Anda di halaman 1dari 13

KEWIRAUSAHAAN

(ENTREPRENEURSHIP)

A. Konsep Kewirausahaan

1. Sejarah & Definisi Kewirausahaan


Istilah kewirausahaan (entrepreneur) pertama kali diperkenalkan pada awal
abad ke-18 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur
adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to
combine them”. Adapun makna secara etimologis wirausaha/wiraswasta berasal
dari bahasa Sansekerta, terdiri dari tiga suku kata : “wira“, “swa“, dan “sta“. Wira
berarti manusia unggul, teladan, tangguh, berbudi luhur, berjiwa besar, berani,
pahlawan, pionir, pendekar/pejuang kemajuan, memiliki keagungan watak. Swa
berarti sendiri, dan Sta berarti berdiri. Istilah kewirausahaan, pada dasarnya
berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan
between taker atau go between.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya- Jean Baptista
Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai
pemimpin. Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para ahli,
mengenai kewirausahaan, dibawah ini akan saya kemukakan beberapa pendapat
tersebut, yang diambil dari berbagai sumber : Harvey Leibenstein (1968, 1979),
mengemukakan, kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan
untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya. Penrose (1963) : Kegiatan
kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi.
Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Frank Knight (1921) : Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi
perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam
menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan
disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan.
Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan
seseorang actor yang memimpin proyek produksi. Konsep wirausaha secara
lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang
mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku
baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru
atau pun yang telah ada.
Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang
melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk
memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi
semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang
dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering
digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.
Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak
bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang
yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang

1
yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan adalah orang yang berani
membuka kegiatan produktif yang mandiri. Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h
10) mendifinisikan: “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru
pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko
keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter
yang dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”. Kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko
untuk menjalankan usaha sendiri. Selain itu, definisi Kewirausahaan menurut
Instruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang
Gerakan Nasional Me-masyarakat-kan dan Membudaya- kan Kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha dan/atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar.

2. Inovasi dan Kreativitas


a. Inovasi wirausaha
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing) inovasi
merupakan fungsi utama dalam proses kewirausahan. Peter Drucker
mengatakan inovasi memiliki fungsi yang khas bagi wirausahawan. Dengan
inovasi wirausahawan menciptakan baik sumberdaya produksi baru maupun
pengelolahan sumber daya yang ada dengan peningkatan nilai potensi untuk
menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Inovasi adalah suatu proses untuk mengubah kesempatan menjadi ide
yang dipasarkan. Inovasi lebih dari sekedar ide yang baik suatu gagasan murni
memegang peranan penting, dan pikiran kreatif mengembangkannya menjadi
gagasan yang berharga. Meskipun demikian terdapat perbedaan yang
signifikan antara sebuah ide yang timbul semata dari spekulasi dan ide yang
merupakan hasil pemikiran riset pengalaman dan kerja yang sempurna hal
yang lebih penting. Wirausahawan yang prospektif harus mempunyai
keberanian untuk memberikan sebuah ide melalui tahapan pengembangan.
Dengan demikian inovasi adalah suatu kombinasi visi untuk menciptakan
suatu gagasan yang lebih baik dan keteguhan serta dedikasi untuk
mempertahankan konsep melalui implementasi.
Proses inovasi secara umum terbagi menjadi 3 tahapan yaitu:
1) Fase pengembangan ide. Sebuah inovasi tidak datang secara tiba-tiba,
tetapi melalui proses pemikiran yang serius. Ide baru dapat muncul dari
mana saja, maka dari itu seorang wirausahawan yang baik harus dapat
membebaskan seluruh karyawannya untuk berpikir kreatif karena dari ide-
ide tersebut mungkin akan muncul sebuah inovasi yang mampu
mendukung kemajuan usahanya.
2) Fase pemantapan ide. Ide tersebut lalu di tamping untuk dikaji lebih
lanjut untuk mengetahui tingkat keseimbangannya dengan teknologi yang
dimiliki, kemampuan SDM, biaya produksi, keinginan pasar, dan
sebagainya.
3) Fase pembangunan dan penerapan ide. Apabila ide baru sudah
dipertimbangkan dengan aspek di atas maka langkah selanjutnya adalah

