Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL

PERANAN FISIKA DALAM PROSES KLONING

DOSEN PEMBIMBING

Dra. Hj. NOORHIDAYATI, M.Si.


DISUSUN OLEH

ARIF RISWANDI 1710121210001

KHAIRUNNISA MAHARANI 1710121220011

SITI NOOR KHOLISAH 1710121120017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Artikel Peranan Fisika dalam Proses
Kloning”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Dasar.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi
dalam penyelesaian makalah ini, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
dapat teratasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun yang nantinya
untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
kedepannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca. Amin...

Banjarmasin, 05 April 2018

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Istilah Kloning dan Prosesnya........................................................................3
2.2 Peranan Ilmu Fisika dalam Proses Kloning...................................................6
2.3 Pandangan Islam dalam Proses Kloning........................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bioteknologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan


makhluk hidup baik itu bakteri, fungi, virus, dan lain-lain maupun produk dari
makhluk hidup enzim, alkohol dalam proses produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa. Pada zaman sekarang ini perkembangan bioteknologi tidak hanya
semata-mata pada bidang ilmu biologi saja melainkan juga perkembangan pada
bidang-bidang ilmu murni dan terapan lain seperti biokimia, komputer, genetika,
biologi molekuler, maupun mikrobiologi. Penerapan bioteknologi dalam
kehidupan sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Beberapa penerapan dalam
bidang teknologi yang sudah banyak dilakukan misalnya bidang teknologi pangan
adalah pembuatan bir, roti, maupun keju, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan
varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan.
Di bidang medis, penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain
dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin.
Pada zaman sekarang, di negara – negara maju dan berkembang bioteknologi
berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya
berbagai macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA
rekombinan pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini
memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik
maupun kronis yang belum dapat disembuhkan. Selain itu Hal – hal yang
mendorong perkembangan bioteknologi ini adalah untuk meningkatkan mutu baik
itu dalam bidang pangan, medis, maupun bidang kehidupan lainnya. Bioteknologi
secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme melalui aplikasi
teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu
organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau merekayasa gen
pada organisme tersebut. Salah satu penerapan bidang bioteknologi yang sering
dibicarakan orang yaitu Kloning. Dimana dengan dilakukannya kloning ini maka

1|Page
akan bermanfaat bagi kehidupan manusia baik itu dalam bidang pengobatan
maupun yang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah itu kloning dan bagaimana prosesnya?


2. Bagaimanakan peranan ilmu fisika dalam proses kloning?
3. Bagaimanakah proses kloning dipandang dari perspektif islam?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kloning dan proses terjadinya kloning.


2. Untuk mengetahui peranan ilmu fisika dalam proses kloning.
3. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap proses kloning.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Istilah Kloning dan Prosesnya

Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau
klona, yang secara harfiah berarti potongan/ pangkasan tanaman. Dalam hal ini
tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat
penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman jantan
dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat dimengerti bahwa praktek
perbanyakan tanaman lewat penampangan potongan/ pangkasan tanaman telah
lama dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang
dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk
hidup (atau reproduksi) secara aseksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam
ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai individu atau organisme
yang dimiliki genotipus yang identik.

Dalam perkembangannya, klonasi tidak hanya dikerjakan dengan


memanfaatkan potongan tanaman yang umumnya berbentuk batang yang
mengandung titik-titik tumbuh calon ranting dan daun, tetapi juga memanfaatkan
hampir semua jaringan tanaman untuk menghasilkan tanaman sempurna. Dengan
teknologi biakan jaringan, potongan daun atau sekeping jaringan dari batang
tanaman lengkap. Dari sini terlihat bahwa klonasi pada dasarnya memanfaatkan
sel-sel tanaman yang masih memiliki kemampuan untuk memilah-milah diri
menghasilkan berbagai jenis tanaman, seperti akar, batang dan daun dengan
fungsinya masing-masing. Kemampuan semacam ini ternyata semakin menurun
seiring dengan meningkatnya status organisme. Pada organisme tinggi, misalnya
mamalia, sel-sel jaringan telah kehilangan totipotensinya, sehingga apabila

3|Page
tanaman hanya mampu menghasilkan sel sejenis, tetapi tidak mampu memilah diri
lagi untuk menghasilkan organ atau sel dengan fungsi yang lain. Berbeda dengan
tanaman, klonasi mamalia tidak dapat dikerjakan, misalnya dengan menanam sel
atau jaringan dari bagian tubuh, seperti tangan, kaki, jantung, hati untuk
menghasilkan individu baru. Dengan demikian, klonasi pada organisme tingkat
tinggi hanya dapat dikerjakan lewat sel yang masih totipoten, yaitu sel pada aras
embrio atau mudghah.

Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara
umum sesuai dengan aras kehidupan organisme, maka klonasi dapat dikerjakan
pada berbagai aras, yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan aras individu.
Pada organisme sel tunggal atau unisel seperti bakteri, perbanyakan diri untuk
menghasilkan individu yang baru, berlangsung lewat klonasi sel. Dalam hal ini
klonasi sel sekaligus juga merupakan klonasi individu pada hewan dan manusia
dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran kembar satu telur. Masing-masing
anak di sini merupakan klonus yang memiliki susunan genetis identik.

Dalam perkembangan biologi molekuler, sekarang dimungkinkan klonasi


pada aras yang lebih kecil daripada sel, yaitu aras gena. Kemampuan manusia
melakukan klonasi gena memunculkan bidang ilmu baru, yang disebut rekayasa
genetika. Untuk pertama kalinya suatu gena berhasil diklonasi dengan teknik
DNA rekombinan pada tahun 1973. Hanya dalam selang waktu tiga tahun,
teknologi ini sudah dikomersialkan oleh suatu perusahaan di California USA,
yaitu Genentech. Sebetulnya klonasi gena juga terjadi secara alami pada beberapa
mikroorganisme. Misalnya beberapa mikroorganisme yang semula rentan
terhadap antibiotika berubah menjadi klon mikroorganisme yang kebal
antibiotika. Klona ini terjadi akibat perbanyakan diri lebih lanjut mikroorganisme
induk yang telah kemasukan gena kebal tadi.

4|Page
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil
rekayasa manusia. Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik
secara genetis dari suatu organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu
tunggal. Setelah keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996,
para ilmuwan berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan menjadi
kenyataan. Kloning manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel
tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari seseorang,
kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang
wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya
dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu.
Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar
merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini
kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang ditugaskan sebagai ibu
pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika
orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.

Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia,


khususnya di bidang medis. Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari
teknologi kloning dapat diringkas sebagai berikut:

– Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk


mendapatkan anak.
– Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai
organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat
meminimalisir risiko penolakan.
– Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-
jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada
kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya
yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau
mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil

5|Page
kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli
embrio dan sel-sel hasil kloning.
– Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk
menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini
dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah
optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa
yang kita pelajari dari kloning.
– Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan
penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat
membantu manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan
serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau
tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah
penyembuhan dan bedah kecantikan.

2.2 Peranan Ilmu Fisika dalam Proses Kloning

Kloning manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel


tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari seseorang,
kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang
wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya
dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam sel telur itu.
Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar
merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini
kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang ditugaskan sebagai ibu
pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika
orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.

Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia,


khususnya di bidang medis.

6|Page
Pada arus listrik ini, terdapat keterkaitannya antara Fisika.

7|Page
Komentar :

Dengan adanya kloning maka perkembangan ilmu pengertahuan semakin


berkembang walaupun banyak pro dan kontra didalamnya, antara keterkaitannya
terhadap Fisika dan Biologi pun beragam. Di bidang Biologi dengan adanya
kloning dapat memperbanyak pertumbuhan yang sama, dan di bidang Fisika
terdapat pada teknologi yang digunakan yaitu penggunaan alat kejut berupa
sentruman berupa listrik agar merangsang pada proses kloning.

“Dalam kloning tersebut terdapat sebuah istrumen pengukur arus biasanya


dinamakan ammeter (atau miliammeter, mikroammeter, dan sebagainya, yang
bergantung pada jangkauan pengukurannya). Sebuah ammeter selalu mengukur
arus yang melaluinya. Sebuah ammeter ideal, akan mempunyai hambatan nol,
sehingga memasukannya dalam sebuah ammeter selalu diinginkan untuk
mempunyai hambatan yang sekecil mungkin.” (Young, 2003)

2.3 Pandangan Islam dalam Proses Kloning

8|Page
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian).
Dalam kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para
ulama. Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan
masalah kloning ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.

Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari
ayat berikut:

… ‫رُّ فِي‬Hِ‫ِّن لَ ُك ْم َونُق‬Hَ ‫ ٍة لِنُبَي‬Hَ‫ر ُمخَ لَّق‬H


ِ H‫ ٍة َو َغ ْي‬Hَ‫ َغ ٍة ُم َخلَّق‬H‫ض‬ ْ ُ‫ب ثُ َّم ِم ْن ن‬
ْ ‫ ٍة ثُ َّم ِم ْن ُم‬Hَ‫ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَق‬Hَ‫طف‬ ٍ ‫ َرا‬Hُ‫ا ُك ْم ِم ْن ت‬Hَ‫فَإِنَّا َخلَ ْقن‬
)5 :‫ ْاألَرْ َح ِام َما نَ َشا ُء … (الحج‬.

“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas,


bahwa ayat tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan
manusia mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal
kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk
peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.

Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya


prestasi ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada
Allah SWT sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada
pernyataan al-Qur’an bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa
ayah dan ibu, dan Nabi ‘Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:

َ َ‫ب ثُ َّم ق‬
)59 :‫ال لَهُ ُك ْن فَيَ ُكونُ (ال عمران‬ ٍ ‫إِ َّن َمثَ َل ِعي َسى ِع ْن َد هللاِ َك َمثَ ِل َءا َد َم خَ لَقَهُ ِم ْن تُ َرا‬.

9|Page
“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran:
59).

Pada surat yang sama juga dikemukakan:

َ‫ك بِ َكلِ َم ٍة ِم ْنهُ ا ْس ُمهُ ْال َم ِسي ُح ِعي َسى ابْنُ َمرْ يَ َم َو ِجيهًا فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة َو ِمن‬
ِ ‫ت ْال َمالَئِ َكةُ يَا َمرْ يَ ُم إِ َّن هللاَ يُبَ ِّش ُر‬
ِ َ‫إِ ْذ قَال‬
َ Hَ‫ ٌر ق‬H‫نِي بَ َش‬H‫ ٌد َولَ ْم يَ ْم َس ْس‬Hَ‫ونُ لِي َول‬HH‫ت َربِّ أَنَّى يَ ُك‬
‫ال‬H ْ َ‫ قَال‬. َ‫اس فِي ْال َم ْه ِد َو َك ْهالً َو ِمنَ الصَّالِ ِحين‬ َ َّ‫ َويُ َكلِّ ُم الن‬. َ‫ْال ُمقَ َّربِين‬
)47 -45 :‫ضى أَ ْمرًا فَإِنَّ َما يَقُو ُل لَهُ ُك ْن فَيَ ُكونُ (ال عمران‬ ُ ُ‫ك هللاُ يَ ْخل‬
َ َ‫ق َما يَ َشا ُء إِ َذا ق‬ ِ ِ‫ َك َذل‬.

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah


menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan
ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam
berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan
Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila
Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 45-47).

Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala
sesuatu terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan
sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga
telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti
pada kasus penciptaan Adam As. dan ‘Isa As. Jika kloning manusia benar-benar
menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika
manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak

10 | P a g e
mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-
bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi
adalah benda ciptaan Allah SWT.

Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai


landasan bagi pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan.
Anak-anak yang lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-komponen
genetis dari kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang memberi
mereka identitas. Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa
replikasi genetis semacam ini akan berakibat negatif pada hubungan suami-isteri
dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi
keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar
(nenek moyang) mereka serta merusak aturan hukum Islam tentang waris yang
didasarkan pada pertalian darah.

Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul
Aziz Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan
alasan mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi
perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai
manusia, menantang Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral,
budaya dan hukum.

M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga


berpendapat teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan
institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu laki-
laki untuk memproduksi anak), juga akan menghancurkan manusia sendiri (dari
sudut evolusi, makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).

Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut
masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil

11 | P a g e
kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleussaja, sehingga walaupun
nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak
tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan
darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan
saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu,
menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal
seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan.
Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent,
barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami
dan yang mengandung bukan ibunya.

Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan


alasan sebagai berikut:

1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam


memahami agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan
bahkan sampai ke negri Cina sekalipun).
3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang
belum ia ketahui (lihat QS. 96/al-‘Alaq).
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin
Allah (lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).

Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan
teknologi bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga
bagian dari takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya.
Penolakan terhadap kemajuan teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-
prinsip yang diajarkan dalam Islam.

12 | P a g e
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan
ataupun membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan
kemudharatan di dalamnya. Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:

Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih bersifat
tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada
manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau sisi
applied science dari teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai
implikasi sosial praktis sudah barang tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka
kurang menyentuh sisi pure science (ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang
bisa berjalan terus di laboratorium baik ada larangan maupun tidak. Wilayah pure
science juga punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.

Dalam mencari batas “keseimbangan” antara kemajuan IPTEK dan


Doktrin Agama, pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejuh mana para ilmuan,
budayawan dan agamawan dapat berlaku adil dalam melihat kedua fenomena
yang berbeda misi dan orientasi tersebut? Menekankan satu sisi dengan
melupakan atau menganggap tidak adanya sisi yang lain, cepat atau lambat, akan
membuat orang “tertipu” dan “kecewa”. Dari situ barangkali perlu dipikirkan
format kajian dan telaah yang lebih seimbang, arif, hati-hati untuk menyikapi dan
memahami kedua sisi tersebut sekaligus. Sudah tidak zamannya sekarang, jika
seseorang ingin menelaah persoalan kloning secara utuh, tetapi tidak
memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.

Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa


tujuan agama menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima,
yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itulah
maka kloning itu kita uji dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan agama. Bila
sesuai, maka tidak ada keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila
bertentangan dengan tujuan-tujuan syara’ tentulah kita cegah agar tidak

13 | P a g e
menimbulkan bencana. Kesimpulan yang diberikan klonasi ovum manusia itu
tidak sejalan dengan tujuan agama, memelihara jiwa, akal, keturunan maupun
harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.

Untuk menentukan apakah syari’at membenarkan pengambilan manfaat


terapeutik dari kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis
mudharat dari praktek ini. Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini, maka
manfaat dan mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat diuraikan sebagai
berikut:

– Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam


menentukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat
tulang, lemak, jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan
tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar
melakukan riset kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau
menyingkap misteri-misteri penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat
disembuhkan adalah boleh, bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-
riset seperti ini karena ada sebuah hadits yang menyebutkan: “Untuk setiap
penyakit ada obatnya”. Namun, perlu ditegaskan bahwa pengujian tentang ada
tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil kloning guna
menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung penyakit tesebut dapat
melanggar hak hidup manusia.
– Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem
ketidaksuburan, tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E.
Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277
kali percobaan sebelum akhirnya berhasil mengkloning “Dolly”. Kloning
manusia tentu akan melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen
awal untuk menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi
banyak sekali keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio
yang dihasilkan hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita
pengandung sehingga embrio-embrio lainnya akan dibuang atau dihancurkan.

14 | P a g e
Hal ini tentu akan menimbulkan problem serius, karena nenurut syari’at
pengancuran embrio adalah sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning
melanggar sunnatullah dalam proses normal penciptaan manusia, yaitu
bereproduksi tanpa pasangan seks, dan hal ini akan meruntuhkan institusi
perkawinan. Produksi manusia-manusia kloning juga sebagaimana
dikemukakan di atas, akan berdampak negatif pada hukum waris Islam (al-
mirâts).
– Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia
dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan
tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan
organ tubuh manusia hasil kloning. Manipulasi teknologi untuk mengambil
manfaat dari manusia hasil kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh
hukum Islam, karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap hidup manusia
Namun, jika penumbuhan kembali organ tubuh manusia benar-benar dapat
dilakukan, maka syari’at tidak dapat menolak pelaksanaan prosedur ini dalam
rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang dari tubuh seseorang,
misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan atau kecelakaan-
kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai kebolehan
menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang yang dipotong akibat kejahatan
yang pernah dilakukan.
– Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun
hal ini bertentangan dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:
– Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: “Hai Rasulallah,
haruskah kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: “Ya, wahai
hamba-hamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena
sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan
obatnya, kecuali satu macam penyakit”. Mereka bertanya: “Apa itu?” Nabi
SAW menjawab: “Penuaan”.
– Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-
belikan embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam

15 | P a g e
ini dianggap bâthil (tidak sah) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:
1. Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.
2. Sebuah hadits menyatakan: “Di antara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya”.

Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi


kloning manusia jauh lebih besar daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya,
dan karenanya umat Islam tidak dibenarkan mengambil manfaat terapeutik dari
kloning manusia.

16 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan
fikiran manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan
taraf hidup manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.
2. Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil
pemikiran tersebut didasarkan pada sistem dan metode pemikiran yang
benar, dan agama digali dengan daya ijtihad yang benar pula. Keduanya
saling kuat-menguatkan.
3. Klonasi ditinjau dari segi aspek teologis memperluas wawasan pengenalan
terhadap kodrat iradat Ilahi, bahkan klonasi itu sebagai bukti kecanggihan
sunnah Allah yang tertuang dalam ciptaan-Nya dan membuktikan ke Maha
Kuasaan-Nya.
4. Klonasi terhadap manusia dengan tujuan untuk dijadikan cadangan
transplantasi organ tubuh manusia dapat dibenarkan sepanjang tidak
bertentangan dengan tujuan syara’.
5. Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh
ilmu pengetahuan dan sesuai dengan tujuan syara’ dipandang sangat
membantu bagi penyembuhan dengan jalan transplantasi.
6. Implementasi klonasi terhadap manusia dipandang bertentangan dengan
nilai-nilai ketinggian martabat manusia dan bertentangan pula dengan
tujuan syara’, karena dipandang kemungkinan terjadinya kekacauan
hukum keluarga dan hubungan nasab, serta ketidakpastian eksistensinya.
7. Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan
implementasi klonasi manusia, karena tidak ada yang merasa terancam,

17 | P a g e
baik dari segi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta karena tidak
melaksanakan klonasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kompas. (2015, 7 Agustus). Kloning Biologi. Diperoleh 4 April 2018, dari

https://muhammadrasuly.wordpress.com/2012/11/07/artikel-tentang-kloning-
biologi/

Yahoo. (2016, 4 April). Teknologi Kloning Fisika dalam Hewan. Diperoleh 4


April 2018, dari
https://images.search.yahoo.com/search/images;_ylt=Awr9Dsq6v8RamDEA7RtX
NyoA;_ylu=X3oDMTB0NjZjZzZhBGNvbG8DZ3ExBHBvcwMxBHZ0aWQDB
HNlYwNwaXZz?p=teknologi+fisika+dalam+cloning+animals&fr2=piv-
web&fr=tightropetb

Young, Hugh D. 2003. Fisika Universitas JILID II. Jakarta : Erlangga.

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai