FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH
PADA ANAK BALITA DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012
Rina Mariani
Program Studi Keperawatan Kota Bumi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang,
Email: rinadainang@gmail.com
Abstract.
0,05, maka
hhubungan kedua variabel tersebut tidak
bermakna. Hasil uji chi square didapatkan ada
hmbungan antara_pengetahuan ibu dengan
Kejadian gizi lebih (p value 0,003), ada
hubungan antara keturunan keluarga dengan
Kejadian gizi lebih (p value 0,000), ada
hubungan antara pola makan dengan kejadian
gizi lebih (p value 0,008), ada hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi
lebih (p value 0,015) dan ada hubungan antara
asupan makanan dengan kejadian gizi lebih (p
value 0,023).
Hasil Analisis Multifariat
Pada table 3, memperlihatkan hasil
analisis multivariate terhadap variabel-variabel
yang ada, sehingga diketahui faktor yang bersih
dan paling bersih terhadap kejadian gizi lebih.
Setelah dilakukan dua kali uji yaitu uji seleksi
bivariat dengan ketentuan nilai p < 0,25 lalu
dilanjutkan dengan pemodelan _multivariat
dengan ketentuan nila p wald < 0,05.Jumal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.2 Edisi Desember 2013, ISSN: 19779-469X
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Variabel Independen pada Anak Balita di
Kabupaten Lampung Utara tahun 2012
Kasus (n=43)
Kontrol (n=86)
Variabel dan Kategori "C0 nC) a ow)
T. Pengetafuan ibw
a.Kurang baik 39(90,7) 55(64,0) 94(72,9)
b. Baik 4093) 3136.0) 3527.1)
2. Keturunan keluarga
a. Tidak gemuk 20(46,5) 78 (90.7) 98 (76,0)
b, Gemuk 23(53,5) 80,3) 31 (24,0)
3.Pola akan ~
a. Tidak baik 40(93,0) 61(70,9) 101(78,3)
b. Baik 3.(7,0) 2529,1) 28 (21,7)
4. Aktivitas fisik
a. Tidak 26(60,5) 316.0) 57 (44,2)
b. Ya 1795) 55(64,0) 72.(55,8)
5. Asupan makan
a. Lebih 34(79,1) 49(57.0) 83 (64,3)
b. Baik 9(20,9) 37(43,0) 46 35,7)
Tabel 2.
‘Analisis Bivariat Variabel Independen dengan Kejadian Gizi Lebih pada Anak Balita di Kabupaten
‘Lampung Utara tahun 2012.
Kasus Kontrol Total
Variabel dan (n=43) (n=86) (u=129) —Pvalue OR 95% CI
Kategori n(%) n(%) n(%)
T, Pengetahuan ibu
a. Kurang baik 39(90,7) $5(64,0) 94(72,9) 0,003 549
b. Baik 403) 31G6,0) 35(27,1) (1,79-16,8)
2.Keturunan keluarga
a. Tidak gemuk
b. Gemuk 20(46,5) 78 (90,7) 98(76,0) 0,000 11,21
23(53,5) 80,3) 3124.0) (436-28,771)
40(93,0) 61(70,9) 101(78,3) 0,008 546
4, Aktivitas fisik 37,0) 2529.1) 28 (21,7) (1.47-19,30)
a. Tidak
b. Ya 26(60,5) 31(36,0) 57(44,2) 0,015 2.713,
5. Asupan makan 1769,5) 55(64,0) 7255.8) (0,27-5,76)
a. Lebih,
b. Baik 34(79,1) 49(57.0) 83.(64,3) 0,023 2,85
9209) 31430) 47 35,7) (1,22-6,67)
51Rina Mariani, Faktor-faktor yang Bethubungan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Balita
Tabel 3.
Model Multifariat Setelah Uji Interaksi/Model akhir multifariat
5 OR 95% CI
Variabel B Sig ae
Pengetahuan ibu 2,586 0,001 13,280 2923 60,337
‘Keturunan Keluarga 2,895 0,000 18,090 5.465 50.884
Pola makan 1,964 0,018 7,129 1.408 36.105
Aktivitas Fisik 1,788 0,001 5,980 2072 17.261
Constant 3.060 0,000 0,047
PEMBAHASAN ~ gizi lebih pada anak balita di Kabupaten
Hubungan antara pengetahuan ibu terhadap
kejadian gizi lebih.
Hasil Uji statistik dengan menggunakan
chi square diperoleh nilai p = 0,003 yang,
‘menunjukkan bahwa ada fhubungan yang,
signifikan antara pengetahuan ibu dengan
Kejadian gizi lebih pada anak balita di
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012.
Diperoleh juga nilai OR=5,49 (1,79-16,8) yang
berarti ibu balita berpengetahuan kurang
baik mempunyai risiko memiliki balita dengan
gizi lebih sebesar 5,49 kali dibandingkan ibu
balita yang berpengetahuan baik.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa
tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
dan pengolahan makanan yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada keadaan gizi individu
dan keluarga yang bersangkutan. Pengetahuan
ibu merupakan salah satu faktor tidak langsung
yang menyebabkan terjadinya kejadian gizi
lebih pada balita (Moore, 1997).
Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Wahyusari mengenai_~=—_hubungan
pengetahuan ibu terhadap kejadian obesitas di
desa Metesch Kecamatan Boja, Kabupaten
Kendal tahun 2011 dimana ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan bu tentang
obesitas dengan kejadian obesitas dimana p
value 0,035.
Hubungan antaraketurunan
dengan kejadian gizi lebih
Hasil uji statistik dengan menggunakan
chi square diperoleh nilai p = 0,000 yang
‘menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara keturunan dengan kejadian
keluarga
Lampung Utara Tahun 2012. Diperoleh juga
nilai OR=11,21 (4,36-28,77) yang berarti anak
balita yang memiliki keturunan gemuk lebih
berpeluang mengalami kejadian gizi lebih
sebesar 11,21 kali dibandingkan dengan anak
balita yang keturunannya tidak gemuk.
Hal ini sesuai dengan pendapat Diezt
dalam Penuntun Diet Anak (2003), seorang
‘anak berisiko menderita gizi lebih atau obesitas
sebesar 80% jika kedua orang tuanya
mengalami kegemukan/obesitas dan menderita
kegemukan 40% jika salah satu orang tuanya
mengalami kegemukan. Hasil _peneli
Anggraini S. (2008) dengan judul faktor risiko
‘obesitas pada anak taman kanak-kanak di Bogor
menyatakan ada hubungan antara kedua orang
tua atau salah satu orang tua yang gemuk
dimana pvatue = 0,000.
Hasil ini juga sejalan dengan teori dari
Depkes (2002) bahwa anak-anak dari orang tua
gemuk/obesitas cenderung tiga sampai delapan
ali menjadi obesitas dibandingkan dari orang,
tua berat badan normal
Hubungan antara pola makan dengan
kejadian gizi lebih
Hasil uji statistik dengan menggunakan
chi square diperoleh nilai p = 0,008 yang
‘menunjukkan bahwa ada fhubungan yang
signifikan antara pola makan dengan kejadian
gizi lebih pada anak balita di Kabupaten
Lampung Utara Tahun 2012. Diperoleh juga
nilai OR=5,46 (1,47-19.30) yang berarti balita
yang pola makannya tidak baik berpeluang
mengalami kejadian gizi lebih sebesar 5,46
kali dibandingkan dengan balita yang pola
‘makannya baik.
Hasil di atas sesuai dengan The
American Population Study Cardia
menjelaskan bahwa makanan
positif berhubungan terhadap peningkatan berat
52Jural Keschatan Metro Sai Wawai Volume VI No.2 Edisi Desember 2013, ISSN: 19779-469X
badan. Seseorang _ yang mengkonsumsi
makanan siap saji > 2 kali per minggu berat
badannya meningkat 4.5 Kg dibandingkan
‘dengan anak yang makan siap saji hanya 1 kali
per minggu. Makanan siap saji kini semakin
digemari, terutama anak-anak. Makanan ini
baik hanya sebagai kudapan maupun makanan
besar. Makanan ini mudah diperoleh, disamping
lebih bergengsi karena terpengaruh iklan, Pada
umumnya makanan siap saji_mengandung
tinggi kalori, lemak termasuk kolesterol dan
sedikit mengandung serat. Tinggi konsumsi
energi terutama yang berasal dari lemak akan
berpengaruh terhadap terjadinyamasalah
keschatan yaitu gizi lebih atau obesitas dan
penyakit degeneratif (WHO, 2000).
Hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian gizi lebih
Hasil uji statistik dengan menggunakan
chi square diperoleh nilai p = 0,015 yang
‘menunjukkan bahwa ada _hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian
gizi lebih pada anak balita di Kabupaten
Lampung Utara Tahun 2012. Diperoleh nilai
‘OR = 2,713 (0,27-5,76) yang berarti balita yang,
tidak melakukan aktivitas fisik lebih berpeluang,
mengalami kejadian gizi lebih sebesar 2,71 kali
dibandingkan dengan yang melakukan
aktivitas fisik.
Hal ini sesuai dengan teori yang
mengatakan gizi lebih atau obesitas juga dapat
terjadibukan hanya Karena makan yang
berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas
fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan
energi. Seseorang yang kurang melakukan
aktivitas fisik menyebabkan tubuh Kurang
‘menggunakan energi yang tersimpan di dalam
tubuh. Oleh karena itu jika asupan energi
berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas
fisik yang sesuai maka berkelanjutan dapat
menyebabkan kegemukan atau obesitas.
chi square diperoleh nilai p = 0,023 yang
‘menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan
antara asupan makanan dengan kejadian gizi
lebih pada anak balita di Kabupaten Lampung
Utara Tahun 2012. Diperoleh nilai OR = 2,85
(1,22-6,67) yang berarti balita yang asupan
makananya lebih berpeluang mengalami
kejadian gizi lebih sebesar 2,85 kali
dibandingkan dengan balita yang memiliki
asupan makanan baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
bahwa makanan diperlukan untuk pertumbuhan
dan menggantikan sel tubuh yang rusak
Persoalan akan muncul jika makanan yang
dikonsumsi melebihi Kebutuhan. Jika ini
berlangsung terus menerus akan mengakibatkan
penimbunan lemak dalam tubuh sehingga
berisiko mengalami kegemukan (Supariasa,
2002).
Hasil _penelitian Anggraini—_S.
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara tingkat kecukupan energi
dengan status gizi obes anak (p value = 0,033)
dimana anak yang obes_cenderung
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
banyak dan menyukai aktivitas makan,
Faktor yang paling bersih_ berhubungan
dengan kejadian gizi lebih.
Setelah —dilakukan —_pemodelan
multivariat, maka didapatkan ada 4 faktor yang
bersih berhubungan dengan kejadian gizi lebih
pada anak balita, yaitu: pengetahuan ibu,
keturunan keluarga, pola makan dan aktivitas
fisik. Sedangkan faktor yang paling bersih
sesungguhnya adalah faktor keturunan keluarga
yang mempunyai nilai p value 0,000 dan OR =
18,090 (95% CI: 5,465-59,884) yang artinya
anak balita yang mempunyai riwayat keturunan
keluargagemuk atau gizi lebih mempunyai
risiko 18,09 kali untuk terjadinya gizi lebih
dibandingkan dengan riwayat —_keturunan
keluarga tidak gemuk.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa orang,
‘mempunyai bawaan gemuk, secara alami iaakan
‘menjadi gemuk dan orang yang mempunyai
‘bawaan kurus maka secara alami ia akan
‘menjadi kurus. Keadaan ini tidak akan berubah
bila tidak ada upaya yang kontinyu yaitu
‘mengubah kebiasaan makan yang menyebabkan
‘obesitas dan meningkatkan aktivitas _fisik
(Wirakusumah, 1994 dalam Damayanti, 2002).
Gizi lebih yang dialami anak balita
akan terus terjadi sampai remaja dan dewasa,
hal ini didukung dengan penegetahuan ibu yang
Kurang dalam hal pemilihan dan penyajian
makanan serta adanya pola makan yang tidak
bbaik dengan memberikan anak makanan siap
saji. Tingkat —_pengetahuan
berpengaruh terhadap sikap dan per
pemilihan makanan yang pada akhimya akan
berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
bersangkutan (Moore, 1997).
‘Anak masa sekarang menyukai makanan siap
saji (fast food), minuman ringan dan makanan
ringan seperti somay, coklat, yang banyak
53Rina Mariani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Lebih pada Balita
mengandung lemak serta gula. Makanan
tersebut merupakan faktor penyebab terjadinya
gizi lebih pada balita, Makanan siap saji
merupakan jenis makanan dengan kandungan
tinggi lemak atau tinggi kalori namun rendah
serat. Begitupun dengan soft drink (minuman
ringan) Aini Nur, 2012).
Kebiasan makan cemilan yang
banyak mengandung gula atau lemak sambil
‘menonton televisi (TV) atau main games
‘mengakibatkan anak banyak menghabiskan
‘waktunya di depan televisi atau games tersebut.
Suatu data menunjukkan aktivitas fisik anak-
anak cenderung menurun karena aktivitas di
dalam rumah lebih banyak daripada di luar
rumah. Hasil penelitian didapatkan bahwa
bermain di dalam rumah > 2 jam berisiko 5,2
kali untuk terjadinya gizi lebih pada balita dan
menonton televisi/games di komputer > 2 jam
berisiko 5,46 kali untuk terjadinya gizi lebih
pada balita (Desvitasari, 2011).
SIMPULAN
Hasil penelitian ini didapatkan: Ada
hubungan antara pengetahuan ibu, keturunan
keluarga, pola makan, aktivitas fisik dan asupan
‘makanan dengan kejadian gizi lebih pada anak
balita di Kabupaten Lampung Utara tahun
2012. Setelah masuk pemodelan multivariat
didapatkan ada 4 faktor yang _bersih
berhubungan dengan kejadian gizi lebih pada
balita yaitu: pengetahuan ibu, keturunan
keluarga, pola makan dan aktivitas fisik,
dimana faktor yang paling bersih berhubungan
dengan kejadian gizi lebih adalah faktor
keturunan keluarga.
SARAN
Diharapkan adanya program
pencegahan dan pemantauan kejadian gi
lebih pada anak balita. Pencegahan yang
dilakukan: pencegahan primer, sekunder dan
tersier, seperti kegiatan penimbangan pada anak
balita sampai berusia 5 tahun dan_memberikan
reward kepada ibu yang rajin_membawa
anaknya ke Posyandu atau Puskesmas sampai
usia 5 tahun, agar penjaringan anak balita
dengan gizi lebih dapat diketahui lebih awal
dan intervensi dapat dilakukan dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. 2012 Pengendatian Pola Makan
untuk Mencegah Obesitas
‘www kulinologi.biz/index.php Diakses
November 2012
Anggraini, Suciaty. 2008, Faktor Risiko
Obesitas Pada Anak Taman Kanak-
kanak di Kota Bogor. Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.
Fakultas Pertanian.IPB: Bogor
Bramirus, Mikail. 2011 Gizi Lebih, Ancaman
Tersembunyi Pada Anak,
hnttp://Kompas.com/Gizi.lebih. Ancaman.
Tersembunyi. Pada Anakihtm!. Diakses
19 September 2012
Damayanti. 2002,Waspadai kegemukan pada
‘anak, www.keluargaschat.com diakses
November 2012
Depkes RI. 2002, Gizi Lebih pada Anak
‘www. bppsdmk.depkes.go.id/Gizi-lebih-
‘merupakan-ancaman-masa-depan-
anak/atml, Diakses 19 September 2012
Desvita Sari, Mahesa 2011, Hubungan Pola
‘Makan dan Aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas anak pada siswa SD
DEK Padang tahun 201.1
Repository.unand.ac.id/18046/ Diakses
November 2012
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara.
2011, Laporan Takunan tahun 2011
Seksi Gizi Masyarakat. Kota Bumi
Dinkes Provinsi Lampung, Riskesdas Provinsi
Lampung Tahun2007 dan 2010, Bandar
‘Lampung
Gibney J. Michael, et all. 2009, Gizi Kesehatan
‘Masyarakat. Bahasa Andry
Hartono; editor edisi Bahasa Indonesia.
Palupi Widyastuti. rita Agustina
Hardiyanti. Jakarta: EGC
Hayati, Nurjanah. 2009, Faktor-faktor yang
Menjadi Penyebab Obesitas. FKM. Ul
Jontar.ui.ac.idlife?file=digital/124640-
S.pdf Diakses September 2012
Hidayati, all et. 2006, Obesitas Pada Anak
www.pediatrik.com. Diakses tanggal 22
November 2012
Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes) RI
‘Nomor:1995/Menkes/SK/X11/2010.
Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak, Kementerian Kesehatan RI
Dir Jen Bina Gizi dan Kesehatan Tbu dan
Anak Direktorat Bina Gizi. 2011Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No2 Bdisi Dessmber 2013, ISSN: 19779-469X
WHO, 2002, Obesity: Preventing and
Moore, Mary Courtney. 1997.
‘Managing the Global Epidemic. Geneva:
Buku Pedoman Terapi diet dan Nutrisi.
Ali bahasa, Liniyanti D. Oswari: Editor, WHO ‘Technical Report
Melfiawati S. Edisi 2. Jakarta Series.www.who.int Diakses Desember
2012
Hipokrates
55