LP Acute Myeloid Leukimia
LP Acute Myeloid Leukimia
Disusun Oleh :
c. Gejala lokal
Gejala lokal yang terkadang ditemukan berupa tanda infiltrasi leukemia/sel blast
di kulit, gusi atau sistem saraf pusat.Infiltrasi sel-sel blast di kulit akan menyebabkan
leukemia kutis yaitu berupa benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit.
Infiltrasi sel-sel blast di jaringan lunak akan menyebabkan nodul di bawah kulit
(kloroma). Infiltrasi sel-sel blast di dalam tulang akan menimbulkan nyeri tulang yang
spontan atau dengan stimulasi ringan. Infiltrasi sel-sel blast ke dalam gusiakan
menyebabkan pembekakan pada gusi. Selain itu dapat terjadi hepatomegali dan
splenomegali akibat infiltrasi sel-sel blast di hati dan limpa. Meskipun jarang, pada
LMA juga dapat dijumpai infiltrasi sel-sel blast ke daerah meningen (Davis, Viera, &
Mead, 2014).
5. Klasifikasi
French-American-British (FAB) sejak tahun 1976 telah mengklasifikasikan LMA
menjadi 8 subtipe, berdasarkan pada hasil pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan
sitokimia. Klasifikasi FAB (Davis, Viera, & Mead, 2014):
No Subtipe Penjelasan
1 M0 LMA berdiferensiasi minimal
2 M1 LMA tanpa maturasi
3 M2 LMA dengan berbagai derajat maturasi
4 M3 Leukemia promielositik hipergranular
5 M4 Leukemia mielomonositik
6 M5 Leukemia monoblastik
7 M6 Eritroleukemia
8 M7 Leukemia megakarioblastik
6. Penatalaksanaan
Menurut Desmawati (2013) terapi pengobatan yang dapat diberikan pada pasien
leukimia akut adalah :
a. Tranfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6%. Pada trombositopenia yang berat
dan perdarahan masih, dapat diberikan tranfusi trombosit dan bila terdapat tanda-
tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya)
Setelah tercapai, remisi dosis dapat dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX)
pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti vinkristin (oncovin),
rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sistostatika
diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-
obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopsia (botak), stomatitis,
leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiasis.
d. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapainya remisi dan jumlah sel
leukemia yang cukup rendah, kemudian imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara
pengobatan yang terbaru masih dalam pengembangan).
e. Kemoterapi
Merupakan cara yang lebih baik untuk pengobatan kanker. Bahan kimia yang
dipakai diharapkan dapat menghancurkan sel-sel yang oleh pembedahan atau
penyinaran tidak dapat dicapai.
Penatalaksanaan pada penderita Leukemia Myeloid Akut yaitu dengan
kemoterapi, yang terdiri dari 2 fase antara lain :
1. Fase induksi; fase induksi adalah regimen kemoterapi yang sangat intensif,
bertujuan untuk mengendalikan sel-sel leukemia secara maksimal sehingga akan
tercapainya remisi yang lengkap.
2. Fase konsolidasi; fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat dengan jenis serta dosis yang sama atau lebih besar dari dosis
yang digunakan pada fase induksi. Dengan pengobatan modern, angka remisi 5-0-
70%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5
tahun hanya 10%.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat AML, antara lain (Newton, Hickey, & Marrs,
2009): Gagal sumsum tulang, Infeksi, Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC),
Splenomegali, Hepatomegali.
8. Web of Caution
Genetik, Lingkungan, Radiasi, Obat-obatan,
Infeksi Virus, Kelainan kromosom
Mutasi somatik sel induk
MK : Defisit nutrisi
9. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien adalah meliputi:
1) Identitas, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
serta diagnosa medis.
2) Keluhan utama:
Biasanya keluhan utama klien adalah adanya tanda-tanda perdarahan pada kulit
seperti petekie, tanda-tanda infeksi seperti demam,
menggigil, serta tanda anemia seperti kelelahan dan pucat.
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien tampak lemah dan pucat, mengeluh lelah, dan sesak. Selain itu
disertai juga dengan demam dan menggigil, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dengan gangguan pada kromosom atau pernah
mengalami kemoterapi atau terapi radiasi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang pernah menderita leukemia atau penyakit
keganasan lain sebelumnya .
6) Pengkajian pola gordon
a. Pola pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji persepsi pasien tentang berat ringannya sakit, persepsi tentang tingkat
kesembuhan, pendapat pasien tentang keadaan kesehatan saat ini dan
bagaimana pasien mengatasi keluhan yang ditimbulkan dari Leukimia.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia dapat berhubungan dengan
kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan
diri dan ditemukan riwayat terpapar bahan-bahan kimia.
b. Pola nutrisi metabolik
Kaji pola kebiasaan makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, adakah
suplemen makanan yang dikonsumsi, jumlah makanan yang masuk, adakah
nyeri telan, fluktasi BB 6 bulan terakhir naik atau turun, diet khusus.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi penurunan nafsu makan,
anorexia, muntah, perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan
gangguan menelan serta pharingitis
c. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak ada darah, penggunaan
obat pencahar). Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK :
disuria, nokturia, inkontinensia)
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia mengalami diare, penegangan
pada perianal, nyeri abdomen, dan ditemukan darah segar dan feces berwarna
hitam, darah dalam urin, serta penurunan output pada urin
d. Pola aktivitas dan latihan
Kaji rutinitas mandi, kebersihan sehari-hari, aktivitas sehari-hari, kemampuan
perawatan diri.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi kelelahan, malaise,
kelemahan : ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya, keluhan
nyeri pada sendi atau tulang. Dan somnolen
e. Pola istirahat dan tidur
Kaji bagaimana pola istirahat dan tidur klien selama sakit dan bandingkan
dengan pola tidur klien sebelum sakit, apakah terjadi perubahan atau tidak.
Kaji kepuasan klien terhadap istirahat dan tidur klien tersebut.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi penurunan aktifitas dan
lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur /istirahat karena mudah
mengalami kelelahan dan akibat nyeri.
f. Pola kognitif dan perseptual
Kaji apakah pasien dengan Leukimia mengalami gangguan berpikir atau tidak.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi penurunan kkesadaran
(samnolen), iritabilitas otot
g. Pola persepsi diri / konsep diri
Kaji persepsi pasien mengenai dirinya, gambaran diri, identitas diri apakah ada
perbedaan sebelum dan sesudah pasien megalami Leukimia
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi gangguan citra tubuh
dan harga diri rendah akibat pengobatan leukimia seperti kemoterapi yang
mengakibatkan kerontokan rambut
h. Pola seksual dan reproduksi
Kaji masalah menstruasi, papsmear terakhir, perawatan payudara setiap bulan,
apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual, apakah penyakit sekarang
mengganggu fungsi seksual.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia perubahan terjadi libido,
perubahan aliran menstruasi, Impoten
i. Pola peran dan hubungan
Kaji peran pasien dalam keluarga dan masyarakat, apakah klien punya teman
dekat, siapa yang paling sering diberitahu jika keluhan muncul, kemudian
setelah sakit apakah perannya ada yang menggantikan atau tidak. Kaji apakah
pasien merasa malu karena penyakit yang duderitanya.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi tidak dapat melakukan
aktivitas seperti kehilangan masa bermain dan berkumpul bersama teman-
teman serta belajar pada anak-anak, kurang bersosialisasi, dan melakukan
pekerjaan
j. Pola manajemen koping stres
Kaji tingkat stress pasien, kecemasan, dan cara mengatasi masalah tersebut
apakah mengarah pada koping adaptif atau maladaptif. Kaji juga apakah
pasien optimis untuk sembuh atau tidak
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi depresi, withdrawal,
cemas, takut, marah, dan irirtabilitas, juga temukan perubahan suasana hati,
dan bingung
k. Pola keyakinan nilai
Kaji hubungan pasien dengan Tuhan, dalam keadaan sakit apakah klien
mengalami hambatan dalam ibadah atau tidak, apakah pasien merasa Tuhan
akan memberikan yang terbaik atau malah menyalahkan.
Hasil : Pada pasien yang mengalami Leukimia terjadi mengalami kelemahan
umum dan ketidakberdayaan melakukan ibadah
7) Hasil pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe :
- Kepala dan leher
- Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri)
Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus, streptokokus, dan bakteri
grsm negative usus serta berbagai spesies jamur, pertumbuhan gigi, apakah
sudah lengkap ada karies gigi atau tidak. Pada penderita Leukimia ditemukan
hpertrofi gusi yang mudah berdarah
- Mata : perdarahan retina, kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang
disebabkan adanya perdarahan fundus oculi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan akibat filtrasi ke
SSP
Seclera : kemerahan, ikterik
- Telinga : ketulian
- Leher : distensi vena jugularis Perdarahan otak Leukimia system saraf pusat :
nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi intrakranial), perubahan dalam
status mental, kelumpuhan saraf otak, terutama saraf VI dan VII, kelainan
neurologic fokal
- Pemeriksaan dada dan thorak
Inspeksi : bentuk thorak, kesimetrisan, adanya retraksi dada, penggunaan otot
bantu pernapasan
Palpasi : palpasi denyut apex (Ictus Cordis), nyeri tekan tulang dada
Perkusi : perkusi bertujuan untuk menentukan batas jantung dan paru
Auskultasi : suara nafas, apakah ada suara napas tambahan, bunyi jantung I,
II dan III jika ada
- Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar limfe,
ginjal
Palpasi : nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa
- Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan Splenomegali (86%),
hepatomegali, limfadenopati
Perkusi : ada asites atau tidak
Auskultasi : peristaltik usus, palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar
dan limpa
- Pemeriksaan genetalia
Pembesaran pada testis hematuria, kadang-kadang priapismus
- Pemeriksaan integumen
Kulit : Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam), nodul subkutan, infiltrat, lesi yang tidak sembuh, luka
bernanah, diaforesis (gejala hipermetabolisme), peningkatan suhu tubuh.
Kuku : rapuh, bentuk sendok/ kuku tabuh, sianosis perifer
- Pemeriksaan ekstermitas
Adakah sianosis, kaji kekuatan otot, apakah adanya nyeri tulang dan sendi
(karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel-sel lekimia)
4. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi dibuktikan dengan
dispnea (D.0005. Hal. 26)
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis. Inflamsasi, iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan nafsu makan berubah (D.0077. Hal. 172)
Davis AS, Viera AJ, Mead MD. (2014). Leukemia: An overview for primary care. Am Fam
Physician;89(9):731-8.
Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti. Jakarta:
Penerbit In Media.
Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.
Newton, Susan., Hickey, Margaret., Marrs, Joyce. (2009). Oncology nursing advisor.
Canada: Elsevier.
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Suryani, Esti., Salamaha, Umi., Wiharto., Wijaya, Andreas Andy. (2014). Identifikasi
Penyakit Acute Myeloid Leukemia (AML)Menggunakan ‘ Rule Based System’
Berdasarkan Morfologi Sel Darah Putih Studi Kasus : AML2 dan AML4. Semarang:
Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2014. ISBN: 979-26-
0276-3.