progresivisme berkembangan dalam permulaan abad 20 terutama di Amerika
Serikat.Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan
terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi
dari abad ke-19. Filsafat ini sejalan dengan jiwa bangsa Amerika pada waktu itu, sebagai
bangsa yang dinamis berjuang mencari hidup baru di negeri seberang. Bagi mereka tidak
ada hidup yang tetap, apalagi nilai-nilai yang abadi. Yang ada adalah perubahan. Mereka
sangat menekankan kehidupan sehari-hari, maka segala tindakan mereka diukur dari
kegunaan praktisnya. Karena tujuan tidak pasti, maka cara atau alat untuk mencapai tujuan
itu pun tidak pasti pula. Tujuan dan alat bagi mereka adalah satu, artinya bila tujuan
berubah maka alat pun berubah pula. Tokoh filsafat pendidikan progresivisme ini adalah
John Dewey (Pidarta, 2007:92).
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus
dalam suatu arah positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa
yang akan dating. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi
kehidupan masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan
masa datang. Permasalahan hidup kini tidak akan sama dengan permasalahan hidup masa
yang akan dating. Untuk itu, peserta didik harus diperlengkapi dengan strategi-strategi
menghadapi kehidupan masa dating dan pemecahan masalah yang memungkinkan mereka
mengatasi permasalahan-permasalahn baru dalam kehidupan dan untuk menemukan
kebenaran-kebenaran yang relevan pada masa itu (Edward dan Yusnadi, 2015:28).
b. Ciri-ciri Aliran Progresivisme
Ciri-ciri utama aliran progresivisme ialah didasari oleh pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan dan dapat
menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam
manusia itu sendiri dengan skill dan kekuatannya sendiri. Pandangan-pandangan
progresivisme dianggap sebagai the liberal road to culture.Dalam arti bahwa liberal
dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap terbuka.Liberal dalam arti
lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti
tersebut di atas, melainkan juga selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi
pengembangan pengalaman. Liberal dalam arti menghormati martabat manusia sebagai
subjek di dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi kemungkinan dan
prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada padanya.
Sebagai konsekwensi dari pendapatnya aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan
yang bercorak otoriter.
Ciri-ciri Aliran progresivisme adalah :
1) Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan baru yang
dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
2) Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk
menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
3) Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu pengetahuan yang dapat
menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian-bagian utama dari
kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
4) Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan yang
besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor daripada suatu kebudayaan yakni
(1) perubahan yang cepat dari pola-pola kebudayaan Barat yang diwarisi dan
dicapai dari masa ke masa, (2) perubahan yang cepat menuju pola-pola kebudayaan
baru yang sedang dalam proses pembinaan untuk masa depan.
5) Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat digolongkan ke
(1) negative and diagnostic yakni bersikap anti terhadap otoritarialisme dan
absolutisme dalam segala bentuk, seperti agama, moral, sosial, politik dan ilmu
pengetahuan, (2) positive and remedial yakni suatu pernyataan dan kepercayaan
atas kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki potensi alamiah, terutama
kekuatan-kekuatan self-regenarative (diperbaharui sendiri) untuk menghadapi dan
mengatasi semua problem hidup.
c. Tokoh-tokoh Progresivisme
Tokoh-tokoh Aliran Progresiveme yaitu :
1) William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
William James seorang psychologist yang lahir di New York pada tanggal 11
januari 1842 dan meninggal pada tanggal 26 Agustus 1910 di Choruroa, New
Hemshire. Selain sebagai seorang psikolog, ia juga sebagai filosof Amerika yang
sangat terkenal. Paham, ajaran, dan kepribadiannya sangat berpengaruh di berbagai
negara Eropa dan Amerika, selain sebagai penulis yang sangat brilian, dosen, dan
penceramah dibidang filsafat, ia juga dikenal sebagai pendiri aliran pragmatisme.
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksitensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup.Dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata
pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Jadi, James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis,
dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul,
prinsiples of psycology yang terbit tahun 1890 yang membahas dan
mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi ilmu klasik dalam bidang
itu, hal inlah yangmengantarkan William James terkenal sebagai ahli filsafat
pragmatisme dan empirisme radikal.
2) John Dewey (1859 – 1952)
John Dewey lahir pada tanggal 20 Oktober 1859 di Burlington, Vermon, dan
meninggal pada tanggal 1 Januari 1952 di New York. Ia juga tercatat sebagai salah
seorang pendiri filsafat pragmatisme. Ide filsafatnya yang utama berkisar pada
problema pendidikan yang konkret, baik teori maupun praktik.Reputasi
internasionalnya terletak pada sumbangan pemikirannya dalam bidang filsafat
pendidikan progesifisme di Amerika.Dewey juga tidak hanya berpengrauh di
kalangan ahli filsafat profesional, tetapi juga karena perkembangan idenya yang
fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik, dan ilmu
jiwa. Selain itu, ia juga tercatat sebagai juru bicara tentang cara-cara kehidupan
demokratis yang sangat terkenal di Amerika Serikat.
Aliran progresivisme yang didukung juga oleh filsafat pragmatisme John
Dewey yang menyatakan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan perantaaan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekakan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.Maka muncullah
“Child Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas. Menurut
Dewey pendidikan adalah proses dari kehidupam dan bukan persiapan masa yang
akan datang.
Selain itu, ia juga memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi.
Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-
kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah
antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak
cukup disekolah saja.Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.Sekolah harus dapat
mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar
atau daerah dimana sekolah itu berada. Untuk itu filsafat progresivisme
menghendaki sistem pendidikan dengan bentuk belajar “ sekolah sambil berbuat”
atau learning by doing.
3) Hans Vaihinger (1852 – 1933)
Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir
ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-
kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika
pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal
orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna
saja.
d. Prinsip-Prinsip Pendidikan Menurut Pandangan Progresivisme
Prinsip-prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme menurut Kneller (dalam
Uyoh Sadullah, 2010:148) meliputi:
1) Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.
2) Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
3) individu yang dijadikan sebagai motivasi belajar.
4) Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap pemberian
subject matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting dan
bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecahkan suatu masalah, anak dibawa
berpikir melewati beberapa tahapan yang disebut metode berpikir ilmiah, sebagai
berikut:
 Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah
 Menganalisis masalh tersebut dan menduga atau menyusun hipotesis-
hipotesis yang mungkin
 Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah
 Memilih dan menganalisis hipotesis
 Mencoba, menguji, dan membuktikan
5) Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa
6) Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan
persaingan.
7) Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan.
e. Pandangan Aliran Progresivisme Dalam Bidang Pendidikan
Berikut beberapa pandangan aliran progresivisme dalam bidang pendidikan, antara lain
sebagai berikut:
1. Pendidikan
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahnwa pendidikan harus
terpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Menurut
progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu:
1) Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan atau
kehidupan.
2) Belajar harus berhubungan dengan minat anak
3) Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan dari pada
pemberian bahan pelajaran
4) Guru berperan dalam pemberi advise, bukan untuk mengarahkan
5) Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi
6) Demokrasi
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan menurut pandangan aliran progresivisme adalah
pendidikan harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk
berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dalam proses perubahan secara terus
menerus.Yang dimakssud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan
masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan,
menganalisis, dan memecahkan masalah.Pendidikan bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu pendidikan juga bertujuan
membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang demokratis.
3. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum disusun sekitar pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi
maupun pengalaman sosial.Ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman
belajar.Kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat
direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada pengalaman.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa, dan dalam pemecahan masalah serta kegiatan
proyek. Pemecahan masalah akan melibatkan kemampuan berkomunikasi, proses
matematis, dan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya
menggunakan pendekatan interdisipliner. Buku merupakan alat dalam proses
belajar, bukan sumber pengetahuan. Metode yang dipergunakan adalah metode
ilmiah dalam ikuiri dan metode problem solving.
Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat fleksibel dan eksperimental
(pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan untuk diperiksa setiap
saat.Sikap progresivisme, memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas,
dinamika dan sifat-sifat sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai
kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya
rencana dan susunan yang teratur.
Menurut aliran progresivisme, kurikulum hendaknya :
1) Tidak universal, melainkan berbeda-beda berdasarkan kondisi yang ada
2) Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan
setiap peserta didik
3) Berbasis pada masyarakat
4) Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
4. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme
diantaranya adalah :
1) Metode pendidikan aktif, Pendidikan progresif lebih berupaya penyediaan
lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses
belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan
minatnya.
2) Metode memonitor kegiatan belajar, mengikuti proses kegiatan anak belajar
sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang
sifatnya memperlancar berlangsungnya kegiatan belajar tersebut.
3) Metode penelitian ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya
metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
4) Pemerintahan pelajar, pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan
pelajar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam
kehidupan sekolah.
5) Kerja sama pemerintah dengan keluarga, pendidikan progresif
mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam
rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk,
mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan
anak.
6) Sekolah sebagai laboratorium pembaharuan pendidikan, sekolah tidak
hanya tempat untuk belajar tetapi berperan pula sebagai laboratorium dan
pengembangan gagasan baru pendidikan.
5. Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran menurut Progresivisme
Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia
pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara
berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus
maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
 Peran Guru
Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada
anak, mempunyai peranan-peranan sebagai berikut :
1) Fasilitator, atau orang yang menyediakan dirinya untuk memberikan
jalan bagi kelancaran proses belajar sendiri siswa.
2) Motivator, atau orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk
terus giat belajar sendiri menggunakan semua alat dirinya.
3) Konselor, atau orang yang dapat membantu siswa menemukan dan
mengatasi sendiri masalah-masalah yang telah dihadapi setiap siswa
dalam kegiatan belajar sendiri.
4) Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang katakteristik
siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta
kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan yang
baik.
 Peran Siswa
Progresivisme menganggap setiap peserta didik sebagai subyek pendidkan
yang dituntut untuk aktif secara pribadi maupun kelompok.Sekolah adalah
dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, dimana aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan
pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Pendidikan berpusat pada anak
(child centered). Setiap anak didik adalah unik yang mempunyai pemikiran
sendiri, keinginan sendiri, serta memiliki harapan-harapan dan kecemasan
sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.Oleh karena itu, mereka dituntut
aktif dalam menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki secara aktif
baik individu maupun kelompok.

