Lapsem MaserasiFIX - Nurul Azizah - 1118005621
Lapsem MaserasiFIX - Nurul Azizah - 1118005621
PRAKTIKUM FITOKIMIA
“MASERASI”
Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat kandungan kimia (metabolit
sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus
polar senyawa tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut
polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut non polar. Derajat kepolaran
tergantung kepada ketetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut
(Ditjen POM, 1992).
1. Kapasitas besar
2. Selektif
3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah) Cara
memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang mengandung
mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengancara maserasi. sedangkan kulit dan
akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan
cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi
dengan metode soxhlet (Agoes, 2007).
Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
- Modifikasi maserasi melingkar
- Modifikasi maserasi digesti
- Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
- Modifikasi remaserasi
- Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam
pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut
akan masuk kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan
terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut
akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel,
1989).
Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan
dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian dalam bejana maserasi yang dilengkapi pengaduk
mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 5 hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, cairan
penyari disaring ke dalam wadah penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan
penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi sehingga diperoleh sari 100 bagian. Sari
yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari,
endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ditjen POM, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat
minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang
sempurna (Ditjen POM, 1986).
Daun Sambiloto
- Klasifikasi Daun Sambilotto
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili :Acanthaceae
Genus : Andrographis Wall. ex Nees
Spesies : Andrographis paniculata
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) mengandung senyawa diterpene, lactone,
dan flavonoid. Empat senyawa lakton yang ditemukan di dalam daun sambiloto yaitu
deoxyandrographolide, andrographolide, neoandrographolide dan 14- deoxy-11, 12-
didehydroandrographolide. (Akbar, 2011)
Senyawa flavonoid banyak ditemukan pada bagian akar, tetapi juga dapat ditemukan pada
bagian daun . Bagian akar dari tanaman sambiloto, mengandung senyawa flavonoid berupa
polymethoxyflavone andrographine, panicoline, alkane, keton, aldehid, kalium, kalsium, natrium,
asam kersik, monometilwithin, dan apigenin-7,4-dimetil eter (Sembiring,BB. 2009). Bagian batang
dan daun dari tanaman sambiloto mengandung senyawa alkane, keton dan aldehid (Sembiring,BB.
2009).
Kandungan dari sambiloto yang digunakan untuk pengobatan antara lain lactone, diterpenoids,
diterpene glycosides, flavonoids, dan flavonoid glycosides (Akbar, 2011). Sambiloto memiliki
fungsi sebagai antipiretik, obat panas dalam, analgesik, antiinflamasi, antiracun, antibakteri, dapat
mengkondensasi sitoplasma pada sel tumor, mengatasi infeksi serta merangsang fagositosis (Akbar,
2011).
No Alat Bahan
1. Beaker glass Serbuk daun sambiloto
2. Kain Flanel Aquadest
3. Gelas ukur Kloroform
4. Lap Metanol
5. Corong FeCl3
6. Sendok tanduk
7. Batang pengaduk
8. Pipa Kapiler
9. UV 254
10. Kertas saring
11. Aluminium foil
1, Sebanyak 250 gram serbuk daun sambiloto dimasukkan kedalam beaker glass.
5.Dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporatore (suhu 40-500C, tekanan 1 atm) untuk
memperoleh ekstrak kental
2.Diamati dan dideskripsikan mengenai bentuk, warna, bau, dan rasa dari ekstrak tersebut
Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak sebanyak 100 mg kemudian ditambahkan
methanol 5ml.
Sebelum dilakukan penotolan fase diam harus diaktifkan dengan cara dipanaskan terlebih
dahulu dalam oven pada suhu 1100 C selama 15 menit.
Selanjutnya larutan uji dan pembanding ditotolkan pada garis awal dengan menggunakan pipa
kapiler, biarkan beberapa saat hingga pelarutnya menguap.
Plat silika kemudian dimasukkan dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan
dengan cairan pengembang.
Amati pola kromatografi di bawah lampu UV 254 nm dan 366 nm dan hitung nilai Rf setiap
bercak yang teramati.
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa/ Jarak yang ditempuh fase gerak.