2
mendeskripsikan langkah-langkah strategisnya dari awal hingga
penerapannya secara nyata.

b. Kreativitas wirausaha
Kreativitas adalah cara berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru
atau menghasilkan gagasan-gagasan/ide-ide baru. Tingkat kebaharuannya
menunjukkan tingkat/kualitas kreativitas yang dimilikinya. Gagasan-
gagasan/ide-ide baru itu belum memberikan manfaat nyata. Gagasan-gagasan
baru dapat berasal dari gagasan-gagasan yang sudah ada, atau yang belum ada
sebelumnya, dapat juga berasal dari calon konsumen/pembeli, dari kemajuan-
kemajuan teknologi. Kewajiban seorang wirausaha dengan kemampuan
berpikirnya yang dinamis dapat menghasilkan gagasan-gagasan/ide-ide baru
dari berbagai sumber bagi perusahaan yang akan dikembangkan.
Proses kreativitas. Kreativitas adalah suatu proses yang dapat di kembangkan
dan di tingkatkan. Setiap orang kreatif pada tingkat tertentu. Orang
mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu dapat lebih kreatif
dari pada orang lain. Hal yang sama juga dialami oleh orang yang dilatih dan
dikembangkan dalam suatu lingkungan yang mendukung pengembangan
kreativitas, mereka diajar untuk berpikir dan bertindak secara kreatif. Konsep
kreativitas menurut Alan William dimulai dari keinginan yang disengaja oleh
seseorang dan di runtun sampai bagaimana karya kreatif tersebut dapat
dipasarkan ke masyarakat sebagai komoditi ekonomi. Proses tersebut meliputi
8 tahapan yaitu:
1) Awareness and Interest (Kesadaran dan Minat)
Awal proses kreativitas di mulai dari pengamatan atau sesuatu masuk
dalam pikiran seseorang. Seorang wirausahawan menyadari akan
pentingnya hal tersebut sehingga timbul minat untuk mendalami dan
mencari solusi untuk permasalahan tersebut.

2) Preparation and Understanding (Persiapan dan Pemahaman)


Tahapan ini muncul setelah timbulnya minat, seseorang mulai memikirkan
semua unsurnya secara rinci. melalui pemikiran analisis, ia membuat
diagnosis atas pengetahuan atas permasalahan yang diamatinya, sehingga
timbul pemahaman tentang solusi untuk permasalahan yang diamatinya.

3) Absorbtion and Incubation (Penyerapan ide dan Inkubasi)


kegiatan penyerapan dalam proses kreativitas adalah kesadaran untuk
menyimpan pengetahuan tentang permasalahan yang diamati.
Penyimpanan ide tersebut mengendap dalam pikiran selama beberapa
waktu untuk dimatangkan sehingga bisa dihadirkan dalam sebuah produk
kreatif yang sempurna.

4) Inspiration dan Illumination (Inspirasi dan Ilumunasi)


Proses inspirasi adalah proses dimana munculnya ide-ide baru secara tiba-
tiba. sedangkan iluminasi adalah proses dimana seseorang telah
menemukan titik terang untuk solusi permasalahan yang diamatinya.
Proses iluminasi muncul setelah seseorang mendapatkan inspirasi.

3
5) Testing dan Verification (Pengujian dan Pembuktian)
Perlu diadakan proses pengujian dan pembuktian apakah langkah yang
dipilih oleh seseorang wirausahawan itu sesuai dengan tujuan awal
pembentukan proses kreativitas yang sedang dijalankan dan apakah
langkah tersebut terbukti efektif terhadap kebutuhan pasar terkini.

6) Refinement and Adjustment (Pencerahan dan Penyesuaian)


Tidak semua produk/pemikiran kreatif yang dihasilkan seseorang langsung
berbentuk sempurna. Proses pengujian di dunia nyata adalah proses yang
saangat penting untuk membuktikan apakah masih ada kekurangan dari
produk/pemikiran kreatif seseorang.

7) Acceptance and Commitment (Penerimaan dan Komitmen)


Proses penerimaan suatu produk/pemikiran kreatif seseorang memerlukan
proses yang sangat panjang sebelum dapat diterima oleh masyarakat, dan
apabila sudah dapat diterima dengan baik di masyarakat (acceptance)
maka dengan sendirinya produk kreatifitas tersebut akan mendapatkan
pengakuan dan dukungan dari masyarakat (commitment).

8) Implementation (Penerapan secara nyata)


Penggunaan produk kreatif adalah tahap akhir dari proses kreatif. Produk
kreatif dianggap berhasil apabila dapat menjadi solusi atas suatu masalah
dan dapat di implementasikan dengan berhasil.
3. Implikasi Kewirausahaan Dalam Bidang Keperawatan

Memasuki dunia usaha yang semakin kompetitif,


seorang entrepreneur harus memiliki kreaktivitas dan inovasi dalam menangkap
peluang usaha. Apalagi sebagai seorang entrepreneur harus mampu
memanfaatkan sesuatu untuk dikembangkan menjadi peluang usaha baru. Bahkan,
saat ini para entrepreneur telah mampu menciptakan berbagai pengembangan
dunia usaha, seperti social entrepreneurship, technopreneurship,
studentpreneurship, beautypreneur, cyberpreneurship, dan ada juga
pengembangan entrepreneurship yang berkaitan dengan profesi keperawatan
yaitu nursepreneurship. Hal tersebut memberikan dampak positif dalam
mencerahkan dunia usaha menjadi lebih holistik. Nursepreneurship di lingkungan
perawat sebenarnya sudah tidak asing lagi. Hal tersebut terlihat dari kurikulum
beberapa intitusi pendidikan keperawatan yang sudah memberikan
materi nurseprenuership kepada peserta didiknya. Tetapi mungkin masih banyak
perawat dan calon perawat yang belum memahami
konsep entrepreneurship dalam bidang keperawatan tersebut.
Nursepreneurship secara bahasa berarti sesuatu mengenai
aktivitas entrepreneurship yang dikaitkan dengan perawat atau bidang
keperawatan. Secara terminologi, kata dasar dari nursepreneurship ialah
nursepreneur berasal dari dua suku kata yaitu nurse (perawat) dan
entrepreneurship.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa perawat adalah
orang yang mendapatkan pendidikan khusus untuk merawat, terutama merawat
orang sakit. Virginia Henderson mengemukakan bahwa keperawatan merupakan
fungsi unik dari perawat adalah membantu individu baik sehat maupun sakit

4
dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan dan penyembuhan, serta
membimbing klien agar meninggal dunia dengan tenang. Segala yang dilakukan
perawat adalah untuk membantu meningkatkan dan menumbuhkan kemauan,
kemampuan, serta pengetahuan klien agar tidak bergantung pada bantuan orang
lain (Perry & Potter, 2005).

"Nursepreneurship adalah segala sesuatu mengenai aktivitas yang dilakukan


perawat pengusaha (nursepreneur) dalam menciptakan usaha/bisnis untuk
mencapai keuntungan dengan mengidentifikasi peluang yang ada di bidang
keperawatan serta mengintegrasikan nilai-nilai keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan langsung kepada klien atas usaha/bisnis yang
dijalankannya"

Kata entrepreneurship sendiri berasal dari kata entrepreneur yang merujuk


pada seseorang atau agen yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian
menanggung risiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer &
Scarborough, 2008, dalam Wijatno, 2009). Jadi, dalam konteks yang lebih luas.
Nursepreneurship adalah segala sesuatu mengenai aktivitas yang dilakukan
perawat pengusaha (nursepreneur) dalam menciptakan usaha/bisnis untuk
mencapai keuntungan dengan mengidentifikasi peluang yang ada di bidang
keperawatan serta mengintegrasikan nilai-nilai keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan langsung kepada klien atas usaha/bisnis yang
dijalankannya. Bahkan secara konseptual, istilah nursepreneur telah dibahas dalam
buku berjudul Fundamental of Nursing karya Taylor, Lilis, dan Le Mone (2000)
dengan sebutan nurseentrepreneur. Berikut ini adalah kutipan dari pembahasan
buku tersebut (Taylor, Lilis & Le Mone, 2000).

Nursepreneur disebut  merupakan salah satu pengembangan karir dari


peran dan fungsi perawat. Nursepreneur adalah seorang perawat, yang biasanya
memiliki pendidikan tinggi, yang mengelola klinik atau usaha yang berkaitan
dengan kesehatan, memimpin penelitian, memberikan pendidikan, atau sebagai
konsultan institusi, lembaga politik, atau bisnis tertentu. Dengan kata
lain, nursepreneur adalah perawat pengusaha yang bekerja secara mandiri dalam
memberikan pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung, pendidikan,
penelitian, administratif atau konsultasi dalam menciptakan bisnis/usahanya.

Perawat tersebut sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham,


atau owner yang mampu menggaji karyawannya, meskipun dalam pelaksanaan
teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana. Ketika seorang
perawat mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling berlomba
memperebutkan kesempatan kerja yang semakin sempit,
seorang nursepreneur justru berpikir untuk menciptakan suatu usaha yang dapat
menghasilkan secara ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi sesamanya.

Keperawatan bukanlah profesi yang statis dan tidak berubah melainkan


profesi yang terus bergerak menuju masa depan. Profesi tersebut terus berkembang
secara terus menerus sejalan dengan perkembangan dinamika masyarakat,
globalisasi, dan tantangan ekonomi. Dinamika keperawatan juga sejalan dengan
masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode perawatan berubah,

5
karena perubahan gaya hidup. Perubahan dunia keperawatan yang diharapkan
harus disesuaikan dengan keadaan dan lingkungan sosial di Indonesia. Namun,
perubahan tersebut bukanlah perkara mudah. Jalan menanjak penuh tantangan
harus dihadapi bahkan ketika memulai menjalani perubahan tersebut.
Nursepreneur sebagai agent of change harus berusaha menunjukkan jati diri
menghadapi banyak tantangan global saat ini baik tantangan internal maupun
eksternal. Tantangan tersebut semakin meningkat seiring tuntutan menjadikan
profesi perawat yang dihargai profesi lain dan khalayak umum. Salah satu
tantangan yang patut mendapat perhatian khusus bagi seorang nursepreneur yaitu
dampak konsep entrepreneurship  dalam bidang keperawatan yang erat kaitannya
dengan profesionalisme pelayanan keperawatan kepada masyarakat.

"Salah satu tantangan yang patut mendapat perhatian khusus bagi


seorang nursepreneur yaitu dampak konsep entrepreneurship dalam bidang
keperawatan yang erat kaitannya dengan profesionalisme pelayanan
keperawatan kepada masyarakat"

Tantangan tersebut sudah seharusnya disikapi secara serius oleh


seorang nursepreneur agar keperawatan di Indonesia ke depan lebih siap untuk
berkompetisi di era globalisasi. Beberapa dampak entrepreneurship dalam bidang
keperawatan antara lain: keseimbangan antara kualitas dan akses pelayanan
kesehatan, dampat teknologi, penanggung jawab mutu pelayanan keperawatan,
serta isu etik dengan insentif keuangan. Dengan jiwa entrepreneurship, masalah
sehari-hari yang dihadapi perawat dapat menjadi uang. Hal tersebut dikarenakan
seorang nursepreneur memiliki orientasi pada keuntungan. Sebagai contoh,
masalah menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, penunggu
pasien, terpisahnya orang tua yang sakit dengan anak, dan sebagainya. Semua hal
tersebut dapat dijadikan ladang menggali keuntungan perawat dalam menjalankan
bisnisnya. Sehingga hal yang dikhawatirkan ketika perawat mengimplementasikan
bisnisnya akan berdampak pada keseimbangan antara kualitas pelayanan kesehatan
dan akses keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan tersebut.  Pelayanan
kesehatan akan mengalami perubahan paradigma dari berorientasi kemanusiaan
bergeser ke orientasi bisnis.

Paradigma pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis menuntut tidak


hanya berorientasi kemanusiaan tetapi juga berorientasi pada keuntungan. Pada
akhirnya pelayanan kesehatan pun tidak dikelola dengan profesional. Kualitas
pelayanan kesehatan, keterjangkauan biaya oleh klien, peningkatan kualitas, serta
kuantitas sarana medis menjadi hal yang rawan ketika terjadi pergeseran paradigma
pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis.

"Paradigma pelayanan kesehatan yang berorientasi ke bisnis menuntut


tidak hanya berorientasi kemanusiaan tetapi juga berorientasi pada
keuntungan"

Perawat yang memiliki jiwa entrepreneurship juga dikhawatirkan akan


berdampak pada pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
pasien. Nursepreneur akan sibuk berorientasi pada keuntungan semata dalam
memberikan asuhan keperawatan ke pasien. Pelayanan kesehatan kepada pasien
menjadi seadanya dan tidak sesuai standar asuhan keperawatan yang sudah

6
ditetapkan ketika tidak ada nilai keuntungan yang akan didapatkan. Jika mereka
tidak berorientasi pada keuntungan akibat pelayanan yang diberikannya, maka
mereka akan kehilangan sumber pemasukan tambahan dari pelayanan kesehatan
yang telah diberikan. Padahal, keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Bidang-Bidang Cakupan Usaha Nursepreneur

Seorang perawat pada dasarnya bebas menentukan bisnis/usaha yang akan


dijalankannya tanpa adanya batasan atas cakupan bisnis  tertentu, asalkan bisnis
tersebut menghasilkan profit bagi dirinya dengan tetap mematuhi etika bisnis dan
legal. Akan tetapi, dalam kaitannya dengan nursepreneurship, seorang perawat
tentunya akan melihat peluang usaha tidak hanya dari sisi profit semata, melainkan
juga dari sisi pelayanan dan pengabdian kepada masyakarat. Dengan kata lain,
perawat akan melihat berbagai peluang usaha dalam cakupan bidang keperawatan,
dengan tetap mengintegrasikan nilai-nilai keperawatan yang sudah dipelajarinya.
Berbagai area cakupan usaha di bidang keperawatan yang dapat dikembangkan
saat ini antara lain :

a. Area Pelayanan Keperawatan

Tanpa harus meninggalkan tugas pokok sebagai perawat pelaksana di


instansi kesehatan, seorang perawat pun dapat dalam membangun bisnis pada
area pelayanan keperawatan. Selain itu, lonjakan pembangunan fasilitas
layanan kesehatan termasuk membangun rumah sakit baru dengan tambahan
fasilitas kesehatan lainnya membuka peluang usaha bagi perawat pada area
pelayanan keperawatan. Bahkan pada area ini, perawat dapat berperan sebagai
penggagas ide, pengelola, pemilik modal, pemilik saham ataupun
sebagai owner. Berikut ini berbagai usaha perawat pada area pelayanan
keperawatan antara lain:

1) Home Care

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)


mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan, atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Depkes RI,
2002). Home care merupakan bagian dari praktik mandiri perawat.
Perawat melanjutkan perawatan yang pernah diterima klien dari rumah
sakit atau pelayanan kesehatan lainnya atau mungkin pasien tidak ada
indikasi masuk rumah sakit sehingga hanya membutuhkan pelayanan
keperawatan di rumah.

7
2) Konseling Keperawatan

Konseling adalah proses memberikan bantuan dari seseorang


kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan
suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan
perasaan klien (Saraswati, 2002). Konseling sebagai cabang ilmu dan
praktik pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki
pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam
ilmu keperawatan.

Konseling keperawatan dapat membantu dan memotivasi klien


untuk lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi
masalahnya. Konseling keperawatan juga diselenggarakan untuk mencapai
pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak
adaptif menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih
luas tentang dirinya.

3) Praktisi Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang


dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang
konvensional. Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk
memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan
dan pertahanan tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri
yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan
untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Kini terapi komplementer tersebut telah berkembang pesat menjadi


bagian dari pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Bahkan
terapi komplementer tersebut menjadi salah satu pilihan pengobatan
masyarakat. Di Indonesia ada 3 (tiga) jenis terapi komplementer yang telah
diintegrasikan kedalam pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu akupuntur,
terapi hiperbarik, dan terapi herbal medik.

4) Nursing Care Centre

Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang


memberikan akses langsung pada klien dalam pelayanan keperawatan
profesional yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan
masalah yang dihadapi masyarakat.  Nursing care center merupakan
pengelolaan terpadu dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian
keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara
optimal. Dalam nursing care center pun selalu diupayakan untuk
memandang keperawatan sebagai suatu kesatuan yang utuh,
sehingga nursing care center memiliki karakteristik tertentu.

8
5) Pelayanan Fisioterapi

Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pelayanan kesehatan


untuk mengembalikan fungsi organ tubuh dengan memakai tenaga alam.
Dalam fisioterapi, tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air,
panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan
dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan
(Krausen, 1985). Perawat yang dibekali ilmu dan kompetensi terkait
fisioterapi memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kesehatan
tersebut  kepada klien yang membutuhkannya. Salah satu uapaya
fisioterapi yang dapat dilakukan perawatan yaitu fisioterapi dada.
Fisioterapi dada itu merupakan prosedur keperawatan atau metode
pemenuhan kebutuhan oksigen.

6) Klinik Praktik Bersama

Perawat dapat berkolarasi dengan tenaga kesehatan lain seperti


dokter, apoteker, atau bidan dalam membuka klinik praktik bersama
sebagai kolega. Pada kolaborasi tersebut terjadi proses komplek yang
membutuhkan saling satu sama lain dalam bersama-sama membangun
bisnis di bidang kesehatan. Prinsip yang sama mengenai kebersamaan,
kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan tanggung
gugat juga menjadi awal terbentuk kolaborasi yang baik untuk menuju
kesuksesan bersama.

b. Area Pendidikan
Perkembangan ilmu keperawatan yang semakin pesat menuntut seorang
perawat dan calon perawat harus mempersiapkan diri sedini mungkin sehingga
diharapkan dapat bersaing di era pasar global. Selain itu, semakin
meningkatnya permintaan masyarakat tentang layanan kesehatan dapat juga
membuka peluang usaha tersendiri bagi perawat dalam area ini. Pengelola
pelatihan sumber daya perawat pun merupakan salah satu solusi dalam
memenuhi kebutuhan perawat yang berkualitas. Oleh karena itu, perawat yang 
memiliki passion untuk terjun area cakupan bidang usaha ini dapat mendirikan
lembaga pelatihan yang bergerak di bidang pendidikan kesehatan pada
umumnya dan keperawatan pada khususnya, atau membangun institusi
pendidikan keperawatan, dan lain sebagainya.

c. Area Manajerial
Pada area ini, fokus bisnis yang ditawarkan yaitu dalam bentuk
pengelolaan sistem manajemen sumber daya manusia. Sebab, sumber daya
manusia merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis. Dalam kaitannya bisnis,
konsultan dapat menjadi salah satu pilihan dalam area ini. Konsultan adalah
seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat ahli dalam bidang
keahliannya.
Perawat yang passion untuk mengelola dan mengembangkan sumber
daya manusia terutama sumber daya perawat serta memiliki kompetensi
manajemen keperawatan yang baik dapat terjun pada area cakupan bidang
usaha ini. Salah satunya dengan membentuk lembaga konsultan perawat
seperti konsultan legal perawat (legal nurse consultant), dan sebagainya.

9
B. Teori Kewirausahaan
1. Teori Inspirasi
Inspirasi bisnis merupakan hal yang melatarbelakangi munculnya ide bisnis.
Inspirasi tidak harus ditunggu, namun bisa dicari asalkan mempunyai niat dan
keinginan. Inspirasi bisnis juga kadang muncul dari beragam keadaan dan kondisi.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan bila anda butuh inspirasi untuk
berbisnis:
a. Perhatikan lingkungan disekitar tempat tinggal anda, perhatikan dan amatilah apa
yang menjadi kebutuhan orang namun kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara
baik atau maksimal. Inilah salah satu inspirasi bisnis yang cukup baik, mengamati
dan melakukan survey. Inspirasi bisnis itu bisa muncul setelah anda mengamati
dan memperhatikan.
b. Banyak-banyaklah berjalan dan memperhatikan kisah-kisah kesuksesan pebisnis
besar. Adakalanya inspirasi bisnis itu akan muncul setelah kita menyaksikan
keberhasilan orang lain dalam merintis karir, suka duka dan masa-masa sulit
mereka dalam mengembangkan bisnis.
c. Mengembangkan inspirasi bisnis menjadi ide bisnis merupakan hal yang
menentukan untuk keberhasilan sebuah usaha bisnis. Jika hanya memperoleh
inspirasi bisnis tanpa dikembangkan menjadi ide bisnis yang kemudian
dikembangkan menjadi usaha bisnis nyata, maka sama saja inspirasi itu sia-sia.
Inspirasi member spirit dan dorongan seseoarang untuk melakukan sesuatu hal.
Perbanyaklah mencari inspirasi karena inspirasi merupakan bagian dari motivasi.
d. Kajilah secara lebih dalam manfaat dan keuntungan yang akan anda peroleh jika
anda berbisnis. Apa kelebihan sebuah wirausaha dibandingkan dengan usaha
pekerjaan lainnya. Pengetahuan anda tentang kehebatan sesuatu biasanya akan
mendorong diri untuk melakukan sesuatu tersebut akan membuat diri anda
berupaya maksimal untuk menemukan inspirasi dan ide terhadap sesuatu tersebut.

2. Manajemen Risiko
Menurut Smit (1990), manajemen risiko didefinisikan sebagai identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Menurut Clough and Sears
(1994) manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang
komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Menurut William, (1995) manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari
manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
Sedangkan Dorfman, (1998) mengatakan bahwa manajemen risiko dikatakan
sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap
suatu kerugian.
Tindakan manajemen resiko diambil oleh para praktisi untuk merespon
bermacam-macam resiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen
resiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk
mengurangi, menghindari, atau mentransfer resiko pada tahap awal proyek
konstruksi. Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek
ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil (Shen, 1997).

10
Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah
resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan
sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan
memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang
harus dilakukan untuk menanggapi resiko (Uher,1996).
Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi 3 stage
utama, yaitu (Soeharto, 1999):
a. Identifikasi resiko
b. Analisa dan evaluasi risiko
c. Respon atau reaksi untuk menanggulangi risiko tersebut
Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain
(Mok et al., 1996). Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani
masalah-masalah yang rumit.
 Memudahkan estimasi biaya.
 Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang
dihasilkan dalam cara yang benar.
 Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko
dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
 Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa
banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
 Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat
keputusan.
 Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
 Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.

Menurut Darmawi, (2005, p. 11) Manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap
perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
 Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
 Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
 Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
 Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi
perusahaan itu.
 Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena
kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi
maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image.
Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara
implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai
manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi, 2005).
 Survival
 Kedamaian pikiran
 Memperkecil biaya
 Menstabilkan pendapatan perusahaan

11
 Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
 Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
 Merumuskan tanggung jawab social perusahaan terhadap karyawan dan
masyarakat.

C. Prinsip Kewirausahaan
Prinsip-prinsip kewirausahaan yang paling penting adalah berani atau keluar
dari rasa takut akan gagal, maka berani disini adalah tindakan dimana kita harus bisa
mengambil sikap atas peluang-peluang yang muncul dalam hidup ini terutama
peluang untuk mendirikan usaha. Seorang wirausahawan tidak mengenal tingkat
pendidikan tapi mengenal pada seseorang berani mengambil risiko. Walaupun
pendidikan itu penting tetapi perannya disini justru adalah pada tingkat keberanian
akan usaha yang akan kita buat. Pendidikan disini berguna pada tingkat keahlian dari
bidang usaha yang akan kita dirikan tetapi hal tersebut bukanlah menjadi prinsip dasar
dalam membangun usaha tetapi keberanian kitalah yang dapat menjadi prinsip dasar
dalam membangun usaha.
Disamping itu untuk menjadi wirausahawan kita juga dituntut untuk berpikir
optimis atas peluang dan segala usaha yang kita lakukan, karena dengan begitu kita
semangat dan kemauan yang keras juga ketekunan kita akan menciptakan usaha kita
yang maju dan terus berkembang. Juga disamping itu kita harus berpikir alternative
dimana dengan berpikir alternative kita menciptakan suatu ide dan strategi dari dan
atas usaha yang akan kita lakukan untuk usaha kita.
Prinsip-prinsip entrepreneurship menurut Dhidiek D.Machyudin, yaitu:
1. Harus optimis
2. Ambisius
3. Dapat membaca peluang pasar
4. Sabar
5. Jangan putus asa
6. Jangan takut gagal
7. Kegagalan pertama dan kedua itu biasa, anggaplah kegagalan adalah kesuksesan
tertunda
Ada pula prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Khafidhul Ulum, ada tujuh
prinsip yang diberikan yaitu:
1. Passion (semangat)
2. Independent (mandiri)
3. Marketing sensitifity (peka terhadap pasar)
4. Creative dan innovative (kreatif dan inovatif)
5. Calculated risk taker (mengambil risiko dengan penuh perhitungan)
6. Persistent (pantang menyerah)
7. High ethical standard (berdasar standar etika)
Dan yang terakhir dalam prinsip kewirausahaan adalah membangun relasi dan
network dengan sesame weirausahawan karena dengan begitu proses pembelajaran
dan pengetahuan akan kewirausahawan kita akan berkembang. Semakin banyaknya
network atau relasi juga akan menciptakan peluang-peluang kita dalam
mengembangkan dan mencapai usaha yang baik. Usaha yang baik dan maju dfi sini

12
bukan berarti rasa puas dan rasa nyaman yang telah kita dapatkan, karena dengan rasa
puas dan nyaman tersebut justru nantinya akan menurunkan semangat dan
optimalisasi dalam kita meningkatkan usaha kita.
D. Karakter Kewirausahaan
Menurut David (1996) karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha memenuhi
syarat- syarat keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan/organisasi, seperti inovatif,
kreatif, adaptif, dinamik, kemampuan berintegrasi, kemampuan mengambil risiko
atas keputusan yang dibuat, integritas, daya-juang, dan kode etik niscaya
mewujudkan efektivitas perusahaan/organisasi. Hal ini digambarkan melalui Tabel 1.

Table 1. Profil Seorang Wirausahawan menurut David (1996)

Karakteristik Profil Ciri Wirausahawan yang Menonjol


Berprestasi tinggi Ahli untuk memperoleh prestasi
Pengambil resiko Mereka tidak takut mengambil risiko
tetapi akan menghindari risiko-tinggi
apabila dimungkinkan.
Pemecah masalah Mereka tanggap mengenali dan
memecahkan masalah yang dapat
menghalangi kemampuannya mencapai
tujuan.
Pencari status Mereka tidak memperkenankan
kebutuhan erhadap status mengganggu
misi usahanya.
Tingkatan energy tinggi Dedikasi dan workoholic demi wujudnya
sukses.
Percaya diri Tingkat confidence yang
tinggi. Ikatan emosi Memisahkan antara
hubungan emosional dengan karier
Kepuasan Pribadi Menyukai kompleksitas tinggi dengan
formalisasi yang rendah

Disamping itu, dalam suatu penelitian tentang Standarisasi Tes Potensi


Kewirausahaan Pemuda Versi Indonesia; Munawir Yusuf (1999) menemukan
adanya 11 ciri atau indikator kewirausahaan, yaitu:
1. Motivasi berprestasi
2. Kemandirian
3. Kreativitas
4. Pengambilan resiko (sedang)
5. Keuletan
6. Orientasi masa depan
7. Komunikatif dan reflektif
8. Kepemimpinan
9. Locus of Controll
10. Perilaku instrumental
11. Penghargaan terhadap uang.

13

Anda mungkin juga menyukai