Contoh Penerapan aliran filsafat progresivisme dapat terlihat dari perubahan sistem
mengajar di sekolah. Dulu sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan pembelajaran
Teacher Learning Centre (TLC), dimana guru menjadi pusat pembelajaran. Namun karena
perkembangan zaman dan kesadaran akan perlunya mempersiapkan peserta didik yang
mampu mengatasi masalah-masalah baru yang muncu di kehidupan yang akan datang
maka diterapkanlah Student Learning Centre (SLC), diman peserta didik memiliki
kesempatan luas untuk bereksplorasi, menemukan hal-hal baru, serta mengembangkan
pendapat dan pikiran mereka. Pada pembelajaran SLC, guru hanya berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator untuk peserta didik.

B. Aliran Filsafat Pendidikan Essensialisme


a. Pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Essensialisme
Secara etimologi, Essensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential yang
berarti inti atau pokok dari sesuatu, dan isme berarti aliran, mazhab, atau paham.
Essensialisme adalah teori pendidikan yang menginginkan agar landasan yang digunakan
dalam system pendidikan adalah hal-hal yang bersifat essensial yaitu teruji oleh waktu,
bersifat menuntut, dan telah turun temurun dari zaman ke zaman.
Pandangan filsafat pendidikan Esensialisme dapat ditelusuri dari aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama
telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Kebudayaan lama dimaksud telah ada
semenjak peradaban umat manusia terdahulu, terutama semenjak zaman Renaissance
mulai tumbuh dan berkembang dengan megahnya. Kebudayaan lama melakukan usaha
untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman Yunani
dan Romawi kuno.
Essensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpu pada mazhab filsafat
idealisme dan realisme. Pada aliran idealisme pendidikan diarahkan pada upaya
pengembangan kepribadian anak didik sesuai dengan kebenaran yang berasal dari atas
yaitu dari dunia supranatural, yaitu Tuhan. Sedangkan aliran filsafat realisme berpendapat
bahwa upaya pendidikan harus diarahkan pada upaya menguasai pengetahuan yang sudah
mantap sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistimatis dalam berbagai
disiplin atau mata pelajaran. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung Essensialisme.
Essensialisme menghendaki agar landasan-landasan pendidikan adalah nilai-niai yang
essensial. Yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun dan telah turun menurun
darizaman ke zaman, dengan mengambil zaman renaissance sebagai permulaan
Kaum idealis dan kaum realis memiliki berbeda pandangan filsafatnya, namun
mereka tetap sepaham dalam hal:
1) Hakikat manusia yang mereka anut memberi makna pendidikan bahwa anak harus
menggunakan kebebasannya dan ia memerlukan bimbingan orang dewasa untuk
membantu dirinya, sebelum dia sendiri dapat mendisiplikan dirinya; dan
2) Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan
hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk
mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial.

Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan
akhirat. Isi pendidikanya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang
mampu mengerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi essensialisme
merupakan miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan
kegunaan. Maka dalam sejarah perkembanganya, kurikulum esensialisme menerapkan
berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga
peranan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.

b. Ciri-Ciri Filsafat Pendidikan Aliran Essensialisme


Ciri-ciri filsafat pendidikan Essensialisme menurut William C. Bagleyadalah
sebagai berikut :
1) Minat-minat yang kuat dan tahan lama yang sering tumbuh dari upaya-upaya
belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari
dalam diri siswa.
2) Pengawasan pengarahan dan bimbingan orang dewasa yang melekat dalam masa
balita yang panjang atau adanya keharusan ketergantungan yang khusus pada
spesies manusia.
3) Kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan,
menegakkan kedisiplinan adalah cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
4) Essensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pendidikan,
sedangkan sekolah-sekolah adalah pesaing yang memberikan teori yang lemah.
c. Tokoh-tokoh Aliran Essensialisme dan Pandangannya Mengenai Pendidikan
Adapun para pemikir besar (tokoh) yang telah dianggap sebagai peletak dasar asas-
asas filsafat paham (aliran) esensialisme, yaitu terutama yang hidup pada zaman klasik;
1. Plato, Aristote, Demokritos. Plato dianggap sebagai bapak obyektive idealisme dan
juga sebagai peletak dasar teori modern dalam esensialisme. Sedangkan Aristoteles
dan Demokritos, keduanya dianggap sebagai bapak obyektive realisme. Kedua ide
tersebut (idealisme dan realisme) itulah yang menjadi latar belakang
thesisessensialisme. Penggalan kronologis dijatuhkan kepada periode sebelum dan
sesudah tahun tiga puluh abad ini. Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang
hidup pada akhir Abad ke-15 dan permulaan Abad ke-16, adalah tokoh yang mula-
mula sekali memberontak terhadap pandangan hidup yang berpijak kepada “dunia
lain.” Tokoh ini berusaha agar kurikulum di sekolah bersifat humanis dan bersifat
internasional, yang dapat diikuti oleh kaum tengahan dan aristocrat. Pendidikan
yang seperti ini memberikan kemungkinan dapat berlangsungnya perubahan yang
diharapkan oleh Erasmus tersebut.
2. Johann Amos Comenius (1592-1670) adalah pendidik Renaisans pertama yang
berusaha untuk mensistematisasikan proses pengajaran. Tokoh ini dengan memilik
pandangan-pandangannya, dapat disebut seorang realis yang dogmatis. Ia berkata
antara lain bahwa hendaklah segala sesuatu diajarkan melalui indera karena indera
adalah pintu gerbang jiwa. Jadi pintu gerbang dari pengetahuan itu sendiri.
Disamping itu, Comenius mempunyai pendirian bahwa karena dunia itu dinamis
dan bertujuan, tugas kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan
kehendak Tuhan.
3. John Locke (1632-1704), adalah tokoh dari Inggris yang dikenal sebagai
“pemikiran dunia ini”, ia berusaha agar pendidikan menjadi dekat dengan situasi-
situasi dan kondisi. John Locke mempunyai sekolah kerja untuk anak-anak miskin.
4. Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827) percaya sedalam-dalamnya mengenai alam
dalam arti peninjauan yang bersifat naturalistis. Alam dengan sifat-sifatnya
tercermin pada manusia, yang karenanya manusia memiliki kemampuan-
kemampuan wajarnya, disamping itu Pestalozzi percaya hal-halyang transdental,
dengan mengatakan bahwa manusia itu mempunyai hubungan transdental langsung
dengan Tuhan.
5. Pandangan serba Transdental ini Nampak pula pada Johan Friedrich (1782-1827)
dengan corak pandangannya yang bersifat kosmis-sintetis. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan dan merupakan bagian dari alam ini.
Oleh karena itu ia tunduk dan mengikuti ketentuan dari hukum-hukum
alam.Dengan tertarik kepada pendidikan anak kecil, ia memandang anak
sebagaimakhluk yang berekspresi kreatif. Dalam tingkah laku demikian ini tampak
adanya kualitas metafisis, maka tugas pendidik adalah memimpin anak didikini
kearah kesadaran diri sendiri yang murni, sesuai dengan pernyataan dari Tuhan.
6. Johann Friedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid Immanuel Kant, adalah
tokoh yang selalu bersifat kritis. Ia berpendirian bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan yangmutlak, yang berarti antara
lain penyesuian dengan hukum-hukum kesusilaan.Proses untuk mencapai tujuan
pendidikan ini oleh Herbart disebutkan pengajaran yang mendidik.
7. Tokoh terakhir yang perlu dibicarakan dalam rangka menyikap sejarahesensialisme
ini adalah William T. Harris (1835-1909). Sebagai tokohAmerika Serikat yang
dipengaruhi oleh Heggel ini berusaha menetapkanidealisme objektif pada
pendidikan umum. Menurus Harris, tugas pendidikanadalah mengizinkan
terbukanya realita berdasarkan susunan yang tidakterelakkan (pasti) bersendikan
kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembagayang memelihara nilai-nilai yang telah
turun-menurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang kepada masyarakat.
d. Prinsip-prinsip Pendidikan Menurut pandangan filsafat Essensialisme
1) Pendidikan harus menekankan pada pentingnya disipin
2) Inisiatif dalam pendidikan harus dimiliki oleh guru bukan siswanya
3) Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subject matter yang telah
ditentukan
4) Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang berkaitan dengan
disiplin mental
5) Tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
(Khobir dikutip Abas:2015).
e. Pandangan Aliran Progresivisme Dalam Bidang Pendidikan
Berikut beberapa pandangan aliran progresivisme dalam bidang pendidikan, antara
lain sebagai berikut:
1. Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan warisan
budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah
bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Budaya tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam
tempo lama. Selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan
manusia untuk hidup. Namun demikian bukan berarti sekolah lepas tanggung
jawab, akan tetapi memberi kontribusi tentang bagaimana merancang sasaran mata
pelajaran sedemikian rupa, yang pada akhirnya memenuhi kebutuhan peserta didik
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan.
2. Kurikulum
Beberapa tokoh aliran esensialisme memandang bahwa kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran atau subjek matter
centered dan berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat.
Penguasaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang bersifat
essensialisme general education yangdiperlukan dalam hidup. Belajar dengan
tepat berkaitan dengan disiplin yang diyakini akan mampu mengembangkan
pikiran peserta didik dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik di
sekitarnya (Barnadib, 1997).
Dengan demikian, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia di duni dan akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut isi pendidikan
mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan
kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran dari suatu kenyataan, kebenaran
dan kegunaan. Maka dalam proses perkembangannya, kurikulum esensialisme
menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme,
behavriorisme, dan sebagainya sehingga peranan lembaga pendidikan formal atau
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan dapat berfungsi sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di lingkungan masyarakat.
3. Peranan sekolah, pendidik dan peserta didik
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan
sejarah pada generasi muda dewasa ini, melalui hikmat dan pengalaman yang
terakumulasi dari disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak
persamaan dengan perenialisme. Guru memegang peran lebih khusus, di mana guru
dianggap sebagai seorang yang menguasai lapangan, subjek khusus dan
merupakan model yang baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang
mengusai pengetahuan, ilmu. Dalam pendidikan formal, kelas berada di bawah
pengaruh dan pengawasan guru (Barnadib, 1997).
Peran peserta didik adalah belajar, bukuan untuk mengatur pelajaran. Menurut
idealisme belajar, yaitu menyesuaikan diri pada kebaikan dan kebenaran seperti
yang telah ditetapkan oleh yang absolut. Sedangkan menurut realisme belajar
berarti penyesuaian diri terhadap masyarakat dan alam. Belajar berarti menerima
dan mengenal dengan sungguh-sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang
timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan berikutnya
(Dinn Wahyudin, 2010:4.20-4.22).
4. Pendidikan
Bagi penganut Esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk memelihara
kebudayaan, “Edukation as Cultural Conservation”. Mereka percaya bahwa
pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teruji dalam segala
zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan adalah esensial yang mempu mengemban
hari kini dan masa depan umat manusia.
5. Metode
Dalam hal metode pendidikan Esensialisme menyarankan agar sekolah-sekolah
mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin
mental. Metode problem solving memang ada manfaatnya, tetapi bukan prosedur
yang dapat diterapkan dalam seluruh kegiatan belajar.

Contoh pendidikan eksistensialisme yaitu adanya penerapan program ekstrakurikuler


di sekolah. Dalam program ini peserta didik bebas memilih apa yang menjadi kesenangan
dan bakat mereka tanpa adanya paksaan. Dari program ekstrakurikuler ini peserta didik
dapat menunjukkan prestasi dan eksistensinya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat pendidikan yang kita
gunakan dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi karakter peserta didik kedepannya.
Masing-masing aliran memiliki ciri-ciri dan pengaruh terhadap pendidikan. Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
berpusat pada anak (child-centered).Sebagai reaksi terhadap pelaksanan pendidikan yang
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Essensialisme
adalah teori pendidikan yang menginginkan agar landasan yang digunakan dalam system
pendidikan adalah hal-hal yang bersifat essensial yaitu teruji oleh waktu, bersifat menuntut,
dan telah turun temurun dari zaman ke zaman.

B. Saran
Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dipaparkan dalam makalah ini
diharapkan para pembaca terutama bagi calon pendidik untuk dapat mengkritisi, memahami,
mendalami, dan menerapkan aliran filsafat pendidikan yang dapat membangun pendidikan
yang bermutu.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal, M.Ichsan Thaib. 2015. Essensialisme Dalam Perspektif Fisafat Pendidikan Islam. UIN Ar-
Raniry Banda Aceh, muhammadichsanthaib@gmail.com

http://diandammetinambunan.wordpress.com. Aliran Filsafat Progresivisme. diakses Pada


tanggal 10 Mei 2020

http://www.academia.edu. Aliran Essensialisme Dalam Pendidikan .diakses pada tanggal 10 Mei


2020

Muis, Imam. 2004. Pendidikan Partisipatif Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John
Dewey. Yogyakarta: Safira Insani Press

Zuhairini. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai