Anda di halaman 1dari 36

PERAN PSIKIATRI DALAM PENEGAKAN HUKUM

MARTDASANTI DWI P
❑ US dan Eropa →Pertengahan abad 19
❑ The Asylum doctors → Psikiatri pertama
berpartisipasi dalam hukum
❑ Isac Ray → understanding of insanity as it related
Latar Belakang to the court system and the law
→ tidak ada perbedaan psikiater umum dengan psikiater
forensic
→ memerlukan keterampilan khusus dalam forensik

Gold LH, F. Forensic Psychiatry : A Brief History In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric Association Publishing 2018
Dokter Psikiatri
1) Medical Ethics 1) Treating doctor
2) Legal Ethics 2) Assessing doctor → Ahli
forensik psikiatri

Peran Psikiatri Psikiatri Legal Ethics Psikiatri Forensik

Peran sebagai treating doctor dan assessing doctor


dibedakan (potential conflict of interest)

Knoll Jl. Ethics in Forensic Psychiatry In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric Association Publishing 2018
Peran Psikiatri
Treating Doctor Assessing Doctor
✓ Hubungan dokter – pasien ✓ Bukan hubungan dokter - pasien
✓ Kepentingan terbaik untuk pasien ✓ Mempertahankan posisi netral
✓ Prinsip : beneficence, confidentiality ✓ Prinsip: Truth, honesty, objectivity
✓ Keluhan merupakan gejala ✓ Answer specific need
✓ Memberikan terapi ✓ Melakukan penilaian

Knoll Jl. Ethics in Forensic Psychiatry In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric Association Publishing 2018
Assessing Doctor Treating Doctor
Merujuk

✓ Ada upaya bunuh diri


✓ Gaduh gelisah
✓ Selesai penilaian, memerlukan terapi
Dasar Hukum
1) Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Pasal 44
→ Tidak dihukum oleh karena jiwanya cacat
2) KUHAP Pasal 184, 187→ alat bukti yang sah
3) UU Kesehatan No 36 Tahun 2009
→ Visum et Repertum Psikiatrikum
4) UU Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014
→ Ruang lingkup pemeriksaan psikiatri di hokum perdata dan pidana
→ Penilaian dipimpin oleh Psikiater
5) Permenkes no 77 Tahun 2015
→ Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Ruang Lingkup

Diduga ODGJ yang melakukan tindak pidana harus mendapatkan


pemeriksaan kesehatan jiwa
Pidana
Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
▪ Menentukan kemampuan seseorang dalam
mempertanggungjawabkan tindak pidana yang telah dilakukan.
▪ Dampak psikologis pada Terperiksa yang menjadi korban tindak
pidana
▪ Menentukan kecakapan hukum seseorang untuk menjalani proses
peradilan.

Seseorang diduga kehilangan kecakapan untuk melakukan perbuatan


Perdata hukum harus mendapatkan pemeriksaan kesehatan jiwa.

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, Pasal 71,72
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Visum et Repertum Psikiatrikum

Keterangan dokter spesialis kedokteran jiwa yang berbentuk surat sebagai hasil
pemeriksaan kesehatan jiwa pada seseorang di fasilitas pelayanan kesehatan
untuk kepentingan penegakan hukum.

Pasal 187 KUHAP → VeRP sebagai salah satu alat bukti yang sah.
Ruang Lingkup Psikiatri Forensik
Pidana Perdata
Pelaku ▪ Membuat keputusan medis
▪ Kemampuan bertanggung jawab ▪ Hak asuh anak
tindak pidana ▪ Pengampuan
▪ Kecakapan menjalani proses ▪ Wasiat
pengadilan ▪ Perikatan
▪ Pembatalan perkawinan
▪ Perceraian
Korban
▪ Dampak psikologis korban tindak
pidana
Alur Permintaan VeRP Pidana
SURAT PERMOHONAN
Kepolisian Direktur/Kepala Rumah Sakit
Kejaksaan Milik Pemerintah
Pengadilan
Penegak hukum lainnya
Alur Permintaan VeRP Perdata
SURAT PERMOHONAN Direktur/Kepala Rumah
Pihak sesuai UU Sakit atau Pimpinan Klinik
Utama Pemerintah atau
Pengadilan
Swasta
Competency to Stand Trial
Kecakapan Menjalani Proses
Pengadilan
Ilustrasi Kasus
➢ Ny M, 60 tahun sebagai terdakwa di persidangan untuk kasus pemalsuan sertifikat tanah.
➢ Terdakwa telah mengikuti persidangan sebanyak 3 kali.
➢ Persidangan ke – 4, Saksi tidak datang ke persidangan dengan alasan menjalani perawatan inap
jiwa di RSJ.
➢ Hakim mengeluarkan penetapan untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan terhadap terdakwa
karena surat permintaan rawat di RSJ.
➢ Terdakwa telah dibawa ke RS X, tetapi melarikan diri.
➢ Permohonan Kembali diajukan oleh Penuntut Umum untuk dilakukan pemeriksaan kejiwaan.
➢ Terdakwa bisa mengoperasikan telepon seluler → Kompeten ?
Competency to Stand Trial (CST)
❑ Kasus forensik terbanyak yang dirujuk.
❑ Kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses persidangan mereka sendiri.
❑ Pengadilan US meminta ketidakmampuan persidangan dengan bukti yang
jelas dan meyakinkan (tingkat kepastian lebih dari 50%)

