Anda di halaman 1dari 19

REGISTRASI PRAKTIK BIDAN

Dosen : Reva Afdila SST,MKM

Di susun oleh :

Nama :Cut Kharisma


Nim : 1812220003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) GETSEMPENA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
LHOKSUKON ACEH UTARA
TAHUN AJARAN 2020
A. Definisi Bidan
Bidan menurut KepMenKes RI No. 900/MenKes/SK/VII/2002
Seorang perempuan yang telah mengikuti program pendidikan Bidan & lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
1. Untuk melakukan praktik yang bersangkutan Harus mempunyai Kualifikasi agar
mendapatkan lisensi untuk praktik (IBI)
Bidan diakui sebagai seorang professional yang bertanggung jawab dan
akuntabel, bermitra dengan perempuan, praktik berdasarkan bukti.
2. Asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan, persalinan & nifas,
memfasilitasi atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada
bayi baru lahir & anak.
3. Asuhan mencakup upaya pencegahan, mendeteksi adanya komplikasi pada ibu &
anak, memperoleh akses bantuan medis & melakukan tindakan
kegawatdaruratan.
4. Bidan mempunyai peran penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak
saja untuk perempuan yang bersangkutan tetpai untuk keluarga & komunitasnya.
5. Tugas mencakup ANC & persiapan menjadi orang tua serta permasalahan tertentu
dari kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana & asuhan anak.
6. Dia dapat berpraktek di berbagai tempat meliputi : rumah, masyarakat, pondok
bersalin, klinik, RS atau pelayanan di tempat lainnya.

B. Pelaporan dan Regristrasi


KepmenkesRI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002
PELAPORAN DAN REGISTRASI

Pasal 2
1) Pimpinan penyelenggaraan pendidikan bidan wajib menyampaikan
laporansecara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai
peserta didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah
dinyatakan lulus.
2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam formulir I terlampir.

Pasal 3
1) Bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan
mengirimkankelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dimanainstitusi pendidikan berada guna memperoleh SIB selambat-
lambatnya1(satu) bulan setelah menerima ijazah bidan.
2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lainmeliputi :
a. fotokopi Ijazah Bidan;
b. fotokopi Transkrip Nilai Akademik;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar;
3) Bentuk permohonan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantumdalam Formulir II terlampir.

Pasal 4
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan melakukan
registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3untuk menerbitkan SIB.
2) SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan, dalam waktu selambat
lambatnya1(satu) bulan sejak permohonan diterima dan berlaku secara
nasional.
3) Bentuk dan isi SIB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.

Pasal 5
1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi
mengenai SIB yang telah diterbitkan.
2) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyampaikan laporan secara berkala kepada
Menteri Kesehatan malalui Sekretariat Jenderal c.q Kepala Biro Kepegawaian
Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi profesi mengenai
SIB yang telah diterbitkan untuk kemudian secara berkala akan diterbitkan
dalam buku registrasi nasional.

Pasal 6
1) Bidan lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk
melengkapipersyaratan mendapatkan SIB.
2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saranapendidikan
yang terakreditasi yang ditunjuk pemerintah.
3) Bidan yang telah menyelesaikan adaptasi diberikan surat keterangan
selesaiadaptasi oleh pimpinan sarana pendidikan.
4) Untuk melakukan adaptasi bidan mengajukan permohonan kepada KepalaDinas
Kesehatan Propinsi.
5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melampirkan :
a. Fotokopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal
PendidikanTinggi;
b. Fotokopi Transkrip Nilai Akademik yang bersangkutan.
6) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi.
7) Bidan yang telah melaksanakan adaptasi,berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.
8) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagaimana
tercantum dalam Formulir IV terlampir.

Pasal 7
1) SIB berlaku selama 5 Tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk
menerbitkan SIPB.
2) Perbaharuan SIB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala
Dinas. Kesehatan Propinsi dimana bidan praktik dengan melampirkan antara
lain:
a. SIB yang telah habis masa berlakunya;
b. Surat Keterangan sehat dari dokter;
c. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

C. Masa Bakti
KepmenkesRI nomor 900/MENKES/SK/VII/2002
Pasal 8
Masa bakti bidan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

D. Praktek Bidan
Permenkes 1464/X/Menkes/2010
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan Pelayanan yang
meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan
pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi :
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal padakehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling padamasa antara dua kehamilan
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
berwenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe padaibu hamil
e. Pemberian Vit A dosis tinggi padaibu nifas
f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif
g. Pemberian uterotonika padamanajemen aktif kala tiga dan Postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan padakelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangankematian
k. Pemberian surat keterangancuti bersalin

Pasal 11
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksd dalam pasal 9 huruf b diberikan
pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1,
perawatanbayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hr)perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan.
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tubuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan.
g. Pemberian surat keterangan kelahiran.
h. Pemberian surat keterangan kematian.

Pasal 12
1) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang
untuk.
a. Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana.
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Pasal 13
1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan
yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan
kesehatan meliputi :
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat
kontrasepsi bawah kulit.
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis
tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter.
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan.
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak
sekolah.
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikanpenyuluhantehadap
Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberiakondom, dan penyakit
lainnya.
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan programPemerintah.

Pasal 14
1) Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter,
dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9.
2) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud padaayat (1) adalah
kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
3) Dalam hal daerah sebagaimanadimaksud padaayat (2) telah terdapat dokter,
kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.

Pasal 15
1) Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktek mandiri
tertentu untuk melaksanakan program pemerintah.
a. Bidan praktek mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program
pemerintah berhak atas pelatihan dan pembinaan dari pemeritah daerah
provinsi/kabupaten/kota.

Pasal 16
1) Pada daerah yang belum memiliki dokter, pemerintah dan pemerintah daerah
harus menempatkan bidan denganpendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
2) Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud padaayat (1),
pemerintah dan pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah
mengikuti pelatihan.
3) Pemerintah daerah propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab
menyelenggarakan pelatihan bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah
yang tidak memilki dokter.

Pasal 17
1) Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan
meliputi :
a. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan
asuhan kebidanan, serta peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan
bayi, anak balita dan pra sekolah yang memenuhi persyaratan lingkungan
sehat.
b. Menyediakan maksimal 2 ( dua ) tempat tidur untuk persalinan.
c. Memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai denganketentuannyang
berlaku.
2) Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)satu tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 18
1) Dalam melaksanakan praktek/kerja, bidan berkewajiban untuk :
a. Menghormati hak pasien.
b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan.
c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
dengantepat waktu.
d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelyanan lainnya secara
sistematis.
g. Mematuhi standar.
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan
termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
3) Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu
pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan iptek melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
4) Bidan dlm menjalankan praktik kebidanan hrs membantu program pemerintah
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 19
Dalam melaksanakan praktek bidan mempunyai hak :
1. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja sepanjang
sesuai denganstandar.
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya.
3. Melaksanakan tugas sesuai dengankewenangan dan standar.
4. Menerima imbalan jasa profesi.

E. Wewenang Bidan
Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002
Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Indonesia No:900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan
praktek bidan,yang disebut dalam BAB V praktik bidan antara lain:

Pasal 14
1) Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi:
a. Pelayanan kebidanan
b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat

pasal 15
1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditujukan
kepada ibu dan anak.
2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan,
masa persalinan, masa nifas, menyusui, dan masa antara (periode interval).
3) Pelayanan kebidanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir, masa
bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.

Pasal 16
Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:
a. Penyuluhan dan konseling
b. Pemeriksaan fisik
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
d. Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus
iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklamsi ringan dan anemi ringan
e. Pertolongan persalinan normal
f. Pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet
kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan
post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term
dan preterm
g. Pelayanan ibu nifas normal
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup ratensio plasenta, renjatan, dan
infeksi ringan
i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan,
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Pelayanan kebidanan kepada anak meliputi:
a. Pemeriksaan bayi baru lahir
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan bayi
d. Resusitasi pada bayi baru lahir
e. Pemantauan tumbuh kembang anak
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian penyuluhan.

Pasal 17
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah tersebut, bidan
dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak
sesuai dengan kemampuannya.

Pasal 18
1) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaskud dalam Pasal 16
berwenang untuk :
a. Memberikan imunisasi.
b. Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas.
c. Mengeluarkan placenta secara manual.
d. Bimbingan senam hamil.
e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi.
f. Episiotomy.
g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II.
h. Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
i. Pemberian infuse.
j. Pemberian suntikan intramuskuler uterotonika, antibiotika, dan sedative.
k. Kompresi bimanual.\
l. Versi ekstraksi gemelli pada kelahiran bayi kedua dan seterusnya.
m. Vacum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul.
n. Pengendalian anemi.
o. Meningkatkan pemeliharaan dan penggunaan air susu ibu.
p. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
q. Penanganan hipotermi.
r. Pemberian minum dengan sonde/pipet.

Pasal 19
1) Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 huruf b berwenang untuk:
a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan, dan alat kontrasepsi
dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom
b. Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi
c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim
d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit
e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana dan
kesehatan masyarakat.
Pasal 20
2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan, masyarakat sebagaimana
dimaskud dalam pasal 14 huruf c berwenang untuk :
a. Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak
b. Memantau tumbuh kembang anak
c. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
d. Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan petolongan pertama, merujuk dan
memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan
Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit
lainnya.

