Anda di halaman 1dari 5

PENELITIAN TERDAHULU

Guru menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menganalisis dan


menyimpulkan masih kurang. Hal ini didukung dari hasil angket siswa, bahwa 90%
siswa menyatakan tidak pernah dilatihkan dalam menganalisis, dan menyimpulkan
dari suatu permasalahan. Ketika diberikan tes awal yang berupa data hubungan
nomor atom dan energi ionisasi dalam bentuk grafik diperoleh sebanyak 62,5% dari
128 siswa tidak dapat menganalisis dan menyimpulkan dengan benar (Muslimah &
Amaria, 2013).
Salah satu masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah kebanyakan guru
hanya mengajar bagaimana suatu materi tuntas disampaikan kepada siswa serta
bagaimana siswa dapat memperleh ketuntasan belajara sesuai SKM yang ditetapkan
sekolah tanpa memikirkan bagaimana siswa belajar dan mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya, salah satunya adalah keterampilan berpikir tingkat
tinggi (Fajariani & Ismono, 2013:110).
Paradigma pembelajaran sudah seharusnya bergeser dari pembelajaran
konvensional yang menekankan pada keterampilan berpikir tingkat rendah ke arah
pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi, terutama berpikir kritis merupakan
dasar yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengembangkan berpikir tingkat tinggi
(Alifa Noora Rahma, 2012:133). Adapun analisis jawaban siswa ketika mengerjakan
soal yang dibuat guru, menunjukkan kecenderungan siswa kesulitan mengerjakan
soal-soal aplikasi, analisis, dan evaluasi yang menuntut kemampuan berpikir tingkat
tinggi (Prayitno et al., 2013)
Hal ini disebabkan pembelajaran kimia SMA yang dilakukan oleh guru saat ini
lebih banyak menekankan pada domain Bloom pengetahuan (C1) dan pemahaman
(C2). Pada domain Bloom aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6)
jarang sekali diterapkan dalam pembelajaran. Siswa kurang terlatih untuk
mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah mereka pelajari pada kehidupan sehari-
hari (Hendryarto & Amaria, 2013).
HOTS (HIGH ORDER THINKING SKILLS)

Kemampuan berpikir mengandung arti bahwa berpikir dapat diajarkan dan


memerlukan latihan-latihan untuk dapat memilikinya, seperti juga halnya dengan
kemampuan kemampuan yang lain (Yuliati, 2013:55). Kemampuan berpikir siswa
dapat dikembangkan secara berkelanjutan sehingga siswa dapat menyelesaikan
permasalahan yang akan muncul dalam kehidupannya sehari-hari. Siswa yang dilatih
kemampuan berpikir sejak awal akan lebih mudah berkembang kemampuan
berpikirnya pada jenjang sekolah selanjutnya. Kemampuan berpikir ini dapat dikem-
bangkan dan dilatihkan pada siswa sejak awal kemampuan berpikir mencakup
dimensi proses mengingat (remember), mengerti (understand), menerapkan (apply);
kemampuan menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate); dan menciptakan
(create).
Kemampuan berpikir menjadi dua bagian, yakni kemampuan berpikir dasar dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang merupakan perpaduan antara beberapa
kemampuan berpikir dasar. Imamah et al., (2020) keterampilan berpikir dibagi
menjadi dua kategori yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan
keterampilan berpikir tingkat rendah (LOTS). Bagian dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), pengambilan
keputusan (decision making), berpikir kreatif (creative thinking), dan berpikir kritis
(critical thinking).
Menurut Sumampouw (2011:30) mengemukakan bahwa pembelajaran
keterampilan berpikir adalah memperbaiki keterampilan berpikir tingkat tinggi
pebelajar dan menyiapkan agar berhasil menghadapi kehidupan. Dengan
pembelajaran seperti ini pengalaman memperoleh dan mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan dan akan terwujud serta berhasil dam
kehidupan. Berdasarkan klasifikasi ini, kemampuan berpikir tingkat tinggi mencakup
kemampuan dalam cakupan dimensi proses menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan menciptakan dengan dasar-dasar proses mengingat dan memahami yang baik
(Yuliati, 2013).

Pembelajaran yang bermakna yang dimaksud adalah pembelajaran yang banyak


melibatkan aktivitas siswa di dalam kelas termasuk aktivitas berpikir tingkat tinggi
(Lissa et al., 2012). Kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam hal ini adalah berpikir
kritis dan kreatif, memberikan arah yang jelas bagi siswa di era globalisasi ini yang
arah dan perkembangan pemikiran orang tidak pernah urut dan runtut melainkan acak
dan tidak dapat diduga sebelumnya ketiga tujuan utama ini tercermin pada empat
kriteria berpikir tingkat tinggi sebagaimana yaitu penyelesaian masalah, pembuatan
keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Setiawan et al., 2012). Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang
bertujuan untuk memecahkan masalah. HOTS adalah berpikir dalam ranah kognitif
yang berpikir proses dalam menganalisis, membuat, dan membuat (Eliyasni et al.,
2019). Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) sebagai keterampilan terjadi
ketika seseorang menghubungkan informasi yang disimpan dimemori dengan
informasi baru, kemudian menyampaikan informasi gabungan tersebut untuk
mencapai tujuan atau kebutuhan (Imamah et al., 2020). Keterampilan berpikir tingkat
dibutuhkan proses latihan berpikir melalui menjawab soal yang berorientasi pada
siswa mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Instrumen
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dikembangkan, yaitu tes esai analisis dan
tes performa berpikir, mengadaptasi pada indikator berpikir kritis serta tes problem
solving mengadaptasi indikator (Lissa et al., 2012:3). Melatih kemampuan berpikir
tingkat tinggi termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar (metakognif) dan
melatih siswa menjadi pebelajar mandiri dan self regulated (Karmana, 2013:58).
Keterampilan berpikir digunakan untuk mengartikan kemampuan manusia
untuk berpikir secara sadar untuk mencapai tujuan tertentu. (Klimova, 2013:508).
berdasarkan pada Klimova (2013) proses berpikir dapat didemonstrasikan dengan
cara yang disederhanakan menurut Bloom Taksonomi sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi tentang topik esai dan membaca teks tentang topik -
pengetahuan (LOTS)
2. Mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang pengetahuan dan pemahaman
topik (LOTS)
3. Mengidentifikasi dan membandingkan argumen yang mendukung dan menentang
pemahaman dan analisis (LOTS)
4. Merumuskan, memperdebatkan dan memverifikasi kesimpulan sintesis dan
evaluasi (HOTS)
Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) memiliki bagian seperti analisis,
evaluasi dan inferensi. Selain itu, keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat
menjelaskan apa yang siswa sebenarnya lakukan saat mereka mengevaluasi,
menganalisis, atau menyimpulkan (Harrison, 2013:60). Keterampilan berpikir tingkat
tinggi adalah keterampilan yang diperlukan untuk membangun produktif
produktivitas warga negara didasarkan pada kemampuan individu untuk
menganalisis, menggabungkan pengetahuan tentang sumber daya yang berbeda,
untuk berdiskusi, menilai, dan mengevaluasi (Yaniawati, 2013).
Pembelajaran yang tidak menekankan pada upaya pengembangan keterampilan
berpikr tingkat tinggi cenderung mengkondisikan pebelajar dalam belajar hafalan
(rote learning), oleh sebab itu sangatlah penting dan utama dalam pembelajaran
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya sangat bergantung pada kemampuan berpikirnya. Agar dapat memenangkan
persaingan dan untuk berhasil dalam kehidupan, maka seseorang harus memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi.

PENTINGNYA

Pentingnya HOTS (High Order Thinking Skills) menjadikannya sebagai


prioritas dalam proses belajar mengajar di kelas (Fensham & Bellocchi, 2017). Akan
tetapi bagaimana HOTS bisa diajarkan dengan pemahaman konseptual yang
dikembangkan dapat ditransfer ke berbagai konteks akademis dan dikaitkan dengan
dunia nyata. Keterampilan berpikir sangat penting proses pendidikan. Seseorang
berpikir dapat mempengaruhi kemampuannya pembelajaran, kecepatan dan
efektivitas belajar. Karena itu, Keterampilan berpikir dikaitkan dengan proses
pembelajaran. Keterampilan berpikir penting bagi siswa memecahkan masalah dalam
proses pembelajaran mereka sehingga membina pemikiran siswa yang kompetitif,
mengembangkan siswa intelektual dan membantu menghindari kesalahan dalam
berpikir (Heong et al., 2011).
Adanya pemikiran tingkat tinggi, seorang individu akan dapat menggunakan
informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk
mendapatkan respons yang wajar terhadap situasi baru (Heong et al., 2012).
Pembelajaran High Order Thinking Skill (HOTS) sangat dibutuhkan di tingkat lanjut
pemikiran keuangan khususnya pada saat krisis global. Banyak proses matematika
yang terlibat membutuhkan penggunaan urutan yang lebih tinggi keterampilan
berpikir (HOTS) seperti kreativitas, argumentasi logis, deduksi, metakognitif analisis
dan seterusnya, selama latihan pemecahan masalah terapan tunggal (Tularam,
2013:48).

Anda mungkin juga menyukai