Scott CL. Evaluation of Competencies in the Criminal Justice System In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric
Association Publishing 2018
Competency to Stand Trial (CST)
The Dusky
❑ Standar unsur kompetensi ada 2 hal :
- Kemampuan terdakwa untuk memahami proses pidana
- Kemampuan terdakwa untuk membantu pengacaranya dalam pembelaan
terdakwa sendiri
❑ Evaluasi kompetensi berfokus pada kemampuan terdakwa saat ini (kondisi
mental saat ini )
❑ Evaluasi kapasitas terdakwa untuk diadili sebagai lawan dari kesediaannya
untuk diadili.
❑ Memiliki tingkat pemahaman rasional yang wajar.

Scott CL. Evaluation of Competencies in the Criminal Justice System In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric
Association Publishing 2018
Competency to Stand Trial (CST)
The Dusky
❑ Evaluasi kapasitas terdakwa untuk diadili sebagai lawan dari kesediaannya
untuk diadili.
❑ Memiliki tingkat pemahaman rasional yang wajar.
❑ Adanya penyakit mental saja tidak secara otomatis disamakan dengan
penemuan inkompetensi uji coba

Scott CL. Evaluation of Competencies in the Criminal Justice System In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American
Psychiatric Association Publishing 2018
Evaluasi Forensik CST
➢ Tuduhan hukum
Terdakwa harus diminta untuk menjelaskan dakwaan hukum, pemahamannya tentang
keseriusan dakwaan, dan potensi hukuman untuk setiap dakwaan.
➢ Peran dan tanggung jawab peserta ruang sidang.
Terdakwa dapat diminta untuk menjelaskan peran pengacara pembela, penuntut, hakim,
saksi, dan juri, serta terdakwa.
➢ Evaluasi pengetahuan terdakwa mengenai konsep plea bargaining.

Scott CL. Evaluation of Competencies in the Criminal Justice System In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American
Psychiatric Association Publishing 2018
Insanity Defense
Kemampuan Bertanggung
Jawab
Ilustrasi Kasus
➢ Tn. J, 40 tahun, diketahui menghilangkan nyawa Ayah Kandungnya. Tn. J mengalami
gangguan jiwa sejak 15 tahun yang lalu. Tn J setelah melakukan tindakan tersebut
membersihkan alat yang digunakan kemudian pergi menuju hutan. Tn J ditemukan oleh
Polisi di dalam hutan.
Insanity Defense
o Code Hammurabi, 1772 B.C

o Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Pasal 44

o M’Naghten standard

o American Law Institute’s Model Penal Code

o Durham rule

Scott CL. Evaluation of Criminal Responsibility In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric Association
Publishing 2018
Insanity Defense
o Ketidakmampuan memaksudkan suatu tujuan yang sadar
o Ketidakmampuan mengarahkan atau mengendalikan kemauan
atau tujuan tindakannya
o Ketidakmampuan memahami nilai dan risiko tindakannya

Scott CL. Evaluation of Criminal Responsibility In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric Association
Publishing 2018
Analisis Medikolegal Pidana
1) Apakah Pelaku tindak pidana sedang mengalami gangguan jiwa saat
melakukan tindak pidana atau tidak?
2) Apakah tindak pidana yang dilakukan pelaku berhubungan dengan gejala
penyakit yang dialami pelaku?
3) Apakah pelaku menyadari perbuatannya?
4) Apakah pelaku dapat memaksakan/mengendalikan perilakunya?
Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
Fasilitas pelayanan
→ Pidana, Rumah Sakit Pemerintah dan Daerah
→ Perdata, Rumah Sakit atau klinik utama atau yang setara milik Pemerintah, pemerintah daerah,
atau swasta.