Pasal 21
1) Dalam keadaan darurat bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14.
2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk penyelamatan
jiwa.

F. Pencatatan dan Pelaporan


Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X/2010
Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik bidan pada bab VI pasal 20 mengenai pencatatan
dan pelaporan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 20
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kePuskesmas
wilayah tempat praktik.
3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/2002
Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kepmenkes RI NO.900/MENKES/2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan pada bab VI pasal 27 mengenai pencatatan dan
pelaporan, yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 27
1) Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencacatan dan pelaporan
sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan ke puskesmasdan
tembusan keepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat
3) Pencatatan dan peaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam lampiran IV keputusan ini.

G. Pembinaan dan Pengawasan


Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010
Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek
bidan pada Bab V pasal 20 sampai pasal 24 mengenai pembimbingan dan
pengawasan. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 20
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
dan mengikutsertakan organisasi profesi.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
Pasal 21
1) Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan dengan mengikut sertakan Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia, Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi
profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang bersangkutan.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya
bagi kesehatan.
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus melaksanakan pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan praktik bidan.
4) Dalam pelaksanaa ntugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota harus membuat pemetaan tenaga bidan praktik
mandiri dan bidan di desa serta menetapkan dokter puskesmas terdekat untuk
pelaksanaan tugas supervise terhadap bidan di wilayah tersebut.

Pasal 22
1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja
dan yang berhenti bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap
triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dengan tembusan
kepada organisasi profesi.

Pasal 23
1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21, Menteri, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten /
kota dapat memberikan tindakan administrative kepada bidan yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik dalam
Peraturan ini.
2) Tindakan administrative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. pencabutan SIKB / SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun ;
atau
d. pencabutan SIKB / SIPB selamanya.
H. Ketentuan Pidana
Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan
pada Bab IX pasal 42 sampai pasal 44 mengenai ketentuan pidana, yang mana bunyi
pasal tersebul ialah :
Pasal 42
1) Bidan yang dengan sengaja :
a. Melakukan praktik kebidanan tanpa
mendapatpengakuan/adaptasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 6dan/atau;
b. Melakukan praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
c. Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) ayat (2);dipidana sesuai ketentuan Pasal 35
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 43
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan bidan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 dan/atau mempekerjakan bidan yang tidak mempunyai izin
praktik, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 44
1) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42,Bidan
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam Keputusan ini
dapat dikenakan tindakan disiplin berupa teguran lisan, tegurantertulis sampai
dengan pencabutan izin.
2) Pengambilan tindakan disiplin sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

I. Ketentuan Peralihan Tentang Surat Penugasan dan Ijin Praktek


Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010
Kepmenkes RI NO. 1464/Menkes/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek
bidan pada Bab VI pasal 25 sampai pasal 28 mengenai ketentuan peralihan tentang
surat penugasan dan ijin praktek. Yang mana bunyi pasal tersebul ialah :

Pasal 25
1) Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 900 / Menkes / SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/149/1/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan
Peraturan ini sampai dengan masa berlakunya berakhir.
2) Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila
Surat Izin Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya, berdasarkan
Peraturan ini.

Pasal 26
Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Tenaga
Kesehatan Provinsi (MTKP) belum dibentuk dan / atau belum dapat
melaksanakan tugasnya. maka, registrasi bidan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

Pasal 27
Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum
ditetapkan Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.

Pasal 28
Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang
menjalankan praktik mandiri harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan
ini selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Peraturanini ditetapkan.
Kepmenkes RI NO.900/MENKES/SK/VII/2002
Kepmenkes RI NO. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan
pada Bab XI pasal 45 mengenai ketentuan perlihan, yang mana bunyi pasal tersebul
ialah :
Pasal 45
1) Bidan yang tidak mempunyai surat penugasan dan SIPB berdasarkan Peraturan
Mentri Kesehatan no 572/Menkes/Per/VI/1996 tentang registrasi dan praktek
bidan dianggap telah memiliki SIB dan SIPBberdasarkan ketentuan.
2) SIB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun
dan apabila telah habis, maka masa berlakunya dapat di perbaharui sesuai
ketentuan keputusan ini.

Daftar Pustaka

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta, 2007.


Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2007.
Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Syofyan,Mustika,et all.50 Tahun IBI BidanMenyongsong Masa Depan Cetakan ke-III
Jakarta: PP IBI.2004.
Depkes RI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan. Konsep kebidanan,Jakarta.1995.
Puji Wahyuningsih, Heni.2008.Etika Profesi Kebidanan.Fitramaya.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai