Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BAB ini membahas konsep dasar mutu pelayanan kesehatan, program
menjaga mutu, dan bentuk program menjaga mutu baik ditinjau dari
pelaksanaannya maupun ditinjau dari kedudukan organisasi pelaksanaan program
menjaga mutu yang perlu anda ketahui.
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa,
yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan
kebutuhan para pengguna. Mutu merujuk pada tingkat kesempurnaan dalam
memberikan kepuasan pada pengguna layanan. Program menjaga mutu adalah
suatu upaya yang dilakukan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan
terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan berdasarkan standard yang telah ditetapkan, menetaokan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
tersedia, serta melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran-
saran tindak lanjut meningkatkan mutu pelayanan. Mutu merupakan derajat
dipenuhinya persyaratan yang ditentukan. Mutu adalah kesesuaian terhadap
kebutuhan, bila mutu rendah merupakan hasil dari ketidaksesuaian. Mutu tidak
sama dengan kemewahan. Suatu produk atau pelayanan yang sesuai dengan
segala spesifikasinya akan dikatakan bermutu, apapun bentuk produknya. Mutu
harus dapat dicapai, diukur, dapat memberi keuntungan dan mencapainya
diperlukan kerja keras.
Pelayanan kesehatan adalah setiap uapaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta

1
2

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.


Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standard dank ode
etik profesi (Sriyanti, 2016).
Dengan penerapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan, kepui
bagian yang integral dan menyuluruh dari kegiatan jaminan mutu kesehatan.
Artinya, pengukuran tingkat kepuasan pasien harus menjadi kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dan pengukuran mutu layanan kesehatan. Konsekuensi dari pola
piker yang demikian adalah dimensi kepuasan pasien menjadi salah satu dimensi
mutu layanan kesehatan yang penting (Pohan, 2007).

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah mutu layanan dan kebijakan kesehatan.
Dan dapat memahami apa itu mutu pelayanan kesehatan, agar dapat
melaksanakan mutu pelayanan kesehatan dengan baik.

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa itu mutu pelayanan kesehatan.
2. Untuk mengetahui apa saja persiapan mutu pelayanan kesehatan.
3. Untuk mengetahui apa dimensi mutu pelayanan kebidanan.
4. Manfaat program jaminan mutu pelayanan kebidanan.

1.3 Manfaat
a. Bagi Pemakalah Selanjutnya
Kepada pemakalah selanjutnya, penulis berharap dapat menerapkan
pengetahuan permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi sosial.
3

b. Bagi STIKes Getsempena Lhoksukon


Kepada institusi pendidikan, dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih
lanjut, dan menambah wawasan serta dapat dijadikan daftar pustaka
perpustakaan yang bermanfaat bagi pembaca.

c. Bagi Tenaga Kesehatan


Kepada tenaga kesehatan, diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi mengenai kesehatan wanita.

d. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat mengetahui informasi tentang kesehatan wanita dalam
dimensi sosial secara keseluruhan.
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kebidanan


Mutu pelayanan kebidanan adalah pelayanan kebidanan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa/pasien pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaranya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi bidan (Sriyanti, 2016).

2.2 Persiapan Mutu Pelayanan Kebidanan


1. STANDAR PELAYANAN UMUM

Standar 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Tujuan:

1. Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan


kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang
bertanggung jawab.
2. Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,
keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan
kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan
kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua,
menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang
baik.
3. Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan
yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya
tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia
muda.

4
5

4. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai


dengan kebutuhan

Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Tujuan:

1. Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk


pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian
kinerja.
2. Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya
dengan seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua
ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan
sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi
baru lahir semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada
masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikutsertakan kader
untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam
masa nifas,dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan
tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi
untuk meningkatkan pelayanan.
3. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
4. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran
bayi dan pelayanan kebidanan.
6. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran
dan kematian ibu dan bayi.
7. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
6

8. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami


masalah kesehatan setempat.
9. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA,
dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan
pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua
dokumen yang diperlukan.
10. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format
pencatatan tersebut diatas.
11. Pemerataan ibu hamil.
12. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat
jumlah kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
13. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan
untuk mempelajari hasil kerjanya.
14. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.
15. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat
tanggal, waktu dan paraf.

2. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Tujuan :

1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,
suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur
7

2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan


kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan
hamil
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur
5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil,
suami, keluarga maupun masyarakat

Standar 4: Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal

Tujuan :

1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini


komplikasi kehamilan
2. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal
3. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya
yang diberikan oleh puskesmas
4. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan
5. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini
dan komplikasi kehamilan
8

6. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya


kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan
7. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan
8. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (kartu ibu )
9. Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan

Standar Pelayanan 5 : Palpasi Abdominal

Tujuan :

Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,


penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin

1. Pernyataan Standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan


melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila
umur kehamialn bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah,
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu

2. Hasilnya :
a. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.
b. Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan.
c. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya
sesuai dengan kebutuhan.
9

3. Persyaratannya :
a. Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar.
b. Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi
baik
c. Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima
masyarakat
d. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk
pencatatan
e. Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang
memerlukan rujukan.
f. Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap
kunjungan antenatal.

Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak


lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan
berlangsung

1. Pernyataan Standar :
Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

2. Bidan Mampu :
a. Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
b. Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
c. Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
d. Tersedia tablet zat besi dan asam folat
e. Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
f. Obat cacing
10

g. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu


h. Proses yang harus dilakukan bidan :

Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama


dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan
termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika
anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku
pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu
hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Sarankan
ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi
sampai 4-6 bulan setelah persalinan.

Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan


melakukan tindakan yang diperlukan

1. Pernyataan Standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada


kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

2. Hasilnya:

Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai


dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat
eklampsi

3. Persyaratannya :
Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran
tekanan darah
11

4. Bidan Mampu :
Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda
preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan ketentuan

Standar 8 Persiapan Persalinan

1. Pernyataan Standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan
akan di rencanakan dengan baik

2. Persyaratan:
a. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada
trimester terakhir kehamilan
b. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang
indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah
sakit
c. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan
persalinan yang aman dan bersih
d. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
e. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam
keadaan DTT/steril
f. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan
cepat jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
g. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf
h. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan
12

3. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN

Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

1. Pernyataan Standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung

2. Hasilnya :
a. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan
tepat waktu bia diperlukan
b. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang
ditolong tenaga kesehatan terlatih
c. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus
lama.

Standar 10: Persalinan Kala Dua Yang Aman


Tujuan :
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
1. Pernyataan Standar :
Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap
13

2. Persyaratan:
1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan
secara bersih dan aman
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung
tangan steril
4. Perlengkapan alat yang cukup

Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Ii

Tujuan :
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta.

1. Pernyataan Standar :
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

Standar 12 : Penanganan Kala Ii Dengan Gawat Janin Melalui


Episiotomy
Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda
gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

1. Pernyataan Standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
14

4. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS


Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Tujuan :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi

1. Pernyataan Standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah dan menangani hipotermia.

Standar 14: Penanganan Pada 2 Jam Pertama Setelah Persalinan

Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala 4
untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan
sayang bayi, memulai pemberian IMD.
1. Pernyataan Standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang di perlukan.

Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas

Tujuan :

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah


persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
15

1. Pernyataan Standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB.

5. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN


NEONATAL

Standar 16: Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester


III
Tujuan :
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam
trimester 3 kehamilan.
1. Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

Standar 17: Penanganan Kegawatan Dan Eklamsi

Tujuan :

Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan


memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi.
16

1. Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam,
serta merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

Standar 18: Penanganan Kegawatdaruratanan Pada Partus Lama

Tujuan :
mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
kegawatdaruratan pada partus lama/macet

1. Pernyataan Standar:
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.

Standar 19: Persalinan Dengan Menggunakan Vacum Ekstrator

Tujuan :
untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan
vakum ekstraktor.

1. Pernyataan Standar :
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya
secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan
memastikan keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.

Standar 20: Penangan Retensio Plasenta

Tujuan :
mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio
plasenta total / parsial.
17

1. Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan
pertolongan pertama termasuk plasenta manual dan penanganan
perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

Standar 21: Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

Tujuan :
mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang
tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri.

1. Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam
pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.

Standar 22: Penanganan Perdarahanpost Partum Sekunder

Tujuan :
mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta
melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

1. Pernyataan Standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama
untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
18

Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

Tujuan :
Mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang
tepat
1. Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis
puerperalis, serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya

Standar 24: Penanganan Asfiksia Neonaturum

Tujuan :
mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,
mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan
kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum.
1. Pernyataan Standar:
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia,
serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis
yang di perlukan dan memberikan perawatan lanjutan (Hubaedah &
Inayanti, 2019).

2.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kebidanan


Dimensi mutu adalah parameter kualitas suatu produk. Dimensi mutu
pelayanan kesehatan akan memiliki makna yang berbeda bila dilihat dari sisi
yang berbeda seperti bila dilihat dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
(Hubaedah dan Inayanti 2019).
Mutu pelayanan kebidanan memiliki dimensi yang berbeda dengan dimensi
produk yang lain di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Dimensi Kompetensi Teknis
19

Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan,


penampilan, atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini
berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti
standar layanan kesehatan yang telah disepakati yang meliputi
ketepatan, kepatuhan, kebenaran, dan konsistensi. Tidak dipenuhinya
dimensi kompetensi teknis dapat mengakibatkan berbagai hal, mulai
dari penyimpangan kecil terhadap standard layanan kesehatan, sampai
pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan
dan membahayakan jiwa pasien.
2. Dimensi Keterjangkauan atau Akses
Artinya, layanan kesehatan harus dapat dicapai dan dijangkau oleh
masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi,
organisasi, dan bahasa.Akses geografis diukur dengan jarak lamanya
perjalanan, biaya perjalanan, jenis transportasi, atau hambatan fisik
lain yang dapat menghalangi seseorang memperoleh layanan
kesehatan.
3. Dimensi Efektivitas
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit dan
berkembang luasnya penyakit yang ada. Efektivitas layanan kesehatan
ini begantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu
digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat.
Dimensi efektivitas berhubungan erat dengan dimensi kompetensi
teknis terutama dalam pemilihan alternative dalam menghadapi
relative risk dan keterampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat
dalam standar layanan kesehatan.
20

4. Dimensi Efisiensi
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh karena itu dimensi
efisiensi kesehatan sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan
kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan
masyarakat. Layanan kesehatan yang tidak efesien umumnya berbiaya
mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, dan
menimbulkan resiko yang lebih besar pada pasien. Dengan melakukan
analisis efisiensi dan efektivitas kita dapat memilih intervensi yang
paling efesien.
5. Dimensi Kesinambungan
Dimensi kesinambungan layanan kesehatan artinya pasien harus dapat
di layani sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan jika di
perlukan tanpa mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak
perlu. Pasien harus selalu mempunyai akses ke layanan kesehatan
yang di butuhkannya .
6. Dimensi Keamanan
Dimensi keaamanan adalah layanan kesehatan harus aman baik bagi
pasien, pemberi layanan maupun masyarakat sekitarnya, layanan
kesehatan yang bermutu harus aman dari resiko cidera, infeksi, efek
samping, atau bahaya lain, oleh karna itu, harus disusun suatu
prosedur yang akan menjamin keaamanan kedu belah pihak.
7. Dimensi Kenyamanan
dimensi kenyamanan tidak berpengaruh langsung dengan efekktivitas
layanan kesehatan tetapi mempengaruh kepuasan pasien,/konsumen
sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ketempat
tersebut. Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan
kepercayaan pasien terhadap organisasi layanan kesehatan
21

8. Dimensi Informasi
layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi
yang jelas tentang apa, siapa, kapan. Dimana, dan bagaimana layanan
kesehatan itu akan/ atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini
sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit.
9. Dimensi Ketepatan Waktu
Agar berhasil layanan kesehatan harus dilakukan dalam waktu dan
cara yang tepat oleh pemberian layanan yang tepat, menggunakan
peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat (efisien).
10. Dimensi Hubungan Antar Manusia
hubungan antar manusia adalah hubungan antara pemberi layanan
kesehatan (provinder) dengan pasien atau masyarakat (LSM), atau
antar sesame pemberi layanan kesehatan (dinas kesehatan, rumah
sakit, pukesmas). Hubungan antarmanusia yang baik akan
menimbulkan kepercayaan dan krebidilitas dengan cara saling
menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsive,
memberi perhatian dan lain-lain (Sriyanti, 2016).

Gambar.1 Komunikasi bidan dan pasien

Gambar. 2 Konseling
22

2.4 Manfaat Program Jaminan Mutu Pelayanan Kebidanan


Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang
akan diperoleh. Secara umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan. Peningkatan efektivitas
yang dimaksudkan berhubungan erat dengan kemampuan mengatasi masalah
kesehatan secara tepat dan benar. Pelayanan kesehatan yang deselenggarakan
benar benar sesuai dengan masalah yang ditemukan.
2. Dapat meningkatkan efesiensi pelayan kesehatan. Peningkatan efesiensi yang
dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan mencegah
tindakan/penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan dan/atau yang dibawah
standar. Biaya tambahan yang disebabkan pelayan yang berlebihan atau
karena efek samping akibat pelayan yang dibawah standar akan dapat dicegah.
3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayan kesehatan.
Peningkatan penerimaan berhubungan erat dengan kesesuaian antara
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan tuntutan pemakaian jasa
pelayana kesehatan. Apabila peningkatan penerimaan in i dapat diwujudkan,
pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan munculnya gugatan
hukum. Pada saat ini, sebagai akibat dari meningkatnya tingkat pendidikan
dan keadaan sosial ekonomi penduduk, kesadaran hukum masyarakat juga
tampak semakin meningkat. Untuk melindungi kemungkinan munculnya
gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas dari pelayan kesehatan, tidak
ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupa menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya (Hubaedah & Inayanti, 2019).
23

BAB III
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan
Upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan merupakan penampilan
yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan suatu
intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat. Dan tuntutan untuk mencapai hasil yang baik, maka upaya tersebut
harus dilaksanakan dengan melibatkan pasien atau keluarganya dan pelayanan itu
harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Untuk menjaga mutu diperlukan
suatu tanggung jawab yang besar agar dapat memberikan hasil yang memuaskan
untuk pasien dan keluarganya.

3.2 Saran

a. Bagi Pemakalah Selanjutnya


Agar terus meningkatkan kualitas belajar yang lebih baik kedepannya. Dan
bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya, dan bisa menerapkan
kepada orang lain.

b. Bagi STIKes Getsempena Lhoksukon


Agar dapat mengembangkan talenta peserta didik menjadi lebih baik dan
kompeten khususnya di mutu pelayanan kesehatan.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Dengan adanya makalah ini diharapakan agar tenaga kesehatan dapat terus
belajar demi meningkatkan skill masing-masing sehingga program pelayanan
kesehatan dapat terus berjalan.
23
24

d. Bagi Masyarakat

Agar terus mau belajar Perkembangan dan maju dengan adanya dunia yang
semakin canggih dan modern saat ini.

Anda mungkin juga menyukai