Tim Pemeriksa
→ Minimal 3 orang
→ Ketua Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dan
→ Tenaga Kesehatan lain ( spesialis selain jiwa, psikologis klinis, dokter umum, perawat, dan tenaga
lain sesuai kebutuhan )

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
Lama pemeriksaan → paling lama 14 hari, dapat diperpanjang dengan persetujuna tertulis dari
pemohon.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan jiwa


a) Wawancara klinis psikiatri
- Pertanyaan terbuka : siapa, apa, kenapa, bagaimana ( Coba ceritakan, coba jelaskan )
- Pertanyaan mengarahkan → diperlukan pada saat menilai system atau beberapa
penilaian status mental.
- Empati
- Tempat : aman dan nyaman ,terjaga kerahasiaan.

Peraturan Menteri Republik Indonesia No 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Prosedur Pemeriksaan
Wawancara Klinis Psikiatri
- Pengumpulan informasi mengenai masalah forensik
- Riwayat Psikiatri
- Riwayat Kehidupan Pribadi
- Riwayat Trauma
- Riwayat Medis sebelumnya

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Prosedur Pemeriksaan
Wawancara Klinis Psikiatri
- Rekaman Audio atau visual
• Dapat diminta pengadilan dan jaksa
• Kasus kriminal → kondisi mental teganggu terlihat segera setelah melakukan
tindak pidana, dapat dilihat rekaman tersebut beberapa waktu kemudian saat
kondisi membaik.
• Pada saat pemeriksaan tidak psikotik kemudian menjadi psikotik saat
pengadilan.
• Mempengaruhi kredibilitas penilai

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
b) Pemeriksaan dan Observasi Psikiatri
c) Pemeriksaan Psikometrik
d) Pemeriksaan Fisik dan Penunjang sesuai indikasi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Untuk Kepentingan Penegakan Hukum
Peran Dokter Umum dalam VeR Psikiatrikum
1 Gangguan psikotik Psikotik 2 Tingkat Kemampuan :
(Skizofrenia, Gangguan Waham
menetap, Psikotik Akut dan 1: Mengenali dan mejelaskan
Skizoafektif)
2 Gangguan psikotik akut dan sementara 4
2: Mendiagnosis dan merujuk
3 Gangguan skizoafektif 3A
4 Skizofrenia tanpa penyulit 4
3: Mendiagnosis, melakukan , penatalaksanaan
5 Skizofrenia dengan penyerta (komorbid) 3A
awal dan merujuk
Gangguan Afektif
3A : Bukan Gawat Darurat
3B : Gawat Darurat
6 Gangguan afektif bipolar 3A
7 Gangguan depresi ringan - sedang 4
4: Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
8 Gangguan depresi berat, gangguan dengan 3A
ciri psikotik secara mandiri dan tuntas
KETERAMPILAN

1 : Mengetahui dan menjelaskan


2 : Pernah melihat dan
mendemonstrasikan
3 : Pernah melakukan atau pernah
menerapkan dalam supervise
4 : Mampu melakukan secara mandiri
Penyusunan VeRP

Glancy GD. Forensic Evaluations and Reports In: Textbook of Forensic Psychiatry. 3rd ed.The American Psychiatric Association Publishing 2018
Kendala Pembuatan Visum ET Repertum
Psikiatrikum
Conflict of Interest → peran sebagai treating doctor dan assessing doctor
Risiko suicide, gaduh gelisah, dan risiko kekerasan selama observasi
Penegak hukum tidak memahami bahwa pemeriksaan Kesehatan jiwa
memerlukan waktu dikarenakan :
➢ Terperiksa tidak diberikan psikofarmaka selama pemeriksaan →
pemeriksaan mengalami kendala dalam komunikasi.
➢ Data kolateral dari berbagai pihak yang mengetahui riwayat terdakwa dan
proses selama di pengadilan
➢ Observasi untuk menyingkirkan malingering → lebih berhati-hati.

Anda mungkin juga menyukai